Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif...
Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa
pada Mutu Karet Krep
(Utilization of Liquid Smoke and Active Carbon From Coconut
Shell on Rubber Crepe Quality)
Dina Martrias1), Rachmad Edison2), Dedi Supriyatdi2)
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan dan 2) Staf Pengajar Jurusan Budidaya
Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung. Jl. Soekarno-Hatta No 10 Rajabasa, Bandar
Lampung, Telp (0721) 703995, Fax : (0721)787309
ABSTRACT
Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) is one of important agriculture comodity on
Indonesia. Wide area of Indonesia rubber agriculture on 2013 are 3,5 million hectares.
With 3,2 million tones production maked Indonesia at second level ocupasi because low
quality of block rubber. This research objective are getting liquid smoke dosage and active
carbon as latexs coagulant. Research used randomized completely block design (RCBD)
with 12 treatments and repeat 3 times. Liquid smoke dosage with 1:1 dilution and 2,60 pH
are 6%, 8%, 10% and active carbon dosage 1% and 2% with formiat acid as a control.
Latek coagulating process rubber production and rubber crepe quality testing suitable with
SIR did in procesing factory and SIR quality testing laboratory Way Berulu PTPN VII,
Pesawaran, Lampung. This research carried out November 2014 until January 2015. The
results of this research showed more high liquid smoke dosage and active carbon from
coconut shell can effect time of lateks coagulation fasier in 4,8 minutes. More high dosage
of liquid smoke and active carbon treatment effected decrease of PRI and increase of latex
waste level, dust level and evaporate substance level. Liquid smoke with 1:1 dilition and
active carbon from coconut shell as latex coagulant showed dust level higher, so the latex
are not suitable with SIR. The higher value because tar composition of liquid smoke from
coconut shell.
Keywords: active carbon coconut shell, liquid smoke, rubber crepe quality
PENDAHULUAN
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan salah satu komoditas perkebunan
penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja, devisa, pendorong pertumbuhan
ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan
sumberdaya hayati. Luas perkebunan karet Indonesia pada tahun 2013 seluas 3,5 juta ha (Badan
Pusat Statistik, 2013). Produksi karet Indonesia pada tahun 2013 mencapai 3,2 juta ton memiliki
peringkat kedua di dunia setelah Thailand (Gapkindo 2013). Hal ini disebabkan oleh rendahnya
mutu bongkar Indonesia. Posisi ini menempatkan Indonesia memiliki pangsa pasar 28% dari
produksi karet alam dunia.
Pemerintah telah menganjurkan penggunaan asam formiat dan asam asetat sebagai bahan
penggumpal lateks dan pengolahan karet. Namun harga yang relatif mahal serta ketersediaanya
Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10 1
Jurnal Agro Industri Perkebunan
yang terbatas sehingga sulit untuk dijangkau oleh petani, sehingga sebagian besar petani karet
Indonesia membuat bahan olah karet dengan menggunakan bahan penggumpal seperti tawas,
pupuk TSP, dan cuka para (H2SO4) yang membuat mutu olahan karet menjadi rendah.Oleh karena
itu perlu adanya alternatif lain sebagai bahan penggumpal seperti asap cair.
Asap cair merupakan hasil kondensasi daari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah
besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti sellulosa,
hemisellulosa dan lignin (Darmaji, 1996). Dari proses produksi asap cair menggunakan alat
pirolisis dapat diperoleh hasil samping berupa arang yang terbentuk pada akhir proses dan tar.
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan
kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan
dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang hitam ini dapat digunakan sebagai
bahan pengisi dalam pengolahan karet, untuk memperkuat sifat fisik dan menekan biaya
pengolahan dengan memperbesar volume dapat ditambahkan bahan pengisi (Baker, 1984 dalam
Harahap, 2008).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Bengkel Mekanisasi PertanianPoliteknik Negeri Lampung untuk
pembuatan asap cair dari tempurung kelapa. Untuk proses pembekuan lateks, produksi karetdan
Pengujian Mutu karet krep sesuai Standard Indonesian Rubber (SIR) dilakukan di pabrik
pengolahan karet dan laboratorium uji mutu SIR Way Berulu PTPN VII, Pesawaran, Lampung.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November2014 sampai Januari 2015. Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Alat dan bahan pengkoagulasian lateks; beaker glass, buret, pH-meter, pengaduk, creeper,
stopwatch, nampan, saringan 40 mesh, lateks segar, arang aktif, dan asap cair Polinela.
