Kajian Erosi Tanah dan Teknik Konservasi Tanah di Sub DAS Krueng Pirak
Kabupaten Aceh Utara
Tiar Munzir, Halim Akbar, M. Rafli
Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh
Abstract
Land, as a natural resource, has various pressures along with the increase in the
human population which has caused a decrease in the quality and land productivity.
Decreasing soil quality is caused by nutrients that are washed away by rain and erosion
mainly occurs on land that does not apply appropriate conservation management. The rate
of erosion and sedimentation in an area illustrates the condition of the watershed
management system. This study aims to predict the rate of soil erosion in the Krueng
Pirak watershed in North Aceh Regency. The method used in this study is the survey
method as follows: preparation, observation, data analysis and presentation of results. The
results showed that the calculation of erosion predictions in the Krueng Pirak sub-
watershed in North Aceh had different predictive values for each Land Mapping Unit
(LMU). The highest erosion prediction is in LMU21 of 882.38 tons / ha / year with
coconut vegetation, while the lowest is in LMU14 which only has 0.29 tons / ha / year.
This happens because of the low carbon content of forest vegetation. For the Krueng
Pirak sub-watershed area, there are several LMU areas that need to be preserved,
including LMU2, LMU4, LMU6, LMU9, LMU10, LMU13, LMU15, LMU16, LMU17
and LMU21. This is because the value of predicted erosion in this area exceeds
acceptable erosion values. Some conservation efforts that need to be done are in LMU 11
by integrating rubber plants with cassava plants. PL 12, SPL 13, SPL 15 by integrating
the main crops with corn, upland rice, cassava, peanuts and plant residues used as mulch.
Conservation in LMU16 and LMU21 is carried out by reforestation by covering the soil
at the beginning of the year, while in LMU17 conservation is done by combining teak
plantations with pea and green bean plants.
Keywords: Sub-watershed, Prediction of Erosion, Conservation, LMU
Pendahuluan dan pemanfaatan lahan lainnya yang
dapat mengganggu stabilitas tata air
Tanah sebagai sumber daya alam
tanah (Asdak, 2010).
telah mengalami berbagai tekanan akibat
Luas lahan kritis di Indonesia
intervensi manusia dalam penggunaan
yang semakin bertambah setiap tahunnya
lahan yang berakibat pada penurunan
dari 20 juta ha yang terdapat di hutan
mutu tanah yang berdampak pada
dan non hutan, kondisi demikian karena
penurunan produktivitas lahan. Hal ini
adanya dampak dari pelaksanaan
disebabkan oleh proses pencucian hara
pembangunan yang tidak mengindah
dan erosi tanah terutama pada tanah yang
asas keseimbangan lingkungan dan
tidak dikelola mengikuti kaedah
kurangnya upaya konservasi tanah dan
konservasi yang benar. Selain penurunan
air
Penggunaan lahan yang demikian
Terdegradasinya lahan akan
berdampak yang perubahan tata guna
mengakibatkan meluasnya kerusakan
lahan, seperti perubahan pemanfaatan
lahan terutama lahan hutan. Pengurangan
lahan dari hutan menjadi lahan pertanian
126
luas hutan yang masih berlangsung dan sedimentasi serta rendahnya tingkat
sampai saat ini disebabkan antara lain resapan air hujan. Alih fungsi lahan oleh
oleh penebangan liar dan ilegaloging. manusia umumnya mengubah vegetasi
Kerusakan ini akan berakibat semakin dan pengelolaan lahan. Kedua faktor ini
meluasnya lahan kritis, terutama Daerah memberikan kontribusi terbesar
Aliran Sungai (DAS). Dan ini juga terhadap erosi di suatu DAS, hal ini akan
mengakibatkan air sungai yang keruh, berdampak DAS lambat laun mencapai
pendangkalan sungai dan waduk, tingkat kritis hingga sampai sangat kritis
penggerusan tebing sungai, pencucian (Komaruddin, 2008).
