View metadata, citation and similar papers at core.ac.
uk                                                               brought to you by    CORE
                                                                                   provided by E-Journal IAIN Samarinda (Institut Agama Islam Negeri)
                                       KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
                                                  DI SEKOLAH
                                                              Abdul Kadir
                            Abstract ;
                            Contextual learning is one alternative that can reduce verbal learning and
                            theoretical. In addition, this study may provide reinforcement for comprehensive
                            understanding of the meaning or intent of linking science students are learning
                            with hands-on experience in real life. Through contextual learning model, the
                            learning experience is not only the case and held when someone students are in
                            class, but it is much more important than that is how to bring the learning
                            experience out of the classroom, which is when he is required to respond to and
                            solve real problems faced day-to- day. Contextual learning is ideally relate to
                            real-world problems to the theory that will be studied or presented to the
                            students, and students are actively to solve the problem according what he gained
                            through experience and connected with the theory that he learned at school by his
                            teacher. Motivation to learn directly derived from the will or ideals or even
                            certain goals that have been owned by the students in advance, so that only the
                            teacher directs and assists in its capacity as facilitator of learning. Students
                            become more active because he is learning, he is experiencing, and in the end he
                            will apply its knowledge in life.
                            Key Words : Pembelajaran, Kontekstual
                             A. PENDAHULUAN
                                    Pada mulanya Pembelajaran kontekstual didasarkan pada
                             hasil penelitian John Dewey. Konstruktivisme merupakan landasan
                             berpikir (filosofi) dalam kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
                                      
                                      Penulis adalah Guru Pendidikan Agama Islam, menempuh program
                            pasacasarjana STAIN Samarinda.
                            Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 3, Desember 2013                                               17
Abdul Kadir
 dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
 melalui konteks yang terbatas.1
        Gafur (dalam Suherli) berpendapat bahwa dewasa ini, masih
terdapat sistem pembelajaran yang bersifat teoritis. Sebagian besar
siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka peroleh
dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari
hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa “pada umumnya siswa
tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan
cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari“.2
        Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik
harus mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar
dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun
praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan
kondisi belajar yang memudahkan siswa dalam memahami,
memaknai, dan menghubungkan materi pelajaran yang mereka
pelajari.
        Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan
bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus
dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi
belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah model belajar baru yang labih
memberdayakan peserta didik. Sebuah model belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi suatu model
pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri.
        Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan
inovatif. Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam
hidup jangka panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan model
          1Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Ed. II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 193.
          2Suherli, Model PembelajaranKontekstual (Contextual Teaching And
Learning). Lihat http://irfarazak.blogspot.com/2009/04/model-pembelajar an-
kontekstual.html
18                                          Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali
peserta didik dalam mendekati permasalahan hidup yang dihadapi
sekarang maupun yang akan datang. Model pembelajaran yang
cocok untuk hal di atas adalah pembelajaran kontekstual atau
Contextual Teaching Learning (CTL).
        Model kontekstual merupakan konsep belajar yang
beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika
anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya,
bukan sekedar “mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar
kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi
bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil.
Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.
Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi
hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih
semangat dan penuh kesadaran.
        Menurut Nadawidjaya (dalam Kunandar), dalam
pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memfasilitasi siswa
dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan
keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri bukan apa kata
guru. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa
yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri. Dengan demikian,
siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual
akan mendorong ke arah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara
fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil
belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik 3
        Konsep belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confusius
kira-kira 2.400 tahun yang lalu dengan mengungkapkan teori
         3Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2009), hal. 294
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                19
Abdul Kadir
sebagai berikut. Apa yang saya dengar saya lupa; apa yang saya lihat
saya ingat; dan apa yang saya kerjakan saya paham. Teori ini
kemudian berkembang lebih lanjut oleh Mel Silberman dalam
bukunya “Active Learning”, yang menyatakan bahwa: Apa yang
saya dengar saya lupa: apa yang saya ingat saya ingat sedikit; apa
yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat
pengetahuan dan keterampilan; dan apa yang saya ajarkan saya
kuasai.4
        Melalui landasan filosofi konstruktivisme, Contextual Teaching
Learning (CTL) dipromosikan menjadi alternatif model
pembelajaran yang baru. Melalui model CTL, siswa diharapkan
belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”.
