0% found this document useful (0 votes)
148 views19 pages

Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. N Dengan DM Tipe Ii Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Rsud Labuang Baji Makassar

This document discusses a case study on the application of nursing care for a patient named Ny. N with Type 2 Diabetes Mellitus to meet her nutritional needs at RSUD Labuang Baji Makassar Hospital. The study aimed to determine the results of providing nursing assistance to Ny. N. Observation and interviews showed that Ny. N appeared weak, had decreased appetite, weight loss, nausea, vomiting, and leg tingling. Even after receiving nursing care to meet her nutritional needs of 1700 calories per day according to her diet program, her needs were still not fully met. The case study was conducted from July 18-23, 2017 at RSUD Labuang Baji Makassar Hospital.

Uploaded by

Herman Herman
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
148 views19 pages

Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. N Dengan DM Tipe Ii Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Rsud Labuang Baji Makassar

This document discusses a case study on the application of nursing care for a patient named Ny. N with Type 2 Diabetes Mellitus to meet her nutritional needs at RSUD Labuang Baji Makassar Hospital. The study aimed to determine the results of providing nursing assistance to Ny. N. Observation and interviews showed that Ny. N appeared weak, had decreased appetite, weight loss, nausea, vomiting, and leg tingling. Even after receiving nursing care to meet her nutritional needs of 1700 calories per day according to her diet program, her needs were still not fully met. The case study was conducted from July 18-23, 2017 at RSUD Labuang Baji Makassar Hospital.

Uploaded by

Herman Herman
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 19

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

N DENGAN DM
TIPE II DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RSUD LABUANG
BAJI MAKASSAR

APPLICATION OF NURSING ASSISTANCE IN PATIENTS Ny. N WITH DM TYPE II


IN MEETING NUTRITION NEEDS IN RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Nurlina
Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar
Email: nurlinajamal@gmail.com

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a collection of symptoms that arise in a person caused by increased
blood sugar levels (glucose) due to lack of insulin both absolute and relative. Recorded 220
countries worldwide, the number of diabetics is expected to rise from 415 million people in
2015 to 642 million in 2040. The occurrence of increased DM patients due to dietary
changes, namely from traditional foods are healthy, high fiber, low fat, low calories, with
increased consumption of calorie-containing foods such as simple carbohydrates, fat, red
meat and low in fiber. The data indicate an increase in animal food supply and saturated
fatty acid intake, especially in Asian countries.
This study aims to determine the results of the application of nursing care to Ny. N with
Type II Diabetes Mellitus in the fulfillment of nutritional needs in the Chamber of Pa'mai
II of RSUD Labuang Baji Makassar.
The research method used is interview and observation method.
The results showed that the client appeared weak, decreased appetite, weight loss, nausea
and vomiting, often feeling thirsty, tingling on both legs. After giving nursing care to Ny.
N for the fulfillment of nutritional needs with 1700 calories / day in accordance with the
diet program has not been fulfilled.

Keywords: Diabetes Mellitus, Nutritional Needs

ABSTRAK

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif. Tercatat 220 negara diseluruh dunia, jumlah penderita
diabetes diperkirakan akan naik dari 415 juta orang di tahun 2015 menjadi 642 juta pada tahun
2040. Terjadinya peningkatan penderita DM dikarenakan adanya perubahan pola makan, yaitu
dari makanan tradisional yang sehat, tinggi serat, rendah lemak, rendah kalori, dengan
meningkatnya konsumsi makanan mengandung kalori seperti karbohidrat sederhana, lemak,
daging merah dan rendah serat. Data menunjukkan adanya peningkatan dalam persediaan
makanan hewani dan asupan asam lemak jenuh terutama di Negara-negara Asia.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hasil penerapan asuhan keperawatan pada Ny.
N dengan Diabetes Melitus Tipe II dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di Ruang Baji
Pa’mai II RSUD Labuang Baji Makassar.

63
Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa klien nampak lemah, nafsu makan menurun, penurunan
berat badan, mual dan muntah, sering merasa haus, kesemutan pada kedua kakinya.
Setelah pemberian asuhan keperawatan pada Ny. N untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan 1700 kalori/hari sesuai dengan program diet belum terpenuhi. Kata kunci:
Diabetes Melitus, kebutuhan nutrisi

