Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(2): 247-251
JIUBJ DOI 10.33087/jiubj.v19i2.605
ISSN 1411-8939 (Online) | ISSN 2549-4236 (Print)
Ernawati Hatuwe, Arlina Dewi
Pengaruh Terapi Kelompok terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Kusta:
Literature Review
Ernawati Hatuwe1, Arlina Dewi2
1
Master of Nursing, Postgraduate Studies, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Master of Hospital Managemant Postgraduate Studies, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: hatuwetunny0274@gmail.com
Abstract. Leprosy is an infectious disease that causes very complex problems. The quality of life of people affected by leprosy is a
matter that needs to be considered, Quality of life (QOL) includes physical health, psychological health, level of independence,
social occupancy, personal trust, and relationships with the environment. How to improve the quality of life for lepers. Method:
Search from 3 databases namely Pubmed, ProQuest and Google Cindekia using keywords of quality of life or Qol or hqrl and
leprosy or morbus hansen or leprae or leprosy and self help groups or mutual-help groups or support group or therapy group or self
concept This review identified 10 articles that fit the inclusion criteria. Most articles use quantitative, namely cross-sectional design,
6 articles and 1 article using quasi-experiment, 2 qualitative articles and 1 review literature article. Of the 10 articles selected, 4
articles focused on the quality of life for people affected by leprosy and 6 articles that discussed improving the quality of life for
people affected by leprosy. Group therapy can improve the quality of life of people affected by leprosy and make leprosy sufferers
have a deeper confidence in facing the community or the environment around
Keywords: Quality of life, leprosy, self help group
PENDAHULUAN masyarakat yang negatif terhadap penderita kusta sering
Penyakit kusta atau biasa di sebut hansen telah kali mereka tidak mendapat tempat dikeluarganya
menyerang manusia sepanjang sejarah. Banyak para maupun dilingkungan masyarakat, hal ini disebabkan
ahli percaya bahwa tulisan pertama tentang kusta karena adanya stima kurangnya pemahaman informasi
muncul dalam sebuah dokumen Papirus Mesir ditulis tentang penyakit kusta. Sehingga masalah ini
sekitar tahun 1550 SM. Pada tahun 600 SM, ditemukan menyebabkan penderita kusta cenderung hidup
tulisan berbahasa India yang mengambarkan penyakit menyendiri dan mengurangi kegiatan sosial dengan
menyerupai kusta. Pada tahun 1873, Dr Gerhard lingkungan sekitar (Dary & Batubara, 2017)
Armauer Hernrik Hansen dari Norwegia. Beliau adalah Kualitas hidup (QOL) meliputi kesehatan fisik,
orang pertama yang menemukan kuman kesehatan psikologis, tingkat kemandirian, hunungan
Mycrobacterium Leprae dan mengindetifikasi kuman ini sosial, kepercayaan pribadi, dan hubungan dengan
yang menyebabkan penyakit kusta (Pusat Data dan lingkungan (Savassi, Bogutchi, Lima, & Modena, 2014).
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015) Pengukuran kualiatas hidup terhadap penderita kusta
Penyakit kusta atau lepra atau penyakit Hansen diharapkan menjadi dasar pertimbangan dalam
merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh intervensi dan penanggulangan masalah kusta tidak
bakteri Mycobacterium leprae dan utamanya hanya berfokus pada fisik saja tetapi perlu diperhatikan
mempengaruhi kulit, saraf tepi, mukosa saluran faktor lain yang bisa mengakibatkan penurunan kualitas
pernafasan atas dan mata. Bakteri lepra mengalami hidup penderita kusta (Hane & Arsin, 2017)
proses pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu,
daya tahan hidup di luar tubuh manusia mencapai 9 hari, METODE PENELITAN
dan memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan bisa lebih Tujuan
dari 5 tahun. Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk Untuk mereview artikel atau literatur publikasi
dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, yang menyadiaka informasi tentang kualitas hidup
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, penderita kusta. Tujuan dari literatur ini yaitu: Cara
anggota gerak, dan mata (Kemenkes RI, 2018) meningkatkan kualitas hidup penderita kusta?
