0% found this document useful (0 votes)
25 views10 pages

Karina Paper

This document summarizes research on the depositional environment dynamics in the Kaligarang Delta, Semarang, Indonesia. The research analyzed grain size, organic matter, and inorganic matter from 90 sediment samples collected from the northern part of the Kaligarang Delta. The results identified two depositional environments based on sedimentological characteristics and material composition: a low-energy suspension load environment and a tidal (turbulent) environment. Organic and inorganic matter values increased with finer grain sizes at depths of 0-31 meters, while values decreased and grain sizes were more mixed at depths of 32-45 meters.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
25 views10 pages

Karina Paper

This document summarizes research on the depositional environment dynamics in the Kaligarang Delta, Semarang, Indonesia. The research analyzed grain size, organic matter, and inorganic matter from 90 sediment samples collected from the northern part of the Kaligarang Delta. The results identified two depositional environments based on sedimentological characteristics and material composition: a low-energy suspension load environment and a tidal (turbulent) environment. Organic and inorganic matter values increased with finer grain sizes at depths of 0-31 meters, while values decreased and grain sizes were more mixed at depths of 32-45 meters.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322165173

DINAMIKA LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA KALIGARANG, SEMARANG


DEPOSITIONAL PROCESS DYNAMIC IN KALIGARANG DELTA, SEMARANG

Research · January 2018


DOI: 10.13140/RG.2.2.22795.59683

CITATIONS READS

0 1,229

5 authors, including:

Winantris Winantris Budi Muljana


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
35 PUBLICATIONS 32 CITATIONS 46 PUBLICATIONS 54 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Purna Sulastya Putra


Indonesian Institute of Sciences
65 PUBLICATIONS 576 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Budi Muljana on 01 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638
Ris.Geo.Tam Vol. 27, No.2, Desember 2017 (169-177)
DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.485

DINAMIKA LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA


KALIGARANG, SEMARANG
DEPOSITIONAL PROCESS DYNAMIC IN KALIGARANG DELTA,
SEMARANG

Karina Melias Astriandhita1, Winantris1, Budi Muljana1, Purna Sulastya


Putra2, Praptisih2
1
Universitas Padjadjaran
2
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

ABSTRAK Delta Kaligarang terletak di Utara ABSTRACT Kaligarang Delta is located in the
Pesisir Semarang. Tujuan dari penelitian ini ialah North Semarang Coast. The objective of this
untuk mengetahui dinamika lingkungan research is to describe dynamic environmental
pengendapan yang terjadi di Delta Kaligarang, changes in Kaligarang Delta based on grain size,
Semarang melalui analisis ukuran butir, material organic and inorganic matters analyzes from
organik dan inorganik dari sembilan puluh contoh ninety samples. The results indicated that two
sampel. Hasil yang diperoleh menunjukkan conditions occurred: low-energy-suspension-load
adanya dua lingkungan pengendapan berdasarkan environment and tidal (turbulent) environment.
karakteristik sedimentologi (besar butir dan Furthermore, the increase of organic and
organik) yakni lingkungan energi relatif rendah inorganic matters coincides with the grain size
(suspension load) dan lingkungan berarus distribution. At depth 0-31-meter, organic matter
turbulen (tidal). Selain itu, juga terdapat kenaikan increased that coincident with silt grain size. At
nilai material organik dan inorganik, yang disertai depth 32-45 meter the lithology shows
adanya perubahan besar butir. Terlihat bahwa interspersed of silt and sand.
lapisan pada kedalaman 0-31 meter mengalami
Keywords: Kaligarang Delta, sediment, grain
kenaikan nilai organik, seiring dengan besar butir
size, organic and inorganic content.
yang berukuran silt. Hal tersebut berbeda dengan
lapisan pada kedalaman 32-45 meter, di mana PENDAHULUAN
terdapat perselingan satuan batuan silt dan sand Lingkungan pengendapan merupakan lokasi/
dan nilai material organik turun. tempat mengendapnya material sedimen beserta
Kata kunci: Delta Kaligarang, sedimen, ukuran kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan
butir, material organik dan inorganik. terjadinya mekanisme pengendapan tertentu
(Boggs, 2006). Penelitian mengenai delta telah
_______________________________ banyak dilakukan, salah satunya adalah di Delta
Mahakam (Lambert, 2003; Adisaputra et al.,
Naskah masuk : 31 Juli 2017 2003; Winantris, 2012; Jurnaliah et al., 2015).
Naskah direvisi : 5 September 2017 Terkait pemilihan lokasi Delta Kaligarang,
Naskah diterima : 27 Oktober 2017
pertimbangannya adalah; belum adanya publikasi
____________________________________
mengenai lingkungan pengendapan terkait
Karina Melias Astriandhita hubungan data grain size, dan material organik.
Universitas Padjadjaran Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, sebagai penelitian awal sedimentasi dan data
Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363
Email : astriandhita.karina@gmail.com rekam masa lampau dari Delta Kaligarang.

