STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S
DENGAN DIABETES MELLITUS DI PATANGPULUHAN YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas Dan
Keluarga
Pembimbing Akademik:
Dewi Utari, MNS
Disusun oleh:
APRIELLA SYAFURA, S.Kep
223203108
PROGRAM STUDI PROFESI
NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya, Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294
Telp. (0274) 4342000, Fax. (0274) 4342542, Website : www.unjaya.ac.id – Email :
info@fkesunjaya.ac.id
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S
DENGAN DIABETES MELLITUS DI PATANGPULUHAN YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Gawat Darurat
Telah disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing Klinik Mahasiswa
(................................................) (Apriella Syafura, S.Kep)
Pembimbing Akademik
(Dewi Utari, MNS)
A. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Suparjito, 2020)
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas (Sulistyo, 2021):
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan
ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disu beberapa generasi, dimana
hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari suami.
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
3. Tugas Keluarga
(Friedman, Marilyn, Bowden, & Vicky, 2019) membagi 5 peran kesehatan dalam
keluarga yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota kelu perkembangan kepribadian anggota
keluarga.
e. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
B. Konsep Dasar Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa
tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi
utamabagi sel tubuh manusia. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat
tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ
tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi
yang membahayakan nyawa penderita. Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di
belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi
insulin sesuai kebutuhan tubuh. Diabetes Melitus ditandaidengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat. Lemak dan protein, mengarah ke
hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Diabetes Melitus terkadang dirujuk
sebagai “gula tinggi” baik oleh klien ataupun pelayan Kesehatan (Maria, 2021)
2. Etiologi
Penyakit DM secara umum diakibatkan oleh konsumsi makanan yang
tidak terkontrol atau sebagai efek samping dari pemakaian obat-obat tertentu.
Diabetes mellitus juga disebabkan karena tidak cukupnya hormone insulin
yangdihasilkan pancreas untuk menetralkan glukosa darah dalam tubuh. Yang
manafungsi dari hormone insulin adalah untuk memproses zat gula atau glukosa
yangberasal dari minuman maupun makanan yang dikonsumsi. Pada penderita
diabetes mellitus terjadi kerusakan pancreas sehingga hormone insulin yang
diproduksi tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan (Nugroho, 2021)
Menurut (Maria, 2021) Diabetes Mellitus diklasifikasikan, baik sebagai
insuline dependent diabetes mellitus (IDDM) maupun non-insuline dependent
diabetes mellitus (NIDDM). Dengan penggunaan terapi insulin yang sudah biasa
dengan kedua tipe DM, IDDM sekarang disebut sebagai DM tipe 1 (juvenile
onset) dan NIDDM sebagai DM tipe 2 (maturity onset)
Diabetes Mellitus Tipe 1 disebabkan destruktur sel beta autoimunbiasanya
memicu terjadinya defisiensi insulin absolut. Faktor herediter berupaantibodi sel
islet, tingginya insiden, HLA tipe DR3 dan DR 4. Faktor lingkunganberupa infeksi
virus (Virus Coxsackie, enterovirus, retrovirus, mumps),defisiensi vitamin D,
toksin lingkungan, menyusui jangka pendek, paparan dini terhadap protein
kompleks. Berbagai modifikasi epigenetik ekspresi gen jugaterobsesi sebagai
penyebab genetik berkembangnya Diabetes Mellitus Tipe 1. Individu dengan
Diabetes mellitus Tipe 1 mengalami defisiensi insulin absolut.Diabetes Mellitus
Tipe 2 akibat resistensi insulin perifer, defek progresif sekresi insulin, peningkatan
gluconeogenesis. Diabetes Mellitus Tipe 2dipengaruhi factor lingkungan berupa
obesitas, gaya hidup tidak sehat, diettinggi karbohidra Diabetes Mellitus tipe 2
memiliki presimtomatis yang panjang yang menyebabkan penegakan Diabetes
Mellitus tipe 2 dapat tertunda 4-7 tahun.
Diabetes Mellitus gestasional (2%-5% dari semua kehamilan). DM yang
didiagnosis selama hamil. DM gestasional merupakan diagnosis DM yang
menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama
kali selama kehamilan. DM gestasional terjadi pada 25% perempuan hamil namun
menghilang ketika kehamilannya berakhir. DM ini lebih sering terjadi pada
keturunan Amerika-Afrika, Amerika Hispanik, Amerika pribumi, dan perempuan
dengan riwayat keluarga DM atau lebih dari 4 kg saat lahir obesitas juga
merupakan faktor risiko.
