0% found this document useful (0 votes)
78 views11 pages

Jurnal Penelitian

This document discusses the planning of a communal wastewater treatment plant (IPAL) in Blang Beurandang Village, West Aceh Regency. It notes that the village has poor sanitation systems, as each household has a toilet but no septic tank for wastewater treatment. The study involved collecting primary data through interviews and site surveys, as well as secondary data on population, housing and topography. The design results in an IPAL building measuring 11m x 3.25m, containing an inlet tub, settler tub, dividing tub, 12 filter tubes made from recycled plastic bottles, and an outlet. The aim is to improve village sanitation through communal wastewater treatment and reduce environmental pollution.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
78 views11 pages

Jurnal Penelitian

This document discusses the planning of a communal wastewater treatment plant (IPAL) in Blang Beurandang Village, West Aceh Regency. It notes that the village has poor sanitation systems, as each household has a toilet but no septic tank for wastewater treatment. The study involved collecting primary data through interviews and site surveys, as well as secondary data on population, housing and topography. The design results in an IPAL building measuring 11m x 3.25m, containing an inlet tub, settler tub, dividing tub, 12 filter tubes made from recycled plastic bottles, and an outlet. The aim is to improve village sanitation through communal wastewater treatment and reduce environmental pollution.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

Vol. 4 No.

1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 110

Studi Perencanaan Bangunan Ipal Di Desa Blang


Beurandang, Kabupaten Aceh Barat

Meylis Safriani*1, Cut Suciatina Silvia2


1,2
Jurusan Teknik Sipil Universitas Teuku Umar, Alue Penyareng, Meulaboh, Aceh Barat
e-mail: *1mey2_saza@yahoo.com, 2coetsilvia@gmail.com

Abstract
Iom Housing Blang Beurandang Village is a dense neighborhood where the population consists of 56
families with 160 people. Based on the preliminary survey, every household in IOM Housing already has a
toilet. However, it does not yet have wastewater treatment in a septic tank. Based on these problems, it is
necessary to plan the installation of communal waste treatment to improve the sanitation system in this
village. Data collection in this study with primary data collection and secondary data. Primary data includes
interviews and site surveys as location of IPAL planning (to obtain data on the characteristics of waste water
in Blang Beurandang Village). Secondary data include population data, house number data, and
topographic map of planning area. The design result obtained dimension of IPAL Building is planned to
have length 11 m and width of building 3.25 meter. This building consists of several spaces including an inlet
tub with dimensions of 1.15 m long and 3.25 m wide, tub settler with a length of 4.00 m and 3.25 m width,
dividing tub with length of 0.80 m and width of 3, 25 m, tub filter (tub media filter) with a length of 1 m and a
width of 1 m of 12 pieces and outlet with a length of 1 m and width of 1 m. In the filter basin is used biofilter
in order to grow bacteria with anaerobic system. Biofilter is usually used which is fabrication. However, in
the design of this WWTP biofilter used from the materials used plastic bottles are recycled in order to reduce
waste and also to save the cost of development expenditure.

Keywords: waste, waste treatment, installation of communal waste treatment

Abstrak
Perumahan Iom Desa Blang Beurandang merupakan lingkungan yang padat dimana jumlah penduduk
terdiri dari 56 KK dengan jumlah 160 orang. Berdasarkan survei awal, di setiap rumah masyarakat di
Perumahan Iom sudah memiliki WC. Namun, belum memiliki pengolahan air limbah pada tangki septiktank.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan perencanaan instalasi pengolahan limbah komunal untuk
memperbaiki sistem sanitasi di desa ini. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan pengumpulan data
primer dan data sekunder. Data primer meliputi wawancara dan survei lokasi sebagai lokasi perencanaan
IPAL (untuk mendapatkan data karakteristik air limbah Desa Blang Beurandang). Data sekunder meliputi
data jumlah penduduk, data jumlah rumah, dan peta topografi wilayah perencanaan. Hasil desain diperoleh
dimensi Bangunan IPAL direncanakan memiliki panjang 11 m dan lebar bangunan 3.25 meter. Bangunan ini
tediri dari beberapa ruang di antaranya bak inlet dengan dimensi panjang 1.15 m danlebar 3.25 m, bak
settler (bak pengendap) dengan panjang 4,00 m dan lebar 3,25 m, bak pembagi dengan panjang 0,80 m dan
lebar 3,25 m, bak filter (bak media filter) dengan panjang 1 m dan lebar 1 m sebanyak 12 buah dan bak
keluar (outlet) dengan panjang 1 m dan lebar 1 m. Pada bak filter digunakan biofilter dengan tujuan untuk
menumbuhkan bakteri dengan sistem anaerob. Biofilter biasanya digunakan yang fabrikasi. Namun pada
desain IPAL ini digunakan biofilter dari bahan botol plastik bekas yang didaur ulang dengan tujuan untuk
mengurangi sampah dan juga untuk menghemat biaya pengeluaran pembangunan.

