0% found this document useful (0 votes)
43 views11 pages

Correlation of Mothers' Knowledge and Employment Status With Exclusive Breastfeeding in Sidotopo

The document analyzes the relationship between mothers' knowledge and employment status with exclusive breastfeeding in Sidotopo. It finds that most mothers (91%) did not exclusively breastfeed, with insufficient knowledge being a major factor (94.4%). Among working mothers, only one (6.7%) exclusively breastfed. Statistical tests found no significant relationship between exclusive breastfeeding and mothers' knowledge or employment status.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
43 views11 pages

Correlation of Mothers' Knowledge and Employment Status With Exclusive Breastfeeding in Sidotopo

The document analyzes the relationship between mothers' knowledge and employment status with exclusive breastfeeding in Sidotopo. It finds that most mothers (91%) did not exclusively breastfeed, with insufficient knowledge being a major factor (94.4%). Among working mothers, only one (6.7%) exclusively breastfed. Statistical tests found no significant relationship between exclusive breastfeeding and mothers' knowledge or employment status.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

Riza Ramli.

36 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 (2020) 36-46 doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.36-46

Hubungan Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu dengan


Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sidotopo

Correlation of Mothers’ Knowledge and Employment Status with


Exclusive Breastfeeding in Sidotopo
Riza Ramli
Departemen Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Email : riza.ramli-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Background: Low level of knowledge about exclusive breastfeeding and mother's
employment status become factors causing flawed exclusive breastfeeding in Indonesia.
The high number of working mothers makes babies unable to be exclusively breastfed.
Objective: This study determined the relationship of knowledge and mother's
employment status with exclusive breastfeeding in Sidotopo. Method: This study was a
descriptive analytical study with a cross-sectional design. The sampling technique used
purposive sampling with a total sample of 57 respondents. The primary data were
collected through questionnaires and then analyzed by using chi-square test. Results:
There were 52 mothers (91%) who did not exclusively breastfeed. Most of them (94.4%)
had insufficient knowledge and did not exclusively breastfeed. The number of mothers
who had good knowledge and exclusively breastfed was only 3 mothers (14.3%). Most
mothers (73.7%) who did not work did not exclusively breastfed their babies (90.5%).
Among 15 working mothers (26.3%), only 1 mother (6.7%) exclusively breastfed. Based on
the bivariate analysis test, there was no relationship of mother's knowledge with
exclusive breastfeeding (P value = 0.346 > 0.05). There was no relationship of mother's
employment status with exclusive breastfeeding (P value= 0.604 <0.05). Conclusion:
Environment and habits of providing complementary food to babies aged less than 6
months are difficult to avoid it, and thus babies cannot gain the benefits of exclusive
breastfeeding.

Keyword: Exclusive Breastfeeding, Baby, Work,


Knowledge

ABSTRAK
Latar Belakang: Di Indonesia masalah rendahnya cakupan ASI eksklusif adalah
rendahnya tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan status pekerjaan ibu.
Tingginya jumlah partisipasi perempuan di dunia kerja membuat mereka yang punya
bayi tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif. Tujuan: Penelitian ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif di Sidotopo. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik
dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah menggunakan rumus purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 57
responden. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan menggunakan
kuesioner. Kemudian, data di analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil: Pada hasil
penelitian didapatkan sebanyak 52 ibu (91%) tidak memberikan ASI eksklusif. Sebagian
besar ibu (94,4%) memiliki pengetahuan kurang dan tidak memberikan ASI eksklusif,
ibu yang punya pengetahuan baik dan memberikan ASI eksklusif hanya 3 ibu (14,3%).
Sebagian besar ibu (73,7%) adalah ibu yang tidak bekerja dan tidak memberikan ASI
eksklusif (90,5%). Ibu yang bekerja berjumlah 15 ibu (26,3%) dan hanya 1 ibu (6,7%)
yang menyusui secara eksklusif. Berdasarkan hasil uji analis bivariat diketahui bahwa
Tidak ada Hubungan antara pengetahuan Ibu dengan pemberian ASI eksklusif, P value =
0,346 > 0,05. Tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif, P value = 0.604 < 0,05. Kesimpulan: Banyaknya pengaruh dari lingkungan dan
adanya kebiasaan memberikan tambahan makanan pada bayi usia kurang 6 bulan

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and


Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 18-09-2018, Accepted: 05-11-2018, Published Online: 31-03-2020
Riza Ramli. Hubungan Pengetahuan dan Status… 37

membuat ibu sulit untuk menghindarinya, sehingga bayi tidak bisa merasakan manfaat
ASI eksklusif.

