Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi 2D Berbasis Multimedia Menggunakan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Iii SD Anisa Windari Septiani Putri, Sunarti, Universitas PGRI Yogyakarta
Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi 2D Berbasis Multimedia Menggunakan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Iii SD Anisa Windari Septiani Putri, Sunarti, Universitas PGRI Yogyakarta
                                            ABSTRACT
       This study aimed to determine the media quality in terms of the content aspect and the learning
aspect, knowing the media quality from the aspect of application design and visual communication,
knowing the students' response to the use of video media 2d animation, investigate the response of
teachers to use video media 2d animation, knowing the mastery learning students on Indonesian
subject.
       This research was conducted at Pendowoharjo Elementary School Sleman on odd semester. The
subjects were 29 students of III class students. Techniques and data collection: questionnaire,
interview, observation and tests. Data analysis technique used descriptive statistics consisted of 5
conversion scale, Guttman and 5 percentage scale.
       The results of the research were the development of quality results from the aspect of media
content and aspects of learning based on the I st materials experts showed the total score of 82 with
good criteria by subject matter experts while the 2 nd material expert showed a score of 91 with the
very good criteria. Results of media quality from the aspect of application design and visual
communication based media expert showed a score of 72 with the very good criteria while using a
questionnaire quality of products assessed by the teacher class wash 90% with very good criteria.
Results based on students' response to the use of media obtained the percentage reached 91.72% with
very interested criteria. Results based on the response of teachers to use the media were 90% with very
good criteria. Results of the assessment of the students' attitude 4 skills of listening, speaking, reading,
and writing based on the observation of the trial a small group was 80% with good criteria and on a
large group trial was 80% with good criteria. Results mastery learning students in the Indonesian
language teaching in small group trial obtained a score of 62.5% with sufficient criteria. The results of
students' mastery learning on the subjects of Indonesian trials large group achieved a score of 82.75%
with good criteria.
        It can be concluded that the instructional animation suitable for use in learning Indonesian
class at elementary school.
Keywords: Development Media, Video Animation 2D, Adobe Flash CS6, Indonesian
                                                      297
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
kebudayaan          nasional       Indonesia              media visual atau media cetak. Selama ini
berlandaskan pada kepribadian bangsa                      pemanfaatan LCD juga hanya untuk
sebagai negara yang mempunyai nilai- nilai                pembelajaran di kelas-kelas tinggi yang
budi luhur, budaya tanah air, dan respon                  menggunakan media power point untuk mata
terhadap setiap keadaan.                                  pelajaran matematika, IPA, atau terkait
      Belajar merupakan suatau         proses             komputer atau TIK. Padahal, mata pelajaran
usaha yang dilakukan seseorang untuk                      bahasa      Indonesia      yang      cenderung
memperoleh suatu perubahan yang baru,                     memfokuskan pada 4 aspek, perlu adanya
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam                 media yang dapat digunakan untuk
interaksi dengan lingkungannya (Sobry                     melibatkan 4 aspek tersebut. Siswa
Sutikno, 2013:3).                                         cenderung bosan dengan pembelajaran yang
      Bahasa Indonesia merupakan salah satu               hanya mendengarkan ceramah dari guru
mata pelajaran yang wajib dilaksanakan                    dan      mengerjakan soal-soal dari buku.
pada tiap jenjang pendidikan.                             Kurangnya minat siswa dalam belajar,
      Pembelajaran bahasa Indonesia di SD                 menyebabkan suasana pembelajaran menjadi
sangat penting karena merupakan dasar bagi                tidak     kondusif.    Media      pembelajaran
siswa dalam menguasai materi pembelajaran                 merupakan salah satu komponen penting
bahasa Indonesia. Oleh karena itu perlu                   dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
adanya peningkatan minat belajar siswa                    sebagai sumber belajar yang mendukung
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.                 tercapainya minat dan pemahaman siswa
Pelajaran bahasa Indonesia yang sering                    terhadap materi pelajaran.
