0% found this document useful (0 votes)
82 views11 pages

Dermatitis Atopik pada Anak

1. Atopic dermatitis is a chronic skin inflammation caused by an immunological disorder that commonly affects infants and children. It is a multifactorial disease influenced by genetic and environmental factors. 2. The risk factors for atopic dermatitis include family history of atopy, high socioeconomic status, exposure to food and environmental allergens, and environmental pollution. Each individual may have different trigger factors. 3. The diagnosis of atopic dermatitis is made using the Hanifin-Rajka criteria by finding three out of four major criteria and three minor criteria. Management focuses on moisturizing dry skin, treating inflammation, pruritus, infection, and preventing relapse by avoiding trigger factors

Uploaded by

Putry Melinda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
82 views11 pages

Dermatitis Atopik pada Anak

1. Atopic dermatitis is a chronic skin inflammation caused by an immunological disorder that commonly affects infants and children. It is a multifactorial disease influenced by genetic and environmental factors. 2. The risk factors for atopic dermatitis include family history of atopy, high socioeconomic status, exposure to food and environmental allergens, and environmental pollution. Each individual may have different trigger factors. 3. The diagnosis of atopic dermatitis is made using the Hanifin-Rajka criteria by finding three out of four major criteria and three minor criteria. Management focuses on moisturizing dry skin, treating inflammation, pruritus, infection, and preventing relapse by avoiding trigger factors

Uploaded by

Putry Melinda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana

Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak

Bakhtiar*
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Syiah Kuala, Jl. Kopelma Darussalam, Banda Aceh 23111

Abstract
Atopic dermatitis is a specific chronic skin inflammation caused by immunologic disorder. The
etiology of atopic dermatitis is still unknown; nevertheless, the disease can be caused by genetic factor and
several environmental factors, such as socio-economic status, food allergen, and environmental pollution.
Atopic dermatitis is a multi-factorial disease and each individual has a different trigger factor. Atopic
dermatitis has various clinical symptoms and courses of disease according to its pathogenesis: skin
inflammation, dry skin, erithema, papule, and pruritus. The scratching of severe pruritus may cause the
appearance of pigmentation, erosion, and lichenification. Diagnosis of atopic dermatitis is made by
Haniffin-Rajaka criteria, i.e. if three of four major criteria and three of minor criteria are found. The
management of atopic dermatitis consists of keeping the skin moisture, treating the skin inflammation,
pruritus, secondary infection, and avoiding relapse. The skin which tends to be dry is treated by bathing
and using emollient. Anti-inflammation, either steroid or non-steroid is used for treating skin
inflammation. Severe pruritus is treated with anti-histamine administration. Skin infection caused by
scratching can be overcome by administrating antibiotic and local wound care. For prevention of relapse,
the trigger factors must be avoided, including food or inhaled allergen.

Key words: atopic dermatitis, genetic, environment, anti-inflammation, anti-histamine.

Pendahuluan individu memiliki faktor-faktor pencetus


Dermatitis atopik merupakan yang berbeda.1,3
penyakit peradangan kulit kronik Kejadian dermatitis atopik
spesifik yang terjadi pada kulit atopik, menunjukkan kecenderungan yang terus
ditandai rasa gatal, disebabkan oleh meningkat, baik di negara maju maupun
hiperaktivitas kulit yang secara klinis di negara berkembang. Di negara
bermanifestasi sebagai lesi eksematosa industri, angka kejadian dermatitis
dengan distribusi lesi yang khas. 1,2 atopik yang tinggi.1,4 Di Amerika,
Kelainan ini terutama terjadi pada bayi insiden dermatitis atopik sebesar 0,7-
dan anak, dan menghilang pada 50% 2,4% dari populasi dan paling banyak
kasus pada saat remaja, tetapi ada juga terjadi pada bayi dan anak. Di negara-
yang menetap dan terus terjadi hingga negara Eropa, insiden pada anak
dewasa. Dermatitis atopik disebut juga (sampai 7 tahun) yang lahir sebelum
sebagai multifactorial disease dan setiap tahun 1960 kurang dari 3%, pada anak
yang lahir antara 1960 dan 1970 sebesar
* dr. Bakhtiar, SpA.,MKes.
4-8%, dan pada anak-anak yang lahir
Departemen Ilmu Kesehatan Anak,
sesudah tahun 1970 sebesar 8-12%. Dari
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala. Jl. Kopelma Darussalam, Banda penelitian terakhir, insiden di Eropa
Aceh 23111. Telp: 0651-7551843. menjadi 15%.5 Survei di negara
HP: +628122026605. berkembang menunjukkan 10-20% bayi
E-mail: bakhtiartaib@yahoo.com