Diabetes Mellitus tipe lainnya. DM tipe spesifik lain (1% 2% kasus
terdiagnosis). mungkin sebagai akibat dari defek genetik fungsi sel beta, penyakit
pankreas (misal kistik fibrosis), atau penyakit yang dinduksi oleh obat-obatan. DM
mungkin juga akibat dari gangguan-gangguan lain atau pengobatan.Defek genetik
pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM. Beberapa hormon seperti
hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin merupakan antagonis atau
menghambat insulin. Jumlah berlebihan dari hormon- hormon ini (seperti pada
akromegali, sindrom Cushing, glukagonoma, dan feokromositoma) menyebabkan
DM. Selain itu, obat-obat tertent (glukokortikoid dan tiazid) mungkin
menyebabkan DM. Tipe DM sekunder tersebut terhitung 1-2% dari semua kasus
DM terdiagnosis.
3. Patofisiologi Dan Pathway
Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 1: Manifestasi DM tipe I terjadi
akibat kekurangan insulin untuk menghantarkan glukosa menembus membran sel
ke dalam sel. Molekul glukosa menumpuk dalam peredaran darah, mengakibatkan
hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas sebuah kondisi
menarik air dari ruang intraseluler ke dalam sirkulasi umum. Peningkatan volume
darah meningkatkan aliran darah ginjal dan hiperglikemiabertindak sebagai
diuretik osmosis. Diuretik osmosis yang dihasilkan meningkatkan haluaran urine.
Kondisi ini disebut poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas
glukosabiasanya sekitar 180 mg/dl glukosa diekskresikan ke dalam urine, suatu
kondisi yang disebut glukosuria. Penurunanvolume intraseluler dan peningkatan
haluaran urine menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus
diaktifkan, yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak
(Maria, 2021).
Pada DM tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada pemukaan sel. Akibatnya terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetestipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Kemudian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan akibat intoleransiglukosa
yang berlangsung lambat dan progresif maka DM tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Biasanya gejala yang dialami pasien bersifat ringan dimana mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,luka yang lama sembuh, atau pandangan
yang kabur. Gejala tersebut muncul ketika kadar glukosanya tinggi (Maria, 2021)
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Maria, 2021) meningkatnya kadar glukosa darah disebut dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan DM (Diabetes Mllitus). Pada DM Tipe1,
manifestasi klinisnya mungkin tidak terlihat dengan kemungkinan situasi yang
mengancam hidup, namun pada DM Tipe 2 manifestasi klinisnya dapat
berkembang secara bertahap. Manifestasi klinis ini dapat berupa peningkatan
fekuensi buang air kecil (poliuria), meningkatnya rasa haus dan minum (polidipsi)
dan dikarenakan penyakitnya berkembang maka terjadilah penurunan berat badan
dan meningkatnya nafsu makan.
Manifestasi Dasar patofisiologi DM tipe 1 DM tipe 2
utama
Poliuria (sering Air tidak diserap Kadang kadang Ada
BAK) kembali oleh tubulus ada
ginjal sekunder untuk
aktivitas osmotik
glukosa, mengarah
kepada kehilangan
air, glukosa dan
elektrolit.
Polifagi (haus Dehidrasi sekunder Biasanya ada Ada
berlebihan) terhadap poliuria
menyebabkan rasa
haus
Polifagi (lapar Kelaparan sekunder Biasanya ada Ada
berlebihan) terhadap karabolisme
jaringan menyebabkan
rasa lapar
Penurunan berat Kehilangan awal Biasanya ada Tidak ada
badan sekunder terhadap
penipisan simpanan
air, glukosa, dan
kehilangan kronis
sekunder terhadap
penurunan massa otot
karena asam amino
yang dialihkan untuk
membentuk glukosa
dan keton
Lemah, letih Penurunan isi plasma Biasanya ada Ada
dan pusing mengarah kepada
postural hipertensi,
kehilangan kalium dan
katabolisme protein
berkontribusi
terhadap kelemahan
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa darah
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu DM Belum Pasti DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Puasa DM Belum Pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 0
b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl).
