0% found this document useful (0 votes)
335 views13 pages

Jurnal Teknik Sipil

This document summarizes a student's thesis on planning the structure of a 32-story apartment building using a dual structural system in accordance with Indonesian standards. The student designed the building to withstand earthquakes by using a special moment frame system. The design included reinforced concrete components like slabs, beams, columns, and bored pile foundations. Calculations showed the building's earthquake stability met requirements. The budget required for the building structure is Rp55.671.872.073.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
335 views13 pages

Jurnal Teknik Sipil

This document summarizes a student's thesis on planning the structure of a 32-story apartment building using a dual structural system in accordance with Indonesian standards. The student designed the building to withstand earthquakes by using a special moment frame system. The design included reinforced concrete components like slabs, beams, columns, and bored pile foundations. Calculations showed the building's earthquake stability met requirements. The budget required for the building structure is Rp55.671.872.073.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 13

Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN 32 LANTAI


DENGAN METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)

Santi Widayani
17315853
Sulardi

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424
santiwidayani10@gmail.com

ABSTRACT
In Large part, Indonesia is a moderate to high intensity earthquake prone area. The
condition has a major effect on the planning of earthquake-resistant building structures that
must be observed in order not to cause major impacts. The aim of the research is to obtain a
high-rise earthquake-resistant structure based on the terms and conditions in the procedures
of earthquake resistance planning for the building structure of SNI 1726-2012. Then Planned
Structure of reinforced concrete building earthquake resistant with a Special Moment Frame
System (SMFS). The result of the calculation generates max θ earthquake stability = 0.0909
≤ 0.25. Components of reinforced concrete structures are planned based on SNI 2847-2013
regulations. Where the calculation result for the upper structure is the slab consists of the
floor slab (h = 140 mm). The recap of the floor slab recapitulation resulted in the focus
reinforcement and field X and Y D13 – 225 and D13 – 250. The beam with a dimension of 400
× 700 resulted in a focus reinforcement of 6D19, lower focus 3D19, upper field 3D19, and
lower field 5D19, while to leave the field D13 – 225 and the focus of D13 – 100. The column
K1 with a dimension of 1100 × 600 resulted in a diameter reinforcement and a 16D25 pitch
with a dash for a focus of 6D13 – 150 and to leave the field 6D13 – 200. For the lower
structure use the Bored Pile Foundation with the calculation of the reinforcement requirement
for the Pile cap for The Long Direction of 15d25 or D25 – 200 and for a Short Direction of
12d25 or D25 – 200. Then the budget plan required for planning the structure is
Rp55.671.872.073.

Keywords: earthquake, building planning, reinforced concrete, dual system.

1
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

ABSTRAK
Sebagaian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah rawan gempa dengan
intensitas sedang hingga tinggi. Kondisi tersebut berpengaruh besar dalam perencanaan
struktur gedung tahan gempa yang harus diperhatikan agar tidak menimbulkan dampak besar.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan struktur gedung bertingkat yang tahan gempa
berdasarkan syarat dan ketentuan dalam tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur gedung SNI 1726-2012. Maka direncanakan struktur bangunan beton bertulang tahan
gempa dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Hasil perhitungan tersebut
menghasilkan kestabilan gempa θmaks = 0,0909 ≤ 0,25. Komponen struktur beton bertulang
direncanakan berdasarkan peraturan SNI 2847-2013. Dimana hasil perhitungan untuk struktur
atas adalah Pelat terdiri dari Pelat Lantai (h = 140 mm). Rekapitulasi penulangan pelat lantai
menghasilkan tulangan tumpuan dan lapangan arah x dan y D13–225 serta D13–250. Balok
dengan dimensi 400×700 menghasilkan tulangan tumpuan atas 6D19, tumpuan bawah 3D19,
lapangan atas 3D19, dan lapangan bawah 5D19, sedangkan untuk sengkang lapangan D13–
225 dan sengkang tumpuan D13–100. Kolom K1 dengan dimensi 1100×600 menghasilkan
tulangan tumpuan dan lapangan 16D25 dengan sengkang untuk tumpuan 6D13–150 dan untuk
sengkang lapangan 6D13–200. Untuk struktur bawah menggunakan Fondasi Bored Pile
dengan hasil perhitungan kebutuhan tulangan untuk pile cap untuk tulangan arah panjang
15D25 atau D25–200 dan untuk tulangan arah pendek 12D25 atau D25–200. Kemudian
Rencana Anggaran Biaya yang diperlukan untuk perencanaan struktur tersebut adalah
Rp55.671.872.073.

