Jurnal HIV
Jurnal HIV
net/publication/346974383
CITATIONS READS
8 1,195
3 authors, including:
Jek Amidos
Universitas Sari Mutiara Indonesia
137 PUBLICATIONS 277 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Jek Amidos on 14 December 2020.
ABSTRACT
HIV / AIDS is a contagious disease by attacking white blood cells so that it can damage the human immune system.
People with PLWHA certainly always get discriminatory acts from family, friends and relatives which can cause
severe psychological effects such as depression. Depression is a period of disruption of human functions related to
the natural feelings of sadness and its accompanying symptoms, including changes in sleep patterns and appetite,
psychomotor, concentration, fatigue, hopelessness and helplessness, and the idea of suicide. If the patient has
reached the stage of depression, the patient's self-esteem becomes low. The purpose of this study was to determine
the relationship of self-esteem with depression in HIV / AIDS patients. The design of this research is the descriptive
correlation with the cross-sectional approach. The population in this study amounted to 45 people with a sample of
31 people. The sampling technique was purposive sampling. The research instrument used was a questionnaire. The
results of this study were analyzed by bivariate and univariate analysis. The results showed there was a relationship
of self-esteem with depression in HIV / AIDS patients. The researchers concluded that when the patient was severely
depressed the patient's self-esteem would be low which was marked by p-value = 0,000 (p = 0.05). It is
recommended for hospitals to make routine counselling schedules by involving nurses in their implementation.
Keywords : Depression, Self-Esteem, HIV/AIDS
ABSTRAK
HIV/AIDS merupakan penyakit menular dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak system
kekebalan tubuh manusia. Teman maupun kerabat yang dapat menimbulkan dampak psikologis yang berat seperti
depresi. Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Apabila pasien telah sampai ke tahap depresi,
maka harga diri pasien pun menjadi rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan harga diri
dengan depresi pasien HIV/AIDS. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 45 orang dengan jumlah sampel 31 orang. Teknik pengambilan sampel
dengan purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini dianalisis
dengan analisis bivariat dan univariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan harga diri dengan depresi pada
pasien HIV/AIDS. Peneliti menyimpulkan bahwa ketika pasien depresi berat maka harga diri pasien akan menjadi
rendah yang ditandai dengan pvalue =0,000 (p=0,05). Disarankan bagi rumah sakit agar membuat jadwal konseling
secara rutin dengan melibatkan perawat dalam pelaksanaannya.
Kata Kunci : Depresi, Harga Diri, HIV/AIDS
57
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
Vietnam terjangkit mencapai 0.3 dari 1000 populasi. ditingkat negara semakin meningkat secara global.
Thailand dan Laos terjangkit HIV/AIDS mencapai 0.2 Depresi merupakan salah satu bentuk yang ditandai
dari 1000 populasi. Dan terendah yang terinfeksi dengan kemurungan, kelesuan, tidak bergairah,
HIV/AIDS yaitu Filipina dan Kamboja dengan putus asa, dan tidak berguna (Wandono, 2017),
prevalensi 0.1 dari 1000 populasi. depresi juga dapat menonaktifkan hubungan
fungsional, sosial dan fisik, dan meningkatkan angka
bunuh diri (Rahmawati, Arneliwati, & Elita, 2015).
Menurut data Kemenkes RI, kasus HIV/AIDS di
Gejala paling khas sering terjadi saat berduka cita
Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 330.152
dan individu yang melaporkan keadaan depresi,
orang, dengan terinfeksi HIV sebanyak 242.699
seperti mengalami kesedihan, insomnia, penurunan
orang dan yang mengalami AIDS sebanyak 87.453
nafsu makan.
orang. Urutan prevalensi HIV/AIDS yang cukup tinggi
di provinsi yang ada di Indonesia antara lain DKI
Beberapa peneliti telah mencatat bahwa kesedihan
Jakarta, Jawa Timur, Papu, Jawa Barat, Jawa
tidak selalu menghasikan gejala kognitif depresi,
Tengah, Bali dan Sumatera utara.
