EFEK AROMATERAPI MINYAK ATSIRI MAWAR (Rosa damacena MILL) DAN KULIT JERUK
LIMAU (Citrus amblycarpa) TERHADAP JUMLAH MIKROBA UDARA RUANGAN
BERPENDINGIN
[The Effect of Essential Oils Aromatherapy of Rosa damacena Mill and leather of Citrus amblycarpa
Against Total Air Microbes on Air Conditioned Rooms]
Oom Komala*1), Novi Fajar Utami2). Siti Mariyam Rosdiana2)
1)
Program Studi Biologi, 2) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor
*corresponding author: 081311405900 : email address: oom.komala@unpak.ac.id
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi minyak atsiri mawar (Rosa damacena) dan minyak atsiri
kulit jeruk limau (Citrus amblycarpa) terhadap penurunan jumlah mikroba udara pada ruangan berpendingin. Dengan
metode penguapan aromaterapi dan plate count agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi minyak atsiri
mawar dan minyak atsiri kulit jeruk limau memiliki efek aromaterapi dapat menurunkan jumlah mikroba udara di
ruangan berpendingin. P3 dengan konsentrasi minyak atsiri mawar 2% dan minyak atsiri kulit jeruk limau 5% paling
efekltif dapat menurunkan jumlah mikroba dengan rata-rata 72,5%. Kualitas minyak atsiri mawar dan minyak kulit
jeruk limau yaitu organoleprik warna (kuning bening : kuning bening), aroma ( bau khas mawar : bau khas jeruk limau),
berat jenis (0,9328gr/ml : 0,8416gr/ml), indeks bias (1,4958 : 1,4718), kelarutan dalam etanol 90% ( 1:0,11 : 1:1),
putaran optik (80 : 83), bilangan asam (6,3mg/gr : 0,364mg/gr).
Kata Kunci: Aromaterapi, Minyak mawar, Kulit jeruk limau
ABSTRACT
The research aims to know the influence of the combination of oils essential of Rosa damacena and leather oil of Citrus
amblycarpa against a decline in the total of microbes on air conditioned rooms. Method of Aromatherapy and
evaporation were used in the research also plate count method. The results showed that the combination of oils essential
R. damacena and leather oil of C. amblycarpa has the effect of aromatherapy can reduce the total of microbes on air
conditioned rooms. P3 with the concentration of oils essential of R. damacena 2% and leather oil of C. amblycarpa
5% most efekltif can decrease the total of microbes with an average of 72.5%. Quality of Oils essential of Rosa
damacena and leather oil of Citrus amblycarpa i.e. organoleprik color (clear yellow: clear yellow), aroma (smell typical
of a rose: a typical smell of Citrus), gravity (0, 9328 g/ml: 0, 8416g/ml), refractive index (1.4958:1.4718), solubility
in ethanol 90% (1:0,11 : 1:1), optical rotation (80:83), acid number (6,3mg/gr : 0,364mg/gr).
Keywords: Aromatherapy, Rosa damacena, Citrus amblycarpa leather oil
PENDAHULUAN
Pencemaran udara adalah masuknya zat, energi dan atau komponen lain kedalam udara oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia
(Fitria dkk, 2008). Bakteri yang biasanya terdapat dalam mulut dan tenggorokan orang normal seperti
Staphylococcus sp. ditemukan di udara melalui batuk, bersin dan berbicara (Waluyo, L. 2007).
Bunga mawar merupakan tanaman bunga hias dengan batang berduri. Minyak maupun ekstraknya
sudah sejak dulu digunakan dalam produk sabun mandi, parfum, lotion kulit dan obat-obatan (Hariana, 2004).
Kandungan kimia bunga mawar diantaranya tannin, geraniol, nerol, citronellol, asam geranik, terpen,
flavonoid, pektin polyphenol, vanillin, karotenoid, stearopten, farnesol, eugenol, feniletilalkohol, vitamin A,
C, E dan K (Depkes, 1999).
