Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
ISSN: 2798-1193 (online)
DOI: 10.17977/um066v1i112021p1095-1109
Analisis pendapatan usahatani jagung dan faktor-faktor yang
mempengaruhi di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang
Narendro Danang Sembodo, Sugeng Hadi Utomo*
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
*Penulis korespondensi, Surel: sugeng.hadi.fe@um.ac.id
Paper received: 2-11-2021; revised: 17-11-2021; accepted: 23-11-2021
Abstract
In processing maize plants the factors of production used are internal production factors such as
capital, labor, fertilizer, land area and so on, as well as external production factors such as land
location, irrigation facilities, selling prices, marketing areas and so on. This research was conducted
with the aim of the study to determine the contribution of corn farming income to the income of
farmers in Wajak District. The usefulness of this research is expected to be material information for
related parties who play a role in the development of human resources and especially for farmers
who are engaged in corn farming and how to consider further research. This research was conducted
in Wajak District, Malang Regency. The scope of this research will be focused to determine the
amount of income obtained by corn farming and the factors that influence the income of corn farming.
Data collected in this study included primary data and secondary data. Primary data were obtained
by direct interviews with respondent farmers using questionnaires (Questioner) Secondary data
were obtained from government agencies and information from various literatures related to this
research. Data analysis techniques used in this study are descriptive and quantitative analysis. For
the first purpose the analysis used is the analysis of corn farm income. The analytical method used in
this research is descriptive and quantitative analysis. From the results of the study showed that corn
farming requires a total production cost of Rp. 9,921,287.00. The yields obtained by respondents
were an average of 7,864 kg, with a price of Rp. 5,300.00 / kg. Farmer respondents received a profit
of Rp. 33,431,963.00 / kg. The B / C ratio reaches 2.39, meaning that corn farming at the research
location is feasible to be developed. While the factors that influence corn farmers are the cost of seeds,
fertilizer costs, labor costs, and irrigation costs.
Keywords: farming; factors; income; corn; multiple linear regression
Abstrak
Dalam mengolah tanaman jagung faktor-faktor produksi yang digunakan adalah faktor produksi
internal seperti modal, tenaga kerja, pupuk, luas lahan dan sebagainya, maupun faktor produksi
eksternal seperti lokasi lahan, sarana irigasi, harga jual, daerah pemasaran dan sebagainya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan penelitian untuk mengetahui kontribusi pendapatan
usahatani jagung terhadap pendapatan petani di Kecamatan Wajak. Adapun kegunaan dari penelitian
ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi pihak-pihak terkait yang berperan dalam
pengembangan sumber daya manusia dan khususnya bagi petani yang jagung dalam melakukan
kegiatan usahatani serta bagaimana pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Ruang lingkup penelitian ini akan difokuskan
untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh usahatani jagung dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usahatani jagung tersebut. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada
petani responden menggunakan isian pertanyaan (Questioner) Data sekunder diperoleh dari
instansi-instansi pemerintah dan informasi dari berbagai literatur yang berhubungan dengan
penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
kuantitatif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani jagung memerlukan biaya total
produksi sebesar Rp. 9.921.287,00. Hasil panen diperoleh petani responden rata-rata sebesar 7.864
kg, dengan harga sebesar Rp. 5.300,00/kg. Petani responden memperoleh keuntungan sebesar Rp.
33.431.963,00/kg. B/C ratio mencapai 3,2, artinya usahatani jagung di lokasi penelitian layak untuk
dikembangkan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi petani jagung adalah biaya benih,
biaya pupuk, biaya tenaga kerja, dan biaya pengairan.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
Kata kunci: usahatani; faktor-faktor; pendapatan; jagung; regresi linier berganda
1. Pendahuluan
Pertanian menjadi salah satu sektor primer yang menyokong perekonomian Indonesia.
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi
kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri. Di Indonesia komoditi tanaman
pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi
jagung. Jawa Timur adalah salah satu daerah di indonesia yang potensial untuk
mengembangkan pertanian jagung. Salah satu kabupaten penghasil jagung adalah Kabupaten
Malang. Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini memilih Kecamatan Wajak, Kabupaten
Malang sebagai salah satu sentra jagung di Kabupaten Malang.
Pembangunan di sektor pertanian sama artinya dengan upaya peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan usahatani salah satu tujuan petani adalah
memperoleh pendapatan sebesar-besarnya.. Untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-
besarnya petani harus mampu mengendalikan faktor internal berupa penggunaan sarana
produksi, pemanfaatan teknologi tepat guna dan pemanfaatan tenaga kerja yang lebih efisien
(Prayitno, 1987). Upaya meningkatkan pendapatan adalah sangat penting, perlu disertai
perombakan berbagai segi kehidupan masyarakat, supaya pembangunan juga meniadakan
ketimpangan, mengurangi ketidakmerataan dan menghalau kemiskinan petani. Salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan petani adalah
pendapatan. Jhingan (2003), pendapatan adalah penghasilan berupa uang selama periode
tertentu.