dijejali dengan teori-teori kebahasaan yang                     Pemakaian media pembelajaran dalam
cenderung membosankan. Sehingga tujuan                    proses       belajar      mengajar        dapat
pembelajaran bahasa Indonesia yang akan                   membangkitkan minat dan rangsangan
docapai, yakni terampil bahasa Indonesia                  kegiatan belajar, dan bahkan membawa
baik lisan maupun tulisan belum seperti                   pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
yang diharapkan.                                          siswa. Penggunaan media pembelajaran
      Empat aspek pada mata pelajaran                     pada tahap orientasi pembelajaran akan
bahasa        Indonesia     yan      meliputi             sangat      membantu      efektivitas    proses
Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan                     pembelajaran dan penyampaian pesan atau
Menulis      belum tercapai secara maksimal               isi pelajaran pada saat itu. Di samping itu
salah     satunya    yaitu dalam Standar                  media pembelajaran juga dapat membantu
Kompetensi (SK) “Memahami penjelasan                      siswa        meningkatkan         pemahaman,
tentang petunjuk dan cerita anak yang                     menyajikan data dengan menarik dan
dilisankan” dan Kompetensi Dasar (KD)                     terpercaya, memudahkan penafsiran data,
“Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak                     memadatkan             informasi,          serta
yang disampaikan secara lisan”.                           membangkitkan motivasi dan minat siswa
      Banyak siswa yang belum memahami                    dalam belajar.
tentang ciri-ciri karakter tokoh cerita anak,                   Animasi selain sebagai hiburan, juga
dan juga masih banyak siswa tidak dapat                   telah menjadi penuntun, penginspirasi, dan
menyimpulkan isi cerita dalam teks cerita                 juga sebagai         penyampai           pesan.
anak. Hal tersebut dikarenakan belum                      Animasi       juga menyampaikan pesannya
adanya pemanfaatan sumber belajar yang                    secara lebih efektif karena mengandung
maksimal oleh guru.                                       unsur video dan audio.
      Guru sudah menggunakan media                              Seperti video animasi 2D sangat
untuk pembelajaran namun masih berupa                     mepengaruhi semangat anak untuk terus
                                                    298
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    299
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                              ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    300
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                        ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    301
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
       yang digunakan dalam penelitian ini                      menurut Sunarti dan Selly Rahmawati
       adalah angket, pedoman wawancara,                        (2012:184)
       pedoman observasi, dan tes. Angket
       digunakan untuk memperoleh data                    HASIL          PENELITIAN           DAN
       dari ahli materi dan ahli media yang               PEMBAHASAN
       berkaitan dengan kualitas kelayakan                      Analisis kebutuhan dari penelitian
       materi dan produk yang dibuat.                     pengembangan ini yaitu untuk mencari
       Pedoman          wawancara          untuk          informasi awal tentang hal-hal yang
       memperoleh         analisis    kebutuhan           dibutuhkan ketika penelitian yaitu tempat
       sekolah,     pedoman            observasi          penelitian, alat yang digunakan untuk
       digunakan untuk menilai sikap siswa                penelitian seperti LCD, pemanfaatan media
       selama        proses        pembelajaran           melalui perangkat komputer dan tentang
       menggunakan          media,    dan     tes         siswa yang akan dijadikan objek penelitian,
       digunakan         untuk       mengetahui           dari     hal    tersebut   maka     dilakukan
       ketuntasan belajar siswa.                          wawancara dengan guru kelas untuk
            Teknik analisis data yang                     mencari informasi yang dibutuhkan.
      digunakan dalam           penelitian    ini               Tahap desain pembelajaran adalah
      adalah      statistik    deskriptif. Data           membuat rancangan pembuatan media
      kualitatif          dianalisis         dan          video animasi 2d. Rancangan yang dibuat
      dideskripsikan                                      merupakan        pola       dasar       dalam
      secara deskriptif kualitatif. Data                  pengembangan media. Tahapan awal yaitu
      kuantitatif                                         menentukan           Standar      Kompetensi,
      dianalisis dan dideskripsikan secara                Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan
      deskriptif kuantitatif.                             Pembelajaran dan materi. Materi yang
            Nilai presentase yang didapat                 dipilih pada pembelajaran Bahasa Indonesia
      kemudian diubah menjadi bentuk nilai                ini yaitu mengomentari tokoh-tokoh cerita
      dengan konversi nilai                               anak yang disampaikan secara lisan.