hara tanah, menipisnya solum tanah, dan Dengan Peningkatan keragaman
menurunnya produktivitas lahan (Ino, aktivitas penduduk dalam rangka
2012). meningkatkan produksi tanaman
Erosi menyebabkan hilangnya pertanian terkait erat dengan peningkatan
lapisan tanah yang subur dan baik untuk kebutuhan terhadap lahan. Wijayanti
pertumbuhan tanaman serta (2011), menyatakan penggunaan lahan
berkurangnya kemampuan tanah untuk yang melebihi daya dukung lahan serta
menyerap dan menahan air. Tanah yang penggunaan lahan yang tidak sesuai
terangkut tersebut akan terbawa masuk dengan kaedah-kaedah konservasi,
sumber air yang dinamai sedimen, akan sehingga menyebabkan penurunan
diendapkan di tempat yang aliran airnya produktifitas lahan baik sifatnya
melambat; di dalam sungai, waduk, sementara maupun tetap yang pada
danau, saluran irigasi, di atas tanah gilirannya akan berdampak pada
pertanian dan sebagainya. Dengan perubahan ekosistem yang mengarah ke
demikian, maka kerusakan yang degradasi lingkungan bahkan memicu
ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi terjadinya lahan kritis.
di dua tempat, yaitu (1) pada tanah Sub DAS krueng pirak
tempat erosi terjadi, dan (2) pada tempat merupakan salah satu wilayah yang
tujuan akhir tanah yang terangkut berpotensial besar untuk pengembangan
tersebut diendapkan (Arsyad, 2010). sektor pertanian. Tetapi perubahan
Laju erosi dan sedimentasi pada penggunaan lahan hutan menjadi lahan-
suatu wilayah merupakan suatu kejadian lahan pertanian dan perkebunan di
yang menggambarkan kondisi sistem seputaran Sub DAS krueng Pirak
pengelolaan DAS. Penyebab erosi sangat mengakibatkan terjadi perubahan
tergantung pada curah hujan, kondisi keseimbangan di Sub DAS Krueng Pirak
tanah, dan faktor tutupan lahan serta ada yang merupakan salah satu Sub DAS
atau tidaknya tindakan konservasi pada dari DAS Krueng Keuretau yang
wilayah tersebut. Erosi merupakan memiliki luas 24.743,94 ha. Dengan
kejadian dimana terkikisnya tanah oleh penggunaan lahan di sub DAS Krueng
air, baik air hujan maupun air limpasan. Pirak saat ini terdiri dari perkebunan
erosi ini dapat menimbulkan beberapa 2.272,64 ha, pemukiman 8,76 ha, hutan
dampak dalam kehidupan manusia lahan skunder 11.764,34 ha, hutan lahan
maupun lingkungan (Ikhsan et al., 2014). kering primer 516,03 ha, semak belukar
Pemanfaatan lahan biasanya 281,14 ha, pertanian lahan kering
secara langsung menyebabkan perubahan 1.226,27 ha, pertanian kebun campuran
tata guna di suatu wilayah. Perubahan 7.452,82 ha, sawah 1.221,93 ha.
tata guna lahan sering kali tidak disertai Akibat perubahan pengunaan
dengan tindakan pencegahan kerusakan lahan yang terus terjadi, potensi lahan
lahan, sehingga lahan semakin kritis juga semakin meningkat, hal ini
terdegradasi yang secara kasat mata dapat dilihat dari luasan lahan kritis sub
ditandai dengan tingginya tingkat erosi DAS Krueng Pirak. Menurut Disbunhut
127
(2008), luas lahan kritis yang terdapat di Pengambilan sampel dilakukan dengan
DAS Krueng Pirak yaitu lahan agak cara menentukan titik koodinat dengan
kritis 9.441,93 ha, kritis 4.272,08 ha, hasil dari overlay peta lereng, peta tanah,
potensial kritis 8.327,10, sangat kritis peta penggunaan lahan, dalam hal ini
480,05 ha dan tidak kritis 2.222,78 ha. pengambilan sampel secara terpilih yang
dianggap cukup mewakili untuk
menentukan besarnya erosi tanah pada
Bahan dan Metode Penelitian tindakan konservasi yang akan
Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan.
