Jurnal Askeb Bidan
Jurnal Askeb Bidan
ABSTRACT
Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) is the actions to provide first aid for victims of
disasters or emergencies in order to prevent death or damage organs therefore their productivity can
be maintained before a disaster or emergencies are occurs. The objective of research was to
determine the relationship between Knowledge with Nurse Behavior about Basic Trauma Cardiac
Life Support (BTCLS) in implementation emergency actions in special room of RSUD DR. M.M
Dunda Limboto. The samples were 42 nurses with sampling technique used Total Sampling. Based
on Chi Square test result significance α = 0,05, obtained ρ value 0,000 small than α = 0,05, which
means there is relationship between Knowledge with Nurse Behavior about Basic Trauma Cardiac
Life Support (BTCLS) in implementation emergency actions in special room of RSUD DR. M.M
Dunda Limboto. The suggestion, these results of research are expected to be used as a reference for
conducting first aid actions in emergency patients.
ABSTRAK
Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) adalah tindakan untuk memberikan pertolongan pada
korban bencana atau gawat darurat guna mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga
produktivitasnya dapat dipertahankan setara sebelum terjadinya bencana atau peristiwa gawat
darurat yang terjadi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengetahuan dengan sikap perawat
tentang Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) dalam pelaksanaan Tindakan
Kegawatdaruratan di Ruang Khusus RSUD DR. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo.
Sampel penelitian sebanyak 42 perawat dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan total
sampling. Dari hasil uji Chi-Square dengan signifikan α = 0,05, hasil didapatkan nilai ρ value 0,000
dimana lebih kecil dari α = 0,05, yang artinya ada hubungan pengetahuan dengan sikap perawat
tentang Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) Dalam Pelaksanaan Tindakan
Kegawatdaruratan di Ruang Khusus RSUD DR. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo. Saran
hasil penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan
pertolongan pertama pada pasien gawat darurat
814
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
815
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
pasien akibat musibah datang tiba-tiba lain agar ia berprilaku; ketiga, sikap
tidak mengancam nyawa atau anggota terhadap suatu perilaku bersama norma-
badannya (Annia Kissanti, 2012). norma subjektif membentuk suatu
Pelaksanaan adalah suatu tindakan intensi atau niat untuk berperilaku
atau pelaksanaan dari sebuah rencana tertentu (Annia Kissanti, 2012).
yang sudah disusun secara matang dan Keperawatan gawat darurat
terperinci, implementasi biasanya (Emergency Nursing) merupakan
dilakukan setelah perencanaan sudah pelayanan keperawatan yang
dianggap siap. Secara sederhana komprehensif diberikan kepada pasien
pelaksanaan bisa diartikan penerapan. dengan injuri atau sakit yang
Majone dan Wildavsky mengemukakan mengancam kehidupan. Sebagai
pelaksanaan sebagai evaluasi(Musliha, seorang spesialis, perawat gawat darurat
2010). menghubungkan pengetahuan dan
Seiring dengan meningkatnya keterampilan untuk menangani respon
pelayanan yang harus diberikan kepada pasien pada resusitasi, syok, trauma,
seorang pasien yang mengalami ketidakstabilan multisystem, keracunan,
keadaan gawat darurat, maka perawat dan kegawatan yang mengancam jiwa
yang bekerja di instalasi gawat darurat lainnya. Penyebab keterlambatan waktu
dituntut untuk memiliki pengetahuan, tanggap pada penanganan pasien di IGD
kompetensi dan keterampilan yang dapat dicegah dengan cara
profesional dalam memberikan asuhan memprioritaskan kegawatdaruratan
keperawatan yang bermutu kepada pasien secara cepat dan tepat, sesuai
pasiennya dimana perawat harus berada dengan standar yang di tetapkan yaitu
selama 24 jam per hari dan 7 hari dalam paling lambat 5 menit sehingga tidak
seminggu di instalasi gawat darurat terjadinya waktu tunggu yang lama,
(Oman, 2008). komplikasi, kecacatan bahkan kematian.
