0% found this document useful (0 votes)
101 views11 pages

Analisa Kestabilan Lereng Studi Kasus Kelongsoran Ruas Jalan Mandeh-Sungai Nyalo Kecamatan Koto Xi Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan

This document discusses the ventilation system planning for the C2 seam underground coal mine at PT. Nusa Alam Lestari coal mine in West Sumatra. It includes background information on the mine location and coal seams. The total air requirement for mining activities in seams C2 A is 20.6948 m3/sec and C2 B is 16.2436 m3/sec. The ventilation system uses an exhaust system with 7 auxiliary fans for C2 A and 6 auxiliary fans and 6 main fans for C2 B. The ventilation system model was created using Ventsim visual 3 software.

Uploaded by

NoviaAfrizal
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
101 views11 pages

Analisa Kestabilan Lereng Studi Kasus Kelongsoran Ruas Jalan Mandeh-Sungai Nyalo Kecamatan Koto Xi Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan

This document discusses the ventilation system planning for the C2 seam underground coal mine at PT. Nusa Alam Lestari coal mine in West Sumatra. It includes background information on the mine location and coal seams. The total air requirement for mining activities in seams C2 A is 20.6948 m3/sec and C2 B is 16.2436 m3/sec. The ventilation system uses an exhaust system with 7 auxiliary fans for C2 A and 6 auxiliary fans and 6 main fans for C2 B. The ventilation system model was created using Ventsim visual 3 software.

Uploaded by

NoviaAfrizal
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

“ANALISA KESTABILAN LERENG STUDI KASUS KELONGSORAN RUAS JALAN

MANDEH-SUNGAI NYALO KECAMATAN KOTO XI TARUSAN,

KABUPATEN PESISIR SELATAN”

JURNAL

SAHMIJAR

1306467/2013

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
ISSN: Jurnal Bina Tambang,

Perencanaan Sistem Ventilasi Pada Tambang Batubara Bawah


Tanah Seam C2 Di PT. Nusa Alam Lestari, Desa Salak,
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat

Rizka Sestiana1* and Bambang Heriyadi1**


1Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

* anarizkasesti@gmail.com
**bambang_heriyadi@yahoo.co.id

Abstract. PT. Nusa Alam Lestari is one of the mining companies engaged in coal mining located in the
Village of Salak, Talawi District, Sawahlunto City, West Sumatra. Mining activities carried out by PT. Nusa
Alam Lestari was initially carried out with open pit mines and underground mines. However, since 2011 no
open pit mining has been carried out due to the lack of economic coal mining (higher SR). So that currently
mining is only done with underground mining. With the room and pillar mining method. PT. Nusa Alam
Lestari has several seam coal reserves including the C1 seam, which ended its mining period in December
2017, because of that, it was followed by seam mining C2. As for the ventilation system used is the suction
system (exhaus system) with the arrangement of blower relay. Installation of the suction blower system is
followed by the installation of blowers, so that dirty air is immediately circulated out. Dirty air resulting from
mining activities from one suction hole comes out through the ventilation hole and then changes with clean
air entering through the other hole. The total air requirement for mining activities in C2 A seam is 20.6948
m3 / sec, and in C2 B seam is 16.2436 m3 / sec. The number of blowers needed at Seam C2 A is 7 auxilary
suction fans with a diameter of 20 '. And on the C2 B Seam, there are 6 auxilary suction fans with a diameter
of 20 'and at the ventilation holes there are 6 main blowers with a diameter of 32 ’' Modeling of the
ventilation system using Ventsim visual 3 and producing a 3D ventilation system model

Keywords: Blower, Ventilation, Air, Ventilation System Modeling.

1. Pendahuluan Batubara di Indonesia tersebar di beberapa daerah seperti


di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan Utara, Sulawesi, Jawa Barat, Sumatera Selatan,
sumberdaya alam yang beraneka ragam baik yang dapat Lampung, Jambi, Aceh, dan di Sumatera Barat seperti di
diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui. Salah Kabupaten Sijunjung dan Kota Sawahlunto. Dahulunya,
satunya adalah Batubara, batubara merupakan sumber penambangan batubara di Kota Sawahlunto dilakukan
daya alam yang tidak dapat diperbarui. dengan metode tambang terbuka. Namun seiring dengan
menipisnya cadangan dan semakin dalamnya keberadaan
Untuk mendapatkan batubara maka dilakukanlah batubara maka metode penambangan dialihkan dengan
kegiatan penambangan. Dalam kegiatan penambangan menggunakan metode tambang bawah tanah.
terdapat beberapa metode penambangan yang dapat
diterapkan, yaitu metode tambang terbuka, dan tambang PT. Nusa Alam Lestari merupakan salah satu perusahaan
bawah tanah. Tambang terbuka (surface mining) tambang yang bergerak dibidang pertambangan batubara
dilakukan apabila cadangan batubara mempunyai yang berlokasi di Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota
Striping Ratio (SR) yang relatif kecil dan cadangan tidak Sawahlunto, Sumatera Barat. Kegiatan penambangan
berada jauh dari permukaan, tambang bawah tanah yang dilakukan oleh PT. Nusa Alam Lestari awalnya
(underground mining) dilakukan apabila cadangan dilakukan dengan tambang terbuka dan tambang bawah
batubara mempunyai Striping Ratio (SR) yang relatif tanah. Namun sejak tahun 2011 tidak lagi dilakukan
besar dan cadangan batubara berada jauh dari tambang terbuka dikarenakan tidak ekonomisnya
permukaan, sehingga tidak layak untuk dilakukan penambangan batubara (SR semakin tinggi). Sehingga
penambangan terbuka. saat ini penambangan hanya dilakukan dengan tambang
bawah tanah. Aktivitas penambangan dilakukan pada 3