seperti halnya harga diri rendah atau perasaan tidak
berharga (Siboro, 2013). Bahkan sebanyak 1.752
Sumatera Utara berada di urutan ke 7 dari 10
kasus dengan depresi didiagnosis klinis atau
provinsi di Indonesia dengan data kasus terbesar
pengguna anti depresan, yakni diagnosis depresi
HIV/AIDS sebanyak 17.333 orang dengan
meningkat resiko sebanyak 3,6 kali lipat (Marsasina
presentase yang terinfeksi HIV sebanyak 13.454
& Fitrikasari, 2016). Menurut Ibrahim, H, Rahayuwati,
orang dan yang telah terdiagnosa AIDS sebanyak
& Nurmalisa, (2017), menunjukan gangguan
3.879 orang. Kota Medan menjadi daerah tertinggi
emosional sebesar 6% usia produktif mulai dari 15
untuk kasus HIV/AIDS dari seluruh Kabupaten/Kota
tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang mengalami
di Sumatera Utara dengan jumlah penderita
gejala depresi. Hapsari, Elyana., Sarjana, Widodo &
sebanyak 2.616 kasus dengan prensentase HIV
Sofro, (2016), angka kejadian depresi di Indonesia
sebanyak 1.535 orang dan AIDS sebanyak 1.081
sebanyak 706.689 jiwa, provinsi yang memiliki
orang.(Kemenkes RI, 2017).Pasien HIV/AIDS di
prevalensi angka kejadian depresi pada peringkat
RSUP H.Adam Malik Medan selama tiga tahun
pertama yaitu provinsi Jawa Barat sebanyak 130.528
terakhir mengalami peningkatan setiap tahunnya.
jiwa, Jawa Timur sebanyak 111.879 jiwa, jawa
Pada tahun 2015 pasien dengan HIV/AIDS sebanyak
tengah sebanyak 95.461 jiwa dan Sumatera Utara
485 orang, pada tahun 2016 sebanyak 524 orang
menduduki peringkat keempat dengan jumlah
dan pada tahun 2017 sebanyak 584 orang. Pada
sebanyak 36.147 jiwa. Angka kejadian depresi pada
tahun 2018 terakhir ini penyakit HIV/AIDS mengalami
ODHA di Sumatera Utara sebanyak 55,8% dengan
penurunan menjadi 541 pasien.
pembagian depresi ringan 25,6%, depresi sedang
11,6%, depresi berat 4,7%, dan depresi sangat berat
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), dan hal tersebut
14%. Depresi terbanyak ditemukan pada usia 20-39
harus segera mendapatkan penanganan. Perlakuan
tahun (83,3%). Sehingga dari harga diri yang dialami
diskriminatif dapat berasal dari keluarga sendiri,
oleh seseorang akan mengalami perubahan menjadi
teman dan kerabat, masyarakat sekitar, ataupun dari
depresi dan perubahan kebiasaan sehari-hari
pemerintah.Stigma dan deskriminasi menimbulkan
(Haryanto, Wahyuningsih, & Nandiroh, 2015).
dampak psikologi yang berat bagaimana ODHA
memandang diri mereka. Kondisi ini dapat
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan
mendorong terjadinya depresi, kurang penghargaan
yang rendah, efektif dalam kelompok dan
diri, keputusasaan, bahkan keinginan bunuh diri atau
penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan
merusak dirinya. Kurangnya dukungan dari
masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri,
lingkungan (dukungan material, informasional,
sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan
emosional, sosial, atau spiritual) akan membuat
interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya
kualitas hidup ODHA memburuk (Wahyuningsih &
depresisehingga perasaan negatif mendasari
Novianto, 2017).
hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu
dan menggambarkan gangguan harga diri
Menurut World Health Organization (Utami, Liza, &
(Wandono, 2017).
