0% found this document useful (0 votes)
47 views10 pages

Jurnal Askeb Bidan

This document discusses a study on nurses' knowledge and attitudes about Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) in implementing emergency measures in a special room at RSUD Dr. M.M Dunda Limboto District Hospital in Gorontalo, Indonesia. The study found a relationship between nurse knowledge and attitudes about BTCLS in emergency care implementation. The results are expected to be used as a reference for providing first aid to emergency patients. The document provides background information on emergency rooms, BTCLS procedures and principles, and the need for nurses to have certification and skills in emergency care.

Uploaded by

Armelia putri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
47 views10 pages

Jurnal Askeb Bidan

This document discusses a study on nurses' knowledge and attitudes about Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) in implementing emergency measures in a special room at RSUD Dr. M.M Dunda Limboto District Hospital in Gorontalo, Indonesia. The study found a relationship between nurse knowledge and attitudes about BTCLS in emergency care implementation. The results are expected to be used as a reference for providing first aid to emergency patients. The document provides background information on emergency rooms, BTCLS procedures and principles, and the need for nurses to have certification and skills in emergency care.

Uploaded by

Armelia putri
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691

Universitas Muhammadiyah Gorontalo

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG BASIC


TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT (BTCLS) DALAM
PELAKSANAAN TINDAKAN KEGAWATDARURATAN
DI RUANG KHUSUS RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO
KABUPATEN GORONTALO
1
Haslinda Damansyah, 2Susanti Monoarfa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
e-mail : haslindadamansyah@umgo.ac.id

ABSTRACT

Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) is the actions to provide first aid for victims of
disasters or emergencies in order to prevent death or damage organs therefore their productivity can
be maintained before a disaster or emergencies are occurs. The objective of research was to
determine the relationship between Knowledge with Nurse Behavior about Basic Trauma Cardiac
Life Support (BTCLS) in implementation emergency actions in special room of RSUD DR. M.M
Dunda Limboto. The samples were 42 nurses with sampling technique used Total Sampling. Based
on Chi Square test result significance α = 0,05, obtained ρ value 0,000 small than α = 0,05, which
means there is relationship between Knowledge with Nurse Behavior about Basic Trauma Cardiac
Life Support (BTCLS) in implementation emergency actions in special room of RSUD DR. M.M
Dunda Limboto. The suggestion, these results of research are expected to be used as a reference for
conducting first aid actions in emergency patients.

Keywords: Knowledge, Behavior, Basic Trauma Cardiac Life Support

ABSTRAK

Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) adalah tindakan untuk memberikan pertolongan pada
korban bencana atau gawat darurat guna mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga
produktivitasnya dapat dipertahankan setara sebelum terjadinya bencana atau peristiwa gawat
darurat yang terjadi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengetahuan dengan sikap perawat
tentang Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) dalam pelaksanaan Tindakan
Kegawatdaruratan di Ruang Khusus RSUD DR. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo.
Sampel penelitian sebanyak 42 perawat dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan total
sampling. Dari hasil uji Chi-Square dengan signifikan α = 0,05, hasil didapatkan nilai ρ value 0,000
dimana lebih kecil dari α = 0,05, yang artinya ada hubungan pengetahuan dengan sikap perawat
tentang Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) Dalam Pelaksanaan Tindakan
Kegawatdaruratan di Ruang Khusus RSUD DR. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo. Saran
hasil penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan
pertolongan pertama pada pasien gawat darurat

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Basic Trauma Cardiac Life Support

