0% found this document useful (0 votes)
124 views110 pages

Soal

This document is the thesis of Gita Adisty Mudianti discussing the role of fermented soursop leaf beverage as an anti-uric acid agent in Wistar rats. The thesis was written to partially fulfill the academic requirements for a Bachelor of Agricultural Technology degree. The abstract summarizes that soursop leaves contain bioactive compounds that can reduce uric acid levels. The study determined the effect of a fermented beverage from soursop leaves on uric acid levels in the blood and urine of rats. Various formulations of the beverage were tested and the best formulations reduced uric acid levels in both blood and urine compared to a control group.

Uploaded by

Putri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
124 views110 pages

Soal

This document is the thesis of Gita Adisty Mudianti discussing the role of fermented soursop leaf beverage as an anti-uric acid agent in Wistar rats. The thesis was written to partially fulfill the academic requirements for a Bachelor of Agricultural Technology degree. The abstract summarizes that soursop leaves contain bioactive compounds that can reduce uric acid levels. The study determined the effect of a fermented beverage from soursop leaves on uric acid levels in the blood and urine of rats. Various formulations of the beverage were tested and the best formulations reduced uric acid levels in both blood and urine compared to a control group.

Uploaded by

Putri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 110

SKRIPSI

PERANAN MINUMAN FERMENTASI DAUN SIRSAK

(Annona muricata L.) SEBAGAI ANTI ASAM URAT

PADA TIKUS WISTAR

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna


memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Strata Satu

Oleh:
NAMA : GITA ADISTY MUDIANTI
NPM : 03420110087

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2017
ABSTRACT

Gita Adisty Mudianti (03420110087)

ROLE OF FERMENTED BEVERAGE FROM SOURSOP LEAVES


(Annona muricata L.) AS ANTI-URIC ACID ON WISTAR RATS
(xiv + 61 pages: 12 figures, 4 tables, 12 appendices)

Soursop leaves (Annona muricata Linn.) contain bioactive compounds, such


as phenolic and flavonoid which can reduce uric acid levels in the blood and
urine. The objective of this research was to determine the effect of fermented
beverage from soursop leaves toward the uric acid levels in the blood and urine
of wistar rats. Soursop leaves fermented beverage was prepared with
(Streptococcus thermophilus, Lactobacillus acidophilus, and Lactobacillus
plantarum 2:1:2, 4% v/v). Soursop leaves fermented beverage was made with
soursop leaves concentration of 4% and 6%. The fermented beverage was made
with sugar concentration of (4%) and skim milk concentration of 2, 3, 4, 5, and
6%. The product was fermented for 8 hours. The product was fermented on 42oC
was analyzed for several parameters including pH, total titratable acidity and
total lactic acid bacteria. The result showed that the chosen formulation were 4%
and 6% soursop leaves and 4% skim milk. The chosen fermented beverage has pH
values of 4.25±0,04, total titratable acidity of 0.39±0,02%, and total lactic
acid bacteria of 8,47±0,19 CFU/ml. The best formulation of the fermented
beverage was given to wistar rats. The result showed that the fermented beverage
were able to reduce uric acid levels in the blood and urine wistar rats. The 4%
soursop leaves was able to reduce uric acid levels as much as 38,29±0,72% in
blood and 43,15±0,09% in urine. The 6% soursop leaves was able to reduce uric
acid levels as much as 47,78±0,26% in blood and 60,61±0,08% in urine.
Allopurinol was able to reduce uric acid levels as much as 48,82±2,11% in blood
and 56,32±1,29% in urine.

Keywords : Fermented beverage, soursop leaves, uric acid, Wistar rats


References : 100 (1972-2017)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan

yang telah diberikan-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

laporan tugas akhir. Laporan tugas akhir dengan judul “PERANAN MINUMAN

FERMENTASI DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SEBAGAI ANTI ASAM

URAT PADA TIKUS WISTAR ini ditujukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Strata

Satu, Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Pelita Harapan, Tangerang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari

berbagai pihak, tugas akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan tugas akhir ini, yaitu

kepada:

1. Prof. Dr. Manlian Ronald A. S., ST., MT., selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi.

2. Ir. W. Donald R. Pokatong, M.Sc., Ph.D sebagai Ketua Program Studi

Teknologi Pangan, Universitas Pelita Harapan atas kesempatan yang

diberikan kepada Penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian untuk

kepentingan tugas akhir.

3. Dr. Adolf J. N. Parhusip, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Kepala

Laboratorium Mikrobiologi Pangan yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan dukungan selama

penelitian hingga penyelesaian laporan penelitian.

vi
4. Yuniwaty Halim, MSc., selaku Dosen Co-Pembimbing dan Kepala

Laboratorium Pengawasan Mutu yang telah memberikan waktu untuk

bimbingan, saran, dan dukungan selama penelitian hingga penyelesaian

laporan penelitian.

5. Dr. Nuri Arum Anugrahati dan Wenny S. L. Sinaga, M.Si sebagai Penguji

yang telah memberikan masukan bermanfaat untuk penulisan tugas akhir.

6. Dr. Tagor M. Siregar, M.Si., selaku Kepala Laboratorium Kimia, Natania,

M.Eng., selaku Kepala Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, atas

izin dan arahan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di

laboratorium.

7. Bapak Yosafat Rudju, Bapak Darius, Bapak Hendra, Bapak Adzie selaku

laboran Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Kimia, Pengawasan Mutu,

dan Pengolahan Pangan, yang telah membantu penulis selama penelitian.

8. Bapak Agoestinoes Trikris M. dan Ibu Beby Tantri Giatari selaku orang

tua yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada Penulis.

9. Anggi Dwi Ramadhani selaku saudara kandung Penulis, dan keluarga

besar Penulis yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan kepada

Penulis.

10. Bapak Yuli yang telah membantu penelitian analisis tikus di Universitas

Gadjah Mada. di Laboratorium Universitas Gadjah Mada

11. Adrian Hartanto Kencana, STP dan Eveline Tanty, STP sebagai teman

satu bimbingan yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

menyelesaikan penelitian dan laporan tugas akhir.

vii
12. Suhartaty, Chintya Aisyah, Jenny Valentin, Elisabet, Devina Laurencya,

dan Ancillasura yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

menyelesaikan penelitian dan laporan tugas akhir.

13. Anissa Nurlely, Gerhana Ika Saraswati, Nurul Fadlyah, dan Puji Eka

Lestari yang telah memberikan perhatian, semangat dan dukungan kepada

Penulis.

14. Teman-teman Teknologi Pangan 2011 atas dukungan dan bantuan selama

penelitian.

15. Seluruh dosen dan staff Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pelita

Harapan yang telah membantu Penulis selama pelaksanaan dan penulisan

laporan tugas akhir.

16. Teman-teman dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,

atas bantuan, semangat, dan doa yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan sehingga kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat

bagi Penulis. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya.

Tangerang, Februari 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI
ABSTRACT.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Komponen Aktif Daun Sirsak ................................................................ 5
2.2 Fermentasi .............................................................................................. 6
2.3 Bakteri Asam Laktat ..............................................................................7
2.3.1 Lactobacillus acidophilus.............................................................8
2.3.2 Lactobacillus plantarum ............................................................... 9
2.3.3 Streptococcus thermophilus........................................................10
2.4 Sinergisme Bakteri Asam Laktat..........................................................10
2.5 Prebiotik...............................................................................................11

ix
Halaman
2.6 Probiotik...............................................................................................12
2.7 Asam Urat............................................................................................13
2.8 Hewan Percobaan.................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Bahan dan Alat .....................................................................................17
3.2 Preparasi Starter ...................................................................................18
3.2.1 Pembuatan Kultur Stok ............................................................... 18
3.2.2 Penyegaran Kultur .......................................................................18
3.3 Prosedur Penelitian...............................................................................19
3.3.1 Pembuatan Air Seduhan Daun Sirsak .........................................20
3.3.2 Penelitian Pendahuluan..............................................................20
3.3.2.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim..................................21
3.3.3 Penelitian Utama ........................................................................21
3.4 Metode Perlakuan Tikus.......................................................................26
3.5 Metode Analisis....................................................................................26
3.5.1 Kadar Air.....................................................................................26
3.5.2 Analisis pH..................................................................................27
3.5.3 Uji Total Asam Tertitrasi............................................................27
3.5.4 Uji Total Bakteri Asam Laktat....................................................28
3.5.5 Uji Fitokimia...............................................................................28
3.5.5.1 Uji Total Flavonoid.........................................................29
3.5.5.2 Uji Total Fenolik.............................................................29
3.5.6 Uji Toksisitas..............................................................................30
3.6 Prosedur Analisis Penelitian Utama.....................................................31
3.6.1 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Serum..............................31
3.6.2 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Urin.................................32
3.7 Rancangan Percobaan..........................................................................32
3.7.1 Penelitian Pendahuluan...............................................................32
3.7.1.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim...............................33

x
Halaman

3.7.2 Penelitian Utama....................................................................................33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Penelitan Pendahuluan .........................................................................35
4.1.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim ..............................................36
4.1.2 Penentuan Minuman Fermentasi Daun Sirsak Terpilih .............40
4.2 Analisis Minuman Fermentasi Daun Sirsak.........................................41
4.2.1 Total Fenolik...............................................................................41
4.2.2 Total Flavonoid...........................................................................43
4.2.3 Uji Toksisitas..............................................................................44
4.3 Penelitian Utama..................................................................................45
4.3.1 Kadar Asam Urat Pada Darah dan Urin Tikus............................45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan...........................................................................................50
5.2 Saran.....................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
LAMPIRAN..........................................................................................................60

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Glikolisis pada Bakteri Homofermentatif dan
Heterofermentatif................................................................................8
Gambar 2.2 Struktur Asam Urat...........................................................................13
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Kultur Stok ..................................18
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan Kultur Kerja ..................................19
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Air Seduhan Daun Sirsak .............20
Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Penentuan Konsentrasi Susu Skim ...................21
Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian Utama.........................................................24
Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi Susu Skim terhadap Nilai pH.........................36
Gambar 4.2 Pengaruh Konsentrasi Susu Skim terhadap Total Asam Tertitrasi....38
Gambar 4.3 Total Fenolik Daun Sirsak Segar, Kering dan Minuman Fermentasi
Daun Sirsak.......................................................................................42
Gambar 4.4 Total Flavonoid Daun Sirsak Segar, Kering
dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak.............................................43
Gambar 4.5 Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus.............................47
Gambar 4.6 Penurunan Kadar Asam Urat dalam Urin Tikus...............................48

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Pembagian Perlakuan Kelompok Tikus ........................... 32


Tabel 3.2 Kandungan Nutrisi Pakan Standar Berdasarkan INDO FEED ..23
Tabel 3.3 Konversi Dosis Manusia dan Antar Jenis Hewan .....................25
Tabel 4.1 Standar Produk Fermentasi........................................................40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A Hasil Uji Pewarnaan Gram Bakteri Asam Laktat ......................... A-1
Lampiran B Hasil Analisis Kadar Air Daun Sirsak Segar dan Kering ...............B-1
Lampiran C Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap pH Minuman Fermentasi Daun Sirsak ............................. C-1
Lampiran D Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap TAT Minuman Fermentasi Daun Sirsak ......................... D-1
Lampiran E Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap BAL Minuman Fermentasi Daun Sirsak .......................... E-1
Lampiran F Hasil Analisis Total Fenolik ........................................................... F-1
Lampiran G Hasil Analisis Total Flavonoid ...................................................... G-1
Lampiran H Hasil Uji Toksisitas ........................................................................ H-1
Lampiran I Hasil Analisis Penurunan Asam Urat Dalam Darah Tikus Wistar...I-1
Lampiran J Hasil Analisis Penurunan Asam Urat Dalam Urin Tikus Wistar..... J-1
Lampiran K Data Berat Badan Tikus Wistar Perlakuan Minuman Fermentasi
Daun Sirsak.....................................................................................K-1
Lampiran L Dokumentasi Penelitian .................................................................. L-1

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman sirsak memiliki manfaat yang baik untuk tubuh manusia, salah

satunya terdapat pada bagian daun. Adanya senyawa flavonoid, tannin, saponin,

alkaloid, kalsium, phosphor, vitamin A, B, dan C, karbohidrat, dan phytosterol

pada daun sirsak mampu berperan untuk mengobati radang sendi, diabetes,

jantung, kanker, dan tumor (Haro, et al., 2014). Para herbalis dan dokter di

Indonesia mengaplikasikan daun sirsak dengan cara daun sirsak dikeringkan,

kemudian daun sirsak direbus hingga mendidih selama 15 menit, lalu air rebusan

disaring. Saringan air rebusan tersebut kemudian dikonsumsi oleh pasien (Wijaya,

2012). Penggunaan daun sirsak sebagai obat asam urat dilakukan dua kali sehari

yaitu dengan cara mengkonsumsi sebanyak 6-10 lembar daun sirsak lalu direbus

dengan air (Sawant dan Rajendra, 2014).

Gout merupakan suatu penyakit yang disebabkan adanya endapan asam

urat yang berada pada sendi sehingga asam urat menjadi tinggi di dalam darah

(hiperurisemia) (Hawkins dan Rahn, 2005). Menurut Artini, et al. (2012), kadar

asam urat dalam batas normal yaitu 3,5-7 mg/dL untuk pria dan 2,6-6 mg/dL

untuk wanita. Gout dipengaruhi oleh asupan makanan yang mengandung tinggi

purin dan gaya hidup yang tidak sehat. Untuk penyembuhan gout tersebut,

umumnya mengkonsumsi obat Allopurinol. Allopurinol mampu menghambat

kerja enzim xantin oxidase. Akan tetapi penggunaan Allopurinol memiliki efek

1
samping seperti adanya gangguan pada ginjal dan saluran pencernaan (Hawkins

dan Rahn, 2005).

Daun sirsak mengandung senyawa annonaceous acetogenins yang dapat

menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (sitotoksik)

(Puspitasari., et al., 2016). Menurut Artini, et al. (2012) dan Purwatresna (2012),

ekstrak daun sirsak juga dapat digunakan sebagai penurun asam kadar asam urat

dan kadar gula dalam darah. Daun sirsak dapat digunakan sebagai antidiabetes

dikarenakan daun sirsak memiliki senyawa fitokimia berupa tannin, flavonoid,

dan triterpenoid yang dapat menghambat aktivitas enzim α-glucosidase

(Hardoko, et al., 2015). Menurut Rumakey (2014), senyawa flavonoid yang

terdapat pada daun sirsak dapat berperan dalam penurunan kadar asam urat

dengan menghambat kerja enzim xanthin oxidase. Menurut Artini, et al. (2012),

ekstrak daun sirsak yang berupa ekstrak kental metanol dengan fraksi n-butanol

dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam urat pada tikus sebesar

86,29%.

Pada penelitian ini, penentuan konsentrasi susu skim akan dilakukan untuk

menghasilkan produk minuman fermentasi daun sirsak terpilih dengan parameter

pH, total asam tertitrasi (TAT) dan total bakteri asam laktat (BAL). Konsentrasi

gula yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada penelitian sebelumnya

oleh Mardianto (2015) yang diperoleh konsentrasi terbaik gula yaitu 4%.

Konsentrasi susu skim yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 5 level yaitu

2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Minuman fermentasi daun sirsak yang terpilih akan

diuji kandungan fenolik dan flavonoid, uji toksisitas lalu diaplikasikan pada

hewan percobaan yaitu tikus wistar. Pengaplikasian pada tikus wistar bertujuan

2
untuk mengetahui pengaruh kadar asam urat pada hewan percobaan yaitu dengan

cara menguji kadar asam urat pada darah dan urin tikus wistar. Pengukuran kadar

asam urat dalam darah dan urin akan dilakukan perbandingan antara pengaruh

pemberian obat Allopurinol dengan minuman fermentasi daun sirsak. Penelitian

ini diharapkan dapat menghasilkan produk minuman fermentasi daun sirsak yang

dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin pada tikus wistar.

1.2 Perumusan Masalah

Gout adalah suatu penyakit dikarenakan adanya endapan asam urat yang

berada pada sendi sehingga menyebabkan asam urat menjadi tinggi di dalam

darah (hiperurisemia). Gout dipengaruhi oleh asupan makanan yang mengandung

tinggi purin dan gaya hidup yang tidak sehat. Daun sirsak diketahui memiliki

kandungan senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Berdasarkan

penelitian Artini, et al. (2012), ekstrak daun sirsak telah diteliti dapat menurunkan

kadar asam urat pada tikus sebesar 86,29%.