      berdasar patokan. Penilaian acuan                         Tahapan produksi media merupakan
      patokan                                             proses membuat video animasi 2d. Pada
      (PAP) adalah penilaian yang dilkukan                tahap produksi media melalui dua tahap
      dengan membandingkan skor hasil tes                 yaitu     tahap     persiapan     dan    tahap
      seorang siswa dengan suatu patokan                  pelaksanaan.
      yang telah ditetapkan (Sunarti dan                        Tahap ini merupakan persiapan-
      Selly Rahmawati (2012: 180).          PAP           persiapan yang harus dilakukan sebelum
      digunakan karena patokan nilai yang                 membuat video animasi            2d       yaitu
      akan dijadikan standar kelulusan                    menyiapkan beberapa
      sudah dapat ditentukan terlebih                     perlengkapan yang dibutuhkan antara
      dahulu sebelum usaha penilaian                      lain:
      dilakukan, dan patokan yang telah                         1) Program Adobe Flash CS6
      ditetapkan tersebut adalah batas                          2) Komputer atau laptop,
      lulus        atau tingkat penguasaan                      3) Membuat ide cerita
      minimum.        Patokan      nilai    yang                4) Bahan pendukung media (gambar
      dijadikan batas lulus dalam penelitian                       karakter, background, pewarnaan
      pengembangan            media        video                   gambar tokoh dan background dan
      animasi      2d      ini adalah B (baik).                    efek suara),
      penghitungan persentase skala 5                           Setelah perlengkapan untuk membuat
                                                    302
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                             ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    303
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                             ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    304
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    306
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    307
PENDIDIKAN KARAKTER : MAKNA KEBERSYUKURAN (Penjelajahan Religio-Psikologis)
                                            Azis
                            Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
                                            Abstraksi
    Kebersyukuran secara komprehensif mencakup perbuatan hati, lisan dan anggota tubuh.
Berkaitan dengan psikologi positif, syukur merupakan motif tertinggi dalam ibadah kepada
Allah. Ibadah yang didasari oleh syukur dapat terjamin kelestarian dan berlangsungannya,
karena ia bebas dari pamrih. Kebersyukuran mengandung aspek-aspek positif baik secara
kognitif, emosi dan perilaku. Kebersyukuran juga sebagai konsep dasar moral dalam
pembentukan pendidikan keperibadian dalam rangka mendekatkan dan melekatkan diri kepada
Allah SWT.
    Perintah bersyukur secara bergandengan dengan perintah berdzikir, hal ini menunjukkan
kepada kedudukan yang penting dalam Islam. Orang yang bersyukur selalu didorong untuk
menjadi orang yang ikhlas, sabar, bersahaja, tidak mudah menyalahkan Tuhan, murah hati,
cukup, humanis, tidak materialistik, berpikir positif dan bersikap nrimo (qana’ah). Sedang
hikmah kebersyukuran secara kajian religi psikologi positif, merupakan anugerah Allah,
mengurangi emosi negatif, dan melalui syukur dapat mencapai kebahagiaan dan kehidupan
yang penuh ketentraman. Serta mampu membuat individu tidak mudah merasa kesepian dan
terhindar dari gejala depresi.
Kata Kunci : kebersyukuran, religi, psikologis
                                                             Seorang muslim harus menyadari
A. Pendahuluan                                        bahwa kekayaan hakiki itu letaknya ada
            Bersyukur kepada Allah swt                pada keikhlasan jiwa dan kerelaan hati
    adalah suatu ungkapan rasa terima kasih           menerima karunia Ilahi, seberapapun
    terhadap apa-apa yang telah diberikan-            besarnya. Harta kekayaan di dunia
    Nya      kepada       hamba-hamba-Nya.            sejatinya hanya titipan dan amanah Allah
    Ungkapan rasa syukur dapat dilakukan              yang harus dimanfaatkan di jalan
    dengan ucapan, perilaku dan hati.                 keridhaan-Nya, sebagai tanda syukur
    Syukur dengan lisan berupa pengakuan              kepada sang Pemberi Nikmat. 2
    atas anugerah dalam derajat kepasrahan,                  Hal tersebut karena ajaran tentang
    syukur     dengan      perilaku    adalah         kewajiban manusia untuk bersyukur atas
    mengambil sikap setia dan menngabdi,              nikmat karunia Allah yang telah
    sedang syukur dengan hati adalah                  dilimpahkan, menempati kedudukan
    tentram dengan bermusyahadah secara               yang sangat penting dalam ajaran Islam.