Kata Kunci: Gempa, Perencanaan Gedung, Beton Bertulang, Sistem Ganda.

1. PENDAHULUAN karena beton merupakan material yang


1.1 Latar Belakang kuat dalam kondisi tekan tapi lemah
Perencanaan struktur bertujuan dalam kondisi tarik. Kuat tarik beton
untuk menghasilkan suatu struktur yang bervariasi dari 8% ̶ 14% kuat tekannya.
stabil, kuat, awet, mampu menahan Dengan sifat tersebut, beton
beban layan, dan memenuhi tujuan dimanfaatkan sebagai material
lainnya seperti ekonomis dan pembentuk struktur yang baik seperti
kemudahan pelaksanaan. Untuk mecapai beton bertulang, dimana dalam struktur
tujuan perencanaan tersebut, tersebut beton dan tulangan baja yang
perencanaan struktur harus mengikuti kuat terhadap tarik bekerja sama
peraturan yang ditetapkan oleh menahan gaya-gaya yang ada. Agar
pemerintah berupa Standar Nasional bangunan struktur beton bertulang dapat
Indonesia (SNI), dan setiap perancangan berfungsi dengan baik, perancang
struktur gedung bangunan minimal harus struktur wajib mendesain elemen-
mengikuti SNI atau peraturan-peraturan elemen dengan tepat. Elemen yang
lain yang bisa dibuktikan secara teoritis. sering digunakan dalam struktur beton
Dalam perencanaan bangunan bertulang yaitu, pelat lantai, balok,
gedung ini digunakan beton bertulang, kolom, dinding dan fondasi.

2
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

Sehubungan dengan hal diatas, 1.3 Ruang Lingkup Penelitian


penulis ingin melakukan perencanaan Ruang lingkup dalam penyusunan
gedung bertingkat tahan gempa 32 lantai laporan Tugas Akhir ini, antara lain
pada wilayah gempa berat dengan sebagai berikut :
menggunakan sistem rangka beton 1. Struktur bangunan yang ditinjau
bertulang pemikul momen khusus adalah Gedung Apartemen Trans
(SRPMK), sesuai dengan SNI 03- Park Cibubur.
2847:2013 tentang Persyaratan Beton 2. Perencanaan meliputi struktur
Struktural untuk Bangunan Gedung dan bawah yaitu fondasi bored pile dan
SNI 03-1726:2012 tentang Tata Cara struktur atas yaitu balok, kolo,
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk pelat lantai dan dinding geser.
Bangunan Gedung dan Non Gedung. 3. Struktur dirancang dengan
Kedua SNI ini merupakan dasar utama menggunakan beton bertulang.
dalam perencanaan struktur dengan sistem 4. Perencanaan gempa dengan
struktur penahan gaya seismik. Dengan menggunakan Tata Cara
pedoman Standar Nasional Indonesia ini, Perhitungan Perencanaan Gempa
diharapkan struktur mampu bertahan dari untuk Struktur Bangunan Gedung
beban gravitasi dan beban gempa tanpa dan Non-Gedung (SNI
mengalami kegagalan struktur. Apabila 1726:2012).
terjadi kegagalan struktur balok sehingga 5. Analisis struktur beton bertulang
dapat memberikan tanda dan waktu bagi menggunakan Persyaratan Beton
penghuni gedung untuk menyelamatkan Struktural untuk Bangunan
diri sebelum kegagalan kolom terjadi. Gedung (SNI 2847:2013).
6. Perhitungan beban berdasarkan
1.2 Tujuan Penulisan Persyaratan Beban Minimum untuk
Adapun tujuan dari penulisan Persyaratan Bangunan Gedung dan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Struktur Lainnya (SNI 1727:2013).
1. Menghasilkan struktur bangunan 7. Wilayah zona gempa 4
gedung apartemen 32 lantai 8. Analisis struktur dengan
sesuai dengan SNI 2847:2013. menggunakan software ETABS.
2. Menghasilkan dimensi yang 9. Menghitung volume pekerjaan dan
digunakan untuk elemen struktur Rencana Anggaran Biaya (RAB)
atas seperti pelat, baok, kolom struktur untuk Gedung Apartemen
dan dinding geser (shear wall). 32 lantai.
3. Mendapatkan jumlah tulangan
struktur kolom, stuktur balok, 2. TINJAUAN PUSTAKA
struktur pelat lantai, struktur 2.1 Sistem Rangka Pemikul Momen
dinding geser dan tulangan Khusus (SRPMK)
struktur fondasi. Sistem rangka struktur yang pada
4. Mendapatkan harga Rencana dasarnya memiliki rangka pemikul beban
Anggaran Biaya (RAB) dari gravitasi secara lengkap. Beban lateral
bangunan gedung apartemen 32 dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur.
lantai yang direncanakan.

