Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3,No.
1, April 2011
Pemetaan Distribusi Ekosistem Mangrove di Wilayah Kota Surabaya dan Sidoarjo
Memanfaatkan Citra Landsat TM-5
Distribution Mapping of Mangrove Ecosystem in Surabaya and Sidoarjo
by Using Landsat TM-5 Imagery
Zainul Hidayah
Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura
Kampus UTM Jl.Raya Telang No.02 Kamal Bangkalan Madura
E-mail : zain.hidayah99@gmail.com
Abstract
Rapid developments on the coastal regions have become a major thread to mangrove ecosystems. The
conversion of mangrove forest into fish ponds, housing and industrial sites make the area of this unique tropical
ecosystem decline significantly in the last decade. To prevent further destruction of mangrove ecosystems due to
human activities, conservation programs are needed. Therefore, information on mangrove's area as well as their
distribution is needed. The main objective of this research was to demonstrate the ability of remote sensing and
geographic information technology to provide reliable and accurate data on mangrove forest in Surabaya and
Sidoarjo regions. A Landsat TM-5 imagery (acquisition date June 4th, 2009) data was utilized to produce the map.
The results showed that in the 2009 period the area of mangrove forest in Surabaya and Sidoarjo was 378.19 Ha
and 1236.42 Ha respectively. However, over 73.5% area of mangrove in Surabaya and 43.25% in Surabaya were
under critical conditions. Anthropogenic factors and human influence were some of the main factors that cause the
condition. Activities such as illegal and uncontrolled logging, conversion of mangrove's area and the lack of
people's awareness in the importance of mangrove ecosystems were also problems that lead to the massive
damage of mangrove forests.
Keywords : mangrove ecosystems, remote sensing, geographic information technology, Surabaya, Sidoarjo
Pendahuluan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Levinton,
Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan 2005). Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan
integral dari berbagai komponen abiotik (fisika- mangrove Indonesia memiliki keanekaragaman jenis
kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan pohon, antara lain: bakau (Rhizopora spp), api-api
satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk (Avicennia spp), pedada (Sonneratia spp) dan masih
suatu unit fungsional (Romimohtarto dan Juwana, banyak lagi (Bengen, 2001). Hutan mangrove,
2001). Komponen-komponen ini secara fungsional merupakan salah satu sumber daya alam yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik
perubahan pada salah satu dari komponen-komponen dari segi fisik, biologi maupun sosial ekonomi.
tersebut maka, akan menyebabkan perubahan pada Akibat meningkatnya kebutuhan hidup, manusia
komponen lainnya. Perubahan ini tentunya dapat telah mengintervensi ekosistem tersebut. Hal ini
mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dapat terlihat dari adanya alih fungsi lahan mangrove
dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam menjadi tambak, permukiman, areal industri dan
keseimbangannya (Nybakken, 1992). sebagainya. Selain itu manusia juga telah melakukan
Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut penebangan hutan mangrove yang mengakibatkan
semakin meningkat dengan munculnya kesadaran kerusakan dari ekosistem mangrove tersebut. Apabila
dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya keberadaan kawasan mangrove tidak dapat
lautan. Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia dipertahankan lagi, maka abrasi pantai tidak dapat
sumber daya alam yang produktif baik sebagai dielakkan lagi, pencemaran dari sungai ke laut akan
sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan
komunikasi maupun kawasan pariwisata. Karena itu zona budidaya aquaculture pun akan terancam
wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan dengan sendirinya (Dahuri, 2003). Selain itu, akibat
harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah
dimasa datang (Dahuri et,al, 2001). hilangnya berbagai spesies ikan dan fauna yang
Hutan mangrove seringkali juga disebut berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam
hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau jangka panjang akan mengganggu keseimbangan
hutan bakau merupakan tipe hutan tropis yang khas ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem
tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai pesisir umumnya.
07
Pemtaan Distribusi Ekosistem ......