Menurut Hernanto (1991), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu
kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya luas lahan,
tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi, penggunaan tenaga kerja.
Agar kesejahteraan petani menjadi lebih baik mereka perlu memperoleh pendapatan yang
lebih besar. Dalam kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya
sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi (Soekartawi, 1995). Menurut Suratiyah
(2006), besarnya pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks yaitu, faktor
internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yaitu terdiri dari umur, tingkat
pendidikan, dan luas lahan yang dimiliki oleh petani. Faktor eksternal yaitu ketersediaan
sarana produksi dan harga.
Hasil penelitian terdahulu Riyadi (2011) menyatakan untuk memperoleh suatu
produksi petani dapat menggunakan bermacam-macam faktor produksi dalam berbagai
kombinasinya. Hasil penelitian Sawa Suryana (2007) menyatakan variabel jarak dan jumlah
tanaman memberikan pengaruh dominan terhadap hasil produksi jagung dan berikutnya
adalah variabel biaya tenaga kerja dan variabel varietas bibit. Sedangkan hasil penelitian Adi
Budiono (2012) menyatakan luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk herbisida secara bersama-
sama mempengaruhi produksi jagung.
Menurut Hendra Khaerizal (2008) faktor-faktor produksi yang memerlukan perubahan
jumlah adalah jumlah benih, dosis pupuk dan obat, serta jumlah tenaga kerja yang akan
digunakan. Menurut Susianti dan Rauf (2013) pendapatan diperoleh dari rata-rata penerimaan
1096
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
dikurangi total biaya produksi, Total biaya produksi diperoleh dari penjumlahan total biaya
tetap dengan total biaya variabel.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah H1: Variabel luas lahan memiliki pengaruh positif
terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang; H2: Variabel
modal memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Wajak
Kabupaten Malang; H3: Variabel biaya tenaga kerja memiliki pengaruh negatif terhadap
pendapatan petani jagung di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang; H4: Variabel pendidikan
memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung di Kecamatan Wajak Kabupaten
Malang.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pendapatan yang
diperoleh dan faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang.
2. Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang pada tanggal 16
Oktober 2019 sampai 30 November 2019. Ruang lingkup penelitian ini akan difokuskan untuk
mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh usahatani jagung dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usahatani jagung tersebut. Adapun data-data yang diperlukan
adalah Identitas petani sampel, Jumlah produksi, Luas lahan yang menghasilkan, Harga jagung,
Biaya Tetap dan Variabel, Penerimaan, dll. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan
Questioner. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Metode pengumpulan data
dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, dan studi pustaka. Untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan digunakan analisis linier berganda (multiple
regression). Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dengan kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah sub-sub sektor tanaman jagung di kecamatan
Wajak Kabupaten Malang. Dalam pelaksanaan penelitian ini akan dipilih satu desa secara
sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan desa tersebut memiliki luas panen dan
produksi jagung terbesar, yaitu Desa Sukoanyar. Jumlah populasi di desa penelitian yang
diambil sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi
yang diperoleh adalah linier atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dan dapat
dipergunakan (valid) maka akan dilakukan pengujian asumsi multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan normalitas serta autokorelasi.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Hasil
3.1.1. Umur Petani
Pada umumnya faktor umur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang, baik
kemampuan fisik maupun kemampuan mental. Kemampuan fisik disini menyangkut seseorang
dalam bekerja, sedangkan untuk kemampuan mental menyangkut bagaimana cara seseorang
berfikir dan menentukan keputusan yang akan diambil. Menurut Hernanto (1991), pada
umumnya petani yang berumur makin tua, pertimbangan dan pengambilan keputusannya
1097
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
relatif lama dibandingkan petani yang berumur lebih muda dan sehat. Pada dasarnya jika
umurnya lebih muda maka akan memiliki kemampuan fisik yang lebih cepat menerima hal-hal
baru yang dianjurkan, karena petani yang berusia muda lebih berani mengambil resiko. Dari
hasil penelitian, umur petani dapat diketahui antara 31 tahun sampai 80 tahun. Untuk lebih
jelasnya distribusi umur petani sampel dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Table 1. Average Age of Maize Farmers in the Study Area in 2019 2019
No Age Jumlah responden Presentase
