0% found this document useful (0 votes)
568 views9 pages

Analisa Jurnal: Evidence Based Practice (Ebp)

- The document discusses the effect of range of motion (ROM) on muscle strength in patients with ischemic stroke at Balige HKBP General Hospital. - A study was conducted on 30 ischemic stroke patients who received ROM treatment twice daily for 10-15 minutes. Muscle strength was measured before and after the treatment using the Manual Muscle Testing instrument. - The results found a significant effect of ROM on increasing muscle strength, with a p-value of 0.000. This proves that ROM affects the increase in limb muscle strength of respondents.

Uploaded by

Arum pawestri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
568 views9 pages

Analisa Jurnal: Evidence Based Practice (Ebp)

- The document discusses the effect of range of motion (ROM) on muscle strength in patients with ischemic stroke at Balige HKBP General Hospital. - A study was conducted on 30 ischemic stroke patients who received ROM treatment twice daily for 10-15 minutes. Muscle strength was measured before and after the treatment using the Manual Muscle Testing instrument. - The results found a significant effect of ROM on increasing muscle strength, with a p-value of 0.000. This proves that ROM affects the increase in limb muscle strength of respondents.

Uploaded by

Arum pawestri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

ANALISA JURNAL

EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Disusun Oleh :

ARUMINGTYAS PAWESTRI
NIM. P27220020235

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2020
Indonesian Trust Health Journal Volume 3, No.1 - April 2020
Cetak ISSN : 2620-5564
Online ISSN : 2655-1292

PENGARUH RANGE OF MOTION TERHADAP KEKUATAN OTOT


PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT UMUM HKBP BALIGE

Rika Elvriede Hutahaean, Muhammad Taufik Daniel Hasibuan


Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Murni
Teguh E-mail : rikahutahaean1@gmail.com
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Murni
Teguh E-mail : aniel.jibril@gmail.com

Abstract
Ischemic stroke is a disruption of blood supply to the brain which results in stoppage of blood flow
and blood clots that cause atherosclerosis. Ischemic stroke patients can be given training or therapy
to help maintain or increase muscle strength with range of motion. Range of motion is usually
given during the recovery period or when the patient's condition has improved with a frequency of
twice a day in 10-15 minutes. This study aims to determine the effect of range of motion on muscle
strength in Balige HKBP General Hospital. This type of research uses one group pretest-posttest
and the sample used in this study amounted to 30 people, and the total sampling used in sampling
techniques in the population. Data collection was carried out by questionnaire, observation and
interview as well as data testing which was carried out using the Wilcoxon test. From the test
results obtained a significant effect of 0,000. That is, there are differences in muscle strength before
and after given the range of Motion. This proves that Range of Motion affects the increase in
respondent's limb muscle strength. The hospital is expected to make an SPO in the handling of
rehabilitation of ischemic stroke patients to maintain and increase muscle strength.
Keywords: Range of Motion, Muscle Strength, Ischemic Stroke.

Abstrak
Penyakit stroke iskemik merupakan terganggunya pasokan darah ke otak yang mengakibatkan
berhentinya aliran darah dan terjadi pembekuan darah sehingga menyebabkan aterosklerosis.
Pasien stroke iskemik dapat diberikan latihan atau terapi untuk membantu mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot yaitu dengan range of motion. Range of motion biasanya diberikan
pada masa pemulihan atau pada saat kondisi pasien sudah membaik dengan frekuensi dua kali
sehari dalam waktu 10-15 menit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh range
of motion terhadap kekuatan otot di RSU HKBP Balige. Jenis penelitian ini menggunakan one
group pretest-postest dan sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 30 orang, serta total
sampling dipakai dalam teknik pengambilan sampel pada populasi. Pengumpulan data dilakukan
dengan kusioner, observasi dan wawancara serta uji data yag dilakukan dengan uji Wilcoxon. Dari
hasil uji didapatkan pengaruh yang signifikan sebesar 0.000. Artinya, terdapat perbedaan kekuatan
otot sebelum dan sesudah diberikan range of Motion. Hal ini membuktikan bahwa Range of
Motion berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot ekstremitas responden. Rumah Sakit
diharapkan membuat suatu SPO dalam penanganan rehabilitasi pasien stroke iskemik untuk
mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot.
Kata kunci : Range of Motion, Kekuatan otot, Stroke Iskemik