3
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

Komponen struktur yang Analisa yang digunakan pada


memikul lateral dan gaya aksial perencanaan ini adalah metode analisis
(kolom) yang diakibatkan oleh beban respons spectrum. Renspons spectrum
gempa bumi, serta beban aksial adalah suatu spectrum yang disajikan
terfaktor yang bekerja melebihi dalam bentuk grafik/ plot antara periode
Agf’c/10, harus memenuhi persyaratan getar struktur T, lawan respns-respons
ukuran penampang sebagai berikut : maksimum berdasarkan rasio redaman
1. Ukuran penampang terkecil, diukur dan gempa tertentu. Respons-respons
pada garis lurus yang melalui titik maksimum dapat berupa simpangan
pusat geometris penampang, tidak maksimum (Spectral Displacement, SD),
kurang dari 300 mm. kecepatan maksimum (Spectral Velocity,
2. Perbandingan antara ukuran SV) atau percepatan maksimum (Spectral
terkecil penampang terhadap
Acceleration, SA) massa struktur singe
ukuran dalam arah tegak lurusnya
tidak kurang dari 0,4 mm. degree of freedom (SDOF), (Widodo,
2001). Pembebanan gempa respons
2.2 Sistem Ganda (Dual System) spectra berguna untuk melihat perilaku
Sistem ganda pada dasarnya terdiri dinamik dari pola geser bangunan tinggi.
dari :
1. Rangka ruang memikul seluruh
beban gravitasi. 3. METODE PENELITIAN
2. Pemikul beban lateral berupa Perencanaan struktur memiliki
dinding geser atau rangka bresing beberapa metode dan tahapan yang harus
dengan rangka pemikul momen. dilakukan agar mendapat hasil yang
Rangka pemikul momen harus optimal dan sesuai. Berikut merupakan
direncanakan secara terpisah tahapan yang akan dilakukan dalam
mampu memikul sekurang-
perencanaan struktur :
kurangnya 25% dari seluruh beban
lateral, sedangkan sisanya akan 1. Persiapan literature
dipikul oleh dinding geser. Pada tahap ini dilakukan
3. Kedua sistem harus direncanakan pengumpulan informasi atau
untuk memikul bersama-sama referensi yang berkaitan dan
seluruh beban lateral dengan mengacu pada tugas akhir.
memperhatikan interaksi antara Literature yang akan digunakan
sistem rangka pemikul momen
sebagai acuan seperti SNI
dengan dinding geser.
4. Sistem ganda dengan rangka 1726:2012, SNI 1727:2013, SNI
pemikul momen khusus yang 2847:2013 dan PPIUG 1983.
mampu menahan paling sedikit 2. Data perencanaan
25% gaya gempa yang ditetapkan. Dalam melakukan proses
pembangunan gedung, perlu
2.3 Analisis Gempa
adanya gambaran yang berkaitan
Beban gempa adalah beban yang
dengan struktur dan kontruksi
timbul akibat perencanaan getaran tanah
bangunan yang sedang
pada saat gempa terjadi.
direncanakan.

4
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

3. Preliminary design
Preliminary design merupakan
desain awal dalam menentukan
dimensi penampang struktur
yang nantinya akan digunakan
dalam pemodelan struktur
menggunakan software ETABS.
4. Pemodelan struktur
Memodelkan struktur gedung
menggunakan software ETABS
dengan memasukan data yang
sudah diperoleh seperti
preliminary design, mutu
material dan pembebanan.
5. Pengecekan perilaku struktur
Pengecekan perilaku struktur dari
hasil proses pemodelan untuk
penentuan struktur apakah sudah
sesuai dengan syarat SNI
1726:2012.
6. Desain penulangan
Mendesain penulangan pelat,
balok, kolom dan shear wall
(dinding geser) sesuai dengan
syarat SNI 2847:2013 dengan hasil
gaya dalam yang diperoleh dari
ETABS.
7. Desain fondasi tiang
Menentukan jumlah kebutuhan
pondasi tiang yang diperlukan dan
tebal dimensi pile cap dalam setiap
kolom dan shear wall.
8. Rencana anggaran biaya
Menentukan biaya yang
diperlukan dalam pelaksanaan
proyek dengan harga yang
berbeda, sesuai volume pekerjaan.