Pada penelitian ini menggunakan daun sirsak sebagai bahan dasar produk

fermentasi. Minuman fermentasi pada penelitian ini dilakukan dengan penentuan

penentuan konsentrasi susu skim. Minuman fermentasi yang terpilih akan

diaplikasikan pada tikus wistar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kadar

asam urat dari darah dan urin secara in vivo. Pada penelitian sebelumnya oleh

Mardianto (2015) telah diperoleh konsentrasi terbaik gula dan susu skim yang

masing-masing yaitu 4% dan 2%. Kultur yang digunakan pada penelitian

Mardianto (2015) yaitu Streptoccus thermophillus, Lactobacillus acidophillus,

dan Lactobacillus plantarum dengan konsentrasi yaitu 2%. Pada penelitian ini

3
menggunakan konsentrasi susu skim yang terdiri dari 5 level yaitu 2%, 3%, 4%,

5%, dan 6% serta konsentrasi kultur yaitu 4% dikarenakan hasil analisis belum

memenuhi standar minuman fermentasi. Minuman fermentasi daun sirsak

diharapkan dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin pada tikus

wistar.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

minuman fermentasi daun sirsak terhadap kadar asam urat pada tikus wistar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan konsentrasi susu skim yang digunakan untuk menghasilkan

minuman fermentasi daun sirsak terpilih yang meliputi uji keasaman (pH),

total asam tertitrasi, total bakteri asam laktat;

2. Menentukan kandungan fenolik dengan metode Folin-Ciocalteau colorimetric

dan flavonoid dengan metode aluminium chloride colorimetric pada daun

sirsak segar, kering, dan minuman fermentasi daun sirsak; dan

3. Mempelajari pengaruh perbandingan dari perlakuan yang diaplikasikan pada

tikus antara pemberian obat allopurinol dan minuman fermentasi daun sirsak.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen Aktif Daun Sirsak

Tanaman sirsak (Annona muricata L.) merupakan suatu tanaman tropis dan

dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Tanaman ini memiliki manfaat yang baik

untuk tubuh manusia salah satunya pada bagian daun. Daun sirsak memiliki

kandungan senyawa seperti alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, glikosida dan

steroid/triterpenoid, kalsium, fosfor, karbohidrat, vitamin A, B dan C, fitosterol,

dan kalsium oksalat (Haro, et al., 2014).

Flavonoid yang terkandung pada daun sirsak dapat berpotensi sebagai

antioksidan yang dapat melawan radikal bebas seperti hidroksil dan superoksida

(Londok dan Jet S., 2014). Menurut Handayani, et al. (2016), senyawa flavonoid,

tannin, polifenol, dan saponin berperan sebagai sitotoksik yang mampu

menghambat dan mereduksi radikal bebas sehingga dapat menghentikan

pertumbuhan sel kanker. Menurut Anggana dan Happy (2016), tannin yang

terkandung pada daun sirsak memiliki peranan sebagai anti bakteri yang bereaksi

dengan membran sel, enzim, dan fungsi serta metabolisme yang terdapat pada sel

sehingga menghambat sintesis dinding sel. Saponin yang terkandung pada daun

sirsak merupakan hasil dari steroid atau triterpenoid yang dapat mengikat gula.

Saponin mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sebagai

hipokolesterolemik dan anti karsinogen

5
2.2 Fermentasi

Fermentasi merupakan proses yang terjadi pada bahan pangan yang

diperoleh dari reaksi metabolisme mikroorganisme yang dikontrol sehingga dapat

menghasilkan produk pangan yang diharapkan (Ganguly, 2013). Menurut

Chelule, et al. (2010), pada proses fermentasi terdapat senyawa yang terbentuk

yaitu asam organik yang termasuk di antaranya adalah palmitat, piruvat, laktat,

asetat, propionat, dan asam butirat. Selain itu, alkohol (etanol) aldehid dan keton

(asetaldehid, asetoin, 2-metil butanol) juga terbentuk selama proses fermentasi

berlangsung.

Proses fermentasi dipengaruhi oleh substrat, kondisi lingkungan, dan

kultur starter. Substrat yang digunakan pada proses fermentasi akan

mempengaruhi aktivitas pertumbuhan kultur starter. Pengaruh pH, suhu dan

keadaan anaerob dan aerob disesuaikan dengan kultur yang akan digunakan agar

kondisi lingkungan proses fermentasi berlangsung dengan baik. Kultur starter

yang digunakan juga harus disesuaikan dengan hasil produk yang akan

diinginkan. Hal ini dikarenakan sifat-sifat pada kultur tersebut berbeda-beda

(Mardianto, 2015).

Menurut Sintasari, et al. (2014), minuman fermentasi yang dihasilkan dari

bakteri asam laktat dipengaruhi oleh kandungan gula dan susu skim. Gula dan

susu skim memiliki peranan terhadap cita rasa yang manis sehingga produk

minuman fermentasi dapat diterima oleh yang mengkonsumsi serta sifat fisik dan

kimia pada produk fermentasi. Gula dapat dimanfaatkan untuk aktivitas

metabolisme dan perkembangbiakan sel bakteri asam laktat selama fermentasi

(Maryana, 2014). Susu skim merupakan sumber laktosa pada pertumbuhan bakteri

6
asam laktat (Jene, et al., 2004). Susu skim meningkatkan kandungan laktosa yang

akan dirombak oleh kultur starter sehingga menyebabkan peningkatan jumlah

asam laktat yang dihasilkan (Chairunnisa, 2009). Menurut Septiani, et al. (2013),

kandungan laktosa yang terdapat pada susu skim digunakan untuk pertumbuhan

bakteri starter sebagai sumber energi. Menurut Sutedjo, et al. (2015), lama waktu

fermentasi selama 8 jam pada yoghurt akan menghasilkan minuman fermentasi

yang terbaik dengan indikator karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologi pada

yoghurt.

2.3 Bakteri Asam Laktat

Kultur starter fermentasi yang digunakan sebagian besar berasal dari

bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dapat mengontrol bakteri patogen dan

mikroorganisme pembusuk, meningkatkan kualitas nutrisi pada bahan mentah

yang akan difermentasi. Adanya sifat biopreservatif tersebut yang menguntungkan

bagi produk pangan dikarenakan bakteri asam laktat memproduksi asam laktat,

asam asetat, hidrogen peroksida, diasetil, dan bakteriosin (Nursyam, 2011).

Menurut Maryana (2014), bakteri asam laktat memiliki peranan penting

dalam fermentasi. Bakteri asam laktat mampu memetabolisme laktosa menjadi

asam laktat. Contoh bakteri asam laktat antara lain Lactobacillus, Lactococcus,

Carenobacterium, Enterococcus, Lactosphaera, Leuconostoc, Melissococcus,

Oenococcus, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus dan

Weisella.

Bakteri homofermentatif adalah bakteri yang hanya menghasilkan asam

laktat. Bakteri heterofermentatif adalah bakteri yang menghasilkan asam laktat,

7
asam asetat, etanol dan karbondioksida (Ljungh dan Wadstrom, 2009). Menurut

Ratri (2015), bakteri homofermentatif mampu memecah glukosa menjadi asam

Gambar 2.1 Diagram alir proses glikolisis pada bakteri (a) homofermentatif (b) heterofermentatif
Sumber: Ratri (2015)

laktat melalui glikolisis. Enzim yang berperan dalam tahap glikolisis

homofermentatif adalah aldolase (Gambar 2.1a.). Sementara bakteri

heterofermentatif mampu memecah glukosa menjadi asam laktat, asam asetat,

etanol dan beberapa komponen volatil melalui proses glikolisis dengan bantuan

enzim phosphoketolase (Gambar 2.1b.)

2.3.1. Lactobacillus acidophilus

Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri Gram positif. L. acidophillus

dapat tumbuh pada kondisi anaerob fakultatif. L. acidophillus dapat tumbuh

dengan baik pada pH 4-5 dengan suhu optimal 45oC (Maryana, 2014).

L. acidophilus berbentuk kokobasili (Pyar dan Peh, 2014). Menurut Purwoko

8
(2007), L. acidophilus merupakan bakteri asam laktat yang termasuk

homofermentatif.

L. acidophilus berperan dalam produk fermentasi dalam sistem kekebalan

tubuh, mengurangi intoleransi laktosa, serta mengurangi kadar kolesterol.

L. acidophillus dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti

Salmonella, Shigella, dan Salmonella faecalis (Maryana, 2014). Menurut

Fatma, et al. (2012), L. acidophilus digunakan dalam proses pembuatan minuman

fermentasi berperan dalam memperbaiki kualitas dan karakteristik produk

fermentasi.

2.3.2 Lactobacillus plantarum

Lactobacillus plantarum merupakan bakteri Gram positif. L. plantarum

memiliki ukuran yaitu 0,6-0,8 μm x 1,2-6,0 μm. L. plantarum bermanfaat untuk

meningkatkan keasamaan sekitar 1,5-2,0% pada substratnya ketika nilai pH yang

dihasilkan dari asam laktat menjadi rendah. L. plantarum memiliki senyawa anti

mikroba yaitu plantaricin. Plantaricin mampu menghambat pertumbuhan baketri

patogen seperti E. coli, S. typhimurium dan S. aureus (Maryana, 2014).

L. plantarum dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30-35oC dan termasuk

bakteri fakultatif homofermentatif (Chandan, et al., 2008). Menurut Khotimah dan

Kusnadi (2014), L. plantarum digunakan pada proses fermentasi karena mampu

menghasilkan senyawa organik dan hidrogen peroksida yang bersifat antibakteri.

9
2.3.3 Streptococcus thermophilus

Streptococcus thermophilus merupakan bakteri Gram positif yang memiliki

bentuk bulat yang membentuk rantai dan tidak memiliki spora. S. thermophilus

termasuk bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada suhu 45oC. S. thermophilus

dapat tumbuh dengan baik pada pH optimum yaitu 6,5 (Kuntarso, 2007).

S. thermophilus digunakan dalam pembuatan minuman fermentasi karena

dapat memberikan pengaruh terhadap rasa dan tekstur pada produk

(Moncada dan Aryana, 2012). S. thermophilus merupakan bakteri asam laktat

yang homofermentatif sehingga hanya menghasilkan asam laktat. S. thermophilus

menghasilkan enzim laktase untuk mencerna laktosa dalam susu (Kuntarso, 2007).

Menurut Chotimah (2009), penggunaan bakteri S. thermophilus sebagai tahap

awal dalam proses fermentasi asam laktat untuk pertumbuhan bakteri

Lactobacillus.

2.4 Sinergisme Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat pada fermentasi memiliki sinergisme selama proses

fermentasi berlangsung. Bakteri asam laktat berpotensi dapat mempengaruhi rasa

dan tekstur dari produk fermentasi. Selain itu, produk minuman fermentasi akan

menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik apabila kultur starter yang

digunakan untuk fermentasi berasal dari kultur starter campuran daripada kultur

tunggal. Jumlah dan jenis kultur starter yang digunakan juga mempengaruhi hasil

produk akhir minuman fermentasi (Syachroni, 2014).

Bakteri asam laktat pada fermentasi merupakan indikator kualitas

mikrobiologis. Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat yang dapat

10
memproduksi asam laktat dengan jumlah tinggi. Asam laktat yang dihasilkan

dipengaruhi oleh aktivitas bakteri pembentuk asam. Bakteri tersebut mengubah

laktosa menjadi asam laktat sehingga berpengaruh terhadap pH dari minuman

fermentasi dan menimbulkan suasana asam. Selama proses fermentasi, bakteri

asam laktat menggunakan karbohidrat sebagai pembentuk asam laktat untuk

pertumbuhan bagi bakteri sehingga terjadi peningkatan asam. Asam laktat yang

dihasilkan dari proses fermentasi merupakan produk utama fermentasi yang

terurai menjadi H+ dan CH3CHOHCOO-. Semakin banyak asam laktat yang

dihasilkan, maka konsentrasi ion H+ juga meningkat. Oleh karena itu, pH dapat

terukur yang menunjukkan konsentrasi ion H+ terbebaskan selama fermentasi

(Syachroni, 2014).

2.5 Prebiotik

Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh

namun dapat dicerna oleh bakteri sehingga bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Prebiotik bermanfaat bagi tubuh karena dapat meningkatkan jumlah atau aktivitas

bakteri yang menguntungkan untuk tubuh (Patel, et al., (2013). Menurut

Anandharaj, et al. (2014), frukto-oligosakarida, inulin, oligofruktosa, laktulosa,

dan galakto-oligosakarida merupakan prebiotik. Prebiotik dapat ditemukan pada

bahan pangan yang mengandung oligosakarida (isomalto-oligosakarida,

gluko-oligosakarida, xylo-oligosakarida, dan laktosukrosa), gula alkohol, dan

polisakarida.

Prebiotik adalah nondigestible food ingredient yang dapat bermanfaat bagi

manusia dengan menstimulus pertumbuhan dan aktivitas bakteri pada usus.

11
Prebiotik akan menjadi substrat bagi pertumbuhan bakteri untuk melakukan

metabolisme sehingga menguntungkan bagi kesehatan (Senditya, et al., 2014).

Menurut Widiyaningsih (2011), prebiotik dapat meningkatkan kesehatan tubuh.

Prebiotik merupakan karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh akan tetapi

mikroba yang menguntungkan bagi tubuh dapat dicerna.

2.6 Probiotik

Menurut Sobariah, et al. (2007), probiotik merupakan bakteri hidup yang

terdapat pada produk pangan yang digunakan pada saluran pencernaan untuk

kesehatan tubuh. Probiotik menghasilkan asam lemak rantai pendek sehingga

menjadikan kondisi asam pada usus agar dapat menekan pertumbuhan dari bakteri

patogen. Probiotik adalah bakteri yang bertahan melewati saluran pencernaan,

memiliki kemampuan untuk berkembang biak dalam saluran pencernaan, dan

mampu membentuk kolonisasi pada saluran pencernaan (Anastiawan, 2014).

Menurut Anandharaj, et al. (2014), contoh bakteri probiotik adalah

Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Bakteri probiotik dapat menghambat bakteri patogen pada saluran

pencernaan sehingga di dalam mukosa usus, bakteri probiotik mencegah

kolonisasi bakteri patogen seperti E. coli dan Salmonella. Selain itu, bakteri

probiotik dapat bertahan hidup dalam saluran pencernaan (Senditya, et al., 2014).

Sinbiotik adalah berasal dari kata syn yang berarti sinergi dan biotic yang

berarti hidup. Sinbiotik adalah sinergi antara probiotik dan prebiotik yang berada

di dalam suatu makanan. Sinbiotik dapat mendukung kelangsungan hidup dan

12
pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan makhluk

hidup (Widagdo, 2011).

2.7 Asam Urat

Asam urat dihasilkan dari proses metabolisme utama nukleosida purin

yang diperoleh dari basa purin hipoxanthin, xanthin, dan guanin. Dalam batas

normal, kadar asam urat dalam tubuh untuk pria yaitu 3,5-7 mg/dL dan untuk

wanita yaitu 2,6-6 mg/dL (Artini, et al., 2012). Kadar asam urat yang diproduksi

oleh seseorang yang memproduksi asam urat berlebih apabila asam urat dalam

serum lebih dari 7,0 mg/dL untuk pria dan 6,0 mg/dL untuk wanita (Kusuma, et

al., 2014). Menurut Masengi, et al. (2016), hiperurisemia adalah suatu kondisi

dimana kadar asam urat mengalami peningkatan di atas normal.

Menurut Amalina (2015), asam urat adalah produk akhir dari metabolisme

purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen. Rumus

molekul asam urat adalah C5H4N4O3. Gambar struktur asam urat dapat dilihat

pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Gambar struktur asam urat


Sumber: Amalina (2015)

Hiperurisemia adalah peningkatan yang terjadi pada kadar asam urat

dalam serum. Peningkatan kadar asam urat disebabkan adanya peningkatan

produksi asam urat dalam tubuh dan pengeluaran asam urat melalui ginjal

(ekskresi) berkurang. Menurut Afrianti, et al., (2011), asam urat dialirkan ke

13
darah lalu difiltrasi pada ginjal dan diekskresi oleh urin. Produksi asam urat pada

urin terjadi karena adanya penurunan ekskresi asam urat dalam urin sehingga

terjadi peningkatan kadar asam urat di dalam darah. Penurunan kadar asam dalam

darah diikuti dengan penurunan kadar asam urat dalam urin (Liu, et al., 2008 dan

Hu, et al., 2010).

Asam urat terbentuk dari basa purin oleh gugus ribosa yaitu PRPP

(5-phosphoribosyl-1-pirophosphate). PRPP kemudian disintesis oleh ATP

(adenosinetriphosphate) dan merupakan gugus ribosa. PRPP bereaksi dengan

glutamin. Reaksi tersebut akan membentuk fosforibosilamin yang memiliki 9

cincin purin. Reaksi PRPP dan glutamin dikatalisis oleh enzim PRPP glutamil

amidotransferase. Enzim PRPP glutamil amidotransferase adalah enzim yang

dihambat oleh produk nukleotida IMP (inosinemonophosphat), AMP

(adeninemonophosphat), dan GMP (guaninemonophosphat). IMP adalah

nukleotida purin pertama yang dibentuk oleh gugus glisin yang mengandung basa

hipoxantin. IMP memiliki fungsi yaitu sebagai titik cabang dari nukleotida adenin

dan guanin. AMP berasal dari IMP melalui penambahan gugus amino aspartat ke

karbon 6 cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP

(guanonsinetriphosphat). GMP berasal dari IMP yang melalui pemindahan 1

gugus amino dari amino glutamin ke karbon 2 cincin purin yang membutuhkan

ATP. AMP mengalami deaminasi menjadi inosin. IMP dan GMP mengalami

defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. IMP yang telah mengalami

defosforilasi akan terbentuk basa hipoxanthine lalu diubah oleh xantine oxidase

menjadi xanthine. Guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan

14
xanthine. Selanjutnya xanthine akan diubah oleh xanthine oxidase menjadi asam

urat (Amalina, 2015).

Dalam batas normal, kadar asam urat yang diproduksi oleh tikus yang

memproduksi asam urat dalam darah berada di bawah 3,0 mg/dL (Mazzali, et al.,

(2002) dan Anandagiri, et al., (2014). Menurut Horl dan Heidland (2012), dalam

batas normal, kadar asam urat yang diproduksi oleh tikus yang memproduksi

asam urat dalam urin yaitu di bawah 165-335 mg/dL.