Dengan banyaknya kandungan yang terdapat dalam bunga mawar merah, maka bunga mawar merah
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku obat, antara lain sebagai pengobatan aromaterapi, anti kejang,
pengatur haid, menyembuhkan infeksi. Bunga mawar merah bisa digunakan sebagai antiseptik,
antispasmodic, antiviral, dan antibakteri (Depkes, 1999). Minyak atsiri mawar mempunyai efek anti bakteri
karena memiliki kandungan senyawa kimia yaitu fenil etil alkohol, geraniol dan eugenol yang merupakan
komponen penyusun minyak mawar (Mulyana dkk, 2011).
Jeruk limau merupakan jeruk yang termasuk bahan bumbu masakan. Makanan yang di berikan jeruk
limau akan menambah harum aroma masakan tersebut. Nama jeruk sambal berasal dari daerah Betawi,
sedangkan suku Jawa dan suku Sunda menyebutnya jeruk limo, sedangkan orang melayu lebih sering
menyebutnya dengan sebutan jeruk limau (Backer and Bakhuizen, 1965). Komponen penyusun minyak kulit
buah jeruk limau tersusun dari β-pinena, sinema, limonena dan sitronelat (Lota dkk, 2001).
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak atsiri yang bermanfaat
untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik. Sebelum menggunakan
aromaterapi perlu dikaji adanya riwayat alergi yang dimiliki klien (MacKinnom, 2004).
Berdasarkan penelitian Mulyana dkk. (2011) minyak atsiri mawar (Rosa damacena) dengan
konsentrasi 2% mampu menurunkan bakteri basil gram positif 42,86% dan menurunkan bakteri kokus gram
positif hingga 75% dengan waktu penguapan 120 menit. Satu alat pemanas efektif untuk ruangan sampai dengan
60m3. Pemakaian 1 jam sehari sudah mengurangi bakteri hingga 50%. Minyak atsiri mawar memiliki bau yang
agak menyengat, aroma segar, memiliki warna kuning sampai merah. Penelitian Emerson (2004)
membuktikan bahwa minyak atsiri yang memiliki kandungan fenol, carvacrol, thymol, dan terpen tinggi dapat
membunuh hampir semua bakteri, yang salah satunya adalah minyak atsiri mawar.
Kulit jeruk limau mengandung minyak atsiri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri udara yaitu
senyawa antibakteri limonen, linalool dan mirsen yang bekerja dengan merusak membran sel bakteri
Amaliyah (2016). Menurut Amaliyah (2016) konsentrasi minyak atsiri kulit jeruk limau 1%, dapat
menurunkan 30%, konsentrasi 2% dapat menurunkan 45%, dan konsentrasi 3% dapat menurunkan 50%
densitas bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi minyak atsiri mawar (Rosa damacena)
dan minyak atsiri kulit jeruk limau (Citrus amblycarpa) terhadap penurunan jumlah mikroba udara pada ruangan
berpendingin.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan diantaranya timbangan analitik, burner aromaterapi, lampu spirtus, colony
counter, alat-alat gelas meliputi: gelas ukur (pyrex®), labu takar (pyrex®), pipet volume (pyrex®), cawan
petri.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak atsiri mawar merk “Herba Aroma”,
jeruk limau matang, amoxicillin, aquadest, Nutrient agar, etanol 96%, dan KOH 0,1N.
Pembuatan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Limau
Penyulingan minyak atsiri dilakukan dengan metode destilasi uap yang dilakukan di Balai Tanaman
Rempah dan Obat (BALITRO). Jeruk limau yang telah matang dibersihkan dari kotoran dan dicuci bersih
dengan air mengalir, lalu ditiriskan untuk menghilangkan sisa air pencucian. Jeruk limau dipotong dan diperas
untuk memisahkan bagian kulit jeruk dan air perasan jeruk limau. Kulit jeruk limau 4,6kg dimasukan ke dalam
ketel destilasi uap berkapasitas 10kg. Proses destilasi uap adalah kulit jeruk diletakkan di atas pelat berlubang
dalam ketel destilasi. Ketel tersebut dialiri uap yang berasal dari steam boiler. Hasil destilasi berbentuk emulsi
dengan fasa cair. Kemudian campuran minyak dan air dipisahkan dengan menggunakan dekanter atau labu
pemisah (Apriyantono dan Nugroho, 1996).