Gambar 1. Diagram Alir


Metode Penelitian

5
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

4. DATA PERANCANGAN
4.1 Data Umum
Adapun penjabaran dari data
umum desain struktur perancangan
gedung tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tipe Bangunan : Apartemen
b. Tinggi Bangunan : ±105,5 m
c. Jumlah Lantai : 32 Lantai
d. Material : Beton Bertulang
e. Sistem Gedung : Sistem Ganda Gambar 2. Denah Struktur Gedung Lt.
(Dual System) 1-31 digambar dengan AutoCAD

4.2 Spesifikasi Material Beton


Adapun detail spesifikasi beton
yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. K-500 (shear wall dan fondasi)
Mutu Beton : 41,50 Mpa
b. K-400 (kolom, balok dan pelat)
Mutu Beton : 34,86 Mpa
c. Possion’s Ratip (vc) : 0,2
d. Berat Jenis (λc) : 2400 kg/m
Gambar 3. Denah Struktur Gedung Lt. Atap
4.3 Spesifikasi Baja Tulangan digambar dengan AutoCAD
Adapun detail spesifikasi baja
tulangan yang digunakan sesuai dengan 4.5 Data Tanah
SNI 2847:2013 adalah sebagai berikut : Data tanah ini didapat sesuai kondisi
a. Fy : 400 Mpa eksisting di kawasan Cibubur, Depok,
Jawa Barat. Berdasarkan data tanah bore
b. Fu : 570 Mpa
log BH-3A didapat hasil perhitungan nilai
c. Fye : 440 Mpa N-SPT sesuai dengan klasifikasi situs
d. Fue : 627 Mpa tanah pada SNI 1726:2012 yaitu termasuk
tanah lunak (SE).
4.4 Gambar Gedung
Berikut merupakan gambar hasil 4.6 Data Gempa
pemodelan struktur gedung dengan Wilayah Cibubur, Depok, Jawa
menggunakan program ETABS 2013 Barat masuk kedalam wilayah gempa 4.
serta tamapk sampingnya :

6
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

Zona gempa berfungsi memberikan


gambaran wilayah-wilayah yang berada
pada kawasan rawan gempa. Peta zonasi
gempa didapatkan melalui website yang
sesuai dengan peraturan SNI 1726:2012.
Gedung Apartemen masuk kedalam
kategori resiko gempa II menurut SNI
1726:2012. Data gempa rencana didapat
dari situs http://puskim.pu.go.id desain
spectra Indonesia. Didapat data untuk
daerah Cibubur, sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai Perencanaan Spektal Gambar 4. Pemodelan 3D Gedung
Cibubur
5.1 Kategori Risiko Bangunan
Variable Nilai
Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal
PGA (g) 0,382
4.1.2, gedung apartemen termasuk
SS (g) 0,752 kedalam kategori risiko II dengan nilai
S1 (g) 0,317 factor keutamaan gempa, Ie sebesar 1,0.
CRS 1,01
5.2 Kategori Desain Seismik
CR1 0,938
Nilai SDS = 0,6 dan SD1 = 0,578
FPGA 0,953 dengan kategori risiko II maka kategori
FA 1.197 desain seismik yang digunakan pada
FV 2.731 penelitian ini adalah KDS D.
PSA (g) 0,364
SMS (g) 0,901 5.3 Sistem Struktur dan Parameter
Berdasarkan sistem struktur yang
SM1 (g) 0,866
digunakan yaitu sistem rangka pemikul
SDS (g) 0,6 momen khusus, didapat rincian
SD1 (g) 0,578 parameternya sebagai berikut :
T0 (detik) 0,192 a. (R) = 7
TS (detik) 0,962 b. (Ω0) = 2,5
c. (Cd) = 5,5

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.4 Penentuan Perioda Desain
Pembebanan yang diberikan pada Mengacu pada SNI 1726:2012, nilai
gedung rencana diantaranya yaitu perioda struktur dibatasi oleh batas bawah
pembebanan gravitasi (meliputi beban perioda (perioda fundamental
mati, beban mati tambahan sesuai pendekatan) dengan batas atas perioda
PPIUG 1983 dan beban hidup sesuai (perioda maksimum).
SNI 1727:2013), dan pembebanan
gempa sesuai SNI 1726:2012.