Kata Kunci: limbah, pengolahan limbah, IPAL

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 111

1. PENDAHULUAN

Komponen penting dalam menunjang setiap aktivitas manusia adalah air. Air sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk proses metabolisme tubuh, juga untuk melakukan berbagai proses
dalam kegiatannya. Salah satunya adalah kegiatan dalam proses rumah tangga dan industri.
Semakin bertambahnya jumlah perumahan dan perkampungan yang mendiami satu area
lingkungan, semakin berat pula lingkungan tersebut untuk menetralisir air limbah yang sebagian
besar dihasilkan dari sisa penggunaan air bersih. Dengan bertambah padatnya jumlah penduduk
setiap tahun, maka tingkat aktivitas manusia meningkat dalam usaha untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraannya.
Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam pengelolaan air limbah,
oleh karena kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan konsumsi pemakaian air minum/ bersih
yang berdampak pada peningkatan jumlah air limbah. Salah satu konsekuensi dari peningkatan
jumlah air limbah adalah semakin besarnya volume air limbah domestik yang harus diolah dan
dibuang ke badan air. Air limbah, terutama yang mengandung ekskreta manusia dapat mengandung
patogen yang berbahaya dan oleh karena itu harus dikelola dan diolah dengan baik. Pengelolaan
dan pembuangan air limbah yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, dan
mortalitas.
Proses yang umum dipakai untuk pengolahan air limbah dari keluarga rumah tangga
adalah septic tank yang merupakan kombinasi antara proses anaerobik dan peresapan. Proses
septic tank adalah proses yang sederhana serta murah dan sesuai untuk daerah kurang padat,
apabila dipakai di daerah padat penduduknya akan mengakibatkan pencemaran air bawah tanah.
Septic tank biasanya hanya mengolah air limbah dari WC saja. Air limbah lain seperti air limbah
cucian, dapur dan kamar mandi langsung dibuang tanpa diolah, sehingga mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Limbah terbagi atas dua jenis yaitu Grey water (Limbah domestik) dan
Black water (Lumpur tinja). Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan
perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya yang dihasikan dari air bekas cucian, air bekas
memasak, air bekas mandi, dan sebagainya. Limbah cair adalah air kotor yang membawa sampah
dari tempat tinggal, bangunan perdagangan, dan industri berupa campuran air dan bahan padat
terlarut atau bahan tersuspensi (Wilgooso, 1979 dalam Safitri, 2009). Air Limbah domestik adalah
air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau pemukiman termasuk didalamnya
air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak. Limbah
lumpur tinja ini merupakan buangan dari wc (septic tank). Lumpur tinja ini mengandung mikroba
yang paling berbahaya adalah mikroba yaitu bakteri Coli, mikroba yang datang dari tinja tidak baik
bagi kesehatan apabila digunakan untuk kepentingan kehidupan manusia terutama kebutuhan
rumah tangga.
Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman bagi
masyarakat yang tinggal dilingkungan padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi adalah melalui
kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia, jadi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor
lingkungan sedemikian rupa munculnya penyakit dapat dihindari. Usaha sanitasi berarti suatu
usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat dalam bahan-bahan pada lingkungan
fisik manusia sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan manusia dapat terpelihara.
Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar namun kurang mendapatkan perhatian dan
belum menjadi prioritas pembangunan di daerah, dampaknya kondisi sanitasi Indonesia masih
relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor pembangunan lainnya. Hal ini terlihat dari
capaian akses sanitasi layak tahun 2013 yang secara nasional baru mencapai 60,91 % (BPS tahun
2013) dimana masih terdapat kesenjangan sebesar 39 % yang harus dipenuhi hingga akhir tahun

