HUBUNGAN DEBIT AIR DAN TINGGI MUKA AIR DI SUNGAI LAMBAGU
KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU
Abstract
The measurement of waterflow debit is very needed to know the potency of water resource at a
river flow area. Debit is the water volumethat flows in one time. The consentration time is a
needed time for rainfall running off for the farest spot to the control observed spot. The
measurement of waterflow speed can be used as a tool to monitor and evaluate water balance at
one area by approaching the potency of existing surface water resource. The aimed of the
research is to find out the correlation of water debit and water surface height at Lambagu River
Tawaeli District Palu City. The research was conducted on February to April 2015 at River
Lambagu Tawaeli District Palu City. Furthermore, the data gathered involved primary data; data
gathered in the location directly, they were the data of the width of river wet profile, the length of
river wet profile, the depth of river wet profile, the speed of riverflow, the height of surface
water, abd rainfall while the secondary data was the data that gathered from library, literature,
available reports of office and involved institution, as a supporting data that involved:
topography condition, geomorphologi, land covering, rainfall around Lambagu Riverflow Area
for last 4 years that gathered from Palu-Poso BPDAS and climate condition at Lambagu River of
Tawaeli District Palu City. After research procedures were done, the data gathered analyzed by
using logaritme method.The result of the research showed that the water debit at Lambagu river
Pantoloan subdistrict during the reserach period had the average rate of 0.757 m³/second and the
height of water surface at Lambagu river was about0.26 m. The correlation between water debit
and water surface height showed a strong (positive) correlation in formula of Q = 0.157h0.654x
with the rate of correlation (R2) = 0.905
Yola Chintya Debby Hutabarat
18306036
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Debit adalah volume air yang mengalir per satuan waktu. Waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan limpasan air hujan dari titik terjauh menuju titik kontrol yang ditinjau. Pengukur
kecepatan aliran air dapat dijadikan sebagai sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi
neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.
Keberadaan sumber air yang bersih dan sehat merupakan salah satu permasalahan terbesar saat
ini. Sedangkan air yang tersedia tidak selalu sejalan kebutuhannya menurut tempat, waktu dan
mutunya. Keadaan ini sering mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya
ketersediaan dan kebutuhan air pada tempat dan waktu tertentu. Hutan memang tidak menambah
debit sungai, tetapi justru menguranginya. Namun hutan dapat mengatur fluktuasi aliran sungai
karena peranan hutan dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Peran hutan terhadap tata air dan
hasil air dapat dilihat lebih jelas dalam konteks DAS (Daerah Aliran Sungai). Hutan memang
tidak menambah debit sungai, tetapi justru menguranginya. Debit aliran merupakan satuan untuk
mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit
aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit
aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan
melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada. Perhitungan debit air untuk
mengetahui kapasitas DAS wilayah kawasan terutama kawasan utama untuk melakukan analisis
sistem drainase pada saluran drainase primer dan sekunder. Perubahan volume debit air dan
tinggi muka air sering terjadi terutama pada saat musim hujan, banyaknya curah hujan dapat
mempengaruhi jumlah volume air yang mengalir dari anak sungai ke sungai utama. Hal ini dapat
mengakibatkan volume air bisa kapan saja meningkat, oleh karena perlu dilakukan penelitian
tentang hubungan debit air dan tinggi muka air pada aliran sungai Lambagu kecamatan Tawaeli
Kota Palu.
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dengan pengamatan
langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Pengumpulan Data
Yola Chintya Debby Hutabarat
18306036
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan, yaitu data lebar
penampang basah sungai, panjang penampang basah sungai kedalaman penampang basah sungai,
kecepatan arus sungai, tinggi muka air sungai, dan curah hujan. Masing-masing data tersebut
dikumpulkan selama 30 hari pengamatan.
Data Sekunder meliputi: data kondisi topografi, geomorfologi, penutupan lahan, data curah
hujan sekitar DAS Lambagu selama 4 tahun terakhir diperoleh dari BPDAS Palu-Poso dan
kondisi iklim wilayah Sungai Lambagu Kecamatan Tawaeli Kota Palu. Prosedur dalam
pelaksanaan penelitian yaitu: Pengukuran Debit Air dan Tinggi Muka Air Pengukuran debit air
dilakukan pada satu titik di bagian hilir Sungai Lambagu. Debit air sungai diperoleh dari hasil
perkalian antara luas penampang basah sungai dengan kecepatan arus sungai. Pengukuran luas
penampang basah sungai dilakukan dengan cara membagi penampang basah sungai ke dalam 4
segmen. Kedalaman air dalam setiap segmen diukur dengan mengunakan tongkat ukur.