Seiring dengan terus berkembangnya Metodologi Penelitian
penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan yang Citra yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan oleh sebagian manusia yang relatif cepat adalah citra satelit Landsat TM-5 Akuisisi tanggal 4
dalam suatu wilayah yang mengalami Juni 2009. Selain itu, untuk pembuatan peta digital,
pengembangan, sehingga diperlukan pemetaan digunakan pula peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)
wilayah ini secara kontinyu (Noor dan Suryadiputra, produksi Bakosurtanal skala 1:25.000 sebagai peta
2006). Metode konvensional seperti pengukuran dasar. Software yang digunakan dalam pengolahan
langsung dilapangan (survay terestris) tidak bisa citra adalah Earth Resources Mapping (ErMapper)
mencakup daerah yang luas dan juga membutuhkan ver.7 serta ArcGIS ver.9.2 untuk pembuatan data
lebih banyak waktu. Dengan perkembangan base spasial dan peta.
teknologi informasi, kebutuhan akan data dan Pengolahan citra satelit dimulai dengan
informasi yang cepat dan akurat serta mencakup tahapan pra processing. Pada tahapan ini terdiri dari
wilayah yang cukup luas menjadi sangat penting dua tahapan : koreksi radiometri dan koreksi
(Hidayah, 2009). Teknologi penginderaan jauh (data geometri. Koreksi radiometri bertujuan untuk
spatial berbasis citra satelit) menjadi alternatif yang memperbaiki kualitas visual citra dan sekaligus
dapat mendukung penyediaan kebutuhan data memperbaiki nilai-nilai pixel yang tidak sesuai.
spasial. Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek Koreksi geometri bertujuan untuk meletakkan posisi
yang bisa di indentifikasi dengan menggunakan obyek di citra sesuai dengan posisi sebenarnya di
teknologi penginderaan jauh. Moloney (2007) lapangan. Selanjutnya adalah Penajaman citra,
menjelaskan bahwa letak geografi ekosistem dilakukan dengan melakukan komposit pada citra
mangrove yang berada pada daerah peralihan darat sehingga didapatkan kenampakan citra secara visual
dan laut memberikan efek perekaman yang khas jika lebih jelas. Dengan kenampakan citra yang jelas akan
dibandingkan obyek vegetasi darat lainnya . Dari mudah dibedakan antara satu obyek dengan obyek
gambaran tersebut diatas jelas adanya beberapa lain, sehingga mudah untuk membuat area sampling
kondisi yang mendesak untuk melakukan pengkajian (ROI) yang akan dipergunakan dalam klasifikasi
pemetaan sebaran dan kerapatan hutan mangrove tutupan lahan. Komposit yang dipergunakan adalah
menggunakan data penginderaan jauh. 453, karena komposit ini lebih menonjolkan obyek
Pembangunan wilayah pesisir di Jawa sebaran dan kerapatan hutan mangrove (Hidayah dan
Timur, khususnya di kawasan Surabaya dan Muhsoni, 2009).
Siodoarjo saat ini menghadapi permasalahan dasar, Tahapan berikutnya adalah klasifikasi
yaitu: alih fungsi lahan mangrove menjadi area tutupan lahan untuk mendapatkan peta tutupan lahan.
tambak, permukiman, area industri. Selain itu, Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terselia
perencanaan wilayah pesisir yang belum didasari (supervise) dengan metode Maximum Likelihood.
oleh informasi tentang tingkat kondisi ekosistem Metode ini membutuhkan area sampling (Region of
wilayah pesisir yang akurat. Tentu saja kondisi ini Interest) yang didapatkan dari sampling lapang.