©2017 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
169
Astriandhita et al. / Dinamika Lingkungan Pengendapan Delta Kaligarang, Semarang

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel di bagian utara Delta Kaligarang, Semarang (modifikasi
dari Thaden et al., 1975; Astriandhita et al., 2017).
Penelitian terdahulu banyak dipublikasikan pada yang berasal dari darat dan laut akan
Semarang Utara; mengenai amblasan (Yulianti et menghasilkan ciri lingkungan pengendapan yang
al., 2013; Soebowo et al., 2014), abrasi dan akresi beragam. Perubahan lingkungan yang
dilihat dari citra satelit temporal (Sardiyatmo et diakibatkan pengaruh daratan, lautan atau udara
al., 2013), karakteristik lempung di dasar dapat langsung terekam dalam lapisan
perairan laut kota Semarang (Budiono dan sedimen.Pengaruh daratan yang terekam berupa
Panggabean, 2008), hubungan mengenai material asal darat (terrigenous) yang diangkut ke
pencemaran lingkungan dan besar butir di Banjir laut oleh sungai maupun limpasan hujan
Kanal Barat Semarang (Maslukah, 2013), (Permanawati et al., 2016). Lapisan sedimen inti
evaluasi lingkungan pesisir Semarang (Rositasari dapat memberikan informasi kondisi lingkungan
et al., 2013), tektonik Kaligarang, Semarang masa lalu (paleoenvironment). Analisis
(Poedjoprajitno et al., 2008; Hidayat, 2013), sedimentologi dari inti bor sedimen mampu
intrusi air laut Semarang Utara (Bakti et al., menyediakan rekaman parameter perubahan
2014), erosi / lahan kritis (Murdohardono et al., lingkungan karena masuknya material dari
2002). Salah satu sungai besar yang mengalir daratan sampai skala ribuan tahun lampau
ditengah tengah kota Semarang adalah (Praptisih dan Cahyarini, 2012). Oleh karena itu
Kaligarang. Kaligarang dengan luas DAS 220 dengan mempelajari lingkungan pada daerah
km2 dicirikan dengan debit aliran banjir yang Delta Kaligarang akan menjadi sumbangan
besar dan datangnya cepat (flash flood) terhadap keilmuan geologi.
(Windarto et al., 2008).
LOKASI PENELITIAN
Penelitian mengenai perubahan lingkungan
Titik koordinat lokasi pengambilan sampel berada
pengendapan Delta Kaligarang ini sangat penting
pada Gambar 1 (435216/ 9231018) bagian utara
untuk dilaksanakan karena proses geomorfologi
wilayah Semarang yang merupakan bagian delta

170
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 169-177

Gambar 2. Penampang bor Semarang pada kedalaman (meter).