Pengukuran kecepatan arus dilakukan menggunakan pelampung yang dialirkan melewati jarak
sejauh 10 m. pengukuran kecepatan arus ini dilakukan sebanyak 3 kali dan hasil dirata-ratakan.
Pengukuran Tinggi Muka Air Pengukuran tinggi muka air dilakukan dengan menggunakan
tongkat ukur di satu titik.
Pengukuran Curah Hujan
Dilakukan terhadap jumlah (volume) curah hujan, segera setelah kejadian hujan terhenti untuk
setiap kejadian hujan dengan menggunakan alat penakar curah hujan manu. Jeluk hujan dihitung
berdasarkan volume air yang tertampung didalam penakar hujan (ml) yang kemudian dibagi
dengan luas mulut penakar (cm2 ). Hasil pembagian tersebut dikonversikan ke dalam satuan mm.
Pengolaan dan Analisis Data
Setelah kegiatan prosedur penelitian dilakukan, maka data-data yang telah diperoleh kemudian
diolah dan dianalisis dengan tahapan sebagai berikut:
Debit Air
Besarnya debit air sungai dihitung dengan mengggunakan rumus dasar debit air, menurut Asdak
(1995) yaitu:
Q = A.V
Keterangan :
Q = Debit air (m³/detik)
A = Luas penampang sungai (m²)
Yola Chintya Debby Hutabarat
18306036
V = Kecepatan air rata-rata (m/detik)
Curah Hujan
Curah hujan dihitung secara manual dengan menggunakan rumus menurut Jumin (2002) yaitu :
CH = V/L
Keterangan :
CH = Curah Hujan (mm)
V = Volume Air Curah Hujan (ml)
L = Luas Mulut Penakar (cm2)
Hubungan Keeratan Antara Debit Air Dan Tinggi Muka Air Hubungan keeratan antara debit air
dan tinggi muka air dianalisis menggunakan metode logaritma.
Q = a (h)b
Keterangan :
Q = Debit air sungai (m³/detik)
h = Tinggi muka air (m)
a dan b = Nilai konstanta
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan debit air di Sungai Lambagu pada saat berlangsungnya curah hujan dan
beberapa saat setelah proses curah hujan umumnya diperoleh sejumlah besar limpasan debit
sungai. Sedangkan pada waktu tidak terjadinya proses curah hujan, diperoleh hanya sejumlah
kecil limpasan debit sungai. Adanya perbedaan debit sungai air tersebut dapat dipengaruhi oleh
kondisi topografi, curah hujan, geomorfologi sungai serta penutupan vegetasi. Kecilnya debit di
Sungai Lambagu dipengaruhi oleh kondisi topografi yang berbeda beda mulai dari berombak,
bergelombang sampai berbukit. Pantoloan Kota Palu umumnya mengikuti pola radial sentripetal.
Dimana pola drainase sungai ini merupakan pola aliran sungai yang memusat menuju ke suatu
titik. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi besar kecilnya debit air di Sungai Lambagu yaitu
kondisi penutupan lahan atau penutupan vegetasi. Berdasarkan data informasi BPDAS Palu-Poso
kawasan DAS Lambagu seluas 7.130,855 Ha diketahui bahwa liputan lahan terdiri hutan lahan
kering primer, hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering
campur semak, semak belukar, tanah terbuka dan permukiman. Liputan hutan lahan kering
Yola Chintya Debby Hutabarat
18306036
primer adalah liputan seluas 16.00%, disusul liputan hutan lahan kering sekunder 18.37%,
pertanian lahan kering 36.04%, pertanian lahan kering campur semak 17.31%, semak belukar
11.66%, tanah terbuka 3.89% dan permukiman 6.71%. Kondisi ini yang menyebabkan debit air
di Sungai Lambagu tidak terlalu besar pada saat terjadinya hujan dan cenderung kecil pada saat
tidak terjadinya hujan. Meningkatnya debit aliran sungai tak terlepas dari terjadinya degradasi
sifat fisik tanah sebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi penggunaan lahan lainnya.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Debit air di Sungai Lambagu Kelurahan Pantoloan selama periode penelitian diperoleh nilai
rata-rata sebesar 0.757 m³/detik
2. Tinggi Muka Air di Sungai Lambagu dengan rata-rata berkisar 0.26 m
3. Hubungan debit air dan tinggi muka air menunjukan suatu hubungan yang sangat kuat (positif)
dengan diperoleh persamaan yaitu Q = 0.157h0.654x dengan nilai koefisien determinan korelasi
sebesar (R2 ) = 0.905
Yola Chintya Debby Hutabarat
18306036