PENDAHULUAN wilayah di dunia. Pada tahun 2014,


Diabetes Melitus (DM) berjumlah 422 juta orang dewasa (atau 8,5
merupakan sekelompok kelainan % penduduk dunia) terserang Diabetes,
heterogen yang ditandai oleh kenaikan dibandingkan pada tahun 2012 jumlah
kadar glukosa dalam darah atau penderita sebanyak 1.5 juta orang. Prevalensi
hipergelikemia. Diabetes Melitus adalah DM tertinggi terdapat di wilayah Mediterania
suatu kumpulan gejala yang timbul pada Timur (14%) dan terendah di Eropa dan
seseorang yang disebabkan oleh karena wilayah Pasifik Barat (8% - 9%). Secara
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) umum negara dengan penghasilan rendah
darah akibat kekurangan insulin baik menunjukkan angka prevalensi DM terendah
absolut maupun relatif (Hasdianah & dan negara dengan penghasilan menengah
Suprapto, 2014) atas menunjukkan prevalensi DM tertinggi di
Kasus Diabetes Melitus yang dunia. Prevalensi DM di negara dengan
paling banyak dijumpai adalah Diabetes pendapat menengah atas terbanyak di Negara
Melitus Tipe 2, yang ditandai dengan Cooks Island (29,1%), disusul Negara Niue
adanya gangguan sekresi insulin. (27,6%). Prevalensi DM pada negara
Penyebab terjadinya DM Tipe 2 ini penghasilan menengah bawah terbanyak pada
dipengaruhi oleh gaya hidup, genetik, dan Negara Samoa (25,2%), disusul Negara
stress psikososial. DM Tipe 2 merupakan Micronesia (22,5%). Prevalensi DM pada
tipe diabetes yang paling umum negara dengan pendapatan tinggi/atas
ditemukan pada pasien dibadingkan terbanyak pada Negara Qatar (23%), disusul
dengan DM Tipe 1 (Bustam, 2014) Negara Kuwait (20,1%) dan prevalensi DM
Menurut World Health pada negara dengan pendapatan rendah
Organization [WHO] (2014) Jumlah terbanyak pada Negara Taj Ikistan
orang yang hidup dengan Diabetes dan
prevalensinya meningkat di semua

64
(12,1%) disusul Negara Gambia dan Chad
yaitu masing-masing 9,9%.
Atlas Diabetes edisi ke-7 tahun
2015 dari International Diabetes
Federation [IDF] menyebutkan bahwa Tenggara Timur 3,3%, dan DKI Jakarta
dari catatan 220 negara diseluruh dunia, 3,0%.
jumlah penderita diabetes diperkirakan Terjadinya peningkatan penderita
akan naik dari 415 juta orang di tahun DM dikarenakan adanya perubahan pola
2015 menjadi 642 juta pada tahun 2040. makan, yaitu dari makanan tradisional
Hampir setengah tersebut berada di Asia, yang sehat, tinggi serat, rendah lemak,
terutama India, China, Pakistan, dan rendah kalori. Dengan meningkatnya
Indonesia. Angka penderita diabetes yang konsumsi makanan mengandung kalori
didapatkan di Asia Tenggara adalah seperti karbohidrat sederhana, lemak,
Singapura 12,8%, Thailand 8%, Malaysia daging merah dan rendah serat. Data
16,6%, dan Indonesia 6,2%. Kalau pada menunjukkan adanya peningkatan dalam
tahun 2015 Indonesia berada di nomor persediaan makanan hewani dan asupan
tujuh sebagai Negara dengan jumlah asam lemak jenuh terutama di Negara-
pasien diabetes terbanyak di dunia, pada negara Asia (Azrimaidaliza, 2011)
tahun 2040 diperkirakan Indonesia akan Penelitian yang dilakukan oleh
naik ke nomor enam terbanyak. Pada saat Azrimaidaliza (2011), menyatakan bahwa
ini dilaporkan bahwa kota-kota besar penyakit Diabetes Melitus disebabkan
seperti Jakarta dan Surabaya, sudah oleh banyak faktor. Pengaturan pola
hampir 10% penduduknya mengidap makan, terutama konsumsi lemak,
penyakit Diabetes Melitus (Tandra, 2017) karbohidrat dan serat cukup akan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan membantu dalam mengontrol glukosa
Daerah 2013 [Riskesda, 2013] bahwa darah. Asupan zat gizi mikro, salah
penderita DM yang angka kejadian satunya vitamin C terdapat dalam
diabetesnya melebihi angka kejadian makanan sumber alami, yang berperan
nasional (2,1 %), tertinggi ada pada sebagai antioksidan akan menurunkan
provinsi Sulawesi Tengah 3,7 %, Sulawesi resistensi dan melalui perbaikan fungsi
Utara 3.6%, Sulawesi Selatan 3.4%, Nusa endothelial dan menurunkan stress
oksidatif sehingga mencegah
perkembangan kejadian diabetes tipe 2.
Selain menerapkan pola makan sehat juga