Kaligarang. Berdasarkan peta geologi regional daerah Delta Kaligarang, Semarang dari Pusat
lembar Magelang Semarang (Thaden et al., 1975) Penelitian Geoteknologi LIPI Bandung. Peralatan
merupakan endapan alluvium (Qa) endapan yang digunakan ialah Particle Analyzer
aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai Mastersizer 2000, Thermo Gravimetri Analysis,
tersusun oleh lempung, lanau dan pasir dan gelas kimia, gelas ukur, saringan, dan oven.
campuran. Endapan sungai dan danau terdiri dari Pengambilan sampel yakni setiap titik interval 0,5
kerikil, kerakal, pasir dan lanau. Wilayah pesisir meter dengan kondisi yang sama dibedakan
Kota Semarang merupakan paparan endapan perlakuan; yakni data ukuran butir, material
Holosen yang dicirikan oleh endapan pasang organik (Loss on Ignition - Hilang dibakar)
surut, endapan sungai dan endapan pematang Perhitungan LOI didasarkan pada pembakaran
pantai, swamp dan aluvium yang terletak pada sampel sedimen dengan menggunakan furnace
paparan dataran Kuarter (Thaden et al., 1975). (Heiri, 2001). Dengan menggunakan Thermo
Tatanan fisiografi daerah Semarang dan Gravimetri Analysis (TGA) sampel yang
sekitarnya merupakan daerah dataran alluvial dibutuhkan 1–2 gram setiap interval. Terdapat
yang berupa endapan sungai, endapan delta dan empat fase perhitungan berat oleh TGA; yakni 1.
endapan pasang surut. Zona tersebut merupakan Berat awal sampel, 2. Berat sampel setelah 1050 C,
zona transisi dari Zona Rembang – Zona Kendeng. 3. Berat sampel setelah 5500 C, 4. Berat sampel
Geologi daerah paparan Semarang ini dicirikan setelah 10500 C. Analisis ukuran butir
oleh perulangan satuan lempung – lanau yang menggunakan Gradistat (Blott and Pye, 2001).
cukup dominan dengan sisipan pasir berukuran
HASIL DAN PEMBAHASAN
mulai halus hingga kasar (Soebowo et al., 2014).
Dari kedalaman empat puluh lima meter pada
METODE
titik pengeboran Semarang terbagi menjadi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan sembilan puluh titik sampel mewakili. Dilihat
metode ilmiah (scientific method) disebut sebagai secara megaskopis dan besar butir perbedaan
penelitian ilmiah, mengandung unsur penting, warna dan tekstur terlihat pada Gambar 2.
yakni unsur pengamatan (observation) dan unsur Pentarikhan umur absolut sedimen belum
penalaran (reasoning) (Hirnawan, 2007). Bahan dilakukan pada sampel ini sehingga umur absolut
utama yang digunakan dalam penelitian ini ialah dari sedimen yang dianalisis belum diketahui.
berupa sampel inti batuan yang diambil dari Analisis ukuran butir sedimen merupakan salah

171
Astriandhita et al. / Dinamika Lingkungan Pengendapan Delta Kaligarang, Semarang

Gambar 3. Analisis besar butir (vertikal) dalam mean grain size, sorting, kurtosis dan skewness).