814
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

PENDAHULUAN pengetahuan peraturan lalulintas dan


Instalasi gawat darurat termasuk peningkatan patroli keamanan.
dalam unit pelayanan yang ada di rumah Semantara fase pra rumah sakit
sakit, dimana instalasi gawat keberhasilan penanggulangan gawat
daruratmerupakan tempat di rumah sakit darurat sangat tergantung pada adanya
yang memiliki tim kerja dengan kemampuan akses dari masyarakat
kemampuan dan peralatankhusus, yang untuk memberikan informasi
memberikan pelayanan gawat darurat. pertolongan kepada korban kecelakaan
Perawat di Instalasi gawat darurat harus atau bencana. Sedangkan fase rumah
mampu memberikan asuhan sakit dan rehabilitasi merupakan
keperawatan yang membutuhkan lanjutan dari fase-fase sebelumnya.
kemampuan untuk menyesuaikan situasi Karena dalam fase ini merupakan suatu
kritis dengan kecepatan dan ketepatan pendekatan yang sistematik untuk
yang tidak selalu dibutuhkan pada membawa korban gawat darurat ke
situasi keperawatan lain, perawat suatu tempat penanganan yang definitif.
Instalasi Gawat Darurat minimal Dalam konteks inilah sertifikat BTCLS
memiliki sertifikat BTCLS (Basic merupakan suatu tuntutan bagi tenaga
Training Cardiac Life Support) atau kesehatan khususnya perawat dalam
PPGD (Pertolongan Pertama Gawat memasuki dunia kerja pada era MEA
Darurat) (Rankin et All, 2013). (Team INTC, 2014).
Basic Trauma Cardiac Life Kegawatdaruratan adalah suatu
Support (BTCLS) adalah tindakan keadaan dimana diperlukan pelayanan
untuk memberikan pertolongan pada medis segera dan tidak dapat ditunda
korban bencana atau gawat darurat guna dalam waktu 12 jam untuk
mencegah kematian atau kerusakan meyelamatkan jiwa atau mencegah
organ sehingga produktivitasnya dapat terjadinya cacat tubuh atau cacat fungsi
dipertahankan setara sebelum terjadinya yang permanen Asmadi (2005).
bencana atau peristiwa gawat darurat 1) Prinsip Dasar Penanganan Gawat
yang terjadi. Pada kegiatan BTCLS Darurat
terdapat enam fase, yaitu: fase deteksi, Dalam menangani kasus gawat
fase supresi, fase pra rumah sakit, fase darurat, penentu masalah utaman
rumah sakit dan fase rehabilitasi. Fase (diagnosis) dan tindakan pertolongan
deteksi dapat diprediksi tentang harus dilakukan dengan cepat, tepat dan
frekuensi kajadian, penyebab, korban, tenang (tidak panik), walaupun suasana
tempat rawan kualitas kejadian dan keluarga pasien ataupun
dampaknya. Misalnya terkait dengan pengantarannya mungkin dalam
kecelakaan lalulintas, maka dapat kepanikan. semuanya dilakukan dengan
diprediksi frekuansi kecelakaan lalu dengan cepat, tepat dan terarah. Kondisi
lintas, buruknya kualitas helm sepeda gawat darurat dapat diklasifikasikan
motor yang dipakai, jarangnya orang sebagai berikut:
memakai safety belt, tempat kejadian Gawat darurat, suatu kondisi dimana
tersering di jalan raya yang padat dan dapat mengancam nyawa apabila tidak
sebagainya. Fase supresi bertujuan mendaptkan pertolongan secepatnya.
untuk menekan agar terjadi penurunan Gawat tidak darurat, suatu keadaan
korban gawat darurat dilakukan dengan dimana pasien berada dalam kondisi
berbagai cara seperti perbaikan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
konstruksi jalan, peningkatan yang darurat. Darurat tidak gawat,