7
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

Tipe struktur yang digunakan adalah Pengecekan selanjutnya yaitu mengecek


semua sistem struktur lainnya. Berikut Modal Participating Mass Ratio, untuk
merupakan perhitungan batas bawah mode ke-1 dan mode ke-2 haris berada
perioda :
dalam kondisi untuk bertranslasi,
Ta = Ct × Hnx
kemudian untuk mode ke-3 dan
Ta = 0,0488 × 105,20,75
seterusnya gedung harus dalam kondisi
= 1,603 detik (batas bawah) untuk berotasi.
Berikut merupakan perhitungan batas Tabel 3. Modal Participating
atas perioda : Mass Ratios
T = Cu × Ta
T = 1,4 × 1,603
= 2,244 detik (batas atas)
Berdasarkan program ETABS,
didapat nilai perioda berdasarkan mode
untuk masing-masing arah, yaitu :
Tx = 4,379 detik
Ty = 4,175 detik
Maka perioda desain yang akan
digunakan sesuai dengan persyaratan
penggunaan perioda desain adalah
sebagai berikut :
Tx = 4,379 < 2,244 maka Tx = 2,244
Ty = 4,175 < 2,244 maka Ty = 2,244 Dari table diatas, dapat dilihat pada
mode 1 nilai faktor translasi UX
5.5 Analisis Mode Ragam memberikan angka dominan, hal ini
Menurut SNI 1726:2012 Pasal menunjukan gerak translasi arah X terjadi
7.9.1 analisis harus menyertakan jumlah pada mode ini sesuai dengan animasi.
ragam yang cukup untuk mendapatjkan Pada mode 2 nilai faktor translasi UY
partisipasi massa ragam terkombinasi memberikan angka yang dominan, hal ini
sebesar paling sedikit 90% dari massa menunjukan gerak translasi arah Y terjadi
aktual dalam masing-masing arah pada mode ini sesuai dengan animasi.
horizontal dari respons yang ditinjau : Pada mode 3 nilai RZ dominan, hal ini
Tabel 2. Modal Load Participation Rasio menunjukan pada mode ini gerak struktur
dominan dalam berotasi. Persyaratan
gerak ragam sudah sesuai.

5.6 Gaya Geser Statik


Gaya geser merupakan kumulatif
Dapat dilihat bahwa analisis statik
dari penjumlahan dari gaya gempa static
partisipasi massa sudah mencapai 100%
ekivale tiap lantai. Gaya geser tiap lantai
di kedua arah orthogonal dan analisis
akibat beban gempa dasar dapat dihitung
dinamik partisipasi massa telah mencapai
sesuai pasal 7.8.4 dengan menggunakan
lebih dari 90%, hal ini menunjukan sedah
persamaan berikut :
sesuai dengan persyaratan. n

Vx =  Fi
i=x

8
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

Maka dengan menggunakan rumus ΔIjin = 0,020 × hsx = 0,020 × 3200 = 64 mm


tersebut, didapat VBASE SHEAR sebesar Maka, ΔAtap < ΔIjin
1095837,39 kgf. Tabel 4. Simpangan Antar Lantai X-Dir
5.7 Dinamik Respons Spektra
Adapun parameter spektral dalam
membuat kurva respons spektra tersebut
didapatkan dari situs puskim.pu.go.id
Desain Spektra Indonesia. Kurva
spektrum respons desain merupakan
fungsi percepatan spectral (Sa) terhadap
perioda (T). Kurva tersebut digunakan
dalam analisis dinamik untuk mendapat
percepatan tanah desain dari masing-
masing modal yang ada. Adapun hasil
dari gaya geser dinamik yang didapat
secara manual dengan membuat kurva
respons spektrum desain adalah sebagai
berikut :
Vx = 475106,2248 kgf
Vy = 512138,6086 kgf