Penelitian ini dilakukan di Sub Perhitungan Prediksi Erosi
Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng
Pirak Kabupaten Aceh Utara. Penentuan nilai prediksi erosi
Sedangkan Analisis tanah akan digunakan persamaan USLE (Universal
dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Soil Loss Equation) Wischmeier dan Smith
Tanah dan Tanaman Fakultas Pertaian (1978) dalam Banuwa (2013). Adapun
Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini persamaannya sebagai berikut:
dimulai pada bulan Juli sampai A=R.K.L.S.C.P
Desember 2017.
Keterangan :
Bahan dan Alat Penelitian A : Jumlah tanah yang hilang rata-rata
Bahan yang digunakan dalam setiap tahun (ton/ha/tahun)
penelitian ini adalah sampel tanah yang R : Faktor curah hujan (erosivitas hujan)
diambil dari daerah penelitian, serta (cm)
bahan kimia untuk menganalisa tanah K : Indeks kepekaan tanah terhadap erosi
adalah 30% Natrium pirofosfat (erodibilitas tanah)
(Na4P2O7. 10H2O), H2SO4 pekat, H3PO7 L : Faktor panjang lereng (m)
85%, H2O2 10%, K2Cr2O7 1 N, FeSO4 N S : Kemiringan lereng (%)
dan Aquades. Sedangkan alat yang C : Faktor tanaman (vegetasi)
digunakan dalam penelitian ini adalah P : Faktor usaha-usaha pencegahan erosi
peta lereng (Skala 1:50.000), peta jenis (konservasi)
tanah (Skala 1:50,000), peta penggunaan
lahan (skala 1:50,000), data curah hujan, Hasil dan Pembahasan
GPS, abney level, bor tanah, ring sampel, Prediksi Erosi
erlemeyer, labu ukur, gelas ukur, Hasil perhitungan prediksi erosi
timbangan analitik, ayakan 2 mm, buret, di Sub DAS Krueng Pirak memiliki nilai
lampu spirtus, gelas arloji, cawan bervariasi pada setiap satuan peta
alumunium, botol kocok, batang lahannya (SPL). Nilai prediksi erosi
pengaduk, kertas label, kantong plastik, sangat ditentukan oleh beberapa faktor
karet gelang dan alat tulis. yang mempengaruhi erosi diantaranya
Metode Penelitian yaitu erosivitas hujan (R), erodibilitas
Metode yang digunakan dalam tanah (K), kemiringan dan panjang
penelitian ini adalah metode survei yang lereng (LS), vegetasi (C) serta tindakan
terdiri dari empat tahap yang dibantu konservasi (P).
degan analisis laboratorium.
128
Tabel 5. Hasil prediksi erosi di Sub DAS Krueng Pirak Kabupaten Aceh Utara
SPL Nilai Faktor Erosi (A)
R K LS C P (ton/ha/thn)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
11 1036.27 0.22 0.41 0.6 1.00 56.08
12 1036.27 0.42 0.68 0.5 1.00 147.98
13 1036.27 0.24 0.35 0.40 1.00 34.82
14 1036.27 0.29 0.38 0.20 1.00 22.84
15 1036.27 0.54 0.27 0.20 1.00 30.22
16 1036.27 0.31 5.00 0.20 1.00 321.24
17 1036.27 0.28 1.25 0.10 1.00 36.27
18 1036.27 0.19 0.76 0.10 1.00 14.96
21 1036.27 0.29 3.76 0.30 1.00 338.98
Tabel 5 menunjukkan bahwa kemiringan lereng semakin besar, maka
nilai prediksi erosi yang terendah jumlah butir-butir tanah yang terpercik
terdapat pada SPL 18 yaitu sebesar 14.96 kebawah oleh tumbukan butir hujan akan
ton/ha/thn dengan penggunaan lahan semakin banyak. Hal ini disebabkan
kebun campuran. Sedangkan nilai gaya berat yang semakin besar sejalan
prediksi erosi yang paling tinggi terdapat dengan semakin miringnya permukaan
pada SPL 21 yaitu sebesar 338.98 tanah dari bidang horizontal, sehingga
ton/ha/thn dengan penggunaan lahan lapisan tanah atas yang tererosi akan
yaitu semak belukar. Tingginya nilai semakin banyak.