Ashal, 2018). bahwa depresi merupakan suasana
hati dan tanggapan emosional dalam menanggapi
Adapun faktor penyebab dari gangguan harga diri
respon kehidupan, dapat menyebabkan gangguan
yang pertama yaitu faktor predisposisi meliputi faktor
yang serius dan berdampak pada tempat kerja,
yang mempengaruhi harga diri seperti penolakan dari
sekolah maupun keluarga, bahkan bunuh diri bisa
orang tua, harapan dan ideal diri yang tidak bisa
dilakukan akibat dari depresi, Hasil sidang World
tercapai, selalu menemui kegagalan, tanggung jawab
Health Assembly pada 2018 menyatakan depresi
personal yang kurang serta ketergantungan terhadap
58
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
orang lain, faktor performa peran seperti peran depresi dan menimbulkan kematian yang
gender, tuntutan kerja dan budaya yang dapat disebabkan penyakit yang dideritanya saat ini, dan 3
mempengaruhi, sedangkan faktor identitas diri orang merasa depresi karena jika sudah terjadi
meliputi tekanan yang disebabkan dari orang – orang penyakit HIV/AIDS sangat sulit di sembuhkan bahkan
terdekat seperti orang tua yang kurang percaya akan kemungkinan tidak bisa disembuhkan.
dirinya, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan struktur sosial, yang kedua yaitu faktor
METODE PENELITIAN
stresr pencetus dapat terjadi diakibatkan oleh truma
seperti penganiyaan seksual dan pskosial atau
Desain penelitian ini adalah Deskriptif Korelasi
ancaman yang dapat mengganggu kehidupan,
dengan pendekatan cross- sectional, Populasi dalam
ketegangan peran yang mengakibatkan individu
penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS di
frustasi atas posisi yang didapatkan. Dengan
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2018 berjumlah
gangguan harga diri, seseorang akan menghadapi
45 orang perbulannya. Teknik pengambilan sampel
suasana hati dan ingatan tentang masa lalu yang
pada penelitian ini adalah Accidental sampling. Yaitu
negatif dan lebih rentan mengalami depresi ketika
sebanyak 31 orang yang mengalami HIV/AIDS.
menghadapi stress karena pola pikir yang buruk
Kriteria pengambilan sampel: Pasien yang telah
tentang diri sendiri, tujuan hidup yang tidak jelas, dan
terdiagnosa AIDS, bisa baca tulis, dapat
masa depan yang lebih pesimis, semakin rendah
berkomunikasi dan berbahasa Indonesia dengan
harga diri seseorang akan lebih berisiko terkena
baik, tidak dalam keadaan koma, bersedia menjadi
gangguan kepribadian (Betty et al. 2016 dalam
responden. Responden yang dijadikan sampel dari
Wandono, 2017).
beberapa ruangan yang ada di RSUP H. Adam Malik
Medan. Penelitian ini menggunakan alat
Berdasarkan data didapatkan di RSUP H. Adam
pengumpuan data menggunakan kuesioner harga diri
Malik Medan jumlah penderita HIV/AIDS rawat inap
10 pernyataan dengan cronbach alpha yaitu 0,877
pada tahun 2018 sebanyak 541 pasien. Hasil
dan kuesioner DASS sebanyak 14 pernyataan
wawancara yang dilakukan peneliti dengan 8 orang
cronbach alpha yaitu 0,91. Uji statistik yang
pasien penderita HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik
digunakan dengan Spearman Corelation.
Medan 5 orang di antaranya menyatakan bahwa
yang terkena HIV/AIDS akan memicu mereka
HASIL
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik
Responden di RSUP H. Adam Malik
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 77,4
Perempuan 7 22,6
Usia (tahun)
21-40 Tahun 28 90,3
>40 Tahun 3 9,7
Pekerjaan
Buruh 1 3,2
Dagang 3 9,7
IRT 5 16,1
Tani/Nelayan 2 6,5
3 9,7
Sopir/Kernet
17 54,8
Wiraswasta
Status Kawin
Belum Menikah 4 12,9
Cerai Hidup 4 12,9
Cerai Mati 4 12,9
Menikah 19 61,3
59
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 17 responden
mayoritas laki-laki sebanyak 23 responden (77,4%), usia (54,8) dan status kawin mayoritas menikah sebanyak 19
mayoritas 21-40 tahun sebanyak 28 responden (90,3%), responden (61,3%).