c. Pemeriksaan konsentrasi HbA1c
1) HbA1c merupakan ikatan antara gula dan hemoglobin
2) Pemeriksaaan HbA1c ini mampu menggambarkan kadar glukosa rata-
ratadalam jangka waktu 1-3 bulan sebelumnya sesuai dengan umur sel
darah merah
3) Hasil pemeriksaan HbA1c:
a) HbA1c 4-6 : Baik
b) HbA1c 6-8 : Sedang
c) HbA1c >8 : Buruk
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan DM dimulaidengan menerapkan pola hidup sehat (terapinutrisi
dan latihan fisik) bersama dengan terapi farmakologi. Tujuan dari penatalaksanaan
DM adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penyandang DM,
sedangkan untuk tujuan jangka pendeknya adalah untukmenghilangkan keluhan,
memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi resiko komplikasi (Jamil, 2021).
7. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus menurut (Maria, 2021) dapat terjadi
diantarannya yaitu:
a. Hiperglikemia dan Ketoasidosis Diabetik
Hiperglikemia yang diakibatkan oleh glukosa tidak dapat diangkut ke
dalam sel dikarenakan kurangnya insulin. Tanpa adanya KH untuk bahan
bakar sel, maka hati mengubah simpanan glikogennya menjadi glukosa
(glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa (gluconeogenesis).
Penyebab umum ketoasidosis diabetic adalah ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan insulin yang dibuat oleh pembedahan, trauma,
kehamilan, stress, pubertas atau adanya infeksi.
b. Hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang terdapat pada pasien dengan hipoglikemia
biasanya <50-60 mg.dl. Reaksi hipoglikemia dapat terjadi karena dosis
insulin atau sulfonylurea (jarang diresepkan). Oleh sebab itu pasien dengan
Diabetes Mellitus harus mengurangi porsi makanan yang lebih sedikit,
adanya peruabhan pada jadwal makan atau pemberian insulin.
c. Hiperglikemia Non Ketotik
Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik ditandai dengan hiperglikemia,
hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah
dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan sering kali gangguan neurologis
dengan atau tanpa adanya ketosis. Akibat kadar gula darah yang tidak
terkontrol dan meninggi terus menerus yang dikarenakan tidak dikelola
dengan baik mengakibatkan adanya pertumbuhan sel dan juga kematian sel
yang tidak normal. Perubahan dasar itu terjadi pada endotel pembuluh
darah, sel otot pembuluh darah maupun pada sel masingeal ginjal,
semuanya menyebabkan perubahan pada pertumbuhan dan kematian sel
yang akhirnya akan menjadi komplikasi vaskular DM. Struktur
pembuluhdarah, saraf dan struktur lainnya akan menjadi rusak. Zat
kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah
menyebabkan pembuluhdarah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat
penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama menuju kulit dan
saraf. Akibat mekanisme di atas akan menyebabkan beberapa komplikasi
antara lain.
d. Retinopati
Terjadinya gangguan aliran pembuluh darah sehingga mengakibatkan
terjadi penyumbatan kapiler. Semua kelainan tersebut akan menyebabkan
kelainan mikrovaskular. Selanjutnya sel retina akan berespon dengan
meningkatnya ekspresi faktor pertumbuhan endotel vaskular yang
selanjutnya akan terbentuk neovaskularisasi pembuluh darah yang
menyebabkan glaukoma. Hal inilah yang menyebabkan kebutaan.
e. Penyakit Jantung Koroner
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan
kadar zat lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat
aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah).
Aterosklerosis ini 2- 6 kali lebih sering terjadi pada penderita DM. Akibat
aterosklerosis akan menyebabkan penyumbatan dan kemudian menjadi
penyakit jantung koroner.
f. Penyakit Pembuluh Darah Kapiler
Mengenali dan mengelola berbagai faktor risiko terkait terjadinya kaki
diabetes dan ulkus diabetes merupakan hal yang paling sering pada
penyakit pembuluh darah perifer yang dikarenakan penurunan suplai
darahdi kaki.
8. Pengobatan
a. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan bersamaan dengan pengaturan makanan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat), terapi farmakologi terdiri dari obat-
obatan oral dan suntikan, seperti:
1) Obat Antihiperglikemi Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat ini dibagi menjadi, yaitu:
a) Sulfonilurea, obat ini memiliki efek utama yaitu memacu sekresi
insulinoleh sel beta pancreas
b) Glinid, merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Obatini dapat mengatasi hiperglikemi post
pradial.