prediksi erosi pada SPL 21 ini selain
dikarenakan penggunaan lahannya Laju Erosi Yang Diperbolehkan (TSL)
semak belukar juga dikarenakan Hasil penelitian dilapangan dan
kemiringan lerengnya (16%) yang lebih laboratorium laju erosi yang
tinggi dibandingkan dengan SPL diperbolehkan di Sub DAS Krueng Pirak
lainnya. Lahan dengan kemiringan yang memiliki nilai bervariasi pada setiap
tinggi akan lebih cepat terjadi erosi. SPL, lebih jelasnya dapat dilihat pada
Arsyad (2010), menyatakan jika Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Erosi yang Diperbolehkan (TSL) di Sub DAS Krueng Pirak Kabupaten
Aceh Utara
SPL De Fd DE Dmin LPT BI ETol A
(mm) (mm) (mm) (mm/thn) (ton/ha/thn) (ton/ha/thn)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
11 1200 1.00 1200 500 1 1.01 27.78 56.08
12 1200 1.00 1200 500 1 1.00 27.50 147.98
13 900 1.00 900 500 1 1.02 20.40 34.82
14 1200 1.00 1200 500 1 1.01 27.78 22.84
15 1100 1.00 1100 500 1 1.00 25.00 30.22
16 1200 0.80 960 500 1 1.02 21.93 321.24
17 1200 0.80 960 750 1 1.01 15.40 36.27
18 1200 0.80 960 500 1 1.00 21.50 14.96
21 1200 0.80 960 500 1 1.02 21.93 338.98
Ket: BI = bobot isi (Bulk Density)
129
Keterangan :
UGT = Umur Guna Tanah (400 thn) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001)
DE = De × Fd
Dmin = kedalaman tanah minimum yang sesusai untuk tanaman
LPT = Laju Pembentukan Tanah (mm)
Berdasarkan Tabel 6 ini memiliki nilai prediksi erosinya
menunjukkan bahwa sebagian SPL melebihi nilai erosi yang diperbolehkan.
berada dibawah nilai erosi yang Tabel 6 menunjukkan nilai
diperbolehkan yaitu SPL14 dan SPL 18. prediksi erosi pada SPL 11 yaitu 56.08
Sedangkan untuk SPL yang lainn berada ton/ha/thn, sedangkan nilai erosi yang
diatas nilai erosi yang diperbolehkan diperbolehkan adalah 27.78 ton/ha/thn
sehingga perlu adanya tindakan dengan penggunaan lahan perkebun
konservasi. Pada SPL 14 penggunaan karet. Tingginya nilai prediksi erosi
lahannya yaitu kebun campuran dan pada perkebunan karet ini dikarenakan
memiliki nilai LS yang rendah dengan penanaman tanaman dengan pola
nilai prediksi erosi yaitu 22.84 monokultur dan tidak ada tanaman
ton/ha/thn, sehingga berada dibawa nilai penutup tanah yang dapat menghambat
erosi yang diperbolehkan yaitu 27.78 run off . Oleh karena itu perlu dilakukan
ton/ha/thn. Demikian juga pada SPL 18 usaha konservasi pada SPL 11, dengan
penggunaan lahannya yaitu kebun cara memadukan tanaman karet dengan
campuran dengan nilai prediksi erosi tanaman ubi kayu (nilai P = 0.46),
yaitu 14.96 ton/ha/thn, sehingga berada sehingga nilai prediksi erosi dapat turun
dibawa nilai erosi yang diperbolehkan menjadi 17.24 ton/ha/thn. Hasil
yaitu 21.50 ton/ha/thn. Rendahnya nilai penelitian Fitri (2011), menyatakan
prediksi erosi pada kedua SPL ini penggunaan lahan pertanian di Sub DAS
dikarenakan pada lahan tersebut Krueng Simpo telah menyebabkan erosi
memiliki tutupan lahan yang rapat pada lahan pertanian monokultur (90.92
sehingga memperkecil terjadinya run off ton/ha/thn).