1 31 – 40 6 20,00
2 41 -50 6 20,00
3 51-60 5 16,67
4 61-70 5 16,67
5 71-80 8 26,67
Jumlah 30 100
3.1.2. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga sangat berperan dalam pengelolaan usahatani, karena semakin
banyak jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
petani dan semakin tinggi tanggung jawab petani untuk memenuhi kebutuhan. Menurut
Hernanto (1991), menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh dalam
pengelolaan suatu kegiatan ekonomi, khususnya terhadap kegiatan ekonomi pada usahatani
petani tersebut. Jumlah rumah tangga yang dimaksud adalah banyaknya jumlah anggota
keluarga yang terdapat dalam rumah tangga petani tersebut. Untuk mengetahui jumlah
anggota keluarga petani jagung di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Petani di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Tahun 2019
No Jumlah anggota Keluarga Jumlah responden Presentase
1 1 -2 5 16,67
2 3-4 16 53,33
3 5-6 8 26,67
4 >7 1 3,33
Jumlah 30 100
3.1.3. Tingkat Pendidikan Petani
Pada umumnya pendidikan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan yang tinggi
dengan umur yang masih muda akan menyebabkan petani lebih dinamis (Tuwo, 2011). Petani
yang lebih lama mendapatkan pendidikan formalnya besar kemungkinan akan dapat
menerima hal baru serta perubahan dalam hal cara berusahatani. Untuk mengetahui tingkat
pendidikan petani jagung di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
1098
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
Tabel 3. Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sukoanyar, Kecamatan
Wajak, Tahun 2019
No Tingkat Pendidikan Jumlah responden Presentase
1 SD 13 43,33
2 SLTP 9 30,00
3 SLTA 7 23,33
4 Sarjana 1 3,33
Jumlah 30 100,00
3.1.4. Pengalaman Usahatani
Pengalaman merupakan guru yang terbaik bagi petani. Pengalaman dapat menjadi
acuan dalam penyusunan 1099 langkah dimasa yang akan 1099angka. Penentuan yang
alternatif memungkinkan merupakan 1099 langkah awal dalam pencapaian tujuan
berusahatani (Tuwo, 2011). Umumnya semakin lama pengalaman berusahatani, semakin
terampil petani tersebut mengolah usahataninya. Untuk mengetahui pengalaman
berusahatani petani jagung di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut
Tabel 4. Distribusi Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Sukoanyar,
Kecamatan Wajak, Tahun 2019
No Pengalaman berusahatani Jumlah responden Presentase
1 2-12 9 30,00
2 13-23 8 26,67
3 25-35 7 23,33
4 36-46 2 6,67
5 46-56 4 13,33
Jumlah 30 100,00
3.1.5. Penggunaan Benih
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi suatu komoditas. Hasil
produksi yang baik akan didapat apabila benih yang digunakan memiliki kualitas yang tinggi.
Benih yang digunakan oleh petani responden menggunakan benih bantuan dari perusahaan.
Varietas benih bantuan perusahaan adalah jenis hibrida. Berikut merupakan rata-rata
penggunaan benih oleh petani sampel di daerah penelitian. Berdasarkan Tabel 5, diketahui
bahwa sebagian besar petani responden menggunakan benih jagung adalah 17 sampai 26
kg/ha kg yaitu sebanyak 28 orang dengan persentase 93,33 persen. Jumlah penggunaan benih
oleh petani responden cenderung bervariasi, hal ini disebabkan karena perbedaan jarak
tanam. Menurut Adisarwanto (2008), penggunaan benih bermutu tinggi merupakan salah satu
persyaratan yang mutlak dalam budidaya tanaman jagung, terutama untuk mencapai tanaman
yang optimal, pertumbuhan yang seragam dan produksi yang tinggi. Kebutuhan benih jagung
mutu tinggi setiap hektar diperlukan sekitar 25 kg/ha.
Tabel 5. Rata-Rata Penggunaan Benih pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar,
Kecamatan Wajak, Tahun 2019
No Penggunaan benih (kg/ha) Jumlah responden Presentase
1 17 - 21 18 60,00
2 22 - 26 10 33,33
3 >= 27 2 6,67
1099
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
No Penggunaan benih (kg/ha) Jumlah responden Presentase
Jumlah 30 100
3.1.6. Penggunaan Pupuk
Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik. Pupuk dominan yang digunakan petani sampel adalah pupuk Urea, SP-36 dan ZA.
Penggunaan pupuk tersebut dilakukan karena tanah mempunyai tingkat keragaman tanggap
yang cukup besar, tergantung individu tanaman atau varietas yang digunakan. Pupuk Urea
dibeli seharga Rp. 1.900/kg, pupuk Phonska dibeli seharga Rp. 2.400/kg dan pupuk ZA dibeli
seharga Rp. 1.900/kg. Adapun rata-rata penggunaan pupuk dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Rata-Rata Penggunaan Pupuk pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar,
Kecamatan Wajak, Tahun 2019
Jenis Pupuk Rata–Rata (kg/ha)
Urea 600
Phonska 400
Za 200
3.1.7. Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan unsur yang penting dalam kegiatan usahatani. Tenaga
kerja yang banyak digunakan oleh petani responden adalah tenaga kerja luar keluarga.
Tenaga kerja dalam keluarga yang ikut membantu usahatani petani berjumlah sekitar 1-
3 orang. Tenaga kerja yang digunakan di daerah penelitian adalah tenaga kerja yang
dicurahkan selama proses produksi usahatani jagung. Penggunaan tenaga kerja dimulai
dari pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama,
pemanenan.