188
Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana
Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak
(Bakhtiar)

dan anak menderita dermatitis atopik. ini makin tinggi ketika saudaranya juga
Pada tahun 2000, di Indonesia mempunyai riwayat atopi.4 Riwayat
ditemukan 23,67% kasus baru dermatitis keluarga dengan penyakit alergi sangat
atopik pada anak dari 611 kasus baru berguna sebagai penanda dini penyakit
penyakit kulit lainnya.6 atopi. Bayi dan anak dengan riwayat
keluarga alergi lebih mudah mengalami
peningkatan kadar IgE dan
Faktor Risiko memperlihatkan manifestasi klinis alergi
Dermatisis atopik merupakan jika terpajan dengan alergen pada usia
sindrom multifaktorial.1,3 Sampai saat dini.1,9
ini, penyebab dermatitis atopik pada Banyak penelitian epidemiologi
anak belum diketahui dengan pasti. telah membuktikan bahwa faktor
Namun, penyakit dermatitis atopik genetik mempunyai peranan dalam
dipengaruhi oleh faktor genetik menimbulkan penyakit atopi. Anak
(intrinsik) dan lingkungan (ekstrinsik) yang lahir dari keluarga yang
yang mampu mengatur ekspresi genetik mempunyai riwayat penyakit atopi,
pada tingkat tertentu. Adanya faktor kemungkinan besar akan menderita
genetik dapat diketahui dengan cara penyakit atopi di kemudian hari.1,9 Bila
anamnesis yang baik, tetapi pada salah satu orang tua mempunyai riwayat
beberapa penelitian ternyata 15-30% penyakit atopi, maka kemungkinan
kasus tidak memiliki riwayat genetik. 7,8 anaknya menjadi atopi juga adalah
Faktor lingkungan bertindak sebagai 19,8%. Bila atopi mengenai kedua orang
faktor pencetus predisposisi genetik tua, maka frekuensi kemungkinan
tersebut. Faktor lingkungan meliputi anaknya menderita atopi menjadi
keadaan sosioekonomi, jumlah anggota 42,9%., dan 72,2% menjadi atopi bila
keluarga, laktasi, pengenalan makanan kedua orang tua mempunyai riwayat
yang mengandung alergen fase dini, atopi yang sama, serta 85% menjadi
polusi lingkungan, dan pajanan pada atopi jika baik kedua orang tua maupun
udara dingin dan ketegangan saudara kandung mempunyai riwayat
psikologis.2,3 atopi.4,9

Faktor Genetik
Dermatitis atopik sangat berkaitan Faktor Sosioekonomi
erat dengan atopi, yaitu istilah yang Dermatitis atopik lebih banyak
menunjukkan suatu kecenderungan ditemukan pada anak dengan status
individu dan atau familial untuk sosial ekonomi yang lebih tinggi
tersensitisasi dan memproduksi antibodi dibandingkan dengan status sosial
IgE sebagai respons terhadap pajanan ekonomi yang lebih rendah. Hal tersebut
alergen yang biasanya berupa protein dapat diterangkan dengan teori
dan menyebabkan timbulnya gejala hipotesis higiene, yang menerangkan
alergik tipikal.1,2 Faktor herediter pada bahwa semakin jarang seseorang
individu diyakini penyebab terjadinya terpajan pada infeksi, semakin
kecenderungan atopik pada bayi dan cenderung mengalami penyakit
anak. Sejumlah penelitian membuktikan alergi.3,7,10 Pada kelompok dengan
bahwa setengah sampai dua pertiga status sosial ekonomi yang lebih tinggi
pasien penderita dermatitis atopik sangat jarang menderita penyakit
mempunyai riwayat atopi pada satu infeksi, sebaliknya pada kelompok
atau kedua orang tuanya, dan persentase dengan status sosial ekonomi yang