2. Alat dan bahan penyeragaman contoh uji; gilingan laboratorium, neraca, lembar plastik, kantong
plastik, dan gunting.
3. Alat dan bahan penentuan kadar kotoran; neraca analitik, thermometer, wadah, buret otomatis,
wadah labu, erlenmeyer, desikator, pemanas infra merah, pemegang saringan, gilingan
laboratorium, neraca, lembar plastik, gunting, penjepit, oven, pemegang labu erlenmeyer, sarung
tangan asbes, saringan, slide proyektor, botol semprot, pembersih saringan, terpentin mineral,
peptiser, dan silica gel.
4. Alat dan bahan penentuan kadar abu; neraca, pembakar listrik, tang, mufle furnace, porselin
desikator, dan silica gel.
5. Alat dan bahan penentuan kadar zat menguap; neraca analitik, cawan porselin, tang, desikator,
oven, gunting, dan silica gel.
2 Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10
Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif...
6. Alat dan bahan penentuan nilai PRI; gilingan laboratorium, pengukur tebal, Wallace punch,
Wallace rapid plastimeter, alat pengukur waktu, oven, tatakan contoh, dan kertas sigaret.
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAK (Rancangan Acak
Kelompok) dengan 12 perlakuan dan diulang 3 kali. Adapun perlakuanya sebagai berikut:
A0 = Kontrol (Asam Formiat) + Tanpa Arang Aktif
A1 = Kontrol (Asam Formiat) + 1% w/v Arang Aktif
A2 = Kontrol (Asam Formiat) + 2% w/v Arang Aktif
A3 = 6% v/v Asap Cair + Tanpa Arang Aktif
A4 = 6% v/v Asap Cair + 1% w/v Arang Aktif
A5 = 6% v/v Asap Cair + 2% w/v Arang Aktif
A6 = 8% v/v Asap Cair + Tanpa Arang Aktif
A7 = 8% v/v Asap Cair + 1% w/v Arang Aktif
A8 = 8% v/v Asap Cair + 2% w/v Arang Aktif
A9 = 10% v/v Asap Cair + Tanpa Arang Aktif
\A10 = 10% v/v Asap Cair + 1% w/v Arang Aktif
A11 = 10% v/v Asap Cair + 2% w/v Arang Aktif
Persiapan Asap Cair
1. Asap cair tempurung kelapa produksi POLINELA dengan alat pirolisis sebanyak 25 kg
tempurung kelapa menghasilkan asap cair sebanyak 8,75 liter, dan dikemas dalam drigen 20
liter diukur pH nya.
2. Asap cair tempurung kelapa yang akan diaplikasikan sebagai bahan koagulan pHnya diukur
kembali.
Persiapan arang aktif
1. Pada proses pirolisis produksi asap cair tempurung kelapa 25 kg didapat hasil samping yang
berupa arang aktif sebanyak 7,5 kg.
2. Arang aktif tempurung kelapa yang ingin digunakan sebagai bahan pengisi terlebih dahulu
ditumbuk hingga halus.
3. Hasil tumbukan arang aktif selanjutnya diayak dengan saringan berukuran 200 mesh.
4. Hasil saringan tersebut di timbang dengan dosis arang yang telah ditentukan yaitu 1% dan 2%
atau sebanyak 2,5 g dan 5 g.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengenceran asap cair, penelitian
pendahuluan, dan pengkoagulasian lateks. Pengkoagulasian lateks dengan menggunakan Asap Cair
dan sebagai kontrol menggunakan Asam Formiat.
Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10 3
Jurnal Agro Industri Perkebunan
Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap variabel pH, lama waktu penggumpalan, Kadar Karet
Kering (KKK), kadar kotoran, kadar abu, zat menguap dan PRI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu Penggumpalan (menit) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa
Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan masing masing
penggumpalan yaitu asap cair dan arang arang aktif tempurung kelapa berpengaruh nyata atau
signifikan pada waktu penggumpalan. Semakin banyak asap cair yang digunakan maka semakin
cepat waktu penggumpalan. Hal ini ditunjukan pada volume 8% dan 10%.
Tabel 1. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada waktu penggumpalan (menit)
Perlakuan Rerata (menit)
A0 = Asam formiat 8,0 b
A1 = Asam formiat + Arang 1% 6,3 bc
A2 = Asam formiat + Arang 2% 5,0 c
A3 = Asap cair 6% 10,3a
A4 = Asap cair 6% + Arang 1% 7,3 b
A5 = Asap cair 6% + Arang 2% 5,4 c
A6 = Asap cair 8% 7,3 b
A7 = Asap cair 8% + Arang 1% 6,6 bc
A8 = Asap cair 8% + Arang 2% 5,4 c
A9 = Asap cair 10% 5,1 c
A10 = Asap cair 10% + Arang 1% 5,4 c
A11= Asap cair 10% + Arang 2% 4,8 d
Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan
Sementara pada pemberian dosis arang aktif memberikan pengaruh yang nyata, semakin
tinggi dosis arang aktif yang diberikan maka waktu penggumpalan semakin cepat. Terlihat pada
dosis 1% menghasilkan waktu penggumpalan 6 menit dan dosis 2% menghasilkan waktu 5-4
menit. Proses waktu merupakan penentu terhadap mutu, semakin lama lateks menggumpal maka
akan banyak kotoran dan mikroorganisme yang masuk ke dalam lateks sehingga akan
menyebabkan kualitas lateks tersebut mutunya rendah (Ompusunggu, 1987). Senyawa dari asap
cair yang berperan penting dalam proses penggumpalan lateks adalah senyawa asam dan phenol
(Pranoto et al., 2001; Solichin dan Anwar, 2006; BPTP Jambi, 2010). Kandungan asam inilah
yang mempercepat waktu penggumpalan pada lateks.
4 Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10
Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif...
Keasaman Lateks (pH) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa
Hasil pengujian nilai tengah (Tabel 2) menunjukkan pengaruh yang nyata pada keasaman
lateks (pH). Penambahan dosis asap cair dan arang aktif tempurung kelapa yang lebih banyak
menunjukkan keasaman lateks rendah.
Tabel 2. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada keasaman lateks (pH)
Perlakuan Rerata
A0 = Asam formiat 5,6a
A1 = Asam formiat + Arang 1% 5,5 b
A2 = Asam formiat + Arang 2% 5,5b
A3 = Asap cair 6% 5,4 c
A4 = Asap cair 6% + Arang 1% 5,3 d
A5 = Asap cair 6% + Arang 2% 5,4 c
A6 = Asap cair 8% 5,4 c
A7 = Asap cair 8% + Arang 1% 5,3 d
A8 = Asap cair 8% + Arang 2% 5,3 d
A9 = Asap cair 10% 5,4 c
A10 = Asap cair 10% + Arang 1% 5,3 d
A11= Asap cair 10% + Arang 2% 5,4 c
Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan
Analisis nilai tengah menunjukkan bahwa nilai pH sejalan dengan penambahan dosis asap
cair dan arang Aktif tempurung kelapa. Untuk memperoleh karet, partikel-partikel karet yang
terdapat didalam lateks dipisahkan. Pada prinsipnya, penggumpalan terjadi akibat terganggunya
faktor penunjang kestabilan sistim koloid lateks seperti penurunan pH. Penurunan pH akan
menyebabkan lateks tersebut cepat menggumpal seperti yang ditulis oleh Ompusunggu (1987)
dengan adanya penurunan pH maka akan mengganggu kestabilan atau kemantapan lateks sehingga
mengakibatkan lateks menggumpal. Jika dibandingkan dengan kontrol menggunakan asam formiat
didapatkan asap cair yang diberi arang hitam lebih unggul dalam penurunan pH. Menurut
Wulandari (1999) komponen asam didalam asap cair terdiri dari berbagai unsur asam yaitu asam
asetat, asam butirat, asam propinat, dan Asam isovalerat. Sedangkan asam formiat hanya memiliki
satu untur asam yaitu asam semut.