satu alat penting yang dapat digunakan untuk aliran disebut pula suspension load dan akhirnya
klasifikasi lingkungan pengendapan (Blott and mengendap pada kecepatan arus yang rendah
Pye, 2001). Lapisan sedimen memiliki besar butir (Nugroho dan Basit, 2014). Hal ini terlihat bahwa
(mean grain size) berkisar dari lanau (silt) kasar sampel berukuran lanau (silt) pada kedalaman 0-
hingga pasir (sand) halus seperti yang terlihat 30 meter memiliki kecepatan sedimentasi arus
dalam bivariate plot antara pemilahan (sorting) yang rendah. Berbeda pada sampel 31-45 meter,
dan besar butir (mean grain size) (Gambar 2 dan keadaan arus pada daerah berturbulensi tinggi,
Gambar 3). Secara megaskopis, terjadi perubahan fraksi ukuran butir yang lebih besar akan lebih
warna pada kedalaman 0-2 meter, dimana sampel cepat mengendap dan tenggelam. Apabila arus
batuan berwarna merah kecoklatan. Warna pada tidak stabil maka terjadi pengendapan fraksi
sampel dapat disebabkan oleh oksidasi besi. sedang sampai kasar (pasir) sehingga terjadi
perselingan lanau dan pasir seperti pada
Setelahnya, kedalaman 2–15 meter merupakan
lingkungan pengendapan tidal (Nugroho dan
lempung berwarna abu terang. Warna tanah
Basit, 2014) Dilihat dari sampel kedalaman 31
sendiri dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan
meter hingga 45 meter, kondisi ini merupakan
organik, mineral, kandungan air, juga dapat
kondisi tidal. Adanya sedimen berukuran kasar
mengandung silika yang berasal dari daratan
menunjukkan bahwa arus dan gelombang pada
melalui proses pelapukan bebatuan (Purnawan,
daerah itu relatif kuat. Rata-rata dari ukuran butir
dkk., 2016). Kedalaman 20-30 meter berupa
mencerminkan ciri energi pengendapan oleh air
lempung berwarna cokelat gelap, kedalaman 32-
atau angin dalam mentransport sedimen
43 meter berupa pasir berwarna abu terang.
(Richard, 1992).
Perbedaan ketika telah dilakukan analisis besar
butir terlihat pada grafik Gambar 2 dimana Hasil analisis besar butir menunjukkan lapisan
ukuran besar butir adalah silt (lanau) pada sedimen yang memiliki struktur penghalusan ke
kedalaman 0-31 meter yang diselingi dengan atas. Kedalaman 0-31 meter menunjukan dominan
pasir (fine sand) pada beberapa titik kedalaman. nilai 6,5 yakni medium silt. Range nilai mean
grain size 0-31 meter 4,40 (very coarse silt)
Dalam mekanisme transportasi sedimentasi ideal
hingga 7,29 (fine silt). Berbeda dengan kondisi
akan terdapat subpopulasi menggelinding
kedalaman 32-45 meter, yakni perselingan silt dan
(rolling), terseret (sliding), merayap (creep) dan
sand. Kedalaman 32-40 meter merupakan lapisan
saltasi. Berbentuk fraksi halus (lempung sampai
sand 0,85 (coarse sand) hingga 3,54 (very fine
pasir sangat halus) dan berbentuk suspensi
sand). Kedalaman 39-42 meter merupakan lapisan
terangkut jauh dan mudah berpindah dalam suatu

172
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 169-177

Gambar 4. Bivariate plot hubungan antara a. Mean grain size dan sorting, b. Mean grain size dan kurtosis,
c. Mean grain size dan skewness dan d. Sorting dan skewness.

silt 5,3 (coarse silt) hingga 6,9 (medium silt). menunjukan nilai sortasi tinggi dan nilai skewness
Kedalaman 43-44 meter memiliki nilai 2,09 (fine negatif (Friedman 1961; Sengupta, 1994) Dari
sand) hingga 3,55 (very fine sand). Kedalaman 44- bivariate plot (Gambar 4a) diinterpretasikan
45 meter memiliki nilai 5,89 (coarse silt) hingga bahwa pengendapan vertikal inti bor Semarang
6,50 (medium silt). Keberadaan partikel kasar memiliki hubungan antara mean grain size dan
dengan persentase yang lebih tinggi pada sortasi di Kaligarang. Kecenderungan sampel
kedalaman 31-45 meter menyebabkan ukuran didominasi pada klasifikasi very poorly sorted –
butiran rata-rata yang dihasilkan menjadi lebih poorly sorted. Kondisi very poorly sorted yaitu
kasar. pemilahan sedimen terjadi sangat buruk, artinya
telah terjadi perbedaan ukuran butiran sedimen
Penyebaran frekuensi besar butir sangat
atau ada ukuran butiran sedimen tertentu yang
tergantung pada proses lingkungan pengendapan.
dominan sehingga ukuran butir sedimen tidak
Sorting atau pemilahan adalah penyebaran ukuran
seragam. Gambar 4d korelasi sortasi dan skewness
butir terhadap ukuran butir rata-rata (Darlan,
menunjukan dominasi poorly sorted – symetrical.
1996). Apabila sedimen mempunyai penyebaran
Jika poorly sorted sediment (terpilah buruk), maka
ukuran butir rata-rata sempit, dikatakan sortasi
kekuatan arus pada perairan tersebut tidak stabil,
baik. Sortasi sedimen pada kedalaman 0-30 meter
artinya pada kondisi waktu tertentu terjadi arus
diklasifikasikan poorly sorted dilihat nilai sortasi
dengan kekuatan yang besar dan berubah dalam
berkisar 1,0-2,0 phi ; hal ini disebabkan oleh
kondisi lain melemah kembali (Wibisono et al.,
adanya pengaruh arus yang bekerja pada
2016).
lingkungan tersebut yang mengakibatkan ukuran
butir sedimen yang mengendap tercampur secara Kepencengen (Skewness) adalah penyimpangan
acak (Friedman and Sanders, 1978). Nilai sortasi distribusi ukuran butir terhadap distribusi
31-45 meter berkisar antara 2,00 – 4,00 phi yang normalnya. Distribusi normal adalah suatu
diklasifikasikan menurut Folk and Ward, (1957) distribusi ukuran yang pada bagian tengah dari
sebagai very poorly sorted. Pengendapan yang populasi mempunyai jumlah ukuran butir yang
dihasilkan oleh proses pengendapan sungai paling terbanyak, sedangkan butiran halus dan
menunjukan nilai sortasi rendah dan nilai kasar tersebar di sisi kanan dan kiri grafik dalam
skewness yang positif bila dibandingkan oleh jumlah yang sama (Darlan, 1996). Apabila
proses pengendapan pasir pantai yang distribusi ukuran butir kelebihan butiran halus,

