PENGARUH FREKUENSI PENGAIRAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI
                                    Sutardi, Arlyna B. Pustika, dan Mulyadi
                                  Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
                Jl. Stadion Maguwoharjo No. 22 Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman,Yogyakarta
                                          Email: s.pd_sutardi@yahoo.co.id
                             Diterima: 23 April 2014; Disetujui untuk Publikasi: 5 Juni 2014
                                                    ABSTRACT
          Irrigation Frequency Effects on Growth and Yield of Soybean. Improvement of soil moisture in
fields after rice planting should be applied to support the growth and yield of soybean. The aim of this study is to
determine the effect of varieties and irrigation frequency on growth and yield of soybean. The trial was conducted
a in ricefield of Sumberharjo village, Prambanan District, Sleman Regency, Yogyakarta Special Region from July
to October 2012 in dry season with “Marga Mulyo” farmer group as the cooperator in rice field of region. Split
plot design with the three replication was used in this trial. The main plot were three soybean varieties and the sub
plot were four irrigation frequencies. The plot size was 15 m x 10 m. The result showed that there were no
significant interaction between variety and irrigation frequencies. The yield of Tanggamus (3.20 t/ha) was higher
than Ijen (2.76 t/ha) as well as Anjasmoro (2.15 t/ha). Inspite of no signicant effect of irrigation frequency,
improving soil moisture tent to support an optimal growth and production. However, this on farm trial produced
46.7 – 48.5% higher yield (2,737 – 2,899 kg/ha) than Yogyakarta average yield (1,336 and 1,489 kg/ha) in 2012
and 2013.
Keywords: Soybean, growth, irrigation
                                                     ABSTRAK
         Perbaikan lengas tanah pada lahan sawah setelah tanam padi perlu dilakukan untuk mendukung
pertumbuhan dan hasil kedelai yang optimal. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh varietas dan frekuensi
pengairan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Penelitian dilakukan pada musim kemarau (MK) II
bulan Juli sampai Oktober 2012. Percobaan dilakukan di lahan petani dengan melibatkan petani sebagai
kooperator pada kelompok tani “Marga Mulyo’ Dusun Bendungan, Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta. Pengkajian menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan.
Petak utama 3 varietas kedelai dan anak petak 4 frekuensi pengairan dengan petak 15 x 10 m2. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi dan tidak berbeda nyata pengaruh varietas dan pengairan. Varietas
Tanggamus produksi cenderung lebih tinggi (3,20 t/ha) dibandingkan varietas Ijen (2,76 t/ha dan Anjasmoro
(2,15 t/ha). Namun perbaikan lengas tanah dibutukan untuk mendukung daya tumbuh, pertumbuhan dan produksi
kedelai secara optimal. Sistem pengairan parit bawah permukaan tanah secara on fram dapat menghasilkan
produktivitas meningkat 46,7 – 48,5% (2.737 - 2.899 kg/ha) dibandingkan produktivitas kedelai di D.I.Yogyakarta
tahun 2012 dan 2013 (1.336 dan 1.489 kg/ha)
Kata kunci : Kedelai, pertumbuhan, pengairan
                  PENDAHULUAN                                      penurunan dari 28.554 hektar menjadi 23.290
                                                                   ha, atau turun seluas 5.264 ha (18,44%).
                                                                   Sedangkan     produktivitasnya       mengalami
     Luas panen, produktivitas kedelai di
                                                                   kenaikan 0,08%.          Meskipun mengalami
D.I.Yogyakarta berflutuasi setiap tahunnya. Luas
                                                                   kenaikan produktivitas, tetapi karena luas panen
panen kedelai pada tahun 2013 mengalami
154       Pengaruh Frekuensi Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
          (Sutardi, Arlyna B. Pustika, dan Mulyadi)
mengalami      penurunan      yang    cukup     besar            85-100 hari) kedelai membutuhkan air sebanyak
mengakibatkan produksi juga mengalami penurunan,                 300–450 mm atau 2,5–3,3 mm/hari (Suyamto
yaitu dari 36.033 t menjadi 31.667 t. Atau                       1991 : Taufiq et al., 2012). Pada dasarnya
mengalami penurunan sebesar 12,12% (BPS. 2014)                   kebutuhan air pada fase generatif lebih tinggi
     Faktor iklim seperti kejenuhan air terjadi di               dibandingkan pada fase vegetatif. Walaupun
musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau                    varietas kedelai mempunyai toleransi yang
merupakan kendala utama dalam tanam berdampak                    berbeda terhadap cekaman kekeringan atau
langsung         terhadap produktivitas kedelai.                 kejenuhan. Sebagai contoh, hasil penelitian
Kekeringan pada tanaman kedelai yang ditanam di                  Hamin et al., (2008) melaporkan bahwa kedelai
lahan sawah setelah padi pada musim kemarau                      varietas    Tidar,     Pangrango,      Krakatau,
merupakan masalah utama pembatas produksi                        Burangrang, dan Paderman turun masing-
(Sumarno, 1996: Lancon , 1997).                                  masing sebesar 28,8%, 33,9%, 28,9% 13,9%
                                                                 dan 50,7% dibandingkan pada kadar air tanah
     Irigasi atau pengairan berarti pemberian air
                                                                 kapasitas lapangan.        Selanjutnya kedelai
kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi
                                                                 varietas    Tidar     dan    Wilis     terhambat
pertumbuhan dan produksi tanaman secara oftimal.
                                                                 pertumbuhannya pada kandungan air tanah
Tujuan irigasi adalah memberikan air kepada
                                                                 masing-masing 60% dan 40% dari air tersedia
tanaman dalam jumlah yang cukup dan waktu yang
                                                                 (Mapagau 2006). Secara aplikasi di lapang
diperlukan.     Air    sangat    diperlukan    untuk
                                                                 berdasarkan kandungan air tanah (60-40 %)
pertumbuhan dan hasil tanaman.