Kata Kunci: ASI Eksklusif, Bayi, Pekerjaan, Pengetahuan

PENDAHULUAN perempuan (Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, 2013).
Status gizi adalah keadaan tubuh Air Susu Ibu (ASI) adalah asupan
seseorang yang merupakan hasil akhir utama dan wajib diberikan pada semua
dari keseimbangan antara zat gizi yang bayi yang baru dilahirkan (Adiguna and
masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Dewi, 2016). Peraturan Pemerintah
Status gizi sangat erat kaitannya dengan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012
kesehatan individu, ditentukan mulai tentang Pemberian ASI eksklusif Ayat 1
sejak dalam kandungan hingga anak lahir menjelaskan bahwa Air Susu Ibu eksklusif
dan tumbuh dewasa. Pemenuhan gizi yang selanjutnya disebut ASI eksklusif
pada bayi baru lahir dilakukan dengan adalah ASI yang diberikan kepada bayi
tujuan untuk mengurangi angka kesakitan sejak dilahirkan sampai dengan umur 6
dan kematian pada bayi dan balita bulan, tanpa menambahkan memberi
(Dinkes Kota Surabaya, 2015). makanan atau minuman lain (Pemerintah
Angka Kematian Neonatus (AKN) Republik Indonesia, 2012b). ASI eksklusif
sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup atau lebih tepat pemberian ASI secara
menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
pada tahun 2007. Kematian neonatal saja, tanpa tambahan cairan dan
memberikan kontribusi terhadap makanan apapun (Roesli, 2005).
kematian bayi sebesar 56%, sehingga Menyusui sejak dini mempunyai
kematian neonatal harus sangat ditekan dampak positif baik bagi ibu maupun
(Badan Pusat Statistika, 2013). bayi. Bagi bayi, ASI mempunyai peran
Pencapaian target penurunan Angka penting untuk menunjang pertumbuhan,
Kematian Bayi (AKB) oleh Millenium kesehatan, dan kelangsungan hidup
Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 23 karena ASI kaya dengan zat gizi dan
per kelahiran hidup, maka peningkatan antibodi. ASI mengandung sel darah
akses dan kualitas pelayanan neonatal putih, protein, dan zat kekebalan yang
juga harus ditingkatkan lagi (Utut Andita, cocok untuk bayi. Perilaku menyusui pada
2016). ibu dapat mengurangi morbiditas dan
Sejumlah indikator harus terpenuhi mortalitas karena proses menyusui akan
dalam rangka mencapai target Millenium merangsang kontraksi uterus sehingga
Development Goals (MDGs). Indikator mengurangi perdarahan setelah
tersebut meliputi cakupan pelayanan melahirkan (postpartum) (Kementerian
anak dan status kesehatan anak. Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Indikator status kesehatan anak seperti Ibu yang memberikan ASI nya saja
prevalensi Berat Badan Lahir Rendah sampai bayi umur 6 bulan tanpa
(BBLR), panjang badan lahir pendek, tambahan makanan atau minuman apapun
gangguan kesehatan (sakit) pada akan memberikan dampak positif kepada
neonatus, serta cacat lahir atau cacat ibu. ASI eksklusif diklaim bisa sebagai alat
pada anak balita. Indikator cakupan kontrasepsi alami yang bertujuan untuk
pelayanan kesehatan anak meliputi menjarangkan atau mengatur kehamilan
praktik perawatan tali pusar pada bayi jarak kelahiran. United Nations Children's
baru lahir, pemeriksaan bayi baru lahir, Fund (UNICEF) dan World Health
pemberian imunisasi, kepemilikan akte Organization (WHO) telah
kelahiran anak, Kartu Menuju Sehat (KMS) merekomendasikan perempuan yang
dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), mempunyai bayi untuk menyusui bayinya
pemantauan tumbuh kembang anak, mulai dari pertama kali lahir. Setelah bayi
pemberian vitamin A, pemberian ASI dan berumur 6 bulan, ibu kemudian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP dianjurkan untuk memberikan makanan
ASI), Inisiasi Menyusu Dini (IMD), tambahan, tanpa menghentikan
pemberian kolostrum, pemberian asupan pemberian ASI minimal sampai 2 tahun
prelakteal, ASI eksklusif dan sunat

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and


Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 18-09-2018, Accepted: 05-11-2018, Published Online: 31-03-2020
38 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 36-46, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.36-46

(Kementerian Kesehatan Republik susu formula (Dinas Kesehatan Provinsi


Indonesia, 2013). Jawa Timur, 2016). Padahal, ibu tersebut
Dalam 24 jam terakhir, persentase bisa membawa bayinya ke tempat kerja
pemberian ASI saja tanpa memberikan jika memungkinkan dan tidak berbahaya
makan tambahan prelakteal pada umur 6 bagi kesehatan bayinya dengan syarat
bulan di Indonesia adalah sebesar 38% tempat kerja ibu menyediakan ruang
(Kementerian Kesehatan Republik laktasi.
Indonesia, 2013). Sementara persentase Undang-undang Nomor 13 tahun
bayi yang diberikan ASI eksklusif di 2003 Pasal 83 tentang Ketenagakerjaan
Indonesia menurut Pusat Data dan menyatakan bahwa buruh atau karyawan
Informasi tahun 2017 adalah sebesar wanita yang mempunyai bayi harus
35,73% untuk bayi umur 0-6 bulan, dan diberikan kesempatan agar dapat
sebanyak 46,74% pada bayi umur 0-5 memberikan anaknya ASI eksklusif jika hal
bulan. Jawa Timur memperoleh angka itu harus ia dilakukan selama ibu bekerja
34,92% pada pemberian ASI eksklusif (Pemerintah Republik Indonesia, 2003).
hingga bayi umur 6 bulan dan 41,17% bayi Kurangnya kebijakan di tempat kerja
mendapatkan ASI eksklusif hanya selama 5 dalam memberikan waktu dan ruangan
bulan saja. Capaian ini masih belum bagi ibu menyusui untuk menyusui atau
memenuhi target nasional yaitu sebesar sekedar memerah ASI. Peraturan
80% (Kementerian Kesehatan Republik Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Indonesia, 2018). ASI eksklusif dimana Pasal 30
Cakupan bayi yang mendapatkan menyebutkan bahwa penanggung jawab
ASI secara eksklusif tahun 2016 adalah instansi kerja dan penyelenggara tempat
sebesar 74% (Dinas Kesehatan Provinsi sarana umum seharusnya memberikan
Jawa Timur, 2016). Walaupun angka ini dukungan dan memberikan fasilitas khusus
tergolong tinggi dan hampir mencapai agar terlaksananya pemberian ASI
target pemerintah Jawa Timur, namun eksklusif (Pemerintah Republik Indonesia,
tetap saja masih belum memenuhi standar 2012a).
nasional. Cakupan ASI eksklusif yang Kurangnya perhatian dan minat
didata oleh Puskesmas Sidotopo tahun ibu akan pentingnya memenuhi kebutuhan
2016 juga menunjukkan angka pencapaian utama bayi dikarenakan tingkat
sebesar 64% yang juga masih dibawah pengetahuan ibu yang rendah, baik pada
standar nasional. Sedangkan pada ibu yang memilih menjadi pekerja
triwulan ketiga di tahun 2016
maupun ibu rumah tangga (Martalia,
pencapaiannya adalah 0%. Permasalahan
2012). Ibu yang mengetahui manfaat ASI
lain terkait rendahnya capaian ASI
eksklusif di masyarakat disebabkan oleh dan cara pemberian ASI disaat bekerja,
faktor psikologis, pemberi pelayanan akan meningkatkan capaian pemberian
persalinan, ibu bekerja, budaya dan ASI eksklusif, begitupun sebaliknya.
promosi susu formula. Semua faktor Kondisi inilah yang kemudian mendorong
tersebut mempengaruhi perilaku ibu ibu untuk memberikan makanan terlalu
dalam menyusui bayinya secara eksklusif dini. Berdasarkan uraian tersebut maka
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
2016). tentang hubungan pengetahuan dan status
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
(TPAK) pada pekerja wanita mengalami eksklusif di Kelurahan Sidotopo.
peningkatan dari 2,33% menjadi 55,04%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa METODE
perempuan semakin aktif dalam
menunjang status ekonomi keluarga dan Penelitian ini adalah penelitian
mereka mempunyai kesempatan untuk deskriptif analitik dengan menggunakan
bekerja di bidang pekerjaan yang sama rancangan cross sectional. Penelitian ini
dengan laki-laki (Asyari, 2017). dilaksanakan pada tahun 2018 di
Tuntutan ekonomi sekarang ini Sidotopo. Populasinya adalah ibu yang
menyebabkan perempuan harus bekerja di mempunyai bayi dan balita. Sampel
luar rumah. Kondisi seperti ini membuat ditentukan dengan menggunakan metode
perempuan yang mempunyai bayi purposive sampling, dan jumlah sampel
terpaksa harus menitipkan bayinya ke adalah sebanyak 57 responden.
keluarga atau pengasuh dan diberikan
Riza Ramli. Hubungan Pengetahuan dan Status… 39

