Soal
Soal
Oleh:
NAMA : GITA ADISTY MUDIANTI
NPM : 03420110087
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan
laporan tugas akhir. Laporan tugas akhir dengan judul “PERANAN MINUMAN
Satu, Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
berbagai pihak, tugas akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan tugas akhir ini, yaitu
kepada:
1. Prof. Dr. Manlian Ronald A. S., ST., MT., selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
vi
4. Yuniwaty Halim, MSc., selaku Dosen Co-Pembimbing dan Kepala
laporan penelitian.
5. Dr. Nuri Arum Anugrahati dan Wenny S. L. Sinaga, M.Si sebagai Penguji
laboratorium.
7. Bapak Yosafat Rudju, Bapak Darius, Bapak Hendra, Bapak Adzie selaku
8. Bapak Agoestinoes Trikris M. dan Ibu Beby Tantri Giatari selaku orang
tua yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada Penulis.
besar Penulis yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan kepada
Penulis.
10. Bapak Yuli yang telah membantu penelitian analisis tikus di Universitas
11. Adrian Hartanto Kencana, STP dan Eveline Tanty, STP sebagai teman
vii
12. Suhartaty, Chintya Aisyah, Jenny Valentin, Elisabet, Devina Laurencya,
13. Anissa Nurlely, Gerhana Ika Saraswati, Nurul Fadlyah, dan Puji Eka
Penulis.
14. Teman-teman Teknologi Pangan 2011 atas dukungan dan bantuan selama
penelitian.
15. Seluruh dosen dan staff Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pelita
16. Teman-teman dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
kekurangan sehingga kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat
bagi Penulis. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI
ABSTRACT.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................................4
ix
Halaman
2.6 Probiotik...............................................................................................12
2.7 Asam Urat............................................................................................13
2.8 Hewan Percobaan.................................................................................15
x
Halaman
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
LAMPIRAN..........................................................................................................60
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Glikolisis pada Bakteri Homofermentatif dan
Heterofermentatif................................................................................8
Gambar 2.2 Struktur Asam Urat...........................................................................13
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Kultur Stok ..................................18
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan Kultur Kerja ..................................19
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Air Seduhan Daun Sirsak .............20
Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Penentuan Konsentrasi Susu Skim ...................21
Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian Utama.........................................................24
Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi Susu Skim terhadap Nilai pH.........................36
Gambar 4.2 Pengaruh Konsentrasi Susu Skim terhadap Total Asam Tertitrasi....38
Gambar 4.3 Total Fenolik Daun Sirsak Segar, Kering dan Minuman Fermentasi
Daun Sirsak.......................................................................................42
Gambar 4.4 Total Flavonoid Daun Sirsak Segar, Kering
dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak.............................................43
Gambar 4.5 Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus.............................47
Gambar 4.6 Penurunan Kadar Asam Urat dalam Urin Tikus...............................48
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Hasil Uji Pewarnaan Gram Bakteri Asam Laktat ......................... A-1
Lampiran B Hasil Analisis Kadar Air Daun Sirsak Segar dan Kering ...............B-1
Lampiran C Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap pH Minuman Fermentasi Daun Sirsak ............................. C-1
Lampiran D Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap TAT Minuman Fermentasi Daun Sirsak ......................... D-1
Lampiran E Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap BAL Minuman Fermentasi Daun Sirsak .......................... E-1
Lampiran F Hasil Analisis Total Fenolik ........................................................... F-1
Lampiran G Hasil Analisis Total Flavonoid ...................................................... G-1
Lampiran H Hasil Uji Toksisitas ........................................................................ H-1
Lampiran I Hasil Analisis Penurunan Asam Urat Dalam Darah Tikus Wistar...I-1
Lampiran J Hasil Analisis Penurunan Asam Urat Dalam Urin Tikus Wistar..... J-1
Lampiran K Data Berat Badan Tikus Wistar Perlakuan Minuman Fermentasi
Daun Sirsak.....................................................................................K-1
Lampiran L Dokumentasi Penelitian .................................................................. L-1
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman sirsak memiliki manfaat yang baik untuk tubuh manusia, salah
satunya terdapat pada bagian daun. Adanya senyawa flavonoid, tannin, saponin,
pada daun sirsak mampu berperan untuk mengobati radang sendi, diabetes,
jantung, kanker, dan tumor (Haro, et al., 2014). Para herbalis dan dokter di
kemudian daun sirsak direbus hingga mendidih selama 15 menit, lalu air rebusan
disaring. Saringan air rebusan tersebut kemudian dikonsumsi oleh pasien (Wijaya,
2012). Penggunaan daun sirsak sebagai obat asam urat dilakukan dua kali sehari
yaitu dengan cara mengkonsumsi sebanyak 6-10 lembar daun sirsak lalu direbus
urat yang berada pada sendi sehingga asam urat menjadi tinggi di dalam darah
(hiperurisemia) (Hawkins dan Rahn, 2005). Menurut Artini, et al. (2012), kadar
asam urat dalam batas normal yaitu 3,5-7 mg/dL untuk pria dan 2,6-6 mg/dL
untuk wanita. Gout dipengaruhi oleh asupan makanan yang mengandung tinggi
purin dan gaya hidup yang tidak sehat. Untuk penyembuhan gout tersebut,
kerja enzim xantin oxidase. Akan tetapi penggunaan Allopurinol memiliki efek
1
samping seperti adanya gangguan pada ginjal dan saluran pencernaan (Hawkins
(Puspitasari., et al., 2016). Menurut Artini, et al. (2012) dan Purwatresna (2012),
ekstrak daun sirsak juga dapat digunakan sebagai penurun asam kadar asam urat
dan kadar gula dalam darah. Daun sirsak dapat digunakan sebagai antidiabetes
terdapat pada daun sirsak dapat berperan dalam penurunan kadar asam urat
dengan menghambat kerja enzim xanthin oxidase. Menurut Artini, et al. (2012),
ekstrak daun sirsak yang berupa ekstrak kental metanol dengan fraksi n-butanol
dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam urat pada tikus sebesar
86,29%.
Pada penelitian ini, penentuan konsentrasi susu skim akan dilakukan untuk
pH, total asam tertitrasi (TAT) dan total bakteri asam laktat (BAL). Konsentrasi
gula yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada penelitian sebelumnya
oleh Mardianto (2015) yang diperoleh konsentrasi terbaik gula yaitu 4%.
Konsentrasi susu skim yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 5 level yaitu
2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Minuman fermentasi daun sirsak yang terpilih akan
diuji kandungan fenolik dan flavonoid, uji toksisitas lalu diaplikasikan pada
hewan percobaan yaitu tikus wistar. Pengaplikasian pada tikus wistar bertujuan
2
untuk mengetahui pengaruh kadar asam urat pada hewan percobaan yaitu dengan
cara menguji kadar asam urat pada darah dan urin tikus wistar. Pengukuran kadar
asam urat dalam darah dan urin akan dilakukan perbandingan antara pengaruh
ini diharapkan dapat menghasilkan produk minuman fermentasi daun sirsak yang
dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin pada tikus wistar.
Gout adalah suatu penyakit dikarenakan adanya endapan asam urat yang
berada pada sendi sehingga menyebabkan asam urat menjadi tinggi di dalam
tinggi purin dan gaya hidup yang tidak sehat. Daun sirsak diketahui memiliki
penelitian Artini, et al. (2012), ekstrak daun sirsak telah diteliti dapat menurunkan
Pada penelitian ini menggunakan daun sirsak sebagai bahan dasar produk
asam urat dari darah dan urin secara in vivo. Pada penelitian sebelumnya oleh
Mardianto (2015) telah diperoleh konsentrasi terbaik gula dan susu skim yang
dan Lactobacillus plantarum dengan konsentrasi yaitu 2%. Pada penelitian ini
3
menggunakan konsentrasi susu skim yang terdiri dari 5 level yaitu 2%, 3%, 4%,
5%, dan 6% serta konsentrasi kultur yaitu 4% dikarenakan hasil analisis belum
diharapkan dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin pada tikus
wistar.
Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
minuman fermentasi daun sirsak terhadap kadar asam urat pada tikus wistar.
minuman fermentasi daun sirsak terpilih yang meliputi uji keasaman (pH),
tikus antara pemberian obat allopurinol dan minuman fermentasi daun sirsak.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman sirsak (Annona muricata L.) merupakan suatu tanaman tropis dan
dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Tanaman ini memiliki manfaat yang baik
untuk tubuh manusia salah satunya pada bagian daun. Daun sirsak memiliki
antioksidan yang dapat melawan radikal bebas seperti hidroksil dan superoksida
(Londok dan Jet S., 2014). Menurut Handayani, et al. (2016), senyawa flavonoid,
pertumbuhan sel kanker. Menurut Anggana dan Happy (2016), tannin yang
terkandung pada daun sirsak memiliki peranan sebagai anti bakteri yang bereaksi
dengan membran sel, enzim, dan fungsi serta metabolisme yang terdapat pada sel
sehingga menghambat sintesis dinding sel. Saponin yang terkandung pada daun
sirsak merupakan hasil dari steroid atau triterpenoid yang dapat mengikat gula.
5
2.2 Fermentasi
Chelule, et al. (2010), pada proses fermentasi terdapat senyawa yang terbentuk
yaitu asam organik yang termasuk di antaranya adalah palmitat, piruvat, laktat,
asetat, propionat, dan asam butirat. Selain itu, alkohol (etanol) aldehid dan keton
berlangsung.
keadaan anaerob dan aerob disesuaikan dengan kultur yang akan digunakan agar
yang digunakan juga harus disesuaikan dengan hasil produk yang akan
(Mardianto, 2015).
bakteri asam laktat dipengaruhi oleh kandungan gula dan susu skim. Gula dan
susu skim memiliki peranan terhadap cita rasa yang manis sehingga produk
minuman fermentasi dapat diterima oleh yang mengkonsumsi serta sifat fisik dan
(Maryana, 2014). Susu skim merupakan sumber laktosa pada pertumbuhan bakteri
6
asam laktat (Jene, et al., 2004). Susu skim meningkatkan kandungan laktosa yang
asam laktat yang dihasilkan (Chairunnisa, 2009). Menurut Septiani, et al. (2013),
kandungan laktosa yang terdapat pada susu skim digunakan untuk pertumbuhan
bakteri starter sebagai sumber energi. Menurut Sutedjo, et al. (2015), lama waktu
yang terbaik dengan indikator karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologi pada
yoghurt.
bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dapat mengontrol bakteri patogen dan
bagi produk pangan dikarenakan bakteri asam laktat memproduksi asam laktat,
asam laktat. Contoh bakteri asam laktat antara lain Lactobacillus, Lactococcus,
Weisella.