189
JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:188-198

rendah akan lebih sering menderita udara terutama di daerah industri,


penyakit infeksi. Dalam sistem imun, pemakaian pemanas ruangan sehingga
infeksi oleh bakteri akan mendorong terjadi peningkatan suhu dan
maturasi limfosit T ke arah penurunan kelembaban udara, asap
pembentukan T helper-1 dan penekanan rokok, penggunaan pendingin ruangan
T helper-2. Dominasi T helper-1 yang berpengaruh pula pada
membentuk sistem imun sehingga anak kelembaban udara, penggunaan shampoo
tidak menderita penyakit alergi. dan sabun yang berlebihan, dan deterjen
Sebaliknya, dominasi T helper-2 akan yang tidak dibilas dengan sempurna.1,7
menyebabkan kecenderungan penyakit Disamping itu, perlu dicermati bahwa
alergi, termasuk dermatitis atopik. 1,4,7 perkembangan penyakit dermatitis
atopik berhubungan dengan alergen
lingkungan dan kebiasaan ibu (seperti
Faktor Alergen Makanan merokok).3,7,12
Makanan yang diberikan kepada
bayi akan berdampak pada terjadinya
alergi, termasuk dermatitis atopik. Manifestasi Klinis
Sebab, sejumlah makanan mengandung Dermatitis atopik memiliki gejala
alergen yang dapat memicu terjadinya klinis dan perjalanan penyakit yang
dermatitis atopik. Menurut beberapa sangat bervariasi, dapat membentuk
peneliti, bahan makanan yang banyak suatu sindrom yang terdiri atas
menimbulkan reaksi alergi adalah bahan kelompok gejala dan tanda yang
makanan yang mempunyai kandungan menggambarkan peradangan kulit
protein tinggi, misalnya susu sapi, telur, sesuai dengan cerminan
kacang tanah, coklat, ikan laut.11,12 patogenesisnya.1,6,15 Pada semua usia,
Karena itu, pengenalan makanan yang manifestasi klinis dermatitis atopik
mengandung alergen sebelum 4 bulan biasanya berupa eritema, papula, dan
akan meningkatkan angka kejadian pruritus (gatal) yang hebat. Gambaran
dermatitis atopik sebesar 1,6 kali. klinis pertama muncul pada kulit yang
Sensitisasi umumnya terjadi terhadap terserang adalah terjadinya eritema yang
alergen makanan, terutama susu sapi, disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh
telur, kacang-kacangan, dan darah (flushing) dan gatal yang diikuti
gandum.13,14 Oleh karena itu, salah satu dengan gangguan pada fungsi sawar
cara yang dilakukan untuk mencegah kulit yang memberi gambaran kulit
terjadinya dermatitis atopik adalah tampak kering. Pruritus menyebabkan
memberikan air susu ibu (ASI) secara orang akan menggaruk, dengan
eksklusif. Banyak penelitian demikian akan menambah parah
memperlihatkan bahwa pemberian ASI gambaran klinis, bahkan memperberat
eksklusif yang berarti penghindaran keadaan dengan adanya infeksi
terhadap pajanan alergen susu sapi, sekunder.6,10,11
menurunkan angka kejadian dermatitis Kelainan kulit pada dermatitis
atopik.7,10,13 atopik sangat bergantung pada
keparahan peradangan, tahapan
penyembuhan yang tidak seragam,
Faktor Polusi lingkungan garukan terus menerus, dan seringnya
Faktor polusi lingkungan infeksi sekunder.6,9,16 Pada lesi subakut
mempengaruhi timbulnya dermatitis mulai dapat dilihat skuama dan
atopik. Contoh polusi adalah polusi likenifikasi. Sebaliknya, pada perjalanan

190
Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana
Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak
(Bakhtiar)

kronis, dermis sudah mengalami proses inflamasi yang bervariasi seperti


fibrosis dan seluruh kulit menjadi tebal, neuropeptida, histamin, leukotrien, dan
likenifikasi lebih jelas dan membentuk enzim proteolitik.10,19
plak.6,10,11
Kekeringan kulit pada dermatitis
atopik ditandai dengan kulit yang retak Diagnosis
dan berfisura. Kulit terlihat kering, Diagnosis dermatitis atopik pada
kasar, kusam, dan bila dioles pelembab bayi dan anak ditegakkan berdasarkan
akan segera kering kembali.11 Penyebab anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
kekeringan kulit ini adalah terjadinya laboratorium. Dari anamnesis diperoleh
transepidermal water loss akibat gangguan data tentang riwayat keluarga dan faktor
lipid dan seramid.6,8 Kekeringan dapat pencetus kekambuhan penyakit.
bertambah bila terkena sabun alkalis, Pemeriksaan laboratorium tidak
udara dengan kelembaban rendah, sinar mempunyai nilai yang kuat. Hampir
matahari, serta cuaca dingin.6,9,10 70% pasien mempunyai keluarga
Garukan pada kulit yang kering dengan stigmata atopi. Diagnosis
akan memudahkan terjadinya infeksi. dermatitis atopik pada bayi dan anak
Ketidakmampuan fungsi sawar pada tidak dapat ditegakkan hanya
kulit penderita dermatitis atopik berdasarkan gambaran klinis lesi pada
memudahkan penyerapan zat iritan kulit saja, tetapi harus memenuhi
ataupun allergen. Disamping itu, beberapa kriteria tertentu. Terdapat
berbagai mikroorganisme, misalnya beberapa kriteria untuk menegakkan
virus, bakteri, dan jamur dapat diagnosis dermatitis atopik.1,6,10,16.
menembus sawar tersebut dengan Kriteria diagnostik dermatitits
mudah Infeksi sekunder dapat terjadi atopik berdasarkan klinis dipelopori
setiap saat, yang ditandai dengan lesi oleh Rajka (1975) serta Haniffin dan
yang membasah dan krusta mirip Lobitz (1977), yang kemudian
impetigo.6,9 Agen mikrobial yang sering dimodifikasi kembali oleh Haniffin dan
menjadi penyebab infeksi sekunder Rajka 1980 (Lihat tabel 1). Berdasarkan
pada dermatitis atopik adalah kriteria tersebut, diagnosis dermatitis
Staphylococcus aureus, jamur Pitirosporum, atopik pada anak dibuat jika terdapat
Candida, dan Trikifiton.6,17 tiga dari empat dan tiga dari sejumlah
Penderita dermatitis atopik sering kriteria minor.1,2,6,16 Untuk diagnosis
mengalami gangguan tidur dan dermatistis atopik pada bayi dapat
emosi.10,18 Pruritus sebagai pemicu digunakan modifikasi kriteria Haniffin-
gangguan tidur biasanya hilang timbul Rajka (lihat Tabel 2). Berdasarkan
sepanjang hari, tetapi biasanya lebih kriteria modifikasi ini, dermatitis atopik
berat pada saat malam hari. Patogenesis pada bayi ditegakkan jika terdapat 2
dari pruritus belum diketahui dengan kriteria mayor ditambah 1 kriteria
jelas, tetapi diduga dipicu oleh hasil minor.16