    kontinyu melaksanakan pemujian. Kaum              Imam Al-Gazali menegaskan bahwa
    cedekiawan bersyukur dengan lidah                 disebutnya perintah bersyukur secara
    mereka, kaum pecinta bersyukur dengan             bergandengan dengan perintah berdzikir,
    perbuatan dan kaum ‘arifin bersyukur              menunjukkan kepada kedudukan yang
    dengan sikap istiqomah dalam semua                penting itu. Dalam Al-Qur’an kata
    perilakunya. 1                                    syukur disebut sebanyak 75 kali. Dalam
       1
         Rachmat      Ramadhana     Al-Banjari,
                                                                2
Prophetic Leadership, Yogyakarta : Diva Press,                   Irham Sya’roni, Motivasi Islami Dosis
2008, hlm. 188.                                         Tinggi, Yogyakarta : Citra Risalah, 2010, hlm. 108.
                                                  308
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                  ISBN 978-602-73690-6-1
   ayat-ayat itu syukur tidak hanya dipakai                       Al-Furqan ayat 62 dan Surah Al-
   dalam rangka perbuatan manusia dalam                           Insan ayat 9. 6
   mensyukuri nikmat, tapi juga dalam                                   Sementara di Indonesia dikenal
   mengungkapkan sikap hamba kepada                               pula kata tasyakkur, dalam hubungan
   Allah 3                                                        ini    Ar-razi menerangkan bahwa
          Syukur menjadi salah satu bagian                        kalimat tasyakkara lahu sama dengan
   dari      psikologi      positif      yang                     kalimat syakara lahu. Sedang Ibnu
   menggambarkan         kondisi    psikologis                    Jarir     At-Tabari       menganggap
   internal dalam nuansa Islam. Bagi para                         keduanya sebagai sinonim, dengan
   ulama, syukur adalah ungkapan terima                           alasan bahwa orang Arab sering
   kasih secara penuh kepada Allah yang                           menggunakan keduanya dalam satu
   direalisasikan melalui tindakan yang                           ungkapan          Alhamdu         Lillah
   terpuji. Orang yang bersyukur dengan                           syukran.   7 Sedang Yunahar Ilyas
   totalitas akan didorong untuk menjadi                          mengartikan syukur adalah memuji
   orang yang ikhlas, sabar, bersahaja, tidak                     si pemberi nikmat atas kebaikan yang
   mudah menyalahkan Tuhan, murah hati,                           telah    dilakukannya.      Syukurnya
   cukup, humanis, tidak materialistik,                           hamba berkisar atas tiga hal, yang
   berpikir positif dan nrimo. 4                                  apabila ketiganya tidak berkumpul,
B. Makna Kebersyukuran                                            maka tidak dinamakan bersyukur,
   1. Pengertian Syukur                                           yaitu mengakui nikmat dalam batin,
             Kata syukur banyak disebut                           membicarakannya secara lahir dan
       dalam al-Qur’an menurut Shihab                             menjadikannya sebagai sarana untuk
       sebanyak 64 kali. 5 Kata syukur yang                       taat kepada Allah. Jadi syukur
       sudah menjadi bagian dari kosa kata                        berkaitan dengan hati, lisan dan
       dalam bahasa Indonesia, berasal dari                       anggota badan. 8
       Bahasa Arab. Dalam bahasa asalnya,                               Sementara     Imam      al-Gazali
       syukur     yang     merupakan      kata                    menguraikan kakekat syukur yang
       masdar. Kata kerjanya adalah syakara                       mencakup ilmu, hal dan amal. Ilmu
       (madi) dan yasykuru (mudari), ada juga                     ialah pengetahuan tentang nikmat
       kata syukur yang dua kali disebut                          yang dianugerahkan oleh sang
       dalam Al-Qur’an , yakni dalam surah                        pemberi nikmat. Hal adalah rasa
                                                                  gembira       yang    terjadi    akibat
                                                                  pemberian nikmat. Sedangkan amal
        3
        Badan Litbang dan Diklat Kementerian                      adalah melakukan apa yang menjadi
Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-                    tujuan dan yang disukai oleh sang
Qur’an Tematik), Jakarta : Lajnah Pentashihan                     pemberi nikmat. Amal terkait dengan
Mushaf Al-Qur’an, 2010, hlm. 415.