5.8 Simpangan Antar Lantai


Berdassarkan SNI 1726:2012, Tabel 5. Simpangan Antar Lantai Y-Dir
kontrol simpangan antar lantai tingkat
desain tidak boeh melebihi simpangan
awal antar lantai tingkat izin. Adapun
contoh perhitungan simpangan antar
lantai pada lantai atap arah gempa Y
adalah sebagai berikut :
Cd Atap 5,5  217,3
δAtap = = = 1492,15 mm
Ie 1

Cd 31 5,5  264,0


δ31 = = = 1452,00 mm
Ie 1
ΔAtap = δAtap ̶ δ31
= 1492,15 ̶ 1452,00
= 40,51 mm
Berdassarkan SNI 1726:2012, batas
simpangan antar lantai ijin adalah 0,020
hsx. Nilai hsx merupakan tinggi antar
tingkat. Sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :

9
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

5.9 Kestabilan Bangunan 5.11 Penulangan Balok


Analisis kontrol selanjutnya yaitu
Penulangan balok didapatkan hasil
pengecekan kestabilan bangunan atau
sebagai berikut :
akibat efek P-Delta, dibutuhkan nilai
beban kumulatif gravity pada tiap lantai Tabel 7. Penulangan Balok
dengan factor beban individu tidak
melebihi 1,0. Adapun perhitungan control
efek P-Delta pada story 5 akibat gempa
arah Y adalah sebagai berikut :
θ = Px I e = 29566392  40,7  1 = 0,0795
V y hsx C d 860259,27  3200  5,5
0,5 0,5
θmaks= = = 0,0909  0,25
C d 1  5,5
Karena nilai θ < 0,1 maka tidak
disyaratkan untuk dilakukan perhitungan
terhadap pengaruh P-Delta dan nilai θ <
θmaks sehingga struktur dalam kondisi
stabil.

5.10 Penulangan Pelat Lantai


Penulangan pelat lantai didapatkan
Gambar 6. Detail Penulangan Balok
hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Rekapitulasi Penulangan Pelat
Arah Tumpuan Lapangan 5.12 Penulangan Kolom
X D13-225 D13-250 Penulangan kolom didapatkan hasil
Y D13-225 D13-250 sebagai berikut :
Tabel 8. Rekapitulasi Penulangan Kolom

Gambar 5. Detail Penulangan Pelat

10
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

Berdasarkan hasil perhitungan,


didapat jumlah tiang yang digunakan pada
struktur kolom dan shear wall adalah
sebagai berikut :
Tabel 9. Jumlah Tiang

Gambar 7. Detail Penulangan Balok

5.13 Penulangan Shearwall


Penulangan shearwall didapatkan
hasil sebagai berikut :

Gambar 9. Denah Fondasi Bore Pile

5.15 Rencana Anggaran Biaya

Gambar 8. Detail Penulangan Shearwall Berdasarkan hasil perhitungan dari


pengalian antara Analisa Harga Satuan
Pekerja (AHSP) dan Bill of Quantity
5.14 Fondasi (BOQ) maka didapat rekapitulasi Rencana
Anggaran Biaya (RAB). Adapun total
Diameter tiang rencana = 0,8 m.
biaya yang diperoleh dari hasil
Kedalaman fondasi berdasarkan bore hole
perhitungan untuk gedung 32 lantai ini
BH-3A didapat 23 m, diambil
dapat dilihat pada table berikut :
berdasarkan nilai N-SPT pada data boring
log yang menunjukan pada kedalaman
tersebut sudah mencapai tanah keras
(NSPT = 50).