akan mempersulit upaya pencegahan kerusakan dan Dalam penyusunan klasifikasi menggunakan
konservasi ekosistem mangrove. Oleh sebab itu, informasi nilai statistik berupa rerata dan simpangan
data-data kondisi terkini yang tersusun dalam sebuah baku tiap sampel, serta variasi (ragam) dan
data base spasial sangat penting keberadaannya kovariansi. Setelah didapatkan peta sebaran
untuk mendukung upaya perlindungan ekosistem mangrove kemudian pada area ini dilakukan analisis
mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk indeks vegetasi. Metode indeks vegetasi yang
memberikan gambaran tentang kegunaan aplikasi dipergunakan adalah NDVI (Normalized Difference
teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Vegetation Index), dengan formula sebagai berikut :
penginderaan jauh sebagai salah satu alternatif
metode dalam memetakan kondisi serta distribusi
ekosistem mangrove, khususnya di kawasan pesisir
Surabaya dan Siodoarjo.
80
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3,No. 1, April 2011
Secara ringkas, alur analisa citra satelit
disajikan dibawah ini.
RBI Citra Satelit Landsat
Skala 1:25.000 TM-5
Pemotongan citra
(musking)
Praprosesing : Koreksi radiometri dan
koreksi geometri
Tidak
RMS Error
Ya
Penajaman citra dengan
Komposit
Klasifikasi Supervise Pembuatan Data Base
Gambar 1. Distribusi Ekosistem Mangrove di
(Maximum Likelihood) Spasial
Surabaya Berdasarkan Citra Landsat
Peta Tutupan lahan Perhitungan Luas
TM-5 2009
Uji akurasi Luas Mangrove Kawasan pantai selatan dan timur Surabaya
Survei Lapang merupakan daerah pesisir yang memiliki topografi
yang datar sehingga air pasang laut dapat masuk
Pemisahan area Mangrove beberapa kilometer ke arah daratan. Pada saat surut,
Data luasan
akan terhampar pantai lumpur dengan kedalaman
Hasil Akurasi
mangrove per
Peta Sebaran Kecamatan
lebih dari 90 cm. Kawasan itu menjadi sangat ideal,
Mangrove
menjadi habitat pertumbuhan mangrove, karena
Analisis kerapatan Mangrove
selain air laut melimpah, ada air tawar dari empat
(indeks vegetasi)
sungai besar yang bermuara di lokasi tersebut, yakni
Kali Wonokromo, Kali Wonorejo, Kali Keputih, dan
Hasil dan Pembahasan Kali Dadapan. Distribusi ekosistem mangrove di
Kondisi Ekosistem Mangrove Kota Surabaya kawasan Kota Surabaya disajikan pada gambar
Ekosistem hutan mangrove di wilayah kota berikut ini :
Surabaya banyak tersebar di beberapa lokasi pesisir,
antara lain : Gununganyar, Rungkut, Sukolilo,
Mulyorejo. Selain itu, ekosistem ini juga terdapat di
Benowo dan Kenjeran meskipun luasannya relatif
sedikit. Gambar peta dibawah ini menjelaskan
mengenai lokasi wilayah pesisir yang tersebar di
Kota Surabaya dan ditumbuhi oleh ekosistem
mangrove. Komposit atau kombinasi saluran/ band
yang digunakan untuk menghasilkan citra diatas
adalah RGB 453. Kombinasi tersebut umum
digunakan untuk membedakan kenampakan vegetasi
dengan obyek lainnya. Dari gambar di bawah ini,
warna merah menunjukkan sebaran vegetasi
mangrove. Jelas terlihat bahwa ekosistem mangrove Gambar 2. Peta Sebaran Mangrove di Kota
di wilayah Kota Surabaya tersebar di 3 lokasi dengan Surabaya Tahun 2009
karakteristik berbeda, lokasi tersebut adalah di tepi
pantai, sepanjang dan muara aliran sungai serta di
sekitar tambak.
09
Pemtaan Distribusi Ekosistem ......