7
asam asetat, etanol dan karbondioksida (Ljungh dan Wadstrom, 2009). Menurut
Gambar 2.1 Diagram alir proses glikolisis pada bakteri (a) homofermentatif (b) heterofermentatif
Sumber: Ratri (2015)
etanol dan beberapa komponen volatil melalui proses glikolisis dengan bantuan
dengan baik pada pH 4-5 dengan suhu optimal 45oC (Maryana, 2014).
8
(2007), L. acidophilus merupakan bakteri asam laktat yang termasuk
homofermentatif.
fermentasi.
dihasilkan dari asam laktat menjadi rendah. L. plantarum memiliki senyawa anti
L. plantarum dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30-35oC dan termasuk
9
2.3.3 Streptococcus thermophilus
bentuk bulat yang membentuk rantai dan tidak memiliki spora. S. thermophilus
termasuk bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada suhu 45oC. S. thermophilus
dapat tumbuh dengan baik pada pH optimum yaitu 6,5 (Kuntarso, 2007).
menghasilkan enzim laktase untuk mencerna laktosa dalam susu (Kuntarso, 2007).
Lactobacillus.
dan tekstur dari produk fermentasi. Selain itu, produk minuman fermentasi akan
menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik apabila kultur starter yang
digunakan untuk fermentasi berasal dari kultur starter campuran daripada kultur
tunggal. Jumlah dan jenis kultur starter yang digunakan juga mempengaruhi hasil
10
memproduksi asam laktat dengan jumlah tinggi. Asam laktat yang dihasilkan
pertumbuhan bagi bakteri sehingga terjadi peningkatan asam. Asam laktat yang
dihasilkan, maka konsentrasi ion H+ juga meningkat. Oleh karena itu, pH dapat
(Syachroni, 2014).
2.5 Prebiotik
Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh
namun dapat dicerna oleh bakteri sehingga bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Prebiotik bermanfaat bagi tubuh karena dapat meningkatkan jumlah atau aktivitas
polisakarida.
11
Prebiotik akan menjadi substrat bagi pertumbuhan bakteri untuk melakukan
Prebiotik merupakan karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh akan tetapi
2.6 Probiotik
terdapat pada produk pangan yang digunakan pada saluran pencernaan untuk
menjadikan kondisi asam pada usus agar dapat menekan pertumbuhan dari bakteri
kolonisasi bakteri patogen seperti E. coli dan Salmonella. Selain itu, bakteri
probiotik dapat bertahan hidup dalam saluran pencernaan (Senditya, et al., 2014).
Sinbiotik adalah berasal dari kata syn yang berarti sinergi dan biotic yang
berarti hidup. Sinbiotik adalah sinergi antara probiotik dan prebiotik yang berada
12
pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan makhluk
yang diperoleh dari basa purin hipoxanthin, xanthin, dan guanin. Dalam batas
normal, kadar asam urat dalam tubuh untuk pria yaitu 3,5-7 mg/dL dan untuk
wanita yaitu 2,6-6 mg/dL (Artini, et al., 2012). Kadar asam urat yang diproduksi
oleh seseorang yang memproduksi asam urat berlebih apabila asam urat dalam
serum lebih dari 7,0 mg/dL untuk pria dan 6,0 mg/dL untuk wanita (Kusuma, et
al., 2014). Menurut Masengi, et al. (2016), hiperurisemia adalah suatu kondisi
Menurut Amalina (2015), asam urat adalah produk akhir dari metabolisme
purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen. Rumus
molekul asam urat adalah C5H4N4O3. Gambar struktur asam urat dapat dilihat
produksi asam urat dalam tubuh dan pengeluaran asam urat melalui ginjal
13
darah lalu difiltrasi pada ginjal dan diekskresi oleh urin. Produksi asam urat pada
urin terjadi karena adanya penurunan ekskresi asam urat dalam urin sehingga
terjadi peningkatan kadar asam urat di dalam darah. Penurunan kadar asam dalam
darah diikuti dengan penurunan kadar asam urat dalam urin (Liu, et al., 2008 dan
Asam urat terbentuk dari basa purin oleh gugus ribosa yaitu PRPP
cincin purin. Reaksi PRPP dan glutamin dikatalisis oleh enzim PRPP glutamil
nukleotida purin pertama yang dibentuk oleh gugus glisin yang mengandung basa
hipoxantin. IMP memiliki fungsi yaitu sebagai titik cabang dari nukleotida adenin
dan guanin. AMP berasal dari IMP melalui penambahan gugus amino aspartat ke
gugus amino dari amino glutamin ke karbon 2 cincin purin yang membutuhkan
ATP. AMP mengalami deaminasi menjadi inosin. IMP dan GMP mengalami
defosforilasi akan terbentuk basa hipoxanthine lalu diubah oleh xantine oxidase
14
xanthine. Selanjutnya xanthine akan diubah oleh xanthine oxidase menjadi asam
Dalam batas normal, kadar asam urat yang diproduksi oleh tikus yang
memproduksi asam urat dalam darah berada di bawah 3,0 mg/dL (Mazzali, et al.,
(2002) dan Anandagiri, et al., (2014). Menurut Horl dan Heidland (2012), dalam
batas normal, kadar asam urat yang diproduksi oleh tikus yang memproduksi
hipoxanthine menjadi xanthine dan asam urat (Artini, et al., 2012). Menurut
Ernawati dan Hari (2014), obat Allopurinol memiliki efek samping antara lain
adanya bercak merah pada kulit dan dapat meningkatkan serangan gout di awal
terapi.
infeksi, serta obat-obatan (Berata et al., 2010). Tikus dan mencit memiliki
perbedaan anatomi dan fisiologis yaitu pada DNA sequence, namun terdapat
kesamaan pada karakter (Forsdyke, 2011). Menurut Ooi dan Liong (2010), alasan
penggunaan tikus dalam percobaan yaitu anatomi dan fisiologi pencernaan dan
15
proses metabolisme yang mirip dengan manusia. Pada umumnya, aplikasi
perbandingan antara mamalia lain yang tidak beda jauh dalam suatu perlakuan.
yang hanya 2-3 tahun dengan lama produksi 1 tahun serta didasarkan atas
ekstrak daun sirsak mampu menurunkan kadar asam urat dengan menggunakan
hewan percobaan tikus wistar. Tikus wistar digunakan sebagai hewan percobaan
Ramarao, 2007). Tikus wistar juga memiliki berat badan yang lebih besar
yang memiliki kisaran berat badan yaitu 200 gram. Apabila mencit yang
digunakan sebagai hewan percobaan, maka tidak seimbang antara berat badan
mencit dengan pengambilan sampel darah dan urin. Menurut Muliani (2011),
mencit memiliki berat badan sekitar 18-20 gram pada umur 4 minggu dan sekitar
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sirsak (Annona
muricata L.) yang diperoleh dari kebun Harapan Kita Tangerang, akuades, gula,
susu skim “Indomilk”, tikus putih strain Wistar berjenis kelamin jantan yang
berumur 2-3 bulan dari Universitas Gajah Mada (UGM), pakan standar
berdasarkan Indonesia Formula Feed (INDO FEED), hati ayam, dan obat penurun
asam urat Allopurinol dari “Apotek Roxy”. Bahan-bahan lain yang digunakan
untuk analisis pada penelitian ini adalah larutan buffer pH 4, larutan buffer pH 7,
NaOH 0,1 N, metanol, reagen Folin Ciocalteau 10%, Na2CO3 75%, AlCl3 2%,
asam galat, quercetin, telur udang Artemia salina L., Tween 80%, air laut untuk
uji toksisitas, reagen urea uric acid FS TOOS, alkohol 70%, alkohol 96%,
Universitas Brawijaya. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah de Man
Rogosa Sharpe Agar (MRSA) dan de Man Rogosa Sharpe Broth (MRSB).
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung pengencer, alat-alat
gelas, botol pengencer, tabung ulir, mikropipet dan tip, Bunsen burner, cawan
petri, jarum ose, vortex, colony counter, laminar air flow, inkubator, heater,
alumunium foil, magnetic stirrer, baskom, Erlenmeyer 500 ml, batang pengaduk,
17
meter, centrifuge, gelas beaker, desikator, timbangan analitik, kain saring, kertas
saring, pipet tetes, pipet volumetrik, vial, bulb pump, tabung reaksi,
ml MRSB kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Lalu sebanyak 1
ose dari tabung ulir yang berisi media MRSB diinokulasi ke dalam tabung ulir
yang berisi 6 ml media MRSA kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
370C. Diagram alir proses pembuatan kultur stok dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Kultur murni
↓
Ambil 1 ose ke dalam tabung ulir 10 ml MRSB
↓
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
↓
Ambil 1 ose ke dalam tabung ulir 6 ml MRSA
↓
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
↓
Kultur stok
dalam tabung ulir yang berisi 10 ml MRSB (de Man Rogosa Sharpe Broth)
18
diinokulasi ke dalam tabung ulir yang berisi 9 ml MRSB kemudian diinkubasi
Kultur hasil inkubasi tersebut digunakan sebagai kultur kerja pada proses
Kultur stok
↓
Ambil 1 ose ke dalam tabung ulir 10 ml MRSB
↓
Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
↓
Ambil 1 ml ke dalam tabung ulir 9 ml MRSB yang baru.