World Health Organization (WHO) melaporkan
jumlah penderita kusta dari 38 negara adalah sebanyak Metode
176.176 kasus di akhir tahun 2015 atau 0,18 kasus per Pada literatur ini pencarian dibatasi 5 tahun
10.000 penduduk dengan 211.973 kasus baru atau 0,21 terakhir, 2014-2018, Database yang digunakan untuk
kasus per 10.000 penduduk (www.who.int, Leprosy Fact mencari jurnal Pubmed, ProQuest dan Google Cindekia
Sheet, Updated Februari 2017). Prevalensi tetinggi untuk memastika penelitian yang terinklude up-to-date.
terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan Menggunakan kata kunci:
menengah seperti India, Brasil, Myanmar, Madagaster, 1. “Quality of life” or “QoL” or “hrql” or welfare
Nepal dan Mozambik (Santos, et al., 2015) 2. AND “leprosy” or “kusta” or “lepers” or “hansen
Kusta menimbulkan beban yang tinggi bagi disease” or “leprae”
masyarakat (Susanto, 2017). masyarakat beranggapan 3. AND “self help group” or “mutual-help group” or
bahwa penyakit ini adalah penyakit kutukan dan “support group” or therapy group” or “self concept
menular, ini adalah masalah yang kompleks, dimana 4. 1 and 2 and 3 (combined with “and”)
penderita kusta tidak hanya bermasalah pada segi
medis, tetapi juga masalah fisik, hubungan sosial, Kriteria inklusi dan eksklusi
psikologis (Hane & Arsin, 2017). Sikap dan prilaku
247
Pengaruh Terapi Kelompok terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Kusta: Literature Review Ernawati Hatuwe, Arlina Dewi
Kriteria inklusi artikel penelitian yang di publikasi Proses pencarian dilaksanakan selama periode
dalam bahasa inggris dan indonesia, dipublikasi 5 tahun 2016-2018. Semua detail dari identifikasi dan proses
terakhir, abstrak, full text, dan artikel yang relevan pemilihan ditunjukan dalam sebuah figure 1. Adapun
dengan topik. Sedangkan yang diekslusi artikel yang jurnal Internasional yang tersedia untuk umum yang
tidak membahas tentang penyakit kusta, terdapat dipublikasi menggunakan bahasa inggris dan juga ada
kesamaan judul di tiga pencarian database, fokus pada jurnal nasional yang telah dipublikasi.
kualitas hidup dengan penyakit lain, dan literatur review Artikel yang dikeluarkan karena tidak sesuai
yang bukan penelitian dengan kriteria inklusi seperti penyakit lain yang tidak
ada hubungan dengan kriteria yang di inginkan
Sumber Data dan Pencarian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Proses Pemilihan
hasil pencarian dari 3 database (n=725) Pubmed
Indentifikasi
n:75
Proquest n: 40
Google cindekia n: 610
Setelahartikelyangsama dikeluarkan n=40
Potensial artikel yang relevan n=685
Artikel dikeluarkan setelah dievaluasi judunya (n: 500)
Hasil pembacaan judul (n=185) Artikel dikeluarkan setelah abstrak
Skrening
dibaca: tidak sesuai kriteria inklusi
Pubmed (n:50), Proquest (n:30), Google cindekia (n:105) (n: 150)
Hasil pembacaan judul dan abstrak (n=35)
Pubmed (n:10), Proquest (n:5), Google cindekia (n:20)
Hasil pembacaan full text
kelayakan (n:10)
Analisi 10 Artikel yang di review
248
Pengaruh Terapi Kelompok terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Kusta: Literature Review Ernawati Hatuwe, Arlina Dewi
Tabel 2. Ringkasan semua artikel
No Penulis Tahun Tujuan Partisipan /sample Desain dan metode Hasil
pengumpulan data
1 Leonardo Canc, et Untuk mengevaluasi Ada 32 responden yang sebuah studi cross— Individu yang terkena kusta
al., 2014 kualitas hidup dari diberi kuesioner sectional, diRumah memiliki skor kualitas hidup yang
bawaan sekuel kusta WHOQoL-BREF yang Sakit santa Izabel. rendah. Dan faktor yang
dan faktor-faktor tinggal daerah menggunakan mempengaruhi kualitas hidup
yang dapat jangkauan bekas kuesioner mereka terkait dengan kondisi fisik
mempengaruhi leprosarium dan psikologis mereka.
persepsi tentang
kondisi mereka.