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Murni Teguh |278


PENDAHULUAN merupakan rujukan nomor 1 di Sumatera
Stroke merupakan terganggunya Utara, (DepKes, 2013).
pasokan darah ke otak yang mengakibatkan Menurut penelitian yang dilakukan di
berhentinya aliran darah dan terjadi RSU HKBP Balige angka kejadian Stroke
pembekuan darah sehingga menyebabkan Iskemik pada tahun 2019 dalam rawat inap
aterosklerosis, (Belgaje, 2017). sebanyak 63 orang dan rawat jalan sebanyak
Range of Motion (ROM) merupakan 200 orang dimana pada rawat jalan biasanya
salah satu bentuk latihan dalam proses dengan pasien yang berulang dan untuk
rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif tindakan fisioterapi. Kasus ini lebih dominan
untuk mencegah terjadinya kelemahan otot ditemukan pada kaum laki-laki dengan
pada pasien dengan stroke, latihan ini lebh rentang usia 51-60 tahun dengan riwayat
efektif bila dilakukan 2kali sehari daripada merokok.
1kali sehari, (Chaidir & Zuardi, 2014). Melihat kondisi tingginya angka
Kasus stroke terjadi pada 100 sampai kejadian stroke, peran perawat sangat penting
300 orang penduduk per tahun. Stroke dalam upaya pencegahan kelemahan otot
merupakan penyebab kematian nomor 3 pada pasien stroke serta mencegah stroke
didunia setelah kardiovaskuler dan kanker. berulang yang dapat berakibat pada
Stroke dapat terjadi pada laki-laki dan kematian.
perempuan namun lebih dominan pada laki-
laki. Indonesia menempati peringkat ke- 97 METODE PENELITIAN
dunia untuk jumlah pasien stroke terbanyak Jenis penelitian ini adalah pra-
dengan jumlah angka kematian mencapai eksperimen dengan desain one group pretest-
138.268 orang atau 9,70% dari total kematian postest. Teknik pengambilan sampel dengan
yang terjadi di tahun 2011, dan pada tahun menggunakan total sampling dengan jumlah
2013 telah terjadi peningkatan prevalensi sampel 30 orang pasien stroke iskemik.
stroke di Indonesia menjadi 12,1 per 1.000 Penelitian ini dilakukan di RSU HKBP
penduduk (WHO, 2011). Balige pada bulan februari 2020.
Berdasarkan penelitian sebelumnya Pengumpulan data penelitian
oleh Anggriani, (2018) didapatkan hasil dari menggunakan kusioner, observasi dan
penelitian bahwa setelah diberikan perlakuan wawancara, dimana pengukuran kekuatan
ROM pasif 4 kali seminggu mengalami otot dilakukan dengan Manual Muscle
peningkatan kekuatan otot pada hari ke-12. Testing. Instrumen ini telah dilakukan uji
Sebesar 30-40% pasien stroke dapat sembuh validitas dengan nilai p value 0.000 dan t= -
sempurna bila ditangani dalam waktu 6 jam 5.014. Hasil data penelitian dianalisa dengan
pertama. Pasien pasca stroke membutuhkan menggunakan wilcoxon test.
waktu yang lama untuk memulihkan dan Tahapan dalam proses penelitian
memperoleh fungsi penyesuaian diri secara yaitu: 1) tahap pertama: peneliti meminta ijin
maksimal khususnya bagian otot ektremitas pada responden dalam format persetujuan, 2)
oleh sebab itu dibutuhkan tindakan segera tahap kedua: peneliti melakukan observasi
untuk mengurangi cedera lebih lanjut dengan dan wawancara sesuai dengan format pada
cara rehabilitasi melalui mobilisasi kusioner, 3) tahap ketiga: peneliti melakukan
persendian dengan latihan range of motion. tindakan dan melakukan analisis data
Data yang diperoleh dari penelitian univariat dan bivariat dengan
dilakukan di Rumah Sakit Royal Prima menghubungkan dua variabel dependen dan
Medan pada Tahun 2017 sebanyak 63 orang independen dengan menggunakan
penderita stroke iskemik baik rawat inap dan komputerisasi.
rawat jalan. Dari penelitian Marlina (2010),
di RSUDZA Banda Aceh, bahwa jumlah
kasus dengan stroke iskemik pada tahun 2010
sejumlah 295 orang dimana RS tersebut
Nilai 5 0 0
Total 30 100%

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot


Sesudah Tindakan ROM (N=30)
Jumlah
Kekuatan Otot Frekuensi Persentase
(orang) (%)
Nilai 1 0 0
Nilai 2 0 0
Nilai 3 5 17%
Nilai 4 25 83%
Nilai 5 0 0
Total 30 100%