Kadar Karet Kering (KKK) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa
Hasil uji nilai tengah (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis asap cair
dan arang aktif tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap kadar karet kering (KKK).
Penambahan arang aktif dengan dosis yang lebih banyak menunjukkan kadar karet kering semakin
meningkat.
Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10 5
Jurnal Agro Industri Perkebunan
Tabel 3. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada Kadar Karet Kering (KKK)
Perlakuan Rerata (%)
A0 = Asam formiat 26,64 e
A1 = Asam formiat + Arang 1% 26,20 de
A2 = Asam formiat + Arang 2% 26,73 cd
A3 = Asap cair 6% 25,73 e
A4 = Asap cair 6% + Arang 1% 26,73 cd
A5 = Asap cair 6% + Arang 2% 27,57 a
A6 = Asap cair 8% 25,72 e
A7 = Asap cair 8% + Arang 1% 26,94 bc
A8 = Asap cair 8% + Arang 2% 27,35 ab
A9 = Asap cair 10% 26,04 e
A10 = Asap cair 10% + Arang 1% 26,82 bc
A11= Asap cair 10% + Arang 2% 27,56 a
Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan
Uji nilai tengah menunjukkan peningkatan nilai kadar karet kering di pengaruhi oleh arang
aktif. Semakin banyak penambahan arang aktif pada lateks, maka kadar karet kering semakin
meningkat. Menurut Triwijoso et al. (1989) lateks kebun mempunyai nilai KKK sebesar 30-40%.
Jika kondisi yang tidak ada hujan selama 24 jam dan cuaca cerah maka lateks kebun dapat
mencapai 35%.
Kadar Kotoran pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa
Hasil perhitungan nilai tengah (Tabel 4) menunjukkan bahwa pemberian dosis asap cair
dan arang aktif tempurung kelapa berpengaruh nyata atau signifikan.
Tabel 4. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada kadar kotoran
Perlakuan Rerata (%)
A0 = Asam formiat 0,04 d
A1 = Asam formiat + Arang 1% 0,87 c
A2 = Asam formiat + Arang 2% 0,96 c
A3 = Asap cair 6% 0,84 c
A4 = Asap cair 6% + Arang 1% 0,97 c
A5 = Asap cair 6% + Arang 2% 1,15 b
A6 = Asap cair 8% 0,73 c
A7 = Asap cair 8% + Arang 1% 0,91 c
A8 = Asap cair 8% + Arang 2% 1,54 a
A9 = Asap cair 10% 0,76 c
A10 = Asap cair 10% + Arang 1% 1,06 b
A11= Asap cair 10% + Arang 2% 1,36 a
Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan
6 Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10
Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif...
Analisis nilai tengah menunjukanpeningkatan kadar kotoran. Diduga bahwa asap cair yang
digunakan masih mengandung tar yang tinggi sehingga berakibat dengan meningkatnya jumlah
kadar kotoran. Seperti yang diungkapkan Tahir (1992) bahwa asap cair masih mengandung lignin,
abu, selulosa, dan nitrogen yang dapat meningkatkan kadar kotoran.
Kadar Abu pada Dosis Asap Cair dan Arang Hitam Tempurung Kelapa
Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 5) menunjukkan bahwa permberian dosis asap cair
dan arang aktif berpengaruh nyata atau signifikan.