1333
blok yaitu blok 1 (sapan dalam), blok 2 (bukit tamban), untuk melakukan penelitian tentang perencanaan sistem
blok 3 (tanah kuning).. jaringan ventilasi pada seam C2 dengan judul
“Perencanaan Sistem Ventilasi Tambang Batubara
PT. Nusa Alam Lestari memiliki beberapa seam Bawah Tanah Pada Seam C2 Di PT. Nusa Alam Lestari,
cadangan batubara diantaranya pada seam C1 yang masa Desa Salak, Sapaan Dalam Kecamatan Talawi, Kota
tambangnya berakhir pada Desember 2017 lalu, karena Sawahlunto, Sumatera Barat’’
hal itu maka dilanjutkan dengan penambangan seam C2
dimana lokasi penelitian penulis berada pada blok 1 2. Tinjauan Pustaka
(sapan dalam) yang berada pada arah timur yaitu Seam
C2 yang akan dibuka dengan 2 lubang utama dan 1 2.1 Lokasi Penelitian
lubang ventilasi, yang dalam perencanaan ventilasinya
menggunakan sistem hisap. Rata-rata produksi per bulan Secara administratif konsesi penambangan PT. Nusa
4000 ton, dengan bulan produksi diperkirakan 37 bulan, Alam Lestari termasuk dalam wilayah Parambahan, Kec.
umur tambang dimulai dari tahap development sampai Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Jarak antara
akhir produksi diperkirakan selama 40 bulan. Namun daerah penambangan dengan Kota Padang ± 90 km
pada saat ini tambang tersebut masih dalam tahap disebelah timur Kota Padang, ditempuh dengan
pembongkaran tanah penutup (over burden), dan menuju kendaraan roda empat pada jalan Lintas Sumatra melalui
tahap development. Padang - Kota Solok - Kota Sawahlunto dengan waktu
tempuh ± 3-4 jam, yang dapat dilihat pada Gambar 1
Development merupakan tahap persiapan infrastruktur
tambang, tidak hanya berupa lubang maju, connection,
panel, cross cut, dan draw point untuk aktivitas
produksi, tetapi juga aspek pendukung lainya seperti
ground support dan sarana pengangkutan batubara dari
dalam tambang menuju stock pile. Disamping beberapa
aspek di atas, ada salah satu aspek yang sangat vital
dalam keberlangsungan tambang bawah tanah mulai dari
awal membuka tambang sampai pada pasca tambang,
aspek tersebut adalah ventilasi tambang yang berfungsi
untuk mengalirkan udara bersih ke dalam tambang untuk sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2015)
pernapasan bagi para pekerja dan mengalirkan keluar gas Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah Lokasi PT.Nusa
serta debu tambang yang berbahaya. Alam Lestari
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan luas area
design yaitu 7,7 Ha, dengan volume batubara seam C2 Secara geografis wilayah penambangan PT. Nusa Alam
231.000 M3, dan tonase batubara C2 sebesar 277.200
Lestari terletak pada koordinat 100o45’48’’ BT –
ton. Batubara yang diambil saat pembuatan lubang
development (lubang maju, Panel, dan cross cut) sebesar 100o46’48” BT dan 00o36’45” LS – 00o37’12” LS.
59.626 ton, dan sisa cadangan batubara setelah tahap
Koordinat geografis batas wilayah Izin Usaha
development 217.574 ton. Kemudian sisa batubara yang
Penambangan (IUP) operasi produksi batubara dapat
bisa di ambil saat produksi (pengambilan mundur)
dilihat pada Tabel 1.
sebesar 87.030 ton (recovery produksi = 40 %).
Tabel 1. Koordinat Batas Wilayah Kuasa Penambangan (KP)
Eksploitasi
Untuk tahapan penambangan development tahap
pertama akan dibuat lubang maju dengan panjang 282 m
pada lubang seam C2 A dan lubang maju seam C2 B 275
m, setelah pembuatan lubang maju akan dilanjutkan
dengan pembuatan connection, panjang lubang masing-
masing connection A-B 60 m dengan jumlah connection
8 buah, dengan volume batubara 6120 m3 dan tonase
batubara 7344 ton, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan panel dan cross cut, dimensi panel dan cross
cut (atap = 3m, lantai = 3,5 m, tinggi 3 m) , jumlah
pekerja untuk pembuatan lubang maju serta pembuatan
panel masing-masing berjumlah enam orang dengan
rincian pekerja lubang tiga orang, pengawas tambang
satu orang, pegawas K3 satu orang dan pengawas
kelistrikan satu orang.

Berdasarkan kondisi di atas, dan dikarenakan belum ada


rancangan sistem ventilasi seam C2 dan belum diketahui
kualitas da kuantitas udaranya, maka penulis tertarik

2
Berikut peta lokasi IUP OP batubara PT. Nusa Alam 1) Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur
Lestari, Desa Salak, Kec. Talawi dapat dilihat pada Gambar
rendah ke temperatur tinggi.
2) Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-
2 berikut ini:
jalur ventilasi yang memberikan tahanan yang
lebih kecil dibandingkan dengan jalur yang
bertahanan lebih besar.
3) Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu
diikuti dalam perhitungan ventilasi tambang.
4) Tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan
atmosfir, bisa positif (blowing) atau negatif
(exhausting).
5) Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu
hubungan antara kuantitas dan tekanan, bila
kuantitas diperbesar dua kali lipat maka
dibutuhkan tekanan empat kali lipat.

sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2015) Menurut Minev Ranjan, dkk (2013) di dalam jurnal
Gambar 2. Peta Lokasi Wilayah IUP PT. Nusa Alam Mine Ventilation in a Board and Pillar Mines Using
Lestari CFD, fungsi dasar ventilasi tambang adalah:

Ventilasi merupakan suatu usaha pengendalian terhadap “Fungsi dasar ventilasi tambang adalah menyediakan
pergerakan atau aliran udara tambang, termasuk udara segar untuk pernapasan dan untuk mengantisipasi
didalamnya adalah jumlah, mutu dan arah alirannya. keadaan buruk yang mungkin terjadi di masa
Secara teknis, ventilasi tambang harus merupakan mendatang. Akibat proses penambangan, aliran udara
pengaturan total baik dari segi ketersediaan udaranya menjadi pengap, dan tidak baik bagi kesehatan. Oleh
maupun bukaan saluran udara dan peralatan pengaliran karena itu sistem ventilasi harus mampu mengurangi
yang dibutuhkan. Pembagian udara segar kedalam konsentrasi dari kontaminan. Kontaminan yang paling
tambang bawah tanah dimaksudkan untuk menciptakan besar pengaruhnya adalah debu, panas, dan gas beracun.
ruang kerja yang aman dan nyaman. Adapun langkah paling penting untuk mengatasi
kontaminan ini adalah dengan jalan mengalirkan udara
segar”.
a. Fungsi Ventilasi Tambang
Sistem ventilasi tambang bawah tanah dapat dibedakan
1) Menyediakan dan mengalirkan udara segar
ke dalam dua macam sistem yaitu sistem ventilasi alami
kedalam tambang untuk memenuhi kebutuhan
(natural ventilation sistem) dan sistem ventilasi mekanis
oksigen bagi pernafasan para pekerja dalam
(mechanical ventilation sistem).
tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi
dalam tambang yang memerlukan oksigen
Sistem ventilasi alami (natural ventilation sistem) adalah
2) Melarutkan dan membawa keluar gas-gas
suatu sistem ventilasi yang mengalirkan udara ke
pengotor yang ada didalam tambang hingga
dalam tambang dengan memanfaatkan keadaan dan
tercapai keadaan kandungan gas dalam udara
tenaga alam. Mengalirnya udara disebabkan karena
tambang yang memenuhi syarat bagi pernafasan.
adanya perbedaan tekanan antara jalan udara masuk
3) Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran
dengan jalan udara keluar. Perbedaan ini harus cukup
udara tambang bawah tanah hingga batas yag
besar agar dapat mengatasi adanya gesekan belokan dan
diinginkan.
perubahan penampang pada aliran udara di dalam
4) Mengatur panas dan kelembapan udara tambang
tambang.Ventilasi alami sangat tergantung dari
bawah tanah hingga diperoleh suasana/
perbedaan ketinggian bukaan serta perbedaan temperatur
lingkungan kerja yang nyaman.
di dalam dan di luar tambang. Makin besar perbedaan
tersebut maka tekanan ventilasi alam akan semakin
Udara diperlukan tidak hanya untuk pernafasan tetapi
besar pula (Balai Diklat TBT, 2006). Apabila temperatur
juga untuk membubarkan kontaminasi kimia dan fisika
udara di dalam tambang lebih tinggi dari temperatur
(gas, debu, panas, dan kelembaban) serta untuk
udara di luar tambang (misalnya pada malam hari atau
mencairkan emisi diesel, asap peledakan, radiasi, emisi
pada saat musim hujan) maka tekanan udara di dalam
baterai, dan kontaminasi lainnya.
tambang akan lebih besar dari tekanan udara di luar
tambang sehingga udara akan mengalir dari luar
b. Prinsip Ventilasi Tambang.
tambang ke dalam tambang.
Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang
Sistem ventilasi mekanis (mechanical ventilation sistem)
bawah tanah, berlaku hukum alam bahwa (Pusdiklat
adalah suatu sistem ventilasi yang udara ke dalam
Teknologi Minerba BDTBT, 2002:1):
tambang dengan menggunakan mesin angin sebagai alat

3
untuk memberikan perbedaan tekanan Sistem ventilasi ada di lapangan untuk diangkat menjadi latar belakang
ini dibedakan menjadi dua sistem (Balai Diklat TBT,
2006) yaitu sistem hisap dan sistem hembus: dan judul penelitian.

1) Sistem Hisap (Exhaust System) b. Studi Literatur


Pada sistem ini mesin angin induk diletakan pada jalan
udara keluar. Dengan adanya isapan mesin angin ini, Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan
maka tekanan udara di dalam tambang akan mengecil
dan udara dari luar tambang yang bertekanan besar akan materi yang akan dibahas dilapangan melalui buku-
masuk ke dalam tambang. Setelah melalui tempat kerja
maka udara akan menjadi kotor dan dihisap oleh mesin buku, jurnal dan sumber lainnya.
angin untuk dialirkan keluar tambang.
c. Pengambilan Data
2) Sistem Hembus (Forcing System)
Pada sistem ini mesin angin utama diletakkan pada jalan Pengambilan data dilakukan setelah mempelajari
udara masuk. Mesin angin ini akan menekan udara ke
dalam tambang, sehingga udara mengalir melalui jalan- literatur dan orientasi lapangan. Data yang diambil
jalan udara di dalam tambang.
berupa data primer dan data sekunder. Untuk data
3) Metode Hisap Hembus (overlap system)
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting primer diambil langsung di lapangan, sedangkan untuk
dan forcing. Berbeda dengan kedua sistem diatas, sistem
ini menggunakan 2 fan yang memiliki tuas berbeda satu data sekunder didapat dari literatur perusahaan atau
sama lain. Ada dan yang bertugas menyuplai udara ke
front (intake fan), ada fan yang bertugas untuk laporan perusahaan.
menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi
exhaust fan dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari d. Pengolahan Data
front penambangan. Sedangkan duct akhir dari intake
dipasang lebih dekat dengan front penambangan. Setelah data didapatkan maka selanjutnya adalah