65
dianjurkan bagi masyarakat untuk
melakukan olahraga secara teratur.
Dalam penelitian ini diharapkan studi kasus dengan menggunakan
dapat bermanfaat untuk membantu pendekatan proses keperawatan dan
penderita DM dalam pemenuhan kebutuhan dijabarkan dalam pelaksanaan asuhan
nutrisi dengan ukuran penyajian makanan keperawatan.
secara tepat dan mandiri dengan Lokasi dan Waktu Penelitian
pengaturan karbohidrat yang optimum 1. Tempat Studi Kasus
sesuai dengan kadar insulin yang Tempat pelaksanaan studi kasus di
digunakan dan kebutuhan energi penderita Ruang Baji Pa’mai II RSUD Labuang
DM sehingga sangat membantu dalam Baji Makassar.
pengendalian glukosa darah dari waktu ke 2. Waktu Pelaksanaan Studi Kasus
waktu. Pengaturan pola makan pada Studi kasus dilaksanakan pada
penderita DM melalalui Penerapan Asuhan tanggal 18-23 Juli 2017.
Keperawatan pada Pasien sangat Subjek Studi Kasus
dibutuhkan agar jumlah penderitanya dapat Subyek studi kasus yang akan
menurun dari tahun ke tahun. dikaji adalah pasien dengan Diabetes
Mengetahui hasil penerapan asuhan Melitus Tipe 2 yang mengalami
keperawatan pada Ny. N dengan Diabetes gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Melitus Tipe 2 dalam pemenuhan Cara Pengumpulan Data
kebutuhan nutrisi di Ruang Baji Pa’mai II Metode pengumpulan data adalah
RSUD Labuang Baji Makassar cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian. Agar data
dapat terkumpul dengan baik dan terarah,
dilakukan pengumpulan data dengan
metode wawancara dan observasi.
METODE
Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan HASIL
rancangan studi kasus deskriptif. Data
Setelah dilakukan pengkajian
hasil penelitian disajikan dalam bentuk
pada Ny. N maka didapatkan data: Ny. N
mengeluh badannya terasa lemas, luka
pada bagian leher seperti bisul yang tidak

66
sembuh-sembuh, pembengkakan daerah
wajah sejak 2 minggu yang lalu. Sejak saat
itu klien tidak pernah beraktivitas lagi Berdasarkan hasil pengkajian yang
seperti biasanya, nafsu makannya mulai didapatkan dari Ny. N maka diagnosa
menurun, klien mengalami kesulitan keperawatan yang muncul adalah
mengunyah dan menelan akibat luka pada perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
mulut dan bengkak pada leher, sehari tubuh berhubungan dengan
sebelum dibawa ke RS klien mengalami ketidakcukupan insulin dan penurunan
mual dan muntah sebanyak 2 kali dengan asupan oral, sehingga dilakukan
volume nasi bercampur air berwarna penerapan asuhan keperawatan pada Ny.
kekuning-kuningan. Ny. N sering N untuk dapat memebantu meningkatkan
merasakan haus dan kesemutan pada kedua derajat kesehatannya.
kakinya, serta klien merasa badannya Setelah dilakukan tindakan
semakin kurus. Sekitar 6 bulan yang lalu keperawatan pada Ny. N, maka
BB: 56 kg, 1 bulan yang lalu BB: 50 kg dilanjutkan dengan evaluasi, dengan hasil
sekarang BB turun menjadi 47 kg. evaluasi akhir dengan masalah perubahan
Dari pemeriksaan pada Ny. N nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
didapatkan keadaan umum lemah, tingkat berhubungan dengan ketidakcukupan
kesadaran Composmentis dengan TD : insulin dan penurunan asupan oral
0 teratasi, dengan kriteria: Klien
170/80 mmHg, Nadi: 80 x/i, Suhu: 37,2 C,
mengatakan nafsu makan sudah baik,
Pernafasan: 22 x/i, TB: 160 cm, dengan
tidak ada mual dan muntah, tidak sulit
IMT: 18, 3 kg/m². hasil pemeriksaan
menelan, makan sesuai program diet yang
penunjang pada tanggal 18/07/2017 dengan
dianjurkan, klien nampak tidak lemas
hasil GDS: 296 mg/dl, GDP: 260 mg/dl,
SGPT: 16 U/L, Kreatinin: 0,52 lagi. TD: 150/80 mmHg, N: 80 x/i, S:
o
mg/dl, Hemoglobin: 10,6 g/dl, 37,2 C, P: 22 x/i. IMT: 18,75 kg/m², BB
Pengobatan yang diberikan adalah terapi 48 Kg (BB ideal 48-50 kg). Dengan kadar
insulin Novarapid 6 unit dengan 3 glukosa darah sewaktu 197 mg/dl. Maka
kali/hari diberikan 2 jam sebelum makan. intervensi dapat dipertahankan dan
Ranitidin dengan dosis 50 mg setiap 6 dilanjutkan sesuai dengan kondisi pasien.
jam.
PEMBAHASAN