, dengan demikian maka nilai prediksi Sedangkan pada SPL 12 dengan
erosi menjadi rendah. Ziliwu (2002) penggunaan lahan yaitu perkebunan
dalam Husnah (2015), menyatakan sawit. Nilai prediksi erosi pada SPL12
semakin rapat tanaman yang tumbuh yaitu 147.98 ton/ha/thn, sedangkan nilai
pada suatu lahan maka semakin kecil erosi yang diperbolehkan adalah 27.50
aliran permukaan yang terjadi. Kerapatan ton/ha/thn. Usaha konservasi perlu
tanaman mempengaruhi luasan lahan dilakukan karena nilai prediksi erosi
yang tertutup tanaman, semakin rapat sangat tinggi dibanding erosi yang
tanaman yang ada dipermukaan lahan diperbolehkan 27.50 ton/ha/thn.
semakin kecil energi kinetik hujan yang Tanaman kelapa sawit dapat dipadukan
sampai kepermukaan tanah. dengan tanaman jagung, padi gogo, ubi
kayu, kacang tanah dan sisa-sisa
5.3. Usaha Konservasi tanaman dijadikan mulsa. Hasil
Berdasarkan Tabel 6 daerah Sub penelitian Halim (2015), cara lain untuk
DAS Krueng Pirak yang perlu dilakukan menekan erosi adalah dengan pemberian
usaha konservasi yaitu SPL 11, SPL 12, mulsa, karena peran mulsa disamping
SPL 13, SPL 15, SPL 16, SPL 17 dan untuk melindungi tanah, mengurangi
SPL 21, hal ini dikarenakan pada daerah penguapan juga bisa menciptakan
130
kondisi lingkungan yang baik untuk aktivitas mikroorganisme.
Tabel 7. Nilai Prediksi Erosi Setelah dilakukan Usaha Konservasi di Sub DAS Krueng
Pirak Kabupaten Aceh Utara
SPL Nilai Faktor Erosi (A)
R K LS C P (ton/ha/thn)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
11 1036.27 0.22 0.41 0.4 0.46 17.24
12 1036.27 0.42 0.68 0.4 0.15 17.76
13 1036.27 0.24 0.35 0.64 0.15 8.36
14 1036.27 0.29 0.38 0.20 1.00 22.84
15 1036.27 0.54 0.27 0.40 0.15 9.07
16 1036.27 0.31 5.00 0.30 0.04 19.27
17 1036.27 0.28 1.25 0.05 0.30 5.44
18 1036.27 0.19 0.76 0.10 0.73 10.92
21 1036.27 0.29 3.76 0.30 0.04 13.56
Nilai prediksi erosi pada SPL 13 Hasil penelitian Husnah (2015), nilai
dengan penggunaan lahan yaitu tanaman prediksi erosi pada lahan kebun kelapa
kakao, dengan nilai prediksi erosi 34.82 memiliki nilai prediksi erosinya sangat
ton/ha/thn, sedangkan nilai erosi yang tinggi dibanding dengan SPL lain yang
diperbolehkan adalah 20.40 ton/ha/thn. ada di DAS Krueng Sawang yaitu
Usaha konservasi yang dapat dilakukan 882.38 ton/ha/thn melebihi nilai erosi
yaitu memadukan tanaman kakao dengan diperbolehkan yaitu 11.63 ton/ha/thn.
tanaman jagung, padi gogo, ubi kayu, Tindakan konservasi pada lahan tersebut
kacang tanah dan sisa-sisa tanaman dengan menggunakan tanaman kacang
dijadikan mulsa. Selanjutnya SPL 15 tanah + kacang hijau + jerami (nilai P =
menunjukkan nilai prediksi erosi 30.22 0.013). Akibat perlakuan nilai P, maka
ton/ha/thn, sedangkan nilai erosi yang terjadi penurunan nilai prediksi erosi
diperbolehkan adalah 25.00 ton/ha/thn menjadi 11.47 ton/ha/thn.