Tabel 2
Persentase Frekuensi Harga Diri Pasien HIV/AIDS
Harga Diri n %
Tinggi 24 77,4
Rendah 7 22,6
Depresi n %
Ringan 17 54,8
Sedang 11 35,5
Berat 3 9,7
Tabel 4
Hubungan Harga Diri Dengan Depresi Pasien HIV/AIDS
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa harga diri tinggi laki sebanyak 23 responden (77,4%). Distribusi jenis
(84,5%) yang memiliki depresi ringan (54,8%), kelamin responden yang paling banyak dalam
depresi sedang (15,5%), dan depresi berat (9,7%). penelitian ini adalah pria. Hasil ini sesuai dengan
Harga diri rendah (15,5%), dengan depresi sedang (Riskesdas, 2017), jumlah penderita terbanyak
(15,5%). adalah pria. Dari hasil ini dapat dilihat laki-laki lebih
rentan terkena infeksi HIV karena berdasarkan cara
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Spearman penularan, laki-laki lebih banyak terpapar dengan
Corellation, hasil diketahui p value = 0.000 (p < 0.05), kejadian infeksi HIV yakni melalui tiga cara utama
artinya ada hubungan yang signifikan antara harga meliputi: penasun, homoseksual, dan heteroseksual
diri dengan depresi pasien HIV/AIDS di RSUP H. atau seks bebas.
Adam Malik dan nilai r = 0.603 (0.56-1,00= kuat)
artinya semakin tinggi harga diri maka semakin Apabila dilihat dari segi usia responden dalam
rendah depresi pasien pasien HIV/AIDS di RSUP H. penelitian ini mayoritas antara umur 21-40 tahun.
Adam Malik. Pada usia dalam tahap usia produktif, yang artinya
pada tahap usia ini kebanyakan melakukan
kenakalan remaja salah satunya seks bebas.
PEMBAHASAN
Pertama melakukan seks bebas mungkin masih
Harga Diri belum merasakan gejala yang akan ditimbulkan oleh
virus HIV, namun lambat laun akan merusak sel
Hasil penelitian yang didapat bahwa karakteristik
dalam tubuh. Waktu yang dibutuhkan virus HIV
responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-
60
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
selama 10 tahun baru dikatakan sebagai ODHA memiliki peran vital dalam peningkatan harga diri
(orang dengan HIV/AIDS). Sehingga setelah penderita HIV AIDS.
terdeteksi sebagai ODHA baru merasakan gejala
yang muncul dari virus HIV. Pada tahap usia ini Melalui KDS permasalahan-permasalahan yang
memang sangat rentan sekali terkena HIV, hal ini muncul setelah status ODHA disandang dapat diatasi
dikarenakan pada tahap usia ini adalah tahap ingin bahkan dicegah. Melalui KDS para penderita HIV
tahu dan ingin mencoba sangat besar. AIDS dapat saling bertukar pengalaman dan
dukungan sehingga mereka dapat mengikuti program
Hasil penelitian ini merupakan hal yang pengobatan dan perawatan secara rutin dan teratur.
memungkinkan terjadi bila dilihat dari data status Oleh karena itu dukungan psikologis terhadap pasien
perkawinan responden dimana sebanyak 19 HIV AIDS perlu terus diberikan sehingga penderita
responden (61,3%) sudah menikah sehingga masih HIV AIDS memiliki status mental dan konsep diri
aktif melakukan hubungan seksual dengan yang sehat.