        4
         Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan                             6
                                                                 Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm.            Agama RI, ............... hlm. 416-417.
383.
                                                                  7
                                                                   Ibid.,
        5
          M. Q. Shibah, Wawasan Al-Qur’an :
                                                                  8
Tafsir Maudhlui Pelbagai persoalan Umat, Bandung                    Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta
: Mizan, 1996.                                            : Pustaka Pelajar Offset, 1999. hlm. 50.
                                                    309
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                             ISBN 978-602-73690-6-1
        tiga hal, yaitu hati, lisan dan anggota             dibuktikan syukur dengan amal
        tubuh. 9                                            perbuatan             nyata,        melalui
              Syukur dalam ilmu psikologi                   memanfaatkan harta di jalan Allah,
        disebut gratitude, yang diartikan                   baik untuk dirinya, keluarga, umat
        sebagai suatu bentuk emosi yang                     atau fi sabilillah. 11
        berkembang menjadi sikap dan moral                           Berkaitan        dengan      aspek
        yang baik, kemudian menjadi                         ketiga yaitu bersyukur dengan
        kebiasaan         yang      membentuk               dengan anggota badan, kita kutip
        keperibadian dan mempengaruhi                       dialog antara seorang laki-laki
        individu dalam merespon situasi-                    dengan Imam Abu Hazm :
        situasi yang sedang dialami. Syukur                 Apa syukurnya kedua mata itu ?
        memiliki hubungan positif dengan                    + Apabila engkau melihat sesuatu
        emosi positif, seperti kepuasan                         yang              baik,          engkau
        hidup,         kebahagiaan,      mudah                  memceritakannya, tapi melihat
        memaafkan orang lain, mudah                             keburukan,                       engkau
        mengontrol         amarah,     sehingga                 menutupinya.
        terhindar dari depresi, kecemasan                   Bagaimana syukurnya telinga ?
        dan iri hati. 10                                    + Jika engkau mendengar yang baik,
    2. Dimensi Syukur                                           peliharalah. Dan bila mendengar
                Syukur harus melibatkan tiga                    yang buruk, cegahlah.
        dimensi yaitu hati, lisan dan jawarih               Bagaimana syukurnya tangan ?
        atau anggota badan. Bila seorang                    + Jangan mengambil sesuatu yang
        muslim bersyukur kepada Allah atas                      bukan milikmu dan jangan
        keyakinan        harta    benda    yang                 menolak hak Allah yang ada
        diperolehnya, maka pertama harus                        pada kedua tanganmu.
        mengetahui dan mengakui bahwa                       Bagaimana syukurnya perut ?
        semua kekayaan yang diperolehnya                    +        Hendaklah bawahnya berisi
        adalah karunia Allah swt. Usaha                     makanan, sedang atasnya penuh
        yang dilakukan hanya sebab atau                     dengan ilmu.
        ikhtiar semata. Ikhtiar tanpa taufiq                Bagaimana syukurnya kemaluan ?
        dari Allah, tidak akan menghasilkan                 + Ibnu Hazm menjawab dengan
        apa yang diinginkan. Maka ia harus                      membaca surat Mukminun ayat
        bersyukur kepada Allah, dengan                          1-7, yang intinya ....... dan orang-
        kalimat alhamdulillah, as-Syukru lillah                 orang               yang        menjaga
        dan        sebagainya,        kemudian                  kemaluannya, kecuali terhadap
                                                                isteri-isteri mereka atau budak-
                                                                budak yang mereka miliki, maka
        9
        Badan Litbang dan Diklat Kementerian                    sesungguhnya mereka dalam hal
Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-                  ini tiada tercela .............