dengan penggunaan lahan tanaman Satuan peta lahan lain yang perlu
pisang. Usaha konservasi yang dapat dilakukan tindakan konservasi yaitu pada
dilakukan yaitu sama dengan SPL 13 SPL 17 dengan penggunaan lahan
yaitu memadukan tanaman pisang tanaman jati memiliki nilai prediksi erosi
dengan tanaman jagung, padi gogo, ubi yaitu 36.27 ton/ha/thn, sedangkan erosi
kayu, kacang tanah dan sisa-sisa yang diperbolehkan 15.40 ton/ha/thn.
tanaman dijadikan mulsa. Usaha konservasi yang perlu dilakukan
Tabel 6 menunjukkan nilai yaitu dengan cara memadukan tanaman
prediksi erosi pada SPL 16 yaitu 321.24 jati dengan tanaman kacang tanah dan
ton/ha/thn, sedangkan nilai erosi yang kacang hijau (nilai P = 0.73), sehingga
diperbolehkan yaitu 21.93 ton/ha/thn nilai prediksi erosi dapat turun menjadi
dengan penggunaan lahan tanaman 10.92 ton/ha/thn. Penggunaan lahan
kelapa. Teknik konservasi yang perlu semak belukar pada SPL 21 dengan
dilakukan yaitu reboisasi dengan kemiringan lereng 16% menyebabkan
penutup tanah pada tahun awal.Usaha tingginya nilai prediksi erosi pada SPL
konservasi perlu dilakukan karena nilai ini. Nilai prediksi erosi 338.98
prediksi erosi pada SPL 16 sangat tinggi ton/ha/thn, sedangkan nilai erosi yang
dibanding erosi yang diperbolehkan. diperbolehkan yaitu 21.93 ton/ha/thn.
131
Penekanan nilai prediksi erosi pada SPL nilai prediksi erosi turun dibawah erosi
21 dapat dilakukan dengan usaha diperbolehkan menjadi 6.25 ton/ha/thn.
konservasi teras gulud dan penanaman Selanjutnya menurut Aryo (2011), lahan
tanaman sorghum. Hal ini sesuai dengan tergolong kritis dapat berupa tanah
hasil penelitian Halim (2015), usaha gundul yang tidak bervegetasi sama
yang dapat dilakukan untuk sekali, ladang alang-alang atau tanah
mengendalikan erosi adalah dengan yang ditumbuhi semak belukar yang
pemilihan teknik konservasi tanah yang tidak produktif, areal berbatu-batu,
tepat, yang salah satunya adalah dengan berjurang atau berparit sebagai akibat
pembuatan teras gulud mengingat erosi tanah, tanah yang kedalaman
pelaksanaannya sangatlah mudah dan solumnya sudah tipis sehingga tanaman
sederhana. Pembuatan teras gulud juga tidak dapat tumbuh dengan baik, dan
dapat menekan erosi pada tahun-tahun tanah yang tingkat erosinya melebihi
berikutnya. erosi yang di perbolehkan
Kriteria, luas dan sebaran pada
empat pengelompokan lahan kritis pada Kesimpulan
DAS Krueng Pirak Kabupaten Aceh
Utara, secara berurutan menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian di sub
bahwa kriteria kekritisan dengan kriteria DAS Krueng Pirak Kabupaten Aceh
lahan yaitu agak kritis 9.441,93 ha, kritis Utara, maka dapat diambi lkesimpulan
4.272,08 ha, potensial kritis 8.327,10, sebagai berikut :
sangat kritis 480,05 ha (Disbunhut, 1. Nilai prediksi erosi terendah ( 14.96-
2008). Menurut Arsyad (2010), lahan 22.84 ton/ha/thn ) terdapat pada SPL
kritis adalah kondisi lahan yang terjadi 18 dan SPL 14 dengan penggunaan
karena tidak sesuainya kemampuan lahan kebun campuran, kerapatan
lahan dengan penggunaan lahannya, tinggi dengan lereng 3-8%, sedangkan
sehingga mengakibatkan kerusakan nilai prediksi erosi tertinggi ( 338.98
lahan secara fisik, maupun biologis. ton/ha/thn ) terdapat pada SPL 21
Untuk menanggulangi adanya lahan dengan penggunaan lahan semak
kritis perlu dilakukan rehabilitasi lahan. belukar sehingga perlu dilakukan
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan tindakan konservasi.