67
Setelah dilakukan pengkajian
pada Ny. N maka didapatkan keluhan
sebagai berikut: bertahap dan diserta dengan kulit
a. Klien mengatakan badannya terasa kering, kemerahan, napas
lemas disebabkan karena kurang asupan makan beraroma buah-buahan ,
yang masuk dalam tubuh yang dihasilkan polidipsia, poliuria, nokturia,
sebagai hipotensi, denyut lemah dan
energi sehingga mengalami cepat, mulut kering, nyeri
kelemahan dan keletihan. Hal ini abdomen, muntah, dan perubahan
sejalan dengan pendapat Putri & tingkat kesadaran.
Wijaya (2013) bahwa rasa lemah c. Klien mengatakan penurunan
disebabkan glukosa dalam darah berat badan disebabkan karena
tidak dapat masuk ke dalam sel, nafsu makan menurun dan
sehingga sel kekurangan bahan kurangnya asupan energi dalam
bakar untuk menghasilkan tenaga. tubuh yang digunakan sebagai
b. Klienmengatakanbelum tenaga sehingga sumber tenaga
mengetahui secara pasti penurunan diambil dari sel lemak dan otot.
nafsu makan yang dialami, jadi Pendapat dari Putri & Wijaya
klien menganggap penurunan nafsu (2013), bahwa penurunan berat
makan karena kesulitan dalam badan yang berlangsung relatif
menelan. Menurut Juwono, singkat harus menimbulkan
Scheiber, & Widijanto (2011), kecurigaan, hal ini disebabkan
anoreksia atau penurunan nafsu karena sel kekurangan bahan bakar
makan walaupun terdapat untuk menghasilkan tenaga, untuk
kebutuhanfisiologisakan kelangsungan hidup, sumber tenaga
makanan, adalah gejala terpaksa diambil dari cadangan lain
gastroentritis yang umum dan yaitu sel lemak dan
merupakan gangguan endokrin otot. Akibatnya penderita
serta merupakan ciri dari kehilangan jaringan lemak dan
gangguan psikologis tertentu. otot sehingga menjadi kurus.
Anoreksi biasanya muncul secara Sedangkan menurut Tandra
(2017), bahwa berat badan turun
sebagai kompensasi dari dehidrasi

68
dan banyak minum. Pada mulanya
berat badan makin meningkat,
tetapi lama kelamaan otot tidak dengan pendapat Tandra (2017),
mendapat cukup gula untuk tumbuh bahwa penyebab luka yang sukar
dan mendapatkan banyak energi. sembuh pada penderita DM adalah
Maka jaringan otot dan lemak harus infeksi yang hebat, kuman atau
dipecah untuk memenuhi jamur yang mudah tumbuh pada
kebutuhan energi. Berat badan kondisi gula darah yang tinggi.
menjadi turun, meskipun banyak Kerusakan pembuluh darah, aliran
makan. Keadaan ini makin darah yang tidak lancar pada
diperburuk oleh adanya komplikasi kapiler (pembuluh darah kecil)
yang timbul. yang menghambat penyembuhan
Saat dilakukan pengkajian luka. Kerusakan saraf dan luka
berat badan klien 47 kg dan yang tidak terasa menyebabkan
setelah dilakukan perawatan penderita diabetes tidak menaruh
selama tiga hari berat badan naik perhatian padanya dan
1 kg menjadi 48 kg, kenaikan membiarkannya makin
berat badan ini bukan secara memburuk. Sedangkan menurut
fisiologis karena disebabkan oleh Putri & Wijaya (2013), bahwa
edema pada kedua ekstremitas kelainan kulit berupa gatal,
bawahnya. Secara fisiologis berat biasanya terjadi di daerah
badan naik 0.5-1 kg dalam satu kemaluan dan daerah lipatan kulit
minggu jika patuh terhadap seperti ketiak dan di bawah
program diet yang diberikan agar payudara. Sering pula dikeluhkan
mencapai berat badan ideal. timbulnya bisul dan luka yang
d. Klien mengatakan munculnya luka lama sembuh. Luka ini dapat
pada bagian leher seperti bisul timbul karena akibat hal yang
yang tidak sembuh-sembuh sepele seperti luka lecet karena
disebabkan karena pengaruh kadar sepatu atau tertusuk peniti.
gula yang tinggi sehingga e. Klien mengatakan sering
mengalami infeksi. Hal ini sejalan merasakan kesemutan pada kedua
kakinya hal ini disebabkan karena
kurangnya aktivitas yang

69
dilakukan sehingga peredaran darah
tubuh tidak lancar dan mungkin
karena pengaruh kadar gula darah segar. Akibatnya, gula darah
yang tinggi. Sedangkan menurut makin naik dan hal ini dapat
Tandra (2017), bahwa kerusakan menimbulkan komplikasi akut
saraf yang disebabkan oleh gula yang membahayakan.
yang tinggi merusak dinding g. Klien mengatakan kesulitan
pembuluh darah dan akan menelan dan mengunyah
mengganggu nutrisi pada saraf, disebabkan Karena luka pada leher
karena yang rusak adalah saraf sehingga sulit untuk
sensoris, keluhan yang paling menggerakkan rahangnya.
sering muncul adalah rasa h. Klien mengalami mual dan
kesemutan atau tidak terasa, muntah satu hari sebelum di bawa
terutama pada bagian tangan dan ke RS karena kurang asupan
kaki. Selanjutnya bisa timbul nyeri makanan yang masuk ke dalam
pada anggota tubuh, betis, kaki, dan tubuh mengakibatkan asam
lengan, bahkan kadang terasa lambung mengalami peningkatan,
seperti terbakar. saat dilakukan pengkajian, tidak
f. Klien mengatakan pengaruh dari sering ada lagi mual dan muntah karena
kehausan karena banyak cairan yang keluar sudah diberikan ranitidin untuk
melalui kencing dan tenggorakannya terasa mencegah terjadinya peningkatan
kering sehingga klien banyak minum untuk asam lambung.
menghilangkan rasa haus tersebut. Menurut i. Dari pemeriksaan penunjang hasil
Tandra (2017) untuk mengatasi dehidrasi dan GDS: 296 mg/dl dan hari kedua turun
rasa haus yang timbul maka diperluka banyak menjadi 195 mg/dl, karena telah diberikan
minum. Kesalahan yang sering dijumpai pada program diet sesuai dengan kebutuhan
penderita adalah untuk mengatasi rasa haus, sebanyak 1700 kalori/hari dan pemberian
mencari softdrink yang manis dan terapi insulin sehingga kadar gula darah
dapat turun. Menurut penelitian Idris,
Indriasari, & Jafar (2015) Hasil dari
penelitian bahwa ada hubungan pola
makan seperti