173
Astriandhita et al. / Dinamika Lingkungan Pengendapan Delta Kaligarang, Semarang

Gambar 5. Profil vertikal litologi, besar butir (mean grain size), kadar material inorganik dan material
organik (Astriandhita et al., 2017).

maka kepencengannya bernilai positif. Sebaliknya memiliki dominasi platykurtik – leptokurtik. Nilai
bila satu distribusi ukuran butir kelebihan partikel kurtosis menunjukkan kepuncakan kurva;
kasar maka kepencengan bernilai negatif. semakin besar nilai kutosis maka bentukan kurva
Karakter nilai skewness pada 0-30 meter yang ditunjukkan akan semakin meruncing.
didominasi symmetrical; nilai skewness 31-45
Lingkungan Delta Kaligarang mengalami
meter didominasi very fine skewed. Gambar 4c,
berbagai proses baik pengaruh distribusi,
korelasi mean grain size dan skewness, data yang
orientasi, dan internal geologi dari endapan delta
terkategori mendominasi symetrical – fine skewed.
yang dikontrol oleh faktor bervariasi seperti iklim,
Kondisi ini merupakan kurva sebaran fraksi
morfologi, vegetasi, pengisian air, banyaknya
sedimen memiliki modus disekitar nilai mean,
sedimen, proses mulut sungai (river-mouth),
sehingga butiran kasar dan halus akan tersebar
gelombang, pasang surut, angin, arus, kemiringan
merata di sisi kanan dan kiri kurva (Purnawan et
shelf, tektonik dan geometri cekungan (Reading,
al., 2016).
2001). Dibutuhkan data yang lebih mumpuni
Menurut Darlan (1996), kurtosis adalah gambaran untuk mengetahui bentuk dominan Delta
hubungan sortasi bagian tengah dan bagian Kaligarang. Karakteristik dan distribusi
bawah. Hasil kalkulasi kurtosis memperlihatkan sedimentasi pada delta sangat dipengaruhi oleh
bentuk keruncingan atau kedataran kurva dari pasang surut, gelombang, dan proses fluvial
sebaran frekuensi ukuran butiran. Kurtosis pada (Einsele, 1992; Reading, 2001; Nichols, 2009).
suatu wilayah pengamatan umumnya akan paralel Berdasarkan data analisis besar butir, dan material
dengan kondisi sortasi sedimennya (Boggs, 2009). organik dan inorganik diketahui bahwa input
Platycurtic dominasi nilai kurtosis rendah pada sedimentasi dari laut lebih besar dibanding darat.
kedalaman 0-45 meter. Platycurtic yang Lingkungan pengendapan pada sampel terjadi dua
mencirikan bahwa ukuran butiran sedimen pada kondisi yang berbeda; yakni pada kedalaman 0-31
titik pengambilan sampling cenderung sama. meter energi arus cenderung stabil dan rendah
Gambar 4b hubungan mean grain size dan kurtosis sehingga membentuk suspension load; berbeda