pasangannya. Pada orang yang menikah merupakan
hal yang wajar melakukan hubungan seks tidak Penelitian lain juga yang mendukung oleh Siboro
menggunakan pengaman (kondom) karena muncul (2013) menunjukan hubungan yang positif dari
persepsi di masyarakat bahwa merupakan hal tidak dukungan keluarga terhadap keberfungsian sosial
etis bila melakukan hubungan seks dengan orang dengan HIV/ AIDS. (Harefa dkk, 2012)
suami/istrinya menggunakan kondom meskipun tahu mendapatkan adannya hubungan dukungan keluarga
beresiko untuk menularkan HIV pada pasangannya ( dengan harga diri ODHA. Dari 66,7% responden
Benerjee & Sharma, 2007). yang memiliki dukungan keluarga baik, sebanyak
60,8% memiliki harga diri positif dan hanya 6,9%
Berdasarkan variabel harga diri responden sebanyak yang memiliki harga diri negatif. Hasil penelitian Li et
24 responden (77,4%) memilki harga diri yang tinggi al, (2006) terhadap 30 penderita HIV/AIDS
dalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan hasil menunjukan semua partisipan penelitian sangat
kuesioner yang telah diisi oleh responden, mereka membutuhkan bantuan dan sumber utama dukungan
mengatakan bahwa merasa puas dengan dirinya, yang berasal dari keluarga. Dukungan keluarga
masih memiliki sejumlah kualitas pada dirinya, termasuk bantuan keuangan, dukungan dalam
merasa dirinya masih berharga meskipun dalam mengungkapkan penyakit, aktivitas perawatan
keadaan sakit. Dalam proses kehidupan sehari-hari, sehari-hari, dan dukungan psikologis. Penelitian
harga diri merupakan aspek yang krusial dalam menggambarkan bahwa dukungan yang disediakan
membentuk suatu perilaku. Orang dengan harga diri keluarga dapat memberikan efek positif pada
yang tinggi cenderung bersikap positif terhadap penderita HIV/AIDS, sehingga penting melibatkan
permasalahan yang dihadapinya, sebaliknya orang keluarga dalam intervensi HIV/ AIDS.
yang dengan harga diri rendah akan menghadapi
suatu masalah secara emosional, tergesa-gesa, dan Peneliti berasumsi bahwa pasien dengan HIV/AIDS
kadang tidak memikirkan dampak di masa yang masih memiliki harga diri yang tinggi sama halnya
datang (Sternke, 2010). dengan orang yang belum terkena penyakit
HIV/AIDS. Tingginya harga diri pasien HIV/AIDS
Pasien HIV AIDS sejak pertama kali datang untuk berawal dari dukungan orang disekitarnya dan
deteksi dini sudah diberikan konseling (Cichocki, terlebih di RSUP H. Adam Malik sering dilakukannya
2009). Pemberian konseling bertujuan untuk konseling kepada pasien. Untuk itu, perlu dukungan
menyiapkan mental dan psikologis pasien sehingga dan motivasi lagi kepada pasien baik dari keluarga
apabila hasil pemeriksaan dinyatakan positif maka sendiri maupun dari orang lain.
pasien sudah siap menerima kenyataan tersebut.
Menurut penjelasan perawat penanggung jawab
Depresi
klinik pelayanan HIV AIDS di di RSUP H. Adam
Malik, konseling dapat diberikan oleh dokter, Hasil penelitian derajat keparahan depresi pada
perawat, atau psikolog selama kurang lebih 30 menit penelitian ini didapatkan ialah depresi ringan 54,8%,
untuk setiap pasien. Konseling digunakan juga untuk depresi sedang 35,5% dan depresi berat 9,7%. Hal
mengantisipasi penurunan mental dan psikologis ini sesuai dengan hasil kuesioner depresi, bahwa
pasien karena orang dengan menderita HIV AIDS sebagian responden mengatakan masih melihat
akan memperoleh stigma yang negatif dari positif dari suatu kejadian, sedikit pesimis, jarang
masyarakat karena HIV AIDS dianggap penyakit merasa sedih dan depresi serta merasa masih layak
kotor. Penderita HIV AIDS pun harus harus siap dimasyarakat. Ditambah lagi dengan pernyataan
mendapat perlakuan diskriminatif dan diasingkan merasa masih ada masa depan dan hidup yang
oleh masyarakat. Kelompok dukungan sebaya (KDS) berarti. Hal inilah yang masih memotivasi pasien
HIV/AIDS sehingga mereka tidak mudah untuk
61
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
depresi dan ditambah lagi dengan kuatnya dukungan ringan 54,8%. Dari hasil ini terlihat bahwa semakin
dari keluarga maupun orang terdekatnya. tinggi harga diri pasien tentunya sangat berpengaruh
pada depresi pasien saat menjalani perawatan
Hal ini sesuai dengan penelitian (Unnikrishnan, 2012) karena merasa masih mempunyai harga diri yang
menyebutkan pasien HIV/AIDS yang mengalami tinggi dan harapan yang positif serta hubungan
depresi sebanyak 20-39%. Kurang maksimalnya dengan keluarga masih baik/masih diperhatikan oleh
pemanfaatan pelayanan poli VCT dan dukungan dari keluarga.