↓
Kultur L. acidophilus diinkubasi selama 14 jam pada suhu 370C
Kultur L. plantarum diinkubasi selama 14 jam pada suhu 370C
Kultur S. thermophilus diinkubasi selama 14 jam pada suhu 370C
↓
Kultur kerja
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan air seduhan daun sirsak, penelitian
minuman fermentasi daun sirsak. Penelitian utama (tahap II) dilakukan untuk
aplikasi minuman fermentasi daun sirsak terhadap tikus wistar. Adapun tujuan
dari penelitian utama yaitu untuk mengetahui pengaruh minuman fermentasi daun
sirsak terhadap kadar asam urat tikus wistar. Metode penelitian yang digunakan
19
3.3.1 Pembuatan Air Seduhan Daun Sirsak (Mardianto, 2015)
seduhan. Daun sirsak disortasi berdasarkan warna yang hijau tua kemudian dicuci
menggunakan oven pada suhu 70oC yang ditandai daun telah kering dan berwarna
kecoklatan. Lalu daun sirsak yang sudah kering dilakukan pengecilan ukuran
dengan menggunakan gunting hingga mencapai ukuran kurang lebih 3,5 cm x 3,5
cm. Air seduhan diperoleh dari daun sirsak yang diseduh ke dalam air selama 30
menit pada suhu 1000C. Diagram alir proses pembuatan air seduhan daun sirsak
Gambar 3.3 Diagram alir proses pembuatan air seduhan daun sirsak
Sumber: Mardianto (2015)
skim terpilih. Hasil dari penelitian pendahuluan akan dilanjutkan untuk proses
20
3.3.2.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim
Konsentrasi susu skim yang digunakan yaitu 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%.
Diagram alir proses penentuan konsentrasi susu skim dapat dilihat pada Gambar
3.4.
tikus dari hasil produk minuman fermentasi daun sirsak terpilih dengan
konsentrasi air seduhan 4% dan 6%, gula dan susu skim 4%, dan waktu fermentasi
selama 8 jam. Tikus yang digunakan berumur 2-3 bulan dengan berat badan
sekitar 200 gram berjenis kelamin jantan yang diperoleh dari UGM.
dengan menggunakan rumus Freeder, yaitu (k-1) (r-1) ≥ 15. Nilai k adalah jumlah
perlakuan dan nilai r adalah jumlah hewan tiap kelompok perlakuan. Untuk
hasil perhitungan adalah 5 ekor tikus. Jumlah tikus yang digunakan pada
penelitian utama sebanyak 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu A,
21
akuades. Kelompok tikus B (kontrol positif asam urat) dberi pakan asam urat dan
akuades. Kelompok C (kontrol positif) diberi pakan asam urat, akuades, dan obat
penurun asam urat Allopurinol. Kelompok D diberi pakan asam urat, akuades, dan
minuman fermentasi daun sirsak 4%. Kelompok E diberi pakan asam urat,
aklimatisasi selama 3 hari dengan diberi pakan standar, akuades, anti parasit dan
anti cacing. Menurut Dwija (2011), tujuan aklimatisasi adalah agar tikus dapat
beradaptasi dengan lingkungan baru dan meminimalisasi efek stress yang dapat
berpengaruh pada pada metabolisme tikus. Setelah diberikan anti parasit dan anti
cacing, tikus dibagi dalam beberapa kelompok. Perlakuan tikus ini dilakukan
selama 18 hari. Selama 9 hari pertama, kelompok perlakuan tikus diberi adaptasi
diberi pakan asam urat hingga tikus menjadi hiperurisemia. Pada hari ke-10
sampai ke-18, kelompok tikus diberi pakan standar dan perlakuan sesuai dengan
kelompok tikus. Pembagian perlakuan kelompok tikus dapat dilihat pada Tabel
3.1.
22
Menurut Leo (2013), pakan standar yang diberikan untuk tikus merupakan
pakan yang sesuai dengan standar. Pakan standar tersebut terdiri jagung kuning,
telur ikan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak gandum, dedak padi, molasses,
pada pukul 08.00. Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada darah dan urin
tikus. Pengukuran kadar asam urat pada tikus dilakukan pada hari ke-0, 9, dan 18.
Pengukuran asam urat sampai 18 hari didasarkan pada penelitian Artini, et al.,
(2012) yang diperoleh yaitu pada 9 hari pertama, tikus mengalami hiperurisemia
setelah pemberian pakan tinggi purin. Pada hari ke-9 sampel darah diambil untuk
mengetahui kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang terukur
Mazzali, et al., (2002) dan Anandagiri, et al., (2014), kadar asam urat yang
normal pada darah tikus yaitu di bawah 3,0 mg/dL. Sementara pada hari ke-9
sampai hari ke-18, kadar asam urat pada tikus mengalami penurunan sampai
1,93 mg/dL sehingga atas dasar ini penelitian kadar asam urat dilakukan selama
18 hari. Pengamatan pada hari ke-0 kadar asam urat dilakukan bertujuan agar
kadar asam urat pada tikus yang digunakan memiliki kadar asam urat yang
23
normal. Pengamatan pada hari ke-9 kadar asam urat dilakukan bertujuan untuk
mengetahui kadar asam urat yang meningkat. Pengamatan pada hari ke-18
pemberian minuman fermentasi daun sirsak pada tikus. Menurut Mazzali, et al.
(2002), kadar asam urat yang normal pada tikus adalah 1,7-3,0 mg/dL Menurut
Anandagiri, et al. (2014), kadar asam urat yang normal pada tikus adalah dibawah
3,0 mg/dL. Diagram alir penelitian utama dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Tikus
↓
Pembagian kelompok tikus
↓
Penimbangan berat badan dan pengukuran kadar asam urat pada darah dan urin tikus
↓
Pemberian anti cacing dan anti parasit 3 hari
↓
Pembagian kelompok perlakuan pada tikus
↓
Kelompok A untuk pakan standar (9 hari)
Kelompok B, C, D, dan E untuk pakan asam urat (9 hari)
↓
Pengujian kadar asam urat pada darah dan urin tikus
↓
Jus hati ayam adalah pakan tinggi asam urat. Jus hati ayam dibuat dari
20 gram hati ayam dan 100 ml air yang dicampurkan (Hayani dan Widyaningsih,
2011; Artini, et al., 2012; dan Kusuma, et al., 2014). Pemberian jus hati ayam dan
pakan standar dilakukan pada jam 08.00, 12:00, dan 16:00. Dosis pemberian jus
hati ayam pada tikus sebanyak 3,5 ml/200 g BB tikus. Menurut Hayani dan
24
Widyaningsih (2011), pemberian jus hati ayam dilakukan tiga kali dalam sehari.
Pemberian pakan standar dilakukan pada jam 08:00. Pakan standar dan akuades
200 ml/hari (Rachmandiar, 2012). Berdasarkan Tabel 3.3, faktor konversi yang
digunakan yaitu 0,018. Untuk mengetahui dosis minuman fermentasi daun sirsak
yaitu dengan cara mengalikan 0,018 (faktor konversi) dengan 200 ml (dosis
akan digunakan pada dosis minuman fermentasi daun sirsak. Dosis obat
Allopurinol yang dianjurkan sebanyak 100 mg. Untuk mengetahui dosis obat
dengan 0,018 (faktor konversi). Hasilnya adalah 1,8 mg/200 g BB tikus yang akan
digunakan pada dosis obat Allopurinol pada tikus. Konversi dosis minuman
25
3.4 Metode Perlakuan Tikus (Leo, 2013)
bersih. Di dalam kandang tikus terdapat tempat pakan, botol minum, alas kandang
yaitu sekam padi, dan kawat kasa sebagai penutup. Metode perlakuan tikus pada
penelitian ini dilakukan dengan cara ekor tikus yang panjangnya sekitar 3-4 cm
Kemudian tikus dipindahkan ke tangan kiri untuk dijepit pada bagian belakang
kepala dengan jari telunjuk dan ibu jari. Sementara pada bagian ekor tikus dijepit
dengan jari manis dan jari kelingking. Untuk aplikasi minuman fermentasi daun
sirsak dan obat Allopurinol pada tikus dilakukan dengan cara sonde oral, yaitu
melalui mulut tikus. Sebelumnya minuman fermentasi daun sirsak dan obat
daun sirsak dan obat Allopurinol dapat masuk ke dalam mulut tikus.
Metode analisis yang dilakukan pada penelitian ini antara lain kadar air, pH,
Total Asam Tertitrasi (TAT), total Bakteri Asam Laktat (BAL), uji fitokimia, uji
toksisitas dan uji asam urat pada darah dan urin tikus.
beratnya telah konstan. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan lalu
diletakkan pada oven yang bersuhu 105oC. Pengeringan sampel tersebut dilakukan
26
selama 6 jam. Lalu cawan penguapan yang berisi sampel tersebut diletakkan ke
dalam desikator selama 10-15 menit kemudian ditimbang. Kadar air (basis basah)
meter. Sebelum menggunakan alat pH meter dilakukan kalibrasi yaitu dengan cara
hingga warna larutan berubah menjadi merah muda. Banyaknya ml NaOH adalah
jumlah NaOH yang digunakan untuk dihitung dalam rumus. Perhitungan total
27
3.5.4 Uji Total Bakteri Asam Laktat (BAL) (Frank dan Yousef, 2004)
Uji total bakteri asam laktat dilakukan dengan menggunakan media de Man
tingkat pengenceran 10-6, 10-7, dan 10-8 secara triplo. Lalu pada cawan petri, media
MRSA dituang dan dibentuk angka delapan dengan tujuan sampel dan media
menjadi homogen. Setelah media pada cawan petri tersebut menjadi padat
dilakukan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Total bakteri asam laktat
Keterangan:
N1 = jumlah cawan yang masuk dalam range (25-250 koloni) pada pengenceran
pertama
N2 = jumlah cawan yang masuk dalam range (25-250 koloni) pada pengenceran
kedua
spektrofotometer. Uji fitokimia pada penelitian ini yaitu terdiri dari uji fenolik dan
28
flavonoid. Sebelum melakukan uji fitokimia, sampel disentrifugasi selama 5 menit
dengan kecepatan 5000 ppm. Hasil dari sentrifugasi adalah filtrat yang akan
3.5.5.1 Uji Total Flavonoid (Meda, et al., 2005; Ramamoorthy dan Bono,
2007)
y sebagai absorbansi.