B. MODEL PEMBELAJARAN
    1. Pengertian Model Pembelajaran
         Pada hakikatnya kata “model” memiliki definisi yang
berbeda-beda sesuai dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang
mengadopsinya. Salah satu definisi model seperti yang
dikemukakan Dilworth (dalam Sakdiahwati) berikut, “A model is an
abstract representation of some real world process, system, subsystem. Model are
used in all aspect of life. Model are useful in depicting alternatives and in
analysing their performance”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa model merupakan representasi abstrak dari proses,
sistem, atau subsistem yang konkret. Model digunakan dalam
seluruh       aspek       kehidupan.       Model         bermanfaat      dalam
mendeskripsikan pilihan-pilihan dan dalam menganalisis tampilan-
tampilan pilihan tersebut.5
         Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep.6
Jadi, model disini adalah perencanaan pelaksanaan pembelajaran
        4   Ibid
        5Sakdiahwati,            Makalah:            ”Penerapan          Model
SinektikDalamMeningkatkanKreativitasMenulis
(StudiKuasiEksperimendalamPembelajaranMenulispadaSiswaKelas I SMPN di Kota
Palembang)”,dalamhttp://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id. tt.
        6Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Renika Cipta,
2004), hal. 95
20                                          Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
yang tersusun secara sistematis yang berasal dari teori-teori tertentu
yang membentuk sebuah konsep.
        Model adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses
aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
mencoba bertindak berdasarkan model itu. Pengertian model
pembelajaran, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang
dirancang     berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada
implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional
di depan kelas. Memilih suatu model mengajar, harus sesuaikan
dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang ada, serta pandangan
hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama dilakukan
antara guru dan peserta didik.7
        Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru,
dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi
buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide, dan film, audio
dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan
kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian
dan sebagainya.8
        Adapun dari sumber lainnya, model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan tertentu & berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar/tutor dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivititas pembelajaran.9
         7Wowo Sunaryo Kuswana, Model Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum
2004, makalah, dalam http://energimandiri.com. t.t.
         8Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), hal. 57
         9Hiryanto,Model-model Pembelajaran, dalam
masririt.files.wordpress.com/2007/12/model-model-pembelajaran.ppt. 18
November 2008.
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                 21
Abdul Kadir
        Menurut Suyatno, model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat
strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran. Pendekatan adalah konsep dasar yang
mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Metode
pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari
pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai
metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah
prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari
metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan
praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik adalah cara
kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru
dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik
pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.10
        Adapun menurut Trianto, model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-
tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.11
        Dan dalam tulisannya Akhmad Sudrajat mengemukakan,
apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan
taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang
        10Suyatno,   Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik
Pembelajaran dalam http://www.klubguru.com, 03 Maret 2008.
         11Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hal. 1
22                                           Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran.12
       Untuk lebih jelasnya Akhmad Sudrajat menjelaskan posisi
hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
               Gambar I. hirarki model pembelajaran
       Jadi, model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang di
buat sesuai dengan kurikulum, didalamnya terdapat langkah-langkah
secara tersusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran tutorial. Dan pelaksanaannya sangat
tergantung pada guru yang bersangkutan.
    2. Ciri-ciri Model pembelajaran
        Seorang guru sebelum memilih sebuah model pembelajaran
maka sebaiknya terlebih dahulu tahu mengenai sifat-sifat atau ciri-
ciri sehingga dalam pelaksanaannya sebuah model pembelajaran
akan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
         12Akhmad   Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik,
dan Model Pembelajaran, dalam http://www.psb-
psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-
dan-model-pembelajaran. 03 Oktober 2008.
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                            23
Abdul Kadir
         Pada umumnya model-model mengajar yang baik memiliki
sifat-sifat atau ciri-ciri yang dapat dikenali secara umum sebagai
berikut:
         1) Memiliki prosedur yang sistematik. Jadi, sebuah model
            mengajar merupakan prosedur yang sistematik untuk
            memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan pada
            asumsi-asumsi tertentu.