masyarakat dapat menyebabkan tingginya angka
depresi. Ada sejumlah faktor psikososial yang Hal ini sesuai dengan teori Sternke (2010) yang
diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada mengatakan bahwa Orang dengan harga diri yang
seseorang yang pada umumnya berhubungan tinggi cenderung bersikap positif terhadap
dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut permasalahan yang dihadapinya, sebaliknya orang
adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, yang dengan harga diri rendah akan menghadapi
kematian teman atau sanak saudara, penurunan suatu masalah secara emosional, tergesa-gesa, dan
kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan kadang tidak memikirkan dampak di masa yang
finansial, dan penurunan fungsi kognitif. datang.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Yaunin. Dari data demografi responden didapatkan bahwa
dkk, 2013) yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil status perkawinan mayoritas menikah (61,3%).
Padang dengan judul Kejadian gangguan depresi Perhatian dari pasangan (suami/istri) termasuk dalam
pada pasien HIV/AIDS. Dari 43 sampel penelitian kelompok dukungan internal yang sangat membantu
didapatkan depresi ringan sebanyak 25,6%, depresi mempertahankan harga diri pasangannya yang
sedang 11,6% dan depresi berat sebanyak 4,7%. dirawat. (Sudrajat, 2012) dalam penelitianya
Penelitian ini juga didukung oleh (Bhavna, 2015) menyatakan bahwa dukungan yang baik dipengaruhi
terhadap 66 penderita HIV/AIDS yang mendapatkan oleh dukungan dari orang yang sangat berarti atau
hasil lebih dari 50% penderita tidak mengalami orang yang dekat dengan pasien dalam hal ini suami
depresi. Namun, hal ini bertentangan dengan atau istri dan anak-anak pasien.
peneitian (Cichocki, 2009) yang menyatakan bahwa
pasien HIV/AIDS sangat rentan mengalami depresi, Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil harga diri
dan depresi menjadi masalah psikososial terbesar tinggi 54,8% dengan depresi sedang sebesar 35,5%
yang dihadapi ODHA. Tidak ada depresinya dan depresi berat sebesar 9,7%. Hal ini sesuai
sebagian besar penderita HIV/AIDS mungkin dengan pernyataan responden melalui pengisian
disebabkan salah satunya karena adanya peran kuesioner bahwa sebagian responden masih merasa
dukungan sosial. Salah satu bentuk dukungan sosial sedih dan depresi dengan penyakitnya, merasa
yang ada yaitu dukungan keluarga dan orang sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
terdekat pasien. Hai ini sesuai dengan penelitian oleh kegiatan, merasa tidak layak serta merasa dirinya
(Kanniappana et al., 2007) yang menyebutkan bahwa tidak berharga. Menurut teori ( Widayati & Murtaqib,
ODHA yang depresi atau stres membutuhkan 2016) mengatakan bahwa perlakuan diskriminatif
dukungan baik emosional, informasi dan material. yang berasal dari keluarga, teman serta masyarakat
ODHA sering dijumpai keluarga maupun orang dapat menimbulkan dampak psikologi yang berat
terdekatnya sehingga ODHA merasa tidak sedih dan pada ODHA. Kondisi ini dapat mendorong terjadinya
merasa masih dianggap dalam keluarga. depresi, kurang harga diri, keputusasaan bahkan
sampai bunuh diri.
Peneliti berasumsi bahwa pasien dengan HIV/AIDS
selalu depresi dengan keadaannya, namun tingkat Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Correlation
depresi yang dialami masih dalam kategori ringan. didapatkan nilai p value = 0.000 (p < 0.05) artinya
Depresi mengakibatkan kondisi pasien akan semakin terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri
memburuk jika tidak cepat ditangani. Cara dengan depresi pasien HIV/AIDS dengan nilai
menangani depresi pasien yaitu dengan selalu korelasi r = 0.603 (0.56-1,00 = kuat) yang artinya
memberi dukungan dan motivasi yang kuat agar hubungan kuat, dimana semakin semakin tinggi
pasien tidak merasa depresi selama menjalani harga diri pasien maka semakin ringan depresi
perawatan. pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan.