Desain ventilasi yang baik dapat memberikan udara pengelompokan dan pengolahan data. Data yang
segar untuk meningkatkan lingkungan kerja yang
nyaman dan penyaluran udara yang baik, oleh karena itu diambil berupa data primer dan data sekunder. Untuk
diperlukan perhitungan untuk optimalisasi terhadap
sistem ventilasi tambang data primer diambil langsung di lapangan, sedangkan

3. Metode Penelitian untuk data sekunder didapat dari literatur perusahaan

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah atau laporan perusahaan.
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2013: 2).Dalam penelitian ini penulis e. Analisis Pengolahan Data
menggunakan penelitian yang bersifat terapan, dimana
hasil penelitian yang dilakukan dapat segera Setelah semua data yang ada diolah selanjutnya
diaplikasikan di perusahaan.Tahapan penelitian sebagai
berikut: dilakukan analisis data yang sudah diolah. Analis
a.Orientasi Lapangan
pengolahan data bertujuan untuk :
Penulis melakukan perizinan keperusahaan untuk
1) Perhitungan kebutuhan total udara pada front
melakukan observasi di lapangan. Setelah mendapat
penambangan batubara di lubang Seam C2 PT.
persetujuan dari perusahaan, penulis melakukan
Nusa Alam Lestari.
observasi/tinjauan kelapangan di penambangan
2) Perhitungan kebutuhan jumlah blower setiap
batubara bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari, dan
lubang di Seam C2 PT. Nusa Alam Lestari.
mendapatkan rekomendasi tentang permasalahan yang
3) Membuat simulasi dan desain sistem jaringan

ventilasi dengan pemasangan main fan sistem

4
hisap (exhaust system) di lubang Seam C2 kebutuhan udara untuk pernafasan pekerja tambang
dan untuk setiap tenaga kuda yang sedang produksi
penambangan batubara bawah tanah PT. Nusa di lokasi tambang bawah tanah.
b. Merancang simulasi dan design sistem jaringan
Alam lestari. ventilasi tambang dengan menggunakan Software
ventsim visual 3.
f. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan diperoleh dari hasil pengamatan 4.Hasil dan Pembahasan


lapangan,perhitungan, dan analisis data. Kemudian 4.1 Data Hasil Penelitian
dihasilkan suatu rekomendasi yang bermanfaat bagi Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada Bab 3 bahwa
perusahaan. Serta saran-saran agar apa yang data penelitian dari data sekunder. Data tersebut harus
direkomendasikan bisa dijadikan pertimbangan oleh dikumpulkan agar penelitian dapat berjalan lebih baik
perusahaan. dan terstruktur
3.1 Teknik Pengumpulan Data 4.1.1 Rencana Produksi
Untuk proses pengumpulan data sendiri dilakukan Untuk perencanaan ventilasi tambang bawah tanah
dengan turun langsung kelapangan,data yang diambil maka rencana produksinya yaitu Luas area design yaitu
harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang ada. = 7.7 Ha, volume BB C2 = 231.000 M 3, tonase BB C2 =
Teknik pengumpulan data diambil dari data-data Primer 277.200 Ton, sisa cadangan setelah tahap development
dan sekunder dari perusahaan. Metode teknik (Lb maju, panel dan Cross cut) = 59.626 Ton, sisa
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini cadangan setelah tahap Development = 217.574 Ton,
adalah metode observasi yaitu metode pengumpul data Sisa BB yang bisa di ambil saat produksi (pengambilan
yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat mundur) = 87.030 Ton(Recovery produksi = 40 %),
secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Supardi, jumlah batubara C2 tertambang = 146,656 Ton, Rata-
2006 : 88). rata produksi per bulan = 4000 Ton, Bulan produksi
diperkirakan = 37 bulan, untuk pembutan Canopy dan
Adapun data-data yang diambil disini adalah : Terowongan pengambilan napar sampai ke batubara = 3
a. Pengukuran Kecepatan udara dengan menggunakan bulan, dan umur tambang dimulai dari development
alat anemometer digital di lubang seam C1,yang (canopy & terowongan pengambilan napar) sampai akhir
digunakan sebagai pembanding kecepatan udara produksi diperkirakan = 40 bulan.
untuk perencanaan lubang Seam C2.
b. Pengukuran suhu di lubang seam C1, yang digunakan
4.1.2 Peta Rencana Layout
sebagai pembanding suhu untuk perencanaan lubang
Seam C2.
c. Pengukuran Kualitas Udara yang menyangkut
dengan kondisi gas-gas di dalam lubang seam C1,
yang digunakan sebagai pembanding kualitas udara
untuk perencanaan lubang seam C2 dengan
menggunakan alat multi gas detector
d. Peta rencana seam C2
e. Jenis Peralatan dan jumlah pekerja
f. Dimensi lubang utama,dimensi panel dan crosscut