70
asupan energi, karbohidrat, lemak,
protein dan indeks glikemik dengan
kadar gula darah pasien DM tipe
2 d i wilayah kerja puskesmas
Kota Makassar Tahun 2014. abdomen, nyeri abdomen, menghindari
Setelah dilakukan pengkajian pada makanan, berat badan 20% atau lebih
hari ketiga kadar glukosa sewaktu Ny. N dibawah berat badan ideal, kerapuhan
naik dari 195 mg/dl menjadi 210 mg/dl, hal kapiler, diare, kehilangan rambut
disebabkan karena saat selesai makan, klien berlebihan, bising usus hiperaktif, kurang
sering mengkonsumsi bauh-bauhan seperti makanan, kurang informasi, kurang
pisang, semangka, dan buah pear. Menurut minat pada makanan, penurunan berat
penelitian Astuti & Maulani (2017), bahwa badan dengan asupan makanan adekuat,
pangan indeks glikemik tinggi mempunyai kesalahan konsepsi, ketidakmampuan
hubungan yang signifikan terhadap kadar memakan makanan, tonus otot menurun,
glukosa darah pasien DM tipe II, dimana mengeluh gangguan sensasi rasa,
pasien DM tipe mengeluh asupan makanan kurang dari
II yang mengkonsumsi pangan indeks RDA, cepat kenyang setelah makan,
glikemik tinggi memiliki kadar glukosa sariawan pada rongga mulut, kelemahan
darah yang tinggi. otot mengunyah, dan kelemahan otot
Berdasarkan pengkajian yang menelan.
dilakukan pada Ny. N maka diagnosa Menurut Tarwoto (2012). Ada
keperawatan yang ditemukan adalah 15 rencana tindakan yang dapat
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dilakukan untuk diagnosa perubahan
tubuh berhubungan dengan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ketidakcukupan insulin dan penurunan berhubungan dengan ketidakcukupan
asupan oral. insulin dan penurunan asupan oral
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), adalah sebagai berikut:
adapun batasan karakteristik dari diagnosa a. Kaji status nutrisi pasien, rencana ini
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari dilakukan untuk menentukan kebutuhan
kebutuhan tubuh, adalah kram nutrisi pasien. Menurut Damayanti (2015)
penatalaksaan nutrisi di mulai dari menilai
kondisi pasien, salah satunya menilai status
gizi, penilaian status gizi dengan menghitung
IMT

71
untuk melihat apakah penderita
DM mengalami kegemukan dan
obesitas. dan merencanakan terapi nutrisi.
b. Observasi Tanda-tanda Vital, Menurut Tandra (2017),
Mengetahui keadaan umum klien perubahan berat badan yang cepat
karena tekanan darah dapat bisa merupakan indikasi
berpengaruh pada peningkatan perubahan dalam kontrol gula
kadar gula pada pasien. Menurut darah. Kenaikan berat bisa
Damayanti (2015), bahwa menandakan gula darah yang
seseorang yang beresiko mulai turun, mungkin juga
menderita DM adalah yang lantaran asupan kalori dalam
mempunyai tekanan darah tinggi makanan anda yang berlebihan
(hipertensi) yaitu tekanan darah ≥ serta kurang berolahraga.
140/90 mmHg pada umumnya Sedangkan berat badan yang turun
penderita DM juga menderita bisa disebabkan oleh gula darah
hipertensi. Hipertensi yang tidak yang tinggi, komplikasi pada paru-
dikelola dengan baik akan paru, liver, atau organ tubuh
mempercepat kerusakan pada lainnya, disamping kemungkinan
ginjal dan kelainan penyakit lain seperti hipertiroid,
kardiovaskuler. Sebaliknya depresi, atau gangguan
apabila tekanan tidak dapat pencernaan.
dikontrol maka akan memproteksi d. Anjurkan makan sedikit tapi sering,
terhadap komplikasi mikro dan hal ini dilakukan agar dapat
makrovaskuler yang disertai membantu mengendalikan energi
pengelolaan hiperglikemia yang dan pemenuhan nutrisi. Menurut
terkontrol. penelitian Pratidina (2013), bahwa
c. Timbang berat badan pasien dan Subjek motivasi makan pasien
lakukan secara berkala 3 hari sekali atau dengan kategori baik sebesar
sesuai indikasi, intervensi ini dilakukan 53,3% dan sisa makan banyak
untuk menentukan Basal Massa Indeks terdapat pada jenis makanan pokok
dan sayur sebesar 60%, serta lauk
nabati sebesar 53,3%. Maka tidak
ada hubungan antara