Dari hasil penelitian didapatkan


pengaruh yang signifikan antara kekuatan
otot sebelum dan sesudah tindakan pada
pasien stroke iskemik, dengan nilai p value
0.000 dan nilai t= -5.014.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot


Sebelum dan Sesudah Tindakan ROM
(N=30)
Kekuatan Mean SD T P
Otot value
Pre Test 0.00 0.00
Gambar 1. Gerakan Range of Motion Post Test15.00 435.00 -5.014 0.000

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN


Karateristik Responden (N=30) Dari hasil penelitian yang dilakukan
Data demografi menunjukkan bahwa peneliti didapatkan pengaruh yang signifikan
mayoritas responden pada usia 51-60 tahun antara kekuatan otot sebelum dan sesudah
(53%), berjenis kelamin laki-laki (70%) dan tindakan dengan nilai p value 0.000. Hal ini
riwayat kesehatan merokok (60%). membuktikan range of motion mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kekuatan otot
Pengaruh Range of Motion terhadap pasien stroke iskemik.
Kekuatan Otot pada pasien Stroke Dari hasil penelitian yang dilakukan
Iskemik didapatkan bahwa responden kebanyakan
Dari hasil penelitian didapatkan nilai dengan usia 51-60 tahun, hal ini sejalan
distribusi frekuensi kekuatan otot sebelum dengan teori Junaedy, (2010) studi
dan sesudah dilakukan range of motion. epidemiologi diketahui bahwa usia sebagai
salah satu sifat karateristik manusia yang
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot merupakan variabel penting dengan berbagai
Sebelum Tindakan ROM (N=30) variasi penyakit. Responden kebanyakan
dengan jenis kelamin laki-laki, hal ini
Jumlah
dikarenakan gaya hidup laki-laki lebih
Kekuatan Otot Frekuensi Persentase cenderung tidak sehat. Menurut Go, et.all.,
(orang) (%)
(2012), laki-laki lebih beresiko dibandingkan
Nilai 1
Nilai 2 0 0
wanita dengan perbandingan 3:2. Laki-laki
Nilai 3 22 73% lebih cenderung mengalami stroke iskemik
Nilai 4 8 27%
sedangkan wanita sering menderita hemoragi tetap memotivasi responden dalam
dan kematiannya dua kali lipat dibanding melakukan range of motion secara mandiri.
laki-laki.
Responden kebanyakan dengan KESIMPULAN
riwayat merokok, hal ini disebabkan oleh
Terdapat pengaruh Range of
terganggunya vaskuler yang mengakibatkan
berkurangnya suplai oksigen ke jaringan
Motion terhadap Kekuatan Otot di RSU
tubuh. Menurut teori yang dikemukakan oleh HKBP Balige, hal ini dapat dilihat pada
Burhanuddin, et.all, (2012) merokok kesimpulan berikut ini : kekuatan otot
merupakan faktor resiko yang mungkin sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
terjadi stroke iskemik. mengalami peningkatan yang cukup
Menurut Chaidir & Zuardi, (2014) signifikan dengan hasil t=-5.014,
Range of Motion memiliki pengaruh p=0.000.
terhadap rentang gerak responden bila
dilakukan dengan frekuensi dua kali sehari SARAN
1 . 1. Institut Penelitian
dalam 6 hari dengan waktu 10-15 meni t
dalam sekali latihan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
Kekuatan otot adalah ukuran yang sebagai referensi atau bahan acuan untuk
digunakan untuk melihat seberapa besar meningkatkan pengetahuan dibidang
kemampuan otot saat melakukan aktivitas kesehatan terkait pemberian Range of
fisik. Pasien yang membutuhkan penilaian Motion terhadap pasien stroke iskemik.
kekuatan otot biasanya apabila: 1). Pasien 2. Rumah Sakit