         2) Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model
            mengajar menentukan tujuan-tujuan khusus hasil belajar
            yang diharapkan dicapai siswa secara rinci dalam bentuk
            unjuk kerja yang dapat diamati. Apa yang harus
            dipertunjukkan oleh siswa setelah menyelesaikan urutan
            pengajaran disusun secara rinci dan khusus.
         3) Penetapan lingkungan secara khusus. Menetapkan
            keadaan lingkungan secara spesifik dala model mengajar.
         4) Ukuran keberhasilan. Menggambarkan dan menjelaskan
            hasil-hasil belajar dalam bentuk perilaku yang seharusnya
            ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan
            menyelesaikan urutan pengajaran.
         5) Interaksi dengan lingkungan. Semua model mengajar
            menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan
            interaksi dan bereaksi dengan lingkungan.13
         Dari sifat-sifat atau ciri-ciri umum yang dimiliki oleh sebuah
model pembelajaran, maka akan mempermudah guru dalam hal
memilih dan memprediksi proses pelaksanaan sebuah model
pembelajaran. sehingga guru tahu kriteria sebuah model
pembelajaran haruslah memiliki prosedur yang sistematik (seperti
pembuatan RPP), tetapi dengan hasil belajar dengan lingkungan
belajar yang telah ditetapkan secara khusus, evaluasi tingkat
keberhasilan telah ditentukan dan siswa diajak berinteraksi dan
bereaksi dengan lingkungan sekitar setiap kali KBM berlangsung.
        13BuchariAlma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
(Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 102-103.
24                                          Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
C. MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
    1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
       Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti: 1) bagian
sesuatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah
kejelasan makna; 2) situasi yang ada hubungan dengan suatu
kejadian.14
       Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan         (Modeling),     dan        penilaian      sebenarnya
(AuthenticAssessment).
        Johnson, mengartikan pembelajaran kontekstual adalah
suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari,
yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan
budayanya.15
  2. Komponen dalam Pembelajaran Kontekstual
     Terdapat tujuh komponen dalam model pembelajaran
Kontekstual:
         a. Kontruktivisme
         14TimPenyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal.458.
         15Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007), hal. 295
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                 25
Abdul Kadir
                   1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari
                       pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
                       awal.
                   2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
                       ”mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
              b.   Inquiry
                   1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi
                       pemahaman
                   2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir
                       kritis
              c.   Questioning (bertanya)
                   1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing
                       dan menilai kemampuan berpikir siswa.
                   2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam
                       pembelajaran yang berbasis inquiry
              d.   Learning Community (masyarakat belajar)
                   1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan
                       belajar.
                   2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik
                       daripada belajar sendiri.
                   3) Tukar pengalaman
                   4) Berbagi ide
              e.   Modelling (pemodelan)
                   1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain
                       berpikir, bekerja dan belajar.
                   2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa
                       mengerjakannya
              f.   Reflection (repleksi)
                   1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
                   2) Mencatat apa yang telah dipelajari
                   3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
              g.   Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)
                   1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
                   2) Penilaian produk (kinerja)
                   3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
26                                        Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
  3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
     Atas dasar pengertian tersebut, pembelajaran kontekstual
menurut Muslich, mempunyai karakteristik sebagai berikut:
        a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik,
            yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian
            keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
            pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan
            yang alamiah (learning in real life setting).
        b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa
            untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
            (meaningful learning).
         c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan
            pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
        d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok,
            berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a
            group).
         e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk
            menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan
            saling memahami antara satu dengan yang lain secara
            mendalam (learning to know each other deeply).
         f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif,
            produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to
            ask, to inquiry, to work together).