Variabel yang digunakan adalah keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada


variabel bebas dan terikat. Variabel bebas bayi (80,7%).
(independent variable) adalah
pengetahuan dan status pekerjaan ibu. Tabel 1. Karateristik Berdasarkan Umur,
Variabel terikat (dependent variable) Tingkat Pendidikan, Status
dalam penelitian ini adalah pemberian ASI Pekerjaan, Dukungan Keluarga
eksklusif. Adapun data karakteristik dan Budaya
responden meliputi umur, tingkat Karakteristik n %
pendidikan, status pekerjaan, dukungan Umur (tahun)
keluarga dan budaya. <20 2 3,5
Teknik pengumpulan data adalah 20-30 29 50,9
menggunakan data primer. Data 31-40 18 31,6
kemudian dikumpulkan dengan >40 8 14,0
menggunakan kuesioner yang berisi data Tingkat Pendidikan
karakteristik ibu dan pertanyaan untuk Tidak Sekolah 2 3,5
SD 21 36,8
mengetahui pengetahuan ibu tentang ASI SMP 21 36,8
eksklusif meliputi definisi, waktu SMA 13 22,8
pemberian yang tepat pada bayi, manfaat Status Pekerjaan
ASI eksklusif, dan cara memberikan ASI Tidak Bekerja 42 73,7
ketika ibu bekerja. Pengisian kuesioner Bekerja 15 26,3
oleh responden dipandu oleh peneliti jika Dukungan Keluarga
ada dari pertanyaan tersebut yang kurang Ya 41 71,9
dimengerti oleh responden. Tidak 16 28,1
Pengolahan data menggunakan Budaya
SPSS dengan melakukan editing, scoring, Ya 46 80,7
coding dan entry. Data selanjutnya di Tidak 11 19,3
analisis untuk melihat distribusi Total 57 100
frekuensinya dari semua variabel, dan
crosstab untuk mengetahui hubungan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemberian
antara variabel independent dengan ASI Eksklusif
dependent. Analisis data menggunakan Pemberian ASI Eksklusif n %
uji Chi-Square. Ya 5 9
Tidak 52 91
Total 57 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 menunjukkan bahwa
Hasil penelitian ditampilkan
persentase ibu yang menyusui bayinya
dalam bentuk data karakteristik
secara eksklusif sangat rendah. Hampir
responden saat diwawancarai, analisis
semua ibu (91%) yang memberikan
univariat dan analisis bivariat.
makanan tambahan selain ASI pada bayi
Karakteristik responden berisi tentang
umur 0-6 bulan, dan ibu yang memberikan
umur responden, tingkat pendidikan,
ASI secara eksklusif hanya berjumlah 5
status pekerjaan, dukungan keluarga dan
orang (9%).
budaya. Analisis univariat ini digunakan
Tabel 3 menunjukkan bahwa
untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
mayoritas ibu (94,4%) memiliki
variabel dependent yaitu pemberian ASI
pengetahuan yang kurang tentang ASI
eksklusif. Analisis bivariat untuk
eksklusif yang menyebabkan ibu tidak
mengetahui hubungan antara kedua
menyusui secara eksklusif kepada
variabel.
bayinya. Hasil analisis bivariat di
Tabel 1 menunjukkan bahwa
dapatkan nilai P value = 0,346 > α 0,05,
sebagian besar ibu berusia 20-30 tahun
artinya tidak ada hubungan antara
(50,9%). Pendidikan terakhir sebagian
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
besar responden yang diteliti adalah SD
eksklusif.
dan SMP (36,8%). Mayoritas responden
Tingkat pengetahuan responden
yang diteliti tidak memiliki pekerjaan di
tentang ASI eksklusif adalah skor yang
luar rumah atau hanya mengurusi rumah
diperoleh responden dari kemampuan
(73,7%). Keluarga ibu juga mendukung
menjawab kuesioner dengan benar
agar bayinya diberikan ASI saja (71,9%), tentang ASI eksklusif yang meliputi
dan di lingkungan tempat tinggal ibu definisi ASI eksklusif, waktu pemberian
terdapat budaya yang bisa menentukan yang tepat pada bayi, manfaat ASI
40 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 36-46, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.36-46