815
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

pasien akibat musibah datang tiba-tiba lain agar ia berprilaku; ketiga, sikap
tidak mengancam nyawa atau anggota terhadap suatu perilaku bersama norma-
badannya (Annia Kissanti, 2012). norma subjektif membentuk suatu
Pelaksanaan adalah suatu tindakan intensi atau niat untuk berperilaku
atau pelaksanaan dari sebuah rencana tertentu (Annia Kissanti, 2012).
yang sudah disusun secara matang dan Keperawatan gawat darurat
terperinci, implementasi biasanya (Emergency Nursing) merupakan
dilakukan setelah perencanaan sudah pelayanan keperawatan yang
dianggap siap. Secara sederhana komprehensif diberikan kepada pasien
pelaksanaan bisa diartikan penerapan. dengan injuri atau sakit yang
Majone dan Wildavsky mengemukakan mengancam kehidupan. Sebagai
pelaksanaan sebagai evaluasi(Musliha, seorang spesialis, perawat gawat darurat
2010). menghubungkan pengetahuan dan
Seiring dengan meningkatnya keterampilan untuk menangani respon
pelayanan yang harus diberikan kepada pasien pada resusitasi, syok, trauma,
seorang pasien yang mengalami ketidakstabilan multisystem, keracunan,
keadaan gawat darurat, maka perawat dan kegawatan yang mengancam jiwa
yang bekerja di instalasi gawat darurat lainnya. Penyebab keterlambatan waktu
dituntut untuk memiliki pengetahuan, tanggap pada penanganan pasien di IGD
kompetensi dan keterampilan yang dapat dicegah dengan cara
profesional dalam memberikan asuhan memprioritaskan kegawatdaruratan
keperawatan yang bermutu kepada pasien secara cepat dan tepat, sesuai
pasiennya dimana perawat harus berada dengan standar yang di tetapkan yaitu
selama 24 jam per hari dan 7 hari dalam paling lambat 5 menit sehingga tidak
seminggu di instalasi gawat darurat terjadinya waktu tunggu yang lama,
(Oman, 2008). komplikasi, kecacatan bahkan kematian.
Tindakan atau praktek (practice) kegawatdaruratan pasien adalah kondisi
adalah sikap belum tentu terwujud dimana seseorang membutuhkan
dalam bentuk tindakan, sebab untuk pertolongan dengan segera untuk
mewujudkan tindakan perlu faktor lain, mempertahankan hidup dan mengurangi
yaitu adanya fasilitas atau sarana dan resiko kecacatan dan kematian.
prasarana sebagai mediator agar sikap Klasifikasi kegawatdaruratan terdiri dari
dapat meningkat menjadi tindakan. pasien gawat darurat, pasien darurat
Fishbein dan Ajzen (1988), berdasarkan tidak gawat, dan pasien tidak gawat
teori tindakan beralasan (Theory of tidak darurat (Kartikawati, 2013).
Reasond Action), menyatakan bahwa Pengetahuan seseorang dapat
sikap mempengaruhi perilaku lewat diketahui dan diinterpretasikan dengan
suatu proses pengambilan keputusan skala yang bersifat kualitatif (Arikunto,
yang diteliti dan beralasan dan 2011)
dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu: Baik : 76 % - 100 %
pertama, perilaku tidak banyak Cukup : 56 % - 75 %
ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh Kurang: < 56 %
sikap spesifik terhadap sesuatu; kedua, Novitarum (2015) menjelaskan
perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh bahwa secara garis besar pengetahuan
sikap spesifik tetapi juga oleh norma- itu ialah merupakan hasil “tahu”
norma subjektif yaitu keyakinan seseorang setelah seseorang tersebut
seseorang terhadap yang inginkan orang mengadakan penginderaan terhadap

816
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

suatu objek tertentu melalui panca menyusun kembali bagian-bagian


indera manusia yakni penglihatan, atau unsur-unsur tadi menjadi
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. suatu keseluruhan yang
Pengetahuan tersebut sangat erat mengandung arti atau makna
kaitannya dengan pendidikan, oleh tertentu.
karena itu pengetahuan bisa kita dapat 6) Evaluasi (evaluation), evaluasi
melalui pendidikan yang formal dan berkaitan dengan kemampuan
non formal. untuk membandingkan hal yang
Menurut Notoatmodjo (2010), bersangkutan dengan hal-hal
dalam domain kognitif berkaitan dengan serupa atau setara lainnya,
pengetahuan yang bersifat intelektual sehingga diperoleh kesan yang
(cara berfikir, berinteraksi, analisa, lengkap dan menyeluruh tentang
memecahkan masalah dan lain-lain) hal yang sedang dinilainya.
yang berjenjang sebagai berikut : Menurut Notoatmodjo (2010),
1) Tahu (knowledge), tahu adalah sikap itu terdiri dari tiga komponen
menunjukan keberhasilan pokok yaitu :
mengumpulkan keterangan apa Kepercayaan atau keyakinan, ide dan
adanya.Termasuk dalam kategori konsep terhadap objek, artinya
ini adalah kemampuan mengenali bagaimana keyakinan dan pendapat atau
atau mengingat kembali hal- pemikiran seseorang terhadap
halatau keterangan yang pernah objek.Kehidupan emosional atau
berhasil dihimpun atau dikenali. evaluasi orang terhadap objek, artinya
2) Memahami (comprehension), bagaimana penilaian (terkandung di
karena sudah memahami hal yang dalam faktor emosi) orang tersebut
bersangkutan maka juga sudah terhadap objek.Kecenderungan untuk
mampu mengenali hal tadi bertindak, artinya sikap merupakan
meskipun diberi bentuk lain, komponen yang mendahului tindakan
termasuk dalam jenjang kognitif atau perilaku terbuka.
ini misalnya kemampuan Hasil penelitian menunjukan
menerjemahkan, bahwa karakteristik perawat ideal
menginterpretasikan, menurut subjek terdiri dari beberapa
menafsurkan, meramalkan dan komponen, Kognitif (pengetahuan),
mengeksplorasikan. Emosi (psikologis), Psikomotor (skill),
3) Menerapkan(application), Fisik, Spritualitas, Dapat berkomunikasi
penerapan diartikan sebagai secara efektif, Disiplin, Ramah, Sabar
kemampuan menerapkan hal yang dan Baik.
sudah dipahami ke dalam situasi Menurut World Health
dan kondisi yang sesuai. Organization (WHO), perawat di dunia
4) Analisia(analysis), kemampuan berjumlah 19,3 juta dan di Indonesia
untuk menguraikan atau jumlah perawat 220.575 orang (WHO,
menjabarkan materi ke dalam 2011).
komponen-komponen, tapi masih Dari hasil wawancara yang
dalam suatu struktur tersebut dan dilakukan pada salah satutenaga
masih ada kaitannya satu sama keperawatan yang sudah mempunyai
lain. sertifikat BTCLS, dimana perawat yang
5) Sintesis (synthesis), sintesis sudah mengikuti pelatihan Basic
adalah kemampuan untuk Trauma Cardiac Life Support(BTCLS)