174
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 169-177

pada kedalaman 32-45 meter berupa area tidal KESIMPULAN


dimana terjadi kecepatan turbulensi pada arus
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
yang cenderung tidak stabil. Seiring dengan
adalah bahwa berdasarkan data besar butir dan
perubahan kondisi lingkungan pengendapan,
kandungan organik dari material sedimen yang
terjadi perubahan besar butir yang disertai
terendapkan mengindikasikan dua lingkungan
berubahnya nilai material organik (Gambar 5).
yang berbeda pada Delta Kaligarang; yakni
Menurut Wood (1987), terdapat hubungan antara lingkungan yang cukup tenang (suspension load)
kandungan bahan organik dan ukuran partikel pada kedalaman 0-31 meter; dan lingkungan tidal
sedimen. Kandungan bahan organik berhubungan kedalaman 32-45 meter. Perubahan besar butir
dengan ukuran partikel sedimen. Pada sedimen berpengaruh terhadap kandungan material organik
yang halus persentase bahan organik akan lebih yang signifikan hal ini terlihat dari kedalaman 0-
tinggi daripada sedimen yang kasar. Hal ini 31 meter yang lebih halus dan memiliki nilai
sehubungan dengan kondisi lingkungan tenang organik tinggi dibandingkan nilai besar butir dan
memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen kandungan organik pada kedalaman 32-45 meter.
halus yang berupa lumpur diikuti oleh akumulasi
UCAPAN TERIMAKASIH
bahan organik yang tinggi (Maslukah, 2013).
Material organik yang disebut dengan organic Terimakasih kepada Kepala Pusat Penelitian
content pada sampel menunjukan fluktuasi Geoteknologi LIPI Bandung, Bapak Eko Yulianto
berkisar 0-50%. Sampel dengan litologi sand yang telah mendukung dilakukannya penelitian
menunjukan hasil organic content yang rendah ini. Terimakasih kepada Bapak Eko Soebowo
seiring dengan perubahan ukuran. Namun terlihat yang telah memberikan masukan dan izin
perubahan signifikan pada sampel berbutir silt, penggunaan sampel. Kepada Bapak Eko Tri
memiliki presentase kandungan organik besar Sumarnadi, Bapak Joko, Ibu Eki yang membantu
dibandingkan sand. Sampel 1-30 meter memiliki dalam pengerjaan di laboratorium. Terimakasih
kandungan nilai organik 20-40% dan bervariasi kepada Fakultas Teknik Geologi Universitas
mengalami fluktuasi, berbeda ketika sampel 32-43 Padjadjaran. Ucapan terimakasih juga kami
meter kandungan organik cenderung kurang dari sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
20% pada litologi sand. Aktivitas manusia sangat bersedia memberikan koreksi, kritik, dan saran.
mempengaruhi kondisi lingkungan. Kondisi
DAFTAR PUSTAKA
perairan menggambarkan perubahan karbon
organik. Nilai organik yang tinggi berasal dari Adisaputra, M., dan Rostyati. 2003. Foraminifera
daratan terbawa oleh limpasan hujan atau debit sedimen dasar laut Delta Mahakam,
sungai; dan dari lautan yakni produksi organisme Kalimantan Timur. Jurnal Geologi Kelautan
laut (Yun et al., 2015). Kondisi material inorganik 1 (3), 1 – 10.
masih belum dapat dijelaskan secara detail.
Astriandhita, K., Muljana, B., Winantris, Putra, P.
Material inorganik tertinggi yakni 14,93% berada
S., Praptisih. 2017. The Delta Accretion
pada kedalaman 15 meter. Nilai material
Controlled by Environmental Parameters
inorganik pada kedalaman 0-31 meter fluktuatif
Case Study : Kaligarang Delta, North
berkisar 1,02%-14,93%. Kedalaman 32-45 meter
Semarang, Indonesia. The 2nd Join
0,08%-11,05%. Terjadi perbedaan, nilai inorganik
Conference of Utsunomiya University and
perselingan silt dan sand kedalaman 31-45 meter
Universitas Padjadjaran, November 2017.
cenderung kurva stagnan berbeda dari kedalaman
Jepang.
0-31 meter. Hal ini mengindikasikan dua
lingkungan berbeda seiring pada perubahan nilai Bakti, H., Naily, W., Lubis R., Delinom, R. M.,
besar butir. Perubahan lingkungan di Delta dan Sudaryanto. 2014. Penjejak Keluaran
Kaligarang pada kedalaman 0-31 meter dimana Airtanah di Lepas Pantai (KALP) di Pantai
lingkungan suspension load memiliki litologi silt; Utara Semarang dan sekitarnya dengan
nilai organik dan inorganik yang fluktuatif. 222Radon. J. Ris.Geo.Tam. 24 (1), 43-51.
Berbeda dibandingkan pada kedalaman 32-45 Budiono, K. dan Panggabean H., 2008.
meter yang merupakan lingkungan tidal memiliki Karakteristik mineral lempung pada sedimen
litologi perselingan silt dan sand; nilai organik dan resen permukaan dasar laut di perairan Kota
inorganik cenderung rendah dan stabil (stagnan).