                                                                 bagi petani kedelai sulit diketahui dan
     Tanaman kedelai selama pertumbuhannya                       diterapkan,     sehingga    diperlukan     sistem
memerlukan air 450 hingga 700 mm/musim                           pengairan yang lebih mudah diterapkan oleh
tergantung pada umur dan iklim nya (Doorenbos dan                petani secara luas untuk mendukung program
Bangkuman, 1985) cit Suyamto 1991). Menurut                      Kementrian Pertanian menuju swasembada
Sammons et al., (1979) kedelai merupakan tanaman                 kedelai.
yang peka terhadap perubahan lengas tanah. Artinya
                                                                       Hasil penelitian terdahulu menunjukkan
kedelai pada fase-fase tertentu memerlukan air untuk
                                                                 kekeringan pada fase pertumbuhan tanaman
percepatan pertumbuhan, pembungaan dan pengisian
                                                                 akan mengakibatkan perbedaan fisik suatu
polong secara optimal. Jika         ketersediaan air
                                                                 pertumbuhan tertentu (Desclaux et al., 2000).
dibawah kapasitas lapang diperlukan tambahan air
                                                                 Pengairan pada kedalaman air dalam parit 22,5
melalui sistem pengairan. Kandungan air tanah pada
                                                                 dan 30,0 cm sebagai genangan produksi kedelai
kapasitas lapang setara dengan tekanan potensial –
                                                                 mencapai 2,48 dan 2,12 t/ha (Indradewa, 2002),
0,33 bar atau setara dengan 0,3 atm atau pF 2,53
                                                                 penting dilakukan pengkajian terapan secara
(Hillel 1982; Jenny 1980; Landon 1984) cit Suyamto
                                                                 luas ditingkat petani. Aplikasi sistem pengairan
(1991). Akibat kekeringan dapat menghambat
                                                                 parit berdampak langsung terhadap lingkungan
pertumbuhan, pembungaan dan pengisian polong.
                                                                 perakaran, ketersedian dalam perbaikan lengas
     Berdasarkan penelitian Hermantoro (2007)                    tanah.
bahwa penanaman kedelai petani di D.I.Yogyakarta
                                                                       Secara umum terdapat empat kendala
menggunakan propabilitas curah hujan 50%. Pada
                                                                 peningkatan        produksi       kedelai       di
dasarnya tanaman kedelai merupakan tanaman yang
                                                                 D.I.Yogyakarta. Kendala pertama yaitu belum
membutuhkan air tidak sebanyak tanaman padi yaitu
                                                                 dimanfaatkan nya sistem pengairan pada fase
sekitar 300-450 mm selama pertumbuhan aktifnya,
                                                                 kritis oleh petani. Kendala ke dua tidak
akan tetapi tanaman kedelai terpaksa tumbuh pada
                                                                 tersedianya air irigasi pada pola tanam padi-
kondisi jenuh air, tanaman akan mati (Purwanto dan
                                                                 padi-palawija (kedelai) di musim kemarau
Suhartina. 2012),
                                                                 oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan.
     Periode kritis tanaman kedelai adalah pada fase             Kendala ke tiga belum berkembang sistem
pembentukan dan pengisian polong (Sionit and                     pengairan parit di tingkat petani. Kendala ke
Kramer, 1977; Suyamto 1987a) cit Suyamto                         empat system pengairan dilakukan oleh petani
(1991). Secara umum selama pertumbuhannya (umur                  sistem     genangan,      gulma      berkembang
                                                                                                               155
 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014: 154-164
berdampak negatif terhadap pertumbuhan, produksi                1,48 t/ha. Keberhasilan aplikasi teknik
dan biaya usaha tani. Pengaiaran melalui parit                  pengairan tersebut diatas ini pada musim
bawah permukaan sangat diperlukan pada fase-fase                kemarau juga diharapkan dapat meningkatkan
tertentu sesuai dengan kebutuhan air tanaman                    intensitas pemanfaatan lahan sawah tadah hujan
kedelai. Berdasarkan hal tersebut diatas sangat                 atau daerah jenuh air di D.I. Yogyakarta
penting diperlukan pengkajian penggabungan                      sehingga berbagai kebutuhan kedelai dapat
beberapa penelitian dasar yang dilakukan peneliti               dipenuhi secara lokal dan tidak perlu
terdahulu yaitu berdasarkan kebutuhan air (Mapagau              didatangkan dari luar daerah.
2006) dan dan sistem irigasi parit (Indradewa, 2002)                 Pengkajian ini bertujuan untuk menguji
serta peneliti lainnya melalui model frekuensi                  atau mengetahui pengaruh frekuensi pengairan
pengaiaran pada tanaman kedelai. Sehingga hasil                 bawah permukaan melalui parit terhadap
pengkajian dapat dijadikan rekomendasi khususnya                pertumbuhan dan hasil tiga varietas kedelai.
oleh petani kedelai dilapang lebih mudah
aplikasinya.    Hasil pengkajian dari hasil-hasil
penelitian dasar yang dihasilkan oleh Balit, Puslit                              METODOLOGI
dan Perguruan Tinggi sebelum diterapkan secara
luas diperlukan pengkajian secara on fram.                               Pengkajian dilakukan di lahan sawah
      Ide pokok teknik pengairan adalah sebagai cara            setelah padi dengan melibatkan petani (on
untuk memanipulasi respon tanaman terhadap                      farm) sebagai kooperator di Dusun Bendungan,
cekaman kekeringan atau kejenuhan air kekerangan                Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan,
Oksigen tanah dan ruang pori mikro sebagai mana                 Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta pada MK
penelitian yang dilakukan oleh (Liu et al., 2003;               bulan Juli-Oktober 2012.
Bahrun et al., 2002; Kang et al.,1998) melaporkan                        Pengkajian menggunakan Rancangan
bahwa akar tanaman memproduksi asam absisat                     Petak Terpisah dengan tiga ulangan. Petak
yang dapat diangkut ke bagian tajuk yang dapat                  utama adalah tiga varietas kedelai yaitu V1
mengontrol membuka dan menutupnya stomata.                      Anjasmoro, V2 Tanggamus dan V3 Ijen. Anak
Sampai saat ini penelitian teknik pengairan bawah               petak adalah frekuensi pengairan yaitu 2, 3, 4
permukaan melalui parit atau < 5 cm permukaan                   dan 5 kali (Tabel 1). Ukuran petak 10 m x 15
tanah tidak tergenang, sehingga 100 % daerah akar               m. Pemberian air melalui parit. Ukuran lebar
jenuh berdasarkan frekuensi fase kritis         pada            parit 40 cm dan kedalaman 50 cm, antar parit 2
tanaman kedelai      pada musim kemarau belum                   m.