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 112

2019 nanti sesuai dengan target pemenuhan universal akses sanitasi sebesar 100 % pada tahun 2019
(Permen PU No. 3, 2015).
Masyarakat di Perumahan Iom merupakan lingkungan yang padat dimana jumlah penduduk
terdiri dari 56 KK dengan jumlah 160 orang. Berdasarkan survei awal, di setiap rumah masyarakat
di Perumahan Iom Desa Blang Beurangdang sudah memiliki WC. Namun, belum memiliki
pengolahan air limbah pada tangki septiktank. Air limbah khususnya limbah yang dihasilkan dari
produksi septik tank (black water) dan limbah buangan mandi, cuci dan masak (grey water),
hampir semua limbah tersebut tersalurkan ke dalam tangki septik yang langsung dibuang ke
selokan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Kondisi seperti ini sudah berlangsung berlangsung
lama sehingga dampak yang dihasilkan yaitu kondisi selokan digenangi oleh banyak limbah yang
menyebabkan timbulnya bau dan nyamuk. Selain itu, air buangan limbah yang tidak terkelola
dengan baik dapat mencemari tanah dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan permasalahan
tersebut, dibutuhkan perencanaan instalasi pengolahan limbah komunal untuk memperbaiki sistem
sanitasi di desa ini. Desain IPAL Komunal di Desa Blang Beurandang bertujuan untuk
meningkatkan sanitasi masyarakat yang lebih baik dalam mempertahankan stabilitas ekosistem
lingkungan. Dengan adanya IPAL Komunal tersebut, maka berbagai limbah dari kamar mandi,
dapur dan cucian baju diharapkan lebih aman kandungannya sebelum dibuang ke sungai.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
yang dibangun untuk mengelola air limbah rumah tangga dengan tujuan untuk mencegah
pencemaran air tanah dari bakteri Eschercia coli akibat pembuangan limbah rumah tangga yang
kurang memadai sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan atau dapat untuk
digunakan pada aktivitas yang lainnya.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal merupakan sistem pengolahan air
limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu terdapat bangunan yang digunakan untuk memproses
limbah cair domestik yang difungsikan secara komunal (digunakan oleh sekelompok rumah
tangga) agar lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan, sesuai dengan baku mutu lingkungan.
Limbah cair dari rumah penduduk dialirkan ke bangunan bak tampungan IPAL melalui jaringan
pipa.
Sistem ini dilakukan untuk menangani limbah domestik pada wilayah yang tidak
memungkinkan untuk dilayani oleh sistem terpusat ataupun secara individual. Penanganan
dilakukan pada sebagian wilayah dari suatu kota, dimana setiap rumah tangga yang mempunyai
fasilitas MCK pribadi menghubungkan saluran pembuangan ke dalam sistem perpipaan air limbah
untuk dialirkan menuju instalasi pengolahan limbah komunal. Untuk sistem yang lebih kecil dapat
melayani 2-5 rumah tangga, sedangkan untuk sistem komunal dapat melayani 10-100 rumah tangga
atau bahkan dapat lebih. Effluent dari instalasi pengolahan dapat disalurkan menuju sumur resapan
atau juga dapat langsung dibuang ke badan air (sungai). Fasilitas sistem komunal dibangun untuk
melayani kelompok rumah tangga atau MCK umum. Bangunan pengolahan air limbah ini dapat
diterapkan di perkampungan dimana tidak memungkinkan bagi warga masyarakatnya untuk
membangun septictank individual di rumahya masing-masing.
Beberapa penelitian terkait permasalahan sanitasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Untuk menangani permasalahan air limbah domestik masyarakat Pinggir Desa Lingkar Kampus
IPB di Kampung Cangkurawok, RT.02/RW.03, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor yang terdiri dari 70 KK perlu didesain WC komunal dengan dilengkapi tangki septik dan
sumur resapan. Desail volume tangki septic adalah 26,5 m3 dengan dimensi panjang sebesar 2,75
m, lebar sebesar 5,5 m dan tinggi tangki septik sebesar 1,5 m dan dimensi sumur resapan
mempunyai kedalaman 3 m dan diameter 1 m [4]. Pelayanan pengolahan air limbah direncanakan
secara komunal di Desa Krasak dengan menggunakan dua variabel, yaitu aspek teknis dan aspek
kelembagaan. Pada perencanaan pelayanan air limbah komunal Desa Krasak, digunakan pipa PVC
tipe D, diameter 114 mm untuk pipa servis yang menerima air limbah dari setiap rumah. Diameter

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 113

114-140 mm digunakan pada saluran pipa lateral menuju induk yang menuju ke IPAL. Selain itu
menggunakan teknologi IPAL berupa ABR dengan luasan lahan dibutuhkan sebesar 32 m2 [3].