175
Astriandhita et al. / Dinamika Lingkungan Pengendapan Delta Kaligarang, Semarang

Semarang. Jurnal Sumber Daya Geologi 18 2003/02 (CG2003_A02_BL), http://


(4), 231-238. paleopolis.rediris.es/cg/CG2003_A02_BL/C
G2003_A02_BL.pdf Diunduh pada tanggal
Blott, S. J., and Pye, K., 2001. Gradistat: a Grain
05 Maret 2017.
size distribution and statistics package for the
analysis of unconsolidated sediments. Earth Murdohardono, D., dan Tigor, T., 2002, Evaluasi
Surface Processes Landforms 6, 1237–1248. Geologi Teknik Zona Bahaya Erosi/Lahan
DOI: 10.1002/esp. 261. Kritis Kota Semarang dan Sekitarnya
Propinsi Jawa Tengah, DGTL, Bandung.
Boggs, S., 2006. Principles of Sedimentology and
Stratigraphy. Pearson Prentice Hall, New Maslukah, L., 2013. Hubungan antara konsentrasi
Jersey, 4th ed., 662pp. logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dengan bahan
organik dan ukuran butir dalam sedimen di
Darlan, Y., 1996. Geomorfologi Wilayah Pesisir.
Estuari Banjir Kanal Barat, Semarang.
Aplikasi Untuk Penelitian Wilayah Pantai.
Buletin Oseanografi Marina 2(3), 55-62.
Pusat Pengembangan Geologi Kelautan.
Bandung. Nichols, G., 2009. Sedimentology and
stratigraphy Second Edition. A John Wiley &
Einsele, G., 1992. Sedimentary Basins; Evolution,
Sons, Ltd., Publication.
Facies, and Sediment Budget. Springer –
Verlag New York, 615pp. Nugroho, S., dan Basit, A., 2014. Sebaran
Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir
Folk, R., and Ward, W., 1957. Brazos River Bar,
Di Teluk Weda, Maluku Utara. Jurnal Ilmu
A study in significance of grain size
dan Teknologi Kelautan Tropis 6(1), 229-
parameters. Journal Sedimentary Petrology
240.
27, 3-27.
Permanawati, Prartono, Atmadipoera, Zuraida R.
Friedman, G., 1961. Distinction between Dune,
dan Chang., 2016. Rekam sedimen inti untuk
Beach, and River Sands from their Textural
memperkirakan perubahan lingkungan di
Characteristic. Journal Sedimentary
perairan Lereng Kangean. Jurnal Geologi
Petrology 31, 514-529.
Kelautan.14 (2), 65 – 78.
Friedman, G. and Sanders, 1978. Principles of
Poedjoprajitno, J., Wahyudiono, dan Cita, A.,
Sedimentology. John Wiley & Sons, Inc.,
2008. Reaktivitas Sesar Kaligarang,
New York. 792pp.
Semarang. Jurnal Geologi Indonesia, 3 (3),
Heiri, O., 2001. Loss on ignition as a method for 129-138.
estimating organic and carbonate content in
Praptisih dan Cahyarini, S. Y., 2012. Sedimen
sediments: reproducibility and
Sebagai Arsip Perubahan Lingkungan. Jurnal
comparablility of result. Journal of
Geologi Kelautan 10 (1), 51 – 56.
Paleolimnology 25(1), 101-110.
Purnawan, S., Alamsyah, T. P., Setiawan, I.,
Hidayat, E. D., 2013. Identifikasi sesar aktif di
Rizwan, Ulfah, Rahimi. 2016. Analisis
sepanjang jalur Kali Garang, Semarang.
Sebaran Sedimen di Teluk Balohan Kota
JSD.Geo. 23 (1), 31-37.
Sabang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Hirnawan, F.. 2007. Riset, Bergulirlah Proses Tropis 8 (2), 531-538.
Ilmiah. Unpad Press, Bandung.
Richard, A., 1992. Depositional System an
Jurnaliah, L., dan Winantris, 2015. Distribusi Introduction to Sedimentology and
submikrofosil (polen dan foraminifera) pada Sratigraphy 2nd, Prastise Hall Inc. New
delta front di delta Mahakam, Kalimantan Jersey. 604 pp.
Timur. Bulletin of Scientific Contribution, 13
Reading, H. G., 2001. clastic facies models, a
(3), 169-181.
personal perspective. Buletin of The
Lambert, 2003. Micropaleontological Geological Society of Denmark 48, 101-115.
investigations in the modern Mahakam delta,
Rositasari, R., dan Lestari, 2013. Evaluasi
East Kalimantan (Indonesia). Carnets de
Lingkungan Perairan Pesisir Semarang.
Géologie / Notebooks on Geology - Article