2) Peningkatan sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan
Tiazolidindion (TZD)
a) Metformin mempunyai efek utama yaitu mengurangi produksi
glukosa hati (gluconeogenesis), dan memperbaiki ambilan
glukosa parifer.
b) Tiazolidindion (TZD) merupakan obat yang memiliki efek
samping menurunkan resistensi insulin dengan jumlah protein
pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa
di parifer. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien dengan
gagal jantung.
3) Pengahambat absorpsi glukosa
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbs glukosa yang ada di
dalamusus halus, sehingga memiliki efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan.
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptudyl Peptidase-IV)
Merupakan golongan obat yang menghambat kerja enzin DPP-IV
sehinggaGLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang
tinggi dan berbentuk aktif.
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter-2) Merupakan
golongan obat antidiabetes oral jenis baru yang mampu menghambat
reabsorpsi glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat
transporter glukosa SGLT-2.
6) Obat suntik
a) Insulin
b) Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Obat ini dapat menjadi perangsang penglepasan insulin yang
tidak menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat
badan yang biasanya terjadi pada pengobatan insulin ataupun
sulfonilurea.
b. Terapi Non Farmakologi menurut (Luthfiani, 2020)
1) Pengaturan diet (Terapi nutrisi) pada pasien dengan diabetes
melitus perlu ditekankan mengenai pentingnya keteraturan
makanan dalam haljadwal makan, jenis makanan,dan jumlah
makanan.
2) Olahraga dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu
selama30-40 menit, dengan total 150 menit perminggu. Olahraga
yang dianjurkan adalah jalan cepat,senam,bersepeda, jogging dan
berenang.
3) Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya
pada dokter, mencari artikel mengenai diabetes
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian merupakan tahapan dimana perawat mengambil data secara terus
menerus terhadap keluarga yang dibinanya. Hal-hal yang perlu dikumpulkan
datanya dalam pengkajian keluarga adalah sebagai berikut :
a. Beberapa data umum keluarga, adalah sebagai berikut:
1) Nama kepala keluarga (KK).
2) Alamat dan telepon.
3) Pekerjaan kepala keluarga.
4) Pendidikan kepala keluarga.
5) Komposisi keluarga,menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi
sebagai bagian dari keluarga mereka.
6) Genogram, merupakan alat pengkajian yang digunakan untuk
mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-sumber keluarga. Diagram
ini menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan horizontal
(dalam generasi yang sama) untuk memahami kehidupan keluarga
dihubungkan dengan pola penyakit. Genogram keluarga memuat
minimal informasi tiga generasi.
7) Tipe keluarga, menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe
keluarga tersebut.
8) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
9) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
10) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya dan ditentukan oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-
barang yang dimliki oleh keluarga.
11) Aktivitas rekreasi keluarga, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari
kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendenganrkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga, terdiri dari :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan mengenai riwayat terbentuknya
keluarga inti, penyakit menular atau tidak menular di keluarga.
4) Riwayat keluarga sebelumnya (suami-istri), menjelaskan mengenai
riwayat penyakit menular di keluarga, dan riwayat kebiasaan atau gaya
hidup yang mempengaruhi kesehatan.
c. Pengkajian lingkungan, terdiri dari :
1) Karakteristik rumah, diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan dan fungsinya, sirkulasi udara dan sinar
matahari yang masuk, pendingin udara (AC) atau kipas angin,
pencahayaan, jumlah jendela, penempatan septic tank beserta kapasitas
dan jenisnya, jarak septic tank dengan sumber air, konsumsi makanan
olahan dan sumber air minum keluarga.
2) Karakteristik tetangga dan RT-RW, menjelaskan mengenai
karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga, ditentukan dengan melihat apakah
keluarga sering berpindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan
mengenai pergaulan keluarga baik di komunitas hobi, kantor, sekolah,
maupun teman main. Interaksi ini bisa digunakan untuk melacak jejak
dari mana penyakit yang didapatkan oleh pasien.
5) Sistem Pendukung keluarga menjelaskan mengenai fasilitas berupa
perabot bagi anggota keluarga, dukungan dari anggota keluarga dan
dukungan dari masyarakat setempat.
d. Fungsi Keluarga, terdiri dari :
1) Fungsi afektif, yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta
pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi, dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya, serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit.