Formula Bahan Uji Aromaterapi
Perlakuan dibuat menjadi tiga formula yang berbeda, berdasarkan penelitian Mulyana (2011)
menggunakan minyak atsiri mawar 2% dan berdasarkan penelitian Amaliyah (2016) menggunakan infus kulit
jeruk limau 5%. Formula bahan uji aromaterapi dapat dilihat pada tabel 3.
Pembuatan Media Nutrien Agar
Nutrien agar ditimbang 10 gram dimasukan ke dalam erlenmeyer, dilarutkan dalam aquadest 500ml.
Kemudian dihomogenkan, hingga agar larut sepenuhnya dan medium telah berwarna bening. Selanjutnya
sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121ºC selama ±15 menit. Setelah steril medium dituang secara
asseptis pada cawan petri sebanyak 15-20 ml untuk penggunaan setelah bersuhu ±40ºC.
Tabel 3. Formula bahan uji aromaterapi
Bahan Formula
P1 P2 P3 P4 P5
Minyak atsiri mawar 2% 2% 2% - -
Minyak atsiri kulit jeruk limau 3% 4% 5% - -
Aquadest Ad 50ml Ad 50ml Ad 50ml - -
amoxicillin - - - 1 ml -
Keterangan.
P4: Kontrol positif (perlakuan pada media agar)
P5: kontrol negatif (media agar tanpa adanya perlakuan)
Uji Kualitas Minyak Atsiri
Pengujian kualitas minyak atsiri dilakukan pada minyak atsiri mawar dan minyak atsiri kulit jeruk
limau yang bertujuan untuk mengetahui kualitas minyak atsiri tersebut. Berat jenis dilakukan dengan
menggunakan piknometer dibersihkan dengan aseton dan dikeringkan. Selanjutnya ditimbang dalam keadaan
kosong. Kemudian piknometer diisi dengan minyak atsiri dan kemudian ditimbang. Selanjutnya piknometer
dikosongkan dan dibersihkan untuk dapat digunakan lagi (Gunther, 1987).
(𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑖𝑠𝑖)−(𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
Berat jenis = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Indeks bias dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer. Minyak atsiri diteteskan diatas lubang
bening. Jika cahaya melewati media kurang padat (udara) ke media lebih padat (minyak), maka sinar akan
membelok atau membias dari garis normal (Gunther, 1987). Putaran optik diukur dengan menggunakan alat
polarimeter yang mempunyai tabung polarimeter 10mm yang berisi minyak atau cairan yang diperiksa
dibawah alat pemeriksa diantara polariser dan analiser (Ketaren, 1985). Bilangan asam menimbang 2 gram
minyak atsiri dalam labu erlenmeyer 250ml. Ditambahkan 25ml etanol 95% dan 3 tetes indikator PP
(phenolphtalein), selanjutnya dititrasi dengan KOH 0,1N hingga tercapai warna merah muda (Ketaren, 1985).
Kelarutan dalam alkohol 90% 2 ml minyak atsiri dimasukan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 8ml
alkohol 90% yang dimasukan ke dalam tabung reaksi sedikit demi sedikit, dikocok dan di amati kejernihan
minyak (Gunther, 1990).
Uji Aromaterapi (Anti Mikroba)
a. Metode penguapan
Sampel pertama dengan kandungan minyak atsiri mawar 1ml dan minyak atsiri kulit jeruk limau 1,5ml
di masukan ke dalam alat pemanas dan di tambahkan aquadest sampai 50ml. Selanjutnya di panaskan hingga
mencapai suhu 60-70ºC pada ruangan berpendingin dengan suhu 17ºC selama 120 menit. Untuk sampel 2 dan
3 dilakukan perlakuan yang sama dengan selang waktu 1 minggu dari setiap pengujian sampel (Mulyana,
2011).