dilakukan. Aplikasi teknik pengairan tersebut diatas                     Penanaman kedelai dilakukan selang 2
pada musim kemarau tidak hanya meningkatkan                     hari setelah panen padi. Keadaan kadar air tanah
efisiensi penggunaan air tetapi juga dapat                      rendah (<40%), terbukti tanah mengalami retak-
meningkatkan produktivitas kedelai > 2 t/ha biji                retak lebar 1–2 cm, menyebabkan tanah keras,
kering di D.I. Yogyakarta sementara ini masih 0,9–
Tabel 1. Frekuensi pengairan melalui genangan parit
                                   Frekuensi dan penentuan untuk fase pengairan hari setelah tanam (HST)
         Perlakuan               1                2                3                   4                 5
                             Fase daya      Fase vegetatif Fase berbunga       Fase pengisian       Fase masak
                           tumbuh umur 7 umur 20 HST         umur 45 HST       polong 65 HST       polong 75 HST
                               HST
      Pengairan 2 kali          Ya              Tidak             Ya                Tidak              Tidak
      Pengairan 3 kali          Ya               Ya               Ya                Tidak              Tidak
      Pengairan 4 kali          Ya               Ya               Ya                  Ya               Tidak
      Pengairan 5 kali          Ya               Ya               Ya                  Ya                Ya
156        Pengaruh Frekuensi Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
           (Sutardi, Arlyna B. Pustika, dan Mulyadi)
sehingga diperlukan pengairan. Selama fase-fase                  Isohepertermik seluas 250 ha. Secara detail
pertumbuhan vegetatif dan generatif kebutuhan air                secara sifat-sifat utama sebagai berikut (Tabel
tanaman sangat diperlukan untuk mengoptimalkan                   2).
pertumbuhan dan produksi. Beberapa hasil-hasil
                                                                 Tabel 2. Sifat-sifat tanah di lokasi penelitian
penelitian melaporkan bahwa ketersediaan air dalam
tanah mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan                             Sifat Tanah                   Seri Serut
dan produksi tanaman kedelai. Sehingga pengaiaran                  Kedalaman tanah(cm)          100 – 150
melalui parit bawah permukaan perlu dilakukan pada                 Drainase                     Agak terhambat
fase-fase tertentu sesuai dengan kebutuhan air                     Permeabilitas                Agak terhambat
tanaman kedelai. Secara jelas perlakuan frekuensi                  Bahan Induk                  Endapan Liat, Pasir
                                                                   Lereng                       0–3%
pengairan melalui genangan parit (Tabel 1).
                                                                   Lapisan atas
         Sebelum benih ditanam, dilakukan seed                      - Ketebalan (cm)            5-10
treatment benih menggunakan pestisida berbahan                      - Warna                     Coklat Gelap
aktif Fipronil dan Rhizobium. Kapur dan pupuk                       - Struktur                  Gumpal
ditabur sehari sebelum tanam. Kedelai ditanam                       - Tektur                    Liat
dengan sistem legowo 2:1 dengan jarak tanam (25                     - Reaksi tanah (pH)         Agak masam
cm x 12,5 cm) x 40 cm. Jumlah benih 1-2 biji per                    - C organic (%)             Sangat rendah
lubang tanam.                                                       - Nitrogen (%)              Sangat rendah
                                                                    - P2O5 tersedia             Sangat tinggi
         Rekomendasi pemupukan berdasarkan hasil                    - K tersedia                Tinggi
analisis tanah PuTK (Balitanah, 2011) yaitu Kapur                  Lapisan bawah
500 kg/ha, Urea 50 kg, 100 kg SP-36 dan 50 kg/ha                    - Ketebalan                 95-140
KCl, tanpa pengolahan tanah.                                        - Warna                     Coklat kekelabuan
                                                                    - Tektur                    Liat – lempung berliat
        Pengendalian terhadap hama dan penyakit                     - Reaksi tanah (pH)         Netral
dilakukan dengan menganut prinsip pengendalian                      - KTK Tanah                 Sangat tinggi
hama terpadu (PHT). Gulma dikendalikan secara                       - Kandungan CaCO3           0.39
mekanis sekali pada umur 14 hari setelah tanam,                     - Kemudahan diolah          Berat
bersamaan dengan kegiatan pendangiran pada lorong
dengan mengunakan cangkul. Pengamatan meliputi                         Hasil analisis uji tanah dengan
tinggi tanaman, jumlah daun/tanaman, umur                        menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering
berbunga, jumlah cabang, polong per tanaman,                     (PuTK) menunjukan bahwa di lokasi sebagai
jumlah polong bernas (isi) dan hampa serta polong                berikut Tabel 3.
rusak akibat pengisap polong saat menjelang panen.               Tabel 3. Hasil analisis pH, C Organik, P dan K
Pengamatan hasil polong dan biji bersih per petak
dilakukan dengan ubinan 2,5 x 2,5 m2.                                  Analisis                        Status hara
                                                                   pH                       5 - 6 (asam)
       Analisa data meliputi sidik ragam untuk                     C Organik                R (rendah)
mengetahui pengaruh perlakuan dan uji DMRT
                                                                   P                        T (tinggi)
untuk melihat pengaruh antar perlakuan (Gomez dan
Gomez, 1995) dengan program SAS versi 2.1.                         K                        T (tinggi)
                                                                         Kebutuhan kapur 500 kg/ha, Urea 50
           HASIL DAN PEMBAHASAN                                  kg/ha, 100 kg SP-36/ha dan 50 kg/ha KCl.
                                                                 Kandungan C-organik      pada status rendah
Analisis Biofisik dan Kesesuaian Lahan                           mengindikasikan      berkorelasi     dengan
                                                                 kandungan N nya dalam tanah, sehingga
Jenis tanah dilokasi penelitian termasuk Seri Tanah              diperlukan tambahn pupukan Urea 50 kg/ha.