817
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

di RSUD Dr. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo. Desain penelitian


Kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak yang digunakan dalam penelitian ini
80%, dan masih ada yang kurang adalah Descriptive Analytic, dengan
pemahamannya tentang pengetahuan pendekatan cross sectional yaitu suatu
dengan sikap perawat tentang Basic penelitian untuk mempelajari hubungan
Trauma Cardiac Life Support(BTCLS) sebab akibat antara dua variabel pada
dalam pelaksannaan tidakan suatu situasi atau sekelompok subyek
kegawatdaruratan, yang dilakukan untuk melihat hubungan
Data yang diperoleh di RSUD Dr. antara variabel yang satu dengan yang
M.M Dunda Limboto Kabupaten lain, dengan cara pendekatan, observasi
Gorontalo, didapatkan jumlah perawat atau pengumpulan data sekaligus dalam
yang bekerja di RSUD Dr. M.M Dunda waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,
Limboto Kabupaten Gorontalo 2010) Analisis yang digunakan
sebanyak 274 orang, dan yang sudah menggunakan Uji Chi-Square
pernah mengikuti pelatihan BTCLS (Sugiyono, 2015).
sebanyak 219 orang (RSUD Dr. M.M Tehnik pengambilan sampel
Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo, dalam penelitian adalah Total Sampling
2019). Ruang Khusus yang menjadi yaitu teknik penentuan sampel dengan
tempat penelitian adalah UGD dengan cara mengambil seluruh anggota
jumlah perawat yang telah mengikuti populasi sebagai responden atau
pelatihan BTCLS sebanyak 14 orang sampel.
dari 32 perawat, ICU 17 orang dari 22
perawat dan HCU 11 orang dari 16 HASIL DAN PEMBAHASAN
perawat. Alasan penulis mengangkat Analisis Univariat
judul ini karena untuk mengetahui 1. Karakteristik Responden
apakah ada hubungannya pengetahuan Berdasarkan Usia
dengan sikap perawat tentang Basic
Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) Tabel 1. Distribusi berdasarkan usia
dalam pelaksanaan tindakan Perawat di Ruang UGD, ICU dan
kegawatdaruratan. HCU di RSUD Dr. M.M Dunda
Berdasarkan dengan latar Limboto
belakang diatas peneliti tertarik untuk Presentase
Variabel Jumlah
melakukan suatu penelitian dengan %
judul “Hubungan Pengetahuan Dengan <35
Sikap Perawat Tentang Basic Trauma 36 85.8
tahun
Cardiac Life Support (BTCLS) Dalam >35
Pelaksanaan Tindakan 6 14.2
tahun
Kegawatdaruratan Di Ruang Khusus Total 42 100.0
RSUD DR. M.M Dunda Limboto Berdasarkan tabel 1 menunjukan
Kabupaten Gorontalo”. bahwa sebagian besar usia responden
adalah <35 Tahun36 responden dengan
presentasi (85.8%). Menurut
Notoadjmojo (2014) usia
METEDOLOGI PENELITIAN mempengaruhi terhadap daya tangkap
Penelitian telah dilaksanakan di dan pola pikir seseorang, semakin
Ruang Khusus UGD, ICU dan HCU bertambah usia akan semakin
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto

818
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

berkembang pula daya tangkap dan pola %


pikirnya. S1 10 23.9
Menurut asumsi peneliti semakin Ners 32 76.1
tinggi pendidikan pengetahuan yang Total 42 100.0
diperolehnya semakin membaik, tetapi Sumber : Data Primer, 2019
pengetahuan tidak akan berkembang Berdasarkan tabel 3 menunjukan
jika pendidikan dari seseorang hanya bahwa sebagian besar pendidikan
rendah. responden adalah Profesi Ners sebanyak
32 responden dengan presentasi
2. Karakteristik Responden (87,1%).
Berdasarkan Jenis Kelamin
4. Pengetahuan Perawat Tentang
Tabel 2. Distribusi berdasarkan jenis Basic Trauma Cardiac Life
kelamin Perawat di Ruang Support (BTCLS) Dalam
UGD, ICU dan HCU di RSUD Pelaksanaan Tindakan
Dr. M.M Dunda Limboto KegawatdaruratanDi Ruang
Variabel Jumlah Presentase Khusus RSUD DR. M.M Dunda
% Limboto Kabupaten Gorontalo
Perempuan 28 66.7
Laki-laki 14 33.3 Tabel 4. Distribusi Berdasarkan
Total 42 100.0 Pengetahuan Perawat Tentang
Berdasarkan tabel 2 Hasil Basic Trauma Cardiac Life
penelitian pada Tabel 2 menunjukan Support (BTCLS)di Ruang UGD,
bahwa sebagian besar jenis kelamin ICU dan HCU di RSUD Dr. M.M
responden adalah perempuan28 Dunda Limboto
responden dengan presentasi (66.7%). Variabel Jumlah Presentase
Menurut asumsi peneliti tidak ada %
perbedaan yang konsisten antara laki- Baik 39 92.9
laki dan perempuan dalam kemampuan Kurang 3 7.1
memecahkan masalah, keterampilan Baik
analisis atau kempuan belajar. Total 42 100.0
Menurut Mulyaningtiyas dalam Berdasarkan tabel 6 menunjukan
Damanik (2016) jenis kelamin sebagian besar pengetahuan responden
merupakan pengkategorian seks secara terhadap pelatihan BTCLS Baik dengan
biologis yang dapat diketahui dari jumlah 39 responden dengan presentasi
identitas diri sebagai laki-laki dan 92.9%. Hal ini disebabkan karena
perempuan secara biologis, tidak dapat seluruh responden mengetahui tujuan,
dipertukarkan. indikasi dan langkah-langkah dalam
tindakan BTCLS serta sudah mengikuti
3. Karakteristik Responden pelatihan BTCLS
Berdasarkan Pendidikan Pengetahuan adalah merupakan
Tabel 3. Distribusi berdasarkan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
Pendidikan perawat di Ruang mengadakan penginderaan terhadap
UGD, ICU dan HCU di RSUD suatu objek tertentu. Penginderaan
Dr. M.M Dunda Limboto terhadap obyek terjadi melalui panca
indra manusia yakni penglihatan,
Variabel Jumlah Presentase pendengaran, penciuman, rasa dan raba