3.5.5.2 Uji Total Fenolik (Pourmorad, et al., 2006; Alfian dan Susanti, 2012)
Na2CO3 75% dan 1,5 ml reagen Folin-Ciocalcetau 10% dalam tabung reaksi lalu
divortex. Campuran dari sampel dan larutan tersebut kemudian ditempatkan pada
ruang gelap selama 1 jam dengan suhu ruang. Sampel diukur absorbansi dengan
fenolik dinyatakan dalam ppm GAE. Untuk pembuatan kurva standar total
29
kandungan fenolik menggunakan asam galat dengan membuat sumbu x sebagai
Uji toksisitas yang digunakan yaitu dengan metode Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT). Indikator dari uji toksisitas adalah larva udang Artemia salina L.
Metode BSLT dilakukan 3 tahap yaitu penetasan larva udang, pembuatan larutan
yang mempunyai 2 sekat yang salah satunya diisi dengan aluminium foil. Kotak
tersebut kemudian ditambahkan 250 ml air laut dan didiamkan di bawah lampu
UV dan aerator selama 48 jam. Telur udang akan menetas menjadi larva udang.
Tween 80% dan 10 ml air laut hingga homogen dan diperoleh larutan uji 2000
ppm. Untuk tahap pengujian toksisitas sampel, sebanyak 1000 µl air laut yang
berisi 10 ekor larva udang dimasukkan ke dalam vial yang berukuran 2000 µl
dengan pembagian konsentrasi larutan uji 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm dan 10
ppm. Larutan uji tersebut didiamkan selama 24 jam lalu dilakukan perhitungan
jumlah udang yang mati. % mortalitas menyatakan tingkat kematian larva udang
%Mortalitas =
(LC50). Nilai LC50 dapat dilihat dengan menggunakan grafik persamaan linear:
y = ax + b
Keterangan:
30
a dan b = diperoleh dari rumus regresi linear (tiga titik konsentrasi)
Pada penelitian utama, parameter yang digunakan adalah kadar asam urat
pada tikus wistar. Analisis pada penelitian ini adalah pengukuran kadar asam urat
pada tikus yang dibagi menjadi dua yaitu pengukuran kadar asam urat dalam
3.6.1 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Serum (Barham dan Trinder,
1972; Thefeld, et al., 1973; Henry, et al., 1974; Fossati, et al., 1980)
Kadar asam urat dalam serum diukur dengan cara sampel dari darah tikus
yang diambil melalui bagian mata tikus. Sampel darah yang keluar kemudian
kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Setelah disentrifugasi maka akan diperoleh
hasil serum dan darah yang telah terpisah. Serum dan darah dimasukkan pada
tabung Eppendorff yang berbeda dan dilakukan uji pengujian asam urat.
reagen urea uric acid FS TOOS. Tabung Eppendorff tersebut akan diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37°C. Lalu sampel campuran tersebut ditambahkan 250
µl reagen II. Tabung Eppendorff diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. Uji
31
kadar asam urat pada sampel dilakukan dengan cara memasukkan sampel pada
3.6.2 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Urin (Barham dan Trinder,
1972; Thefeld, et al., 1973; Henry, et al., 1974; Fossati, et al., 1980)
Pengukuran kadar asam urat dalam urin dilakukan dengan cara sampel
urin yang ditambahkan akuades dikocok dengan kuat hingga homogen, lalu
diambil 20 µl dan ditambahkan dengan 1000 µl reagen urea uric acid FS-TOOS.
Larutan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37⁰C. Larutan tersebut ditambahkan
250 µl reagen II dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 5 menit. Pengukuran
rancangan acak lengkap satu faktor dengan empat kali pengulangan. Faktor yang
32
3.7.1.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim
lengkap satu faktor dengan empat kali pengulangan. Faktor yang digunakan
adalah konsentrasi susu skim. Konsentrasi susu skim terdiri dari lima level yaitu
2% (α1), 3% (α2), 4% (α3), 5% (α4), dan 6% (α5). Model linear matematik yang
digunakan yaitu:
Yij = µ + αi + εij
Yij = variabel respon hasil pengamatan pada level satu dengan faktor konsentrasi
Hipotesis:
H0 = tidak ada pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim terhadap nilai pH,
H1 = ada pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim terhadap nilai pH, TAT,
rancangan acak lengkap satu faktor dengan lima kali pengulangan. Faktor yang
digunakan pada penelitian ini adalah jenis minuman fermentasi yang terdiri dari
tiga level yaitu Allopurinol, minuman fermentasi daun sirsak 4%, dan minuman
fermentasi daun sirsak 6%. Model linear matematik yang digunakan yaitu:
33
Yij = µ + αi + εij
Yij = variabel respon hasil pengamatan pada level satu dengan faktor jenis
Hipotesis:
H0 = tidak ada pengaruh jenis minuman fermentasi daun sirsak terhadap kadar
H1 = ada pengaruh yang signifikan dari jenis minuman fermentasi daun sirsak
34
BAB IV
sirsak dengan konsentrasi air seduhan 4%. Pada penelitian ini menggunakan
(2015) dengan konsentrasi air seduhan daun sirsak yang digunakan yaitu sebesar
1%. Konsentrasi air seduhan daun sirsak ditingkatkan dengan tujuan agar
mendapatkan kandungan total fenolik dan flavonoid yang digunakan pada tahap
penelitian utama yaitu menurunkan kadar asam urat pada tikus wistar. Minuman
fermentasi daun sirsak yang berbahan dasar berupa daun sirsak yang kering
memiliki kadar air basis basah sebesar 8,92%. Hasil analisis kadar air dapat dilihat
pada Lampiran B.
pada minuman fermentasi daun sirsak yang memiliki variasi konsentrasi susu skim
yaitu 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Minuman fermentasi daun sirsak difermentasi
berdasarkan parameter pH, TAT, dan total bakteri asam laktat yang sesuai dengan
standar. Minuman fermentasi daun sirsak lalu dilakukan uji fitokimia dan uji
toksisitas.
35
4.1.1 Penentuan Konsentrasi Susu Skim
penambahan susu skim telah memenuhi standar FSANZ (2014) yaitu <4,5.
Menurut Septiani, et al. (2013), susu skim digunakan oleh bakteri starter untuk
konsentrasi susu skim, maka nilai pH yang dihasilkan semakin rendah yaitu 4,12.
yang terjadi karena adanya akumulasi asam yang berasal dari bakteri asam laktat.
jumlah total asam, bahwa semakin tinggi total asam maka semakin rendah nilai
pH.
5
4,33±0,02c 4,40±0,06c
4,19±0,06ab 4,25±0,04b
4,12±0,07a
4
Nilai pH
1
2 3 4 5 6
Konsentrasi susu skim (%)
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi susu skim terhadap nilai pH
36
Data pada Lampiran C menunjukkan hasil uji statistik memiliki perbedaan
minuman fermentasi daun sirsak. Perbedaan konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%,
Nilai total asam tertitrasi yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar
0,33-0,48%. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu skim
yang ditambahkan, maka nilai total asam tertitrasi semakin tinggi pada konsentrasi
susu skim 2%, 4%, 5%, dan 6% (Gambar 4.2). Menurut Yildiz (2010), adanya
peningkatan nilai total asam tertitrasi menunjukkan asam laktat yang diproduksi
juga meningkat. Asam laktat yang diproduksi membuat kondisi produk menjadi
asam sehingga total asam tertitrasi menjadi tinggi. Menurut Primurdia dan
Kusnadi (2014), total asam tertitrasi dapat meningkat dikarenakan bakteri asam
adanya aktivitas bakteri asam laktat, asam laktat dapat terbentuk dalam proses
fermentasi laktosa susu dan gula sederhana. Peningkatan kadar asam laktat
disebabkan oleh aktivitas BAL yang memecah laktosa dan gula-gula lain menjadi
asam laktat.
mempengaruhi hasil dari analisis nilai pH dan total asam tertitrasi (TAT). Nilai
pH yang dihasilkan yaitu sekitar 4,12-4,40. Sedangkan hasil TAT pada minuman
fermentasi daun sirsak adalah sekitar 0,33%-0,48%. Susu skim yang ditambahkan
dapat digunakan bakteri starter untuk menghasilkan bakteri asam laktat. Menurut
Fadro, et al. (2015), semakin banyak konsentrasi susu skim yang ditambahkan
37
maka semakin banyak laktosa yang terdapat pada minuman fermentasi yang akan
diubah menjadi asam laktat sehingga kadar asam laktat pada minuman fermentasi
daun sirsak juga semakin banyak. Berdasarkan data yang diperoleh, semakin
tinggi konsentrasi susu skim, maka nilai pH juga semakin tinggi. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu skim
yang ditambahkan, maka semakin rendah nilai pH (Septiani, et al., 2013). Asam
laktat yang dihasilkan pada minuman fermentasi daun sirsak tidak membuat
jumlah ion H+ berubah. Hal ini dikarenakan kemampuan buffer yang terdapat
pada susu skim mampu mempertahankan nilai pH sehingga asam yang terbentuk
menjadi kecil. Menurut Zare, et al. (2012), susu skim memiliki kemampuan buffer
perubahan asam akan semakin kecil yang mengakibatkan nilai pH semakin tinggi.
Menurut Luthfiani (2017) senyawa buffer pada susu skim adalah yang tergolong
dalam kelompok residu yang terikat dengan protein (asam aspartat, asam
glutamat, histidin, lisin, tirosin, dan ester posfat) dan garam-garam (posfat, sitrat,
0.6
0,48±0,03d
Total asam tertitrasi (%)
0.5 0,45±0,02c
0,38±0,02ab 0,39±0,02b
0.4
0,33±0,00a
0.3
0.2
0.1
0
2 3 4 5 6
Konsentrasi susu skim (%)
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.2. Pengaruh konsentrasi susu skim terhadap total asam tertitrasi
38
Hubungan pH dan TAT memiliki hubungan yang tidak berbanding terbalik
(lurus) pada penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan TAT
yang tidak diikuti dengan penurunan pH. Menurut Sadler dan Murphy (2003)
terdapat perbedaan asam yang terukur dengan menggunakan pH meter dan titrasi.
yang menunjukkan jumlah asam terdisosiasi sehingga tidak mewakili asam yang
terdapat pada produk. Asam yang terukur dengan menggunakan titrasi adalah
susu skim berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai total asam tertitrasi.