Tabel 5. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada kadar abu
Perlakuan Rerata (%)
A0 = Asam formiat 0,41 b
A1 = Asam formiat + Arang 1% 0,56 b
A2 = Asam formiat + Arang 2% 0,62 a
A3 = Asap cair 6% 0,46 c
A4 = Asap cair 6% + Arang 1% 0,54 b
A5 = Asap cair 6% + Arang 2% 0,57 b
A6 = Asap cair 8% 0,47 c
A7 = Asap cair 8% + Arang 1% 0,56 b
A8 = Asap cair 8% + Arang 2% 1,59 b
A9 = Asap cair 10% 0,44 c
A10 = Asap cair 10% + Arang 1% 0,51 b
A11= Asap cair 10% + Arang 2% 1,57 b
Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan
Analisis nilai tengah menunjukkan bahwa penambahan dosis asap cair dan arang hitam
menghasilkan nilai yang lebih tinggi. hal ini juga diduga karena asap cair tempurung kelapa yang
digunakan masih terlalu pekat dan masih tercampur dengan tar. Tar yang tinggi menyebabkan
meningkatnya nilai kadar abu. Menurut Tahir (1992) pada asap cair grade 3 masih banyak
mengandung kadar abu yang mencapai 0,6%.
Kadar Zat Menguap pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa
Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 6) menunjukkan bahwa pemberian dosis asap cair
berpengaruh nyata atau signifikan terhadap kadar zat menguap. Analisis nilai tengah
menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian asap cair dan arang aktif maka kadar zat menguap
semakin tinggi. Tingginya tingkat zat menguap di duga dipengaruhi oleh tingkat pengeringan karet
yang kurang maksimal. Tingginya tingkat zat menguap seperti yang dijelaskan oleh Pasaribu
(2008) bahwa olahan karet yang kurang kering akan menyebabkan kadar zat menguap yang
semakin tinggi.
Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10 7
Jurnal Agro Industri Perkebunan
Tabel 6. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada kadar zat menguap
Perlakuan Rerata (%)
A0 = Asam formiat 0,66 c
A1 = Asam formiat + Arang 1% 0,81 b
A2 = Asam formiat + Arang 2% 0,97 ab
A3 = Asap cair 6% 0,79 b
A4 = Asap cair 6% + Arang 1% 0,96 ab
A5 = Asap cair 6% + Arang 2% 1,11 a
A6 = Asap cair 8% 0,76 c
A7 = Asap cair 8% + Arang 1% 0,83 b
A8 = Asap cair 8% + Arang 2% 1,97 ab
A9 = Asap cair 10% 0,86 b
A10 = Asap cair 10% + Arang 1% 0,93 ab
A11= Asap cair 10% + Arang 2% 1,07 ab
Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan
Plasticity Retention Index (PRI) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa
Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 7), menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang nyata dari perlakuan dosis asap cair dan arang aktif. Penurunan pada nilai PRI diduga karna
penambahan dosis asap cair yang semakin tinggi. Akibat dari penambahan dosis diduga terjadi
kenaikan jumlah zat cair yang ditambahkan pada proses koagulasi dan penurunan konsentrasi
senyawa anti oksidan alamiah dalam karet.
Tabel 7. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada PRI
Perlakuan Rerata (%)
A0 = Asam formiat 87,10 a
A1 = Asam formiat + Arang 1% 88,26 a
A2 = Asam formiat + Arang 2% 87,83 a
A3 = Asap cair 6% 86,51 a
A4 = Asap cair 6% + Arang 1% 86,02 a
A5 = Asap cair 6% + Arang 2% 87,72 a
A6 = Asap cair 8% 86,72 a
A7 = Asap cair 8% + Arang 1% 87,19 a
A8 = Asap cair 8% + Arang 2% 87,39 a
A9 = Asap cair 10% 85,90 a
A10 = Asap cair 10% + Arang 1% 83,78 a
A11= Asap cair 10% + Arang 2% 84,25 a
Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan
8 Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10
Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif...