Serut, Typic Hapluderts, halus, mineral campuran,                Dosis pemupukan P dalam bentuk 100 kg/ha
                                                                 SP-36 sangat diperlukan selaras dengan
                                                                                                                         157
 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014: 154-164
pendapat Taufiq, A dan Sundari, T (2012) bahwa                  suitable).   Walapun ketersedian air tidak
kekahatan P dapat menghambat pembentukan bintil                 menjadi faktor pembatas karena di lokasi
akar, perkembangan akar, polong dan biji. Walaupun              penelitian termasuk mendapat irigasi dari
kebutuhan K untuk mencapai hasil optimum 210,                   bendungan sugai, namun frekuensi dan sistem
190 dan 150 kg KCl/ha untuk kadar K tanah rendah,               pengairannya masih belum benar karena sistem
sedang dan tinggi (Nursyamsi, 2006). Kemudian                   pengairan yang diterapkan serupa dengan padi
kebutuhan kalium 50 kg/ha diperlukan tambahan                   sawah (lep atau genangan). Pengairan melalui
karena menurut Franzen (2003) merekomendasikan                  bawah permukaan cocok untuk budidaya
batas kritis kandungan K-dd untuk kedelai adalah 0,2            kedelai pada tanah-tanah jenuh air dan air
- 0.3 me/100 g tanah.                                           terbatas yang disesuai pada fase-fase krists
         Analisis kesesuaian lahan untuk digunakan              kebutuhan air oleh tanaman.
yang dikaitkan dengan arahan penggunaanya sesuai
atau tidak sesuai dengan karakteristik lahan.                   Pertumbuhan Tanaman
         Berdasarkan     evaluasi     lahan    dapat                    Hasil penelitian menunjukkan bahwa
disimpulkan bahwa untuk tanam kedelai faktor                    persentase daya tumbuh antar varietas berbeda
pembatas terutama dalam retensi hara (n). Retensi               sangat nyata, namun frekuensi pengairan tidak
hara meliputi KTK Tanah (me/100 g tanah), pH dan                berpengaruh nyata dan tidak terjadi interaksi
Kadar C-organik (%) dan ketersedian hara adalah                 (Tabel 4).      Berdasarkan diskrifsi varietas
Total Nitrogen, P2O5 tersedia dan K2O tersedia                  bahwa ukuran benih berpengaruh terhadap
menjadi kelas faktor pembatas dalam budidaya                    daya tumbuh di lapangan. Varietas Anjasmoro
kedelai secara oftimal. Kesesuaian lahan termasuk               termasuk kelas benih ukuran besar (13-14
S2n lahan cukup sesuai (moderatelty suitable)                   g/100/biji) biji daya tumbuh lebih rendah
mempunyai faktor penghambat ringan berupa                       dibandingkan varietas Tanggamus dan Ijen
kombinasi dari beberapa faktor penghambat.                      termasuk ukuran benih kecil (9-11 g/100 biji).
Kesuaian lahan secara aktual ditanam pada musim
                                                                     Secara keseluruhan persentase daya
kemarau faktor pembatas akan muncul yaitu
                                                                tumbuh melalui perbaikan lengkas tanah,
ketersedian air (W), sehingga potensi lahan dapat
                                                                sehingga daya tumbuhnya >97% (Tabel 3)
ditingkatkan secara potensial diperlukan perbaikan
                                                                termasuk sangat baik. Hasil penelitian yang
penanbahan kapur, pupuk organic, pemupukan N, P
                                                                dilakukan oleh Rahmianna et al. (2000)
dan K, serta air tanah melalui pengairan. Secara
                                                                melaporkan bahwa 81,3% benih kedelai
Tabel 4.     Analisis ragam beberapa keragaan agronomik kedelai di lahan sawah, Kecamatan Prambanab,
             Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta MK 2012.
 Sumber                                                    Kuadrat Tengah
 Keragaman         DB          DT            UP          TT             JC                JP        HB
 Ulangan             2            11,11       20,02        0,52              2,01          85,91        120177,7
 Varietas (V)        2         20,74**       24,36ns     19,36ns          1,31ns          56,96*      201244,4ns
 Galat (a)           4            19,77        4,36       14,24              0,09          27,68       327111,11
 Pengairan (P)       3           1,33ns       1,13ns      8,71ns          0,43ns         163,36ns    544237,03 ns
 Interaksi (VxP)     6            7,8 ns      1,13ns      14,2ns          0,47ns         15,16 ns    486637,03 ns
 Galat (b)          18            11,73        7,80       56,57              0,32          63,80       315970,27
  KK %                             3,59          1,4       1,06            16,88           16,14           22,26
Keterangan: DT = Daya tumbuh (%), UP = Umur panen (hari), TT = Tinggi tanaman (cm),
             JC = Jumlah cabang, JP = Jumlah polong, HB = Hasil biji (t/ha), ns ; tidak beda nyata,
               * = berbeda nyata taraf 96%.
                                                                berkecambah pada kisaran potensial air -0,56
potensial menjadi klas        sangat sesuai S1 (highly
                                                                bar (pF 2,7) sampai 1.12 (pF 3.0) artinya diatas
158        Pengaruh Frekuensi Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
           (Sutardi, Arlyna B. Pustika, dan Mulyadi)
kapasitas lapang (pF 4,2) dapat meningkatkan                     mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan
persentase daya tumbuh benih kedelai setelah                     penurunan produksi karena tanaman akan
ditanam di lapang.                                               mengalami cekaman kekeringan. Cekaman
      Tinggi tanaman umur saat panen tidak nyata                 kekeringan dapat mempengaruhi proses
terjadi interaksi, selanjutnya faktor varietas dan               metabolisme, pertumbuhan dan produksi
pengairan tidak nyata (Tabel 2). Pertumbuhan awal                tanaman (Bahrun et al., 2002; Liu et al., 2003;
umur 21 HST tertinggi varietas Anjasmoro berbeda                 Bahrun et al., 2007) dan bahkan bisa berakibat
sangat nyata dibandingkan dengan Tanggamus dan                   pada kegagalan panen, oleh karena itu upaya
Ijen (Tabel 3) dengan rata-rata 17,82 cm. Tinggi                 irigasi atau pengairan tambahan dengan teknik
tanaman saat panen antar varietas dan frekuensi                  pengairan yang efisien sangat penting. Apabila
pengairan tidak berbeda nyata dan tidak terjadi                  dibandingkan dengan hasil penelitian Bahrun, A
interakasi (Tabel 3) rata-rata tinggi tanaman 67,9 cm.           et al., (2012) pada tanaman kedelai
                                                                 menyimpulkan bahwa pengairan separuh daerah
      Jumlah cabang pada saat panen tidak nyata
                                                                 akar dapat mempertahankan pertumbuhan,
berinteraksi antar varietas dan pengaruh frekuensi
                                                                 biomassa, nodul, kadar air daun relatif,
pengairan, diikuti varietas dan faktor pengairan tidak
                                                                 kandungan klorofil daun relatif, kandungan
berbeda nyata (Tabel 4).