Perbedaan konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% menghasilkan
sirsak.
Jumlah total bakteri asam laktat yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu
(p>0,05) terhadap total bakteri asam laktat. Perbedaan konsentrasi susu skim 2%,
3%, 4%, 5%, dan 6% tidak menghasilkan perbedaan signifikan terhadap total
39
4.1.2 Penentuan Minuman Fermentasi Daun Sirsak Terpilih
parameter-parameter yaitu nilai pH, nilai total asam tertitrasi, dan total bakteri
asam laktat. Pada penentuan terpilih tersebut menggunakan standar yaitu BSN
(2009), CODEX (2003), FSANZ (2014), dan JETRO (2011). Penelitian ini
kerjasama antara FAO dan WHO yang menangani standar bahan pangan yang
diperdagangkan secara internasional. Lalu pustaka lain yaitu FSANZ atau Food
Standards Australia New Zealand (2014) juga memiliki standar makanan dari
Australia Selandia Baru. Standar lain yang juga digunakan adalah JETRO atau
FSANZ, dan JETRO digunakan sebagai pendukung dari standar BSN. Standar
Pada parameter nilai pH, produk minuman fermentasi daun sirsak pada
konsentrasi susu skim. Produk minuman fermentasi daun sirsak terpilih telah
sesuai dengan standar FSANZ (2014) yaitu <4,5. Minuman fermentasi daun sirsak
dengan konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% telah memenuhui standar
40
BSN (2009) yang memiliki nilai total asam tertitrasi berkisar 0,33-0,48%. Jumlah
bakteri asam laktat yang dihasilkan dari kombinasi konsentrasi susu skim juga
sesuai dengan standar BSN (2009), FSANZ (2014), dan JETRO (2011) yaitu
minimal 106 CFU/ml dan CODEX (2003) yaitu 107. Konsentrasi susu skim
terpilih yang digunakan pada penelitian ini adalah 4%. Pemilihan konsentrasi susu
minuman fermentasi daun sirsak terpilih. Minuman fermentasi daun sirsak terpilih
akan dilakukan analisis yang meliputi uji fitokimia dan toksisitas. Analisis
fitokimia meliputi uji kuantitatif yang meliputi fenolik dan flavonoid. Menurut
Zuhra, et al. (2008), semakin tinggi konsentrasi sampel, maka antioksidan yang
dihasilkan semakin tinggi juga. Oleh karena itu, pada analisis ini menggunakan
Analisis total fenolik dilakukan pada sampel air seduhan daun sirsak segar,
air seduhan daun sirsak kering, dan minuman fermentasi daun sirsak dengan
konsentrasi 4% dan 6%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang nyata dari jenis olahan daun sirsak (p<0,05) terhadap kandungan total
41
1200
0
Air seduhan daun Air seduhan daun Minuman
sirsak segar sirsak kering fermentasi daun
sirsak
Jenis Olahan Daun Sirsak
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.3 Total fenolik daun sirsak segar, daun sirsak kering, dan minuman fermentasi daun
sirsak
Berdasarkan data pada Gambar 4.3, kandungan total fenolik pada sampel
air seduhan daun sirsak kering (430,00 dan 757,00 ppm GAE) lebih tinggi
daripada sampel air seduhan daun sirsak segar (180,75 dan 325,00 ppm GAE).
Kandungan total fenolik pada sampel air seduhan daun sirsak kering lebih tinggi
daripada sampel air seduhan daun sirsak segar karena enzim polifenol oksidase
terinaktivasi akibat panas sehingga senyawa fenolik menjadi lebih tinggi. Enzim
daun sirsak yaitu 840,00 dan 1010,00 ppm GAE. Data yang diperoleh
fenolik yang mengakibatkan lebih tinggi daripada sampel air seduhan daun sirsak
segar dan kering. Menurut Widagdha dan Fithri (2015), proses fermentasi dapat
42
meningkatkan kandungan fenolik pada yoghurt. Selama proses fermentasi,
probiotik sari kurma. Bakteri asam laktat pada fermentasi tejadi sintesis
laktat. Kondisi asam tersebut akan membentuk senyawa fenolik melalui asam
Analisis total flavanoid dilakukan pada sampel air seduhan daun sirsak segar,
air seduhan daun kering, dan minuman fermentasi daun sirsak. Konsentrasi daun
sirsak yang digunakan adalah 4% dan 6%. Analisis total flavonoid dilakukan
bahwa terdapat perbedaan sampel air seduhan daun sirsak segar, air seduhan daun
sirsak kering, dan minuman fermentasi daun sirsak yang nyata (p<0,05) terhadap
120
Total Flavonoid (ppm QE)
98,41 ± 0,97c
100 82,8 ± 0,00b
80
60,3 ± 0,42c
60 52,94 ± 0,83b
34,07 ± 0,41a 4% = Konsentrasi daun sirsak
40 6% = Konsentrasi daun sirsak
14,17 ± 0,62a
20
0
Air seduhan Air seduhan Minuman
daun sirsak segar daun sirsak fermentasi daun
kering sirsak
Jenis Olahan Daun Sirsak
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
Gambar 4.4 Total flavonoid daun sirsak segar, daun sirsak kering, dan minuman fermentasi
daun sirsak
43
Berdasarkan data pada Gambar 4.4, kandungan total flavonoid pada
sampel air seduhan daun sirsak kering (52,94 dan 82,80 ppm QE) lebih tinggi
daripada sampel air seduhan daun sirsak segar (14,17 dan 34,07 ppm GAE).
yang terjadi pada daun sirsak. Menurut Rabeta dan Lai (2013), proses pengeringan
meningkat yaitu 60,30 dan 98,41 ppm QE. Menurut Primurdia dan Kusnadi
(2014), peran bakteri asam laktat pada proses fermentasi yaitu mensintesis gula
4.2.3 Toksisitas
Test). Uji toksisitas diperoleh hasil yang dinyatakan nilai Lethal Concentration 50
(LC50). Uji toksisitas dilakukan untuk minuman fermentasi daun sirsak 4% untuk
termasuk toksik. Berdasarkan hasil uji toksisitas, minuman fermentasi daun sirsak
44
Toksisitas terbagi dalam empat klasifikasi antara lain sangat toksik, toksik,
toksik rendah, dan tidak toksik. Sampel yang memiliki nilai LC50 ≤ 30 ppm, maka
sampel termasuk dalam klasifikasi sangat toksik. Sampel yang memiliki nilai LC50
antara 30 sampai dengan 100 ppm, maka sampel termasuk dalam klasifikasi
toksik. Sampel yang memiliki nilai LC50 antara 100 sampai 1000 ppm, maka
sampel termasuk dalam klasifikasi toksik rendah. Sampel yang memiliki nilai
LC50 lebih dari 1000 ppm, maka sampel termasuk dalam klasifikasi tidak toksik
(Suryaningrum, et al., 2007 dan Juniarti, et al., 2009). Pada sampel minuman
fermentasi daun sirsak, nilai LC50 termasuk dalam klasifikasi toksik rendah.
daun sirsak terhadap kadar asam urat pada darah dan urin tikus. Pada penelitian
ini terdiri dari lima kelompok tikus yang digunakan, kelompok tersebut antara lain
fermentasi daun sirsak 4%), dan kelompok E (tikus dengan perlakuan minuman
fermentasi daun sirsak 6%). Pengamatan dan analisis pengaruh kadar asam urat
berat badan tikus wistar yaitu sekitar 200 kg yang dapat dilihat pada Lampiran K.
Analisis kadar asam urat pada darah tikus dilakukan sebanyak tiga kali,
yaitu pada hari ke-0, 9, dan 18. Menurut Mazzali, et al. (2002) dan Anandagiri, et
al. (2014), kadar asam urat yang normal pada tikus diproduksi dalam darah berada
45
di bawah 3,0 mg/dL. Berdasarkan pada Lampiran I, kadar asam urat yang normal
pada tikus di hari ke-0 memiliki kisaran 1,69-2,33 mg/dL. Kadar asam urat pada
tikus di hari ke-9 menunjukkan bahwa tikus sudah menjadi hiperurisemia dengan
kadar asam urat di atas 3,0 mg/dL yaitu memiliki kisaran 3,98-4,80 mg/dL. Pada
hari ke-18 dilakukan pengujian kadar asam urat yang dipengaruhi oleh pemberian
obat Allopurinol, minuman fermentasi daun sirsak 4%, dan minuman fermentasi
daun sirsak 6%. Penurunan kadar asam urat pada darah tikus dapat dilihat pada
Gambar 4. 5.
(p<0,05) antara jenis perlakuan yang diberikan terhadap kadar asam urat dalam
darah tikus. Berdasarkan Gambar 4.5, penurunan kadar asam urat tertinggi berada
pada jenis perlakuan obat Allopurinol yaitu 48,82% (kelompok C). Jenis
dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah sebesar 38,29%. Kelompok E
menunjukkan bahwa penurunan kadar asam urat dalam darah sebesar 47,78%.
Penurunan kadar asam urat dalam darah dengan jenis perlakuan pemberian
asam urat dengan pemberian obat Allopurinol sebesar 48,82%. Sehingga data
dapat secara efektif menurunkan kadar asam urat yang hampir sama dengan obat
Suyono (2012), pemberian teh kombucha pada tikus mampu menurunkan kadar
asam urat sekitar 50%. Penelitian lainnya juga dilakukan oeh Artini, et al. (2012)
46
yang menggunakan ekstrak daun sirsak yang berupa ekstrak kental metanol
dengan fraksi n-butanol dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam urat
pada darah sebesar 86,29%. Penelitian tersebut juga diperoleh hasil yaitu
penurunan kadar asam urat dengan menggunakan daun sirsak lebih besar
dibandingkan dengan obat Allopurinol yang mampu menurunkan kadar asam urat
sebesar 51,93%.