819
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

dengan sendiri. Pada waktu pengindraan dengan presentase 90.5 %. Hal ini
sampai menghasilkan pengetahuan disebabkan oleh seluruh responden
tersebut sangat dipengaruhi oleh melakukan tindakan sesuai SOP dan
intesitas perhatian persepsi terhadap mengetahui langkah-langkah BTCLS.
objek. Sebagian besar pengetahuan Sikap merupakan reaksi atau
manusia diperoleh melalui mata dan respon yang masih tertutup terhadap
telinga (Simbolon, 2015). suatu stimulus atau objek. Sikap
Hasil penelitian pada tabel 6 juga (attitude) merupakan konsep paling
menunjukan pengetahuan responden penting dalam psikologi sosial yang
terhadap pelatihan BTCLS kurang baik membahas unsur sikap baik sebagai
berjumlah 3 responden dengan individu maupun untuk kelompok.
presentasi 7.1 %. Hal ini tentunya masih Banyak kajian dilakukan untuk
merupakan kendala karena selayaknya merumuskan pengertian sikap, proses
setiap perawat yang bertugas khususnya terbentuknya sikap, maupun perubahan.
di IGD, ICU dan HCU mendapatkan Tindakan yang sudah baik ini tentunya
pelatihan BTCLS dengan baik, karena didukung oleh pengetahuan dan sikap
mereka harus bekerja dalam situasi yang baik pula yang dimiliki oleh
yang gawat dan darurat. perawat tersebut (Wawan, 2011).
Sikap dikatakan sebagai fungsi
5. Sikap Perawat Tentang Basic dari manusia seperti persepsi, motivasi
Trauma Cardiac Life Support dan berpikir yang seperti itu
(BTCLS) DalamPelaksanaan menunjukan hubungan-hubungan,
Tindakan KegawatdaruratanDi bahwa sampai batasbatas tertentu
Ruang Khusus RSUD DR. M.M perilakunya dapat diramalkan. Sikap
Dunda Limboto Kabupaten yang baik dapat terwujud jika
Gorontalo didasarkan pada tanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya
Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Sikap dengan segala resiko yang merupakan
Perawat Tentang Basic Trauma sikap yang paling tinggi. Suatu sikap
Cardiac Life Support (BTCLS) di belum tentu otomatis terwujud dalam
Ruang UGD, ICU dan HCU di suatu tindakan (overt behavior). Untuk
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto mewujudkan sikap menjadi suatu
tahun 2019 perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain adalah
Variabel Jumlah Presentase fasilitas (Bawelle, 2013).
% Sikap merupakan perwujudan
Baik 38 90.5 nilai-nilai efektif individu yang didasari
Kurang 4 9.5 oleh beberapa variabel termasuk
Baik pengetahuan yang dipengaruhi pula oleh
Total 42 100.0 kondisi lingkungan (Setiajati, 2014).

Berdasarkan table 5 menunjukan Analisis Bivariat


bahwa sebagian besar responden Analisis bivariat adalah suatu
melakukan tindakan yang benar dan prosedur untuk menganalisa hubungan
tepat dalam merawat pasien gawat dan antara dua variabel yaitu dengan
darurat yaitu sebanyak 38 responden melihat hubungan variabel independen
dengan variabel dependen akan
820
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