72
motivasi makan pasien dengan
sisa makanan, tetapi ada
hubungan antara lama perawatan terjadi setiap saat serta dapat
dengan sisa makanan. menentukan perencanaan
e. Ukur Body Massa Indeks pasien, kebutuhan kalori. Menurut
intervensi ini dilakukan untuk mengetahui Damayanti (2015) pemantauan
kebutuhan nutrisi tubuh klien karena kadar glukosa dalam darah
ditentukan juga oleh BMI. Dari hasil penelitian memungkinkan untuk mendeteksi
Priasmara (2015), menunjukaan distribusi dan mencegah hiperglikemia atau
frekuensi kadar gula darah pada lansia di hipoglikemia, pada akhirnya akan
Gelora Tri Lomba Juang rata-rata 139,92 mg/dl mengurangi komplikasi diabetik
dan rata-rata IMT 25,24 jangka panjang. Pemeriksaan ini
2 dianjurkan bagi pasien dengan
kg/m . Hasil penelitian
penyakit DM yang tidak stabil,
menunjukkan IMT berhubungan
kecenderungan untuk mengalami
dengan variabel kadar gula darah
ketosis berat, hiperglikemia dan
sewaktu dengan nilai koefisien
hipoglikemia tanpa gejala ringan.
korelasi (r) sebesar 0,614 dan nilai
Kaitannya dengan pemberian
signifikansi (α) sebesar 0,034
insulin, dosis insulin yang
maka terdapat hubungan.
diperlukan pasien ditentukan oleh
f. Identifikasi faktor-faktor yang
kadar glukosa darah yang akurat.
mempengaruhi status nutrisi
h. Kaji pengetahuan pasien dan
pasien, dilakukan untuk
keluarga tentang diet diabetik.
mengetahui penyebab kurang
Hal ini perlu dilakukan untuk
nutrisi dan merencakan
mengetahui sejauh mana
pemenuhan nutrisi.
pengetahuan keluarga dan klien
g. Monitori gula darah pasien secara
tentag penyakit DM, karena pasien
periodik sesuai indikasi, intervensi ini dapat
DM rentang terjadi komplikasi
dilakukan karena perubahan kadar gula darah
sehingga pasien dan keluarga harus
dapat
memahami komplikasi akut dan
kronik. Menurut penelitian
Rahmawaty, Witasari, & Zulaekah
(2009), bahwa tidak ada hubungan

73
tingkat pengetahuan tentang
pengelolaan DM dengan
pengendalian kadar glukosa darah pada DM Tipe 2. Aktivitas fisik
puasa penderita DM Tipe II, dapat berdampak terhadap aksi
Tetapi ada hubungan antara insulin pada orang berisiko.
tingkat pengetahuan tentang j. Konsultasikan ahli diet untuk
pengelolaan DM dengan mengidentifikasi dan
pengendalian kadar glukosa darah merencanakan kebutuhan nutrisi
2 jam post prandial penderita DM pasien, ini perlu dilakukan karena
Tipe 2. ahli gizi lebih kompeten dalam
i. Kaji pola makan dan aktivitas pasien, penentuan dan merencanakan
intervensi perlu dilakukan karena faktor yang kebutuhan nutrisi pasien. Menurut
dapat mempengaruhi kadar glukosa darah penelitian Budi, Purba, & Widya
pada klien adalah pola makan dan aktivitas. (2015) perubahan kualitas diet
Aktivitas latihan yang rutin membantu kelompok kontrol berbeda
menurunkan komplikasi penyakit jantung signifikan dengan perubahan
dan menurunkan kadar gula darah. Dari hasil kualitas diet pada kelompok
penelitian Idris, Indriasari, & Jafar (2015) perlakuan. Konseling gizi individu
Hasil penelitian bahwa ada hubungan pola dan kelompok memperbaiki
makan asupan kualitas diet pada pasien diabetes
energi, karbohidrat, lemak, mellitus. Konsumsi sayur, buah,
protein, dan indeks gikemik susu, daging, dan kacang-kacangan
dengan kadar gula darah pasien mengalami peningkatan yang
DM tipe 2 d i wilayah kerja signifikan pada kelompok
puskesmas Kota Makassar Tahun perlakuan. Hal ini disebabkan
2014. Menurut Damayanti (2015) adanya pemberian edukasi diet
aktivitas fisik yang kurang seimbang diabetes melitus pada sesi
menyebabkan resistensi insulin konseling yang dijalani oleh subjek.
k. Libatkan pasien dan keluarga
dalam merencanakan kebutuhan
nutrisi, intervensi ini perlu
dilakukan karena klien dapat