3.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah teknik yang dibutuhkan

untuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk


Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (2018)
kebutuhan penelitian agar mendapatkan suatu
Gambar 3. Peta Rencana Layout
kesimpulan. Adapun tahapan untuk analisis dan
4.1.3 Dimensi Lubang
pengolahan data yang penulis lakukan yaitu :
Metode penggalian lubang pada tambang bawah tanah
PT. Nusa Alam Lestari dilakukan dengan cara manual.
a. Perhitungan kebutuhan udara untuk operasional
Penggaliannya saat ini masih menggunakan jack
penambangan Analisis pertama yang penulis lakukan
hammer, dan untuk pengangkutan menggunakan sekop,
yaitu melakukan perhitungan berapa kebutuhan udara
untuk kegiatan penambangan yang meliputi
5
gerobak dan lori. Untuk perhitungan selanjutnya diambil bawah), dan di dasar sumuran buangan udara pada lokasi
data dimensi lubang agar memudahkan perhitungan. bukaan produksi yang mempunyai satu jalan masuk.
Tabel 2 merupakan data dimensi lubang seam C2. Untuk pengukuran kandungan gas digunakan alat gas
No Dimensi LA LB T (m) detector. Tabel 2 berikut merupakan hasil pengukuran
kandungan gas pengotor di Lubang Seam C1 yang
digunakan sebagai pembanding untuk perencanaan
lubang (m) (m) lubang Seam C2

1 Lubang Utama 4 4.5 3

2 Panel 3 3.5 3

3 Cross Cut 3 3.5 3

Keterangan : LA = Lebar Atas


LB = Lebar Bawah
T = Tinggi
Gambar 4 berikut merupakan data dimensi lubang untuk
Seam C2

4.1.6 Temperatur dan Kecepatan Angin

Untuk mengukur temperatur sebagai pembanding di


lubang seam C1. PT. Nusa Alam Lestari menggunakan
alat slink pshycometri, dan untuk pengukuran kecepatan
angin menggunakan anemometer digital. Tabel 3
merupakan hasil pengukuran temperature dan kecepatan
angin pada seam C1 yang digunakan sebagai
pembanding untuk seam C2

4.1.4 Dimensi dan Kapasitas Blower


Blower atau disebut juga mesin angin sangat penting
dalam sistem ventilasi, dimana blower ini bertugas
memberikan perbedaan tekanan agar udara dapat
mengalir di seam C2 menggunakan 2 blower, yaitu
blower utama (main blower) dan blower bantu (auxiliary
blower). Spesifikasi dari blower yang digunakan dapat
dilihat di Lampiran.

4.1.5 Kandungan Gas Pengotor


4.2 Pengolahan Data
Ada beberapa macam gas pengotor dan berbahaya yang
terdapat dalam tambang batubara. Namun yang sering Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk
muncul pada lubang Seam C1 sebagai pembanding untuk mendapatkan gambaran real keadaan saat ini, serta
lubang Seam C2 adalah gas metan (CH4), karbon mendapatkan perencanaan sistem ventilasi untuk Seam
monoksida (CO), dan Hidrogen Sulfida (H2S). Gas C2 di PT. Nusa Alam Lestari.Berikut ini langkah-
pengotor diukur pada tempat-tempat tertentu yang telah langkah pengolahan data:
diatur dalam Kepmen 555.K/26/M.PE/1995, yaitu di
lokasi 30 meter dari permukaan kerja terowongan, 15 4.2.1 Kebutuhan Udara Total
meter dari lubang turun (lubang yang kemiringannya
lebih dari 150 dan penggaliannya dilakukan dari atas ke

6
Udara di dalam lubang dipergunakan untuk pernafasan = 1,0086 m3/dtk
para pekerja, mendilusi gas metan, mengatasi panas dan
kelembaban, untuk kebutuhan alat, serta untuk Keterangan: Data produksi pergilir merupakan data
penggalian lubang maju. perencanaan untuk Seam C2 dalam periode 1 bulan.