Hubungan Harga Diri Dengan Depresi Pasien Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri
HIV/AIDS merupakan salah satu faktor pendukung dalam
mengatasi depresi yang di alami pasien HIV/AIDS.
Dari hasil penelitian yang didapat, diketahui bahwa Menurut (Cutrona, 2014) dukungan konkrit berkaitan
dengan harga diri tinggi yaitu 77,4% memiliki depresi dengan tindakan langsung pada kebutuhan sehari-
62
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
hari, misalnya kesehatan penderita HIV dalam hal pasien HIV/AIDS. Ketika harga diri tinggi maka
kebutuhan makan dan minum, istirahat, serta tingkat depresi semakin ringan, sehingga dalam
terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan menjalani perawatan di RSUP H. Adam Malik merasa
tersebut dapat diberikan sehari-hari oleh anggota nyaman, aman dan bisa diterima dimasyarakat serta
keluarga, sehingga dukungan ini mudah diaplikasikan menjalani pengobatan dengan baik.
atau diterapkan anggota keluarga yang tinggal
bersama dalam satu rumah dengan ODHA.
KESIMPULAN
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Fatmawati, 2018) Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik
dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dan demografi yang dilakukan oleh peneliti di RSUP H.
Depresi Pada ODHA di Kebumen didapatkan pvalue Adam Malik terhadap 31 orang responden, diperoleh
=0,000 (<0,05) dengan nilai r= -0,588 yang artinya data yakni rata-rata jenis kelamin mayoritas laki-laki
ada hubungan antara variabel dukungan keluarga sebanyak 23 responden (77,4%), usia mayoritas 21-
dengan variabel depresi. Semakin tinggi dukungan 40 tahun sebanyak 28 responden (90,3%), dan
keluarga yang diperoleh ODHA, maka semakin status kawin mayoritas menikah sebanyak 19
rendah depresi pada ODHA. Sebaliknya, semakin responden (61,3%). Harga diri pasien HIV/AIDS di
rendah dukungan keluarga yang diperoleh ODHA, RSUP H. Adam Malik mayoritas tinggi, depresi
maka semakin tinggi depresi pada pasien ODHA. pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik mayoritas
Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam ringan, terdapat hubungan yang signifikan antara
penelitian ini diterima. harga diri dengan depresi pasien HIV/AIDS di RSUP
H. Adam Malik dengan nilai p value = 0.000 dengan
Peneliti berasumsi bahwa harga diri yang tinggi kekuatan hubungan r =0.603.
sangat erat hubungannya dengan tingkat depresi
DAFTAR PUSTAKA
Benerjee & Sharma. (2007). Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Seksual pada Penderita HIV AIDS di Kabupaten
Indramayu. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(2). https://doi.org/10.17509/jpki.v3i2.9416
Cutrona. (2014). Kebijakan Pengendalian HIV/AIDS di Denpasar. Kesmas: National Public Health Journal, 8(1), 45.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v8i1.341
Fatmawati. (2018). Pengetahuan dan Sikap Perempuan yang Sudah Menikah Terhadap Pencegahan Penularan
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Jurnal Aisyah : Jurnal
Ilmu Kesehatan, 3(2), 153–162. https://doi.org/10.30604/jika.v3i2.130
Hapsari, Elyana., Sarjana, Widodo., Sofro, M. (2016) ‘Hubungan Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien
HIV/AIDS di RSUP dr. Kariadi Semarang’, Jurnal Kedokteran Diponegoro, 5(4), pp. 737–750.
Haryanto, Wahyuningsih, H. D. and Nandiroh, S. (2015) ‘Sistem Deteksi Gangguan Depresi Pada Anak-anak dan
Remaja’, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 14(2), pp. 142–152. Available at:
http://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/article/view/998.
Ibrahim, K. et al. (2017) ‘Hubungan antara Fatigue , Jumlah CD4 , dan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang
Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) The Correlation of Between Fatigue , CD4 Cell Count , and
Hemoglobin Level among HIV / AIDS Patients’, Jkp, 5(3), pp. 271–280.