Obat Allopurinol merupakan obat penurun asam urat yang digunakan

sebagai inhibitor enzim xanthine oxidase yaitu dengan cara menghambat

hipoxanthine menjadi xanthine dan asam urat (Artini, et al., 2012). Menurut

Ernawati dan Hari (2014), obat Allopurinol memiliki efek samping antara lain

adanya bercak merah pada kulit dan dapat meningkatkan serangan gout di awal

terapi.

2.8 Hewan Percobaan

Hewan percobaan adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara dengan

tujuan pemakaian dalam bidang ilmu penelitian atau pengamatan laboratorik.

Tikus percobaan memiliki beberapa galur yaitu tikus Wistar, tikus

Sprague-Dawley, Long Evans, dan Holdzman (Larasaty, 2013). Tikus mampu

diaplikasikan dalam penelitian toksikologi metabolisme lemak dan penyakit

infeksi, serta obat-obatan (Berata et al., 2010). Tikus dan mencit memiliki

perbedaan anatomi dan fisiologis yaitu pada DNA sequence, namun terdapat

kesamaan pada karakter (Forsdyke, 2011). Menurut Ooi dan Liong (2010), alasan

penggunaan tikus dalam percobaan yaitu anatomi dan fisiologi pencernaan dan

15
proses metabolisme yang mirip dengan manusia. Pada umumnya, aplikasi

penggunaan hewan percobaan adalah tikus. Hewan ini termasuk mamalia

perbandingan antara mamalia lain yang tidak beda jauh dalam suatu perlakuan.

Tikus digunakan untuk hewan percobaan juga dikarenakan kemampuan hidupnya

yang hanya 2-3 tahun dengan lama produksi 1 tahun serta didasarkan atas

pertimbangan dari segi ekonomis (Larasaty, 2013).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Artini, et al. (2012) mengatakan

ekstrak daun sirsak mampu menurunkan kadar asam urat dengan menggunakan

hewan percobaan tikus wistar. Tikus wistar digunakan sebagai hewan percobaan

karena memiliki kemampuan metabolik yang cepat sehingga sangat bermanfaat

untuk penelitian yang berkaitan dengan metabolisme tubuh (Srinivasan dan

Ramarao, 2007). Tikus wistar juga memiliki berat badan yang lebih besar

dibandingkan dengan mencit sehingga menguntungkan banyak penelitian. Hal ini

yang mendasari penelitian menggunakan tikus wistar sebagai hewan percobaan

yang memiliki kisaran berat badan yaitu 200 gram. Apabila mencit yang

digunakan sebagai hewan percobaan, maka tidak seimbang antara berat badan

mencit dengan pengambilan sampel darah dan urin. Menurut Muliani (2011),

mencit memiliki berat badan sekitar 18-20 gram pada umur 4 minggu dan sekitar

30-40 gram pada umur 6 bulan.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sirsak (Annona

muricata L.) yang diperoleh dari kebun Harapan Kita Tangerang, akuades, gula,

susu skim “Indomilk”, tikus putih strain Wistar berjenis kelamin jantan yang

berumur 2-3 bulan dari Universitas Gajah Mada (UGM), pakan standar

berdasarkan Indonesia Formula Feed (INDO FEED), hati ayam, dan obat penurun

asam urat Allopurinol dari “Apotek Roxy”. Bahan-bahan lain yang digunakan

untuk analisis pada penelitian ini adalah larutan buffer pH 4, larutan buffer pH 7,

NaOH 0,1 N, metanol, reagen Folin Ciocalteau 10%, Na2CO3 75%, AlCl3 2%,

asam galat, quercetin, telur udang Artemia salina L., Tween 80%, air laut untuk

uji toksisitas, reagen urea uric acid FS TOOS, alkohol 70%, alkohol 96%,

minyak imersi, kristal violet, iodine, etanol, safranin, dan indikator

phenolphthalein (PP). Kultur yang digunakan adalah Lactobacillus acidophilus,

Lactobacillus plantarum, Streptococcus thermophilus yang diperoleh dari

Universitas Brawijaya. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah de Man

Rogosa Sharpe Agar (MRSA) dan de Man Rogosa Sharpe Broth (MRSB).

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung pengencer, alat-alat

gelas, botol pengencer, tabung ulir, mikropipet dan tip, Bunsen burner, cawan

petri, jarum ose, vortex, colony counter, laminar air flow, inkubator, heater,

alumunium foil, magnetic stirrer, baskom, Erlenmeyer 500 ml, batang pengaduk,

waterbath, autoclave, spatula, termometer, oven, cawan penguapan, buret, pH

17
meter, centrifuge, gelas beaker, desikator, timbangan analitik, kain saring, kertas

saring, pipet tetes, pipet volumetrik, vial, bulb pump, tabung reaksi,

spektrofotometer UV-vis, kuvet, tabung Eppendorff untuk uji asam urat.

3.2 Preparasi Starter

3.2.1 Pembuatan Kultur Stok (Mardianto, 2015)

Pembuatan kultur stok menggunakan tiga kultur yang digunakan sebagai

starter. Kultur yang digunakan antara lain L. acidophilus, L. plantarum dan

S. thermophilus. Sebanyak 1 ose diinokulasi ke dalam tabung ulir yang berisi 10

ml MRSB kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Lalu sebanyak 1

ose dari tabung ulir yang berisi media MRSB diinokulasi ke dalam tabung ulir

yang berisi 6 ml media MRSA kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu

370C. Diagram alir proses pembuatan kultur stok dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Kultur murni

Ambil 1 ose ke dalam tabung ulir 10 ml MRSB

Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C

Ambil 1 ose ke dalam tabung ulir 6 ml MRSA

Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C

Kultur stok

Gambar 3.1 Diagram alir proses pembuatan kultur stok


Sumber: Mardianto (2015)

3.2.2 Penyegaran Kultur (Mardianto, 2015)

Penyegaran kultur dilakukan dengan cara sebanyak 1 ose diinokulasi ke

dalam tabung ulir yang berisi 10 ml MRSB (de Man Rogosa Sharpe Broth)

kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Selanjutnya sebanyak 1 ml

18
diinokulasi ke dalam tabung ulir yang berisi 9 ml MRSB kemudian diinkubasi

pada suhu 370C. Berdasarkan penelitian Mardianto (2015), kultur L. acidophillus,

L. plantarum, dan S. thermophilus memasuki fase eksponensial pada jam ke-14.

Kultur hasil inkubasi tersebut digunakan sebagai kultur kerja pada proses

pembuatan minuman fermentasi daun sirsak. Diagram alir proses pembuatan

kultur kerja dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Kultur stok

Ambil 1 ose ke dalam tabung ulir 10 ml MRSB

Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C

Ambil 1 ml ke dalam tabung ulir 9 ml MRSB yang baru.

Kultur L. acidophilus diinkubasi selama 14 jam pada suhu 370C
Kultur L. plantarum diinkubasi selama 14 jam pada suhu 370C
Kultur S. thermophilus diinkubasi selama 14 jam pada suhu 370C

Kultur kerja

Gambar 3.2 Diagram alir proses pembuatan kultur kerja


Sumber: Mardianto (2015)

3.3 Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan air seduhan daun sirsak, penelitian

pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk

menentukan konsentrasi susu skim yang digunakan untuk menghasilkan produk

minuman fermentasi daun sirsak. Penelitian utama (tahap II) dilakukan untuk

aplikasi minuman fermentasi daun sirsak terhadap tikus wistar. Adapun tujuan

dari penelitian utama yaitu untuk mengetahui pengaruh minuman fermentasi daun

sirsak terhadap kadar asam urat tikus wistar. Metode penelitian yang digunakan

meliputi pengukuran asam urat pada darah dan urin tikus.

19
3.3.1 Pembuatan Air Seduhan Daun Sirsak (Mardianto, 2015)

Pembuatan air seduhan daun sirsak dilakukan dengan cara sortasi,

pencucian, penirisan, pengeringan, pengecilan ukuran, dan pembuatan air

seduhan. Daun sirsak disortasi berdasarkan warna yang hijau tua kemudian dicuci

sampai bersih. Kemudian daun sirsak ditiriskan dan dikeringkan dengan

menggunakan oven pada suhu 70oC yang ditandai daun telah kering dan berwarna

kecoklatan. Lalu daun sirsak yang sudah kering dilakukan pengecilan ukuran

dengan menggunakan gunting hingga mencapai ukuran kurang lebih 3,5 cm x 3,5

cm. Air seduhan diperoleh dari daun sirsak yang diseduh ke dalam air selama 30

menit pada suhu 1000C. Diagram alir proses pembuatan air seduhan daun sirsak

dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Daun sirsak segar



Daun disortir, dicuci, dan ditiriskan

Daun dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 700C selama 6 jam

Daun sirsak kering

Pengecilan ukuran daun sirsak

Daun sirsak diseduh ke dalam air pada suhu 1000C selama 30 menit

Air seduhan daun sirsak

Gambar 3.3 Diagram alir proses pembuatan air seduhan daun sirsak
Sumber: Mardianto (2015)

3.3.2 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi susu

skim terpilih. Hasil dari penelitian pendahuluan akan dilanjutkan untuk proses

pembuatan minuman fermentasi.

20
3.3.2.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim
Konsentrasi susu skim yang digunakan yaitu 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%.

Diagram alir proses penentuan konsentrasi susu skim dapat dilihat pada Gambar

3.4.

Konsentrasi air seduhan daun sirsak 4%



Penambahan gula 4%

Penentuan konsentrasi susu skim (2, 3, 4, 5, dan 6%) (b/v)

Pasteurisasi (850C, 30 menit)

Penambahan starter (S.thermophilus, L.acidophilus danL.plantarum (2:1:2) 4%))

Fermentasi selama 8 jam pada suhu 420C

Minuman fermentasi daun sirsak Analisis: - pH
- TAT
- BAL
Gambar 3.4 Diagram alir proses penentuan konsentrasi susu skim
Sumber: Mardianto (2015) dengan modifikasi

3.3.3 Penelitian Utama

Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh asam urat pada

tikus dari hasil produk minuman fermentasi daun sirsak terpilih dengan

konsentrasi air seduhan 4% dan 6%, gula dan susu skim 4%, dan waktu fermentasi

selama 8 jam. Tikus yang digunakan berumur 2-3 bulan dengan berat badan

sekitar 200 gram berjenis kelamin jantan yang diperoleh dari UGM.

Menurut Trisviana (2012), jumlah tikus yang digunakan dapat dihitung

dengan menggunakan rumus Freeder, yaitu (k-1) (r-1) ≥ 15. Nilai k adalah jumlah

perlakuan dan nilai r adalah jumlah hewan tiap kelompok perlakuan. Untuk

penelitian ini menggunakan perlakuan sebanyak 5, sehingga r yang diperoleh dari

hasil perhitungan adalah 5 ekor tikus. Jumlah tikus yang digunakan pada

penelitian utama sebanyak 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu A,

B, C, D, dan E. Kelompok tikus A (kontrol negatif) diberi pakan standar dan

21
akuades. Kelompok tikus B (kontrol positif asam urat) dberi pakan asam urat dan

akuades. Kelompok C (kontrol positif) diberi pakan asam urat, akuades, dan obat

penurun asam urat Allopurinol. Kelompok D diberi pakan asam urat, akuades, dan

minuman fermentasi daun sirsak 4%. Kelompok E diberi pakan asam urat,

akuades, dan minuman fermentasi daun sirsak 6%.

Tikus yang digunakan dalam penelitian utama sebelumnya melewati

aklimatisasi selama 3 hari dengan diberi pakan standar, akuades, anti parasit dan

anti cacing. Menurut Dwija (2011), tujuan aklimatisasi adalah agar tikus dapat

beradaptasi dengan lingkungan baru dan meminimalisasi efek stress yang dapat

berpengaruh pada pada metabolisme tikus. Setelah diberikan anti parasit dan anti

cacing, tikus dibagi dalam beberapa kelompok. Perlakuan tikus ini dilakukan

selama 18 hari. Selama 9 hari pertama, kelompok perlakuan tikus diberi adaptasi

pakan. Kelompok A diberi adaptasi pakan standar dan kelompok B, C, D, dan E

diberi pakan asam urat hingga tikus menjadi hiperurisemia. Pada hari ke-10

sampai ke-18, kelompok tikus diberi pakan standar dan perlakuan sesuai dengan

kelompok tikus. Pembagian perlakuan kelompok tikus dapat dilihat pada Tabel

3.1.

Tabel 3.1 Tabel Pembagian Perlakuan Kelompok Tikus


Perlakuan
A B C D E
kelompok
Pakan Pakan Pakan
Pakan standar Pakan standar
standar + standar + standar +
Masa + akuades + + akuades +
akuades + akuades + akuades +
aklimatisasi anti cacing + anti cacing +
anti cacing + anti cacing + anti cacing +
anti parasit anti parasit
anti parasit anti parasit anti parasit
Pakan asam Pakan asam Pakan asam Pakan asam
Hari ke-1 s/d Pakan standar
urat + urat + urat + urat +
ke-9 + akuades
akuades akuades akuades akuades
Pakan Pakan
standar + standar +
Pakan Pakan standar
Hari ke-10 Pakan standar minuman minuman
standar + + obat
s/d ke-18 + akuades fermentasi fermentasi
akudes Allopurinol
daun sirsak daun sirsak
4% 6%

22
Menurut Leo (2013), pakan standar yang diberikan untuk tikus merupakan

pakan yang sesuai dengan standar. Pakan standar tersebut terdiri jagung kuning,

telur ikan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak gandum, dedak padi, molasses,

antioksidan, mineral, rumput, antimold, dan vitamin. Kandungan nutrisi yang

terdapat pada pakan standar dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kandungan Nutrisi Pakan Standar Berdasarkan INDO FEED


Kandungan nutrisi Jumlah (%)
Protein kasar 14,00
Lemak 3,00
Serat kasar 10,00
Abu 5,60
Protein dapat dicerna 11,00
Total Digestable Nutrient (Kcal) 55,00
Kalsium 0,80
Phosphorus 0,60
Sumber: Leo (2013)

Pemberian minuman fermentasi daun sirsak dan obat Allopurinol dilakukan

pada pukul 08.00. Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada darah dan urin

tikus. Pengukuran kadar asam urat pada tikus dilakukan pada hari ke-0, 9, dan 18.

Pengukuran asam urat sampai 18 hari didasarkan pada penelitian Artini, et al.,

(2012) yang diperoleh yaitu pada 9 hari pertama, tikus mengalami hiperurisemia

setelah pemberian pakan tinggi purin. Pada hari ke-9 sampel darah diambil untuk

mengetahui kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang terukur

mengalami peningkatan di atas 3,00 mg/dL yaitu sebesar 4, 74 mg/dL. Menurut

Mazzali, et al., (2002) dan Anandagiri, et al., (2014), kadar asam urat yang

normal pada darah tikus yaitu di bawah 3,0 mg/dL. Sementara pada hari ke-9

sampai hari ke-18, kadar asam urat pada tikus mengalami penurunan sampai

1,93 mg/dL sehingga atas dasar ini penelitian kadar asam urat dilakukan selama

18 hari. Pengamatan pada hari ke-0 kadar asam urat dilakukan bertujuan agar

kadar asam urat pada tikus yang digunakan memiliki kadar asam urat yang

23
normal. Pengamatan pada hari ke-9 kadar asam urat dilakukan bertujuan untuk

mengetahui kadar asam urat yang meningkat. Pengamatan pada hari ke-18

dilakukan bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar asam urat dengan

pemberian minuman fermentasi daun sirsak pada tikus. Menurut Mazzali, et al.

(2002), kadar asam urat yang normal pada tikus adalah 1,7-3,0 mg/dL Menurut

Anandagiri, et al. (2014), kadar asam urat yang normal pada tikus adalah dibawah

3,0 mg/dL. Diagram alir penelitian utama dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Tikus

Pembagian kelompok tikus

Penimbangan berat badan dan pengukuran kadar asam urat pada darah dan urin tikus

Pemberian anti cacing dan anti parasit 3 hari

Pembagian kelompok perlakuan pada tikus

Kelompok A untuk pakan standar (9 hari)
Kelompok B, C, D, dan E untuk pakan asam urat (9 hari)

Pengujian kadar asam urat pada darah dan urin tikus

Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E


pakan standar Pakan standar Pakan asam Pakan asam Pakan asam
dan akuades dan akuades urat + Allopurinol urat + minuman urat + minuman
(9 hari) (9 hari) (9 hari) fermentasi daun fermentasi daun
sirsak 4% sirsak 6%
(9 hari) (9 hari)

Pengujian kadar asam urat pada darah dan urin tikus


Gambar 3.5 Diagram alir penelitian utama

Jus hati ayam adalah pakan tinggi asam urat. Jus hati ayam dibuat dari

20 gram hati ayam dan 100 ml air yang dicampurkan (Hayani dan Widyaningsih,

2011; Artini, et al., 2012; dan Kusuma, et al., 2014). Pemberian jus hati ayam dan

pakan standar dilakukan pada jam 08.00, 12:00, dan 16:00. Dosis pemberian jus

hati ayam pada tikus sebanyak 3,5 ml/200 g BB tikus. Menurut Hayani dan

24
Widyaningsih (2011), pemberian jus hati ayam dilakukan tiga kali dalam sehari.

Pemberian pakan standar dilakukan pada jam 08:00. Pakan standar dan akuades

dilakukan secara ad libitum.