60
Penurunan Kadar Asam Urat (%)
38,29 ± 0,7b
40
30
20
10
2,19 ± 0,37a 1,77 ± 0,36a
0
A B C D E
Jenis perlakuan
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
A = tikus normal + akuades (kontrol negatif)
B = tikus asam urat + akuades (kontrol asam urat)
C = tikus asam urat + Allopurinol
D = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 4%
E = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 6%
Gambar 4.5 Penurunan kadar asam urat dalam darah tikus
Pengukuran kadar asam urat pada urin tikus dilakukan tiga kali, yaitu pada
ke-0, 9, dan 18. Menurut Horl dan Heidland (2012), kadar asam urat yang normal
pada urin tikus yaitu 165-335 mg/dL. Berdasarkan data pada Lampiran J, pada
hari ke-0 kadar asam urat pada urin tikus yaitu 235,40 mg/dL-240,23 mg/dL. Data
tersebut sesuai dengan literatur bahwa kadar asam urat pada urin tikus berkisar
47
165-335 mg/dL. Penurunan kadar asam urat pada urin tikus dapat dilihat pada
Gambar 4.6.
70
Penurunan Kadar Asam Urat (%)
60,61 ± 0,08d
60 56,32 ± 1,29c
50 43,15 ± 0,09b
40
30
20
10 2,83 ± 0,10a
2,26 ± 0,08a
0
A B C D E
Jenis perlakuan
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada α=0,05
A = tikus normal + akuades (kontrol negatif)
B = tikus asam urat + akuades (kontrol asam urat)
C = tikus asam urat + Allopurinol
D = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 4%
E = tikus asam urat + minuman fermentasi daun sirsak 6%
Gambar 4.6 Penurunan kadar asam urat dalam urin tikus
nyata (p<0,05) antara jenis perlakuan yang diberikan terhadap penurunan kadar
asam urat pada urin tikus. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa penurunan kadar asam
urat tertinggi terjadi pada tikus kelompok E dengan jenis perlakuan pemberian
asam urat lebih rendah (56,32%) dibandingkan dengan jenis perlakuan pemberian
minuman fermentasi daun sirsak 6% (60,61%). Oleh karena itu, penurunan kadar
asam urat pada urin yang diberi perlakuan minuman fermentasi daun sirsak 6%
Menurut Afrianti, et al., (2011), asam urat dialirkan ke darah lalu difiltrasi pada
ginjal dan diekskresi oleh urin. Produksi asam urat pada urin terjadi karena adanya
48
penurunan ekskresi asam urat dalam urin sehingga terjadi peningkatan kadar asam
urat di dalam darah. Penurunan kadar asam dalam darah diikuti dengan penurunan
kadar asam urat dalam urin (Liu, et al., 2008 dan Hu, et al., 2010).
dengan menghambat kerja enzim xanthin oxidase dan superoksida (Kusni, 2010).
penurunan terhadap kadar asam urat. Penurunan kadar asam urat tersebut terjadi
karena flavonoid menghambat aktivitas enzim xanthin oxidase pada basa purin.
Akibatnya, kadar asam urat yang diproduksi menjadi turun. Menurut Anandagiri,
et al. (2014), aktivitas xanthin oxidase dapat dihambat oleh senyawa antioksidan
asam urat menjadi allantoin sehingga asam urat dapat diekskresi melalui urin.
49
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini, minuman fermentasi daun sirsak yang terpilih dengan
penambahan gula 4%, susu skim 4%, air seduhan daun sirsak yang digunakan
yaitu 4% dan 6%, dan lama waktu fermentasi selama 8 jam. Fenolik pada
konsentrasi 4% sampel air seduhan daun sirsak, air seduhan daun sirsak kering,
GAE±0,35, 430 ppm GAE±16,97, dan 840 ppm GAE±5,66. Sementara pada
dan 1010 ppm GAE±5,66. Flavonoid pada konsentrasi 4% sampel air seduhan
daun sirsak, air seduhan daun sirsak kering, dan minuman fermentasi daun sirsak
yaitu masing-masing 14,17 ppm QE±0,62, 52,94 ppm QE±0,83, dan 60,30 ppm
QE±0,41, 82,80 ppm QE±0,00, dan 98,41 ppm QE±0,97. Pemberian minuman
fermentasi daun sirsak sebesar 6% mampu menurunkan kadar asam urat pada urin
daun sirsak mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.
5.2 Saran
dilakukan uji sensori dan uji hedonik untuk mengetahui penerimaan konsumen
terhadap produk minuman fermentasi daun sirsak. Perlu diteliti lebih lanjut
50
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, R. dan Susanti, H. 2012. Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol
Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan
Variasi Tempat Tumbuh secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. 2(1): 73-80.
Amalina, N.D. 2015. Gout and Hyperuricemia. Artikel Review. 4(3): 82-89.
Anandharaj, M., Balayogan S., dan Rizwana, P.R. 2014. Effects of Probiotics,
Prebiotics, and Synbiotics on Hypercholesterolemia: A Review. Chinese
Journal of Biology.
Anastiawan. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Probiotik yang Berasal dari
Usus Itik Pedaging Anas domesticus. Skripsi, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Artini, N.P.R., Sri W., dan Wahyu, D.S. 2012. Ekstrak Daun Sirsak (Annona
muricata L.) Sebagai Antioksidan pada Penurunan Kadar Asam Urat
Tikus Wistar. Jurnal Kimia. 6(2): 127-137.
51
Berata, I.K., Anak A.G.A., I, W.S., I, M.M., I, K.B., dan Ida , B.M.O. 2010.
Studi Patologi Kejadian Cysticercosis pada Tikus Putih. Jurnal
Veteriner. 11(4): 232-237.
Chandan, R.C., Arun, K., dan Nagendra, S. 2008. “Dairy Processing and
Quality Assurance”. Wiley-Blackwell, USA.
Dwija, A.S. 2011. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah dari Ekstrak Etanol
Daun Alpukat (Persea americana Mill) pada Tikus Putih Jantan yang
Dibebabni Glukosa. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Fadro., Raswen, E., dan Fajar, R. 2015. Pengaruh Penambahan Susu Skim dalam
Pembuatan Minuman Probiotik Susu Jagung (Zea mays L.)
Menggunakan Kultur Lactobacillus acidophilus. Sagu. 14(2): 28-36.
Food Standards Australia New Zealand. 2014. Fermented milk products. Food
Standards Australia New Zealand.
52
Fossati, P., Prencipe, L., dan Berti, G. 1980. “Clin Chem 26: 227-231”. Frank, J.F.
dan A.E. Yousef. 2004. Test For Groups of Microorganism. In: H. Wehr,
JF Frank, Standard Methods for the Examination of Diary Product”
17 th ed. American Public Health Association.,Washington.
Hardoko., Yuniwaty, H., dan Stevella V.W. 2015. In Vitro Antidiabetic Activity
of “Green Tea” Soursop Leaves Brew Through α-Glucosidase Inhibition.
International Journal of PharmTech Research. 8(1): 30-37.
Handayani, H., Feronika, H. S., dan Yunianta. 2016. Ekstraksi Antioksidan Daun
Sirsak Metode Ultrasonic Bath (Kajian Rasio Bahan: Pelarut dan Lama
Ekstraksi). Jurnal Pangan dan Argoindustri. 4(1): 262-272.
Hanna, P. A. 2014. Pengaruh Jumlah Ekstrak Jahe dan Susu Skim Terhadap Sifat
Organoleptik Yoghurt Susu Kambing Etawa. E-Journal Boga. 3(3): 116-
124.
Harmita dan Radji, M. 2006. Analisis Hayati. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Haro, Ginda., Niky, P. U., dan Erly, S. 2014. Study Of The Antibacterial
Activities Of Soursop (Annona muricata L.) Leaves. International
Journal of PharmTech Research. 6(2).
Hayani, M., dan W. Widyaningsih. 2011. Efek Ekstrak Etanol Herba Putri Malu
(Mimosa pudica L.) sebagai Penurun Kadar Asam Urat Serum Mencit
Jantan Galur Swiss. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Horl, W.H. dan Heidland, A. 2012. “Proteases II: Potential Role in Health and
Disease”. Springer Science and Business Media, New York.
53
Hu, Q.H., Jiao, R.Q., Wang, X., Lv, Y.Z., dan Kong, L.D. 2010. Simiao Pill
Ameliorates Urate Underexcretion and Renal Dysfunction in
Hyperuricemic Mice. Journal of Ethnopharmacology. 128(3): 685-692.
Iswantini, D., Novik, N., Trivadila., dan Eka, M. 2009. Aktivitas Urikase yang
Dihasilkan Dari Berbagai Sel Lactobacillus plantarum dan Parameter
Kinetikanya. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 14(3): 163-169.
Jannah, R. 2015. Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Daun Sirsak (Annona
muricata Linn) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptoccus Mutans.
Skripsi, Univ Syiah, Aceh.
Japan External Trade Organization. 2011. Specifications and Standards for Foods,
Food Additives, etc. Under the Food Sanitation Act (Abstract) 2010.
Japan External Trade Organization.
Jene., Hardoko., Lidia, S. R., dan Emilia, M. 2004. Pengaruh Konsentrasi Glukosa
dan Susu Skim terhadap Fermentasi Susu Koro Begog (Canavalia
ensiformis) Menggunakan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Pangan. 2(1): 23-31.
Juniarti, D., Osmeli., dan Yuhernita. 2009. Kandugan Senyawa Kimia, Uji
Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl-
2-pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.) Makara
Sains. 13(1): 50-54.
Kumalaningsih, S., Wignyanto, Vitta R.P., dan Triyono, A. 2014. Pengaruh Jenis
Mikroorganisme dan pH Terhadap Kualitas Minuman Probiotik dari
Ampas Tahu. Malang: Universitas Brawijaya.
Kusuma, U.D.P., Siti, M., dan Evi, U.U. 2014. Uji Aktivitas Anti Hiperurisemia
Ekstrak n-Heksana, Etil Asetat, dan Etanol 70% Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa) Terhadap Mencit Hiperurisemia. E-Jurnal Pustaka
Kesehatan. 2(1): 115-118.