11
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

berikut :
Tabel 10. Rekapitulasi Rencana
a. Analisa Ragam Gerak arah X dan
Anggaran Biaya
Y, mode-1 dan mode-2 adalah
Translasi.
b. Analisan Ragam Gerak arah Z
mode-3 adalah Berotasi.
c. Simpangan antar tingkat
maksimum pada batas ultimit arah
X adalah 4,379 dan Y adalah
4,175.
3. Hasil perhitungan tulangan struktur
atas, untuk pelat lantai sebesar D13-225
untuk tulangan utama. Tulangan balok
tumpuan atas 6D19, tumpuan bawah
3D19, tulangan lapangan atas 3D16,
lapangan bawah 5D16, tulangan
sengkang D13-100. Tulangan kolom
K1 15D25 dengan tulangan sengkang
lapangan D13-200 dan tulangan
6. KESIMPULAN DAN SARAN sengkang tumpuan D13-150, Tulangan
Adapun kesimpulan dan saran dari longitudinal shearwall D25-225,
penelitian ini adalah sebagai berikut : boundary D25-100, tulangan
transversal shearwall D13-225,
KESIMPULAN boundary D13-150.
Adapun kesimpulan yang didapat 4. Hasil perhitungan struktur bawah,
berdasarkan hasil pembahasan dan fondasi yang digunakan yaitu bored
tujuan daripada penulisan Penelitian pile dengan dimensi tiang 0,8 mm dan
analisis struktur ini adalah sebagai didapat nilai Qijin = 181,713 ton.
berikut : 5. Hasil Rencana Anggaran Biaya (RAB)
1. Struktur gedung bertingkat yang Struktur didapat sebesar
direncanakan, dinyatakan sudah Rp55.671.872.073.
aman terhadap beban-beban yang
bekerja sesuai dengan fungsi yang SARAN
direncanakan dalam perencanaan Berdasarkan hasil analisis yang
denah arsitektur sebagai Gedung telah dilakukan, terdapat beberapa hal
Apartemen. yang perlu diperhatikan sebagai saran
2. Struktur gedung beton bertulang yang dapat diberikan diantaranya adalah
bertingkat 32 lantai direncanakan sebagai berikut :
berdasarkan syarat dan ketentuan 1. Untuk mendapatkan perencanaan
SNI 1726:2012 dengan bangunan yang lebih bernilai
menggunakan Sistem Rangka ekonomis disarankan agar
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) menggunakan desain pada elemen
diperoleh hasil analisis sebagai pembentuk struktur gedung yang

12
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma

berbeda-beda, tetapi masih dalam Institut Teknologi Bandung, 2017.


batas persyaratan yang ditentukan. [7] Desain Spektra Indonesia, diakses
2. Merencanakan struktur tahan gempa September 2019,
dengan menggunakan program http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desa
ETABS 2013, sebaiknya mengikuti in_spektra_indonesia_2011/
acuan SNI yang digunakan, agar [8] Nawy, E.G., Reinforced Concrete,
desain tepat dan sesuai dengan yang Potland Cement Assocoation, Refika
ditargetkan. Aditama, 2015.
[9] Setiawan, Agus., Perancangan
7. DAFTAR PUSTAKA Struktur Beton Bertulang
[1] ACI 318-11., Bulding Code Berdasarkan SNI 2847-2013,
Requirements for Structural Erlangga, 2016.
Concrete, America, 2011 [10] Standar Nasional Indonesia (SNI
[2] ASCE/SEI 7-10, Minimum Design 1726-2012), Tata Cara Perencanaan
Loads For Building and Other Ketahanan Gempa untuk Struktur
Structures, American Society of Bangunan Gedung dan Non Gedung,
Civil Engineers, Reston, Virginia, Badan Standar Nasional, 2012.
2010. [11] Standar Nasional Indonesia (SNI
[3] Arnold, Hugh J., dan Danield C. 1727-2013), Beban Minimum untuk
Feldman., Individual in Perencanaan Bangunan Gedung dan
Organizations, McGraw Hill, Series Struktur Lain. Badan Strandar
in Management, New York, 1986. Nasional, 2013.
[4] Asroni, Ali., Balok dan Pelat Beton [12] Standar Nasional Indonesia (SNI
Bertulang (Edisi Pertama), 2847-2013), Persyaratan Beton
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010. Struktural untuk Bangunan Gedung,
[5] Budiman, Hanggoro., “Perancangan Badan Standarisasi Nasional, 2013.
Modifikasi Struktur Gedung [13] Tarigan M, Teruna D, “Perbandingan
Apartemen Pandan Wangi dengan Respon Struktur Beraturan dan
Menggunakan Sistem Ganda untuk Ketidakberaturan Horizontal Sudut
Dibangun di Bengkulu”, Jurnal dalam Akibat Gempa dengan
Teknik Pomits, Vol.1, 2012. Menggunakan Analisis Statik
[6] Budiono, Bambang, dkk., Contoh Ekivalen dan Time History”, Jurnal
Desain Bangunan Tanah Gempa, Teknik Sipil USU, 2014.

13

You might also like