Kanniappana et al,. (2007). Artikel Penelitian Kejadian Gangguan Depresi pada Penderita HIV / AIDS yang
Mengunjungi Poli VCT RSUP Dr . M . Djamil Padang Periode. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2), 2011–2014.
Li, et, al. (2006). Perilaku Perawat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids Di Rumah Sakit Dan Puskesmas. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 14(2), 127–132. https://doi.org/10.7454/jki.v14i2.320
Maharani, R. (2014) ‘Stigma dan Diskriminasi Orang Dengan HIV / AIDS ( ODHA ) pada Pelayanan Kesehatan di
Kota Pekanbaru Tahun 2014 Stigmatization and Discrimination People Living With HIV / AIDS ( PLWHA ) At
Pekanbaru Health Service In 2014’, 2(5), pp. 225–232.
Marsasina, A. and Fitrikasari, A. (2016) ‘Gambaran Dan Hubungan Tingkat Depresi Dengan Faktor-Faktor Yang
63
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 11 No. 01 2020
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
Mempengaruhi Pada Pasien Rawat Jalan Puskesmas ( Studi Deskriptif Analitik Di Puskesmas Halmahera
Semarang )’, Jurnal Kedokteran Diponegoro, 5(4), pp. 440–450.
Rahmawati, L., Arneliwati and Elita, V. (2015) ‘Relationship Between Family Support and Level of Depression Among
Adolescents in Prison’, Jom, 2(2), pp. 1221–1230. doi: 10.1002/9780470775097.ch13.
Kemenkes RI. (2017) ‘Kementerian Kesehatan Repoblik Indonesia’, Laporan Perkembangan HIV-AIDS.
Riskesdas. (2017). Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Seksual pada Penderita HIV AIDS di Kabupaten
Indramayu. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(2), 131. https://doi.org/10.17509/jpki.v3i2.9416
Siboro. (2013). PENCEGAHAN HIV / AIDS OLEH PEREMPUAN orang dengan HIV memudahkan terjadinya infeksi ,
sehingga menyebabkan timbulnya AIDS Di Provinsi Riau , terjadi kecendrungan didasarai pengetahuan .
Hal ini sesuai dengan penelitian Muflihah , ( 2016 ) terdapat perbeda. 8(1).
Sternke. (2010). Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan ... (Irfan Ardani dan Sri
Handayani) Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan Pencarian Pengobatan:
Studi Kasus pada Pecandu Narkoba Suntik di Jakarta HIV/AIDS RELATED STIG. 81–88.
https://doi.org/10.22435/bpk.v45i2.6042.81-88
UNAIDS (2017) Global HIV Statistics’, Fact sheet, p. 6. Available at: http://www.unaids.org/en/resources/fact-sheet.
Unnikrishnan dkk. (2012). Artikel Penelitian Kejadian Gangguan Depresi pada Penderita HIV / AIDS yang
Mengunjungi Poli VCT RSUP Dr . M . Djamil Padang Periode. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2), 2011–2014.
Utami, A. W., Liza, R. G. and Ashal, T. (2018) ‘Hubungan Kemungkinan Depresi dengan Kualitas Hidup pada Lanjut
Usia di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas,
7(3), pp. 417–423. Available at: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/896/750.
Wahyuningsih S, Novianto WT, P. H. (2017) ‘Implementasi kebijakan pencegahan dan penanggulangan Human
Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di kota Surakarta’, Jurnal Pasca
Sarjana Hukum UNS, V(2), pp. 178–189.
Wandono, W. A. (2017) ‘Upaya peningkatan harga diri rendah pada pasien depresi’, Jurnal psikologi, 4, p. 2.
Widya Shari, W., S, S. and Emaliyawati, E. (2017) ‘Emotional Freedom Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien
yang akan Menjalani Percutaneous Coronary Intervention’, Jurnal Keperawatan Padjadjaran, v2(n3), pp.
133–145. doi: 10.24198/jkp.v2n3.1.
Yaunin, Y., Afriant, R. and Hidayat, N. M. (2014) ‘Artikel Penelitian Kejadian Gangguan Depresi pada Penderita HIV /
AIDS yang Mengunjungi Poli VCT RSUP Dr . M . Djamil Padang Periode’, Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2),
pp. 2011–2014.
64