Dosis minuman fermentasi manusia dengan berat badan 70 kg yaitu

200 ml/hari (Rachmandiar, 2012). Berdasarkan Tabel 3.3, faktor konversi yang

digunakan yaitu 0,018. Untuk mengetahui dosis minuman fermentasi daun sirsak

yaitu dengan cara mengalikan 0,018 (faktor konversi) dengan 200 ml (dosis

pemberian minuman fermentasi yang dianjurkan). Hasilnya adalah 3,6 ml yang

akan digunakan pada dosis minuman fermentasi daun sirsak. Dosis obat

Allopurinol yang dianjurkan sebanyak 100 mg. Untuk mengetahui dosis obat

Allopurinol yaitu dengan cara mengalikan 100 mg (dosis obat Allopurinol)

dengan 0,018 (faktor konversi). Hasilnya adalah 1,8 mg/200 g BB tikus yang akan

digunakan pada dosis obat Allopurinol pada tikus. Konversi dosis minuman

fermentasi daun sirsak dan obat Allopurinol dapat dikonversi dengan

menggunakan Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Konversi Dosis Manusia dan Antar Jenis Hewan


Mencit Tikus Marmut
Hewan Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia
(20 (200 (400
percobaan (1,5 kg) (2 kg) (4 kg) (12 kg) (70 kg)
gram) gram) gram)
Mencit
1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
(20 gram)
Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
(200 gram)
Marmut
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
(400 gram)
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
(1,5 kg)
Kucing
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,2
(2 kg)
Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
(4 kg)
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
(12 kg)
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
(70 kg)
Sumber: Harmita dan Radji (2006)

25
3.4 Metode Perlakuan Tikus (Leo, 2013)

Tikus yang digunakan dalam penelitian ini dipelihara di kandang yang

bersih. Di dalam kandang tikus terdapat tempat pakan, botol minum, alas kandang

yaitu sekam padi, dan kawat kasa sebagai penutup. Metode perlakuan tikus pada

penelitian ini dilakukan dengan cara ekor tikus yang panjangnya sekitar 3-4 cm

dipegang lalu diambil dari kandangnya dengan menggunakan tangan kanan.

Kemudian tikus dipindahkan ke tangan kiri untuk dijepit pada bagian belakang

kepala dengan jari telunjuk dan ibu jari. Sementara pada bagian ekor tikus dijepit

dengan jari manis dan jari kelingking. Untuk aplikasi minuman fermentasi daun

sirsak dan obat Allopurinol pada tikus dilakukan dengan cara sonde oral, yaitu

melalui mulut tikus. Sebelumnya minuman fermentasi daun sirsak dan obat

Allopurinol dimasukkan ke dalam jarum suntik sehingga minuman fermentasi

daun sirsak dan obat Allopurinol dapat masuk ke dalam mulut tikus.

3.5 Metode Analisis

Metode analisis yang dilakukan pada penelitian ini antara lain kadar air, pH,

Total Asam Tertitrasi (TAT), total Bakteri Asam Laktat (BAL), uji fitokimia, uji

toksisitas dan uji asam urat pada darah dan urin tikus.

3.5.1 Kadar Air (AOAC, 2005).

Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven yang

beratnya telah konstan. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan lalu

diletakkan pada oven yang bersuhu 105oC. Pengeringan sampel tersebut dilakukan

26
selama 6 jam. Lalu cawan penguapan yang berisi sampel tersebut diletakkan ke

dalam desikator selama 10-15 menit kemudian ditimbang. Kadar air (basis basah)

pada sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kadar air (%) =

3.5.2 Analisis pH (AOAC, 2005)

Untuk pengukuran pH pada sampel dilakukan dengan menggunakan alat pH

meter. Sebelum menggunakan alat pH meter dilakukan kalibrasi yaitu dengan cara

elektroda dicelupkan pada larutan buffer pH 4 dan pH 7, lalu dibilas dengan

menggunakan akuades. Elektroda pada pH meter harus dibersihkan dengan

menggunakan akuades sebelum dan sesudah penggunaan untuk mengukur pH.

3.5.3 Uji Total Asam Tertitrasi (AOAC, 2005)

Sebanyak 5 ml sampel diambil dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Lalu

sebanyak 2-3 tetes larutan indikator PP ditambahkan. Setelah ditambahkan

indikator, sampel kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N

hingga warna larutan berubah menjadi merah muda. Banyaknya ml NaOH adalah

jumlah NaOH yang digunakan untuk dihitung dalam rumus. Perhitungan total

asam tertitrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Total asam (% asam laktat) =

*berat molekul asam laktat = 90,06

27
3.5.4 Uji Total Bakteri Asam Laktat (BAL) (Frank dan Yousef, 2004)

Uji total bakteri asam laktat dilakukan dengan menggunakan media de Man

Rogosa Sharpe Agar (MRSA). Sebanyak 1 ml sampel diambil dengan

menggunakan alat mikropipet, lalu dimasukkan ke dalam tabung pengencer yang

berisi 9 ml larutan garam fisiologis 0,85% steril. Pengenceran sampel dilakukan

sampai pada tingkat pengenceran 10-8 kemudian dilakukan pemupukan pada

tingkat pengenceran 10-6, 10-7, dan 10-8 secara triplo. Lalu pada cawan petri, media

MRSA dituang dan dibentuk angka delapan dengan tujuan sampel dan media

menjadi homogen. Setelah media pada cawan petri tersebut menjadi padat

dilakukan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Total bakteri asam laktat

dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah bakteri (CFU/ml) = ( ) ( )

Keterangan:

N1 = jumlah cawan yang masuk dalam range (25-250 koloni) pada pengenceran

pertama

N2 = jumlah cawan yang masuk dalam range (25-250 koloni) pada pengenceran

kedua

d = pengenceran terendah yang masuk ke dalam range

3.5.5 Uji Fitokimia

Uji fitokimia pada penelitian dilakukan dengan menggunakan alat

spektrofotometer. Uji fitokimia pada penelitian ini yaitu terdiri dari uji fenolik dan

28
flavonoid. Sebelum melakukan uji fitokimia, sampel disentrifugasi selama 5 menit

dengan kecepatan 5000 ppm. Hasil dari sentrifugasi adalah filtrat yang akan

digunakan dalam uji fitokimia.

3.5.5.1 Uji Total Flavonoid (Meda, et al., 2005; Ramamoorthy dan Bono,

2007)

Analisis total kandungan flavonoid menggunakan metode aluminium chloride

colorimetric. Metanol digunakan sebagai pengencer pada sampel dan pembuatan

AlCl3 2%. Sebanyak 1 ml sampel dicampurkan dengan 1 ml AlCl3 2% ke dalam

tabung reaksi lalu dihomogenkan dengan menggunakan alat vortex. Sampel

diukur absorbansi dengan panjang gelombang 415 nm menggunakan

spektrofotometer. Untuk pembuatan kurva standar total kandungan flavonoid

menggunakan quercetin dengan membuat sumbu x sebagai konsentrasi dan sumbu

y sebagai absorbansi.

3.5.5.2 Uji Total Fenolik (Pourmorad, et al., 2006; Alfian dan Susanti, 2012)

Analisis total kandungan fenolik menggunakan metode Folin-Ciocalteau

colorimetric. Sebanyak 0,3 ml sampel dicampurkan dengan 1,2 ml larutan

Na2CO3 75% dan 1,5 ml reagen Folin-Ciocalcetau 10% dalam tabung reaksi lalu

divortex. Campuran dari sampel dan larutan tersebut kemudian ditempatkan pada

ruang gelap selama 1 jam dengan suhu ruang. Sampel diukur absorbansi dengan

panjang gelombang 765 nm menggunakan spektrofotometer. Total kandungan

fenolik dinyatakan dalam ppm GAE. Untuk pembuatan kurva standar total

29
kandungan fenolik menggunakan asam galat dengan membuat sumbu x sebagai

konsentrasi dan sumbu y sebagai absorbansi.

3.5.6 Uji Toksisitas (Biofarmaka, 2015)

Uji toksisitas yang digunakan yaitu dengan metode Brine Shrimp Lethality

Test (BSLT). Indikator dari uji toksisitas adalah larva udang Artemia salina L.

Metode BSLT dilakukan 3 tahap yaitu penetasan larva udang, pembuatan larutan

uji, dan pengujian toksisitas pada sampel.

Sebanyak ± 10 mg telur udang Artemia salina L. dimasukkan ke dalam kotak

yang mempunyai 2 sekat yang salah satunya diisi dengan aluminium foil. Kotak

tersebut kemudian ditambahkan 250 ml air laut dan didiamkan di bawah lampu

UV dan aerator selama 48 jam. Telur udang akan menetas menjadi larva udang.

Sebanyak 20 mg minuman fermentasi daun sirsak dicampurkan dengan 20 µl

Tween 80% dan 10 ml air laut hingga homogen dan diperoleh larutan uji 2000

ppm. Untuk tahap pengujian toksisitas sampel, sebanyak 1000 µl air laut yang

berisi 10 ekor larva udang dimasukkan ke dalam vial yang berukuran 2000 µl

dengan pembagian konsentrasi larutan uji 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm dan 10

ppm. Larutan uji tersebut didiamkan selama 24 jam lalu dilakukan perhitungan

jumlah udang yang mati. % mortalitas menyatakan tingkat kematian larva udang

%Mortalitas =

Hasil toksisitas dinyatakan sebagai nilai Lethal Concentration sebesar 50%

(LC50). Nilai LC50 dapat dilihat dengan menggunakan grafik persamaan linear:

y = ax + b

Keterangan:

30
a dan b = diperoleh dari rumus regresi linear (tiga titik konsentrasi)

x = konsentrasi zat yang mengakibatkan kematian larva udang sebesar 50%

y = jumlah larva udang yang mati setelah inkubasi 24 jam

3.6 Prosedur Analisis Penelitian Utama

Pada penelitian utama, parameter yang digunakan adalah kadar asam urat

pada tikus wistar. Analisis pada penelitian ini adalah pengukuran kadar asam urat

pada tikus yang dibagi menjadi dua yaitu pengukuran kadar asam urat dalam

darah dan urin.

3.6.1 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Serum (Barham dan Trinder,

1972; Thefeld, et al., 1973; Henry, et al., 1974; Fossati, et al., 1980)

Kadar asam urat dalam serum diukur dengan cara sampel dari darah tikus

yang diambil melalui bagian mata tikus. Sampel darah yang keluar kemudian

ditampung ke dalam tabung Eppendorff. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada

kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Setelah disentrifugasi maka akan diperoleh

hasil serum dan darah yang telah terpisah. Serum dan darah dimasukkan pada

tabung Eppendorff yang berbeda dan dilakukan uji pengujian asam urat.

Pengujian asam urat dilakukan dengan metode enzimatik dengan reagen

uric acid FS-TOOS Pengukuran kadar asam urat menggunakan alat

spektrofotometer UV-ViS. Sebanyak 20 µl serum dicampur dengan 1000 µl

reagen urea uric acid FS TOOS. Tabung Eppendorff tersebut akan diinkubasi

selama 5 menit pada suhu 37°C. Lalu sampel campuran tersebut ditambahkan 250

µl reagen II. Tabung Eppendorff diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. Uji

31
kadar asam urat pada sampel dilakukan dengan cara memasukkan sampel pada

spektrofotometer lalu akan terlihat absorbansi pada layar spektrofotometer

UV-VIS. Panjang gelombang yang digunakan adalah 550 nm.

3.6.2 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Urin (Barham dan Trinder,

1972; Thefeld, et al., 1973; Henry, et al., 1974; Fossati, et al., 1980)

Pengukuran kadar asam urat dalam urin dilakukan dengan cara sampel

urin disiapkan sebanyak 1 ml dan ditambahkan 9 ml akuades. Kemudian sampel

urin yang ditambahkan akuades dikocok dengan kuat hingga homogen, lalu

diambil 20 µl dan ditambahkan dengan 1000 µl reagen urea uric acid FS-TOOS.

Larutan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37⁰C. Larutan tersebut ditambahkan

250 µl reagen II dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 5 menit. Pengukuran

kadar asam urat dilakukan dengan cara memasukkan sampel pada

spektrofotometer lalu akan terlihat absorbansi pada layar. Panjang gelombang

yang digunakan adalah 550 nm.

3.7 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu

penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

3.7.1 Penelitian Pendahuluan

Rancangan percobaan penelitian pendahuluan dilakukan dengan metode

rancangan acak lengkap satu faktor dengan empat kali pengulangan. Faktor yang

digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi susu skim.

32
3.7.1.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim

Penentuan konsentrasi susu skim menggunakan metode rancangan acak

lengkap satu faktor dengan empat kali pengulangan. Faktor yang digunakan

adalah konsentrasi susu skim. Konsentrasi susu skim terdiri dari lima level yaitu

2% (α1), 3% (α2), 4% (α3), 5% (α4), dan 6% (α5). Model linear matematik yang

digunakan yaitu:

Yij = µ + αi + εij

Yij = variabel respon hasil pengamatan pada level satu dengan faktor konsentrasi

susu skim ke-i dan pengulangan ke-j

µ = nilai rata-rata aktual

αi = pengaruh konsentrasi susu skim ke-i

εij = faktor kesalahan

Hipotesis:

H0 = tidak ada pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim terhadap nilai pH,

TAT, dan BAL minuman fermentasi daun sirsak.

H1 = ada pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim terhadap nilai pH, TAT,

dan BAL minuman fermentasi daun sirsak.

3.7.2 Penelitian Utama

Rancangan percobaan pada penelitian utama menggunakan metode

rancangan acak lengkap satu faktor dengan lima kali pengulangan. Faktor yang

digunakan pada penelitian ini adalah jenis minuman fermentasi yang terdiri dari

tiga level yaitu Allopurinol, minuman fermentasi daun sirsak 4%, dan minuman

fermentasi daun sirsak 6%. Model linear matematik yang digunakan yaitu:

33
Yij = µ + αi + εij

Yij = variabel respon hasil pengamatan pada level satu dengan faktor jenis

minuman fermentasi ke-i dan pengulangan ke-j

µ = nilai rata-rata aktual

αi = pengaruh jenis minuman fermentasi ke-i

εij = faktor kesalahan

Hipotesis:

H0 = tidak ada pengaruh jenis minuman fermentasi daun sirsak terhadap kadar

asam urat dalam darah dan urin tikus.

H1 = ada pengaruh yang signifikan dari jenis minuman fermentasi daun sirsak

terhadap kadar asam urat dalam darah dan urin tikus.

34
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dimulai dari pembuatan minuman fermentasi daun

sirsak dengan konsentrasi air seduhan 4%. Pada penelitian ini menggunakan

konsentrasi air seduhan 4% didasarkan pada penelitian terdahulu yaitu Mardianto

(2015) dengan konsentrasi air seduhan daun sirsak yang digunakan yaitu sebesar

1%. Konsentrasi air seduhan daun sirsak ditingkatkan dengan tujuan agar

mendapatkan kandungan total fenolik dan flavonoid yang digunakan pada tahap

penelitian utama yaitu menurunkan kadar asam urat pada tikus wistar. Minuman

fermentasi daun sirsak yang berbahan dasar berupa daun sirsak yang kering

memiliki kadar air basis basah sebesar 8,92%. Hasil analisis kadar air dapat dilihat

pada Lampiran B.

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsetrasi susu skim

pada minuman fermentasi daun sirsak yang memiliki variasi konsentrasi susu skim

yaitu 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Minuman fermentasi daun sirsak difermentasi

menggunakan kultur Streptococcus thermophilus, Lactobacillus plantarum, dan

Lactobacillus acidophilus yang telah diidentifikasi awal dengan pewarnaan Gram

(Lampiran A). Selanjutnya minuman fermentasi daun sirsak akan dipilih

berdasarkan parameter pH, TAT, dan total bakteri asam laktat yang sesuai dengan

standar. Minuman fermentasi daun sirsak lalu dilakukan uji fitokimia dan uji

toksisitas.

35
4.1.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim

Pada penelitian ini, nilai pH yang dihasilkan oleh minuman fermentasi

daun sirsak berkisar 4,12-4,4. Minuman fermentasi daun sirsak dengan

penambahan susu skim telah memenuhi standar FSANZ (2014) yaitu <4,5.

Menurut Septiani, et al. (2013), susu skim digunakan oleh bakteri starter untuk

pertumbuhannya. Berdasarkan Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa semakin rendah

konsentrasi susu skim, maka nilai pH yang dihasilkan semakin rendah yaitu 4,12.

Menurut Kumalaningsih (2014), penurunan pH disebabkan oleh proses fermentasi

yang terjadi karena adanya akumulasi asam yang berasal dari bakteri asam laktat.

Nilai pH digunakan sebagai analisis untuk mengetahui penurunan pH yang

diakibatkan dari fermentasi BAL. Adanya penurunan pH berhubungan dengan

jumlah total asam, bahwa semakin tinggi total asam maka semakin rendah nilai

pH.

5
4,33±0,02c 4,40±0,06c
4,19±0,06ab 4,25±0,04b
4,12±0,07a
4
Nilai pH

1
2 3 4 5 6
Konsentrasi susu skim (%)

Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi susu skim terhadap nilai pH

36
Data pada Lampiran C menunjukkan hasil uji statistik memiliki perbedaan

konsentrasi susu skim yang berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai pH

minuman fermentasi daun sirsak. Perbedaan konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%,

5%, dan 6% menghasilkan perbedaan signifikan terhadap nilai pH minuman

fermentasi daun sirsak.