                                                                 klorofil daun dan hasil tanaman seperti
      Secara umum rerata hasil pertumbuhan                       perlakuan pengairan seluruh daerah akar serta
dilapang mulai persentase daya tumbuh sampai                     dapat meningkatkan kandungan asam absisat
menjelang saat panen keragaan tanaman cukup                      (ABA) daun dan efisiensi penggunaan air, tetapi
bagus melalui perbaikan lengas tanah dengan                      pengaruhnya ditentukan oleh volume air yang
frekuensi pengairan pada fase kritis. Berdasarkan                diaplikasikan.
hasil penelitian Suyamto et al. (1991) pada jenis
                                                                       Tanaman yang mendapat pengairan
tanah Entisols kandungan air tanah 70-85% dan 62-
                                                                 separuh daerah akar berselang volume 2 L m-2
75% dari kapasitas lapang pertumbuhan dan hasil
                                                                 dan 3 L m-2 mengalami penurunan hasil
kedelai tinggi. Berdasarkan analisis curah hujan dan
                                                                 masing-masing 2,97% dan 16,91%, namun
evapotranspirasi potensial wilayah dan sekitarnya
                                                                 demikian,      perlakuan       tersebut      dapat
yang didominasi oleh lahan kering beriklim kering
                                                                 meningkatkan efisiensi penggunaan air masing-
sawah tadah hujan, dimana bulan Juli sampai dengan
                                                                 masing 29,97% dan 23,63% jika dibandingkan
November terjadi defisit air. Bila dilakukan
                                                                 dengan perlakuan pengairan seluruh daerah
penanaman tanaman pada bulan tersebut dapat
                                                                 akar. Hasil analisis rerata secara jelas disajikan
Tabel 5. Rerata daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku dan jumlah cabang kedelai
                                         Tinggi Tanaman (cm)                             Jumlah       Jumlah
                           Daya
                                        Umur 21     Saat Panen         Jumlah Daun        Buku        cabang
                          Tumbuh
      Perlakuan                           hst        (85 hst)          Umur 21 hst      Saat panen   Saat panen
                            (%)
                                                                                         (85 hst)     (85 hst)
                                                     Varietas
 V1 (Anjasmoro)           91.000 a       19,03 b        66,5          2,5            9,9          3,05 b
 V2 (Tanggamus)           97.667 b       17,37 a       69,08         1,76            8,7          2,8 a
 V3 (Ijen)                97.333 b       16,37 a        55,41        1,67            9,4          3,36 b
                                                    Frekuensi
 P2 (2 kali)               95.556        17,19          68,7          1,8            9,2           3,08
 P3 (3 kali)               94.667        17,33          66,7          1,7           8,12           2,97
 P4 (4 kali)               94.889        17,33          67,3          2,5            9,0            3,2
 P5 (5 kali)               96.222        18,22          68,5          1,8           8,97           3,15
Keterangan:    Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak adanya beda nyata
               berdasar uji DMRT pada tingkat signifikansi 5%.
                                                                                                                  159
 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014: 154-164
pada Tabel 5.                                                optimal pada umur 21 hst atau saat panen umur
     Proses persiapan lahan    dan keragaan                  85 hst terbukti ± 16-17 cm dan ± 55–69 cm.
pertumbuhan tanaman kedelai secara jelas dapat                        Optimalisasi     produksi    komoditas
dilihat pada Gambar 1.                                       tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh
                                                             kondisi iklim. Secara heraki penentuan lokasi
                                                             sentra kedelai dan periode waktu tanam yang
                                                             sesuai       dengan       pertumbuhan       dan
                                                             perkembangannya        sangat   penting    guna
                                                             memperoleh produksi yang maksimal, namun
                                                             dilapang sulit untuk diterapkan karena berbagai
                                                             permasalahan yang muncul.
                                                                      Neraca air dan kebutuhan air tanaman
                                                             secara teori untuk menentukan waktu tanam
                                                             sangat diperlukan guna perencanaan alokasi
                                                             penggunaan lahan, jenis varietas yang
Gambar 1. Keragaan tanaman umur 21 hst dan Fase              dibudidayakan         secara intensif, namun
          berbunga.                                          diperlukan modifikasi secara spesifik lokasi.
                                                             Terkait dengan hal tersebut, analisis frekuensi
                                                             dan waktu pengairan pada fase kristis secara
        Secara visual ada perbedaan antara varietas          lebih spesifik lokasi berdasarkan pertimbangan
kedelai yang ditunjukkan pada prosentase daya                penentuan kebutuhan air akan lebih tepat. Unsur
tumbuh dan tinggi tanaman umur 21 HST berbeda                iklim yang juga mempengaruhi pertumbuhan
nyata. Varietas kedelai Anjasmoro berbeda nyata              tanaman kedelai secara umum antara lain lama
dibandingkan varietas Tanggamus dan Ijen. Fase               penyinaran matahari (day light), suhu, dan
awal pertumbuhan (7-21 HST) frekuensi pengairan              curah hujan pada musim kemarau dan musim
menujukkan pertumbuhan tanaman yang tidak                    hujan.