74
menentukan sesuai dengan
sumber
daya yang dimiliki dan
memberikan keyakinan rencana
program nutrisi dapat makan dan olahraganya melebihi
dilaksanakan. takarannya. Keluhan dan gejala
l. Laksanakan program terapi seperti hipoglikemia dapat bervariasi,
pemberian obat antidiabetik atau insulin, intervensi tergantung sejauh mana gula darah
ini dapat dilakukan setiap hari guna menstabilkan turun, keluhan akibat otak tidak
kadar glukosa dalam darah dan pengobatan mendapat cukup kalori sehingga
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mengganggu fungsi intelektual
peningkatan status nutrisi pasien. Menurut antara lain sakit kepala, kurang
Hasdiana dan Suprapto (2014) tujuan utama terapi konsentrasi, mata kabur, capek,
diabetes melitus adalah mencoba menormalkan bingung, kejang, atau koma.
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam Berikan pendidikan kesehatan
upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta tentang diet DM, obat-obatan dan
neuropati. resiko tidak menaati apa yang
m. Monitoring adanya tanda-tanda sudah diprogramkan dan program
hipoglikemia, intervensi ini perlu aktivitas, hal ini dilakukan untuk
dilakukan karena setelah menambah pengetahuan penderita
pemberian obat antidiabetik atau DM ataupun kepada keluarga
insulin bisa menimbulkan sehingga dapat mengontrol kadar
hipoglikemia. Pendapat Tandra gula darah dengan baik dan
(2017) bahwa penyebab pencegahan terjadinya komplikasi.
hipoglikemia adalah penderita n. Berikan dukungan positif jika
diabetes yang diobati dengan pasien mampu melaksanakan
suntikan insulin ataupun minum program nutrisi dengan benar,
obat tablet antidiabetis, tetapi tidak perencanaan ini dilakukan agar
klien termotivasi dan percaya diri
untuk tetap melaksanakan
program diet. Menurut penelitian
Sulistyarini & Susanti (2013),
berdasarkan hasil analisis dari
penelitian dan yang telah
dilakukan diketahui bahwa

75
dukungan keluarga dapat
meningkatkan kepatuhan diet
pada pasien Diabetes Melitus di menentukan efektifitas tindakan
RS. Baptis Kediri. keperawatan. Dengan demikian diagnosa
Evaluasi dilakukan berdasarkan keperawatan perubahan nutrisi kurang
teori yang ditentukan dari tujuan dan dari kebutuhan tubuh berhubungan
kriteria hasil yang ingin dicapai sesuai dengan ketidakcukupan insulin dan
dengan rencana keperawatan. Pada kasus penurunan asupan oral, mulai teratasi.
Ny. N dengan Diabetes Melitus setelah
dilakukan evaluasi maka diperoleh data: KESIMPULAN
nafsu makan klien mulai membaik, tidak 1. Data yang didapatkan dari hasil
ada mual dan muntah, BB: 48 kg, IMT: pengkajian dari Ny. N dengan keluhan badan
18,75 kg/m², dengan kadar glukosa darah terasa lemas, nafsu makan menurun,
197 mg/dl. Sedangkan tujuan dan kriteria mengalami penurunan berat badan, luka pada
hasil yang ingin dicapai berdasarkan teori bagian leher seperti bisul yang tidak sembuh-
adalah kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, sembuh,, kesulitan menelan dan mengunyah,
dengan kriteria hasil klien mual, muntah, merasakan kesemutan pada
mengungkapkan tidak ada mual dan kedua kakinya sering merasakan haus dan
muntah, nafsu makan baik, berat badan sering BAK, konjungtiva pucat berat badan 47
pasien dalam rentang ideal (berat badan kg, IMT: 18,3
yang harus dicapai 49-50 kg), intake 2
kg/m . Hasil pemerikasaan penunjang
makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, GDS: 296 mg/dl, GDP : 260 mg/dl,
Indeks Massa Tubuh (IMT) 19-22 kg/m², SGPT : 16 U/L, Kreatinin : 0,52 mg/dl,
tidak ada tanda-tanda malnutrisi, kadar Hemoglobin: 10,6 g/dl. Pada umumnya
glukosa tubuh dalam rentang toleransi. data yang ditemukan timbul sebagai
Menurut Handayaningsih (2009) evaluasi akibat kekurangan insulin.
sebagian yang direncanakan, dan 2. Diagnosa. keperawatan yang ditemukan
perbandingan yang sistematik pada status pada Ny. N adalah perubahan nutrisi kurang
kesehatan klien. Dengan mengukur dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perkembangan klien dalam mencapai ketidakcukupan insulin dan penurunan asupan
suatu tujuan, maka perawat bisa oral. Dari data yang didapatkan