2. METODE PENELITIAN

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi wawancara dan survei lokasi sebagai lokasi perencanaan IPAL (untuk
mendapatkan data karakteristik air limbah Desa Blang Beurandang). Data sekunder meliputi data
jumlah penduduk, data jumlah rumah, dan peta topografi wilayah perencanaan. Analisa data
meliputi analisis proyeksi jumlah penduduk, debit air limbah, dimensi pipa dan dimensi penentuan
bangunan pelengkap IPAL direncanakan setelah data primer dan sekunder diperoleh.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data awal diperlukan untuk dapat mendesain Bangunan IPAL. Data-data
yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil
secara langsung pada wilayah perencanaan dengan melakukan observasi untuk mengetahui kondisi
di lapangan. Data primer yang diambil berupa foto kondisi pembuangan limbah di lokasi
perencanaan, foto eksisting lahan perencanaan IPAL, dan wawancara terhadap masyarakat
setempat. Wawancara dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya WC di rumah mereka, jumlah
anggota keluarga, dan jenis pekerjaan. Data sekunder yang digunakan adalah data jumlah
penduduk, data jumlah rumah di Desa Blang Beurandange, peta wilayah perencanaan, dan peta
topografi wilayah perencanaan. Data-data tersebut akan digunakan dalam perencanaan pelayanan
air limbah komunal di Desa Blang Beurandang.

Analisis Data
Perencanaan IPAL Komunal antara lain :
a. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk untuk 10 tahun ke depan dengan data yang diambil adalah
jumlah penduduk mulai dari tahun 2013-2017. Jumlah penduduk pada suatu daerah merupakan
salah satu hal yang penting dalam perhitungan sistem penyaluran air limbah. Semakin banyak
penduduk maka semakin besar air limbah yang dihasilkan.
Proyeksi jumlah penduduk dengan metode geometrik menggunakan Persamaan sebagai berikut.
Pn = Po (1 + q)n (1)
dengan Pn = jumlah penduduk tahun rencana, Po = jumlah penduduk tahun awal, n = jumlah tahun
rencana, dan q = laju pertumbuhan penduduk.

b. Perhitungan debit air limbah


Berdasarkan Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU (1996), kebutuhan air
bersih per orang per hari diambil berdasarkan jumlah penduduk. Apabila dibawah 20.000 jiwa,
maka kebutuhan air bersih diambil 80lt/org/hari. Perhitungan debit air limbah dilakukan
menggunakan asumsi bahwa 80% dari kebutuhan air minum akan menjadi air limbah.

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 114

Tabel 1. Kriteria Perencanaan Air Bersih dan Standar Kebutuhan Air Domestik
KATEGORI KOTA BERDASARKAN
500.000 100.000 20.000
>1.000.000 s/d s/d s/d < 20.000
No URAIAN / KRITERIA 1.000.000 500.000 100.000

Kota Kota Kota Kota


Desa
Metropolitan Besar Sedang Kecil
Konsumsi Unit
1 Sambungan > 150 150 - 120 90 - 120 80 – 120 60 - 80
Rumah (SR) (ltr/org/hari)
Konsumsi Unit Hidran
2 Umum 20 - 40 20 – 40 20 - 40 20 – 40 20 - 40
(HU) (ltr/org/hari)
1.15 - 1.15 -
1.15 - 1.25 1.15 - 1.25 1.15 - 1.25
3 Faktor hari maksimum 1.25 1.25
* harian * harian * harian
* harian * harian
1.75 - 2.0 1.75 - 2.0 1.75 - 2.0
1.75 - 2.0 1.75 - 2.0
4 Faktor jam puncak * hari * hari * hari
* hari maks * hari maks
maks maks maks
5 Jumlah jiwa per SR (Jiwa) 5 5 5 5 5
Jumlah jiwa per HU
6 100 100 100 100 – 200 200
(Jiwa)
Sisa tekan di penyediaan
7 10 10 10 10 10
distribusi (meter)
8 Jam operasi (jam) 24 24 24 24 24
Volume reservoir
9 15 - 25 15 – 25 15 - 25 15 – 25 15 - 25
(% max day demand )

50 : 50 50 : 50 80 : 20
10 SR : HU s/d s/d 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20

Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar debit dan beban air limbah yang
masuk ke badan air penerima. Perhitungan beban air limbah yang masuk ke badan air penerima
dilakukan dengan menggunakan karakteristik air limbah. Debit Rata-Rata Air Limbah dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Q rata-rata air limbah = (80) % x Q air minum (2)
dengan Q air minum = 80 liter/ orang/ hari
Timbulan air limbah domestik (Q) dapat menggunakan rumus :
Qair limbah = 1,1 x Q rata-rata air limbah (3)

c. Perencanaan sistem jaringan perpipaan


Jaringan pipa sambungan rumah dapat ditentukan berdasarkan jenis buangan air limbah. Pipa dari
kloset (black water) : diameter pipa minimal 75 mm, bahan dari PVC, kemiringan pipa (1-2)%.
Pipa untuk pengaliran air limbah non tinja (grey water) : Diameter pipa minimal 50 mm, bahan dari

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 115

PVC, kemiringan (0,5-1) %, khusus air limbah dari dapur harus dilengkapi dengan unit perangkap
lemak (grease trap). Pada pipa sekunder slope yang direncanakan berkisar (0,7–1)%, sedangkan
pipa induk (pipa primer) direncanakan slope (0,5 – 0,7)%.

d. Perencanaan bangunan IPAL yang meliputi bak pengendap, bak AF, dan bak ABR
Kapasitas IPAL yang direncanakan yaitu menggunakan Persamaan :
Kapasitas IPAL = Qair limbah x Pn (4)

Desain bak ekualisasi (Inlet), bak Settler/Pengendap, bak Anaerobic Buffle Reactor (ABR), bak
Anaerobic Filter (AF), bak pengendap akhir (outlet) menggunakan Persamaan 5.
HRT (5)
Volume  xKapasitasIPAL
24
dengan HRT = waktu tinggal limbah dalam bak, HRT bak ekualisasi = 30 menit, HRT Bak Settler
= 12 jam, HRT bak ABR = 6 jam, dan HRT bak AF = 18 jam, HRT bak outlet = 30 menit.

e. Menentukan diameter pipa


Menentukan diameter pipa dari kloset (black water) sesuai dengan standar teknis. Menentukan
diameter pipa untuk pengaliran air limbah non tinja (grey water) sesuai dengan standar teknis.

f. Membuat rencana jalur pipa


Membuat rencana jalur pipa dari sambungan tiap-tiap rumah diperukan agar dapat menangkap titik
kegiatan yang menghasilkan air limbah (kloset, Mandi, dapur, dan cucian lainnya) serta
menentukan letak manhole dan bak kontrol.

g. Menghitung desain konstruksi IPAL


Menghitung desain konstruksi IPAL untuk mendapatkan dimensi bak pemisah lemak, bak
ekualisasi, bak pengendapan awal (settler), reaktor boifilter anaerob dan bak pengendapan akhir,
serta kapasitas IPAL biofilter dapat dihitung menggunakan rumus (3), (4), (5).

h. Hasil desain
Setelah data selesai dianalisis dan dilakukan perhitungan, maka untuk membuat gambar hasil
desain IPAL komunal digambar menggunakan software Autocad.

Penentuan Lokasi IPAL


Ada dua kriteria untuk syarat-syarat penentuan lokasi IPAL, yaitu kriteria Teknik dan Non-
teknis (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017).
1. Kriteria Teknis
a) Jarak
Jarak minimum antara IPAL dengan pusat kota dan pemukiman adalah 3 Km.

b) Topografi lahan
- Kemiringan tanah
Kemiringan tanah yang dinilai lebih baik jika mempunyai kemiringan 2 %.
- Elevasi tanah
Sistem pendistribusian IPAL dinilai baik jika perumahan terletak lebih tinggi dari letak
IPALnya (elevasi tanah yang baik apabila sistem distribusinya bisa dialirkan secara
gravitasi).

c) Badan air penerima


- Yang dimaksud dengan badan air penerima adalah sungai.

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 116

- Sungai yang dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kelas I hingga kelas IV. Semakin bagus
kualitas sungai semakin tinggi kelasnya, sehingga apabila ingin membuang air hasil olahan
IPAL perlu memperhatikan kelas sungainya.
Jika air hasil olahan IPAL akan dibuang ke sungai kelas I, maka efisiensi IPAL perlu ditingkatkan
agar air hasil olahannya mampu memenuhi baku mutu sungai kelas I. Jadi badan air penerima
berperan sebagai penentu besarnya kualitas effluent yang harus dicapai oleh IPAL.

d) Bahaya banjir
- Lokasi IPAL yang dipilih pada lokasi yang bebas akan banjir.
e) Jenis tanah
Pilihan terbaik untuk lokasi IPAL adalah tanah dengan jenis yang kedap air seperti tanah
lempung.