        g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang
            menyenangkan (learning as an enjoy activity).16
      Adapun dalam sosialisasi oleh Depdiknas, karakteristik
pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:
          a. Kerjasama
          b. Saling menunjang
          c. Menyenangkan
          d. Tidak membosankan
         16Masnur       Muslich,    Pembelajaran    Berbasis   Kompetensi   dan
Kontekstual,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 42
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                     27
Abdul Kadir
              e.   Belajar dengan bergairah
              f.   Pembelajaran terintegrasi
              g.   Menggunakan berbagai sumber
              h.   Siswa aktif.17
      Sedangkan menurut Kunandar, ciri-ciri pembelajaran
kontekstual antara lain:
          1) Adanya kerjasama antara semua pihak
          2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau
              problem
          3) Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa
              yang berbeda-beda
          4) Saling menunjang
          5) Menyenangkan, tidak membosankan
          6) Belajar dengan bergairah
          7) Pembelajaran terintegrasi
          8) Menggunakan berbagai sumber
          9) Siswa aktif
          10) Sharing dengan teman
          11) Siswa kritis, guru kreatif
          12) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil
              karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan
              sebagainya
          13) Laporan kepada orang tua bukan saja rapor, tetapi
              hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan
              siswa, dan sebagainya.18
      Jadi pada model pembelajaran kontekstual ini, meliputi:
adanya umpan balik, penggunaan berbagai alat bantu, belajar
kelompok, model demokrasi, peningkatan pemahaman siswa,
         17Sosialisasi KTSP oleh Depdiknas,
ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/16.ppt. tt.
         18Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), hal. 298-299.
28                                          Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
evaluasi berdasarkan penilaian autentik, pembelajaran diformat
berdasarkan tempat dan waktu yang tersedia, dan informasi yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
D. PERBEDAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
   DAN PEMBELAJARAN TRADISIONAL
      Terdapat perbedaan pendekatan kontekstual dengan
pendekatan tradisional, yaitu dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
 No              Pendekatan CTL                   Pendekatan Tradisional
  1.     Siswa secara aktif terlibat             Siswa adalah penerima
         dalam proses pembelajaran.              informasi secara pasif.
         Dalam pembelajaran bahasa               Dalam pembelajaran
         dapat berupa berbagai                   bahasa sering terfokus pada
         pelatihan keterampilan                  penyampaian teori
         berbahasa.                              kebahasaan atau teori
                                                 keteramilan berbahasa.
  2.     Siswa belajar melalui teman             Siswa belajar secara klasikal,
         melalui kerja kelompok,                 tetapi masing-masing (tidak
         diskusi, dan saling koreksi.            ada kontak pikiran dan
                                                 kontak gagasan
                                                 antarmereka).
  3.     Pembelajaran dikaitkan                  Pembelajaran sangat
         dengan kehidupan nyata dan              abstrak dan teoritis
         atau masalah yang disimula-
         sikan.
  4.     Perilaku     dibangun              atas Perilaku dibangun atas
         kesadaran diri.                         kebiasaan/tradisi.
  5.     Ketrampilan     dikembangkan Ketrampilan dibangun atas
         atas dasar pemahaman.        dasar latihan.
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                     29
Abdul Kadir
  6.    Hadiah untuk perilaku baik         Hadiah untuk perilaku baik
        adalah kepuasan diri               adalah pujian atau nilai
                                           (angka) rapor.
  7.    Seseorang tidak melakukan          Seseorang tidak melakukan
        sesuatu yang buruk karena dia      sesuatu yang buruk karena
        sadar hal itu keliru dan           takut hukuman.
        merugikan.
  8.    Bahasa diajarkan dengan            Bahasa diajarkan dengan
        pendekatan komunikatif, yakni      pendekatan struktural:
        siswa diajak menggunakan           rumus diterangkan,
        bahasa dalam konteks nyata.        diterima, dihafalkan,
                                           dilatihkan.
  9.    Pemahaman rumus                    Rumus itu ada di luar diri
        dikembangkan atas dasar            siswa, yang harus
        skema (menurut bagan) yang         diterangkan diterima,
        sudah ada di dalam diri siswa.     dihafalkan, dan dilatihkan.
 10. Pemahaman rumus itu relatif     Rumus adalah kebenaran
     berbeda antara siswa yang satu  absolut (sama untuk semua
     dengan siswa lainnya sesuai     orang) Hanya ada dua
     dengan skemata siswa (on going  kemungkinan, yaitu
     process of development).        pemahaman rumus yang
                                     salah atau pemahaman
                                     rumus yang
                                     benar.