Tabel 1. Luas Ekosistem Mangrove di Wilayah Kota Surabaya Menurut Citra Landsat TM-5Tahun 2009
Nama Klasifikasi Kerapatan (Ha)
Grand Total
Kecamatan Sangat Jarang Jarang Sedang Rapat Sangat Rapat
Asemrowo 002.01 001.12 000.12 - - 003.25
Benowo 007.43 005.87 001.47 000.09 - 014.86
Bulak 000.98 001.90 - - - 002.88
Dukuh Pakis 000.12 - - - - 000.12
Gunung Anyar 008.91 007.86 003.81 000.44 - 021.02
Gununganyar 030.16 033.21 026.26 006.86 - 096.49
Karangpilang 000.51 000.15 - - - 000.66
Kenjeran 002.01 000.26 - - - 002.27
Krembangan 000.58 000.64 003.82 003.01 - 008.05
Lakar Santri 000.78 000.54 - - 000.06 001.38
Mulyorejo 008.38 005.41 008.24 007.52 000.44 029.99
Rungkut 031.71 022.64 008.53 000.90 - 063.78
Sambikerep 000.20 - - - - 000.20
Semampir 004.70 003.22 - - - 007.92
Sukolilo 042.54 040.13 026.41 010.91 - 119.99
Sukomanunggal 000.14 000.09 - - - 000.44
Tandes 001.20 000.30 000.09 - - 001.59
Wiyung 000.53 001.68 000.95 - - 003.16
Wonocolo 000.06 - - - - 000.06
Wonokromo 000.09 - - - - 000.09
Grand Total 143.06 125.00 079.91 029.73 000.50 378.19
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Dari data-data tersebut, dapat dikatakan
luas total ekosistem hutan mangrove di wilayah Kota bahwa secara umum kondisi mangrove di Kota
Surabaya pada tahun 2009 adalah 378,19 Ha. Daerah Surabaya sudah mengkhawatirkan. Menurut
dengan luas hutan mangrove tertinggi adalah beberapa penelusuran data sekunder, kerusakan
Sukolilo (119,99 Ha), Gununganyar (96,49 Ha) dan ekosistem mangrove di Surabaya banyak disebabkan
Rungkut (63,78 Ha). Akan tetapi, berdasarkan oleh perubahan peruntukan lahan (land use) untuk
klasifikasi berdasarkan indeks NDVI terlihat bahwa dijadikan lahan tambak (fish ponds) dan perumahan
sebagian besar hutan mangrove di Kota Surabaya (housing). Untuk mencegah agar kerusakan terus
memiliki kerapatan rendah (jarang atau sangat terjadi, maka telah dilakukan beberapa upaya
jarang) dengan prosentase 33.05% dan 37.83%. konservasi, seperti misalnya di muara Wonokromo
Sedangkan hutan mangrove dengan kerapatan tinggi, dan muara kali Wonorejo.
hanya memiliki prosentase sebesar 7.86% (rapat) dan Upaya-upaya rehabilitasi hutan dengan
0.13% (sangat rapat). Prosentase luasan hutan menanam mangrove harus memperhatikan dua hal
mangrove berdasarkan tingkat kerapatan disajikan penting. Pertama, melibatkan masyarakat pemilik
pada grafik dibawah ini. tambak dan warga nelayan di kawasan muara
Wonokromo dan muara Kali Wonorejo. Karena
mereka setiap hari berinteraksi dengan mangrove,
keterlibatan mereka dalam program rehabilitasi
tersebut akan mendorong mereka melakukan
pemeliharaan dan pengawasan. Kedua, pemilihan
lokasi yang aman dari gangguan. Lokasi yang akan
direhabilitasi haruslah mudah dijangkau/dikunjungi
untuk mempermudah pengawasan dan perawatan.
Gambar 3. Prosentase Luas Hutan Mangrove di Selama ini, rehabilitasi mangrove di kawasan ini
Kota Surabaya Berdasarkan Tingkat dilakukan secara memanjang menyusuri garis pantai.