191
JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:188-198

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Dermatitis Atopik Menurut Hanifin-Rajka16


Krireria Mayor Kriteria Minor
1. Pruritus 1. Kulit kering
2. Morfologi dan distribusi lesi khas: 2. Iktiosis/hiperlinearis palmar/keratosis
likenifikasi fleksural atau pilaris
hiperlinearis pada dewasa. 3. Peningkatan kadar IgE serum
Mengenai wajah dan ekstensor 4. Usia awitan dini
pada bayi dan anak. 5. Kecenderungan mendapat infeksi kulit
3. Dermatitis kronik atau kronik akibat gangguan imunitas seluler
berulang. 6. Kecenderungan mendapat dermatitis
4. Riwayat atopi pada pasien atau non spesifik pada tangan dan kaki
keluarga. 7. Eksema pada putting susu
8. Kelitis
9. Konjungtivitis berulang
10. Lipatan orbita Dennie-Morgan
11. Keratokonus
12. Katarak subkapsuler anterior
13. Hiperpigmentasi daerah orbita
14. Kemerahan/kepucatan di pipi
15. Pitiriasis alba
16. Dermatitis di lipatan leher anterior
17. Gatal bila berkeringat
18. Intoleransi terhadap wol dan pelarut
lemak
19. Aksentuasi perifolikuler
20. Intoleransi makanan
21. Perjalanan penyakit dipengaruhi
lingkungan/emosi
22. Dermografisme putih/delayed blanch

Tabel 2. Modifikasi Kriteria Haniffin-Rajka16


Kriteria mayor:
Riwayat penyakit atopik dalam keluarga
Adanya bekas garukan
Dermatitis pada daerah muka atau ekstensor (eksematosa dan likenifikasi)
Kriteria minor:
Xerosis/iktiosis/hiperlineritas palmar
Perifolliculer accentuation
Chronic scaling pada kulit kepala
Fisura periauricular

192
Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana
Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak
(Bakhtiar)