b. Pemaparan bakteri
Pada ruangan di paparkan 4 cawan petri berisi media NA tanpa penutup sebagai media tempat
menempelnya bakteri selama 15 menit pada empat titik yang berjarak sama terhadap alat pemanas yang berisi
minyak atsiri mawar dan minyak atsiri kulit jeruk limau, berjarak 100-150 cm dari dinding. Setelah 15 menit
cawan petri ditutup dan dikemas (sealed), lalu dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya diinkubasi pada suhu
37ºC selama 24 jam. Media NA disimpan satu hari sebelum peletakan alat pemanasan aromaterapi, kontrol
positif dan kontrol negatif. Teknik pemaparan bakteri mengikuti cara kerja Stryjakowska-sekulska dkk.
(2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Minyak Atsiri Kulit Jeruk Limau
Kulit jeruk limau yang di olah sebanyak 4,6kg menghasilkan minyak atsiri kulit jeruk limau sebanyak
30ml dengan rendemen sebesar 0,548 (b/b). Menurut Gunther (1987) kandungan minyak atsiri pada kulit jeruk
limau adalah hingga 3%. Rendemen yang dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan
hasil Gunther (1987). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan pengerjaan, lama proses destilasi berlangsung
dan kondisi jeruk limau yang digunakan tua atau muda.
Kualitas Minyak Atsiri Kulit Jeruk Limau
Secara uji organoleptik minyak atsiri kulit jeruk limau mempunyai warna kuning dan beraroma khas
jeruk limau yang menandakan minyak atsiri tersebut telah memenuhi syarat. Hasil pengujian berat jenis
minyak atsiri kulit jeruk limau adalah 0,8416 gr/ml maka minyak atsiri kulit jeruk limau mempunyai berat
jenis yang sesuai dengan hasil Gunther (1987) yaitu 0,8439 gr/ml. Semakin tinggi berat jenis suatu minyak
atsiri maka kandungan fraksi berat dan kotoran semakin besar sehingga kualitasnya semakin rendah
(Guenther, 1949).
Hasil pengujian bilangan asam minyak atsiri kulit jeruk limau adalah 0,364mg/gr lebih besar
dibandingkan dengan syarat menurut Astarini dkk, 2009 adalah 0,14mg/gr. Bilangan ini menunjukan
banyaknya asam lemak bebas yang terdapat di dalam minyak atsiri tersebut akibat terjadinya reaksi hidrolisis
minyak atsiri pada saat pengolahan. Banyaknya kandungan asam lemak bebas pada minyak atsiri akan
mengakibatkan perubahan aroma yang lebih cepat pada minyak atsiri menjadi tengik. Hasil uji kualitas minyak
atsiri kulit jeruk limau dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji kualitas minyak atsiri kulit jeruk limau
Karakteristik Standar* Hasil Penelitian Keterangan
Organoleptik
1. Warna Tak berwarna – Kuning bening Memenuhi syarat
kuning bening
2. aroma Bau khas jeruk Bau khas jeruk Memenuhi syarat
limau limau
Berat jenis 0,8439gr/ml 0,8416gr/ml Memenuhi syarat
Indeks bias 1,4723 1,4718 Memenuhi syarat
Kelarutan dalam 1:1 1:1 Memenuhi syarat
etanol 90%
Bilangan asam 0,14mg/gr 0,364mg/gr Tidak memenuhi syarat
Sumber :*Astarini dkk, 2009
Kualitas Minyak Atsiri Mawar
Berdasarkan organoleptik minyak atsiri mawar telah memenuhi syarat karena mempunyai warna
kuning bening dan mempunyai bau khas mawar yang menandakan terdapat komponen utama yang memberi
aroma spesifik mawar yaitu citronellol, geraniol dan fenil etil alkohol (Moates dan John, 1991). Hasil
pengujian indeks bias minyak atsiri mawar memiliki nilai lebih kecil yaitu 1,4958 dibandingkan dengan syarat
mutu yaitu 1,6615 hal ini bisa diakibatkan adanya kandungan air di dalam minyak atsiri mawar tersebut,
semakin banyak kandungan airnya maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini karena sifat air yang
mudah membiaskan cahaya yang datang (Armando dan Rochim. 2009). Hasil pengujian putaran optik minyak
atsiri mawar memiliki nilai putaran optik yang lebih rendah yaitu 80 sedangkan syarat mutu menurut SNI 06-
3735-1998 adalah 81. Besarmya putaran optik terpengaruh dari jenis dan konsentrasi senyawa, panjang jalan
yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran (Sastrohamidjojo, 2004). Hasil pengujian
kualitas minyak atsiri mawar dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji kualitas minyak atsiri mawar