berbeda nyata.       Terbukti bahwa umur awal
pertumbuhan tidak menujukkan gejala klorotik yang            Produksi
disebabkan menurunnya kadar hara N daun, karena
penurunan serapan N tanah. Menurut Lawn dan                         Jumlah polong tidak nyata berinteraksi
Byth (1989) tanaman klorosis gejala daun kuning,             antara varietas dengan pengairan. Jumlah
adapun menurut Troedson et al (1993) adalah                  polong isi artar varietas tidak berbeda nyata,
cekaman jenuh air kemampuan fiksasi N menjadi                sebaliknya pengaruh frekuensi pengairan tidak
turun. Menurut Rahmianna        hasil penelitianya           nyata. Jumlah polong isi terbanyak pada
menyimpulkan bahwa laju pertumbuhan vegetatif                varietas Anjasmoro dengan frekuensi pengairan
apabila ketersedian airnya mencapai 50% AT pada              sebanyak 5 kali (Tabel 6). Jumlah polong
fase pertumbuhan lebih peka terhadap tingkat                 hampa antar varetas tidak berbeda nyata, akan
ketersedian air lebih tinggi, sebaiknya efisien              tetapi frekuensi pengairan berbeda nyata dan
ketersedian air 50-75%, walaupun pengairan kedelai           tidak terjadi interaksi. Ketersedian air yang
pada musim kemarau lebih ditekankan pada fase                terbatas menurut Rahmina A.A (2002) hasil biji
pengisian biji.                                              sangat peka terhadap deratan kekeringan selama
                                                             fase generatif. Jumlah polong isi dan jumlah
        Kedelai (Glycine Max L. Merrill) merupakan           polong hampa pada perlakuan frekuensi
tanaman semusim berupa semak rendah, berdaun                 pengairan dua dan tiga kali terjadi penurunan
lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman              16,5% (P2) dan 12% (P3) diikuti peningkatan
berkisar antara 10 cm sampai dengan 20 cm pada               jumlah polong hampa 200% (P2) dan 146%
kondisi kekeringan, bercabang sedikit atau banyak            (P3) dibandingkan frekuensi penyiraman 5 kali
bergantung pada kultivar dan lingkungan hidupnya.            (P5) sedangkan frekuensi penyiraman empat
Berdasarkan tinggi tanaman semua perlakuan cukup             kali (P4) tidak berbeda nyata. Produksi t/ha biji
                                                             menunjukkan bahwa penurunan produksi
160     Pengaruh Frekuensi Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
        (Sutardi, Arlyna B. Pustika, dan Mulyadi)
sebesar 0,4% (P2), 0,84% (P3) dan 0,8% (P4)                      yang      dipengaruhi      oleh     frekuensi
dibandingkan frekuensi penyiangan 5 kali (P5).                   pengairan/penjenuhan kontribusinya 99%.
Menurut Rahmianna A.A (2002) menyimpulkan                        Sehingga frekuensi pengairan dan hasil sangat
bahwa pada fase pengisian polong dan pemasakan                   kuat.
biji pada air tersedia sebesar 87,5% AT masih
memberikan hasil 5,36% tidak berbeda nyata,
sebaliknya ketersedian air yang hanya 50% pada 35
hari hingga 70 hari menurunkan hasil biji hingga
menjadi 4,84 g/tanaman.
        Hasil biji produksi tidak nyata berinteraksi
antar varietas dan frekuensi pengairan tidak berbeda
nyata. Produksi varietas Tanggamus cenderung
lebih tinggi dibandingkan Anjasmoro dan Ijen.
Varietas Tanggamus dengan frekuensi pengairan 4
dan 5 kali produksinya lebih tinggi dibandingkan
pengairan 2 dan 3 kali. Frekuensi pengairan 2 kali
menghasilkan 2.737 kg/ha dibandingkan frekuensi 5
kali cenderung lebih tinggi produksinya 2.899 kg/ha,
sehingga ada reduksi produksi sebesar 5.59%, akan
tetapi efisiensi kebutuhan airnya, Secara keseluruhan
bahwa produksi kedelai cukup tinggi melalui
perbaikan kelengasan tanah pada setiap umur fase
kritis, terbukti bahwa produksi rata-rata 2,524 t/ha.
Produktivitas kedelai D.I. Yogyakarta tahun 2012
1.262 kg/ha, dan 1.360 kg/ha tahun 2013 (BPS.2014)
produktivitasnya mengalami kenaikan 0,08%,
sehingga selisih produktivitas cukup tinggi yaitu
1.336-1.489 kg/ha (46,7-48,5%). Harsono, A. et al.
(2012) melaporkan bahwa varietas kedelai
Tanggamus toleran lingkungan masam. Menurut
hasil penelitian Oktaviani et al. (2013) bahwa
potensi produktivitas kedelai 3,3 t/ha membutuhkan
air irigasi total sebesar 0,446 m3/m2. Kedalaman air             Gambar 3. Pengaruh    frekuensi pengairan
dalam parit 2,5 dan 30,0 cm sebagai genangan di                            terhadap tiga produksi varietas
lahan sawah produksi kedelai mencapai 2,48 dan                             kedelai
2,12 t/ha (Indradewa, 2002). Walaupun terdapat
hubungan antara kebutuhan air tanaman dan hasil
(Al-Jamal et al., 1999 dan Rockstron, 2001).                             Hasil evaluasi secara umum yang
Hubungan antara jumlah air yang diberikan dan hasil              dilakukan oleh Yulianto (2010) melaporkan
suatu tanaman adalah sangat kompleks, menurut                    bahwa varietas yang disukai petani adalah
Upton (1996) dapat bervariasi dalam frekwensi dan                varietas Anjasmoro,Sinabung, Tanggamus,
intensitasnya.                                                   Kedelai Hitam 2, dan Ijen. Varietas Tanggamus
      Produksi ubinan tertinggi didapat pada varietas            merupakan varietas yang moderat pada lahan
kedelai Tanggamus dan Ijen dibandingkan                          masam (Soverda, N et al., 2013). Walaupun
Anjasmoro dengan koefisien R2 = 1. Artinya                       faktor perbedaan iklim, topografi dan cara
perubahan hasil yang dipengaruhi oleh varietas                   tanam menyebabkan perbedaan produksi
kontribusinya 10% tidak beda nyata. Frekuensi                    (Sudjudi et al., 2005).
pengairan tidak berbeda nyata dengan koefisien R2 =                      Perlakuan selang pemberian air
0,99 terhadap produksi. Artinya perubahan hasil                  mempengaruhi perbedaan laju pertumbuhan
                                                                                                           161
 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014: 154-164
yang mengakibatkan intersepsi radiasi yang berbeda.           sesuai dengan umur fase kritis, minimal 2 kali
Pertumbuhan tanaman kedelai lebih baik pada                   produktivitas mencapai 2.737 kg/ha dan
musim hujan daripada pertanaman pada musim                    maksimal 5 kali memberikan produktivitas
kemarau, namun produktivitasnya lebih baik di                 tertinggi mencapai 2.899 kg/ha.
musim kemarau daripada pertanaman pada musim                          Sistem     pengairan    parit   bawah
hujan (Lumbantoruan, 1992). Hal ini didasarkan                permukaan tanah secara on fram dapat
pada penelitian bahwa pemberian air setara 50 mm              menghasilkan produktivitas meningkat 46,7-
per bulan akan mempercepat panen enam hari pada               48,5% (2.737-2.899 kg/ha) dibandingkan
musim kemarau dan empat hari pada musim hujan                 produktivitas kedelai di D.I.Yogyakarta tahun
selama masa tanam sampai panen. Sedangkan                     2012 dan 2013 (1.336 dan 1.489 kg/ha).