2 Reny Nugraheni; Untuk mengetahui 97 responden pada Analitik opservasional Analisis terbukti bahwa ada
2016 analisis konsep diri penelitian ini dengan pendekatan hubungan konsep diri terhadap
terhadap kualitas cross—sectional. kualitas hidup penderita kusta
hidup penderita kusta yang mengalami kecacatan.
yang mengalami Konsep diri akan mempengaruhi
249
kecacatan diri seseorang dalam melakukan
kontak komunikasi atau interaksi
dengan orang lain.
3 Santos Victor, et al; Untuk mengetahui 104 responden yang cross—sectional Ada hubungan antara aktivitas
2015 hubungan antara ada di pusat rujukan menggunakan fungsional dengan kualitas hidup
aktivitas fungsional spesialis di Sergipe kuesioner Organisasi pasien kusta selama dan setelah
dengan kualitas Brazil, antara Juni dan Kesehatan Dunia- perawatan.
hidup pasien kusta Oktober 2014. QoL-BREF
selama dan setelah (WHOQoL-BREF)
perawatan kusta
4 Hane Ode, et al; Untuk mengetahui Populasi 87 orang, Jenis penelitian Faktor yang dapat mempengaruhi
2017 faktor yang sample 72 penderita observasi analitik kualitas hidup penderita kusta
mempengaruhi kusta yang diambil dengan desain meliputi jenis kusta, kecacatan,
kualitas hidup secara purposive Cross- sectional dan Depresi salah satu faktor yang
penderita kusta. sampling mempengaruhi kualitas hidup
penderita kusta.
5 Lusli mimi, et al; Praktek modul 53 partisipan Metode yang Penelitian ini menunjukan bahwa
2017 konseling bertujuan digunakan adalah lima sesi konseling dapat
untuk mengurangi kualitatif. mengurangi stigma pada penderita
stigma terkait kusta. kusta.
6 Risnawati fajar, et al; Untuk 14 responden yang desain quasi- ada perbedaan harga diri yang
2016 mengidentifikasi efek dirawat inap di RS Kusta eksperimental signifikan antara sebelum dan
terapi kelompok Kediri dengan intervensi sesudah intervensi. Pasien dengan
terhadap harga diri satu kelompok kusta perlu mengubah persepsi
pasien dengan kusta negatif mereka agar dapat
beradaptasi secara positif.
7 Sermrittiron Untuk 55 makalah dibaca dan Pencarian jurnal di Intervensi dengan beberapa bukti
Silatham; 2014 mengidentifikasi hanya 25 makalah yang Pubmed (Medline), efektivitas dalam pengurangan
intervensi yang telah masuk dalam kriteria CINAHL, Psych Info stigma terdiri dari integrasi
digunankan untuk dan Google Cindekia programmer kusta didalam
mengurangi stigma perawatan kesehatan umum,
programmer pendidikan,
komunikasi (KIE) dan rehailitasi
sosial ekonomi.
8 Henry, et al; 2014 Melihat perbandingan 41 pasien diabetes dan Desain yang Ada perbedaan antara pasien
masalah sosial 31 pasien kusta digunakan deskrptif kusta dengan pasien diabetes
pasien diabetes dan cross-sectionl untuk ikut kelompok perawatan.
pasien kusta dengan Sebagian besar pasien diabetes
Self care group agar mengatakan tidak ingin
dapat di ingginkan berpartisipasi dalam kelompok
dan diterima untuk perawaan diri (self care group),
peserta yang layak berbeda dengan pasien kusta
mereka sangat antusias untuk ikut
dalam kelompok perawatan diri
karena penyakit homogen.