2. Kriteria Non-Teknis
a) Legalitas lahan
- Kepemilikan tanah, merupakan lahan yang tidak bermasalah. Pilihan yang dinilai lebih baik
adalah lahan lirik pemerintah.
- Kesuaian RUTR/RTRW.
- Dukungan masyarakat.

b) Batas administrasi
Terletak pada batas administrasi kota yang berkepentingan.

c) Tata guna lahan


Pilihan yang terbaik jika merupakan lahan tidak produktif.

Sistem Jaringan Perpipaan


Jaringan Pipa Sambungan Rumah
Jaringan pipa sambungan rumah dapat ditentukan berdasarkan :
 Pipa dari kloset (black water) : Diameter pipa minimal 75 mm, bahan dari PVC, asbes
semen, kemiringan pipa (1-3)%, dan dilengkapi dengan unit pengendap kotoran
(manhole).
 Pipa untuk pengaliran air limbah non tinja (grey water) : Diameter pipa minimal 50
mm, bahan dari PVC atau asbes semen, kemiringan (0,5-1) %, khusus air limbah dari
dapur harus dilengkapi dengan unit perangkap lemak (grease trap).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa desa di Kabupaten Aceh Barat yang termasuk daerah rawan sanitasi meliputi
Gampong Ujong Kalak, Gampong Blang Berandang, Gampong Ujong Baroh, Gampong Panggong
serta Gampong Kampung Belakang.Dari survey yang dilakukan di Gampong Blang Berandang,
banyak dijumpai beragam permasalahan dalam pengelolaan air limbah khususnya limbah yang
dihasilkan dari produksi Saptick tank dan limbah buangan mandi, cuci dan masak. Hampir semua
limbah buangan tinja masyarakat tersalurkan ke dalam tangki saptik yang menampung limbah
padat tinja dengan limbah cair langsung dibuang ke selokan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
Untuk limbah grey water langsung dibuang ke selokan. Kondisi seperti ini sudah berlangsung lama
sehingga dampak yang dihasilkan yaitu kondisi selokan buangan yang sudah tersumbat oleh
sampah ditambah lagi dengan kondisi buangan limbah black water yang belum dikelola langsung

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 117

dibuang ke selokan warga. Selain itu, grey water ada yang dibuang langsung ke saaluran irigasi
yang menuju ke sawah.

Gambar 1. Kondisi tidak sehat dimana WC Gambar 2. Kondisi tidak sehat dimana buangan
berada dekat dengan Sumur. grey water langsung ke saluran irigasi.

Hasil proyeksi penduduk dari metode geometrik diperoleh jumlah penduduk untuk 10
tahun ke depan adalah 326 orang. Data-data yang digunakan untuk perhitungan dimensi bangunan
IPAL sebagai berikut.
Pn = 326 orang
Q air bersih = 80 lt/orang/hari
Kapasitas air limbah = 20.872 liter/hari = 0,942 m3/jam

IPAL Komunal mengolah air limbah dari rumah-rumah melalui jaringan perpipaan. Pipa
yang dipergunakan adalah pipa jenis air limbah berbahan PVC SNI dengan diameter 4 – 6 inchi
(ditanam sesuai dengan peraturan dari SNI yang berlaku) dan dilengkapi dengan bangunan
pelengkap (bak kontrol, bak perangkap minyak, dan manhole) di setiap ujung gang, belokan dan
persimpangan. Hasil desain diperoleh dimensi Bangunan IPAL direncanakan memiliki panjang 11
m dan lebar bangunan 3.25 meter.Pada desain IPAL Komunal di Desa Blang Beurandange ini,
jenis pipa yang digunakan adalah tipe PVC dan tipe PVC SDR-41. Pipa dengan diameter 3” tipe
PVC diperuntukkan pada pipa yang mengalirkan buangan limbah dari jamban ke bak kontrol,
sedangkan pipa dengan diameter 4” tipe PVC SDR-41 diperuntukkan untuk mengalirkan limbah
dari bak kontrol menuju pipa induk, dan pipa dengan diameter 6” tipe PVC SDR-41 diperuntukkan
untuk mengalirkan limbah dari pipa induk menuju bangunan IPAL. Sistem IPAL yang digunakan
adalah IPAL Anaerob sebab untuk biaya investasi dan biaya operasional IPAL Anaerob termasuk
katagori murah dan pelaksanaan perawatan bangunannya lebih mudah dibandingkan dengan sistem
yang lain. Panjang pipa diameter 6” yang dibutuhkan adalah 108 m, pipa diameter 4” dibutuhkan
sepanjang 258 m, dan pipa diameter 3” dibutuhkan sepanjang 390 m. Dari analisis data diperoleh,
jumlah tutup mainhole di Bangunan IPAL ada 16 buah. Sedangkan Mainhole di jaringan perpipaan
tutupnya menggunakan coran beton sebanyak 24 buah terdiri dari 18 buah dengan ukuran 40x40
cm dan 6 buah dengan diameter 60x60 cm.
Desain dimensi Bangunan IPAL direncanakan memiliki panjang 11 m dan lebar bangunan 3.25
meter. Bangunan ini tediri dari beberapa ruang di antaranya bak inlet dengan dimensi panjang 1.15
m danlebar 3.25 m, bak settler (bak pengendap) dengan panjang 4,00 m dan lebar 3,25 m, bak
pembagi dengan panjang 0,80 m dan lebar 3,25 m, bak filter (bak media filter) dengan panjang 1 m
dan lebar 1 m sebanyak 12 buah dan bak keluar (outlet) dengan panjang 1 m dan lebar 1 m. Pada
bak filter digunakan biofilter dengan tujuan untuk menumbuhkan bakteri dengan sistem anaerob.