Tabel 7. Distribusi Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) pada Usahatani Jagung/ha
uraian Kegiatan di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Tahun 2019
Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga
Uraian Kegiatan
LK PR LK PR Jumlah
Pengolahan Lahan 12,15 9,9 14,97 10,9 47,92
Penanaman 7,15 7,06 8,13 6,76 29,1
Penyiangan 9,66 7,34 13,19 10,16 40,35
Pemberian Pupuk 3,17 2,19 1,5 3,75 10,61
Pengendalian hama 8,03 2,5 5,73 2,41 18,67
Panen 13,92 12,69 16,17 12,62 55,4
Jumlah 54,08 41,68 59,69 46,6 202,05
3.1.8. Penggunaan Luas Lahan
Luas lahan yang dimiliki oleh petani mempengaruhi produksi yang akan meningkatkan
pendapatan usahatani jagung. Petani yang memiliki lahan luas maka akan berproduksi tinggi
apabila dikelola secara baik hingga memperoleh pendapatan yang tinggi, begitu juga
sebaliknya petani yang mempunyai lahan sempit akan berproduksi sedikit pula ditambah lagi
jika tidak dikelola dengan baik. Luas lahan yang dimaksud disini adalah luas lahan beberapa
1100
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
jenis usahatani jagung yang diusahakan petani responden. Untuk lebih jelasnya luas
kepemilikan lahan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa penggunaan luas lahan jagung di daerah
penelitian paling tinggi adalah 1.000- 1.500 m2 dengan persentase 66,67 persen yaitu
sebanyak 20 orang dan terendah <1.000 m2 dengan persentase 3,33 persen yaitu 1 orang.
Keadaan ini menunjukkan bahwa luas lahan yang diusahakan di daerah penelitian masih relatif
kecil. Menurut Suratiyah (2006), luas lahan dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan
yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Jadi,
besar kecilnya luas lahan usahatani akan mempengaruhi jumlah produksi yang diperoleh
sehingga meningkat pula pendapatan usahatani jagung. Status kepemilikan lahan usahatani
jagung di daerah penelitian sebagian besar petani memiliki lahan pertanian sendiri. Dari
faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan usahatani jagung diatas dapat
diperoleh tabel rata-rata faktor produksi sebagai berikut:
Tabel 8. Rata-Rata Penggunaan Luas Lahan pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar,
Kecamatan Wajak, Tahun 2019
No Luas lahan (m2) Jumlah responden Presentase
1 < 1000 1 3,33
2 1000 - 1500 20 66,67
3 1600 - 2000 8 26,67
4 > 2000 1 3,33
Jumlah 30 100
3.1.9. Biaya Tetap
Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya
produksi. Menurut Tuwo (2011), yang terdiri dari biaya tetap yaitu pajak, penyusutan alat-alat
produksi, bunga pinjaman, sewa tanah, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian, biaya yang
dihitung adalah iuran dana kas dan biaya penyusutan alat pertanian. Penyusutan alat
merupakan modal yang dikeluarkan oleh petani sampel berdasarkan pemakaian alat tersebut.
Selain biaya penyusutan, ada pula biaya yang harus dibayar oleh petani sampel di daerah
penelitian, yaitu biaya iuran dana kas yang dipungut dalam suatu kelompok tani untuk
dipergunakan dalam kebutuhan petani bersama.
Tabel 9. Rata-Rata Biaya Tetap pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar, Kecamatan
Wajak, Tahun 2019
No Jenis Alat Biaya Penyusutan
1 Parang 9.737
2 Linggis 23.513
3 Ember 11.845
4 Tajak 13.969
Jumlah 59.064
Tabel 9 menunjukkan bahwa biaya tetap Penyusutan Peralatan yang dihitung dalam
penelitian ini meliputi parang, linggis, ember, tajak dan dana iuran kas. Menurut Baridwan,
(2008), biaya penyusutan peralatan ini dihitung menggunakan metode garis lurus (Straight
Line method) dengan rumus Penyusutan = (harga beli – nilai sisa) / umur ekonomis.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total biaya penyusutan alat dari rata-rata sebesar Rp
1101
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
59.64 seperti pada Tabel 9. Iuran dana kas yang diwajibkan kepada petani rata-rata sebesar
Rp 10.000. Total biaya tetap disampaikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-Rata Total Biaya Tetap pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar,
Kecamatan Wajak, Tahun 2019
Uraian Biaya (Rp/ha)
Biaya Penyusutan Alat 59.064
Biaya Iuran Dana Kas 10.000
Jumlah 69.064
3.1.10. Biaya Variabel
Biaya variabel sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel adalah
biaya yang mewakili jumlah biaya-biaya untuk faktor-faktor produksi variabel. Biaya ini dapat
berbentuk tunai, barang atau nilai jasa dan kerja sesungguhnya tidak dibayarkan. Yang
termasuk kedalam biaya variabel antara lain benih, upah tenaga kerja, biaya pemeliharaan
jagung seperti pupuk, dan pemberian obat- obatan. Adapun rata-rata biaya variabel usahatani
jagung dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Rata-Rata Biaya Input pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar, Kecamatan
Wajak, Tahun 2019
Uraian Jumlah Harga /satuan Nilai (Rp/ha)
Input:
Benih (kg/ha) 25 78.000 1.950.000
Pupuk:
Urea (kg/ha) 600 1.900 1.140.000
Phonska (kg/ha) 400 2.400 960.000
Za (kg/ha) 200 1.900 380.000
Pestisida 1.053.260
Herbisida 391.450
Jumlah biaya input (rp/ha) 5.874.711
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa penyumbang terkecil dalam biaya variabel (VC)
adalah penggunaan herbisida yaitu sebesar Rp 391.450/ha atau sebesar 6,66% dari total biaya
input. Sedangkan biaya tertinggi adalah penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga yaitu
Rp.3.977.493 /ha/MT dengan persentase 32,54 persen dari total biaya variabel. Jadi dapat
dilihat rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 12.224.729/ha/MT.