yang telah terindikasi dengan stroke, 2). Dari hasil penelitian ini disarankan pada
Pasien yang mengalami trauma seperti pihak rumah sakit untuk menetapkan
kecelakaan, 3).Pasien trauma kapitis, (Irfan, suatu prosedur operasional dalam
2010). penanganan rehabilitasi pasien stroke
Menurut penelitian yang dilakukan iskemik rawat jalan maupun rawat inap.
oleh Susanti, (2019), didapatkan hasil bahwa 3. Peneliti Selanjutnya
terdapat pengaruh range of motion terhadap Diharapkan dari hasil penelitian ini
kekuatan otot pada setiap responden setelah kepada peneliti selanjutnya untuk
dilakukan tindakan dengan cara mengenggam menambah variabel penelitian sehingga
bola. Hal ini dibuktikan dengan uji Wilcoxon mendapatkan hasil yang lebih baik.
yang menunjukkan signifikasi p value=0.000.
Menurut Hidayat, (2011) latihan
adalah kegiatan memberikan perlakuan pada REFERENSI
individu untk meningatkan bakat, Anggriani, et al., 2018. Pengaruh ROM
keterampilan, kondisi fisik dan emosi. Range terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas
of Motion merupakan pergerakan persendian pada Pasien Stroke Non Hemoragic.
sesuai dengan gerakan yang memungkinkan Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 3.
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot baik Belgaje, (2017). Stroke dan Penyebab serta
secara pasif maupun aktif. (Winstein et.all., Penanganannya. Jakarta.
2016). Rehabilitasi dini dapat segera Burhanuddin, et.all., (2012). Awas dan
dilakukan ditempat tidur setelah kondisinya Waspada Stroke. Jakarta.
stabil dan keadaan pasien sudah membaik. Chaidir & Zuardi, (2014). Pengaruh Latihan
Responden dianjurkan untuk lebih Range of Motion pada Ekstremitas
aktif dalam melakukan aktiitas fisik supaya Atas dengan Bola Karet Terhadap
tidak terjadi penurunan kekuatan otot salah Kekuatan Otot di Ruang Rawat
satunya adalah latihan fleksi- ekstensi. Stroke RSSN Bukit tinggi Tahun
Diharapkan keluarga responden juga untuk 2012. Jurnal Ilmu Kesehatan Afiyah.
1(1):2-6.
Cielsa., et al., (2011). Manual Mascle
Testing: A Method of Measuring
Extremity Muscle Strength Applied
to Critically III Patients. Journal of
Visualized Experiments.
Http://www.jove.com/details.php?id
=2632. John Hopskin Hospital and
University.
DepKes, (2013). Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta:Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Heryanto., et al., (2011). Panduan
Penelitian. Edisi 7. Jakarta.
Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian
Kesehatan; Paradigma Kuantitatif.
Surabaya. Health Books Publishing.
Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insan
Stroke. Edisi 1. Jakarta.
Junaedy, (2010). Stroke, Waspadai
Ancamannya. Yogyakarta.
Susanti, et.all., (2019). Pengaruh Range of
Motion terhadap Kekuatan Otot pada
Pasien Stroke. Jurnal Kesehatan
Vokasional, Vol. 4 No. 2.
Tseng., et al., (2017). Efects of a Range of
motion exercise programme. Journal
of Advanced Nursing. 57(2): 181-
191. Retrieved from
https://doi.org/10.1111/j.1365-
2468.2006.04078.x.
WHO, (2011). Statistic of Ischemic Stroke.
World Health Organization.
Switzerland.
Winstein, C., et.all., (2016). Guidelines for
Adult Stroke Rehabilitation and
Recovery: A Guideline for a
Healthcare Profesionals from The
American Heart Association Stroke.
47(6): e98-e169. Retrieved from
https://doi.org/10.1161/STR.0000000
0000098.
ANALISA PICOT