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 118

Biofilter biasanya digunakan yang fabrikasi. Namun pada desain IPAL ini digunakan biofilter dari
bahan botol plastik bekas yang didaur ulang dengan tujuan untuk mengurangi sampah dan juga
untuk menghemat biaya pengeluaran pembangunan.Luas daerah layanan yang diperuntukkan untuk
desain adalah 16,8 ha. Untuk desain IPAL, lahan yang diperlukan seluas 29,6 m2. Bangunan-
bangunan yang terdapat pada IPAL Komunal disajikan pada Gambar 3 dan Gambar potongan
tampak samping bangunan-bangunan yang terdapat pada IPAL Komunal disajikan pada Gambar 4.

Gambar 3. Bangunan-bangunan yang ada pada IPAL


Sumber : Hasil Desain

Gambar 4. Tampak Samping Bangunan-bangunan yang ada pada IPAL


Sumber : Hasil Desain

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 119

Tabel 1. Rekapitulasi dimensi bangunan IPAL


Dimensi Bak
No Nama Bak Volume yang diperlukan (m3)
P (m) L (m) T (m)
1 Bak Ekualisasi (inlet) 0,7764 1,15 3,25 1,5
2 Bak Settler 17,2115 4 3,25 3
3 Bak ABR 7,994 0,8 3,25 3
4 Bak AF 11,6570 1 1 1,5
5 Bak akhir (outlet) 0,7425 1 1 1

Beberapa bangunan yang terdapat pada IPAL Komunal dengan sistem Anaerob
1. Bak Ekualisasi (Inlet)
Dimensi bak inlet yang direncanakan yaitu 1,15 m x 3,25 m dengan kedalaman 1,5 m. Bagian
inlet ini berfungsi untuk jalan masuk pertama limbah tinja dan limbah dapur serta kamar mandi.
Dimana fungsi bak inlet juga untuk membagi aliran yang masuk agar tijak terjadi turbulen pada
saat jam-jam tertentu. Sehingga berubah menjadi laminer dengan adanya bak inlet ini.

2. Settler (Bak Pengendap)


Dimensi bak settler yang direncanakan adalah 4 m x 3,25 m dengan kedalaman 3 m (sudah
ditambah dengan ambang bebas). Bangunan ini sama dengan settling tank/septic tank dimana
didalamnya terjadi proses sedimentasi/pengendapan dan dilanjutkan dengan stabilisasi dari bahan
yang diendapkan tersebut melalui proses anaerobic. Tujuannya adalah untuk mengendapkan dan
menstabilkan lumpur aktif sebelum masuk ke pengolahan selanjutnya (sebagai pengolahan awal).

3. Anaerobic Buffle Reactor (ABR)


Unit proses pengolahan air limbah yang digunakan pada perencanaan ini berupa Anaerobic
Baffled Reactor yang dipilih karena murah dalam operasional dan perawatannya serta memiliki
efisiensi yang cukup tinggi. Dimensi bak ABR yang direncanakan adalah 0,8 m x 3,25 m dengan
kedalaman 3 m (sudah ditambah dengan ambang bebas) dan bangunan ABR ini direncanakan 2
buah. Bangunan ini bertujuan untuk mengalirkan air limbah dimana terjadi proses pengendapan
selanjutnya melewati/mengkontakan dengan lumpur aktif dan terjadi proses penguraian karena
kontak antara limbah dengan akumulasi mikroorganisme pada lumpur aktif.