a. Kebutuhan Udara bagi Pernafasan Para Pekerja Maka kuantitas udara untuk mendilusi gas metan
diperoleh dengan perhitungan seperti persamaan di
Untuk kebutuhan pernafasan setiap pekerja, telah diatur bawah ini.
di dalam Kepmen, yaitu sebesar 2 m3/menit perorang, Q(C2 A) = [ Qg / ( MAC – B ) ] – Qg
atau 0,03 m3/detik perorang. Dengan jumlah pekerja = [1,0198 (m3/dtk) / (0,0025 – 0,001)] –
pada Seam C2 A sebanyak 60 orang, dan untuk Seam C2 1,0198
B sebanyak 42 orang kebutuhan udara pernafasan Q = 678,8402 m3/dtk
dirancang untuk 102 orang dengan rincian perlubang:
Q(C2 B) = [ Qg / ( MAC – B ) ] – Qg
1) Pekerja tambang = 3 orang = [ 1,0086 (m3/dtk) / (0,0025 – 0,001)] –
2) Instalasi listrik = 1 orang 1,0086
3) Pengawas K3 = 1 orang Q = 671,3914 m3/dtk
4) Pengawas = 1 orang
Keterangan :
Maka jumlah udara pernafasan masing-masing lubang Qg = Jumlah emisi gas metan (m3/dtk)
adalah: Q = Jumlah Udara untuk menetralkan gas
- Q pernafasan (C2 A)= 60 orang × 0,03 m3/detik = 1,8 (m3/dtk)
m3/detik MAC =Maximum Allowable Concentration
- Q pernafasan (C2 B)= 42 orang x 0,03 m3/detik = 1,26 (0,25%)
m3/detik B = Konsentrasi gas metan dalam udara
normal (0,1%)
b. Kebutuhan Udara untuk Mendilusi Gas Metan
c. Kebutuhan Udara untuk Mengontrol Panas dan
Perhitungan jumlah udara untuk menetralkan gas metan Kelembaban
dilakukan dengan mengalikan produksi penggalian
pergilir dengan keluaran emisi gas metan yang Pada lubang tambang banyak sumber-sumber panas yang
dilambangkan dengan Y (Pusdiklat Teknologi dan dapat meningkatkan suhu lubang. Sumber panas itu
Minerba BDTBT, 2002: 35) antara lain (Departemen ESDM,2009:8):
Tabel 4. Data Terowongan 1)Pemampatan Udara (Autocompression)
No Seam Panjang Dip Kedalaman Proses aliran udara masuk (intake air) dari luar
Terowongan (M) (o) Lubang (x) masuk ke dalam tunnel akan menimbulkan panas.
1 C2 A 282 30 141
2 C2 B 275 30 137,5 2)Pemakaian Peralatan Mekanis dan Penerangan
Peralatan mekanis seperti jack hammer dan lori
serta lampu penerangan seperti lampu neon akan
menimbulkan panas.Panas Batuan (Geothermal
Gradient)
Keterangan : 3)Dry temperature bawah permukaan akan
Y = Jumlah keluaran gas metan (m3/ton) meningkat seiring dengan kedalaman lubang
bukaan yang dibuat. Setiap jenis batuan
X =Kedalaman penambangan (m) (kedalaman dari mempunyai derajat panas yang berbeda (virgin
permukaan sampai lubang penggalian maju) rock temperature). Contoh : Coal mine UK (1,8-
Sehingga jumlah emisi gas metan yaitu: 4)0C/100 mtr, Anaconda Copper Montana (4,6-6)
0
C/100 mtr.
Qg(C2 A)= rata-rata produksi/gilir × jumlah pancaran gas
metan × 1/waktu efektif jam kerja pergilir 4)Sensible Heat Flow
(8jam) Panas dari dinding batuan yang ditransfer ke
= 4000 ton batubara /gilir × 7,343 m3 CH4/ ton dalam aliran ventilasi pada lubang bukaan.
batubara × ....1/28.800 dtk
= 1,0198 m3/dtk 5)Panas dari Peledakan (Blasting)
Panas dari peledakan merupakan panas singkat
Qg(C2 B)= rata-rata produksi/gilir × jumlah pancaran gas yang bisa membuat lingkungan udara di front
metan ×.1/waktu efektif jam kerja pergilir kerja menjadi relatif lebih panas dari tmpat
(8jam) sekitarnya. Oleh karena itu aliran udara dapat
= 4000 ton batubara /gilir × 7,2625 m3 CH4/ ton berbalik kembali ke front kerja tempat dimana
batubara × ....1/28.800 dtk
7
peledakan baru saja terjadi. Konsekuensinya debu Maka, kebutuhan udara total di lubang Seam C2 dapat
tidak terbawa keluar.
6)Human Metabolism (Respirasi) dilihat pada Tabel 5 berikut:
Panas yang dikeluarkan tubuh saat bekerja karena Tabel 5. Kebutuhan Udara Total di Lubang Seam C2
respirasi. Jumlah Udara (m3/dtk)
7)Oksidasi Kebutuhan Udara
Panas yang timbul karena terjadinya proses Seam C2A Seam C2B
oksidasi di dalam tambang, contoh : oksidasi pada Pernafasan 1,8 1,26
batubara (spontaneous combustion) dan
timber/kayu. Dilusi gas metan 1,0198 1,0086
8)Pergeseran Batuan (Rock Movement)
Pergeseran batuan yang diakibatkan karena
adanya gangguan geologi Panas dan kelembaban 12,75 9,75
(fault,amblegan/subsidence, atau atap runtuh)
akan menimbulkan panas. Untuk alat 1,3 1,3

Untuk mengantisipasi panas yang berlebihan maka diatur


Penggalian lubang maju 3,825 2,925
bahwa kuantitas udara untuk mengontrol panas dan
kelembaban adalah 0,5-2,5 m/dtk dikalikan dengan luas
terowongan/lubang (Departemen ESDM BDTBT, Total (m3/dtk) 20,6948 16,2436
2009:27). Sebagai antisipasi maka kecepatan udara
untuk mengontrol panas dan kelembaban diambil pada
angka 1 m/dtk.
4.3 Perencanaan Sistem Jaringan Ventilasi Dengan
Memasang Main Fan Sistem Hisap ( Exhaust
Lubang Utama Panel dan Crosscut
System)
Q =V×A Q =V×A
Rancangan yang dilakukan menggunakan software
= 1 m/dtk × 12,75 m2 = 1 m/dtk × 9,75 m2
Ventsim Visual 3, software ini dipakai karena dianggap
= 12,75 m3/dtk = 9,75 m3/dtk
lebih mudah dalam penggunaannya dibandingkan
dengan software yang dipakai sebelumnya yaitu
d. Kebutuhan Udara untuk Alat Kazemaru, Ventsim dalam penggunaannya lebih mudah
salah satu contohnya adalah pembuatan saluran udara,
Alat yang digunakan untuk penambangan adalah 13 unit cukup menggunakan data center line dari Auto Cad dan
jack hammer dengan masing-masing bertenaga 2 HP (1 untuk simulasi kita dapat menambahkan auxilary fan.
HP= 746 watt) . Karena kebutuhan udara ditambah 3 Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan software
m3/mnt untuk setiap HP, maka kebutuhan udara untuk Ventsim Visual 3, perencanaan sistem ventilasi tambang
jack hammer adalah 78 m3/mnt, atau 1,3 m3/dtk. Seam C2 akan dibuka dengan 2 lubang yaitu, lubang
seam C2A, lubang seam C2B dan 1 lubang ventilasi.
e. Kebutuhan Udara untuk Penggalian Lubang
Maju Dengan berpedoman kepada layout rencana tambang
bawah tanah PT. Nusa Alam Lestari yang ada pada
Dalam kegiatan penambangan bawah tanah, penggalian lampiran 1 kita dapat membuat perencanaan ventilasi
dilakukan di setiap cabang dan di front penggalian tambang bawah tanah lubang Seam C2. Layout pada
lubang maju. Oleh karena itu berdasarkan Buku Diklat lampiran 1 adalah layout perencanaan penambangan
Kepala Tambang dan Kepala Lubang Tambang Batubara dengan umur tambang yang diperkirakan selama 40
Bawah Tanah Tahun 2009 menjelaskan perlunya bulan.Gambar di bawah ini merupakan gambar yang
penyediaan udara di front penggalian lubang maju diambil dari data center line dari autocad.
dengan kecepatan 0,3 m/dtk dengan jumlah udara:
a) Lubang Utama
b) Panel dan Crosscut
Q =V×A
Q =V×A
= 0,3 m/dtk × 12,75
= 0,3 m/dtk × 9,75
m2
m2
= 3,825 m3/dtk
= 2,925 m3/dtk