Larasaty, W. 2013. Uji Antifertilitas Ektrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jatropha
Curcas L.) pada Tikus Jantan (Rattus novergicus) Galur Spargue Dawley
54
Secara In Vivo. Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Leo, D.J. 2013. Kajian Minuman Fermentasi Sari Kacang Tolo (Vigna
unguiculata (L.) Walp) Terhadap Mikroflora Usus Mencit. Skripsi,
Universitas Pelita Harapan, Karawaci.
Liu, X., Chen, R., Shang, Y., Jiao, B., dan Huang, C. 2008. Lithospermic Acid as
a Novel Xanthine Oxidase Inhibitor has Anti-inflammatory and
Hypouricemic Effects in Rats. Journal of Ethnopharmacology. 176(2-3):
137-142.
Londok, J.J.M.R. dan Jet, S.M. 2014. Potensi Kimia dan Aktivitas Antimikroba
Daun Sirsak (Annona Muricata Linn.) Sebagai Kandidat Bahan Pakan
Ayam Pedaging. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 1(1): 30-36.
Mazzali, M., Kanellis, J., Han, L., Feng, L., Xia, Y.Y., Chen, Q., Kang, D.H.,
Gordon, K.L., Watanabe, S., Nakagawa, T., Lan, H.Y., dan Johnson, R.J.
2002. Hyperuricemia Induces a Primary Rena Arteiolopathy in Rats by a
Blood Pressure Independent Mechanism. American Journal
Physiological. 282: 991-997.
Meda, A., Lamien, C.E., Romito, M., Miliogo, J., dan Nacoulina, O.G. 2005.
Determination of The Total Phenolic, Flaavonoid, and Proline Contents
55
in Burkina Fasan Honey, as well as Their Radical Scavenging Activity.
Food Chemistry. 91(3): 571-577.
Ooi, L.G. dan Liong, M.T. 2010. Cholesterol-lowering Effect of probiotics and
Prebiotics: a Review of in vivo and in vitro findings. International
Journal of Molecular Science. 11(6): 2499-2522.
Purwatresna, E. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Sirsak
secara In Vitro Melalui Inhibisi Enzim α-Glukosidase. Skripsi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Puspitasari, M.L., Tara, V., Tri, D. W., Jaya, M.M., dan Nur, I.P.N. 2016.
Aktivitas Antiokidan Suplemen Herbal Daun Sirsak (Annona muricata
L.) dan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.): Kajian Pustaka. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 4(1): 283-290.
56
Rabeta, M.S. dan Lai, S.Y. 2013. Effects of Drying, Fermented and Unfermented
Tea of Ocimum tenuiflorum Linn. On The Antioxidant Capacity.
International Food Research Journal. 20(4): 1601-1608.
Ramamoorthy, P.K. dan Bono, A. 2007. Antioxidant Activity, Total Phenolic and
Flavonoid Content of Morinda Citrifolia Fruit Extracts from Various
Extraction Processes. Journal of Engineering Science and Technology.
2(1): 70-80.
Rumakey, R. 2014. Uji Efek Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.)
Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sadler, G.D. dan Murphy, P.A. 2003. pH and Titratable Acidity. Food Analysis.
Edisi Ketiga. Purdue University, Indiana. Sangadji.
Senditya, M., Mohammad, S.H., Teti, E., dan Ella, S. 2014. Efek Prebiotik dan
Sinbiotik Simplisia Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) Secara
In Vivo: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3): 141-151.
Sobariah, E., Ali, K., dan Ingrid, S.S. 2007. Viabilitas Bakteri Probiotik In Vitro
dan Pengaruh Pemberian Air Oksigen Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Probiotik Secara In Vivo. Jurnal Gizi dan Pangan. 2(1): 22-28.
Sintasari, R.A., Joni, K., dan Dian, W.N. 2014. Pengaruh Penambahan
Konsentrasi Susu Skim dan Sukrosa Terhadap Karakterisik Minuman
57
Probiotik Sari Beras Merah. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3):
65-75.
Siregar, T.M., Herry, C., dan Yeniwati. 2010. Studi Aktivitas Antioksidan Cider
dan Selai Cider Kulit Manggis (Garcinia mangostana). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan. 8(1): 17-30.
Sutedjo, K.S.D. dan Fithri, C.N. 2015. Konsentrasi Sari Belimbing (Averrhoa
carambola L) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Fisiko-Kimia
dan Mikrobiologi Yoghurt. Jurnal Pangan dan Argoindustri. 3(2): 582-
593.
Thefeld, W., Hoff meister, H., Busch, E.W., Koller, P.U., dan Vollmar, J. 1973.
“Dtsch Med. WSCHR 98: 380”.
Widagdha, S. dan Fithri, C.N. 2015. Pengaruh Penambah Sari Anggur (Vitis
vinifera L.) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Fisiko Kimia
Yoghurt. Jurnal Pangan dan Argoindustri. 3(1): 248-258.
58
Widiyaningsih, E.N. 2011. Peran Probiotik Untuk Kesehatan. Jurnal Kesehatan.
4(1): 14-20.
Zare, F., Champagne, C.P., Simpson, B.K., Orsat, V., dan Boye, J.L. 2012.
“Effect of The Addition of Pulse Ingredients to Milk on Acid Production
by Probiotic and Yoghurt Starter Cultures”. Food Science and
Technology 45: 155-160.
Zuhra, C.F., Targan, J.B. dan Sitohang, H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal
Biologi Sumatera. 3(1): 7-10.
59
LAMPIRAN
Lampiran A. Hasil Uji Pewarnaan Gram Bakteri Asam Laktat
Streptococcus thermophilus
Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus plantarum
A-1
Lampiran B. Hasil Analisis Kadar Air Daun Sirsak Segar dan Daun Sirsak
Kering
A. Kadar Air Daun Sirsak Segar
Berat Cawan Berat Cawan
Berat Konstan
Penguapan Penguapan + Sampel Kadar Air
(W2)
(W0) (W1)
63, 8649 gram 68, 9510 gram 65, 7954 gram 62, 04 %
77, 4961 gram 82, 5019 gram 79, 2243 gram 65, 47 %
B-1
Lampiran. C. Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap pH Minuman Fermentasi Daun Sirsak
1 4,03
2 4,08 4,12 ± 0,07
2 3 4,17
4 4,18
1 4,12
2 4,17 4,19 ± 0,06
3 3 4,21
4 4,26
1 4,21
2 4,23 4,25 ± 0,04
4 3 4,28
4 4,29
1 4,34
2 4,31 4,33 ± 0,02
5 3 4,32
4 4,36
1 4,41
2 4,45 4,40 ± 0,06
6
3 4,42
4 4,32
B. Hasil Uji Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap pH Minuman
Fermentasi Daun Sirsak
ANOVA
pH
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .203 4 .051 18.302 .000
Within Groups .042 15 .003
Total .245 19
Kesimpulan:
Hasil uji statistik pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim memiliki nilai sig <
0,05 yang berarti H0 ditolak. Sehingga ada pengaruh yang signifikan dengan
C-1
C. Hasil Uji Lanjut Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap pH Minuman
Fermentasi Daun Sirsak
pH
Duncan
Kesimpulan:
1. Konsentrasi susu skim 2%, 3%, dan 4% berbeda signifikan dengan konsentrasi
C-2
Lampiran D. Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Minuman Fermentasi
Daun Sirsak
A. Total Asam Tertitrasi (TAT) Minuman Fermentasi Daun Sirsak
1 0,33
2
2 0,33 0,33 ± 0,00
3 0,36
4 0,36
1 0,36
3
2 0,36 0,38 ± 0,02
3 0,40
4 0,38
1 0,37
4
2 0,37 0,39 ± 0,02
3 0,41
4 0,41
1 0,42
5
2 0,43 0,45 ± 0,02
3 0,47
4 0,46
1 0,47
6
2 0,47 0,48 ± 0,03
3 0,47
4 0,52
Keterangan:
= 0,33%
D-1
B. Hasil Uji Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap TAT Minuman
ANOVA
TAT
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .049 4 .012 25.714 .000
Within Groups .007 15 .000
Total .056 19
Kesimpulan:
Hasil uji statistik pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim memiliki nilai sig <
0,05 yang berarti H0 ditolak. Sehingga, ada pengaruh yang signifikan dengan
perbedaan konsentrasi susu skim tehadap TAT minuman fermetasi daun sirsak.
D-2
C. Hasil Uji Lanjut Statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap TAT Minuman
Fermentasi Daun Sirsak
TAT
Duncan
Kesimpulan:
2. Konsentrasi susu skim 5% berbeda signifikan dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%,
dan 6%.
3. Konsentrasi susu skim 6% berbeda signifikan dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%,
dan 5%.
D-3
Lampiran E. Hasil Analisis Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim
terhadap Total Bakteri Asam Laktat (BAL) Minuman
Fermentasi Daun Sirsak
A. BAL Minuman Fermentasi Daun Sirsak
Susu skim Total BAL
Ulangan Nilai Log BAL Rataan BAL
(%) (CFU/ml)
E-1
Rumus Perhitungan % Total BAL:
Keterangan:
n1 = jumlah cawan yang masuk range (25-250 koloni) pada pengenceran pertama
n2 = jumlah cawan yang masuk range (25-250 koloni) pada pengenceran kedua
E-2
B. Hasil Uji statistik Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Susu Skim terhadap BAL Minuman
Fermentasi Daun Sirsak
ANOVA
BAL
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .369 4 .092 1.414 .277
Within Groups .979 15 .065
Total 1.349 19
Kesimpulan:
Hasil uji statistik pengaruh perbedaan konsentrasi susu skim memiliki nilai sig >
0,05 yang berarti H0 tidak ditolak. Sehingga, konsentrasi susu skim 2%, 3%, 4%,
E-3
Lampiran F. Hasil Analisis Total Fenolik
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
F-1
B. Data Hasil Analisis Total Fenolik Konsentrasi Air Seduhan 4%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm GAE Rata-rata
ppm =
ppm GAE =
Contoh perhitungan total fenolik (air seduhan daun sirsak segar 4% ulangan 1):
y = 0,01x + 0,002
x =
Konsentrasi = 36,2 x 5
F-2
C. Hasil Uji Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%
ANOVA
Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak 4%
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 443224.083 2 221612.042 2.077E3 .000
Within Groups 320.125 3 106.708
Total 443544.208 5
Kesimpulan:
Hasil uji statistik total fenolik memiliki nilai Sign. < 0,05 yang menunjukkan
signifikan antara perbedaan jenis olahan daun sirsak terhadap kandungan total
fenolik.