pemberian air setara curah hujan 25 mm per bulan
selama stadia pengisian polong mempercepat panen
tiga hari pada musim kemarau dan tujuh hari pada
musim hujan pada varietas kedelai Orba.                                        DAFTAR PUSTAKA
        Studi teknik pengairan tanaman pada kondisi
lingkungan terkontrol (rumah kaca) menunjukkan                Al-Jamal M.S., T.W. Sammis, S. Ball and D.
bahwa jika sebagian akar yang dikeringkan dan                        Smeal. 1999. Yjeld-Based, lrrigated
sebagian lainnya selalu disirami air terbukti telah                  onion crop coefficients, Applied
memberikan hasil yang menggembirakan dalam                           Enineering in Agriculture, '15(6);659-
upaya efisiensi penggunaan air. Pengeringan separuh                  668.
atau sebagian akar dapat meningkatkan efisiensi               Badan Litbang Pertanian.         2007. Inovasi
penggunaan air tanpa kehilangan biomas dan hasil                     Teknologi       Pengelolaan    Tanaman
tanaman (Kang et al., 1998; Bahrun et al., 2007 dan                  Terpadu (PTT) Kedelai. Juknis PTT
juga telah meningkatkan kualitas buah tanaman                        kedelai. BPTP Jawa Timur. Badan
tomat (Zegbe et al., 2006). Selanjutnya Kebutuhan                    Litbang       Pertanian.    Departemen
air tanaman sangat penting sebagai pertimbangan                      Pertanian. 47Hal.
agar tidak mengalami reduksi produksi potensial
yang besar. (Prijono, S, 2008). Menurut Sriwijaya B           Bahrun, A. 2002. Deteksi dini tanaman yang
(2013) meyimpulkan bahwa pada tanaman mentimun                       mengalami kekurangan air untuk
volume air 1 liter dengan frekuensi penyiraman                       menentukan waktu pengairan. Bul.
sehari dua kali memberikan hasil yang lebih baik.                    Agron. 30:75-81.
Pada tanah vertisol kebutuhan air optimal tanaman             Bahrun, A. 2006. Respon tanaman kedelai
mentimun dicapai pada perlakuan volume air 1 liter                   terhadap system pengairan. Agriplus
dengan frekuensi penyiraman sehari dua kali.                         16:90-97.
                                                              Bahrun, A., C.R. Jensen, F. Asch, V.O.
                                                                     Mogensen. 2002. Drought-induced
                                                                     changes in xylem pH, ionic composition
                KESIMPULAN                                           and ABA concentration act as early
                                                                     signals in field grown maize (Zea mays
        Varietas kedelai Tanggamus, Ijen dan                         L.). J. Exp.Bot. 53:1-13.
Anjasmoro dengan perlakuan frekuensi pengairan                Bahrun, A., R. Hasid, Muhidin. 2007. Pengaruh
sebanyak dua dan tiga kali dapat mendukung                           pengairan sebagian daerah akar dengan
pertumbuhan dan hasil kedelai secara optimal.                        volume air yang berbeda terhadap
        Pertumbuhan dan hasil varietas tidak                         biomassa dan produksi tanaman
berpengaruh nyata, karena perbaikan lengas tanah                     kedelai. Agriplus 17:90-97.
melalui frekuensi irigasi sesuai dengan kebutuhan air
tanaman kedelai.
        Untuk mendukung pertumbuhan dan hasil
secara optimal disarankan pengairan dilakukan
162      Pengaruh Frekuensi Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
         (Sutardi, Arlyna B. Pustika, dan Mulyadi)
Bahrun1 A, Rachmawati Hasid, Muhidin, dan Dedi                           Pertanian.       Fakultas       Pertanian
       Erawan. 2012. Pengaruh Pengairan Separuh                          Universitas Pandjadjaran Jatinangor. PP
       Daerah Akar terhadap Efisiensi Penggunaan                         42.
       Air dan Produksi Kedelai (Glycine max L.)                 Kang, S., Z. Liang, W. Hu, J. Zhang. 1998.
       pada Musim Kemarau. J. Agron. Indonesia                           Water use efficiency of controlled
       40 (1) : 36 - 41 (2012).                                          alternate irrigation on rootdevided
Balai Penelitian Tanah. 2011. Petunjuk Analisis                          maize plants. Agric. Water Manage.
       Tanah Kering (PuTK). Balai Besar                                  38:69-76.
       Penelitian Sumber Daya Lahan dan Iklim.                   Lawn RJ, Byth DE. 1993. Saturated Soil
       Badan Litbang Pertanian. Departemen                               Culture A. Technology of Expand the
       Pertanian.                                                        Adaptasion of Saybean. Proceeding
BPS. 2014. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta                        World Research Conference IV. 5-9
       No. 17/03/34/Th.XVI, 3 Maret 2014. P 1-3.                         march 1989. Buenes Aires. Argentina. P
 Franzen,D.W. 2003. Saybean Soil Fertility,http//                        576-585.
       www.ext.nodak,edu/extpus/plansci/soilfert/1               Liu, F., M.N. Andersen, C.R. Jensen. 2003.
       64w.htm. [24 Maret 2003].                                         Loss of pod set caused by drought stress
Ghulahmahdi,M. 2009. Kedelai Ditanam dengan                              is associated with water status and ABA
       Sistem Budidaya Jenuh Air. Warta                                  content of reproductive structures in
       Agronomi. Depatemen Agronomi dan                          Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air
       hortikultura. IPB Bogor. Minggu, 15                               Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
       November 2009, 21:56. PP 1-6                                      Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik                             Merr). Jurnal        Ilmiah Pertanian
       untuk Penelitian Pertanian (edisi kedua).                         KULTURA, Vol.41(1): 43-49.
       Jakarta: UI Press. 698 hlm.                               Nursyamsi, D dan Nurul Fajri. 2008. Penelitian
Harsono.A. M.J. Mejaya dan Subandi. 2012. Potensi                        Korelasi Uji Tanah Hara Phosphorus di
       Jawa Timur dalam Mendukung Pencapaian                             Tanah Andisol untuk Kedelai (Glycine
       Swasembada Kedelai. Prosiding Seminar                             Max. L) Journal Ilmu Tanah dan
       Nasional      Tanaman     Pangan    ”Inovasi                      Lingkungan 5(2) 27-37.