9 Susanto Tantut, et Untuk memahami 17 peartisipan dari dua Desain yang Self care group ini kgiatan yang
al; 2017 pengalaman komunitas self care digunakan dalam sangat membantu penderita kusta
penderita kusta yang group. penelitian ini adalah dalam memenuhi kebutuhan dasar
berpartisipasi dalam kualitatif. Data mereka dan mendorong perawatan
self care group dikumpulkan diri, termasuk kondisi fisi, sosial,
dengan tujuan menggunakan psikologis, ekonomi, budaya dan
meningkatkan fungsi panduan wawancara spiritual. Hal ini perlu ada
untuk menyelesaikan semi-terstruktur pengawasan dari Perawat
masalah perawatan Kesehatan Masyarakat (PHS) dan
diri dimasyarakat dukungan dari keluarga agar
kualitas hidup penderita kusta
lebih baik.
10 Prycel Joseph, et al; Untuk menetukan Peserta 105 (peserta Desain survei cross Peserta yang terkena kusta
2018 kelayakan limfedema filaria 52 dan sectional. memiliki pengetahuan baik tetang
mengintegrasikan peserta kusta 53) Menggunakan tehnik perawatan diri dan berlatih
orang-orang yang kuesioner semi lebih sering dari pada peserta
terkena dampak terstruktur dan yang terkena limfedema filaria
limfedema filaria dilakukan dalam hanya seperempat dari peserta
dalam self help skenario wawancara yang mengikuti self care group dan
group kusta menggunakan asisten jarang berlatih.
peneliti lokal yang
membacakan
pertanyaan kepada
peserta.
Review ini mengidentifikasi 10 artikel yang sesuai penderita kusta dan 6 artikel yang membahas tetang
dengan kriteria inklusi. Kebanyakan artikel meningkatkan kualitas hidup penderita kusta.
menggunakan kuantitatif yaitu desain cross sectional 6
artikel dan 1 artikel menggunakan kuasi eksperimen, 2 Cara meningkatkan kualitas hidup penderita kusta
artikel kualitatif dan 1 artikel literatur review. Dari 10 Review ini mengidentifikasi beberapa cara untuk
artikel yang terpilih, 4 artikel fokus pada kualitas hidup meningkatkan kualitas hidup penderita kusta. 4 artikel
menjelaskan tentang kualitas hidup penderita kusta
dan
Pengaruh Terapi Kelompok terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Kusta: Literature Review Ernawati Hatuwe, Arlina Dewi
6 artikel menjelaskan bagaimana meningkatkan kualitas dan rehabilitatif perawat dalam mencegah penularan
hidup dengan menggunakan metode self help group dan dan terjadinya kecacatan akibat kusta (Maziyya,
ataupun mengurangi stigma. Nursalam, & Mariyanti, 2016).
(Santos Victor, et al; 2015), (Leonardo Canc, et Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
al., 2014) 2 artikel menjelaskan bahwa pasien kusta penderita kusta antara lain: jenis kusta yang diderita,
memiliki kualitas hidup yang rendah, kualitas hidup derajatan kecacatan akibat kusta, sanitasi yang kurang
dilihat dari segi kesehatan fisik, kesehatan psikologi, sehat, kebersihan individu, daya tahan tubuh, distres
tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan psikologis dan keterbatasan aktivitas akibat komplikasi
pribadi, dan hubungan dengan lingkungan. Pasien kusta kusta dan keterbatasan keadaan sosial ekonomi (Santos
dengan keterbatasan aktivitas dapat mengahadapi et al, 2015), kondisi tempat tinggal dan adanya isolasi
penurunan kualitas hidup. dari lingkungan serta adanya stigma yang dialami oleh
(Reny Nugraheni; 2016), (Hane & Arsin, 2017) penderita kusta (Rahayuningsih, 2012) dalam (Hane
penderita kusta yang mengalami kecacatan cendrung Ode, et al, 2017).