Nilai total asam tertitrasi yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar

0,33-0,48%. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu skim

yang ditambahkan, maka nilai total asam tertitrasi semakin tinggi pada konsentrasi

susu skim 2%, 4%, 5%, dan 6% (Gambar 4.2). Menurut Yildiz (2010), adanya

peningkatan nilai total asam tertitrasi menunjukkan asam laktat yang diproduksi

juga meningkat. Asam laktat yang diproduksi membuat kondisi produk menjadi

asam sehingga total asam tertitrasi menjadi tinggi. Menurut Primurdia dan

Kusnadi (2014), total asam tertitrasi dapat meningkat dikarenakan bakteri asam

laktat membentuk asam-asam organik. Menurut Legowo, et al. (2009), dengan

adanya aktivitas bakteri asam laktat, asam laktat dapat terbentuk dalam proses

fermentasi laktosa susu dan gula sederhana. Peningkatan kadar asam laktat

disebabkan oleh aktivitas BAL yang memecah laktosa dan gula-gula lain menjadi

asam laktat.

Penambahan susu skim pada minuman fermentasi daun sirsak

mempengaruhi hasil dari analisis nilai pH dan total asam tertitrasi (TAT). Nilai

pH yang dihasilkan yaitu sekitar 4,12-4,40. Sedangkan hasil TAT pada minuman

fermentasi daun sirsak adalah sekitar 0,33%-0,48%. Susu skim yang ditambahkan

dapat digunakan bakteri starter untuk menghasilkan bakteri asam laktat. Menurut

Fadro, et al. (2015), semakin banyak konsentrasi susu skim yang ditambahkan

37
maka semakin banyak laktosa yang terdapat pada minuman fermentasi yang akan

diubah menjadi asam laktat sehingga kadar asam laktat pada minuman fermentasi

daun sirsak juga semakin banyak. Berdasarkan data yang diperoleh, semakin

tinggi konsentrasi susu skim, maka nilai pH juga semakin tinggi. Hal ini tidak

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu skim

yang ditambahkan, maka semakin rendah nilai pH (Septiani, et al., 2013). Asam

laktat yang dihasilkan pada minuman fermentasi daun sirsak tidak membuat

jumlah ion H+ berubah. Hal ini dikarenakan kemampuan buffer yang terdapat

pada susu skim mampu mempertahankan nilai pH sehingga asam yang terbentuk

menjadi kecil. Menurut Zare, et al. (2012), susu skim memiliki kemampuan buffer

sehingga apabila konsentrasi susu skim semakin banyak ditambahkan, maka

perubahan asam akan semakin kecil yang mengakibatkan nilai pH semakin tinggi.

Menurut Luthfiani (2017) senyawa buffer pada susu skim adalah yang tergolong

dalam kelompok residu yang terikat dengan protein (asam aspartat, asam

glutamat, histidin, lisin, tirosin, dan ester posfat) dan garam-garam (posfat, sitrat,

karbonat dan garam dari asam karboksilat).

0.6
0,48±0,03d
Total asam tertitrasi (%)

0.5 0,45±0,02c

0,38±0,02ab 0,39±0,02b
0.4
0,33±0,00a

0.3

0.2

0.1

0
2 3 4 5 6
Konsentrasi susu skim (%)

Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.2. Pengaruh konsentrasi susu skim terhadap total asam tertitrasi

38
Hubungan pH dan TAT memiliki hubungan yang tidak berbanding terbalik

(lurus) pada penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan TAT

yang tidak diikuti dengan penurunan pH. Menurut Sadler dan Murphy (2003)

terdapat perbedaan asam yang terukur dengan menggunakan pH meter dan titrasi.

Asam yang terukur dengan menggunakan pH meter adalah konsentrasi ion-ion H+

yang menunjukkan jumlah asam terdisosiasi sehingga tidak mewakili asam yang

terdapat pada produk. Asam yang terukur dengan menggunakan titrasi adalah

semua komponen asam (Hartono, 2003).

Uji statistik pada Lampiran D menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi

susu skim berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai total asam tertitrasi.

Perbedaan konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% menghasilkan

perbedaan signifikan terhadap total asam tertitrasi minuman fermentasi daun

sirsak.

Jumlah total bakteri asam laktat yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu

berkisar 2,2x108-9,5x108 CFU/ml yang menunjukkan hasil analisis ANOVA pada

Lampiran E, bahwa perbedaan konsentrasi susu skim tidak berpengaruh nyata

(p>0,05) terhadap total bakteri asam laktat. Perbedaan konsentrasi susu skim 2%,

3%, 4%, 5%, dan 6% tidak menghasilkan perbedaan signifikan terhadap total

bakteri asam laktat minuman fermentasi daun sirsak. Berdasarkan penelitian

Jannah (2015), penggunaan konsentrasi daun sirsak sebesar di bawah 5% tidak

mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat pada minuman fermentasi. Hal

ini disebabkan pada daun sirsak memiliki aktivitas anti mikroba.

39
4.1.2 Penentuan Minuman Fermentasi Daun Sirsak Terpilih

Penentuan minuman fermentasi daun sirsak terpilih ditentukan dari

parameter-parameter yaitu nilai pH, nilai total asam tertitrasi, dan total bakteri

asam laktat. Pada penentuan terpilih tersebut menggunakan standar yaitu BSN

(2009), CODEX (2003), FSANZ (2014), dan JETRO (2011). Penelitian ini

menggunakan 4 standar yaitu BSN, CODEX, FSANZ, dan JETRO. BSN

digunakan sebagai standar karena standar yang berlaku di Indonesia. Selanjutnya

berdasarkan CODEX (2003) juga diberlakukan standar yang dibentuk dengan

kerjasama antara FAO dan WHO yang menangani standar bahan pangan yang

diperdagangkan secara internasional. Lalu pustaka lain yaitu FSANZ atau Food

Standards Australia New Zealand (2014) juga memiliki standar makanan dari

Australia Selandia Baru. Standar lain yang juga digunakan adalah JETRO atau

The Japan External Trade Organization (2011), organisasi di bawah naungan

pemerintah Jepang dalam bidang perdagangan dan investasi. Standar CODEX,

FSANZ, dan JETRO digunakan sebagai pendukung dari standar BSN. Standar

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Standar Produk Fermentasi


Standar Nilai pH Nilai TAT (%) Total BAL (CFU/ml)
BSN (2009) - 0,2-0,9 106
CODEX (2003) - >0,6 107
FSANZ (2014) <4,5 - 106
JETRO (2011) - - 107

Pada parameter nilai pH, produk minuman fermentasi daun sirsak pada

penelitian ini memiliki nilai pH berkisar 4,12-4,40 pada semua kombinasi

konsentrasi susu skim. Produk minuman fermentasi daun sirsak terpilih telah

sesuai dengan standar FSANZ (2014) yaitu <4,5. Minuman fermentasi daun sirsak

dengan konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% telah memenuhui standar

40
BSN (2009) yang memiliki nilai total asam tertitrasi berkisar 0,33-0,48%. Jumlah

bakteri asam laktat yang dihasilkan dari kombinasi konsentrasi susu skim juga

sesuai dengan standar BSN (2009), FSANZ (2014), dan JETRO (2011) yaitu

minimal 106 CFU/ml dan CODEX (2003) yaitu 107. Konsentrasi susu skim

terpilih yang digunakan pada penelitian ini adalah 4%. Pemilihan konsentrasi susu

skim tersebut dikarenakan telah memenuhi standar minuman fermentasi.

Berdasarkan penelitian Hanna (2014), penambahan susu skim 4% pada produk

yoghurt akan menghasilkan produk minuman fermentasi terbaik.

4.2 Analisis Minuman Fermentasi Daun Sirsak

Analisis minuman fermentasi daun sirsak dilakukan setelah memperoleh

minuman fermentasi daun sirsak terpilih. Minuman fermentasi daun sirsak terpilih

akan dilakukan analisis yang meliputi uji fitokimia dan toksisitas. Analisis

fitokimia meliputi uji kuantitatif yang meliputi fenolik dan flavonoid. Menurut

Zuhra, et al. (2008), semakin tinggi konsentrasi sampel, maka antioksidan yang

dihasilkan semakin tinggi juga. Oleh karena itu, pada analisis ini menggunakan

konsentrasi sampel daun sirsak sebesar 4% dan 6%.

4.2.1 Total Fenolik

Analisis total fenolik dilakukan pada sampel air seduhan daun sirsak segar,

air seduhan daun sirsak kering, dan minuman fermentasi daun sirsak dengan

konsentrasi 4% dan 6%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang nyata dari jenis olahan daun sirsak (p<0,05) terhadap kandungan total

fenolik (Lampiran F).

41
1200

Total Fenolik (ppm GAE)


1010 ± 5,66c
1000
840 ± 5,66c
757 ±35,36b
800
600
430 ± 16,97b
400 325 ± 1,41a 4% = Konsentrasi daun sirsak
180,75 ± 0,35a
200 6% = Konsentrasi daun sirsak

0
Air seduhan daun Air seduhan daun Minuman
sirsak segar sirsak kering fermentasi daun
sirsak
Jenis Olahan Daun Sirsak

Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.3 Total fenolik daun sirsak segar, daun sirsak kering, dan minuman fermentasi daun
sirsak

Berdasarkan data pada Gambar 4.3, kandungan total fenolik pada sampel

air seduhan daun sirsak kering (430,00 dan 757,00 ppm GAE) lebih tinggi

daripada sampel air seduhan daun sirsak segar (180,75 dan 325,00 ppm GAE).

Kandungan total fenolik pada sampel air seduhan daun sirsak kering lebih tinggi

daripada sampel air seduhan daun sirsak segar karena enzim polifenol oksidase

terinaktivasi akibat panas sehingga senyawa fenolik menjadi lebih tinggi. Enzim

polifenol oksidase merupakan enzim oksidoreduktase yang dapat mengoksidasi

senyawa fenol dengan menggunakan oksigen sebagai penerima hidrogen (Siregar,

et al., 2010). Penelitian Mardianto (2015) juga mengatakan bahwa enzim

polifenol oksidase terinaktivasi oleh proses pengeringan. Akibatnya, kerusakan

senyawa fenolik dapat berkurang.

Kandungan total fenolik lalu meningkat pada sampel minuman fermentasi

daun sirsak yaitu 840,00 dan 1010,00 ppm GAE. Data yang diperoleh

menunjukkan bahwa proses fermentasi berpengaruh terhadap kandungan total

fenolik yang mengakibatkan lebih tinggi daripada sampel air seduhan daun sirsak

segar dan kering. Menurut Widagdha dan Fithri (2015), proses fermentasi dapat

42
meningkatkan kandungan fenolik pada yoghurt. Selama proses fermentasi,

kandungan gula dihidrolisis oleh bakteri asam laktat yang mengakibatkan

senyawa fenolik meningkat. Berdasarkan penelitian Primurdia dan Kusnadi

(2014), fermentasi dapat meningkatkan senyawa fenolik pada produk minuman

probiotik sari kurma. Bakteri asam laktat pada fermentasi tejadi sintesis

karbohidrat (gula) yang mampu membentuk asam-asam organik seperti asam

laktat. Kondisi asam tersebut akan membentuk senyawa fenolik melalui asam

sinamat dan asam ferulat.

4.2.2 Total Flavonoid

Analisis total flavanoid dilakukan pada sampel air seduhan daun sirsak segar,

air seduhan daun kering, dan minuman fermentasi daun sirsak. Konsentrasi daun

sirsak yang digunakan adalah 4% dan 6%. Analisis total flavonoid dilakukan

dengan metode aluminium chloride colorimetric. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan sampel air seduhan daun sirsak segar, air seduhan daun

sirsak kering, dan minuman fermentasi daun sirsak yang nyata (p<0,05) terhadap

kandungan total flavonoid (Lampiran G).

120
Total Flavonoid (ppm QE)

98,41 ± 0,97c
100 82,8 ± 0,00b
80
60,3 ± 0,42c
60 52,94 ± 0,83b
34,07 ± 0,41a 4% = Konsentrasi daun sirsak
40 6% = Konsentrasi daun sirsak
14,17 ± 0,62a
20
0
Air seduhan Air seduhan Minuman
daun sirsak segar daun sirsak fermentasi daun
kering sirsak
Jenis Olahan Daun Sirsak

Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.4 Total flavonoid daun sirsak segar, daun sirsak kering, dan minuman fermentasi
daun sirsak

43
Berdasarkan data pada Gambar 4.4, kandungan total flavonoid pada

sampel air seduhan daun sirsak kering (52,94 dan 82,80 ppm QE) lebih tinggi

daripada sampel air seduhan daun sirsak segar (14,17 dan 34,07 ppm GAE).

Adanya peningkatan kandungan total flavonoid disebabkan proses pengeringan

yang terjadi pada daun sirsak. Menurut Rabeta dan Lai (2013), proses pengeringan

menyebabkan kandungan air pada sampel menjadi hilang sehingga terjadi

peningkatan senyawa flavonoid pada sampel yang dikeringkan.

Pada sampel minuman fermentasi, kandungan total flavonoid lalu

meningkat yaitu 60,30 dan 98,41 ppm QE. Menurut Primurdia dan Kusnadi

(2014), peran bakteri asam laktat pada proses fermentasi yaitu mensintesis gula

dan membebaskan senyawa fenolik sehingga menyebabkan penambahan gugus

fenol pada senyawa flavonoid. Berdasarkan penelitian Ademiluyi (2010)

mengatakan bahwa fermentasi biji kedelai mampu meningkatkan kandungan total

fenol dan flavonoid.

4.2.3 Toksisitas

Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan BSLT (Brine Shrimp Lethality

Test). Uji toksisitas diperoleh hasil yang dinyatakan nilai Lethal Concentration 50

(LC50). Uji toksisitas dilakukan untuk minuman fermentasi daun sirsak 4% untuk

mewakili konsentrasi minuman fermentasi daun sirsak 6%. Sehingga apabila

konsentrasi sampel 4% termasuk toksik, maka konsentrasi sampel 6% juga

termasuk toksik. Berdasarkan hasil uji toksisitas, minuman fermentasi daun sirsak

memiliki nilai sebesar 627,22 ppm (lampiran H).

44
Toksisitas terbagi dalam empat klasifikasi antara lain sangat toksik, toksik,

toksik rendah, dan tidak toksik. Sampel yang memiliki nilai LC50 ≤ 30 ppm, maka

sampel termasuk dalam klasifikasi sangat toksik. Sampel yang memiliki nilai LC50

antara 30 sampai dengan 100 ppm, maka sampel termasuk dalam klasifikasi

toksik. Sampel yang memiliki nilai LC50 antara 100 sampai 1000 ppm, maka

sampel termasuk dalam klasifikasi toksik rendah. Sampel yang memiliki nilai

LC50 lebih dari 1000 ppm, maka sampel termasuk dalam klasifikasi tidak toksik

(Suryaningrum, et al., 2007 dan Juniarti, et al., 2009). Pada sampel minuman

fermentasi daun sirsak, nilai LC50 termasuk dalam klasifikasi toksik rendah.

4.3 Penelitian Utama

Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh minuman fermentasi

daun sirsak terhadap kadar asam urat pada darah dan urin tikus. Pada penelitian

ini terdiri dari lima kelompok tikus yang digunakan, kelompok tersebut antara lain

kelompok A (tikus kontrol negatif), kelompok B (tikus kontrol asam urat),

kelompok C (tikus kontrol positif), kelompok D (tikus dengan perlakuan minuman

fermentasi daun sirsak 4%), dan kelompok E (tikus dengan perlakuan minuman

fermentasi daun sirsak 6%). Pengamatan dan analisis pengaruh kadar asam urat

pada tikus dilakukan dengan cara membandingan kelompok C, D, dan E. Data

berat badan tikus wistar yaitu sekitar 200 kg yang dapat dilihat pada Lampiran K.

4.3.1 Kadar Asam Urat Pada Darah dan Urin Tikus

Analisis kadar asam urat pada darah tikus dilakukan sebanyak tiga kali,

yaitu pada hari ke-0, 9, dan 18. Menurut Mazzali, et al. (2002) dan Anandagiri, et

al. (2014), kadar asam urat yang normal pada tikus diproduksi dalam darah berada

45
di bawah 3,0 mg/dL. Berdasarkan pada Lampiran I, kadar asam urat yang normal

pada tikus di hari ke-0 memiliki kisaran 1,69-2,33 mg/dL. Kadar asam urat pada

tikus di hari ke-9 menunjukkan bahwa tikus sudah menjadi hiperurisemia dengan

kadar asam urat di atas 3,0 mg/dL yaitu memiliki kisaran 3,98-4,80 mg/dL. Pada

hari ke-18 dilakukan pengujian kadar asam urat yang dipengaruhi oleh pemberian

obat Allopurinol, minuman fermentasi daun sirsak 4%, dan minuman fermentasi

daun sirsak 6%. Penurunan kadar asam urat pada darah tikus dapat dilihat pada

Gambar 4. 5.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata

(p<0,05) antara jenis perlakuan yang diberikan terhadap kadar asam urat dalam

darah tikus. Berdasarkan Gambar 4.5, penurunan kadar asam urat tertinggi berada

pada jenis perlakuan obat Allopurinol yaitu 48,82% (kelompok C). Jenis

perlakuan dengan pemberian minuman fermentasi daun sirsak 4% (kelompok D)

dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah sebesar 38,29%. Kelompok E

dengan jenis perlakuan pemberian minuman fermentasi daun sirsak 6%

menunjukkan bahwa penurunan kadar asam urat dalam darah sebesar 47,78%.