Tatalaksana krusta. Mandi rendam 1-2 kali sehari


Dalam tatalaksana dermatitis atopik selama beberapa menit dalam air hangat
pada bayi dan anak, yang perlu diingat (jangan terlalu panas) dengan pembersih
adalah bahwa dermatitis atopik kulit (skin cleaner) yang mengandung
merupakan manifestasi inflamasi, baik pelembab sangat bermanfaat. Setelah
akut maupun kronik.1,11,20 Hingga saat mandi dan dikeringkan, segera oleskan
ini, penatalaksanaan dermatitis atopik obat topikal, misalnya kortikosteroid,
terutama ditujukan untuk mengurangi diikuti dengan pelembab atau pelembab
tanda dan gejala penyakit, saja.20,22 Sebaiknya, balut basah dapat
mencegah/mengurangi kekambuhan meningkatkan penetrasi transepidermal
sehingga dapat mengatasi penyakit kortikosteroid topikal. Balut basah juga
dalam jangka waktu lama, serta dapat berfungsi sebagai pelindung
mengubah perjalanan penyakit. efektif terhadap garukan sehingga
Penatalaksanaan dermatitis atopik mempercepat penyembuhan lesi. Tetapi,
disesuaikan dengan keadaan penyakit, penggunaan balut basah berlebihan
terdiri atas terapi ajuvan dasar (proteksi dapat menyebabkan maserasi sehingga
kulit) dan bila perlu antiinflamasi, serta memudahkan infeksi sekunder.1,20,22
identifikasi dan penghindaran faktor Pemakaian pelembab yang adekuat
pencetus. Pengobatan terutama bersifat secara teratur sangat penting untuk
simptomatik, yakni hidrasi kulit dan mengatasi kekeringan kulit.10,20
mengurangi gatal.20,21 Berdasarkan cara kerjanya, pelembab
Pengobatan dini yang efektif harus dapat dikelompokkan dalam beberapa
diberikan untuk mencegah penyakit jenis, yaitu yang bersifat oklusif,
bertambah parah. Penatalaksanaan humektan, emolien, dan rejuvenator
ditekankan pada kontrol jangka waktu protein. Pilihan terhadap pelembab
lama (long-term-control), bukan hanya tersebut didasarkan pada keadaan
untuk mengatasi kekambuhan.20,21 kelainan kulit dan usia. Pelembab
Secara umum, penatalaksanaan harus dioleskan segera setelah mandi,
dermatitis atopik dapat dilakukan minimal 2 kali sehari walaupun tidak
sebagai berikut: tatalaksana umum ada keluhan dermatitis atopik. Lama
(menjaga kelembaban kulit), mengatasi kerja emolien maksimal 6 jam.20,22
radang kulit dan pruritus, mengatasi Bentuk salep dan krim memberikan
infeksi sekunder, dan menghindari fungsi sawar lebih baik dari lotion. Salep
kekambuhan.1,11,20 yang oklusif sering kurang dapat
ditoleransi karena mengganggu fungsi
kelenjar keringat. Krim dan lotion dapat
Tatalaksana Umum menyebabkan iritasi karena sering
Penderita dermatitis atopik harus mengandung pengawet, pelarut, dan
mempertahankan kelembaban kulit dan pewangi.1,20
mencegah kekeringan kulit (xerosis),
yang ikut berperan dalam timbulnya
penyakit karena mempermudah Tatalasana terhadap Inflamasi
masuknya patogen, iritan, dan Inflamasi pada dermatitis atopik
allergen.1,20,21 Kelembaban kulit dapat terjadi terutama disebabkan oleh adanya
dilakukan dengan cara hidrasi, yaitu proses inflamasi imunologik. Oleh
mandi atau balut basah (wet dressing). karena itu, untuk mengatasi iflamasi
Mandi secara teratur dapat dapat digunakan antiinflamasi, baik
melembabkan kulit dan melepaskan golongan steroid maupun nonsteroid.1,22

193
JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:188-198

Untuk golongan steroid dapat berupa supresi aksis hipotalamus-


digunakan kortikosteroid topikal, pituitari-adrenal (HPA), gangguan
Sedangkan untuk golongan pertumbuhan, dan sindrom Cushing.10
antiinflamasi non steroid yang Untuk meminimalkan efek samping,
digunakan dalam tatalaksana dermatitis digunakan potensi kortikosteroid topikal
atopik adalah golongan penghambat yang paling rendah yang masih dapat
kalsineurin yang terdiri atas mengatasi inflamasi pada dermatitis
pimekrolimus dan takrolimus.8,11,20 atopi.8,20
Selama ini, penggunaan Pimekrolimus dan takrolimus
kortikosteroid topikal secara intermitten merupakan anti inflamasi nonsteroid
merupakan pengobatan standar untuk yang bekerja dengan cara menghambat
mengatasi inflamasi akut/eksaserbasi kalsineurin sehingga mencegah
dermatitis atopik. Pemberian pembentukan dan pelepasan sitokin
kortikosteroid topikal dilakukan dengan inflamasi oleh sel T, serta mencegah
cara dioleskan 1-2 kali sehari. Setelah pelepasan mediator inflamasi oleh sel
inflamasi berkurang, frekuensi mas teraktivasi. Pimekrolimus
pemberian dikurangi, misalnya 2 kali mempunyai efek antiinflamasi sangat
seminggu, atau potensinya diturunkan, baik terhadap peradangan kulit, tetapi
untuk kemudian dihentikan. Beberapa efek imunosupresifnya sangat rendah.
faktor harus dipertimbangkan dalam Berbagai penelitian menunjukkan
memilih kortikosteroid topikal, yakni bahwa krim pimekrolimus 1% yang
vahekulum, frekuensi dan jumlah dioleskan 2 kali sehari aman dan efektif
kortikosteroid, usia pasien, lokasi, untuk pengobatan dermatitis atopik
derajat, dan luas lesi.8,20 ringan sampai sedang pada bayi dan
Penggunaan kortikosteroid anak.20,21 Sebailiknya, salep takrolimus
disesuaikan dengan lesi yang terjadi. 0,1% yang dioleskan 2 kali sehari efektif
Pada lesi akut, dipakai kortikosteroid untuk dermatitis atopik sedang sampai
topikal potensi lemah dalam vahekulum berat pada anak, dalam hal mengurangi
krim. Pada lesi kronik, kortikosteroid luas lesi, keparahan lesi, dan rasa gatal.22
topikal potensi kuat dalam salep Walaupun pimekrolimus dan takrolimus
digunakan pada daerah likenifikasi terbukti efektif dan aman untuk
untuk jangka waktu singkat (1-2 pengobatan dermatitis atopik, masih
minggu), kemudian diganti dengan mungkin timbul efek samping pada
potensi sedang.10,20 Pada dermatitis penggunaan jangka panjang. Kedua obat
atopik berat, kortikosteroid topikal tersebut diajurkan untuk digunakan saat
disertai balut basah dapat bermanfaat.20 tanda dan gejala dini untuk mencegah
Untuk dermatitis atopik berat, terjadinya flare. Bila tanda dan gejala
pemberian kortikosteroid oral dapat hilang, pengobatan dihentikan dan
dipertimbangkan.11,22 dapat digunakan kembali bila kambuh
Penggunaan kortikosteroid topikal lagi.10,15,20
harus hati-hati kerena dapat
menimbulkan sejumlah efek samping.
Kortikosteroid topikal yang digunakan Tatalaksana terhadap Pruritus
berulang dan dalam jangka waktu yang Untuk mengatasi pruritus dapat
lama dapat menimbulkan efek samping diberikan antihistamin H1 seperti
lokal (atropi, hipertrikosis, difenhidramin atau terfenadin, atau
hipopigmentasi, telangiekstasis, dan antihistamin nonklasik lain. Kombinasi
sebagainya), maupun efek sistemik yang antihistamin H1 dan H2 dapat menolong