Tabel 12. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar,
Kecamatan Wajak, Tahun 2019
Uraian Jumlah Harga /satuan Nilai (Rp/ha)
Tenaga kerja
Olah tanah (HOK) 25,87 35.000 905.450
Tanam (HOK) 14,89 35.000 521.150
Pemupukan 5,25 35.000 183.750
Penyiangan (herbisida+manual) 23,35 35.000 817.250
Pengendalian 8,14 35.000 284.900
Pengairan 113.393
Panen 28,79 40.000 1.151.600
Jumlah biaya tenaga kerja (rp/ha) 3.977.493
1102
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
3.1.11. Total Biaya Usahatani Jagung
Total biaya merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jagung di
daerah penelitian. Total biaya diperoleh dengan menjumlahkan antara total biaya tetap dan
total biaya variabel. Berikut merupakan rata-rata total biaya usahatani jagung di daerah
penelitian pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-Rata Total Biaya (TC) pada Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar, Kecamatan
Wajak, Tahun 2019
Rincian Biaya Biaya Persentase
Biaya Tetap 69.064 0,70
Biaya Variabel 9.852.203 99,30
Jumlah 9.921.267 100
3.1.12. Penerimaan Usahatani Jagung
Penerimaan menurut Suratiyah (2006) adalah perkalian antara produksi dengan harga
jual, besarnya penerimaan yang diterima oleh petani untuk setiap rupiah yang dikeluarkan
dalam kegiatan produksi usahatani dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan
harga satuan produksi yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah produksi dan harga satuan
produksi yang dihasilkan maka penerimaan usahatani semakin besar sebaliknya, semakin
rendah jumlah produksi dan harga satuan produksi yang dihasilkan maka penerimaan
usahatani semakin kecil.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil rata-rata produksi jagung yaitu
7.864 kg/ha dengan rata-rata harga sebesar Rp. 5.300/kg. Berdasarkan produksi dan harga
jual persatuan produksi didapat hasil rata-rata penerimaan usahatani jagung per musim tanam
adalah sebesar Rp. 41.679.200,00 /ha/MT. Besar kecilnya penerimaan petani di daerah
penelitian bervariasi tergantung dengan banyaknya produksi jagung yang dihasilkan serta
harga jual yang berlaku saat itu. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak,
Tahun 2019
Uraian Jumlah Harga /satuan Nilai (Rp/ha)
Total Biaya produksi (rp/ha) 9.852.203
Hasil (kg/ha) 7.864
Harga (rp/kg) 5300
Penerimaan 41.679.200,00
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani jagung dan semua
biaya produksi usahatani jagung selama proses produksi ataupun biaya yang dibayarkan.