Karakteristik Standart* Hasil Penelitian Keterangan
Organoleptik
1. Warna Tak berwarna – Kuning bening Memenuhi syarat
kuning bening
2. aroma Bau khas mawar Bau khas mawar Memenuhi syarat
Berat jenis 0,888-1,02gr/ml 0,93284gr/ml Memenuhi syarat
Indeks bias 1,6615 1,4958 Tidak memenuhi
syarat
Kelarutan dalam 1:0,11 (jernih) 1:0,11 (jernih) Memenuhi syarat
etanol 90%
Putaran optik 81 80 Tidak memenuhi
syarat
Bilangan asam 6,6mg/gr 6,3mg/gr Memenuhi syarat
Sumber : * SNI 06-3735 (1998)
Hasil pengujian aromaterapi
Hasil penelitian pada penguapan aromaterapi diruangan berpendingin dengan empat kali pengulangan
diperoleh data persentasi penurunan jumlah koloni bakteri udara pada Tabel 6, Gambar1,2, dan 3. Data
menunjukan bahwa pada sampel P3 dengan konsentrasi minyak atsiri mawar 2% dan minyak atsiri kulit jeruk
limau 5% memiliki efek antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya yaitu mampu
menurunkan jumlah koloni dari kontrol negatif rata-rata 72,5% (Tabel 6).
Berdasarkan uji analisis Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdapat perbedaan nyata terhadap variasi
konsentrasi minyak atsiri mawar (Rosa damacena) dan minyak kulit jeruk limau (Citrus amblycarpa) terhadap
penurunan bakteri.
Gambar 1. Hasil Pemaparan Bakteri Udara Sampel P1 Dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri Mawar 2% dan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Limau 3%.
Gambar 2. Hasil Pemaparan Bakteri Udara Sampel P2 Dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri Mawar 2% dan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Limau 4%.
Gambar 3. Hasil Pemaparan Bakteri Udara Sampel P3 Dengan Konsentrasi
Minyak Atsiri Mawar 2% dan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Limau 5%.
Tabel 6. Persentase penurunan jumlah koloni bakteri
Perlakuan Konsentrasi (%)
P1 P2 P3
Ulangan 1 53,1 66,4 73,6
Ulangan 2 54,9 67,8 75,8
Ulangan 3 53,1 64,9 71,4
Ulangan 4 56,7 67,8 69,2
Rata-rata 54,45±1,72 66,72±1,38 72,5±2,84
Keterangan :
1. P1 (minyak atsiri mawar 2% dan minyak atsiri kulit jeruk limau 3%)
2. P2 (minyak atsiri mawar 2% dan minyak atsiri kulit jeruk limau 4%)
3. P3 (minyak atsiri mawar 2% dan minyak atsiri kulit jeruk limau 5%)
Dari ke empat pengulangan tersebut pada pengulangan kedua mempunyai persentase penurunan bakteri
yang lebih baik, sedangkan pada pengulangan ke empat persentasi penurunan bakteri lebih rendah hal ini
diakibatkan karena jarak penyimpanan media dengan alat pemanasan yang tidak sama dan dilakukan
penangkapan bakteri udara secara bersamaan didalam ruangan dengan adanya aktifitas. Hasil penelitian
Amaliyah (2016) menunjukkan penggunaan infus kulit jeruk limau dengan konsentrasi 5% selama 120 menit
mampu menurunkan jumlah bakteri udara sebanyak 50%, namun dari hasil penelitian ini dengan melakukan
penguapan minyak atsiri kulit jeruk limau 5% dan minyak atsiri mawar 2% selama 120 menit mampu
menurunkan jumlah bakteri udara hingga 72,5%. Hal ini menandakan senyawa aktif yang berperan sebagai
antibakteri lebih banyak terkandung di dalam minyak atsiri dibandingkan dengan sediaan infus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kombinasi minyak atsiri mawar (Rosa damacena) dan minyak atsiri kulit jeruk limau (Citrus
amblycarpa) memiliki efek aromaterapi dapat menurunkan jumlah mikroba udara di ruangan
berpendingin.dengan konsentrasi minyak atsiri mawar (Rosa damacena) 2% dan minyak atsiri kulit jeruk
limau (Citrus amblycarpa) 5% (P3) paling efektif dalam menurunkan jumlah mikroba udara pada ruangan
berpendingin dengan rata-rata 72,5%.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada Laboratorium Farmasi dan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat BALITRO, Bogor serta
Herbarium Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor
sehingga penelitian dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah, N. dan Aryanto, P., 2016. Konsentrasi Kulit Jeruk Sambal Dalam Menurunkan Densitas Bakteri
Pada Ruang Penyajian Makanan. Skripsi. Pontianak: Poltekkes Kemenkes Potianak.