194
Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana
Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak
(Bakhtiar)

pada kasus tertentu.15,21 Walaupun sefalosporin, kloksasiklin, dan ampisilin.


banyak pilihan yang dapat digunakan, Dari hasil pembiakan dan uji kepekaan
namun sebaiknya penggunaan terhadap Staphylococcus aureus, 60%
antihistamin topikal dihindarkan, oleh resisten terhadap penisilin, 20%
karena kemungkinan terjadinya terhadap eritromisin, 14% terhadap
sensitisasi.11 Berbagai penelitian tetrasiklin, dan tidak ada yang resisten
mengenai efektifitas antihistamin oral terhadap sefalosporin.15,21
untuk mengatasi gatal pada dermatitis
atopik masih kontroversial, mengingat
histamin hanya merupakan salah satu Tatalaksana terhadap Kemungkinan
mediator yang menyebabkan gatal pada Relaps
dermatitis atopik. Antihistamin sedatif, Dermatitis atopik termasuk
misalnya hidroksizin dan klorfeniramin, penyakit kronis dan sering berulang.
diberikan menjelang tidur.11,20,18 Oleh karena itu, tatalaksana pencegahan
yang tepat sangat diperlukan untuk
pencegahan terjadinya kambuh ulang
Tatalaksana terhadap Infeksi (relaps). Pada dermatitis atopik,
Gatal yang dikuti dengan garukan terjadinya relaps dipengaruhi oleh
sering menimbulkan infeksi kulit pada beberapa faktor pencetus, yang bersifat
anak dengan dermatitis atopik. Karena spesifik dan berbeda pada anak yang
kulit penderita dermatitis atopik satu dengan anak lainnya.1,21 Oleh
cenderung kering dan adanya gatal yang karena itu, dalam upaya mencegah
merangsang garukan, maka sering kulit kambuhnya dermatitis atopik, maka
menunjukkan adanya tanda bekas perhatian ditujukan untuk
garukan (scratch mark). Sementara di mengidentifikasi dan mengeliminasi
pihak lain, kulit juga dipenuhi oleh flora berbagai faktor tersebut.20 Tetapi karena
normal yang pada kondisi tertentu penyebab dermatitis atopik belum dapat
dapat berubah jadi flora patogen.10,20,23 ditemukan dengan jelas, maka upaya
Akibat pengaruh dari kedua faktor mencegah kekambuhan merupakan
tersebut, maka kulit penderita dermatitis upaya yang sulit dikerjakan dan
atopik sering mengalami infeksi baik memerlukan ketekunan penderita dan
mulai dari infeksi yang ringan sampai orang tuanya dibantu dokter yang
berat bahkan dapat mengalami eksudasi merawat.1,10,11
(oozing).11,21 Penderita dermatitis atopik harus
Secara umum, pada kasus menghindari alergen hirup dan pajanan
dermatitis atopik dengan infeksi kulit pada bahan-bahan iritan, misalnya
maka penatalaksanaan adalah dengan penggunaan sabun yang mengandung
perawatan luka lokal dan pemberian asam dan basa kuat. Disamping itu,
antibiotika yang sesuai dengan hasil uji kekeringan kulit harus dicegah dengan
sensitivitas. Pada umumnya, sebelum menggunakan emolien.8,11 Di daerah
dilakukan pemberian antibiotika secara tropis seperti Indonesia, alergen hirup di
sistemik (oral), sebaiknya didahului dalam rumah yang berpengaruh adalah
preparat topikal antibiotika.8,11 Dermatophagoides pteronyssinus, Dermato-
Antibiotika sistemik dapat phagoides farinae, dan debu rumah.
dipertimbangkan untuk mengatasi Alergen hirup tersebut banyak terdapat
dermatitis atopik yang luas dengan di kamar tidur, terutama di kasur,
infeksi sekunder. Antibiotik yang bantal, selimut, karpet bulu, mainan
dianjurkan adalah eritromisin, anak yang berbulu, dan gorden. 1,14