hidup menyendiri dan mengurangi kegiatan sosial Kuman mycobacterium leprae ditularkan melalui
dengan lingkungan disekitar, masalah yang ditimbulkan kontak langsung dengan penderita, kemudian masuk
oleh penyakit kusta akan mempengaruhi kualitas hidup melalui pernapasan. Penyakit ini jika tidak segera
penderita kusta. Faktor yang dapat mempengaruhi ditangani maka akan muncul beberapa masalah seperti
kulitas hidup penderita kusta dapat ditinjau dari faktor kecacatan mata, tangan dan kaki, hal ini memberikan
karateristik demografi, depresi, isolasi disuatu dampak fisik maupun psikis pada responden, dampak
lingkungan, nyeri neiropatik, stigma yang dialami oleh fisiknya adalah berkurangnya kemampuan fungsional
penderita, dukungan keluarga, dan dukungan dari tubuh yang mengalami kecacatan, sedangkan dampak
petugas kesehatan. psikisnya adalah permasalahan konsep diri pada
self help group adalah cara meningkatkan penderita kusta (Nugraheni, 2016)
kehidupan pasien kusta dengan mencegah kecacatan, Penyakit kusta banyak menimbulkan stigma
juga meningkatkan pengetahuan dan praktek perawatan negatif dan deskriminasi yang membutuhkan suatu
diri orang- orang yang memiliki penyakit yang sejenis. penyelesaian. Stigma juga salah satu penyebab
Terapi kelompok juga dapat meningkatkan harga diri rendahnya kualitas hidup pada penderita kusta (Fajar
pasien kusta dan membuat pasien lebih percaya diri Rinawati & Moh Alimansur, 2016).
dalam menghadapi masyaraka (Pryce et al., 2018), Beberapa cara atau metode untuk meningkatkan
(Risnawati fajar, et al; 2016), dan (Henry, et al; 2014) kualitas hidup penderita kusta yaitu metode self help
Adapun masalah yang membahas tentang group, self care group, terapi kelompok, praktek dan
mengurangi stigma pada penderita kusta. (Sermrittirong modul konseling berbasis hak. Dengan menggunakan
& van Brakel, 2014), (Lusli, Peters, Bunders, Irwanto, & metode-metode ini terbukti dapat meningkatkan
Zweekhorst, 2017), dan (Susanto Tantut, et al; 2017) kehidupan pasien sehubungan dengan pencegahan
self care group salah satu kelompok perawatan diri yang kecacatan, mengurangi stigma di masyarakat,
dapat menggurangi stigma pada penderita kusta, ini juga meningkatkan kewaspadaan pada tanda-tanda awal
sangat membantu untuk mengurangi komplikasi dan komplikasi neuropatik, mengurangi kebutuhan untuk
meningkatkan kemandirian pasien kusta selama perawatan tambahan dan waktu perawatan rutin (de
berlangsung dan setelah program pengobatan. Vries, de Groot, & van Brakel, 2014)
Pengembangan praktek dan modul konseling Adapun hambatan dalam pelaksanaan terapi
merupakan salah satu bentuk untuk mengurangi stigma kelompok yaitu penderita kusta tidak mengikuti kegiatan,
dimana pemberian pengetahuan medis tentang kusta malu dalam berkomunikasi, pasif dalam kelompok
memainkan peran penting dalam memerangi stigma. (Pryce et al., 2018). Dalam mengikuti kegiatan terapi
kelompok ini peserta dituntut berperan aktif dan siap
Pembahasan untuk menjadi pempimpin kelompok, berbagi
Kualitas hidup menjadi semakin penting bagi pengalaman tentang penyakit yang diritanya, berfikir
dunia kesehatan, terkait kompleksitas hubungan biaya yang positif, dan dapat mengambil keputusan secara
dan nilai dari pelayanan keperawatan kesehatan yang mandiri. Ini merupkan cara agar kualitas hidup penderita
didapatkan. Kualitas hidup dapat diartikan sebagai kusta lebih baik (Susanto, 2017)
persepsi individu mengenai posisi mereka dalam
kehidupan budaya dan sistem nilai dimana mereka SIMPULAN
hidup dengan tujuan, harapan standar dan perhatian Terapi kelompok dapat meningkatkan kualitas
mereka (Nursalam, 2016) hidup penderita kusta dan membuat penderita kusta
Aspek yang kompleks dalam kehidupan yakni memiliki rasa percaya diri yang lebih dalam
masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat mengahadapi masyarakat atau lingkungan disekitar.
kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan di mana Hambatan dalam melakukan terapi kelompok pada
mereka tinggal. Upaya yang dapat dilakukan untuk penderita kusta meliputi tidak berpartisipasi dalam
mengatasi adanya perubahan kualitas hidup diantaranya mengikuti kegiatan, kurang percaya diri, merasa malu
yakni dengan mencegah atau mengurangi faktor-faktor dalam komunikasi, dan pasif dalam kelompok
penyebabnya seperti menghilangkan stigma yang ada
pada masyarakat, memberikan kesempatan yang sama
DAFTAR PUSTAKA
pada penderita kusta untuk bersosialisasi dengan
Dary, D., & Batubara, S. O. (2017). Penderita Lepra Dan
lingkungan, mencegah terjadinya komplikasi akibat
Peran Perawat Terkait Stigma Pada Penderita
kusta serta memaksimalkan peran promotif, preventif
252
Pengaruh Terapi Kelompok terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Kusta: Literature Review Ernawati Hatuwe, Arlina Dewi
Lepra: Studi Fenomenologi. Media Kesehatan
253
Masyarakat Indonesia. groups in the community : A qualitative study
https://doi.org/10.1002/asna.18871160307 in
de Vries, H. J. C., de Groot, R., & van Brakel, W. H.
(2014). Social Participation of Diabetes and Ex-
Leprosy Patients in the Netherlands and Patient
Preference for Combined Self-Care Groups.
Frontiers in Medicine, 1(August), 1–6.
https://doi.org/10.3389/fmed.2014.00021
Fajar Rinawati & Moh Alimansur. (2016), (23), 83–88.
Hane, L. O., & Arsin, A. A. (2017). Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hidup Penderita Kusta
Factors Affecting Life Quality Of Leprosy Patients
In Central Maluku Regency In 2017 Departemen
Epidemiologi , Fakultbas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Departemen Epidemiologi
, Fakultba, 1.
Kemenkes RI. (2018). Jumlah kasus penyakit hipertensi
terbanyak di Pekanbaru tahun 2016.
https://doi.org/10.1111/evo.12990
Lusli, M., Peters, R., Bunders, J., Irwanto, I., &
Zweekhorst, M. (2017). Development of a rights-
based counselling practice and module to reduce
leprosy-related stigma and empower people
affected by leprosy in Cirebon District, Indonesia.
Leprosy Review, 88(3), 318–333.
Maziyya, N., Nursalam, & Mariyanti, H. (2016). Kualitas
Hidup Penderita Kusta Berbasis Teori Health
Belief Models (HBM). Jurnal INJEC, 1(1), 96–102.
Nugraheni, R. (2016). Analisis Konsep Diri Terhadap
Kualitas Hidup Penderita Kusta Yang Mengalami
Kecacatan Di Rumah Sakit Kusta Kediri. Jurnal
Preventia, 1. Retrieved from
journal.um.ac.id/index.php/preventia/article/downl
oad/8846/4252
Pryce, J., Mableson, H. E., Choudhary, R., Pandey, B.
D., Aley, D., Betts, H., … Cross, H. (2018).
Assessing the feasibility of integration of self-care
for filarial lymphoedema into existing community
leprosy self-help groups in Nepal. BMC Public
Health, 18(1), 1–13.
https://doi.org/10.1186/s12889-018-5099-0
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
(2015). Info, Data, dan Informasi Kusta.
Santos, et al. (2015). Functional Activity Limitation and
Quality of Life of Leprosy Cases in an Endemic
Area in Northeastern Brazil, 1–8.
https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0003900
Savassi, L. C. M., Bogutchi, T. R. S., Lima, A. C. L., &
Modena, C. M. (2014). Quality of life of leprosy
sequelae patients living in a former leprosarium
under home care: univariate analysis. Quality of
Life Research : An International Journal of Quality
of Life Aspects of Treatment, Care and
Rehabilitation, 23(4), 1345–1351.
https://doi.org/10.1007/s11136-013-0590-7
Sermrittirong, S., & van Brakel, W. H. (2014). How to
reduce stigma in leprosy – a systematic literature
review. Leprosy Review, 85(3), 149–157.
Retrieved from
http://www.lepra.org.uk/platforms/lepra/files/lr/Sept
14/1889.pdf
Susanto, et al. (2017). The experiences of people
affected by leprosy who participated in self-care
Indonesia, 543–553.