176
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 169-177

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 5 content/uploads/gravity_forms/1-


(1), 112-121. ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2016
/08/jurnal1.pdf. Diunduh pada 29 Agustus
Sardiyatmo, Supriharyono, dan Hartoko, A., 2013.
2017.
Dampak dinamika garis pantai menggunakan
citra satelit multi temporal Pantai Semarang Winantris, 2012. Kelimpahan polen dan spora
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Saintek endapan channel Delta Mahakam. Bulletin of
Perikanan 8 (2), 33-37. Scientific Contribution 10 (2), 89-95.
Soebowo, E., Sarah, D., dan Murdohardono, D., Windarto, J., Pawitan, H., Suripin dan M Januar
2014. Geologi Teknik Amblesan Tanah Di JP., 2008. Model prediksi tiggi muka air
Kota Semarang. Proceedings PIT IAGI ke- Sungai Kaligarang Semarang dengan
43, 16 – 18 September 2014. Jakarta, jaringan syaraf tiruan. TEKNIK, 29 (3), 189
Indonesia. – 195.
Sengupta, S., 1994. Introduction to Wood, M. S., 1987. Subtidal Ecology. Edward
Sedimentology. A.A Balkema Publisher, Amoldy Limited. Australia.
USA, 305pp.
Yulianti, A., Sarah, D., dan Soebowo, E., 2013.
Thaden, R. E., Sumadirja, H., and Richards P. W., Pengaruh Lempung Ekspansif Terhadap
1975. Peta Geologi lembar Magelang dan Potensi Amblesan Tanah Di Daerah
Semarang. Jawa, Skala 1 : 100.000. Semarang. J. Ris.Geo.Tam. 22 (2), 93 - 104.
Direktorat Geologi, Bandung.
Yun, P. S., Ariffin, J., Siang, H. Y. dan Tahir, N.,
Wibisono, Koenawan, C., Idris, F., 2016. Studi 2015. Influence of Monsoon on the
Karakterisasi Lapisan Sedimen di Perairan Distribution of Organic Carbon in Inner
Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang Continental Shelf Core Sediments, South
Provinsi Kepulauan Riau. China Sea, Malaysia. Sains Malaysiana. 4
http://jurnal.umrah.ac.id/wp- (7), 941–945.

177

View publication stats

You might also like