eksklusif, dan cara memberikan ASI yang baik, tetapi tidak seluruhnya yang
ketika ibu bekerja. menyusui bayinya secara Eksklusif
Hasil yang sama juga dilakukan di (Mabud, Mandang and Mamuaya, 2014).
Kota Semarang tahun 2013, diperoleh Kondisi ini disebabkan oleh pola
nilai P value = 0,535 > α 0,05, yang pikir yang salah dan life style yang buruk,
berarti tidak ada hubungan antara sehingga mempengaruhi ibu dalam
pengetahuan dengan pemberian ASI memberikan makanan pendamping pada
eksklusif (Mitraning, 2014). Pada usia <6 bulan. Maraknya iklan susu
umumnya, ibu dengan tingkat formula yang ditawarkan oleh produsen
pengetahuan rendah cenderung susu telah berhasil menarik perhatian ibu
memberikan makanan pendamping ASI untuk memberikan pada bayinya.
pada usia yang lebih dini (64,9%) Penelitian yang dilakukan pada 2014 juga
dibandingkan ibu yang berpengetahuan mendapatkan hasil bahwa tidak ada
baik (57,9%). Penelitian yang dilakukan di hubungan antara pengetahuan dengan
Kota Manado tahun 2014 juaga pemberian ASI eksklusif dengan nilai P
menunjukkan hasil serupa, dengan P value = 0,104 > α 0,05 (Somi, Subrata and
value = 0,185 > α 0,05. Penelitian Susilo, 2014).
tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar ibu memiliki tingkat pengetahuan

Tabel 3. Hubungan Pengetahun Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


ASI Eksklusif
Pengetahuan Ibu P
Ya Tidak Total % value
n % n %
Baik 3 14,3 18 85,7 21 100
0,346
Kurang 2 5,6 34 94,4 36 100
Total 5 8,8 52 91,2 57 100

Penelitian berbeda menunjukkan Ada enam tingkatan pengetahuan,


adanya hubungan antara pengetahuan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
dengan pemberian ASI eksklusif dengan sintesis, dan evaluasi. Tahu, yang
nilai P value = 0,000 < α 0,05. Responden didapatkan dari mengingat kembali apa
yang memberikan ASI eksklusif adalah yang sudah dipelajari. Memahami,
responden dengan tingkat pengetahuan diartikan sebagai suatu kemampuan dalam
tinggi (Putri, 2016). Penelitian yang menguasai materi, serta bisa
dilakukan di Kenya pada 2016 menginterpretasikan. Aplikasi, diartikan
menjelaskan bahwa secara keseluruhan sebagai mampu dalam menerapkan
ibu mempunyai pengetahuan yang luas materi. Analisis, adalah mampu dalam
tentang aspek menyusui. Hampir semua penjabaran suatu objek ke dalam
ibu (98%) mengakui bahwa menyusui komponen-komponen. Sintesis, yaitu
merupakan makanan pertama bayi dan mampu untuk mengkaitkan bagian-bagian
sebesar 59% ibu setuju bayi harus disusui tertentu. Evaluasi, yakni mampu
selama 2 tahun. Sebagian besar ibu yaitu memberikan penilaian pada suatu
79,9% tahu bahwa bayi harus diberikan ASI objek/materi yang telah dipelajari dan
saja tanpa tambahan makanan apapun diamati.
selama enam bulan. Namun, hanya 19,2% Seseorang bisa mendapatkan
ibu yang tahu tentang manfaat kolostrum pengetahuan dari berbagai pengalaman
(Mucheru, Waudo and Chege, 2016). dan berbagai macam sumber, baik itu dari
Pengetahuan adalah hasil dari media elektronik maupun media cetak.
tahu dan muncul dari pengalaman Seringnya seseorang berinteraksi dengan
seseorang yang berasal dari orang lain, teman ataupun petugas
penginderaan terhadap obyek tertentu. kesehatan akan menambah wawasan
Penginderaan terjadi melalui fungsi panca pengetahuan mereka. Rendahnya
indra yaitu dengan cara melihat, pengetahuan responden berdampak pada
mencium, mendengar, merasakan dengan praktik pemberian ASI eksklusif.
lidah dan meraba dengan kulit. Sehingga, Responden memberikan makanan
dari hal itulah seseorang bisa melakukan tambahan seperti susu formula, air putih
suatu tindakan atas apa yang dia peroleh bahkan memberi makan pisang pada bayi
(Notoatmojo, 2012). sebelum umur 6 bulan.
Riza Ramli. Hubungan Pengetahuan dan Status… 41