Adapun rata-rata pendapatan usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:
1103
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
Tabel 15. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak,
Tahun 2019
Uraian Jumlah Rp/ha)
Total Penerimaan (TR) 41.679.200
Total Biaya (TC) 9.852.203
Pendapatan (I) 31.826.997
3.1.13. Keuntungan Usahatani Jagung
Keuntungan merupakan total penerimaan setelah dikurangi biaya produksi (biaya yang
dibayarkan) dan biaya yang diperhitungkan, dimana biaya yang diperhitungkan adalah semua
biaya yang tidak dikeluarkan tetapi dihitung secara ekonomi. Biaya dibayarkan merupakan
semua biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani. Biaya yang diperhitungkan disini
adalah nilai penggunaan lahan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Adapun rata-rata
keuntungan usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 16 berikut:
Tabel 16. Rata-Rata Keuntungan Usaha tani Jagung di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak,
Tahun 2019
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Produksi rata rata 7.864
2 Harga Rata-rata 5.300
3 Penerimaan Rata-rata 41.679.200
4 Biaya yang dibayarkan:
Benih (kg/ha) 1.950.000
Pupuk:
Urea (kg/ha) 1140000
Phonska (kg/ha) 960.000
Za (kg/ha) 380.000
Pestisida 1.053.260
Herbisida 391.450
Biaya Penyusutan Alat 69.064
Biaya Iuran Dana Kas 10.000
Tenaga kerja Luar Keluarga 3.977.493
5 Biaya yang diperhitungkan 9.931.267
Tenaga kerja dalam keluarga 3.484.650
Total biaya yang diperhitungkan (Rp/ha) 3.484.650
6 Total biaya keseluruhan (Rp/ha) 13.415.917
7 Pendapatan (Rp/ha) 31.826.997
8 Keuntungan (Rp/ha) 28.263.283
3.1.14. Kelayakan Usahatani Jagung
Suatu komoditas pertanian layak untuk dikembangkan dari segi peningkatan
produktivitas dan juga dari aspek kelayakan ekonomi usahataninya. Kelayakan suatu
usahatani dapat dihitung dengan menggunakan B/C ratio. B/C ratio adalah merupakan suatu
cara yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan, tidak
menguntungkan atau merugi. Perhitungan b/c ratio sangat penting dalam perhitungan usaha
untuk mengetahui keuntungan. B/C ratio mengukur perbandingan antara pendapatan dengan
Total Biaya produksi (Cost = C). B yang artinya Benefit, sedangkan C berarti cost. Ratio ini
menunjukkan berapa keuntungan berlipat dari biaya yang dikeluarkan. Jika hasil perhitungan
B/C ratio lebih dari > 1 maka usaha tersebut dikatakan layak dan dilanjutkan. Dan sebaliknya
1104
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
jika hasil perhitungan b/c kurang dari <1 maka usaha tersebut tidak layak dan perlu ditinjau
kembali. Dalam hal ini usaha yang diteliti adalah usahatani jagung di Desa Sukoanyar
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Yang menunjukkan nilai B/C ratio > 1 yaitu sebesar 3,2
yang berarti nilai tersebut menunjukkan perbandingan antara keuntungan dan total biaya
sehingga dapat diartikan setiap Rp. 100,00 yang dikeluarkan maka petani akan mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 320,00.
Tabel 17. Analisis Kelayakan Usahatani Jagung di Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak,
Tahun 2019
Uraian Jumlah Harga /satuan Nilai (Rp/ha)
Total Biaya produksi (rp/ha) 9.852.203
Hasil (kg/ha) 7864
Harga (rp/kg) 5300
Penerimaan 41,679,200
Keuntungan (rp/ha) 31.826.997
B/C ratio 3,2
Untuk mengetahui faktor-faktor seperti benih, pupuk, obat-obatan, luas lahan dan
tenaga kerja pengaruhnya terhadap pendapatan jagung di daerah penelitian akan
dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan fungsi keuntungan di
analisis dengan menggunakan program SPSS.
Coefficients a
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -52,366 13,387 -3,912 ,001
Biaya Benih 13,977 5,078 ,316 2,753 ,012
Biaya Pupuk 6,038 2,206 ,357 2,737 ,012
Biaya obat 2,027 2,259 ,116 ,897 ,379
B.Tenaga kerja 1,989 ,936 ,273 2,124 ,045
Pengairan/tahun 230,399 106,385 ,237 2,166 ,041
a. Dependent Variable: Keuntungan/ha
Gambar 1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung di
Desa Sukoanyar, Kecamatan Wajak, Tahun 2019
Analisis regresi linier berganda pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel biaya benih, biaya pupuk, biaya obat, tenaga kerja dan pengairan terhadap
pendapatan. diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = 52,366 + 13,977 X1 + 6,038X2 + 2,027 X3 + 1,989 X4 + 230,399X5 (1)
Tabel 18. Uji Kolmogorov-Smirnov
Model Z Asymp.Sig (2-tailed) Kriteria Kesimpulan
Data
Unstandardized
0,518 0,952 Berdistribusi
Residual >0,05
Normal
1105
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
Tabel 19. Uji Multikolineritas
Variabel Tolerance VIF Kriteria Kesimpulan
Biaya benih 0,809 1,203 Terbebas
Biaya pupuk 0,643 1,555 asumsi klasik
Biaya obat 0,651 1,537
Tolerance ≥ 0,1
Biaya tenaga 0,663 1,509 statistik
VIF ≤ 10
kerja multikolineritas
Biaya 0,911 1,098
pengairan
3.2. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan mayoritas petani yang berusahatani
padi sawah di Desa Sukoanyar merupakan petani yang berada pada usia produktif. Pernyataan
tersebut didukung oleh pernyataan Hernanto (1991), usia produktif berada pada usia 15-50
tahun. Anggota keluarga merupakan modal tenaga kerja dalam keluarga, akan tetapi pada
umumnya yang terlibat dalam proses usahatani jagung adalah kepala keluarga dan istri
sehingga ketersediaan tenaga kerja belum mencukupi. Sehingga pada kegiatan - kegiatan
tertentu seperti saat masa penanaman dan masa panen diperlukan tambahan tenaga kerja dari
luar keluarga. Sebagian besar petani di lokasi penelitian yang menjadi sampel cukup merata
dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, tingkat pendidikan di daerah penelitian sudah
cukup baik. Petani di lokasi penelitian cukup cakap untuk melaksanakan kegiatan usaha
taninya. Rata-rata pengalaman berusahatani jagung, petani yang menjadi sampel di daerah
penelitian adalah berkisar 8 sampai 23 tahun dan kondisi tersebut dapat dikatakan cukup
berpengalaman dalam mengelola usahatani jagung.