4) Fungsi reproduksi, yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak,
apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga,
metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang, papan, dan pangan, sejauh mana
keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.
e. Stres Dan Koping Keluarga, terdiri dari:
1) Stressor jangka panjang dan pendek Stressor jangka pendek yaitu
stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari enam bulan. Sedangkan Stressor jangka panjang
yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari enam bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor, dikaji sejauh mana
keluarga berespon terhadap stressor.
3) Strategi koping yang digunakan, dikaji strategi koping yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
f. Pemeriksaan Fisik, dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
g. Harapan Keluarga pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas atau pelayanan kesehatan yang ada
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Diagnosis aktual, adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosa resiko/resiko tinggi, adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat
terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial, adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas keluarga yaitu:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi :
a) Persepsi terhadap keparahan penyakit
b) Pengertian
c) Tanda dan gejala
d) Faktor penyebab
e) Persepsi keluarga terhadap masalah
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi :
a) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
b) Masalah dirasakan keluarga.
c) Keluarga menyerah terhadap masalah yag dialami.
d) Sifat negatif terhadap masalah kesehatan.
e) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
f) Informasi yang salah.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit, meliputi:
a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.
b) Sifat dan perkembangan perawatan keluarga yang dibutuhkan.
c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga.
d) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
a) Manfaat pemeliharaan lingkungan.
b) Pentingnya higyene sanitasi.
c) Upaya pencegahan penyakit.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan, meliputi:
a) Keberadaan fasilitas kesehatan.
b) Keuntungan yang didapat
c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.
d) Pengalaman keluarga yang kurang baik.
e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.
Diagnosa dan intervensi keperawatan keluarga dengan diabetes mellitus
yang muncul adalah:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
(00027)
b. Risiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan. (00035)
c. Ketidakpatuhan (diit) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit (00002)
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal
masalah kesehatan. (00126)
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan di masyarakat. (00046)
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga, perencanaan keperawatan mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria
dan standar yang mengacu pada penyebab. Hal penting dalam penyusunan
rencana asuhan keperawatan :
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu
yang sesuai dengan kondisi klien.
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi
dengan panca indra perawat yang objektif.
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehinggga tingkat
ketergantungan dapat di minimalisasi.
4. Implementasi Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat.Tindakan
keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan tindakan,
megidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluarga bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat
dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan
membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah
berjalan dengan baik. Alasan mengapa perawat harus menilai tindakan mereka,
yaitu :
a. Untuk menghilangkan atau menghentikan tindakan tidak berguna.
b. Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.
c. Sebagai bukti tindakan keperawatan serta sebagai alasan mengapa biaya
keperawatan tinggi.
d. Untuk mengembangkan profesi perawat dan menyempurnakan praktik
keperawatan.
Metode yang sering dipakai untuk mengevaluasi keperawatan keluarga
adalah:
a. Observasi langsung.
b. Memeriksa laporan atau catatan.
c. Wawancara atau kuesioner.
d. Latihan simulasi.
Langkah-langkah dalam evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Tetapkan data dasar (baseline) dari masalah kesehatan individu atau
masalah keluarga.
b. Rumuskan tujuan keperawatan khusus dalam bentuk hasil klien.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.
d. Tentukan metode/teknik evaluasi serta sumber data.
e. Bandingkan keadaan nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
standar untuk evaluasi.
f. Carilah penyebab dari intervensi yang kurang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn, M., Bowden, & Vicky, R. J. (2019). Family Nursing. Research Theory &
Practice.
Jamil, D. A. (2021). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasien dengan Kepatuhan
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.
Luthfiani. (2020). Paduan Konseling Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Diabetes Melitus.
CV Budi Utama.
Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan Stroke.
Retrieved from
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_Diabetes_Mellitus_Da
n/u_MeEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=penatalaksanaan+diabetes+mellitus&prints
ec=frontcover
Nugroho. (2021). Metode Medication Picture Combinasi Pill Count Dalam Meningkatkan
Kepatuhan Minum Obat Oral Antidiabetes Dan Oral Antihipertensi Pada Pasien
Lansia.
Sulistyo. (2021). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha.
Suparjito. (2020). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.