Pemberian tambahan makanan ini motivasi untuk memberikan bayi makanan


dilakukan dengan alasan bayi rewel, tidak tambahan (Green, 1980).
kenyang jika diberi ASI saja, dan supaya Teori ini terbukti saat melakukan
bayi mendapatkan tambahan gizi lain dari wawancara dengan ibu. Di dekat ibu
makanan tersebut. Praktik semacam ini tersebut ada orangtua ibu dan juga
ternyata sudah biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar. Mereka mengatakan
keluarga responden dan turun temurun bahwa pemberian makanan tambahan
serta di lingkungan tempat responden sejak bayi baru lahir memang sudah biasa
tinggal juga mempercayai praktik dilakukan oleh masyarakat disana.
tersebut. Berbagai macam makanan dan minuman
Hasil uji statistik dalam penelitian yang dianggap cocok untuk bayi pun
ini menunjukkan tidak terdapat hubungan diberikan tanpa adanya pengetahuan dan
yang signifikan antara kedua variabel. pemahaman tentang itu.
Kondisi ini bisa saja disebabkan karena Sejumlah ibu dengan pengetahuan
tidak semuanya ibu yang mempunyai baik mengenai ASI eksklusif dan menyusui
pengetahuan baik akan mudah untuk penuh sampai 6 bulan, mengatakan bahwa
mengaplikasikannya, begitu pula dengan mereka tahu tentang budaya yang ada di
ibu yang mempunyai pengetahuan kurang lingkungannya. Ibu tidak mempercayai hal
bisa jadi dia memberikan ASI atau tidak. tersebut dikarenakan ibu tahu tentang
Ibu yang memiliki pengetahuan kurang bahayanya dan ibu tahu tentang kematian
biasanya mudah untuk mengikuti saran bayi disebabkan oleh praktik pemberian
yang baik dari siapun, namun saran makanan yang salah. Namun, pada ibu
tersebut bisa juga ditolak karena ibu yang berpengetahuan baik dan tidak
sudah mempunyai kepercayaan kuat yang menyusui bayinya sampai usia 6 bulan
sudah turun temurun. lebih yakin dan percaya dengan budaya
Banyaknya mitos yang beredar di yang selama ini dianut oleh masyarakat
masyarakat tentang ASI bisa membuat ibu sekitarnya. Sehingga pengetahuan ibu
sangat mudah terpengaruh dan tentang ASI eksklusif tidak lagi
mempercayainya sehingga merubah berpengaruh pada pemberian ASI. Kondisi
perilaku ibu dalam pemberian ASI. Faktor ini dapat disebabkan oleh kurangnya
yang dapat mempengaruhi perilaku motivasi ibu untuk menyusui bayinya.
seseorang antara lain pengetahuan, sikap, Ibu yang mempunyai pengetahuan
kepercayaan, serta dukungan dari suami, baik bukan dari adanya program
orangtua, tokoh masyarakat maupun penyuluhan tentang ASI eksklusif di
petugas kesehatan. Lingkungan tempat lingkungan tersebut. Mereka secara
tinggal serta adanya pengalaman dari spontan berinisiatif untuk bertanya
orangtua dan masyarakat menambah tentang ASI eksklusif pada petugas
keyakinan ibu bahwa anak yang tidak kesehatan saat ada kegiatan Posyandu.
diberikan ASI eksklusif tetap bisa tumbuh Ibu juga sering mendapat informasi
dengan semestinya. Keyakinan tersebut tentang ASI eksklusif dari keluarga atau
sudah melekat dalam diri ibu sehingga teman yang berlatar belakang kesehatan
sangat sulit untuk merubah perilaku (Somi, Subrata and Susilo, 2014).
tersebut (Green, 1980). Tingkat pengetahuan ibu yang
Perilaku juga dipengaruhi oleh baik dan tingginya motivasi dalam
unsur lain yang ada dalam diri seseorang, menyusui secara eksklusif dipengaruhi
seperti motivasi. Perilaku ibu dalam oleh interaksi yang positif antara sesame
pemberian makanan selain ASI kepada ibu yang mempunyai bayi. Ibu menjadi
anaknya sebelum usia 6 bulan termotivasi bersemangat karena adanya dukungan
dari lingkungan, baik itu di luar rumah dari lingkungan sekitar, terutama ibu
maupun dalam rumah. Motivasi yang ada yang mempunyai teman orang yang
dalam diri ibu bukanlah motivasi untuk berlatar belakang kesehatan, sehingga
menyusui secara eksklusif, melainkan secara tidak langsung ibu mendapatkan
penyuluhan.

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and


Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 18-09-2018, Accepted: 05-11-2018, Published Online: 31-03-2020
42 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 36-46, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.36-46

Tabel 4. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


ASI Eksklusif
Pekerjaan P
Ya Tidak Total % value
n % n %
Bekerja 1 6,7 14 93,3 15 100
Tidak Bekerja 4 9,5 38 90,5 42 100 0,604
Total 5 8,8 52 91,2 57 100

Tabel 4 menunjukkan sebagian Kabupaten Flores Timur dengan P value =


besar ibu tidak bekerja dan diantaranya 0,918 > α 0,05 yang berarti tidak ada
ada 4 orang (9,5%) yang memberikan ASI hubungan antara pekerjaan ibu dengan
saja selama 6 bulan kepada bayinya. pemberian ASI eksklusif. Namun, yang
Sementara itu, dari seluruh ibu yang berbeda dari penelitian ini adalah
bekerja hanya ada 1 orang (6,7%) yang sebagian besar ibu bekerja dan tidak
menyusui secara eksklusif. Hasil analisis menyusui bayinya secara eksklusif
bivariat didapatkan nilai P value = 0,604 > menunjukkan persentase sebesar 53%.
α 0,05, artinya tidak ada hubungan antara Pada prinsipnya, pekerjaan akan
status pekerjaan ibu dengan pemberian memberikan pengalaman dan memiliki
ASI eksklusif. pengaruh terhadap pengetahuan
Hasil penelitian ini sejalan dengan seseorang. Ibu yang mempunyai kesibukan
penelitian yang dilakukan di Semarang, di luar rumah dan berinteraksi dengan
yang menyatakan bahwa tidak ada orang banyak akan memiliki pengetahuan
hubungan yang signifikan antara pekerjaan yang lebih luas daripada ibu yang lebih
dengan pemberian ASI eksklusif dengan banyak menghabiskan waktunya di rumah.
nilai P value = 0,638 > α 0,05. Penelitian Kondisi ini dikarenakan ibu mempunyai
tersebut juga menyebutkan bahwa banyak banyak relasi dan kesempatan untuk
ibu yang hanya mengurusi pekerjaan mendapatkan informasi lebih besar.
rumah tangga dan tidak menyusui bayinya Penelitian yang dilakukan di Kota
secara eksklusif. Ibu tersebut berjumlah Palopo juga menunjukkan hasil serupa,
sebanyak 59 orang serta dari jumlah itu dimana mayoritas ibu berstatus bekerja
hanya 22 orang (37,3%) yang menyusui (71,4%) (Usman, 2018). Hasil ini serupa
secara eksklusif, selebihnya 37 orang dengan penelitian yang dilakukan di
(62,7%) ibu yang tidak memberikan ASI Palembang dengan persentase tertinggi
secara eksklusif. yakni pada ibu bekerja (Sartika, 2015).
Penelitian yang dilakukan di Namun dari hasil penelitian di Kota Palopo
Puskesmas Bungus mendapatkan hasil menunjukkan lebih dari separuh ibu
yang sama, yaitu sebagian besar ibu tidak (62,9%) yang memilih menjadi seorang
bekerja. Mayoritas ibu yang memberikan pekerja tersebut terhambat untuk
ASI eksklusif adalah ibu yang tidak menyusui bayinya. Penelitian tersebut
bekerja (78,7%). Sedangkan Ibu yang menunjukkan tidak ada ada hubungan
mempunyai kesibukan di luar rumah dan antara pekerjaan dengan pemberian ASI
memberikan ASI eksklusif hanya 28,6% eksklusif dengan nilai P value = 0,290 > α
(Nasution, Liputo and Mahdawaty, 2016). 0,05 (Usman, 2018).
Penelitian serupa yang dilakukan Penelitian yang dilakukan di
di Manado menyatakan bahwa tidak ada Kabupaten Rokan Hulu juga menyatakan
hubungan antara pekerjaan ibu dengan bahwa tidak ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif (P value = 0.052 > pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif
α 0,05). Hasil tersebut menunjukkan dengan P value= 0.590 > α 0,05. Namun,
bahwa ibu lebih banyak yang tidak bekerja dalam penelitian tersebut, ibu yang tidak
dibanding yang bekerja. Penelitian bekerja mayoritas menyusui bayinya
tersebut juga menyebutkan bahwa secara eksklusif (38,3%), sedangkan ibu
mayoritas ibu yang tidak bekerja memilih yang bekerja hanya 28,6% yang sanggup
untuk tidak menyusui bayinya (64%). memenuhi kebutuhan menyusu pada
Sementara ibu yang bekerja dan tetap bayinya (Susmaneli, 2013).
menyusui bayinya 0-6 bulan hanya 13 Hasil penelitian ini berbeda
orang (36%) (Kusmiyati, Adam and Pakaya, dengan yang ditemukan dalam penelitian
2014). sebelumnya yang menyatakan hasil dari uji
Hasil penelitian ini juga didukung statistiknya ada hubungan yang bermakna
oleh penelitian yang dilakukan di antara pekerjaan ibu dengan pemberian
Riza Ramli. Hubungan Pengetahuan dan Status… 43