bahwa nilai prediksi erosi tertinggi 2. Tindakan konservasi lahan di Sub
terdapat pada SPL 11, SPL 12, SPL 13, DAS Krueng Pirak Kabupaten Aceh
SPL 15, SPL 16, SPL 17 dan SPL 21, Utara perlu dilakukan pada SPL 11,
nilai prediksi erosi tersebut (30.22- SPL 12, SPL 13, SPL 15, SPL 16,
338.98 ton/ha/thn). Nilai prediksi SPL 17, SPL 19 dan SPL 21.
erosinya melebihi nilai erosi yang 3. Usaha konservasi yang perlu
diperbolehkan dan penggunaan lahan dilakukan pada SPL 11 yaitu dengan
semak belukar (SPL 21), sehingga lahan cara memadukan tanaman karet
ini tergolong kedalam lahan keritis. dengan tanaman ubi kayu, SPL 12,
Berdasarkan hasil penelitian yang SPL 13, SPL 15 dengan cara
dilakukan oleh Husnah (2015), nilai memadukan tanaman utama dengan
prediksi erosi pada lahan semak belukar tanaman jagung, padi gogo, ubi kayu,
juga tinggi yaitu 480.43 ton/ha/thn kacang tanah dan sisa-sisa tanaman
disebabkan karena kemiringan lahan 12 dijadika nmulsa, pada SPL 16 dan
% dengan kedalaman tanahnya 50 cm, SPL 21 uasaha konservasi dilakukan
untuk menurunkan nilai prediksi erosi dengan cara reboisasi dengan
maka dilakukan tindakan konservasi penutup tanah pada tahun awal,
dengan penggunaan tanaman kacang sedangkan pada SPL 17 usaha
tanah + kacang hijau dan jerami agar konservasi dilakukan dengan cara
132
memadukan tanaman jati dengan Dariah, A., Hayati, U., B. Torry. 2004.
tanaman kacang tanah dan kacang Teknologi Konservasi Tanah
hijau. Mekanik. Balai Penelitian
Tanah. Badan Penelitian dan
Daftar Pustaka Pengembangan Pertanian.
Bogor. 103 Hal.
Fitri, R. Prediksi Erosi pada Lahan
Adnyana, I. W. S. 2000. Prediksi Erosi Pertanian di Sub DAS Krueng
dan Perencanaan Konservasi Simpo Provinsi Aceh. Fakultas
Tanah dan Air. Jurusan Tanah. Pertanian Al Muslim. Aceh.
Denpasar: Universitas Udayana. Jurnal Hidrolitan. 2 (3) : 96-
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan 102.
Air. Institut Pertanian Bogor Halim, A. 2015. Evaluasi Kemampuan
Press: Bogor. Lahan dan Teknik Konservasi
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan di DAS Krueng Seulimum
Pengelolaan Daerah Aliran Kabupaten Aceh Besar.
Sungai. Gadjah Mada Fakultas Pertanian. Universitas
University Press: Yogyakarta. Malikussaleh. Aceh Utara.
Jurnal Agrium. 12 (1) : 44-49.
Aryo, F.S. 2011. Inventarisasi dan
Sebaran Lahan Kritis di Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2001.
Kabupaten Sitobondo. Kesesuaian Lahan dan
Universitas Jember. J-SEP. 5 Perencanaan Tataguna Tanah.
(1) : 12-22. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Balai Pengelolaan DAS Unda Anyar.
2009. Rencana Teknik Husnah, A. 2015. Prediksi Erosi di Sub
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai Krueng
Daerah Aliran Sungai (RTk- Sawang Kabupaten Aceh Utara
RHL DAS) Wilayah Kerja [Skripsi]. Fakultas Pertanian.
BPDAS Unda Anyar. Denpasar: Universitas Malikussaleh. Aceh
Balai Pengelolaan Daerah Utara.
Aliran Sungai Unda Anyar. Ikhsan, M. Azmeri., dan Meilianda, E.