Nama jurnal : Indonesian Trust Health Journal ISSN 2620-5564


Volume : Vol 3 No. 1 (April, 2020)
Halaman : 278-272
Judul Jurnal: Pengaruh Range of Motion terhadap Kekuatan Otot pada Pasien
Stroke Iskemik di Rmah Sakit Umum HKBP Balige
Penulis : Rika Elvriede Hutahaean, Muhammad Taufik Daniel Hasibuan

No Kriteria Isi Jurnal


1 P Stroke merupakan terganggunya pasokan darah ke
(Problem)
otak yang mengakibatkan berhentinya aliran darah dan
terjadi pembekuan darah sehingga menyebabkan
aterosklerosis, (Belgaje, 2017). Range of Motion (ROM)
merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses
rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kelemahan otot pada pasien dengan
stroke, latihan ini lebh efektif bila dilakukan 2 kali sehari
daripada 1 kali sehari, (Chaidir & Zuardi, 2014). Kasus
stroke terjadi pada 100 sampai 300 orang penduduk per
tahun. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 3
didunia setelah kardiovaskuler dan kanker. Stroke dapat
terjadi pada laki-laki dan perempuan namun lebih dominan
pada laki- laki. Indonesia menempati peringkat ke- 97 dunia
untuk jumlah pasien stroke terbanyak dengan jumlah
angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari
total kematian yang terjadi di tahun 2011, dan pada tahun
2013 telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di
Indonesia menjadi 12,1 per 1.000 penduduk (WHO, 2011).
Data yang diperoleh dari penelitian dilakukan di Rumah
Sakit Royal Prima Medan pada Tahun 2017 sebanyak 63
orang penderita stroke iskemik baik rawat inap dan rawat
jalan. Dari penelitian Marlina (2010), di RSUDZA Banda
Aceh, bahwa jumlah kasus dengan stroke iskemik pada
tahun 2010 sejumlah 295 orang dimana RS tersebut
merupakan rujukan nomor 1 di Sumatera Utara, (DepKes,
2013). Menurut penelitian yang dilakukan di RSU HKBP
Balige angka kejadian Stroke Iskemik pada tahun 2019
dalam rawat inap sebanyak 63 orang dan rawat jalan
sebanyak 200 orang dimana pada rawat jalan biasanya
dengan pasien yang berulang dan untuk tindakan
fisioterapi. Kasus ini lebih dominan ditemukan pada kaum
laki-laki dengan rentang usia 51-60 tahun dengan riwayat
merokok. Melihat kondisi tingginya angka kejadian stroke,
peran perawat sangat penting dalam upaya pencegahan
kelemahan otot pada pasien stroke serta mencegah stroke
berulang yang dapat berakibat pada kematian.
2. I Jenis penelitian ini adalah pra- eksperimen dengan desain
(Intervensi)
one group pretest- postest. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan total sampling dengan jumlah
sampel 30 orang pasien stroke iskemik. Penelitian ini
dilakukan di RSU HKBP Balige pada bulan februari 2020.
Pengumpulan data penelitian menggunakan kusioner,
observasi dan wawancara, dimana pengukuran kekuatan
otot dilakukan dengan Manual Muscle Testing. Instrumen
ini telah dilakukan uji validitas dengan nilai p value 0.000
dan t = -5.014. Hasil data penelitian dianalisa dengan
menggunakan wilcoxon test. Tahapan dalam proses
penelitian yaitu: 1) tahap pertama: peneliti meminta ijin
pada responden dalam format persetujuan, 2) tahap
kedua: peneliti melakukan observasi dan wawancara
sesuai dengan format pada kusioner, 3) tahap ketiga:
peneliti melakukan tindakan dan melakukan analisis data
univariat dan bivariat dengan menghubungkan dua
variabel dependen dan independen dengan
menggunakan komputerisasi.
3. C Tidak ada pembanding dalam penelitian ini
(Comparison)
4. O Terdapat pengaruh Range of Motion terhadap Kekuatan
(Outcome)
Otot di RSU HKBP Balige, hal ini dapat dilihat pada
kesimpulan berikut ini : kekuatan otot sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dengan hasil t=-5.014, p=0.000
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa
responden kebanyakan dengan usia 51-60 tahun, hal ini
sejalan dengan teori Junaedy, (2010) studi epidemiologi
diketahui bahwa usia sebagai salah satu sifat karateristik
manusia yang merupakan variabel penting dengan berbagai
variasi penyakit. Responden kebanyakan dengan jenis
kelamin laki-laki, hal ini dikarenakan gaya hidup laki-laki
lebih cenderung tidak sehat. Menurut Go, et.all., (2012),
laki-laki lebih beresiko dibandingkan wanita dengan
perbandingan 3:2. Laki-laki lebih cenderung mengalami
stroke iskemik sedangkan wanita sering menderita
hemoragi dan kematiannya dua kali lipat dibanding laki-laki.
Responden kebanyakan dengan riwayat merokok, hal ini
disebabkan oleh terganggunya vaskuler yang
mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan
tubuh. Menurut teori yang dikemukakan oleh Burhanuddin,
et.all, (2012) merokok merupakan faktor resiko yang
mungkin terjadi stroke iskemik.
tetap memotivasi responden dalam melakukan range of
motion secara mandiri. Menurut Hidayat, (2011) latihan
adalah kegiatan memberikan perlakuan pada individu untk
meningatkan bakat, keterampilan, kondisi fisik dan emosi.
Range of Motion merupakan pergerakan persendian sesuai
dengan gerakan yang memungkinkan terjadinya kontraksi
dan pergerakan otot baik secara pasif maupun aktif.
(Winstein et.all., 2016). Rehabilitasi dini dapat segera
dilakukan ditempat tidur setelah kondisinya stabil dan
keadaan pasien sudah membaik. Responden dianjurkan
untuk lebih aktif dalam melakukan aktiitas fisik supaya tidak
terjadi penurunan kekuatan otot salah satunya adalah
latihan fleksi- ekstensi. Diharapkan keluarga responden juga
untuk.
5. T Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2020
(Time)

You might also like