ASI eksklusif dengan nilai P value = 0,018 > memenuhi hak anaknya untuk
0,05. Penelitian tersebut menyebutkan mendapatkan ASI eksklusif jika hal itu
bahwa sebagian besar ibu yang memiliki tidak bisa ditinggalkan selama ibu
pekerjaan dan menyanggupi kebutuhan ASI melakukan pekerjaannya. Ini memberikan
bayinya adalah 67,6% lebih banyak dari peluang bagi meraka untuk tetap bisa
yang tidak memberikan ASI eksklusif. memberikan manfaat ASI kepada bayinya
Sementara itu, ibu yang di rumah saja (Pemerintah Republik Indonesia, 2003).
juga menunjukkan angka yang tinggi dalam Peraturan Pemerintah No. 33
pelaksanaan ASI eksklusif yaitu 54,8%. Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI
Walaupun demikian, pemberian ASI eksklusif Pasal 30 (Tempat Kerja dan
eksklusif tetap bisa dilaksanakan baik pada Tempat Sarana Umum) Ayat 1 dan 2
ibu yang bekerja ataupun tidak bekerja mengatakan bahwa instansi kerja dan
(Bahriyah, Putri and Jaelani, 2017). sarana umum seharusnya memberikan
Meski tidak keseluruhan ibu yang dukungan terhadap program ASI eksklusif
menyusui bayinya secara eksklusif, dan bisa mengatur hubungan kerja antara
penelitian tersebut mengatakan bahwa perusahaan dengan karyawan (Pemerintah
masih adanya kecenderungan ibu yang Republik Indonesia, 2012a). Jika tidak,
tidak bisa meninggalkan pekerjaannya di pihak perusahaan atau instansi akan
luar rumah sehingga ibu tidak punya waktu mendapatkan sanksi pidana sesuai
yang cukup untuk menyusui bayinya. Bagi dengan Undang-undang Kesehatan pasal
pekerja wanita, masa cuti melahirkan 200/201 yang terdapat dalam Pasal 36
yang diberikan oleh instansi tempat kerja (Departemen Kesehatan Republik
tidak sebanding dengan masa menyusui Indonesia, 2009).
anak mereka. Masa cuti yang diberikan Peraturan Pemerintah No. 33
lebih cepat dan mengharuskan ibu untuk Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
segera kembali bekerja. Sehingga, ibu Eksklusif Pasal 30 (Tempat Kerja dan
terpaksa memberikan susu formula sebagai Tempat Sarana Umum) Ayat 3 mengatakan
pengganti ASI eksklusif (Bahriyah, Putri bahwa penanggung jawab instansi dan
and Jaelani, 2017). penyelenggara tempat sarana umum harus
Pekerjaan terkadang memfasilitasi perempuan yang dalam masa
mempengaruhi keterlambatan ibu untuk menyusui untuk tetap memberikan ASInya
memberikan ASI secara eksklusif. Secara baik itu dengan menyusui di tempat kerja
teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu pada ruangan khusus atau hanya sekedar
sehingga tidak cukup untuk untuk memerah ASI. Instansi kerja yang
memperhatikan kebutuhan ASI tidak mengindahkah peraturan inilah yang
(Departemen Kesehatan Republik membuat ibu tidak bisa memenuhi hak
Indonesia, 2005). anaknya untuk merasakan manfaat ASI
Di Indonesia ada 3.041 eksklusif (Pemerintah Republik Indonesia,
perusahaan, hanya 152 dari total tersebut 2012a).
yang telah memenuhi hak pekerja Ibu yang tidak terikat dengan
perempuan, dan yang lainnya belum bisa suatu pekerjaan di luar rumah seharusnya
memberikan layanan yang mendukung ASI mempunyai banyak waktu untuk
eksklusif pada pekerja perempuan mereka memberikan kasih sayang dalam
yang mempunyai bayi. Perusahaan pemenuhan hak ASI bayinya dibandingkan
harusnya sadar akan hak perempuan yang ibu yang sibuk di luar rumah. Namun
memiliki bayi, dengan menyediakan ruang sayangnya, banyak dari mereka tidak
laktasi yang nyaman, selain hak lainnya memahami kebutuhan dasar bayi baru
seperti dalam pemenuhan gizi perempuan. lahir tersebut dan tidak memberikan
Namun banyak dari pekerja perempuan kesempatan pada bayinya untuk
yang tidak tahu dengan hak nya tersebut merasakan manfaat ASI eksklusif tersebut.
bahkan enggan untuk menerimanya Penelitian yang dilakukan di
(Kusumaningtyas, 2018). Tanzania yang merangkum faktor yang
Kebebasan menyusui sebenarnya mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di
telah diatur oleh Undang-undang negara berkembang dari beberapa ahli
Kesehatan No. 13 tahun 2003 tentang mengatakan bahwa umur ibu, pendidikan,
Ketenagakerjaan Pasal 83 yang pekerjaan, budaya dan kepercayaan, gaya
mengatakan karyawan perempuan yang hidup, perawatan antenatal dan penolong
mempunyai tanggungan dalam menyusui persalinan sangat mempengaruhi
bayinya harus diberi kesempatan untuk keberhasilan ASI eksklusif. Penelitian
44 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 36-46, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.36-46