195
JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:188-198

Karena itu, untuk pencegahan pada yang pasti belum diketahui, namum
anak kecil, jauhi mainan yang dermatitis atopik dipengaruhi oleh
merupakan sumber debu, atau bulu faktor genetik dan lingkungan yang
binatang, karpet yang kotor dan tirai, meliputi keadaan sosial ekonomi, polusi
serta alas kasur harus sering dicuci agar lingkungan, pemberian makanan yang
tidak menimbulkan debu.11,21 yang mengandung unsur alergen terlalu
Sejumlah makanan, seperti susu, dini. Faktor lingkungan tersebut
telur, ikan dan kacang-kacangan sangat berperan sebagai predisposisi genetik.
berperan terhadap terjadinya relaps Diagnosis dermatitis atopik
dermatitis atopik, terutama pada bayi ditegakkan berdasarkan anamnesis,
dan anak kecil.1,20 Oleh karena itu, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.
identifikasi makanan pencetus Dari anamnesis diperoleh riwayat
dermatitis atopik harus dilakukan secara keluarga dan faktor pencetus
teliti melalui anamnesis dan beberapa kekambuhan penyakit. Pemeriksaan
pemeriksaan khusus.11 Namun, laboratorium tidak mempunyai nilai
eliminasi makanan esensial pada bayi yang kuat. Diagnosis dermatitis atopik
dan anak harus dilakukan secara hati- tidak dapat ditegakkan hanya
hati karena dapat menimbulkan berdasarkan gambaran klinis lesi pada
malnutrisi. Bila orang tua pasien yakin kulit saja, tetapi harus memenuhi
bahwa makanan tertentu menyebabkan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan
dermatitis atopik pada anaknya, maka kriteria Hanifin-Rajka, diagnosis
makanan tersebut harus dihindari. dermatitis atopik dibuat jika terdapat
Sebagai alternatif perlu dicari makanan tiga dari empat dan tiga dari sejumlah
pengganti lainnya yang tidak kriteria minor.
menimbulkan keluhan atau kambuhnya Tatalaksana dermatitis atopik pada
dermatitis atopik.1,11,14,20 bayi dan anak meliputi tatalaksana
umum dan khusus. Talalaksana umum
meliputi tindakan untuk tindakan
Simpulan menjaga kelembaban kulit dan
Dermatitis atopik merupakan mencegah supaya tidak terjadi
penyakit peradangan kulit kronik kekeringan kulit, dengan cara hidrasi
spesifik yang terjadi pada kulit atopik, dan penggunaan pelembab. Dalam
ditandai rasa gatal, disebabkan oleh tatalaksana khusus, tindakan yang
hiperaktivitas kulit yang secara klinis dilakukan meliputi pemberian anti
bermanifestasi sebagai lesi eksematosa inflamasi, anti pruritis, dan antibiotika,
dengan distribusi lesi yang khas. pencegahan terjadinya kekambuhan
Dermatitis atopik mempunyai dasar (relaps). Antiinflamasi terdiri atas
imunologik yang berkaitan erat dengan golongan steroid seperti kortikosteroid
atopi, yaitu suatu kecenderungan dan golongan nonsteroid seperti
individu dan atau familial untuk pimekrolimus dan takrolimus. Untuk
tersensitisasi dan memproduksi antibodi antipruritus digunakan antihistamin.
IgE sebagai respons terhadap pajanan Untuk pencegahan infeksi dapat
alergen dan menyebabkan timbulnya digunakan antibiotika yang meliputi
gejala alergik tipikal. eritromisin, sefalosporin, kloksasiklin,
Dermatitis atopik disebut juga dan ampisilin. Pencegahan relaps
sebagai multifactorial disease dan setiap dilakukan dengan menghindari
individu memiliki faktor-faktor pencetus makanan, alergen hirup, atau paparan
yang berbeda. Walaupun penyebab dengan bahan yang diketahui dapat