Jumlah penggunaan benih oleh petani responden cenderung bervariasi, hal ini
disebabkan karena perbedaan jarak tanam. Menurut Adisarwanto (2008), penggunaan
benih bermutu tinggi merupakan salah satu persyaratan yang mutlak dalam budidaya
tanaman jagung, terutama untuk mencapai tanaman yang optimal, pertumbuhan yang
seragam dan produksi yang tinggi. Pupuk dominan yang digunakan petani sampel adalah
pupuk Urea, SP-36 dan ZA. Penggunaan pupuk tersebut dilakukan karena tanah
mempunyai tingkat keragaman tanggap yang cukup besar, tergantung individu tanaman
atau varietas yang digunakan. Untuk usahatani jagung penggunaan dosis pupuk yang
dianjurkan sesuai dengan dosis yang digunakan oleh petani. Petani di daerah penelitian
rata-rata menggunakan obat-obatan berupa Decis dan Convey, dimana untuk membasmi
hama dan penyakit tanaman jagung.diperlukan biaya rata-rata sebesar Rp
1.053.260/ha/MT. Tenaga kerja dalam keluarga yang ikut membantu usahatani petani
berjumlah sekitar 1-3 orang. Tenaga kerja yang digunakan di daerah penelitian adalah
tenaga kerja yang dicurahkan selama proses produksi usahatani jagung. Luas lahan yang
diusahakan di daerah penelitian masih relatif kecil. Menurut Suratiyah (2006), luas lahan
dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi
produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Jadi, besar kecilnya luas lahan usahatani
akan mempengaruhi jumlah produksi yang diperoleh sehingga meningkat pula
pendapatan usahatani jagung. Status kepemilikan lahan usahatani jagung di daerah
penelitian sebagian besar petani memiliki lahan pertanian sendiri.
1106
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
Biaya usahatani dibagi menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Menurut
Tuwo (2011), yang terdiri dari biaya tetap yaitu pajak, penyusutan alat-alat produksi,
bunga pinjaman, sewa tanah, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian, biaya yang
dihitung adalah iuran dana kas dan biaya penyusutan alat pertanian. Menurut Baridwan,
(2008), biaya penyusutan peralatan ini dihitung menggunakan metode garis lurus
(Straight Line method) dengan rumus Penyusutan = (harga beli – nilai sisa) / umur
ekonomis. Yang termasuk kedalam biaya variabel antara lain benih, upah tenaga kerja,
biaya pemeliharaan jagung seperti pupuk, dan pemberian obat-obatan. Petani di daerah
penelitian memiliki keinginan untuk menghasilkan produksi yang optimal. Sebagai
salah satu cara menggunakan pupuk untuk memenuhi kebutuhan dari tanaman jagung
itu sendiri yang nantinya akan diiringi peningkatan produksi jagung. Besar kecilnya
penerimaan petani di daerah penelitian bervariasi tergantung dengan banyaknya
produksi jagung yang dihasilkan serta harga jual yang berlaku saat itu. Dari hasil
penelitian total penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, hal ini berarti
penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
usahatani jagung di daerah penelitian dan usahatani jagung ini merupakan usahatani
yang menjanjikan untuk pendapatan petani jagung di daerah penelitian. Nilai B/C ratio
> 1 yaitu sebesar 3,2 yang berarti nilai tersebut menunjukkan perbandingan antara
keuntungan dan total biaya sehingga dapat diartikan setiap Rp. 100,00 yang dikeluarkan
maka petani akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 320,00.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 didapat
nilai R2 yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,705, hal ini menunjukkan
bahwa variabel yang dipilih pada variabel independent (biaya benih, biaya pupuk, biaya
obat, tenaga kerja dan pengairan) dapat menerangkan keragaman variabel dependent
(loyalitas pelanggan) dengan kontribusi sebesar 70,5%, sedangkan sisanya sebesar
29,5% diterangkan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan pada penelitian ini.
Nilai t hitung untuk variabel biaya benih (2,753) > t tabel (1,708) maka H0 ditolak
dan H1 diterima sehingga biaya benih berpengaruh dan signifikan terhadap pendapatan
petani jagung di Desa Sukoanyar. Nilai koefisien regresi sebesar 13.977 yang artinya
bahwa penambahan Rp 1,00 benih akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 13.977.