Penurunan kadar asam urat dalam darah dengan jenis perlakuan pemberian

minuman fermentasi daun sirsak 6% sebesar 47,78% mendekati penurunan kadar

asam urat dengan pemberian obat Allopurinol sebesar 48,82%. Sehingga data

tersebut menunjukkan bahwa pemberian minuman fermentasi daun sirsak 6%

dapat secara efektif menurunkan kadar asam urat yang hampir sama dengan obat

Allopurinol. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Setiawan dan

Suyono (2012), pemberian teh kombucha pada tikus mampu menurunkan kadar

asam urat sekitar 50%. Penelitian lainnya juga dilakukan oeh Artini, et al. (2012)

46
yang menggunakan ekstrak daun sirsak yang berupa ekstrak kental metanol

dengan fraksi n-butanol dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam urat

pada darah sebesar 86,29%. Penelitian tersebut juga diperoleh hasil yaitu

penurunan kadar asam urat dengan menggunakan daun sirsak lebih besar

dibandingkan dengan obat Allopurinol yang mampu menurunkan kadar asam urat

sebesar 51,93%.

60
Penurunan Kadar Asam Urat (%)

48,82 ± 2,11c 47,78 ± 0,26c


50

38,29 ± 0,7b
40

30

20

10
2,19 ± 0,37a 1,77 ± 0,36a

0
A B C D E
Jenis perlakuan

Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
A = tikus normal + akuades (kontrol negatif)
B = tikus asam urat + akuades (kontrol asam urat)
C = tikus asam urat + Allopurinol
D = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 4%
E = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 6%
Gambar 4.5 Penurunan kadar asam urat dalam darah tikus

Pengukuran kadar asam urat pada urin tikus dilakukan tiga kali, yaitu pada

ke-0, 9, dan 18. Menurut Horl dan Heidland (2012), kadar asam urat yang normal

pada urin tikus yaitu 165-335 mg/dL. Berdasarkan data pada Lampiran J, pada

hari ke-0 kadar asam urat pada urin tikus yaitu 235,40 mg/dL-240,23 mg/dL. Data

tersebut sesuai dengan literatur bahwa kadar asam urat pada urin tikus berkisar

47
165-335 mg/dL. Penurunan kadar asam urat pada urin tikus dapat dilihat pada

Gambar 4.6.

70
Penurunan Kadar Asam Urat (%)
60,61 ± 0,08d
60 56,32 ± 1,29c

50 43,15 ± 0,09b

40
30
20
10 2,83 ± 0,10a
2,26 ± 0,08a
0
A B C D E
Jenis perlakuan

Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
A = tikus normal + akuades (kontrol negatif)
B = tikus asam urat + akuades (kontrol asam urat)
C = tikus asam urat + Allopurinol
D = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 4%
E = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 6%
Gambar 4.6 Penurunan kadar asam urat dalam urin tikus

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perbedaan yang

nyata (p<0,05) antara jenis perlakuan yang diberikan terhadap penurunan kadar

asam urat pada urin tikus. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa penurunan kadar asam

urat tertinggi terjadi pada tikus kelompok E dengan jenis perlakuan pemberian

minuman fermentasi daun sirsak 6% yaitu dengan penurunan sebesar 60,61%.

Jenis perlakuan dengan pemberian obat Allopurinol memiliki penurunan kadar

asam urat lebih rendah (56,32%) dibandingkan dengan jenis perlakuan pemberian

minuman fermentasi daun sirsak 6% (60,61%). Oleh karena itu, penurunan kadar

asam urat pada urin yang diberi perlakuan minuman fermentasi daun sirsak 6%

lebih baik dibandingkan dengan jenis perlakuan pemberian obat Allopurinol.

Menurut Afrianti, et al., (2011), asam urat dialirkan ke darah lalu difiltrasi pada

ginjal dan diekskresi oleh urin. Produksi asam urat pada urin terjadi karena adanya

48
penurunan ekskresi asam urat dalam urin sehingga terjadi peningkatan kadar asam

urat di dalam darah. Penurunan kadar asam dalam darah diikuti dengan penurunan

kadar asam urat dalam urin (Liu, et al., 2008 dan Hu, et al., 2010).

Berdasarkan penelitian Suhendi, et al., (2011), senyawa fenolik dan

flavonoid berpotensi sebagai antihiperurisemia. Flavonoid merupakan senyawa

antioksidan yang mampu menghambat pembentukan asam urat di dalam darah

dengan menghambat kerja enzim xanthin oxidase dan superoksida (Kusni, 2010).

Menurut Tarigan, et al., (2012), senyawa flavonoid memberikan pengaruh

penurunan terhadap kadar asam urat. Penurunan kadar asam urat tersebut terjadi

karena flavonoid menghambat aktivitas enzim xanthin oxidase pada basa purin.

Akibatnya, kadar asam urat yang diproduksi menjadi turun. Menurut Anandagiri,

et al. (2014), aktivitas xanthin oxidase dapat dihambat oleh senyawa antioksidan

dan memiliki struktur yang mirip dengan Allopurinol. Menurut penelitian

Iswantini, et al. (2009), bakteri Lactobacillus plantarum merupakan bakteri

penghasil urikase. Urikase merupakan enzim yang mengkatalisis terbentuknya

asam urat menjadi allantoin sehingga asam urat dapat diekskresi melalui urin.

L. plantarum mampu mendegradasi asam urat dengan terbentuknya zona bening

di sekitar koloni bakteri sehingga dapat dinyatakan L. plantarum mampu

menurunkan asam urat dengan adanya aktivitas urikase.

49
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini, minuman fermentasi daun sirsak yang terpilih dengan

penambahan gula 4%, susu skim 4%, air seduhan daun sirsak yang digunakan

yaitu 4% dan 6%, dan lama waktu fermentasi selama 8 jam. Fenolik pada

konsentrasi 4% sampel air seduhan daun sirsak, air seduhan daun sirsak kering,

dan minuman fermentasi daun sirsak yaitu masing-masing 180,75 ppm

GAE±0,35, 430 ppm GAE±16,97, dan 840 ppm GAE±5,66. Sementara pada

konsentrasi 6% yaitu masing-masing 325 ppm GAE±1,41, 757 ppm GAE±35,36,

dan 1010 ppm GAE±5,66. Flavonoid pada konsentrasi 4% sampel air seduhan

daun sirsak, air seduhan daun sirsak kering, dan minuman fermentasi daun sirsak

yaitu masing-masing 14,17 ppm QE±0,62, 52,94 ppm QE±0,83, dan 60,30 ppm

QE±0,42. Sementara pada konsentrasi 6% yaitu masing-masing 34,07 ppm

QE±0,41, 82,80 ppm QE±0,00, dan 98,41 ppm QE±0,97. Pemberian minuman

fermentasi daun sirsak sebesar 6% mampu menurunkan kadar asam urat pada urin

lebih baik dibandingkan dengan pemberian obat Allopurinol. Minuman fermentasi

daun sirsak mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu

dilakukan uji sensori dan uji hedonik untuk mengetahui penerimaan konsumen

terhadap produk minuman fermentasi daun sirsak. Perlu diteliti lebih lanjut

mengenai waktu dan umur simpan minuman fermentasi daun sirsak.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ademiluyi. 2010. Antioxidant Properties of Soy-Daddawa a Condiment Produced


from Soybean (Glicine max (L.) Merril). Servizi Editoriali Association
Srl, Italy.

Afrianti, L.H., Elin, Y.S., I, K.D., dan Slamet, I. 2011. Aktivitas


Antihiperurisemia Ekstrak Etil Asetat dan Etanol Buah Salak Varietas
Bongkok (Salacca edulis Reinw.) pada Tikus Galur Wistar. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan. 22(1): 7-10.

Alfian, R. dan Susanti, H. 2012. Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol
Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan
Variasi Tempat Tumbuh secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. 2(1): 73-80.

Amalina, N.D. 2015. Gout and Hyperuricemia. Artikel Review. 4(3): 82-89.

Anandagiri, D.A.W.M., I.B.P.M., dan Ni, G.A.M.D.A.S. 2014. Pemanfaatan Teh


Kombucha sebagai Obat Hiperurisemia Melalui Penghambatan Aktifitas
Xantin Oksidase pada Rattus norvegicus. Jurnal Kimia. 8(2): 220-225.

Anandharaj, M., Balayogan S., dan Rizwana, P.R. 2014. Effects of Probiotics,
Prebiotics, and Synbiotics on Hypercholesterolemia: A Review. Chinese
Journal of Biology.

Anastiawan. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Probiotik yang Berasal dari
Usus Itik Pedaging Anas domesticus. Skripsi, Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Anggana, M.R. dan Happy, N.M. 2016. Phytochemicals and Antibacterial


Activities of Soursop Leaf (Annona muricata) against Edwardsiella tarda
(In Vitro). Journal of Life Science and Biomedicine. 6(1): 06-09.

AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of the Association of Official


Analytical Chemistry. Maryland: AOAC Int.

Artini, N.P.R., Sri W., dan Wahyu, D.S. 2012. Ekstrak Daun Sirsak (Annona
muricata L.) Sebagai Antioksidan pada Penurunan Kadar Asam Urat
Tikus Wistar. Jurnal Kimia. 6(2): 127-137.

Badan Standardisasi Nasional. 2009. Minuman Susu Fermentasi Berperisa, Badan


Standardisasi Nasional.

Barham, D. dan Trinder, P. 1972. Analyst 97: 142-145.

51
Berata, I.K., Anak A.G.A., I, W.S., I, M.M., I, K.B., dan Ida , B.M.O. 2010.
Studi Patologi Kejadian Cysticercosis pada Tikus Putih. Jurnal
Veteriner. 11(4): 232-237.

Biofarmaka. 2015. Metode Brine Shrimp Lethality Test. Bogor: Biofarmaka.

Chairunnisa, H. 2009. Penambahan Susu Bubuk Full Cream Pada Pembuatan


Produk Minuman Fermentasi Dari Bahan Baku Ekstrak Jagung Manis.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 20(2).

Chandan, R.C., Arun, K., dan Nagendra, S. 2008. “Dairy Processing and
Quality Assurance”. Wiley-Blackwell, USA.

Chelule, P.K., M.P. Mokoena. dan N, Gqaleni. 2010. Advantages of Traditional


Lactic Acid Bacteria Fermentation of Food in Africa. Current Research,
Technology and Education Topics in Applied Microbiology and
Microbial Biotechnology.

Chotimah, S.C. 2009. Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus


bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yogurt : Suatu Review. Jurnal Ilmu
Peternakan. 4(2): 47-52.

Codex Alimentarius Commission. 2003. Codex Standard for Fermented Milks,


Codex Alimentarius Commission.

Dwija, A.S. 2011. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah dari Ekstrak Etanol
Daun Alpukat (Persea americana Mill) pada Tikus Putih Jantan yang
Dibebabni Glukosa. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.

Ernawati dan Hari, S. 2014. Penghambatan Aktivitas Xanthine Oxidase oleh


Ekstrak Etanol Sarang Semut (Myrmecodia tuberosa (non Jack) Bl.)
Secara In Vitro. Pharmaciana. 4(1): 15-22.

Fadro., Raswen, E., dan Fajar, R. 2015. Pengaruh Penambahan Susu Skim dalam
Pembuatan Minuman Probiotik Susu Jagung (Zea mays L.)
Menggunakan Kultur Lactobacillus acidophilus. Sagu. 14(2): 28-36.

Fatma., Soeparno., Nurliyani., Chusnul, H., dan Muhammad, T. 2012.


Karakteristik Whey Limbah Danke dan Potensinya Sebagai Produk
Minuman dengan Menggunakan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051.
Agritech. 32(4).

Forsdyke, D. R. 2011. “Evolutionary Bioinformatics”: Second Edition. London,


Springer.

Food Standards Australia New Zealand. 2014. Fermented milk products. Food
Standards Australia New Zealand.

52
Fossati, P., Prencipe, L., dan Berti, G. 1980. “Clin Chem 26: 227-231”. Frank, J.F.
dan A.E. Yousef. 2004. Test For Groups of Microorganism. In: H. Wehr,
JF Frank, Standard Methods for the Examination of Diary Product”
17 th ed. American Public Health Association.,Washington.

Ganguly, S. 2013. Chemical Aspects of Fermentation Technology in Food


Processing Industries. Research Journal of Chemical and
Environmental Sciences. 1(1): 42-43.

Hardoko., Yuniwaty, H., dan Stevella V.W. 2015. In Vitro Antidiabetic Activity
of “Green Tea” Soursop Leaves Brew Through α-Glucosidase Inhibition.
International Journal of PharmTech Research. 8(1): 30-37.

Handayani, H., Feronika, H. S., dan Yunianta. 2016. Ekstraksi Antioksidan Daun
Sirsak Metode Ultrasonic Bath (Kajian Rasio Bahan: Pelarut dan Lama
Ekstraksi). Jurnal Pangan dan Argoindustri. 4(1): 262-272.

Hanna, P. A. 2014. Pengaruh Jumlah Ekstrak Jahe dan Susu Skim Terhadap Sifat
Organoleptik Yoghurt Susu Kambing Etawa. E-Journal Boga. 3(3): 116-
124.

Harmita dan Radji, M. 2006. Analisis Hayati. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Haro, Ginda., Niky, P. U., dan Erly, S. 2014. Study Of The Antibacterial
Activities Of Soursop (Annona muricata L.) Leaves. International
Journal of PharmTech Research. 6(2).

Hartono, M. 2003. Pembuatan Yoghurt Sinbiotik dengan Menggunakan Kultur


Campuran Streptococcus thermophilus, Bifidobacterium bifidum, dan
Lactobacillus casei galur Shirota. Skripsi, Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

Hawkins dan Rahn. 2005. Gout and Hyperuricemia: Pharmacotherapy a


Pathophysiological Approach. Mc Graw-Hill.

Hayani, M., dan W. Widyaningsih. 2011. Efek Ekstrak Etanol Herba Putri Malu
(Mimosa pudica L.) sebagai Penurun Kadar Asam Urat Serum Mencit
Jantan Galur Swiss. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Henry, R.J., Cannon, D.C., dan Wincelmann, J. 1974. “Clinical Chemistry,


Principles, and Technics 2nd Edition”. Harper and Row Publishers Inc.,
Hagerstown Maryland 534.

Horl, W.H. dan Heidland, A. 2012. “Proteases II: Potential Role in Health and
Disease”. Springer Science and Business Media, New York.

53
Hu, Q.H., Jiao, R.Q., Wang, X., Lv, Y.Z., dan Kong, L.D. 2010. Simiao Pill
Ameliorates Urate Underexcretion and Renal Dysfunction in
Hyperuricemic Mice. Journal of Ethnopharmacology. 128(3): 685-692.

Iswantini, D., Novik, N., Trivadila., dan Eka, M. 2009. Aktivitas Urikase yang
Dihasilkan Dari Berbagai Sel Lactobacillus plantarum dan Parameter
Kinetikanya. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 14(3): 163-169.

Jannah, R. 2015. Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Daun Sirsak (Annona
muricata Linn) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptoccus Mutans.
Skripsi, Univ Syiah, Aceh.

Japan External Trade Organization. 2011. Specifications and Standards for Foods,
Food Additives, etc. Under the Food Sanitation Act (Abstract) 2010.
Japan External Trade Organization.

Jene., Hardoko., Lidia, S. R., dan Emilia, M. 2004. Pengaruh Konsentrasi Glukosa
dan Susu Skim terhadap Fermentasi Susu Koro Begog (Canavalia
ensiformis) Menggunakan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Pangan. 2(1): 23-31.

Juniarti, D., Osmeli., dan Yuhernita. 2009. Kandugan Senyawa Kimia, Uji
Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl-
2-pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.) Makara
Sains. 13(1): 50-54.

Khotimah, K. dan Kusnadi, J. 2014. Aktivitas Antibakteri Minuman Probiotik sari


Kurma (Phoenixmdactilyfera L.) Menggunakan Lactobacillus plantarum
dan Lactobacillus casei. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3): 110-120.

Kumalaningsih, S., Wignyanto, Vitta R.P., dan Triyono, A. 2014. Pengaruh Jenis
Mikroorganisme dan pH Terhadap Kualitas Minuman Probiotik dari
Ampas Tahu. Malang: Universitas Brawijaya.

Kuntarso, A. 2007. Pengembangan Teknologi Pembuatan Low-Fat Fruity Bio-


Yoghurt (Lo-Bio F). Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kusni, H.W. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus


niruri L.) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih
Jantan Hiperurisemia. Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Kusuma, U.D.P., Siti, M., dan Evi, U.U. 2014. Uji Aktivitas Anti Hiperurisemia
Ekstrak n-Heksana, Etil Asetat, dan Etanol 70% Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa) Terhadap Mencit Hiperurisemia. E-Jurnal Pustaka
Kesehatan. 2(1): 115-118.

Larasaty, W. 2013. Uji Antifertilitas Ektrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jatropha
Curcas L.) pada Tikus Jantan (Rattus novergicus) Galur Spargue Dawley

54
Secara In Vivo. Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.

Legowo, A.M., Kusrahayu dan Sri, M. 2009. Teknologi Pengolahan Susu.


Semarang: Universitas Diponegoro.