 11. Siswa menggunakan               Siswa secara pasif
     kemampuan berpikir kritis,      menerima rumus atau
     terlibat penuh dalam meng-      kaidah (membaca,
     upayakan terjadinya proses      mendengarkan, mencatat,
     pembelajaran yang efektif, ikut menghafal) tanpa
     bertanggung jawab atas          memberikan
     terjadinya proses pembelajaran kontribusi ide dalam proses
30                                       Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
         yang efektif, dan membawa          pembelajaran.
         skemata masing-masing ke
         dalam proses pembelajaran.
 12. Pengetahuan yang dimiliki              Pengetahuan adalah
     manusia dikembangkan oleh              penangkapan terhadap
     manusia sendiri. Manusia               serangkaian fakta, konsep
     menciptakan atau membangun             atau hukum yang berada di
     pengetahuan dengan cara                luar diri manusia atau yang
     memberi arti dan memahami              diberikan oleh gurunya.
     pengalamannya.
 13. Karena ilmu pengetahuan itu            Pengetahuan bersifat
     dikembangkan (dikonstruksi)            absolut dan pengetahuan
     oleh manusia itu sendiri,              bersifat final.
     sementara manusia selalu
     mengalami peristiwa baru,
     maka
     pengetahuan tidak pernah
     stabil, selalu berkembang.
 14. Siswa diminta                          Guru adalah penentu
     bertanggungjawab memonitor             jalannya proses
     dan mengembangkan pem-                 pembelajaran.
     belajaran mereka masing-
     masing.
 15. Penghargaan terhadap                   Pembelajaran tidak
     pengalaman siswa sangat                memperhatikan
     diutamakan.                            pengalaman siswa.
 16. Hasil belajar diukur dengan            Hasil belajar diukur hanya
     berbagai cara: proses bekerja,         dengan tes/ ulangan.
     hasil karya, penampilan,
     rekaman, tes, dll
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                 31
Abdul Kadir
 17. Pembelajaran        terjadi  di Pembelajaran hanya terjadi
     berbagai                        di
     tempat, konteks dan setting.    dalam kelas.
 18. Penyesalan adalah hukuman       Sanksi adalah hukuman dari
     dari prilaku jelek.             prilaku jelek.
 19. Prilaku baik berdasar motivasi          Prilaku baik berdasar
     intrinsik.                              motivasi ekstrinsik.
 20. Seseorang berprilaku baik               Seseorang berprilaku baik
     karena dia yakin itulah yang            karena dia terbiasa
     terbaik dan bermanfaat.                 melakukan begitu.
                                             Kebiasaan ini dibangun
                                             dengan hadiah yang
                                             menyenangkan.
            Adapun perbedaan antara Kontekstual dan Tradisional
      menurut pendapat lain, dapat dilihat pada tabel berikut:19
     Pendekatan Kontekstual                Pendekatan Tradisional
     1. Menyandarkan pada                 1. Menyandarkan pada
        pemahaman makna.                     hafalan.
     2. Pemilihan informasi               2. Pemilihan informasi lebih
        berdasarkan kebutuhan                banyak ditentukan oleh
        siswa.                               guru.
     3. Siswa terlibat secara aktif       3. Siswa secara pasif
        dalam proses                         menerima informasi,
        pembelajaran.                        khususnya dari guru.
     4. Pembelajaran dikaitkan            4. Pembelajaran sangat
        dengan kehidupan                     abstrak dan teoritis, tidak
         19http://ekorubiyanto84.wordpress.com/2013/01/18/pembelajaran-
kontekstual/. Diakses pada tanggal 14 Mei 2013.
32                                         Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
        nyata/masalah yang                      bersandar pada realitas
        disimulasikan.                          kehidupan.