tersebut menyebutkan bahwa banyak ibu pekerjaan di luar rumah disebabkan


yang tidak menyusukan bayinya secara karena mereka sudah mempunyai
eksklusif karena merasa air susu saja tidak anggapan kurang tepat tentang ASI itu
cukup untuk anak mereka, baik pada sendiri. Ibu mengira bahwa dengan
mereka yang sibuk di luar rumah ataupun memberikan ASI saja pertumbuhan bayi
mereka yang tidak mempunyai kegiatan di tidak sempurna, lambat, bayi tidak merasa
luar rumah (Maonga et al., 2016). kenyang hingga akhirnya ditambah dengan
Pekerjaan tidak memunculkan pemberian makanan selain ASI (Marfuah
pengaruh terhadap pemberian ASI. Rata- and Kurniawati, 2017).
rata mereka sudah memberikan makanan Bekerja tidak bisa dijadikan
lain selain ASI sejak bayi berusia 3-4 bulan sebagai alasan untuk tidak memberikan
seperti bubur singkong. Bayi membutuhkan anak ASI eksklusif setidaknya selama 4
makanan lain setelah umur 3 bulan untuk bulan dan bila memungkinkan tetap
mendapatkan kekuatan dan mencapai berlanjut hingga umur 6 bulan. Tingginya
kesehatan yang baik. Kepercayaan ibu pengetahuan perempuan yang memiliki
seperti inilah yang membuat capaian ASI bayi akan pentingnya ASI eksklusif, alat
eksklusif menjadi rendah. dan tahu cara memerah ASI akan
Penelitian yang dilakukan di memotivasi ibu tetap bisa memberikan ASI
Tanzania tersebut sejalan dengan hasil secara eksklusif walaupun tetap bekerja,
yang didapat dalam penelitian ini. Ibu serta ibu akan merasa terfasilitasi dengan
yang menjawab saat diberi pertanyaan adanya lingkungan kerja yang mendukung
mengapa tidak memberikan ASI saja saat (Roesli, 2008; Susmaneli, 2013).
anak berumur 0-6 bulan, mengatakan Ibu yang lebih banyak
bahwa dengan memberi ASI dan susu menghabiskan waktunya di rumah, namun
formula bersamaan akan meningkatkan memiliki pengetahuan dan pemahaman
kecerdasan dan kesehatan bayi itu sendiri. yang tepat mengenai ASI, mengabaikan
Ibu dan keluarga sangat mempercayai semua mitos yang beredar di masyarakat,
kandungan gizi yang terdapat dalam susu dan ibu peduli dengan kesehatan serta
formula yang banyak diiklankan. Ibu atau tumbuh kembang bayinya tentu akan
anggota keluarga lain juga turut bersemangat dalam memberikan ASI
memberikan makanan lain kepada bayi, secara eksklusif. Penelitian yang dilakukan
misalnya saja madu, karena madu di Puskesmas Bungus mengemukakan
dianggap bisa membuat bayi tumbuh sehat bahwa banyaknya ibu yang memilih untuk
dan membuat merah merona bibir bayi. tetap mengurus rumah saja namun justru
Ibu yang tidak mempunyai memberikan susu formula dan tambahan
kesibukan di luar rumah namun tidak makanan lain bayinya dikarenakan tingkat
memberikan ASI nya mengatakan bahwa pendidikan yang rendah dan minimnya
susu formula lebih praktis, dan ini juga pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif
menambah pemberian susu ke bayi karena (Nasution, Liputo and Mahdawaty, 2016).
ASI tidak lancar. Ibu terlihat juga malas Kunci kesuksesan dalam pemberian
menyusukan bayinya dan lebih senang ASI eksklusif adalah Informasi, pendidikan
dengan menyusukan bayi menggunakan dan komunikasi. Strategi komunikasi
botol susu. bertujuan untuk merubah perilaku.
Hasil penelitian ini sama dengan Seperti kampanye promosi kesehatan agar
yang dilakukan di Kota Manado, dimana menjadi efektif, sikap dan praktik
penelitian tersebut menemukan adanya penyedia layanan kesehatan juga harus
anggapan yang salah dari ibu tentang ditingkatkan (Ayed, 2014).
bagaimana cara pemberian ASI eksklusif
yang seharusnya. Adanya kekhawatiran SIMPULAN
pada diri sendiri yang mengira bahwa
terlalu lama menyusui dapat membuat Kesimpulan dari hasil penelitian
payudaranya jelek, serta membuat berat di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada
badan bertambah. hubungan antara pengetahuan Ibu dengan
Dalam hasil penelitian yang pemberian ASI eksklusif di Sidotopo.
dilakukan pada 2017 juga menegaskan Tidak ada hubungan pula antara status
bahwa rendahnya capaian ASI eksklusif di pekerjaan Ibu dengan pemberian ASI
tengah ibu yang tidak mempunyai eksklusif di Kelurahan Sidotopo.
Riza Ramli. Hubungan Pengetahuan dan Status… 45