Kerapatan Meskipun menjangkau sepanjang pantai, bakal
mangrove yang tumbuh rawan rusak karena diterjang
10
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3,No. 1, April 2011
ombak pasang air laut. Akan lebih efektif apabila
rehabilitasi berupa petak-petak seperti tambak yang
ada di belakang garis pantai. Meskipun tidak semua
garis pantai terjangkau, kawasan rehabilitasi yang
terpusat akan mempermudah perawatan dan
memperkecil kegagalan penanaman karena lokasi
terlindung dari air pasang (Noor dan Suryadiputra,
2006).
Kondisi Ekosistem Mangrove Sidoarjo
Hutan mangrove di Kabupaten Sidoarjo
banyak tersebar di kawasan delta, muara sungai,
pesisir pantai berlumpur dan sebagai tumbuhan yang
ditanam di areal tambak. Berdasarkan hasil Gambar 5. Peta Sebaran Mangrove di Sidoarjo
pengamatan dari citra satelit, mangrove banyak Tahun 2009
ditemukan di wilayah Sedati, Buduran, Sidoarjo,
Candi, Porong dan Jabon. Distribusi hutan mangrove Menurut hasil analisa citra Landsat yang
di Kabupaten Sidoarjo disajikan pada Gambar kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi tingkat
berikut ini : kerapatan vegetasi, maka dapat diketahui bahwa luas
total hutan mangrove di Kab.Sidoarjo adalah 1.236,
42 Ha. Jenis mangrove yang mendominasi adalah
Avicennia sp diikuti jenis Bruguiera sp, Rhizophora
stylosa dan Sonneratia alba. Secara umum, terlihat
bahwa prosentase antara hutan dengan kondisi rusak
(kerapatan jarang dan sangat jarang) dengan kondisi
hutan mangrove yang masih baik (kerapatan sedang
sampai dengan sangat tinggi) cukup jauh berbeda.
Akan tetapi apabila dilihat dari luasanya, hal ini
dinilai lebih baik daripada kondisi di Surabaya. Luas
hutan mangrove yang rusak di Kab.Sidoarjo
mencapai 884,06 Ha, sedangkan hutan mangrove
dengan kondisi baik mencapai luas kurang lebih
356,36 Ha. Prosentase hutan mangrove di kawasan
pesisir Kab.Sidoarjo berdasarkan klasifikasi
kerapatannya dapat dilihat pada table grafik dibawah
ini :
Gambar 4. Sebaran Ekosistem Mangrove di
Sidoarjo Berdasarkan Citra Landsat
TM-5 2009
Tabel 2. Luas Ekosistem Mangrove di Wilayah Sidoarjo Menurut Citra Landsat TM-5
Nama Klasifikasi Kerapatan (Ha)
Grand Total
Kecamatan Sangat Jarang Jarang Sedang Rapat Sangat Rapat
Buduran 048.95 028.53 014.09 000.91 - 0092.48
Candi 062.37 036.21 034.65 005.33 000.17 0138.74
Jabon 131.37 086.22 055.81 029.31 - 0302.70
Porong 009.72 003.61 000.40 000.09 - 0013.81
Sedati 137.58 106.63 075.94 060.42 001.02 0381.59
Sidoarjo 067.72 039.56 024.59 008.61 000.06 0140.54
Tanggulangin 010.37 007.43 000.32 - - 0018.12
Waru 066.65 041.13 028.14 012.52 - 0148.44
Grand Total 534.74 349.32 233.93 117.18 001.25 1236.42
11
Pemtaan Distribusi Ekosistem ......
dibutuhkan. Teknologi Sistem Informasi Geografis
(SIG) dapat menjadi alat bantu (tools) untuk
menunjang kegiatan konservasi. Fungsi yang dapat
diperankan oleh teknologi ini selain sebagai penyaji
data dan peta, juga dapat diaplikasikan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan
(decission support systems) terutama dalam
Gambar 6. Prosentase Luas Hutan Mangrove di menentukan kesesuaian wilayah konservasi.