196
Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana
Dermatitis Atopik pada Bayi dan Anak
(Bakhtiar)

mencetuskan kambuhnya dermatitis permatology. London: Blackwell Science


atopik. Ltd, 2005; p. 199-214.
10. Leung DYM. Atopic dermatitis. In:
Kliegman RM, Behrman RM, Jenson HB,
Daftar Pustaka Stanton BE. Nelson texbook of
1. Leung DYM, Eichenfield LF, pediatrics, 18th ed. Philadelphia:
Bogunewwicz M. Atopic dermatitis Saunders-Elsivier. 2007; p.970-5.
(atopic eczema). In: Wolf K, Goldsmith 11. Sudigdoadi. Patogenesis dan
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, penatalaksanaan singkat dermatitis
Leffel DA, ed. Fitzpatrick’s Dermatology atopik. Dalam: Kartasasmita CB,
in general medicine 7th ed. New York: Supandiman I, Sumarman I,
Mc Graw Hill, 2008; p. 146-57. Djajakususmah T, Dahlan Z, penyunting.
2. Johanson SGO, Bieber T, Dahl R, Pedoman penatalaksanaan alergi dan
Friedmann PS, Lanier BQ, Lockey RF imunologi anak. Bandung: Peralmuni
dkk. Rostrum: revised nomenclature for 2006; h. 165-79.
allergy for global use: report of the 12. Horn KL, Leung TF, Ching G. Pattern of
nomenclature review committee of the food and aeroalergen sensitization in
world allergy organization. J Allergy chilhood eczema. Acta Paediatr
Clin Immunol. 2003;113:832-6. 2008;97;1734-7.
3. Von Mutius E. Risk factor in atopic 13. Morgan J, Williams P, Noris F, Williams
dermatitis. In: Belber T, Leung DYM, ed. CM, Larkin M, Hampton S. Eczema and
Atopic dermatitis. Basel: Mercel Decker, early solid feeding in preterm infants.
2002; p.111-22. Arch Dis Child 2004;89:309-14.
4. Prescott SL, King B. The value of 14. Siregar SP. Peran alergen makanan dan
perinatal immune responses in alergen hirup pada dermatitis atopik.
predicting allergic disease at 6 years of Dalam: Boediardja SA, Sugito TL,
age. Allergy 2005; 58:1187-8. Rihatmadja R, ed. Dermatitis pada bayi
5. Diepgan TL. Is the prevalence of atopic dan anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dermatitis increasing? In: William HD, Universitas Indonesia, 2004; h.105-13.
ed. Atopic dermatitis. Cambridge: 15. Santosa H. Dermatitis atopik. Dalam:
Cambridge University Press. 2000; p.96- Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N,
107. penyunting. Buku ajar alergi imunologi
6. Jacoeb TNA. Manifestasi klinis anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
dermatitis atopik pada anak. Dalam: Indonesia 2007; h. 235-45.
Boediardja SA, Sugito TL, Rihatmadja R, 16. Kriskal L, Klein PA. Atopic dermatitis in
editor. Dermatitis pada bayi dan anak. infant and children: an update. Ped Clin
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Nort Am 2000;47(4):887-95.
Indonesia, 2004; h.58-78. 17. Ricci G, Patrizi A, Neri I, Bedandi B,
7. Soebaryo RW. Etiologi dan patogenesis masi M. Frequency and clinical role of
dermatitis atopik. Dalam: Boediardja SA, stafilococcus aureus overinfection in
Sugito TL, Rihatmadja R, editor. atopic dermatitis in children. Ped
Dermatitis pada bayi dan anak. Jakarta: Dematol 2003;20:389-92.
Fakultas Kedokteran Universitas 18. Kalsey K. Management of sleep
Indonesia, 2004; h.45-57. disturbance associated atopic dermatitis.
8. Eichenfiled L, haniffin CJM, Luger TA, J Alergy Clin Immunol 2006;118(1):198-
Stevens SR, Pride HB. Consensus 201.
conference on pediatric atopic 19. Bieber T. Mechanism of diasease: atopic
dermatitis. J Am Acad 2003;49:1088-95. dermatitis. N Eng J Med 2008:358:1483-
9. Kunz B, Ring J. Clinical features of atopic 94
dermatitis. In: Harper J, Oranya A, Prose 20. Sugito TL. Penatalaksanaan terbaru
N, ed. Textbook of pediatric dermatitis atopik. Dalam: Boediardja SA,

197
JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:188-198

Sugito TL, Rihatmadja R, editor. 22. Callen J, Chamlin S, Eichenfield LF. A


Dermatitis pada bayi dan anak. Jakarta: sistematic review of savety of topical
Fakultas Kedokteran Universitas therapies for atopic dermatitis. Br J
Indonesia, 2004; h.79-95. Dermatol 2007;156 (2):203-21.
21. Krakowski AC, Eichenfield LF, Dohil 23. Lin YT, Yang CT, Chiang BL. Role of
MA. Management of atopic dermatitis bacterial pathogenens in atopic
in pediatric population. Pediatrics. dermatitis. Cli Rev Allergy Immunol
2008;122:812-24. 2007;33:167-77.

198

You might also like