menggunakan uji Chi Square (Uji X 2) Sikap Perawat Tentang Basic Trauma
dengan tingkat kepercayaan 95% Cardiac Life Support (BTCLS) Dalam
(α:0,05) (Notoatmodjo, 2010). Pelaksanaan Tindakan
1. Hubungan Pengetahuan Kegawatdaruratan Di Ruang Khusus
Dengan Sikap Perawat Tentang RSUD DR. M.M Dunda Limboto
Basic Trauma Cardiac Life Kabupaten Gorontalo maka dilakukan
Support (BTCLS) analisa Chi Square diketahui bahwa
DalamPelaksanaan Tindakan nilai chi-square ρ- value sebesar 0.000 <
Kegawatdaruratan Di Ruang 0.05. (yang diperlihatkan dalam kolom
Khusus RSUD DR. M.M Dunda Asymp.Sig pada output SPSS, H1
Limboto Kabupaten Gorontalo diterima artinya terdapat Hubungan
Pengetahuan Dengan Sikap Perawat
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Tentang Basic Trauma Cardiac Life
dengan Sikap Perawat Tentang Support (BTCLS) Dalam Pelaksanaan
Basic Trauma Cardiac Life Tindakan Kegawatdaruratan Di Ruang
Support (BTCLS) di Ruangan Khusus RSUD DR. M.M Dunda
Khusus IGD, ICU dan HCU di Limboto Kabupaten Gorontalo.
RSUD Dr.M.M Dunda Limboto Setelah dilakukan uji statistik Chi
square pada derajat kepercayaan
Sikap (konfidience Level) 95% (α = 0,05)
Peng T Ρ-
Kura diperoleh nilai p = 0,005 (p< 0,05),
etah Bai ot % Val
% ng % maka Ha diterima dan disimpulkan
uan k al ue
Baik bahwa ada Hubungan Pengetahuan
9 Dengan Sikap Perawat Tentang Basic
88. 4. 3
Baik 37 2 2. Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)
1 8 9
9 0.0 DalamPelaksanaan Tindakan
Kura 00 KegawatdaruratanDi Ruang Khusus
4. 7.
ng 1 2.4 2 3 RSUD DR. M.M Dunda Limboto
8 1
Baik Kabupaten Gorontalo.
1 Menurut asumsi peneliti
Tota 90. 9. 4
38 4 0 responden yang memiliki pengetahuan
l 5 5 2
0 baik dan sikap baik 37 (88.1%,)
responden, ini dikarenakan responden
Hasil penelitian pada tabel 6 sudah pernah mengikuti pelatihan
menunjukan bahwa responden yang BTCLS sehingga responden mengetahui
memiliki pengetahuan baik dan sikap tujuan dan langkah-langkah dalam
baik adalah 37 responden dengan penangan BTCLS, responden yang
presentasi 88.1%, responden dengan memiliki pengetahuan baik tapi sikap
pengetahuan baik tapi sikap kurang baik kurang baik berjumlah 2 (4.8%)
adalah 2 responden dengan presentasi responden, ini dikarenakan responden
4.8%, responden dengan pengetahuan yang belum lama bertugas di Ruang
kurang baik tapi sikap baik adalah 1 Khusus RSUD DR. M.M Dunda
responden dengan presentasi 2.4% dan Limboto Kabupaten Gorontalo sehingga
responden dengan pengetahuan kurang belum memiliki pengalaman dalam
baik dan sikap kurang baik adalah 2 penanganan BTCLS, responden dengan
responden dengan presentasi 4.8%. pengetahuan kurang baik tapi sikap baik
Untuk mengetahui apakah ada berjumlah 1 (2.4%) responden, hal ini
hubungan antara Pengetahuan Dengan
821
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

dikarenakan responden yang sudah menentukan tindakan nyata dan


cukup lama mengikuti pelatiahan tindakan yang tidak mungkin dilakukan
BTCLS sehingga dalam teori responden individu dalam kehidupan sosialnya
kadang keliru seperti dilihat dari hasil (Wawan, 2011).
kuesioner yaitu kecepatan kompresi
dada dalam tindakan BTCLS, namun
sikap responden baik dikarenakan Keterbatasan Penelitian
pengalaman bertugas di Ruang Khusus Pengisian kuesioner dilakukan
RSUD DR. M.M Dunda Limboto dengan cara membagikan kuesioner
Kabupaten Gorontalo yang sudah cukup pengetahuan dan sikap untuk diisi
lama. responden dan untuk lembar observasi
Hasil penelitian ini di dukung oleh peneliti mengisi langsung sesuai
penelitian Simbolon dan Novitarum, tindakan yang dilakukan perawat
2015. Berdasarkan hasil penelitian dalam ruang berpedoman pada Standar
tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di Operasional Prosedur (SOP). Beberapa
Puskesmas Pancur Batu didapatkan permasalahan muncul saat
bahwa dari 32 orang responden dengan pengumpulan data, ada perawat yang
pengetahuan baik sebanyak 18 orang menolak untuk diwawancarai dan
(56,2%), dan pengetahuan yang cukup dibagikan kuesioner dengan alasan
sebanyak 14 orang (43,8%). masih jam kerja dan ada juga yang
Perawat yang memiliki menolak untuk diambil dokumentasi.
pengetahuan tentang BTCLS selalu
bersikap baik dalam melakukan PENUTUP
pertolongan. Sikap adalah reaksi atau Kesimpulan
respon seseorang terhadap suatu Dari hasil penelitian Hubungan
stimulus untuk bertindak. Oleh sebab itu Pengetahuan Dengan Sikap Perawat
sikap erat kaitannya dengan bagaimana Tentang Basic Trauma Cardiac Life
cara menyikapi serta melakukan Support (BTCLS) Dalam Pelaksanaan
tindakan pertolongan pertama pada Tindakan Kegawatdaruratan Di Ruang
seseorang yang mengalami henti Khusus RSUD DR. M.M Dunda
jantung. Dengan demikian dapat Limboto Kabupaten Gorontalo dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan disimpulkan
tentang BTCLS merupakan hal yang 1. Pengetahuan Perawat Tentang
paling terpenting dalam Basic Trauma Cardiac Life
penanggulangan korban yang Support (BTCLS)
mengalami henti jantung mendadak, DalamPelaksanaan Tindakan
dan apabila kita menemukan KegawatdaruratanDi Ruang
korban/seseorang yang mengalami henti Khusus RSUD DR. M.M Dunda
jantung di rumah sakit, puskesmas, Limboto Kabupaten Gorontalo
terutama di luar rumah sakit kita dapat sebagian besar baik dengan
memberikan pertolongan pertama pada jumlah 39 responden dengan
korban tersebut. Sama halnya dengan prentasi 92.9 %
sikap penolong yang saling berkaitan. 2. Sikap Perawat Tentang Basic
Karena sikap penolonglah yang pertama Trauma Cardiac Life Support
mendorong korban untuk memberikan (BTCLS) DalamPelaksanaan
pertolongan pertama. Melalui sikap, kita Tindakan KegawatdaruratanDi
memahami proses kesadaran yang Ruang Khusus RSUD DR. M.M
Dunda Limboto Kabupaten
822
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Gorontalo sebagian besar baik Notoadmodjo. 2010. Metodologi