Banuwa, I. S. 2013. Erosi. Kencana 2014. Analisis (Sediment
Prenada Media Group: Jakarta Delivery Ratio) (SDR) dan
Penggunaan Rumput (Vetiver)
Basyaruddin, M. S. 2013. Pengelolaan
Tanah dan Air. Citapustaka Sebagai Upaya Konservasi DAS
(Studi Kasus DAS Krueng
Media Perintis: Bandung.
Teungku Kecamatan Seulimum
[BMKG] Badan Meteorologi Kabupaten Aceh Besar).
Klimatologi dan Geofisika. Universitas Syiah Kuala. Banda
20014. Data Iklim. Aceh Utara Aceh. Jurnal Teknik Sipil. 3 (4) :
[Disbunhut] Dinas Perkebunan dan 1-9.
Kehutanan. 2008. Peta Jenis Ino, M. J. 2012. Prediksi Erosi di Sub
Tanah, Penggunaan Lahan dan DAS Lengkese, Hulu DAS
Geologi Kabupaten Aceh utara. Jeneberang [Skripsi]. Fakultas
Dinas Perkebunan dan Kehutanan. Universitas
Kehutanan Kabupaten Aceh Hasanuddin: Makasar.
utara.
133
Kasnun. 2014. Arahan Penggunaan Pelestarian Lingkungan Hidup.
Lahan Sub DAS Telagawaja Cetakan Pertama. PT. Bumi
Provinsi Bali [Tesis]. Program Aksara: Jakarta.
Studi Ilmu Lingkungan. Rusman., Eri, G. E., dan Erich, M. S.
Universitas Udayana: Denpasar. 2013. Analisis Spasial Besaran
Kurnia, U., Rachman, A. dan Dariah, A. Tingkat Erosi pada Tiap Satuan
2004. Teknologi Konservasi Lahan di Sub DAS Batang
Tanah Pada Lahan Kering Kandis. Fakultas Teknologi
Berlereng. Pusat Penelitian dan Pertanian. UNAND. Padang.
Pengembangan Tanah Jurnal Teknik Lingkungan. 10
Agroklimat. Badan Penelitian (2) : 149-167.
dan Pengembangan Pertanian: Sujono, E., S.W. 2009. Kajian
Deptan. Morfometri Lereng Untuk
Komaruddin, N. 2008. Penilaian Konservasi Tanah Di
Tingkat Bahaya Erosi di Sub Kecamatan Jatisrono
Daerah Aliran Sungai Kabupaten Wonogiri. [Skripsi].
Ciliungsi, Bogor. Fakultas Fakultas Geografi. Universitas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.
Padjadjaran. Jurnal Sutrisno, N. Subagyono, K. Vadari, T.
Agrikultura, 19 (3) : 173-178. 2004. Prinsip, Keunggulan, dan
Nugroho,. P. S. 2000. Minimalisasi Keter batasan. Balittanah.
Lahan Kritis dan Konservasi Litbang. Pertanian. Go. Id.
Tanah dan Air Secara Terpadu. Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya
Jurnal Teknologi Lingkungan, Tanah dan Air. Penerbit Andi:
1(1): 73-82. Yogyakarta.
Rachman, A. A., Abdurachman, U., Sutedjo, M. M. 2005. Teknologi
Haryati, S., dan Sukmana. 1990. Konservasi Tanah dan Air.
Hasil Hijauan Legum, Panen Rineka Cipta: Jakarta.
Tanaman Pangandan
Pembentukan Teras Dalam Wijayanti, R. 2011. Studi Identifikasi
Sistem Pertanaman Lorong. Pengelolaan Lahan Berdasar
Risalah Pembahasan Hasil Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Pertanian Lahan Kering dan (Studi Kasus Di Sub DAS Sani,
Konservasi Tanah: Salatiga. DAS Juwana, Jawa Tengah).
Pascasarjana Universitas
Rahim, S.E. 2006. Pengendalian Erosi Diponegoro. Semarang. Jurnal
Tanah dalam Rangka Ilmu Lingkungan. 9 (2) : 57-61.
134