Sumber : Desain ventsim visual 3


Gambar 5. Data Center line dari Autocad

8
Data-data yang diperlukan untuk di input kedalam Seam C2 A dan Seam C2, masing- masing
program Ventsim adalah: connection akan diberi sekat yang sewaktu-waktu
dapat dibuka. Tujuan dari diberi sekat ini agar udara
1. Data centerline dari autocad tidak masuk ke tempat selain fort kerja.Dan untuk
2. Spesifikasi blower mengeluakan udara kotor keluar maka akan
3. Dimensi lubang dilakukan pemasangan 6 main fan blower Hisap
berdiameter 32” (75 KW).
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Dari hasil perhitungan Kebutuhan udara total di


lubang seam C2 diketahui bahwa, Seam C2 A
membutuhkan udara sebanyak 20,6948 m3/s untuk
mendukung 7 panel yang akan dilakukan
Sumber : Desain ventsim visual 3 development dan 31 crosscut., sedangkan untuk
Gambar 6. Desain lubang Seam C2 menggunakan Seam C2 B membutuhkan udara sebanyak 16,2436
Ventsim Visual 3. m3/s untuk mendukung 6 panel yang akan
dilakukan development dan 22 crosscut
Dari rancangan diatas bisa kita lihat bahwa udara bersih 2. Berdasarkan layout seam C2 (gambar 20 ), dan
yang masuk melalui lubang Seam C2 A dan Seam C2 B, permodelan menggunakan software Ventsim Visual
kemudian dialirkan ke arah panel dan crosscut dan 3 diketahui Jumlah blower yang dibutuhkan di
kemudian dikeluarkan kembali melalui lubang ventilasi Seam C2 A sebanyak 7 auxilary fan hisap
yang menggunakan sisem hisap.Kegiatan penambangan berdiameter 20’’. Dan pada Seam C2 B sebanyak 6
ini untuk kedepannya pada lubang ventilasi akan auxilary fan hisap berdiameter 20’’.Serta pada
menggunakan main fan sistem hisap dengan blower lubang ventilasi terdapat 6 blower utama dengan
utama Axial Fan 32’’ dengan daya 4000 watt dan blower diameter 32‘’
bantu dengan menggunakan sistem hembus Axial Fan
20’’ dengan daya 110 watt. 5.2 Saran

Dari hasil perhitungan kebutuhan udara, permodelan Saran dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai
ventilasi menggunakan Ventsim Visual 3, agar sistem berikut:
ventilasi yang direncanakan dapat berjalan untuk
mendukung aktifitas development pada tambang seam 1. Dalam tahap development Main Fan Hisap pada
C2 PT.Nusa Alam Lestari, maka pada setiap Seam harus lubang ventilasi belum terlalu dibutuhkan, karena
menggunakan sistem kontrol dan auxiliary fan pada lubang seam C2 A dan Seam C2 B sementara
berdasarkan hasil yang telah diperoleh. Berikut akan dipakai blower bantu berdiameter 32 “ sampai
pembahasan sistem ventilasi untuk setiap Seam. akhirnya seluruh pembuatan lubang maju selesai.
2. Perlu dilakukan pengecekan kondisi semua
1. Seam C2 A auxiliary fan yang sudah ada dan dilakukan
Seam C2 A membutuhkan udara sebanyak 20,6948 perawatan agar dapat digunakan kembali dan
m3/s untuk mendukung 7 panel yang akan dilakukan apabila terdapat auxiliary fan dalam kondisi rusak
development dan 31 crosscut maka agar kebutuhan dapat segera diganti guna menunjang aktifitas
udara 20,6948 m3/s dapat tercapai diperlukan kontrol development
ventilasi dengan pemasangan 7 blower bantu pada 3. Sebaiknya para pekerja lebih meningkatkan lagi
setiap panel dengan diameter 20 “ (37 KW) penggunaan safety dalam bekerja seperti memakai
masker dan kacamata safety untuk menjaga
2. Seam C2 B kesehatan jangka panjang para pekerja itu
Seam C2 B membutuhkan udara sebanyak 16,2436 sendiri.
m3/s untuk mendukung 6 panel yang akan dilakukan 4. Untuk menjaga kuantitas dan kualitas udara
development dan 22 crosscut maka agar kebutuhan tambang bawah tanah, maka Kepala Teknik
udara 16,2436 m3/s dapat tercapai diperlukan kontrol Tambang atau Pengawas Lubang harus selalu
ventilasi dengan pemasangan 6 blower bantu pada melakukan pengontrolan dan pengecekan secara
setiap panel dengan diameter 20 “ (37 KW). rutin.