dengan jumlah 38 responden Penelitian Keehatan. Jakarta:
dengan presentasi 90.5 % Rineka Cipta
3. Terdapat hubungan yang Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi
signifikan antara Pengetahuan Penelitian Kesehatan (Cetakan
Dengan Sikap Perawat Tentang Kedua). Jakarta : PT Rineka Cipta
Basic Trauma Cardiac Life Oman, Kathleens., et all. Panduan
Support (BTCLS) Belajar Keperawatan Emergensi,
DalamPelaksanaan Tindakan Ter.Andry Hartono, EGC
KegawatdaruratanDi Ruang (2002). Jakarta.
Khusus RSUD DR. M.M Dunda Rankin, A., et al. (2013). Can
Limboto Kabupaten Gorontalo Emergency Nurses Triage Skills
Be Improved By Online Learning
. Result Of An Experiment. Journal
Of Emergency Nursing.
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Gorontalo. 2019. Data
Annia Kissanti. 2012. Panduan Lengkap Perawat Yang Sudah Mengikuti
Pertolongan Pertama Pada Darurat Pelatihan BTCLS.
Klinis. ISBN: Yogyakarta. Setiajati, Ari. 2014. Pengaruh
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Pengetahuan Dan Sikap Perawat
suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Terhadap Penerapan Standar
Rineka Cipta Keselamatan Pasien Di Instalasi
Asmadi (2005). Konsep Dasar Perawatan Intensiv Care RSUD.
Keperawatan. EGC, Jakarta Dr. Moewardi. Universitas
Bawelle, Dkk. 2013. Hubungan Sebelas Maret. Surakarta
Pengetahuan Dan Sikap Perawat Simbolon. 2015. Hubungan
Dengan Pelaksanaaan Pengetahuan dengan Sikap
Keselamatan Pasien (Patient Tenaga Basic Life Support di
Safety) Di Ruang Rawat Inap Puskesmas Pancurbatu Kabupaten
Rsud Liun Kendage Tahuna. deliserdang. Jurnal Keperawatan
Universitas Sam Ratulangi Sugiono. 2015. Stasistika Untuk
Manado. Manado. Volume1. Penelitian.Bandung: Alfabeta
Kartikawati, (2013). Dasar-Dasar Team INCT. 2014. BASIC TRAUMA
Keperawatan Gawat Darurat, CARDIAC LIFE SUPPORT
Salemba Medika, Jakarta (BTCLS) IN DISASTER.Jakarta:
Musliha (2010). Keperawatan Gawat Sagung Seto
Darurat. Nuha Medika, Wawan & Dewi. (2011). Teori &
Yogyakarta. Notoadmojo (2007). Pengukuran Pengetahuan, Sikap
Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Perilaku Manusia.
dan seni. Rineka Cipta,Jakarta. Yogyakarta : Nuha Medika
Novitarum. 2015. Hubungan World Health Organization (WHO)
Pengetahuan dengan Sikap 2011. Data Perawat Di Dunia
Tenaga Basic Life Support di
Puskesmas Pancurbatu Kabupaten
deliserdang. Jurnal Keperawatan

823

You might also like