    5. Selalu mengkaitkan                   5. Memberikan tumpukan
        informasi dengan                        informasi kepada siswa
        pengetahuan yang telah                  sampai saatnya diperlukan.
        dimiliki siswa.                     6. Cenderung terfokus pada
    6. Cenderung                                satu bidang (disiplin)
        mengintegrasikan                        tertentu.
        beberapa bidang.                    7. Waktu belajar siswa
    7. Siswa menggunakan                        sebagian besar
        waktu belajar nya untuk                 dipergunakan untuk
        menemukan, menggali,                    mengerjakan buku tugas,
        berdiskusi, berpikir kritis,            mendengar ceramah, dan
        atau mengerjakan proyek                 mengisi latihan (kerja
        dan pemecahan masalah                   individual).
        (melalui kerja kelompok).           8. Perilaku dibangun atas
    8. Perilaku dibangun atas                   kebiasaan.
        kesadaran diri.                     9. Keterampilan
    9. Keterampilan                             dikembangkan atas dasar
        dikembangkan atas dasar                 latihan.
        pemahaman.                          10. Hadiah dari perilaku baik
    10. Hadiah dari perilaku baik               adalah pujian atau nilai
        adalah kepuasan diri yang               rapor.
        bersifat subyektif.                 11. Siswa tidak melakukan
    11. Siswa tidak melakukan                   sesuatu yang buruk karena
        hal yang buruk karena                   takut akan hukuman.
        sadar hal tersebut                  12. Perilaku baik berdasarkan
        merugikan.                              motivasi entrinsik.
    12. Perilaku baik berdasarkan           13. Pembelajaran terjadi hanya
        motivasi intrinsik.                     terjadi di dalam ruangan
    13. Pembelajaran terjadi di                 kelas.
        berbagai tempat, konteks            14. Hasil belajar diukur melalui
        dan setting.                            kegiatan akademik dalam
    14. Hasil belajar diukur                    bentuk tes/ujian/ulangan.
        melalui penerapan
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                  33
Abdul Kadir
        penilaian autentik
E. PENDEKATAN                 KONTEKSTUAL                DALAM
   PEMBELAJARAN
       Beberapa pendekatan CTL menurut Saliman, adalah
 sebagai berikut:
   1. Problem-Based Learning, yaitu suatu pendekatan pembelajaran
       yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
       konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan
       keterampilan pemecahan masalah dalam rangka
       memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari
       materi pelajaran.
   2. Authentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang
       menperkenankan siswa untuk mempelajari konteks
       bermakna melalui pengembangan keterampilan berpikir
       dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks
       kehidupan nyata.
   3. Inquiry-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
       mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan
       untuk pembelajaran bermakna.
   4. Project-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
       memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam
       mengkonstruk pembelajarannya (pengetahuan dan
       keterampilan baru), dan mengkulminasikannya dalam
       produk nyata.
   5. Work-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
       memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja
       untuk mempelajari materi ajar dan menggunakannya
       kembali di tempat kerja.
   6. Service Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
       menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru
       dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
       masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
       lainnya.
34                                   Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
     7. Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
        menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama
        dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk
        mencapai tujuan belajar.20
       Dengan tujuh pendekatan tersebut, maka keberhasilan
pembelajaran kontekstual, baik proses maupun hasil belajarnya
akan terwujud secara nyata dalam proses pembelajaran di sekolah
bagi siswa. Dengan pendekatan tersebut siswa akan lebih kreatif,
mandiri, aktif, dan inovatif. Siswa lebih mampu mengelaborasi
muatan-muatan pembelajaran secara kontekstual yang berbasis
dunia nyata. Keberhasilan dengan pendekatan tersebut bukan
tanpa alasan. Paling tidak dalam pandangan penulis, keberhasilan
tersebut berwujud nyata dengan beberapa alasan sebagai berikut ;
    1. Materi dipilih berdasarkan kebutuhan siswa dan materi
         tersebut terkait dengan konteks kehidupan nyata/masalah.
    2. Belajar dapat dilaksanakan di berbagai tempat, konteks
        dan kondisi.