Leo, D.J. 2013. Kajian Minuman Fermentasi Sari Kacang Tolo (Vigna
unguiculata (L.) Walp) Terhadap Mikroflora Usus Mencit. Skripsi,
Universitas Pelita Harapan, Karawaci.

Liu, X., Chen, R., Shang, Y., Jiao, B., dan Huang, C. 2008. Lithospermic Acid as
a Novel Xanthine Oxidase Inhibitor has Anti-inflammatory and
Hypouricemic Effects in Rats. Journal of Ethnopharmacology. 176(2-3):
137-142.

Ljungh dan Wadstrom, 2009, Lactobacillus Molecular Biology From Genomics to


Probiotics. Caister Academic Press 9: 404.

Londok, J.J.M.R. dan Jet, S.M. 2014. Potensi Kimia dan Aktivitas Antimikroba
Daun Sirsak (Annona Muricata Linn.) Sebagai Kandidat Bahan Pakan
Ayam Pedaging. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 1(1): 30-36.

Luthfiani, D. 2017. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Susu. Available from:


https://www.academia.edu/10325626/vi._hasil_pengamatan_dan_pembah
asan. Accessed 2017 January 10.

Mardianto. 2015. Peranan Minuman Fermentasi Daun Sirsak Sebagai (Annona


muricata L.) sebagai Antikolesterol pada Tikus Sprague Dawley. Skripsi,
Universitas Pelita Harapan, Tangerang.

Maryana, D. 2014. Pengaruh Penambahan Sukrosa Terhadap Jumlah Bakteri dan


Keasaman Whey Fermentasi Dengan Menggunakan Kombinasi
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus acidophilus. Skripsi,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Masengi, K. G. D., Jeffrey, O., dan Frans, E. W. 2016. Hubungan Hiperurisemia


dengan Kardiomegali pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal e-
Clinic. 4(1): 296-301.

Mazzali, M., Kanellis, J., Han, L., Feng, L., Xia, Y.Y., Chen, Q., Kang, D.H.,
Gordon, K.L., Watanabe, S., Nakagawa, T., Lan, H.Y., dan Johnson, R.J.
2002. Hyperuricemia Induces a Primary Rena Arteiolopathy in Rats by a
Blood Pressure Independent Mechanism. American Journal
Physiological. 282: 991-997.

Meda, A., Lamien, C.E., Romito, M., Miliogo, J., dan Nacoulina, O.G. 2005.
Determination of The Total Phenolic, Flaavonoid, and Proline Contents

55
in Burkina Fasan Honey, as well as Their Radical Scavenging Activity.
Food Chemistry. 91(3): 571-577.

Moncada, M. dan Aryana, K.J. 2012. Influence of “Mild” Sonication Conditions


on the Characteristics of Streptococcus thermophilus ST-M5. Scientific
Research. 2: 8-16.

Muliani, Hirawati. 2011. Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah


Pemberian Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Buletin Anatomi dan
Fisiologi. 19(1): 44-54.

Nursyam, H. 2011. Penggunaan Kultur Starter Bakteri Asam Laktat pada


Pengolahan Sosis Fermentasi Ikan Lele Dumbo yang Diinfeksi Listeria
monocytogenes ATCC-1194. J.Exp. Life Sc.i. 1(2).

Ooi, L.G. dan Liong, M.T. 2010. Cholesterol-lowering Effect of probiotics and
Prebiotics: a Review of in vivo and in vitro findings. International
Journal of Molecular Science. 11(6): 2499-2522.

Patel, B., Miral, P., dan Krishnamurthy, R. 2013. Isomaltooligosaccaride: A


Prebiotic Compound Benefical for Health. Journal of Microbiology. 2(2):
10-14.

Pourmorad, F., Hosseinimehr, S.J., dan Shahabimajd, N. 2006. Antioxidant


Activity, Phenol, and Flavonoid Contents of Some Selected iranian
Medical Plants. African Journal of Biotechnology. 5(11): 1142-1145.

Primurdia, E.G. dan Kusnadi, J. 2014. Aktivitas Antioksidan Minuman Probiotik


Sari Kurma (Pheonix dactilyfera L.) dengan Isolat L. plantarum dan L.
casei. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2 (3): 98-109.

Purwatresna, E. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Sirsak
secara In Vitro Melalui Inhibisi Enzim α-Glukosidase. Skripsi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara.

Puspitasari, M.L., Tara, V., Tri, D. W., Jaya, M.M., dan Nur, I.P.N. 2016.
Aktivitas Antiokidan Suplemen Herbal Daun Sirsak (Annona muricata
L.) dan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.): Kajian Pustaka. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 4(1): 283-290.

Pyar, H. dan Peh, K.K. 2014. Characterization and Identification of Lactobacillus


acidophilus Using Biolog Rapid Identification System. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 6(1): 189-193.

56
Rabeta, M.S. dan Lai, S.Y. 2013. Effects of Drying, Fermented and Unfermented
Tea of Ocimum tenuiflorum Linn. On The Antioxidant Capacity.
International Food Research Journal. 20(4): 1601-1608.

Rachmandiar, R. 2012. Perbedaan Pengaruh Jus Kacang Merah, Yoghurt Susu,


dan Yoghurt Kacang Merah Terhadap Kolesterol Total dan Trigliserida
Serum pada Tikus Dislipidemia. Skripsi, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Ramamoorthy, P.K. dan Bono, A. 2007. Antioxidant Activity, Total Phenolic and
Flavonoid Content of Morinda Citrifolia Fruit Extracts from Various
Extraction Processes. Journal of Engineering Science and Technology.
2(1): 70-80.

Ratri, I.A.S. 2015. Homofermentatif dan Heterofermentatif. Universitas


Brawijaya, Malang.

Rumakey, R. 2014. Uji Efek Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.)
Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sadler, G.D. dan Murphy, P.A. 2003. pH and Titratable Acidity. Food Analysis.
Edisi Ketiga. Purdue University, Indiana. Sangadji.

Sawant, T.P. dan Rajendra, S.D. 2014. Bio-Chemical Compositional Analysis of


Annona Muricata: A Miracle Fruits’s Review. International Journal of
Universal Pharmacy and Bio Sciences. 3(2). 82-104.

Senditya, M., Mohammad, S.H., Teti, E., dan Ella, S. 2014. Efek Prebiotik dan
Sinbiotik Simplisia Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) Secara
In Vivo: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3): 141-151.

Septiani, A. H., Kusrahayu., dan A. M. Legowo. 2013. Pengaruh Penambahan


Susu Skim Pada Proses Pembuatan Frozen Yoghurt yang Berbahan Dasar
Whey terhadap Total Asam, pH, dan Jumlah Bakteri Asam laktat. Animal
Agriculture Journal. 2(1): 225 – 231.

Setiawan, I. dan Suyono. 2012. Pengaruh Pemberian Teh Kombucha Terhadap


Kadar Asam Urat Serum Darah Rattus norvegicus. UNESA Journal of
Chemistry. 1(1): 40-44.

Sobariah, E., Ali, K., dan Ingrid, S.S. 2007. Viabilitas Bakteri Probiotik In Vitro
dan Pengaruh Pemberian Air Oksigen Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Probiotik Secara In Vivo. Jurnal Gizi dan Pangan. 2(1): 22-28.

Sintasari, R.A., Joni, K., dan Dian, W.N. 2014. Pengaruh Penambahan
Konsentrasi Susu Skim dan Sukrosa Terhadap Karakterisik Minuman

57
Probiotik Sari Beras Merah. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3):
65-75.

Siregar, T.M., Herry, C., dan Yeniwati. 2010. Studi Aktivitas Antioksidan Cider
dan Selai Cider Kulit Manggis (Garcinia mangostana). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan. 8(1): 17-30.

Srinivasan, K. dan Ramarao, P. 2007. “Animal Models in Type 2 Diabetes


Research : An Overview”. Indian J Med Res. 125: 451-472.

Suhendi, A., Nurcahyanti., Muhtadi., dan EM, S. 2011. Aktivitas


Antihiperurisemia Ekstrak Air Jinten Hitam (Coleus ambonicus Lour)
pada Mencit Jantan Galur balb-c dan Standardisasinya. Majalah Farmasi
Indonesia. 22(2): 77-84.

Suryaningrum, T.D., Wizza, W.P. dan Thamrin, W. 2007 Penapisan Senyawa


Antibakteri dan Toksisitas dari Spons Asal Perairan Pulau Bonerate
Sulawesi Selatan. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan. 2(1): 45-53.

Sutedjo, K.S.D. dan Fithri, C.N. 2015. Konsentrasi Sari Belimbing (Averrhoa
carambola L) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Fisiko-Kimia
dan Mikrobiologi Yoghurt. Jurnal Pangan dan Argoindustri. 3(2): 582-
593.

Syachroni. 2014. Pengaruh Kombinasi Kultur Lactobacillus plantarum dan


Lactobacillus acidophillus Terhadap Karakteristik Mikrobiologis dan
Kimiawi Pada Minuman Fermentasi. Skripsi, Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Tarigan, I.M., Syaiful, B. dan Awaluddin, S. 2012. Aktivitas Antihiperurisemia


Ekstrak Etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth) pada
Mencit Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 1(1): 37- 43.

Thefeld, W., Hoff meister, H., Busch, E.W., Koller, P.U., dan Vollmar, J. 1973.
“Dtsch Med. WSCHR 98: 380”.

Trisviana, O. 2012. Pengaruh Pemberian Margarin Terhadap Berat Badan dan


Kadar Trigliserida Serum Tikus Sprague Dawley. Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Widagdha, S. dan Fithri, C.N. 2015. Pengaruh Penambah Sari Anggur (Vitis
vinifera L.) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Fisiko Kimia
Yoghurt. Jurnal Pangan dan Argoindustri. 3(1): 248-258.

Widagdo, P. 2011. Aplikasi Probiotik, Prebiotik, dan Sinbiotik Melalui Pakan


pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang diinfeksi Bakteri
Vibrio harveyi. Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

58
Widiyaningsih, E.N. 2011. Peran Probiotik Untuk Kesehatan. Jurnal Kesehatan.
4(1): 14-20.

Wijaya, M. 2012. Ekstraksi Annonaceous acetogenin dari Daun Sirsak, Annona


muricata, Sebagai Senyawa Bioaktif Antikanker. Skripsi, Universitas
Indonesia, Depok.

Yildiz, F. 2010. “Manufacture of Yoghurt and Other Functional Dairy Products”.


CRC, Press Boca Raton.

Zare, F., Champagne, C.P., Simpson, B.K., Orsat, V., dan Boye, J.L. 2012.
“Effect of The Addition of Pulse Ingredients to Milk on Acid Production
by Probiotic and Yoghurt Starter Cultures”. Food Science and
Technology 45: 155-160.

Zuhra, C.F., Targan, J.B. dan Sitohang, H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal
Biologi Sumatera. 3(1): 7-10.

59
LAMPIRAN
Lampiran A. Hasil Uji Pewarnaan Gram Bakteri Asam Laktat

Bakteri Gram positif yang memiliki


bentuk bulat yang membentuk rantai

Streptococcus thermophilus

Bakteri Gram positif yang memiliki bentuk


kokobasili

Lactobacillus acidophilus

Bakteri Gram positif yang memiliki bentuk


batang

Lactobacillus plantarum

A-1
Lampiran B. Hasil Analisis Kadar Air Daun Sirsak Segar dan Daun Sirsak
Kering
A. Kadar Air Daun Sirsak Segar
Berat Cawan Berat Cawan
Berat Konstan
Penguapan Penguapan + Sampel Kadar Air
(W2)
(W0) (W1)

69, 8811 gram 74, 9230 gram 71,8823 gram 60,30 %

63, 8649 gram 68, 9510 gram 65, 7954 gram 62, 04 %

77, 4961 gram 82, 5019 gram 79, 2243 gram 65, 47 %

Contoh perhitungan kadar air (basis basah):

% Kadar Air = (W1-W0) – (W2-W1)


(W1-W0)

= (74, 9230-69,8811) – (71, 8823-69,8811) x 100%


(74, 9230-69, 8811)
= 60, 30%

B. Kadar Air Daun Sirsak Kering


Berat Cawan Berat Cawan
Berat Konstan
Penguapan Penguapan + Sampel Kadar Air
(W2)
(W0) (W1)

64, 3596 gram 64, 4199 gram 68, 9684 gram 8, 92 %

62, 5828 gram 67, 6179 gram 67, 1631 gram 9, 03 %

56, 4126 gram 61, 5040 gram 61, 0433 gram 9, 05 %

Contoh perhitungan kadar air (basis basah):

% Kadar Air = (W1-W0) – (W2-W1)


(W1-W0)

= (64, 4199-64, 3596) – (68, 9684-64, 4199) x 100%


(64, 4199-64, 3596)
= 8, 92%

B-1
Lampiran. C. Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap pH Minuman Fermentasi Daun Sirsak

A. pH Minuman Fermentasi Daun Sirsak

Susu Skim (%) Ulangan pH Rataan pH

1 4,03
2 4,08 4,12 ± 0,07
2 3 4,17
4 4,18
1 4,12
2 4,17 4,19 ± 0,06
3 3 4,21
4 4,26
1 4,21
2 4,23 4,25 ± 0,04
4 3 4,28
4 4,29
1 4,34
2 4,31 4,33 ± 0,02
5 3 4,32
4 4,36
1 4,41
2 4,45 4,40 ± 0,06
6
3 4,42
4 4,32

B. Hasil Uji Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap pH Minuman
Fermentasi Daun Sirsak

ANOVA
pH
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .203 4 .051 18.302 .000
Within Groups .042 15 .003
Total .245 19

Kesimpulan:

Hasil uji statistik pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim memiliki nilai sig <

0,05 yang berarti H0 ditolak. Sehingga ada pengaruh yang signifikan dengan

konsentrasi susu skim tehadap pH minuman fermentasi daun sirsak.

C-1
C. Hasil Uji Lanjut Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap pH Minuman
Fermentasi Daun Sirsak

pH
Duncan

Susu Subset for alpha = 0.05


skim N 1 2 3
2% 4 4.1200
3% 4 4.1900 4.1900
4% 4 4.2500
5% 4 4.3300
6% 4 4.4000
Sig. .062 .114 .090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Konsentrasi susu skim 2%, 3%, dan 4% berbeda signifikan dengan konsentrasi

5%, dan 6% terhadap pH minuman fermentasi daun sirsak.

C-2
Lampiran D. Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Minuman Fermentasi
Daun Sirsak
A. Total Asam Tertitrasi (TAT) Minuman Fermentasi Daun Sirsak

Susu skim (%) Ulangan Nilai TAT (%) Rataan TAT

1 0,33
2
2 0,33 0,33 ± 0,00
3 0,36
4 0,36
1 0,36
3
2 0,36 0,38 ± 0,02
3 0,40
4 0,38
1 0,37
4
2 0,37 0,39 ± 0,02
3 0,41
4 0,41
1 0,42
5
2 0,43 0,45 ± 0,02
3 0,47
4 0,46
1 0,47
6
2 0,47 0,48 ± 0,03
3 0,47
4 0,52

Rumus Perhitungan % TAT:

Total asam (% asam laktat) =

Keterangan:

Eq. Wt = berat molekul asam laktat (90,06)

N NaOH = 0,1 N NaOH = 0,1

Contoh Perhitungan (Konsentrasi susu skim 2% pengulangan 1):

Total asam (% asam laktat) = x 100%

= 0,33%

D-1
B. Hasil Uji Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap TAT Minuman

Fermentasi Daun Sirsak

ANOVA
TAT
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .049 4 .012 25.714 .000
Within Groups .007 15 .000
Total .056 19

Kesimpulan:

Hasil uji statistik pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim memiliki nilai sig <

0,05 yang berarti H0 ditolak. Sehingga, ada pengaruh yang signifikan dengan

perbedaan konsentrasi susu skim tehadap TAT minuman fermetasi daun sirsak.

D-2
C. Hasil Uji Lanjut Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap TAT Minuman
Fermentasi Daun Sirsak

TAT
Duncan

Susu Subset for alpha = 0.05


skim N 1 2 3 4
2% 4 .3300
3% 4 .3800 .3800
4% 4 .3900
5% 4 .4500
6% 4 .4800
Sig. .071 .347 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Konsentrasi susu skim 2% dan 3%, dan 4% berbeda signifikan dengan

konsentrasi 5%, dan 6% terhadap TAT minuman fermentasi daun sirsak.

2. Konsentrasi susu skim 5% berbeda signifikan dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%,

dan 6%.

3. Konsentrasi susu skim 6% berbeda signifikan dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%,

dan 5%.