Tindakan atau praktek (practice) kegawatdaruratan pasien adalah kondisi
adalah sikap belum tentu terwujud dimana seseorang membutuhkan
dalam bentuk tindakan, sebab untuk pertolongan dengan segera untuk
mewujudkan tindakan perlu faktor lain, mempertahankan hidup dan mengurangi
yaitu adanya fasilitas atau sarana dan resiko kecacatan dan kematian.
prasarana sebagai mediator agar sikap Klasifikasi kegawatdaruratan terdiri dari
dapat meningkat menjadi tindakan. pasien gawat darurat, pasien darurat
Fishbein dan Ajzen (1988), berdasarkan tidak gawat, dan pasien tidak gawat
teori tindakan beralasan (Theory of tidak darurat (Kartikawati, 2013).
Reasond Action), menyatakan bahwa Pengetahuan seseorang dapat
sikap mempengaruhi perilaku lewat diketahui dan diinterpretasikan dengan
suatu proses pengambilan keputusan skala yang bersifat kualitatif (Arikunto,
yang diteliti dan beralasan dan 2011)
dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu: Baik : 76 % - 100 %
pertama, perilaku tidak banyak Cukup : 56 % - 75 %
ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh Kurang: < 56 %
sikap spesifik terhadap sesuatu; kedua, Novitarum (2015) menjelaskan
perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh bahwa secara garis besar pengetahuan
sikap spesifik tetapi juga oleh norma- itu ialah merupakan hasil “tahu”
norma subjektif yaitu keyakinan seseorang setelah seseorang tersebut
seseorang terhadap yang inginkan orang mengadakan penginderaan terhadap
816
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
817
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
818
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
819
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
dengan sendiri. Pada waktu pengindraan dengan presentase 90.5 %. Hal ini
sampai menghasilkan pengetahuan disebabkan oleh seluruh responden
tersebut sangat dipengaruhi oleh melakukan tindakan sesuai SOP dan
intesitas perhatian persepsi terhadap mengetahui langkah-langkah BTCLS.
objek. Sebagian besar pengetahuan Sikap merupakan reaksi atau
manusia diperoleh melalui mata dan respon yang masih tertutup terhadap
telinga (Simbolon, 2015). suatu stimulus atau objek. Sikap
Hasil penelitian pada tabel 6 juga (attitude) merupakan konsep paling
menunjukan pengetahuan responden penting dalam psikologi sosial yang
terhadap pelatihan BTCLS kurang baik membahas unsur sikap baik sebagai
berjumlah 3 responden dengan individu maupun untuk kelompok.
presentasi 7.1 %. Hal ini tentunya masih Banyak kajian dilakukan untuk
merupakan kendala karena selayaknya merumuskan pengertian sikap, proses
setiap perawat yang bertugas khususnya terbentuknya sikap, maupun perubahan.
di IGD, ICU dan HCU mendapatkan Tindakan yang sudah baik ini tentunya
pelatihan BTCLS dengan baik, karena didukung oleh pengetahuan dan sikap
mereka harus bekerja dalam situasi yang baik pula yang dimiliki oleh
yang gawat dan darurat. perawat tersebut (Wawan, 2011).
Sikap dikatakan sebagai fungsi
5. Sikap Perawat Tentang Basic dari manusia seperti persepsi, motivasi
Trauma Cardiac Life Support dan berpikir yang seperti itu
(BTCLS) DalamPelaksanaan menunjukan hubungan-hubungan,
Tindakan KegawatdaruratanDi bahwa sampai batasbatas tertentu
Ruang Khusus RSUD DR. M.M perilakunya dapat diramalkan. Sikap
Dunda Limboto Kabupaten yang baik dapat terwujud jika
Gorontalo didasarkan pada tanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya
Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Sikap dengan segala resiko yang merupakan
Perawat Tentang Basic Trauma sikap yang paling tinggi. Suatu sikap
Cardiac Life Support (BTCLS) di belum tentu otomatis terwujud dalam
Ruang UGD, ICU dan HCU di suatu tindakan (overt behavior). Untuk
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto mewujudkan sikap menjadi suatu
tahun 2019 perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain adalah
Variabel Jumlah Presentase fasilitas (Bawelle, 2013).