76
hanya satu diagnosa keperawatan yang
dapat dirumuskan karena peneliti
berfokus pada gangguan nutrisi pada
klien
3. Rencana tindakan pada Ny. N dengan ditingkatkan pendekatan kepada klien
Diabetes Melitus, intervensi yang maupun keluarga dalam mengkaji
dibuat berdasarkan diagnosa masalah-masalah untuk memudahkan
keperawatan yang muncul. Sebanyak dalam penerapan asuhan keperawatan.
15 intervensi yang dapat disusun 2. Dalam perumusan diagnosa
berdasarkan masalah yang ada, yang keperawatan harus sesuai dengan data-
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan data yang ditemukan saat pengkajian
nutrisi pada klien. agar masalah pada klien dapat teratasi
4. Dalam pelaksanaan tindakan sesuai dengan yang diharapkan
keperawatan pada Ny. N dilakukan sesuai 3. Untuk menyusun perencanaan,
dengan rencana keperawatan yang telah perawat perlu memperhatikan hal-hal
dibuat dalam melakukan perawatan. dalam penyusunan dan penentuan
5. Evaluasi terhadap proses yang prioritas dan tujuan sesuai dengan
dilakukan untuk mengetahui masalah klien.
perkembangan kondisi klien, pada 4. Pelaksaan tindakan keperawatan
kasus Ny. N setelah dilakukan dilaksanakan berdasarkan intervensi
tindakan keperawatan selama 6 hari yang telah disusun yang sesuai
maka masalah perubahan nutrisi dengan kebutuhan klien
kurang dari kebutuhan tubuh 5. Diharapkan kepada perawat dalam
berhubungan dengan ketidakcupan melakukan evaluasi keperawatan meninjau
produksi insulin dan penurunan kembali tujuan dan kriteria hasil dari
asupan oral mulai teratasi. intervensi yang telah dibuat setelah
SARAN melakukan implementasi sebagai acuan
1. Saat melakukan pengkajian untuk menilai
disarankan kepada perawat perlu perkembagan dari kondisi klien.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan peneliotian ini.

77
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A., & Maulani. (2017). Pangan Indeks Glikemik Tinggi dan Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Doi:http//doi.org/10.222 16/jen. V
2i2.1956. diakses dari http:// ejournal.kopertis10.or. id/index. Php
/endurance / article / download / 1956 / 725.

Azrimaidaliza. (2011). Asupan Gizi dan Penyakit Diabetes Melitus. Kesehatan


Masyarakat. 37. Vol. 6, No. 1. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284144&val=7056&t
itle=ASUPAN%20ZAT%20GIZI%20DAN%20PENYAKIT%20DIABET
ES%20MELLITUS

Budi, L., Purba, M. B., & Widya, S. (2015). Konseling Gizi Mempengruhi
Kualitas Kualitas Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr.
Sardjito Yogyakarta, 38, Vol. 3. No. 1 Januari 2015. Diakses dari
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/download/304/276

Bustam, K. A. (2014). Tipe II Diabetes Melitus With Obesity Grade I In Elderly


Woman. Medula. 46. Volume 2, Nomor 4, Juni 2014. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3720/1/fkm-hiswani4.pdf

Damayanti, S. (2015). Diabetes Melitus & Penatalaksanaan Keperawatan .


Yogyakarta: Nuha Medika.

Handayaningsih, I. (2009). Dokumentasi Keperawatan "DAR". Jogjakarta: Mitra


Cendikia Press.

Hasdianah, & Suprapto, S. I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Idris, A. M., Indriasari, R., & Jafar, N. (2015). Hubungan Pola Makan Dengan
Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan DM Tipe 2 Di Wiliyah Kerja
Puskesmas Kota Makassar. Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/25495818.pdf

78
Juwono, A. L., Scheiber, Y., & Widijanto, G. (2011). Nursing: Menafsirkan Tanda-
Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta Barat: Indeks.

Kusuma, H., & Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.

Pratidina, D. (2013). Motivasi Makan Pasien, Lama Perawatan dan Sisa Makan
Pasien Diabetes Militus Tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 8.
Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/27914/16/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.

Priasmara, Y. D. (2015). Hubungan IMT dengan Kadar Gula Darah pada Lansia
di Kota Semarang Tahun 2014. Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/21263/1/6211410023-S.pdf.

Putri, Y. M., & Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah .


Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawaty, S., Witasari, U., & Zulaekah, S. (2009). Hubungan Tingkat


pengetahuan asupan karbohidrat dan serat dengan pengendalian kadar
glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal Penelitian
Sains dan Teknologi. Vol. 10, No. 2, 2009. 137. Diakses dari
http://www.academia.edu/2553755/HUBUNGAN_TINGKAT_PENGETA
HUAN_ASUPAN_KARBOHIDRAT_DAN_SERAT_DENGAN_PENGE
NDALIAN_KADAR_GLUKOSA_DARAH_PADA_PENDERITA_.

Sulistyarini, T., & Susanti, M. L. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan


Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Rawat Inap RS. Baptis
Kediri. Jurnal STIKES. Volume 6, No. 1, Juli 2013. Diakses dari
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18840/1857

Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes .
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

79
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.

80
81

You might also like