D-3
Lampiran E. Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap Total Bakteri Asam Laktat (BAL) Minuman
Fermentasi Daun Sirsak
A. BAL Minuman Fermentasi Daun Sirsak
Susu skim Total BAL
Ulangan Nilai Log BAL Rataan BAL
(%) (CFU/ml)

1 2,2 x 108 8,35


2
2 9,3 x 107 7,97
8,31 ± 0,23
3 2,5 x 108 8,40

4 3,2 x108 8,51

1 9,5 x 108 8,98


3
2 3,3 x 108 8,53
8,63 ± 0,24
3 2,7 x 108 8,43

4 3,9 x 108 8,59

1 2,2 x 108 8,35


4
2 1,8 x 108 8,27
8,47 ± 0,19
3 4,0 x 108 8,60

4 4,6 x 108 8,66

1 1,6 x 109 8,23


5
2 4,7 x 108 8,67
8,47 ± 0,25
3 1,8 x 108 8,27

4 4,9 x 108 8,69

1 1,2 x109 9,08


6
2 6,1 x 6108 8,79
8,69 ± 0,34
3 1,8 x 108 8,27

4 4,2 x 108 8,62

E-1
Rumus Perhitungan % Total BAL:

Total BAL (CFU/mL) = ) ( ))


((

Keterangan:

n1 = jumlah cawan yang masuk range (25-250 koloni) pada pengenceran pertama

n2 = jumlah cawan yang masuk range (25-250 koloni) pada pengenceran kedua

d = pengenceran terendah yang masuk range (25-250)

Contoh perhitungan (konsentrasi susu skim 2% pada pengulangan 1):

Bakteri Asam Laktat (CFU/mL) = ) ( )


((

= 2,2 x 108 CFU/ml

E-2
B. Hasil Uji statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap BAL Minuman
Fermentasi Daun Sirsak

ANOVA
BAL
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .369 4 .092 1.414 .277
Within Groups .979 15 .065
Total 1.349 19

Kesimpulan:

Hasil uji statistik pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim memiliki nilai sig >

0,05 yang berarti H0 tidak ditolak. Sehingga, konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%,

5%, dan 6% tidak ada pengaruh yang signifikan tehadap BAL.

E-3
Lampiran F. Hasil Analisis Total Fenolik

A. Kurva Standar Fenolik


Konsentrasi asam galat (ppm) Absorbansi
10 0,086
20 0,206
30 0,304
40 0,410
50 0,503
60 0,609
70 0,700
80 0,801
90 0,904
100 0,987

Kurva Standar Fenolik


1.200
1.000 y = 0,01x + 0,002
R² = 0,999
Absorbansi

0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)

F-1
B. Data Hasil Analisis Total Fenolik Konsentrasi Air Seduhan 4%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm GAE Rata-rata

Air seduhan daun 1 0,364 181,00


180,75 ± 0,35
sirsak segar 4% 2 0,363 180,50

Air seduhan daun 1 0,420 418,00


430,00 ± 16,97
sirsak kering 4%
2 0,444 442,00

Minuman fermentasi 1 0,424 844,00


840,00 ± 5,66
daun sirsak 4%
2 0,420 836,00

Keterangan ppm GAE:

ppm =

ppm GAE =

Contoh perhitungan total fenolik (air seduhan daun sirsak segar 4% ulangan 1):

y = 0,01x + 0,002

0,364 = 0,01 x + 0,002

x =

Konsentrasi = 36,2 x 5

= 181 ppm GAE

F-2
C. Hasil Uji Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%

ANOVA
Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak 4%
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 443224.083 2 221612.042 2.077E3 .000
Within Groups 320.125 3 106.708
Total 443544.208 5

Kesimpulan:

Hasil uji statistik total fenolik memiliki nilai Sign. < 0,05 yang menunjukkan

bahwa H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

signifikan antara perbedaan jenis olahan daun sirsak terhadap kandungan total

fenolik.

F-3
D. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun
Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%

Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak 4%


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Jenis N 1 2 3
Air seduhan daun sirsak
2 1.8075E2
segar
Air seduhan daun sirsak
2 4.3000E2
kering
Minuman fermentasi daun
2 8.4000E2
sirsak
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak kering dan minuman fermentasi daun sirsak.

2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak segar dan minuman fermentasi daun sirsak.

3. Minuman fermentasi daun sirsak berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak segar dan air seduhan daun sirsak kering.

F-4
E. Data Hasil Analisis Total Fenolik Konsentrasi Air Seduhan 6%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm GAE Rata-rata

Air seduhan daun 1 0,654 326,00


325,00 ± 1,41
sirsak segar 6% 2 0,650 324,00

Air seduhan daun 1 0,784 782,00


757,00 ± 35,36
sirsak kering 6%
2 0,734 732,00

Minuman fermentasi 1 0,509 1014,00


1010,00 ± 5,66
daun sirsak 6%
2 0,505 1006,00

Keterangan ppm GAE:

ppm =

ppm GAE =

Contoh perhitungan total fenolik (air seduhan daun sirsak segar 6% ulangan 1):

y = 0,01x + 0,002

0,654 = 0,01 x + 0,002

x =

x = 65,2 x 5

= 326 ppm GAE

F-5
F. Hasil Uji Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%

ANOVA
Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak 6%
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 479905.333 2 239952.667 560.637 .000
Within Groups 1284.000 3 428.000
Total 481189.333 5

Kesimpulan:

Hasil uji statisitik total fenolik memiliki nilai Sig. < 0,05 yang menunjukkan

bahwa H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulan bahwa terdapat perbedaan

signifikan antara perbedaan jenis olahan daun sirsak terhadap kandungan total

fenolik.

F-6
G. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun
Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%

Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak 6%


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Jenis N 1 2 3
Air seduhan daun sirsak
2 3.2500E2
segar
Air seduhan daun sirsak
2 7.5700E2
kering
Minuman fermentasi daun
2 1.0100E3
sirsak
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak kering dan minuman fermentasi daun sirsak.

2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak segar dan minuman fermentasi daun sirsak.

3. Minuman fermentasi daun sirsak berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak segar dan air seduhan daun sirsak kering.

F-7
Lampiran G. Hasil Analisis Total Flavonoid

A. Kurva Standar Flavonoid


Konsentrasi quercetin (ppm) Absorbansi
5 0,211
10 0,395
15 0,618
20 0,710
25 0,904
30 1,075
35 1,261
40 1,381

Kurva Standar Flavonoid

1.6
1.4
1.2
Absorbansi

1
0.8 y = 0,033x + 0,064
0.6 R² = 0,996
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50

Konsentrasi (ppm)

G-1
B. Data Hasil Analisis Total Flavonoid Konsentrasi Air Seduhan 4%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm QE Rata-rata

Air seduhan daun 1 0,546 14,60


14,17 ± 0,62
sirsak segar 4% 2 0,517 13,73

Air seduhan daun 1 0,641 52,44


52,94 ± 0,83
sirsak kering 4%
2 0,640 52,35

Minuman fermentasi 1 0,464 60,60


60, 30 ± 0,42
daun sirsak 4%
2 0,460 60,00

Keterangan ppm QE:

ppm =

ppm QE =

Contoh perhitungan total flavonoid (air seduhan daun sirsak segar 4% ulangan 1):

y = 0,033x + 0,064

0,546 = 0,033 x + 0,064

x =

x = 14,60 x 1

= 14,60 ppm QE

G-2
C. Hasil Uji Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%

ANOVA
Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak 4%
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2434.973 2 1217.487 6.493E3 .000
Within Groups .562 3 .187
Total 2435.536 5

Kesimpulan:

Hasil uji statistik total flavonoid memiliki nilai Sig. < 0,05 yang menunjukkan

bahwa H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

signifikan antara perbedaan jenis olahan daun sirsak terhadap total kandungan

flavonoid.

G-3
D. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan
Daun Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%

Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak 4%


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Jenis N 1 2 3
Air seduhan daun sirsak
2 14.1650
segar
Air seduhan daun sirsak
2 52.9350
kering
Minuman fermentasi daun
2 60.3000
sirsak
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak kering dan minuman fermentasi daun sirsak.

2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan

daun sirsak segar dan minuman fermentasi daun sirsak.

3. Minuman fermentasi daun sirsak berbeda signifikan dengan air seduhan

daun sirsak segar dan air seduhan daun sirsak kering.

G-4
E. Data Hasil Analisis Total Flavonoid Konsentrasi Air Seduhan 6%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm QE Rata-rata

Air seduhan daun 1 1,198 34,36


34,07 ± 0,41
sirsak 6% 2 1,179 33,78

Air seduhan daun 1 0,975 82,80


82,80 ± 0,00
sirsak kering 6%
2 0,975 82,80

Minuman fermentasi 1 0,709 97,72


98,41 ± 0,97
daun sirsak 6%
2 0,718 99,09

Keterangan ppm QE:

ppm =

ppm QE =

Contoh perhitungan total flavonoid (air seduhan daun sirsak segar 6% ulangan 1):

y = 0,033x + 0,064

1,198 = 0,033 x + 0,064

x =

x = 34,36 x 1

= 34,36 ppm QE

G-5
F. Hasil Uji Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%

ANOVA
Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak 6%
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 4504.747 2 2252.374 6.106E3 .000
Within Groups 1.107 3 .369
Total 4505.854 5

Kesimpulan:

Hasil uji statistik total flavonoid memiliki nilai Sig. < 0,05 yang menunjukkan

bahwa H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

signifikan antara perbedaan jenis oahan daun sirsak terhadap kandungan total

flavonoid.

G-6
G. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan
Daun Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%

Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak 6%


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Jenis N 1 2 3
Air seduhan daun sirsak
2 34.0700
segar
Air seduhan daun sirsak
2 82.8000
kering
Minuman fermentasi daun
2 98.4050
sirsak
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak kering dan minuman fermentasi daun sirsak.

2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan daun

sirsak segar dan minuman fermentasi daun sirsak.

3. Minuman fermentasi daun sirsak berbeda signifikan dengan air seduhan daun

segar dan air seduhan daun sirsak kering.

G-7
H. Hasil Uji Statistik Total Fenolik Konsentrasi 4% dan 6%

Group Statistics
Konsentrasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil 4% 3 4.8358E2 332.87538 192.18569
6% 3 6.9733E2 346.37600 199.98028

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Hasil Equal
variances .006 .941 -.771 4 .484 -213.75000 277.35798 -983.81922 556.31922
assumed
Equal
variances
-.771 3.994 .484 -213.75000 277.35798 -984.29898 556.79898
not
assumed

Kesimpulan:

Hasil uji statistik total fenolik konsentrasi 4% dan 6% memiliki nilai Sig. > 0,05

yang menunjukkan bahwa H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi 4% dan 6% sama.

G-8
I. Hasil Uji Statistik Total Flavonoid Konsentrasi 4% dan 6%
Group Statistics
Konsentrasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Flavonoid 4% 2 33.5550 27.41453 19.38500
6% 3 71.7600 33.56069 19.37628

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Flavonoid Equal
variances .331 .605 -1.323 3 .278 -38.20500 28.88770 -130.13855 53.72855
assumed
Equal
variances
-1.394 2.666 .268 -38.20500 27.40836 -131.95381 55.54381
not
assumed

Kesimpulan:

Hasil uji statistik total flavonoid konsentrasi 4% dan 6% memiliki nilai Sig. >0,05

yang menunjukkan bahwa H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi 4% dan 6% sama.

G-9
Lampiran H. Hasil Uji Toksisitas

H-1
Lampiran I. Hasil Analisis Penurunan Asam Urat Dalam Darah Tikus Wistar

A. Data Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus Wistar (mg/dL)


Hari ke-0 Hari ke-9 Hari ke-18
Kelompok
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Pakan
normal + 1,99 1,87 1,85 2,33 2,25 2,01 1,88 1,86 2,39 2,28 1,96 1,85 1,82 2,33 2,23
akuades

Pakan asam
urat + 1,83 2,25 2,10 2,17 1,84 3,98 4,73 4,29 4,67 3,94 3,90 4,65 4,24 4,58 3,86
akuades

Pakan asam
urat + 1,77 2,18 2,10 1,84 1,98 3,85 4,60 4,64 3,79 4,13 1,95 2,40 2,26 1,90 2,24
allopurinol

Pakan asam
urat + dosis 2,18 2,07 1,76 1,82 1,73 4,80 4,68 3,96 4,22 3,91 3,00 2,86 2,47 2,57 2,41
4%

Pakan asam
urat + dosis 1,86 1,96 2,00 1,75 1,69 4,28 4,60 4,64 3,95 3,89 2,23 2,39 2,42 2,08 2,03
6%

I-1
B. Data Hasil Analisis % Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus Wistar
% Penurunan (%) Rata-rata %
Kelompok penurunan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Ulangan 5
Pakan
normal + 2,49 1,60 2,15 2,51 2,19 2,19 ± 0,37
akuades
Pakan asam
urat + 1,77 ± 0,36
2,01 1,69 1,17 1,93 2,03
akuades

Pakan asam
urat + 49,35 47,83 51,29 49,87 45,76 48,82 ± 2,11
allopurinol
Pakan asam
urat + dosis 37,50 38,88 37,62 39,09 38,36 38,29 ± 0,72
4%
Pakan asam
urat + dosis 47,78 ± 0,26
47,89 48,04 47,84 47,34 47,81
6%

Contoh perhitungan (tikus pakan normal ulangan 1):

= kadar asam urat (hari ke-9) – kadar asam urat (hari ke-18) x 100%
kadar asam urat (hari ke-9)

= 2,01 mg/dL - 1,96 mg/dL x 100%


2,01mg/dL

= 2,49%

I-2
C. Hasil Uji Statistik Penurunan Asam Urat dalam Darah Tikus Wistar

ANOVA
% Penurunan asam urat darah
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 11424.899 4 2856.225 2.691E3 .000
Within Groups 21.231 20 1.062
Total 11446.130 24

D. Hasil Uji Lanjut Statistik % Penurunan Asam Urat dalam Darah Tikus Wistar

% Penurunan asam urat darah


Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
Asam Urat 5 1.7660
Normal 5 2.1880
Dosis 4% 5 38.2900
Dosis 6% 5 47.7840
Allopurinol 5 48.8200
Sig. .525 1.000 .128
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Minuman fermentasi daun sirsak 4% berbeda signifikan dengan minuman

fermentasi daun sirsak 6% dan Allopurinol.

2. Minuman fermentasi daun sirsak 6% tidak berbeda signifikan dengan

Allopurinol.

I-3
Lampiran J. Hasil Analisis Penurunan Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar
A. Data Kadar Asam Urat dalam Urine Tikus Wistar (mg/dL)
Hari ke-0 Hari ke-9 Hari ke-18
Kelompok
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Pakan
normal + 236,55 237,47 238,85 240,23 238,85 236,70 238,90 239,56 240,44 239,63 231,49 233,28 234,40 234,85 234,18
akuades

Pakan
asam urat 239,08 238,62 239,31 237,24 238,56 697,14 695,82 694,29 694,73 694,95 676,34 675,90 675,45 675,22 675,52
+ akuades

Pakan
asam urat
236,78 237,24 236,32 237,93 228,78 694,07 696,04 693,19 696,48 678,76 297,09 303,81 293,96 305,15 310,40
+
allopurinol

Pakan
asam urat
237,70 235,86 236,78 234,48 234,50 698,46 696,48 697,80 695,82 698,85 397,84 395,15 396,72 395,15 397,80
+ dosis
4%

Pakan
asam urat
235,40 234,71 234,94 236,55 235,73 696,70 695,16 695,82 696,70 695,65 275,15 273,13 273,81 274,70 274,15
+ dosis
6%

J-1
B. Data Hasil Analisis % Penurunan Kadar Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar
% Penurunan (%) Rata-rata %
Kelompok penurunan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Ulangan 5
Pakan
normal + 2,20 2,35 2,15 2,32 2,28 2,26 ± 0,08
akuades
Pakan asam
urat + 2,83 ± 0,10
2,98 2,86 2,71 2,81 2,79
akuades

Pakan asam
urat + 57,20 56,35 57,59 56,19 54,27 56,32 ± 1,29
allopurinol
Pakan asam
urat + dosis 43,04 43,26 43,15 43,21 43,08 43,15 ± 0,09
4%
Pakan asam
urat + dosis 60,61 ± 0,08
60,51 60,71 60,65 60,57 60,60
6%

Contoh perhitungan (tikus pakan normal ulangan 1):

= kadar asam urat (hari ke-9) – kadar asam urat (hari ke-18) x 100%
kadar asam urat (hari ke-9)

= 236,70 mg/dL - 231,49 mg/dL x 100%


236,70 mg/dL

= 2,20%

J-2
C. Hasil Uji Statistik Penurunan Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar

ANOVA
% Penurunan asam urat urin
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 16320.885 4 4080.221 1.212E4 .000
Within Groups 6.731 20 .337
Total 16327.616 24

D. Hasil Uji Lanjut Statistik % Penurunan Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar

% Penurunan urin
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
Normal 5 2.2600

Asam Urat 5 2.8300

Dosis 4% 5 43.1480

Allopurinol 5 56.3200

Dosis 6% 5 60.6080

Sig. .136 1.000 1.000 1.000


Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Kesimpulan:

1. Minuman fermentasi daun sirsak 4% berbeda signifikan dengan minuman

fermentasi daun sirsak 6% dan Allopurinol.

2. Minuman fermentasi daun sirsak 6% berbeda signifikan dengan minuman

fermentasi daun sirsak 4% dan Allopurinol.

J-3
Lampiran K. Data Berat Badan Tikus Wistar Perlakuan Minuman
Fermentasi Daun Sirsak

Berat Badan Sebelum Berat Badan Setelah Perlakuan (gram)


Perlakuan (gram) BB Hari ke-0 BB Hari ke-9 BB Hari ke-18
190 198 206 212
Dosis 193 202 211 217
4% 180 189 199 206
185 194 205 211
193 202 213 221
Dosis 196 205 215 223
6% 189 198 208 214
188 196 206 212

K-1
Lampiran L. Dokumentasi Penelitian
Minuman fermentasi daun sirsak Tikus percobaan

Kandang tikus percobaan Tikus dimasukkan ke dalam timbangan

Penimbangan berat badan tikus Pemberian minuman fermentasi

L-1
Pengambilan sampel darah Sam

L-2

You might also like