Apriyantono, A. dan A. Nugroho, 1996. Ekstraksi dan karakteristik minyak kulit jeruk pontianak ( Citrus
nobilis var. Microcarpa). Buletin Tek. Dan Industri Pangan, 2, pp. 171.
Armando dan Rochim, 2009. Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas. Cetakan I. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Astarini, F. P. N, Burhan, P.Y. R, & Zetra, Y., 2009. Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Citrus Grandis, Citrus
Aurantium x (L), dan Citrus Amblycarpa Sebagai Senyawa Anti Bakteri dan Insetisida. Prosiding Skripsi.
Surabaya FMIPA ITS.
Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink, 1965. Flora of Java (Spermatophyta Only), Vol. I, Wolter-Noordhoff,
NVO., Groningen.
Depkes RI., 1999. Inventaris tanaman obat Indonesia. Edisi V. Jakarta: Dirjen POM.
Emerson, J., 2004. Top Aromatherapy oils, Balms, and Lotions. BizDIrect.
Fitria, L., Wulandari, R. A., Hermawati, E., & Susanna, D., 2008. Kualitas Udara Dalam Ruangan
Perpustakaan Universitas “X” Ditinjau dari Kualitas Biologi, Fisik, Dan Kimiawi. Makara, 7, 76-82.
Gunther, E., 1987. Minyak atsiri, Jilid I, Universitas Indonesia. Press, Jakarta. Terjemahan S. Ketaren.
_______, E., 1949. Minyak Atsiri. Jilid III A. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
_______, E., 1990. Minyak Atsiri. Jilid III A. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Hariana, A., 2004. Tumbuhan obat dan Khasiatnya. Depok: Penebar Swadaya.
Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.
Lota, M.L., Serra, D.R., Tomi, F., and Casanova, J., 2001, Chemical variability of peel and leaf essential oils
of 15 species of mandarins., Biochem Sys and Ecol., January 29, 77-104.
MacKinnon, K., 2004. Aromatherapy: art or Science? Highlights of Aromatherapy in Medicine Today. Inet
Continuing Education brought to pharmacists by Pfizer Inc. USPG, Vol 8 No 8.
Moates, G.K and John R., 1991. Comparison of rose extracts produced by different extraction techniques
3:289-294.
Mulyana,Y., Warya, S., Fika, Inayah, 2011. Efek aromaterapi minyak esensial mawar (Rosa damacena Mill)
terhadap jumlah bakteri udara ruangan berpendingin. J Medika Planta, 1(4), pp. 49-58.
Sastrohamidjojo, H., 2004. Kimia Minyak Atsiri. Universitas Gadjah Mada.
Stryjakowska-Sekulska M., Piotraszewska-pajak A., Szyszka A., Nowicki M., Filipiak M., 2007.
Microbiological Quality of Indoor Air in University Rooms. Polish Journal of Environments Study,
16:623-632.
Waluyo, L., 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang, p:61-67.