4. Anaerobic Filter (AF)


Dimensi bak settler yang direncanakan adalah 1 m x 1 m dengan kedalaman 1,5 m (sudah
ditambah dengan ambang bebas) dan bangunan AF ini direncanakan sebanyak 12 buah. Bangunan
ini menggunakan sistem yang diharapkan untuk memproses bahan-bahan yang tidak terendapkan
dan bahan padat terlarut (dissolved solid) secara mengkontakan dengan surplus mikro organisme
pada media filter dimana akan menguraian bahan organik terlarut (dissolved organic) dan bahan
organic yang terspresi (dispersed organic) yang ada dalam limbah.
Aliran dari Bak ABR akan menuju ke dalam BAK AF dimana bak AF merupakan bak yang
terdapat media filter yang berguna sebagai tempat hidup bakteri. Bakteri yang terdapat pada air
limbah pada saat masuk ke dalam bak AF akan menempel pada media ini, sehingga air limbah
menjadi berkurang bakterinya. Media filter direncanakan berasal dari bioball sarang tawon dari
pabrikasi atau menggunakan botol bekas air mineral. Proses didalam bak ini berlangsung secara
alami dengan durasi yang telah didesain dari awal, sehingga didapat air hasil keluaran dari bak AF
(effluent) sudah dapat dibuang ke badan air sesuai dengan permen LHK 2016 tentang baku mutu
air limbah domestik.

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar
Vol. 4 No.1 April 2018
pp. 110 - 120
P a g e | 120

5. Bak Outlet
Bak ini berfungsi sebagai hasil akhir (Effluent) dari pengolahan dari sebelumnya, dimana air hasil
dari bagian outlet inilah yang akan rutin di test di laboratorium mengetahui kadar BOD, COD,
Nitrogen dan lain sebagainya. Dimensi bak outlet yang direncanakan yaitu 1 m x 1 m dengan
kedalaman 1 m.

4. KESIMPULAN

Perencanaan IPAL Komunal di Desa Blang Beurandang, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten
Aceh Barat diperuntukkan untuk mengatasi permasalahan sanitasi di desa tersebut. Luas area lahan
yang diperlukan dalam perencanaan IPAL adalah 29,6 m2 dengan luas daerah layanan 16,8 ha
dimana yang termasuk luas daerah layanan ini yaitu Perumahan Iom di Dusun Paya Silimeng.
Bangunan yang terdapat pada IPAL Komunal dengan sistem Anaerob diantaranya Bak Ekualisasi
(Inlet), Settler (Bak Pengendap), bak Anaerobic Buffle Reactor (ABR), bak Anaerobic Filter (AF),
dan bak outlet. Hasil desain diperoleh dimensi Bangunan IPAL direncanakan memiliki panjang 11
m dan lebar bangunan 3.25 meter. Bangunan ini tediri dari beberapa ruang di antaranya bak inlet
dengan dimensi panjang 1.15 m dan lebar 3.25 m, bak settler (bak pengendap) dengan panjang 4,00
m dan lebar 3,25 m, bak pembagi dengan panjang 0,80 m dan lebar 3,25 m, bak filter (bak media
filter) dengan panjang 1 m dan lebar 1 m sebanyak 12 buah dan bak keluar (outlet) dengan panjang
1 m dan lebar 1 m.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Daryanto, 2004, Masalah Pencemaran, Bandung, Tarsito.


[2] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017, Perencanaan IPAL Komunal
Berbasis Sanitasi, Jakarta.
[3] Prameswari, RA. and Purnomo, A. Perencanaan Pelayanan Air Limbah Komunal di Desa
Krasak Kecamatan Jatibarang Kota Indramayu, 2014. Jurnal Teknik POMITS, vol. 3, no. 2.
p. 81-84.
[4] Sapel, A., Purwanto, MY., dan Kurniawan, A. 2011, Desain Instalasi Pengolah Limbah WC
Komunal Masyarakat Pinggir Sungai Desa Lingkar Kampus. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,
vol 16, no. 2, p. 91-99.

ISSN : 2477 – 5250 Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Teuku Umar

You might also like