% Sikap merupakan perwujudan
Baik 38 90.5 nilai-nilai efektif individu yang didasari
Kurang 4 9.5 oleh beberapa variabel termasuk
Baik pengetahuan yang dipengaruhi pula oleh
Total 42 100.0 kondisi lingkungan (Setiajati, 2014).
menggunakan uji Chi Square (Uji X 2) Sikap Perawat Tentang Basic Trauma
dengan tingkat kepercayaan 95% Cardiac Life Support (BTCLS) Dalam
(α:0,05) (Notoatmodjo, 2010). Pelaksanaan Tindakan
1. Hubungan Pengetahuan Kegawatdaruratan Di Ruang Khusus
Dengan Sikap Perawat Tentang RSUD DR. M.M Dunda Limboto
Basic Trauma Cardiac Life Kabupaten Gorontalo maka dilakukan
Support (BTCLS) analisa Chi Square diketahui bahwa
DalamPelaksanaan Tindakan nilai chi-square ρ- value sebesar 0.000 <
Kegawatdaruratan Di Ruang 0.05. (yang diperlihatkan dalam kolom
Khusus RSUD DR. M.M Dunda Asymp.Sig pada output SPSS, H1
Limboto Kabupaten Gorontalo diterima artinya terdapat Hubungan
Pengetahuan Dengan Sikap Perawat
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Tentang Basic Trauma Cardiac Life
dengan Sikap Perawat Tentang Support (BTCLS) Dalam Pelaksanaan
Basic Trauma Cardiac Life Tindakan Kegawatdaruratan Di Ruang
Support (BTCLS) di Ruangan Khusus RSUD DR. M.M Dunda
Khusus IGD, ICU dan HCU di Limboto Kabupaten Gorontalo.
RSUD Dr.M.M Dunda Limboto Setelah dilakukan uji statistik Chi
square pada derajat kepercayaan
Sikap (konfidience Level) 95% (α = 0,05)
Peng T Ρ-
Kura diperoleh nilai p = 0,005 (p< 0,05),
etah Bai ot % Val
% ng % maka Ha diterima dan disimpulkan
uan k al ue
Baik bahwa ada Hubungan Pengetahuan
9 Dengan Sikap Perawat Tentang Basic
88. 4. 3
Baik 37 2 2. Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)
1 8 9
9 0.0 DalamPelaksanaan Tindakan
Kura 00 KegawatdaruratanDi Ruang Khusus
4. 7.
ng 1 2.4 2 3 RSUD DR. M.M Dunda Limboto
8 1
Baik Kabupaten Gorontalo.
1 Menurut asumsi peneliti
Tota 90. 9. 4
38 4 0 responden yang memiliki pengetahuan
l 5 5 2
0 baik dan sikap baik 37 (88.1%,)
responden, ini dikarenakan responden
Hasil penelitian pada tabel 6 sudah pernah mengikuti pelatihan
menunjukan bahwa responden yang BTCLS sehingga responden mengetahui
memiliki pengetahuan baik dan sikap tujuan dan langkah-langkah dalam
baik adalah 37 responden dengan penangan BTCLS, responden yang
presentasi 88.1%, responden dengan memiliki pengetahuan baik tapi sikap
pengetahuan baik tapi sikap kurang baik kurang baik berjumlah 2 (4.8%)
adalah 2 responden dengan presentasi responden, ini dikarenakan responden
4.8%, responden dengan pengetahuan yang belum lama bertugas di Ruang
kurang baik tapi sikap baik adalah 1 Khusus RSUD DR. M.M Dunda
responden dengan presentasi 2.4% dan Limboto Kabupaten Gorontalo sehingga
responden dengan pengetahuan kurang belum memiliki pengalaman dalam
baik dan sikap kurang baik adalah 2 penanganan BTCLS, responden dengan
responden dengan presentasi 4.8%. pengetahuan kurang baik tapi sikap baik
Untuk mengetahui apakah ada berjumlah 1 (2.4%) responden, hal ini
hubungan antara Pengetahuan Dengan
821
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
823