DAFTAR PUSTAKA Indonesia (2018) Data dan Informasi


Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Adiguna, I. M. A. and Dewi, W. C. W. S. Jakarta.
(2016) ‘PENGETAHUAN AYAH SEBAGAI Kusmiyati, K., Adam, S. and Pakaya, S.
BREASTFEEDING FATHER TENTANG (2014) ‘Hubungan Pengetahuan,
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan
KERJA PUSKESMAS TAMPAKSIRING I Pemberian Makanan Pendamping ASI
GIANYAR BALI 2014’, E-Jurnal Medika (MP – ASI) Pada Bayi Di Puskesmas
Udayana; Vol 5 No 6 (2016): E-jurnal Bahu Kecamatan Malalayang Kota
medika udayana. Available at: Manado’, Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eu Kusumaningtyas, S. (2018) 95 Persen
m/article/view/19991. Perusahaan di Indonesia belum penuhi
Asyari, Y. (2017) Kesetaraan Gender di Hak Pekerja Perempuan, Sains
Dunia Industri, Jumlah Pekerja Kompas. Available at:
Perempuan Naik., Jawa Pos. Available https://sains.kompas.com/read/2018
at: /04/20/203600423/95-persen-
https://www.jawapos.com/ekonomi/ perusahaan-di-indonesia-belum-
30/11/2017/kesetaraan-gender-di- penuhi-hak-pekerja-
dunia-industri-jumlah-pekerja- perempuan?page=all.
perempuan-naik/. Mabud, N. H., Mandang, J. and Mamuaya,
Ayed, A. (2014) ‘Knowledge, attitude and T. (2014) ‘Hubungan Pengetahuan,
practice regarding exclusive Pendidikan, Paritas dengan Pemberian
breastfeeding among mothers ASI Eksklusif di Puskesmas Bahu
attending primary health care centers Kecamatan Malalayang Kota Manado’,
in Abha city’, International Journal of Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2), pp. 51–56.
Medical Science and Public Health, Maonga, A. R. et al. (2016) ‘Factors
3(11), p. 1355. doi: Affecting Exclusive Breastfeeding
10.5455/ijmsph.2014.140820141. among Women in Muheza District
Badan Pusat Statistika (2013) Survei Tanga Northeastern Tanzania: A Mixed
Demografi dan Kesehatan Indonesia Method Community Based Study’,
2012. Jakarta. Maternal and Child Health Journal,
Bahriyah, F., Putri, M. and Jaelani, K. A. 20(1), pp. 77–87. doi:
(2017) ‘Hubungan Pekerjaan Ibu 10.1007/s10995-015-1805-z.
Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Marfuah and Kurniawati (2017) ‘Hubungan
Pada Bayi’, Journal Endurance, 2(2), Pendidikan dan Pekerjaan Ibu
pp. 113–118. terhadap Pemberian MP-ASI Dini pada
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Balita Usia 6-24 bulan.’, Media
(2005) Pedoman Pekan Kesehatan Publikasi Penelitian, 15(1), pp. 51–57.
Nasional. Jakarta: Departemen Martalia, D. (2012) Asuhan Kebidanan.
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Pustaka Belajar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Mitraning, W. (2014) Hubungan antara
(2009) Undang-undang Republik Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan,
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 dan Sikap Ibu Bayi dengan Pemberian
tentang Kesehatan. Jakarta. ASI Eksklusif di Kelurahan Krobokan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kota Semarang Tahun 2013.
(2016) Profil Kesehatan Jawa Timur. Universitas Dian Nuswantoro.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Mucheru, P., Waudo, J. and Chege, P.
Jawa Timur. (2016) ‘Relationship between
Dinkes Kota Surabaya (2015) Profil Maternal Knowledge on Exclusive
Kesehatan Kota Surabaya 2015. Breastfeeding and Breastfeeding
Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Practices Among Mothers with Infants
Surabaya. (0-6 Months) in Kibera Slums, Nairobi
Green, L. (1980) Health Education: A County, Kenya’.
Diagnosis Approach. United State: Nasution, S. I., Liputo, N. I. and
Mayfield Publishing Co. Mahdawaty (2016) ‘Artikel Penelitian
Kementerian Kesehatan Republik Faktor-Faktor yang Berhubungan
Indonesia (2013) Riset Kesehatan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif
Dasar. Jakarta. di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus
Kementerian Kesehatan Republik Tahun 2014’, Jurnal Fakultas
46 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 36-46, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.36-46

Kedokteran Andalas, 5(3), pp. 635– Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan
639. Pemberian ASI Eksklusif di BM Elis
Notoatmojo, S. (2012) Promosi Kesehatan Fitriana Palembang’, Jurnal Harapan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Bangsa, pp. 198–201.
Cipta. Somi, M. A., Subrata, M. and Susilo, W. H.
Pemerintah Republik Indonesia (2003) (2014) ‘Faktor-Faktor Yang
‘Undang-undang Republik Indonesia Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Nomot 13 Tahun 2003 tentang Eksklusif Di Posyandu Tanah Boleng
Ketenagakerjaan’. Jakarta. Adonara kabupaten Flores Timur
Pemerintah Republik Indonesia (2012a) 2013’, pp. 1–17.
‘Peraturan Pemerintah Republik Susmaneli, H. (2013) ‘Faktor-Faktor yang
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Berhubungan dengan Pemberian ASI
tenang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Eksklusif’. Jakarta. Rambah Hilir I Kabupaten Rokan Hulu
Pemerintah Republik Indonesia (2012b) Tahun 201’, Jurnal Kesehatan
‘Peraturan Pemerintah Republik Komunitas, 2, p. 67. doi:
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 10.25311/jkk.Vol2.Iss2.47.
tentang Pemberian Air Susu Ibu Usman, A. (2018) ‘Pengaruh Perawatan
Eksklusif’. Jakarta. Payudara terhadap Produksi ASI di
Putri, N. Z. (2016) Hubungan Antara RSU Sawerigading’, INA-Rxiv. doi:
Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini 10.1017/CBO9781107415324.004.
(IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusif Utut Andita (2016) ‘PENGARUH
oleh Ibu Multipara pada Bayi Usia 6- PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI
12 Bulan. Universitas Jember. DENGAN MEDIA SLIDE DAN BENDA
Roesli, U. (2005) Panduan Praktis TIRUAN TERHADAP PERUBAHAN
Menyusui. Jakarta: Puspa Swara. PENGETAHUAN WUS’, Jurnal Promkes,
Roesli, U. (2008) Inisiasi Menyusui Dini 4(2), pp. 177–187. doi:
Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka http://dx.doi.org/10.20473/jpk.V4.I2
Bunda. .2016.177-187.
Sartika, T. (2015) ‘Hubungan Usia,

You might also like