3. Lubang Ventilasi
Pada lubang ventilasi akan terdapat 8 connection
yang digunakan untuk menghubungkan antara lubang

9
DAFTAR PUSTAKA [12] Pandiangan, Colbert Krisstrofel, dkk. 2013.
Analisis Rancangan Sistem Ventilasi dalam
[1] Agricola, Georgius. 2005. Basic Mine Ventilation. Meningkatkan Kenyamanan Termal Pekerja di
Australia: AMC Consultants. Ruangan Formulasi PT.XYZ. Jurnal Teknik Industri
FT USU. Vol.1, No.1, hlm 1-6.
[2] Akande, J.M dan Onifade Moshood. 2013. [13] Ranjan, Mitev., Karan Kumar, Subrata Kr.Gosh.
Modelling of Okaba Underground Coal Mine 2013. Mine Ventilation in a Board and Pillar Mines
Ventilation System. International Journal of Using CFD. International Journal of Emerging
Engineering and Technology. Vol.3, No.7, hlm Technology and Advanced Engineering. Vol.3, hlm
766-772. 389-393.
[14] Rifal Kurnia Putra, Bambang Heriyadi, Yoszi
[3] Andi Asmunandar, Bambang Heriyadi.2018. Mingsi Anaperta.2015.Jurnal Perencanaan
Evaluasi Dan Rancangan Sistem Ventilasi Pada Ventilasi Tambang Bawah Tanah Menggunakan
Lubang Tambang Bmk-35 Cv. Bara Mitra Software Kazemaru Di Cv. Tahiti
Kencana, Tanah Kuning, Desa Batu Tanjung, Kota Coal.Skripsi.Universitas Negeri Padang.
Sawahlunto. Skripsi.Universitas Negeri Padang. [15] Roux. 1979. Mine Ventilation Notes for Beginers.
South Africa: The Mine Ventilation Society of
[4] Balai Diklat Tambang Bawah Tanah. 2010. Diklat South Africa.
Sistem Ventilasi Tambang Bawah Tanah. [16] Rowland, J.A. 2011. Ventilation Surveys and
Sawahlunto: Pusdiklat Teknologi Mineral dan Modelling-Execution and Suggested Outputs.
Batubara Balai Diklat Tambang Bawah Tanah. Australia. Journal of University of Wollongong and
Australian Institute of Mining and Metallurgy. Hlm
[5] Dwireta Ramadanti, Bambang Heriyadi, dan Adree 214-224.
Oktova.2017.Jurnal Evaluasi dan Penyesuaian [17] Singh, A.K., dkk. 2004. Air Leakage Through
Sistem Ventilasi pada Tambang Batubara Bawah Underground Ventilation Stoppings and In Situ
Tanah Lubang 02 CV.Tahiti Coal Sangkar Puyuh, Assesment of Air Leakage Characteristics of
Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.Skripsi. Remote Filled Cement Concrete Plug by Tracer
Universitas Negeri Padang Gas Technique. The Journal of The Southern
African Institute of Mining and Metallurgy. Hlm
[6] Febrianda Bafnis Ari,Bambang Heriyadi. 2014. 101-106.
Jurnal Analisis Sistem Ventilasi Tambang Untuk
Kebutuhan Operasional Penambangan Pada [18] Wardany Husein, Bambang Heriyadi, Dan Yoszi
Tambang Batubara Bawah Tanah Ombilin 1 Mingsi Anaperta.2016. Jurnal Evaluasi Sistem
(Sawahluwung) PT BukitAsam-UPO. Skripsi. Jaringan Ventilasi Guna Menunjang Kegiatan
Universitas Negeri Padang. Operasional Penambangan Pada Rump Down
Central Lokasi Ciurug Level 450 Tambang Bawah
[7] Heriyadi, Bambang. 2002. Peranginan (Ventilasi Tanah Pt. Antam (Persero) Tbk. Ubpe
Tambang). Program Alih Teknologi dan Pelatihan Pongkor.Skripsi.Universitas Negeri Padang.
Tambang Batubara Bawah Tanah Tingkat
Nasional. Sawahlunto: Pusdiklat Teknologi [19] Witrant, Emmanuel. 2013. Mining Ventilation
Mineral dan Batubara Balai Diklat Tambang Control. Colombia: University Pedagogi
Bawah Tanah. Technology .

[8] Kepmen No 555.K/26/M.PE/1995.Tentang [20] Witrant, Emmanuel., K.H. Johansson, Hynx Team.
Keselamatandan Kesehatan Kerja 2008. Air Flow Modelling in Deep Wells
PertambanganUmum.Mentamben RI Jakarta. Application to Mining Ventilation. Sweden Journal.
[9] Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
NOMOR: 555.K/26/M.PE/1995 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Umum.
[10] Nurul Janah,Stevano munir dan Sriyanti. 2014.
Jurnal Kajian Sistem Ventilasi Tambang Emas
Blok Cikoneng PT. Cibaliung Sumberdaya.
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
[11] Nursyamsu,Bambang Heriyadi. 2016. Jurnal
Perencanaan Ulang Sistem Jaringan Ventilasi
Tambang Dengan Pemasangan Main Fan Exhaust
System di Tunnel I dan II Tambang Batubara
Bawah Tanah PT. Allied Indo Coal Jaya.
Skripsi.Universitas Negeri Padang.

10

You might also like