Sidoarjo Berdasarkan Tingkat Kerapatan
Daftar Pustaka
Seperti halnya di wilayah Surabaya, Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan
ekosistem mangrove di Kab.Sidoarjo juga terancam Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian
kelestariannya. Akan tetapi, penyebab yang Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Institut
mengancam hutan mangrove di Sidoarjo berbeda Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
dengan di Kota Surabaya. Di wilayah Sidoarjo, Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan
ancaman utama kerusakan ekosistem mangrove Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat
adalah penebangan liar dan kerusakan lingkungan Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-
akibat sampah domestik. Data Dinas Kelautan dan Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
Perikanan Sidoarjo menyebutkan pelaku mengincar Dahuri, M., J.Rais., S.P. Ginting., dan M.J. Sitepu.
mangrove jenis api-api. Sebab, secara ekonomi jenis 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
mangrove api-api memiliki harga jual tinggi. Pesisir Secara Terpadu. PT. Pradnya
Tanaman mangrove jenis api-api diolah menjadi Paramita. Jakarta, Indonesia.
bahan makanan, kosmetik, dan obat-obatan Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset
sedangkan kayu tanaman mangrove diekspor ke Cina Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
dan Korea. Selain itu, oleh masyarakat sekitar, kayu Jakarta : PT. Gramedia.
mangrove jenis api-api (Avicenia sp) digunakan Hidayah, Z., dan Muhsoni, F. 2009. Pemetaan
untuk kayu bakar untuk rumah tangga maupun untuk Ekosistem Mangrove dan Terumbu Karang
industri bata dan genteng. Kayu dari jenis api-api di Wilayah Pesisir Madura. Laporan
terkenal karena mampu menghasilkan panas yang Penelitian. Dinas Perikanan dan Kelautan
tinggi dan dapat dijadikan kayu arang berkualitas Jawa Timur (tidak dipublikasikan).
tinggi. Kerusakan hutan mangrove terparah di pesisir Hidayah, Z. 2009. Aplikasi SIG dan Penginderaan
Jabon apabila dibandingkan dengan Waru, Sedati, Jauh untuk Pemetaan Kondisi Kritis Hutan
Buduran, Sidoarjo, dan Candi. Mangrove di Kabupaten Pamekasan. Jurnal
Kelautan Volume 2 No.2 Oktober 2009.
Kesimpulan Levinton, M.J. 2005. Marine Biology : Introduction
Berdasarkan hasil analisa citra satelit to Marine Ecology. Cambridge University
Landsat TM-5 tahun 2009, luas hutan mangrove di Publisher. London.
wilayah Surabaya adalah sekitar 378.19 Ha. Moloney, J.2008. Advance GIS and Coastal
Sedangkan untuk wilayah Siodoarjo, luas hutan Mapping. Lecture Material. School of Earth
mangrove yang terdeteksi mencapai 1.236,42 Ha. and Environmental Sciences. James Cook
Prosentase kawasan mangrove di Surabaya dengan University, Australia.
kategori kerapatan jarang hingga sangat jarang Noor. Y.R. Khazali, M. Suryadiputra.I.N.N. 2006.
adalah mencapai >65%. Prosentase ini tidak berbeda Panduan Pengenalan Mangrove di
jauh dengan kawasan Siodoarjo pada kategori yang Indonesia. Ditjen PHKA/WI-IP. Bogor.
sama memiliki prosentase luas sebesar kurang lebih Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu
73%. Kerusakan ekosistem mangrove di dua Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M.
kawasan tersebut lebih banyak diakibatkan oleh Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M.
aktivitas manusia seperti penebangan liar, alih fungsi Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia
lahan mangrove menjadi tambak dan perumahan. Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.
Untuk mencegah semakin tingginya tingkat
kerusakan hutan mangrove baik di Surabaya maupun
di Sidoarjo, maka upaya konservasi sangat
12