F-3
D. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun
Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%
Kesimpulan:
1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun
2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan daun
3. Minuman fermentasi daun sirsak berbeda signifikan dengan air seduhan daun
F-4
E. Data Hasil Analisis Total Fenolik Konsentrasi Air Seduhan 6%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm GAE Rata-rata
ppm =
ppm GAE =
Contoh perhitungan total fenolik (air seduhan daun sirsak segar 6% ulangan 1):
y = 0,01x + 0,002
x =
x = 65,2 x 5
F-5
F. Hasil Uji Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%
ANOVA
Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak 6%
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 479905.333 2 239952.667 560.637 .000
Within Groups 1284.000 3 428.000
Total 481189.333 5
Kesimpulan:
Hasil uji statisitik total fenolik memiliki nilai Sig. < 0,05 yang menunjukkan
signifikan antara perbedaan jenis olahan daun sirsak terhadap kandungan total
fenolik.
F-6
G. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Fenolik Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun
Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%
Kesimpulan:
1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun
2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan daun
3. Minuman fermentasi daun sirsak berbeda signifikan dengan air seduhan daun
F-7
Lampiran G. Hasil Analisis Total Flavonoid
1.6
1.4
1.2
Absorbansi
1
0.8 y = 0,033x + 0,064
0.6 R² = 0,996
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50
Konsentrasi (ppm)
G-1
B. Data Hasil Analisis Total Flavonoid Konsentrasi Air Seduhan 4%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm QE Rata-rata
ppm =
ppm QE =
Contoh perhitungan total flavonoid (air seduhan daun sirsak segar 4% ulangan 1):
y = 0,033x + 0,064
x =
x = 14,60 x 1
= 14,60 ppm QE
G-2
C. Hasil Uji Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%
ANOVA
Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak 4%
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2434.973 2 1217.487 6.493E3 .000
Within Groups .562 3 .187
Total 2435.536 5
Kesimpulan:
Hasil uji statistik total flavonoid memiliki nilai Sig. < 0,05 yang menunjukkan
signifikan antara perbedaan jenis olahan daun sirsak terhadap total kandungan
flavonoid.
G-3
D. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan
Daun Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 4%
Kesimpulan:
1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun
2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan
G-4
E. Data Hasil Analisis Total Flavonoid Konsentrasi Air Seduhan 6%
Sampel Ulangan Absorbansi ppm QE Rata-rata
ppm =
ppm QE =
Contoh perhitungan total flavonoid (air seduhan daun sirsak segar 6% ulangan 1):
y = 0,033x + 0,064
x =
x = 34,36 x 1
= 34,36 ppm QE
G-5
F. Hasil Uji Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan Daun Sirsak
Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%
ANOVA
Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak 6%
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 4504.747 2 2252.374 6.106E3 .000
Within Groups 1.107 3 .369
Total 4505.854 5
Kesimpulan:
Hasil uji statistik total flavonoid memiliki nilai Sig. < 0,05 yang menunjukkan
signifikan antara perbedaan jenis oahan daun sirsak terhadap kandungan total
flavonoid.
G-6
G. Hasil Uji Lanjut Statistik Total Flavonoid Air Seduhan Daun Sirsak Segar, Air Seduhan
Daun Sirsak Kering, dan Minuman Fermentasi Daun Sirsak dengan Konsentrasi 6%
Kesimpulan:
1. Air seduhan daun sirsak segar berbeda signifikan dengan air seduhan daun
2. Air seduhan daun sirsak kering berbeda signifikan dengan air seduhan daun
3. Minuman fermentasi daun sirsak berbeda signifikan dengan air seduhan daun
G-7
H. Hasil Uji Statistik Total Fenolik Konsentrasi 4% dan 6%
Group Statistics
Konsentrasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil 4% 3 4.8358E2 332.87538 192.18569
6% 3 6.9733E2 346.37600 199.98028
Kesimpulan:
Hasil uji statistik total fenolik konsentrasi 4% dan 6% memiliki nilai Sig. > 0,05
G-8
I. Hasil Uji Statistik Total Flavonoid Konsentrasi 4% dan 6%
Group Statistics
Konsentrasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Flavonoid 4% 2 33.5550 27.41453 19.38500
6% 3 71.7600 33.56069 19.37628
Kesimpulan:
Hasil uji statistik total flavonoid konsentrasi 4% dan 6% memiliki nilai Sig. >0,05
G-9
Lampiran H. Hasil Uji Toksisitas
H-1
Lampiran I. Hasil Analisis Penurunan Asam Urat Dalam Darah Tikus Wistar
Pakan
normal + 1,99 1,87 1,85 2,33 2,25 2,01 1,88 1,86 2,39 2,28 1,96 1,85 1,82 2,33 2,23
akuades
Pakan asam
urat + 1,83 2,25 2,10 2,17 1,84 3,98 4,73 4,29 4,67 3,94 3,90 4,65 4,24 4,58 3,86
akuades
Pakan asam
urat + 1,77 2,18 2,10 1,84 1,98 3,85 4,60 4,64 3,79 4,13 1,95 2,40 2,26 1,90 2,24
allopurinol
Pakan asam
urat + dosis 2,18 2,07 1,76 1,82 1,73 4,80 4,68 3,96 4,22 3,91 3,00 2,86 2,47 2,57 2,41
4%
Pakan asam
urat + dosis 1,86 1,96 2,00 1,75 1,69 4,28 4,60 4,64 3,95 3,89 2,23 2,39 2,42 2,08 2,03
6%
I-1
B. Data Hasil Analisis % Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus Wistar
% Penurunan (%) Rata-rata %
Kelompok penurunan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Ulangan 5
Pakan
normal + 2,49 1,60 2,15 2,51 2,19 2,19 ± 0,37
akuades
Pakan asam
urat + 1,77 ± 0,36
2,01 1,69 1,17 1,93 2,03
akuades
Pakan asam
urat + 49,35 47,83 51,29 49,87 45,76 48,82 ± 2,11
allopurinol
Pakan asam
urat + dosis 37,50 38,88 37,62 39,09 38,36 38,29 ± 0,72
4%
Pakan asam
urat + dosis 47,78 ± 0,26
47,89 48,04 47,84 47,34 47,81
6%
= kadar asam urat (hari ke-9) – kadar asam urat (hari ke-18) x 100%
kadar asam urat (hari ke-9)
= 2,49%
I-2
C. Hasil Uji Statistik Penurunan Asam Urat dalam Darah Tikus Wistar
ANOVA
% Penurunan asam urat darah
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 11424.899 4 2856.225 2.691E3 .000
Within Groups 21.231 20 1.062
Total 11446.130 24
D. Hasil Uji Lanjut Statistik % Penurunan Asam Urat dalam Darah Tikus Wistar
Kesimpulan:
Allopurinol.
I-3
Lampiran J. Hasil Analisis Penurunan Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar
A. Data Kadar Asam Urat dalam Urine Tikus Wistar (mg/dL)
Hari ke-0 Hari ke-9 Hari ke-18
Kelompok
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pakan
normal + 236,55 237,47 238,85 240,23 238,85 236,70 238,90 239,56 240,44 239,63 231,49 233,28 234,40 234,85 234,18
akuades
Pakan
asam urat 239,08 238,62 239,31 237,24 238,56 697,14 695,82 694,29 694,73 694,95 676,34 675,90 675,45 675,22 675,52
+ akuades
Pakan
asam urat
236,78 237,24 236,32 237,93 228,78 694,07 696,04 693,19 696,48 678,76 297,09 303,81 293,96 305,15 310,40
+
allopurinol
Pakan
asam urat
237,70 235,86 236,78 234,48 234,50 698,46 696,48 697,80 695,82 698,85 397,84 395,15 396,72 395,15 397,80
+ dosis
4%
Pakan
asam urat
235,40 234,71 234,94 236,55 235,73 696,70 695,16 695,82 696,70 695,65 275,15 273,13 273,81 274,70 274,15
+ dosis
6%
J-1
B. Data Hasil Analisis % Penurunan Kadar Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar
% Penurunan (%) Rata-rata %
Kelompok penurunan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Ulangan 5
Pakan
normal + 2,20 2,35 2,15 2,32 2,28 2,26 ± 0,08
akuades
Pakan asam
urat + 2,83 ± 0,10
2,98 2,86 2,71 2,81 2,79
akuades
Pakan asam
urat + 57,20 56,35 57,59 56,19 54,27 56,32 ± 1,29
allopurinol
Pakan asam
urat + dosis 43,04 43,26 43,15 43,21 43,08 43,15 ± 0,09
4%
Pakan asam
urat + dosis 60,61 ± 0,08
60,51 60,71 60,65 60,57 60,60
6%
= kadar asam urat (hari ke-9) – kadar asam urat (hari ke-18) x 100%
kadar asam urat (hari ke-9)
= 2,20%
J-2
C. Hasil Uji Statistik Penurunan Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar
ANOVA
% Penurunan asam urat urin
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 16320.885 4 4080.221 1.212E4 .000
Within Groups 6.731 20 .337
Total 16327.616 24
D. Hasil Uji Lanjut Statistik % Penurunan Asam Urat dalam Urin Tikus Wistar
% Penurunan urin
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
Normal 5 2.2600
Dosis 4% 5 43.1480
Allopurinol 5 56.3200
Dosis 6% 5 60.6080
Kesimpulan:
J-3
Lampiran K. Data Berat Badan Tikus Wistar Perlakuan Minuman
Fermentasi Daun Sirsak
K-1
Lampiran L. Dokumentasi Penelitian
Minuman fermentasi daun sirsak Tikus percobaan
L-1
Pengambilan sampel darah Sam
L-2