    3. Keterlibatan siswa secara aktif
    4. Terjadinya kolaborasi dan kerjasama antar siswa
    5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
    6. Pembelajaran dilakukan berdasarkan kebutuhan siswa,
        sehingga siswa sadar betul akan pentingnya proses belajar
        yang dialaminya
    7. merangsang berpikir kritis siswa terhadap persoalan-
        persoalan yang dipelajari
    8. siswa menguasai materi dengan seperangkat kompetensi
        yang dimiliki.
F. KESIMPULAN
         20Saliman, PembelajaranKontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL) -
Presentation Transcript. http://www.slideshare.net/abeyow/ pembelajar an-
kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl. diakses pada tanggal 14 Mei 2013.
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                                       35
Abdul Kadir
        Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu alternatif
pembelajaran yang dapat mengurangi verbalisme dan teoritis. Di
samping itu, pembelajaran ini dapat memberikan penguatan
pemahaman secara komprehensif melalui penghubungan makna
atau maksud dari ilmu pengetahuan yang dipelajari siswa dengan
pengalaman langsung dalam kehidupan yang nyata.
        Melalui model pembelajaran kontekstual, pengalaman belajar
bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seseorang siswa berada di
dalam kelas, tetapi jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana
membawa pengalaman belajar tersebut keluar dari kelas, yaitu pada
saat ia dituntut untuk menanggapi dan memecahkan permasalahan
yang nyata yang dihadapi sehari-hari. Sehingga pembelajaran
kontekstual ini idealnya mengkaitkan permasalahan pada dunia
nyata kepada teori yang akan dipelajarkan atau disajikan pada siswa,
dan siswa secara aktif memecahkan permasalahan tersebut sesuai
apa yang ia dapatkan melalui pengalaman dan dihubungkan dengan
teori yang ia pelajari di sekolah oleh gurunya.
        Semangat atau motivasi belajar langsung bersumber dari
kehendak atau cita-cita atau pun tujuan tertent yang telah dimiliki
oleh siswa terlebih dahulu, sehingga guru hanya mengarahkan dan
membantu sebagai fasilitator. Dan siswa menjadi lebih aktif
dikarenakan dia yang belajar, dia yang mengalami, dan pada
akhirnya dia juga yang akan mengaplikasikan ilmu pengethuan yang
dimilikinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
                         BIBLIOGRAFI
Alma, Buchari., Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil
       Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2008
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta, Renika
       Cipta, 2004
Hamalik,Oemar., Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
       2007
36                                    Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013
Konsep Pembelajaran Konseptual di Sekolah
Hiryanto, Model-model Pembelajaran, dalam
        masririt.files.wordpress.com/2007/12/model-model-
        pembelajaran.ppt. 18 November 2008.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
        Pendidikan (KTSP) Dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,
        Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Kuswana,Wowo Sunaryo.Model Pembelajaran Dalam Konteks
        Kurikulum 2004, makalah, dalam http://energimandiri.com.
        t.t.
Muslich, Masnur., Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual.
        Jakarta : Bumi Aksara, 2009
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
        Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Sakdiahwati, Makalah: ”Penerapan Model
        SinektikDalamMeningkatkanKreativitasMenulis
        (StudiKuasiEksperimendalamPembelajaranMenulispadaSiswaKelas I
        SMPN di Kota
        Palembang)”,dalamhttp://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id.
        tt.
Saliman, PembelajaranKontekstual Contextual Teaching & Learning
        (CTL) - Presentation Transcript.
        http://www.slideshare.net/abeyow/ pembelajar an-
        kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl. Diakses pada
        tanggal 14 Mei 2013.
Sosialisasi KTSP oleh Depdiknas,
        ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/16.ppt. tt.
Sudrajat, Akhmad.Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,
        Taktik, dan Model Pembelajaran, dalam http://www.psb-
        psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-
        metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran. 03 Oktober
        2008.
Suherli, Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
        Learning). Dalam
        http://irfarazak.blogspot.com/2009/04/model-pembelajar
        an-kontekstual.html
Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013                           37
Abdul Kadir
Suyatno, Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik
       Pembelajaran dalam http://www.klubguru.com, 03 Maret
       2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
       Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
       1989
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta:
       Prestasi Pustaka Publisher, 2007
38                                     Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1, Juni 2013