Uji nilai tengah menunjukkan bahwa penggunaan dosis asap cair dan arang aktif tidak
berpengaruh terhadap nilai PRI, dapat dilihat bahwa nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai
yang dihasilkan oleh asam formiat. Terjadinya penurunan diduga disebabkan karena adanya
penambahan dosis asap cair. Menurut Wahyudi (2008), kenaikan jumlah zat cair yang ditambahkan
pada proses koagulasi lateks akan menurunkan konsentrasi zat-zat non karet didalam lateks seperti
terlarutnya asam-asam amino, protein, dan amina yang berfungsi sebagai anti oksidasi dan
selanjutnya menurunkan nilai PRI olahan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian penggunaan asap cair tempurung kelapa dan bahan pengisi yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Asap cair tempurung kelapa pengenceran 1:1 dengan dosis 10% menunjukkan waktu
penggumpalan tercepat.
2. Pemberian asap cair pengenceran 1:1 dan arang aktif tempurung kelapa tidak memenuhi mutu
karet SIR karena kadar abu dan kadar kotoran tinggi.
Saran
Dari hasil pembahasan yang telah disimpulkan, saran yang dapat diberikan dari penelitian
ini antara lain:
1. Perlu dilakukan pemisahan asap cair dengan tar dan penyaringan asap cair tempurung kelapa
terlebih dahulu sebelum dicampurkan di dalam lateks sehingga dapat mengurangi endapan
kadar abu dan kadar kotoran yang terdapat di asap cair grade 3.
2. Penambahan air pada proses pengenceran asap cair tempurung kelapa lebih dinaikan lagi
konsentrasinya agar asap cair tempurung kelapa sampai mencapai pH penggumpalan 4,7-5,2.
DAFTAR PUSTAKA
BPTP Jambi. 2010. Teknologi Pembekuan Lateks dengan Daerub. Leaflet. Balai Penelitian
Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jambi. 2 hlm.
Darmaji, P. 1996. Kadar benzopyren produk-produk asapan tradisional. Prosiding Seminar
Nasional Makanan Tradisional. Hotel Jayakarta, Yogyakarta.
Harahap, H. 2008. Pengaruh pengisi CaCo3 dan temperatur vulkanisasi terhadap sifat-sifat
mekanikal film lateks karet. Jurnal Penelitian Rekayasa 1(2): 43-46.
Pasaribu, O. S. 2008. Analisis Kadar Kotoran (Dirt Content) dan Kadar Abu (Ash Content) pada
Karet Remah SIR 20 PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate, Tbk. Dolok Menangir-
Serbelawan. http://respository.usus.ac.id/bitstream/123456789/13936/1/09E00103.pdf.
[Diakses 23 November 2013].
Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10 9
Jurnal Agro Industri Perkebunan
Solichin, M. dan A. Anwar. 2006. Daerub K Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya Bau
Busuk Karet. Tabloid Sinar Tani. Jakarta.
Tahir, I. 1992. Pengambilan asap cair secara destilasi kering pada proses pembuatan karbon aktif
dari tempurung kelapa. http://word-to-pdf.abdio.com. [Diakses 17 September 2013].
Triwijoso, S.U. dan Oerip Siswantoro. 1989. Pedoman teknis pengawetan dan pembekuan lateks
Hevea. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Bogor.
http://jtpunmul.files.wordpress,com/2011/06/jtp-vol4-3.pdf. [Diunduh 17 April 2013].
Wahyudi, F. 2008. Pengaruh kombinasi bahan olah karet terhadap tingkat konsistensi Plastisitas
Retention Index (PRI) Karet Remah SIR 20 di PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok
Menangir. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/…/09E00092.pdf. [Diunduh 10
Desember 2013].
Wulandari, Ratna, P. Darmajdi, dan U. Santoso. 1999. Sifat antioksidan asap cair hasil redestilasi
selama penyimpanan. Prosiding Seminar. Nasional Pangan Yogyakarta. 14 September 1999.
10 Jurnal AIP Volume 3 No. 1│ Mei 2015: 1-10