       Teknologi Berbasis Ketahanan Pangan                       Oktaviani, Sugeng Triyono          dan Nugroho
       Berkelanjutan” Buku 3. Pusat Penelitian dan                       Haryono. 2013. Analisis Neraca Air
       Pengembangan Tanaman Pangan. Badan                                Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine
       Penelitian dan Pengembangan Pertanian. PP                         max (L) Merr. Pada Lahan Kering.
       542 -557.                                                         Juornal Teknik Pertanian Lampung.
Hermantoro. 2007. Kajian Pengelolaan Air Irigasi                         Vol.2(1): 7-16. Universitas Lapung. pp
       dan Penentuan Tanggal tanam Palawijo                              7-16.
       Menggunakan        Sofwere    Cropwat      di             Porwanto dan Suhartina. 2012. Uji Daya Hasil
       D.I.Yogyakarta. Journal Agroteknose Vol                           Lanjutan Galur-Galur Kedelai Berumur
       III.10 2 tahun 2007.                                              Genjah, Hasil Tinggi dan Toleran
Indradewa,D.,          Soemartono     Sastrowinoto,                      Kondisi Tanah Jenuh Air. Prosd Inovasi
       S.Notohadisuwarno dan        Hari Prabowo.                        Teknologi dan Kajian Ekonomi
       2004. Metabolisme Nitrogen pada Tanaman                           Komoditas Aneka Kacang dan Umbi
       Kedelai yang Mendapat Genangan dalam                              Mendukung Empat Sukses Kementerian
       Parit. Journal Ilmu Pertanian Vol. 11(2): 68-                     Pertanian.    Pusat    Penelitian     dan
       75.                                                               Pengembangan       Tanaman       Pangan.
                                                                         Badan Penelitian dan Pengembangan
Irwan W.E 2006. Budidaya Tanaman Kedelai
                                                                         Pertanian. PP 86-94.
       (Glycine max (L.) Merill). Jurusan Budidaya
                                                                                                              163
 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014: 154-164
Prijono, S. 2008. Evaluasi Kebutuhan Air Tanaman              Suyamto. H. 1991. Pengaruh Irigasi dan
        di 12 Kecamatan Wilayah Kabupaten                             Pemupukan pada Hasil Kedelai. Risalah
        Malang dngan Cropwat For Windows. Jurnal                      Hasil Penelitian Tanaman Pangan
        AGRITEK Vol 16(4): 600-780.                                   Tahun 1991. Balitan Malang. Badan
Rahmianna A.A. 2002. Produktivitas Kedelai Pada                       Penelitan dan Pengembangan Pertanian.
        Berbagai Tingkat Ketersedian Air pada                         p 123–129.
        Beberapa Fase Pertumbuhan Tanaman.                    Sriwijaya B. 2013. Kajian Volume dan
        Prosd Teknologi Inovatif Tanaman Kacang-                      Frekuensi Penyiraman Air Terhadap
        kacangan       dan    Umbi-umbian.       Pusat                Pertumbuhan dan Hasil Mentimun Pada
        Penelitian dan Pengembangan Tanaman                           Vertisol. Jurnal AgriSains Vol.4(7):77-
        Pangan.        Badan      Penelitian      dan                 88.
        Pengembangan Pertanian. P 61-70.                      Taufiq. A dan T. Sundari. 2012. Respon
Rockstron, J. 2001. On food and nalure in water                       Tanaman         Kedelai      Terhadap
        scarce Tropical countries, Journal of Land                    Lingkungan Tumbuh. Balai Penelitian
        and Water lnternational Series 99, pp 4-6.                    Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Sammonns, DJ., D.B. Peters and T.Hymowtz.1979.                        Pusat Penelitian dan Pengembangan
        Sereening Soybean for Drought Resistance                      Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan
        II. Drought Box Procedure. Crops Sci                          Pengembangan Pertanian. Buletin No
        19.717.722.                                                   23,2013. P 13-26.
Soverda.N, Evita2 dan Gusniwati 2013. Evaluasi dan            Troedson R.J, Lawn, DE Byth, GL Milson,
        Seleksi Varietas Tanaman Kedelai Terhadap                     1983, Saturated Soil Culture        and
        Naungan dan Intensitas Cahaya Rendah.                         Inovation Water Management Option
        http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handl                 for Saybean in the Tropics and
        e/123456789/13793/3_Adaptasi%20Beberap                        Subtropics. In : S Shamnugas Undaran
        a%20Varietas%20Tanaman%20Kedelai.pdf?                         and E.W. Sulzberger (Ed) Saybean
        sequence=1.[23 Agustus 2013].                                 Tropical and Subtropical Cropping
                                                                      System Proc. Symposium at Tsukuba .
Sudjudi; S. Untung dan A. Gaffat. 2005. Keragaan
                                                                      Japan. P 171-180.
        Agronomis Beberapa Varietas Unggul Baru
        Kedelai pada Lahan Sawah di Lombok.                   Upton, lvl. 1996. The economics of farming
        Prosiding Balai Pengkajian Teknologi                          system, Cambridge University Press,
        Pertanian NTB. Mataram.                                       UK.
Suharsono. 2010. Kepekaan Galur Kedelai Toleran               Yulianto. 2010. Pengkajian Perbenihan Padi
        Jenuh Air terhadap Ulat Grayak Spodoptera                     dan Kedelai. http://www.w3.org/1999/
        litura F.Superman : Suara Perlindungan                        html. [21 November 2011].
        Tanaman,       Balai   Penelitian     Kacang-         Zegbe, J.A., M.H. Behboudian, B.E. Clothier.
        Kacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang                       2006.Yield and fruit quality in
        Pertanian. Malang. Vol.1(3):13-21.                            processing tomato under partial
Sumarno dan Harnoto. 1998. Kedelai dan Cara                           rootzone drying. Europ. J. Hort. Sci.
        Bercocok Tanamnya. Pusat Penelitian dan                       71:252-258.
        Pengembangan Tanaman Pangan. Buletin
        Teknik 6:53 hal.
Suyamto A.A. Rahmianna dan L Sunaryo. 1989.
        Efisiensi Air Pengairan Tanaman Kedelai.
        Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan
        Tahunan komisariat. Himpunan Ilmu Tanah
        Indonesia Tahun 1998 Jawa Timur.
164      Pengaruh Frekuensi Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
         (Sutardi, Arlyna B. Pustika, dan Mulyadi)