Nilai t hitung untuk variabel biaya pupuk (2,737) > t tabel (1,708) maka H0 ditolak dan
H1 diterima sehingga biaya pupuk berpengaruh dan signifikan terhadap pendapatan
petani jagung di Desa Sukoanyar. Nilai koefisien regresi sebesar 6.038 yang artinya
bahwa penambahan Rp 1,00 benih akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 6.038.
Nilai t hitung untuk variabel biaya obat (0,897) > t tabel (2,0096) maka H0
diterima dan H1 ditolak sehingga biaya obat tidak berpengaruh nyata dan signifikan
terhadap pendapatan petani jagung di Desa Sukoanyar. Nilai t hitung untuk variabel upah
tenaga kerja (2,124) > t tabel (1,708) maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga upah
tenaga kerja berpengaruh dan signifikan terhadap pendapatan petani jagung di Desa
Sukoanyar. Nilai koefisien regresi sebesar 2,124 yang artinya bahwa penambahan Rp
1107
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
1,00 benih akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 2.124. Nilai t hitung untuk
variabel biaya pengairan (2,166) > t tabel (1,708) maka H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga biaya pengairan berpengaruh dan signifikan terhadap pendapatan petani jagung
di Desa Sukoanyar. Nilai koefisien regresi sebesar 230,39 yang artinya bahwa
penambahan Rp 1,00 benih akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 230,39.
Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah
0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data
normal baku, berarti data tersebut tidak normal. P-value yaitu Asymp. Sig (2-tailed)
bernilai 0.952 > 0.05, sehingga disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi
distribusi normal.
Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linear berganda ini
menunjukkan bahwa hasil analisis penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala
multikolinieritas dimana nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF pada
masing-masing variabel tidak lebih besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat gejala multikolinieritas antara variabel- variabel bebas yang digunakan pada
penelitian ini.
Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas
pada model regresi ini. Hal ini terlihat dari Scatterplot yang menunjukkan terdapat titik-
titik data yang tersebar di atas, di bawah dan sekitar angka nol, dan penyebaran titik data
tidak berpola.
4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian usahatani kedelai di daerah penelitian maka diperoleh
kesimpulan dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung
di Desa Sukoanyar Kecamatan Wajak Kabupaten Malang yang berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani jagung (Y) adalah biaya benih (X1), harga pupuk (X2), biaya tenaga kerja
(X4), dan biaya pengairan (X5). Sedangkan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan
petani jagung (Y) adalah biaya obat (X3). Rata-rata Pendapatan usahatani adalah
Rp.33.431.963/ha/MT, hal ini berarti penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi usahatani jagung di daerah penelitian dan usahatani
jagung ini merupakan usahatani yang menjanjikan untuk pendapatan petani jagung di daerah
penelitian.
Adapun saran pada hasil penelitian untuk usahatani kedelai di daerah penelitian yaitu
untuk meningkatkan jumlah produksi usahatani jagung yang nantinya akan meningkatkan
pendapatan, maka perlunya dilakukan perawatan terhadap tanaman yang sesuai dengan
petunjuk budidaya serta menggunakan komponen teknologi telah dianjurkan seperti
menggunakan benih yang baik atau pemberian obat-obatan sesuai dengan anjuran teknis
budidaya. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya menggunakan data pada pengamatan
sesaat saja sehingga masih memerlukan sebaran penyajian data. Oleh karena itu, untuk
memperoleh informasi yang lebih akurat perlu dilakukan penelitian kembali dengan
menggunakan data time series dan berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel faktor
produksi yang ditentukan dalam penelitian ini.
1108
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan, 1(11), 2021, 1095-1109
Daftar Rujukan
Budiono, A. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Tanah Laut. AGRIDES: Jurnal Agribisnis Perdesaan, 2(2), 9245. Baridwan, Z. 2008. Sistem
Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. 5 ed. Yogyakarta: BPPE.
Hernanto, F. (1991). Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. 1995.
Jhingan, ML. (2003). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo, Padang.
Khaerizal, H. (2008). Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Komoditi Jagung Hibrida dan
Bersari Bebas (Lokal). IPB. Bogor.
Riyadi, S. (2011). Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Karyawan pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13 (1),
hal.40-45.
Soekartawi. (1995). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.
Suratiyah, K. (2006). Ilmu usahatani. Penebar Swadaya Grup.
Suryana, Sawa (2007) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora (Studi
Kasus Produksi Jagung Hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora). Masters thesis, Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Susianti, N., & Abd Rauf, R. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan USAhatani Jagung
Manis (Studi Kasus: di Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi) (Doctoral dissertation,
Tadulako University).
Tuwo, M. A. (2011). Ilmu usaha tani: teori dan aplikasi menuju sukses. Unhalu Press.
1109