Qur’an Tematik) ......... hlm. 425.                         Bagaimana syukurnya kaki ?
        10
                                                            +      Jika engkau melihat seorang
          Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
                                                                shaleh yang mati dan engkau
Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
                                                                bercita-cita dan berharap seperti
Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, .........
                                                            11
hlm. 391-392.                                                 Yunahar Ilyas, Op. Cit., hlm. 51
                                                      310
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                     ISBN 978-602-73690-6-1
        12
          Ahmad     Farid,    Pembersih   Jiwa,
                                                                    14
Terjemahan Nabhani Idris,     Bandung : Pustaka,                      Lihat Qur’an Surat Luqman ayat 12 dan
1990, hlm. 146-148.                                         Q.S. Ibrahim ayat 7.
        13                                                          15
          Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya                    Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur                     Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.            Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan                       No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, .........         Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, .........
hlm. 389.                                                   hlm. 398.
                                                      311
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                      ISBN 978-602-73690-6-1
                                                                  19
                                                                    Ibid., hlm. 432.
                                                                  20
                                                                    Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
        16
           Muhammad Chirzin, Kearifan Semesta,            Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015, hlm.          Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
255.                                                      No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan
                                                          Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, .........
        17
             Ibid., hlm. 260.                             hlm. 391.
        18                                                        21
         Badan Litbang dan Diklat Kementerian                      Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-            Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-
Qur’an Tematik) ......... hlm. 429.                       Qur’an Tematik) ......... hlm. 433-434.
                                                    312
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                   ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    313
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                          ISBN 978-602-73690-6-1
                                                       314
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                  ISBN 978-602-73690-6-1
         34
          Roger Walsh, Essential Spirituality,
                                                                  35
penerjemah Edi Setyo, Yogyakarta : Pohon Sukma,                        Irham Sya’roni, Motivasi Islami Dosis
2004. hlm.123-124.                                        Tinggi ..........hlm. 109-111.
                                                    315
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                  ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    316
       VISUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA UNTUK SISWA SD BERBASIS TIK
Abstrac: Visualization Pancasila Values For Students Elementary School Based Information And
Communication Technologies. This study aims to a two short-term goals and long term goals.
Short-term goal of this research is to design a learning medium to instill the values of Pancasila
to elementary students. The long term goal of this research is that this media can be used on
other Pancasila learning to give variety of instructional media and facilitate student
understanding and be able to improve student attitude. The method used is research
development. Collecting data in this study include observation, questionnaires, interviews and
tests. Methods of data analysis in this study is a quantitative analysis using Mann Whitney t-test
and independent sample t-test. The results of this study show that (1) the design of instructional
media visualization of the values of Pancasila for elementary school students developed by the 6
steps of research and development that is research and data collection, planning, product
development draft, initial field trials, revise the results of trials and field trials; (2) media
visualization Pancasila values effective to increase the learning achievement; (3) media
visualization Pancasila values effective to increase the attitudes that contains the values of
Pancasila.
Keywords: Media, Visualization, Pancasila Value
                                                 317
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    318
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
       Borg & Gall dalam Nana Syaodih                     9.  Penyempurnaan produk akhir (final
Sukmadinata (2006: 169-170) memaparkan                        product revision).
sepuluh langkah pelaksanaan strategi                      10. Diseminasi         dan      implementasi
penelitian dan pengembangan sebagai                           (dissemination and implementation).
berikut:
1. Penelitian dan pengumpulan data                               Namun,      pada     penelitian    dan
     (research and information collecting) yang           pengembangan ini peneliti tidak memakai 7,
     meliputi pengukuran kebutuhan, studi                 8, dan 9, karena keterbatasan waktu, tenaga,
     literatur, penelitian dalam skala kecil,             dan biaya dari peneliti.
     dan pertimbangan-pertimbangan dari                          Instrumen pengumpulan data yang
     segi nilai.                                          digunakan dalam pengembangan media
2. Perencanaan (planning) yaitu menyusun                  visualisasi ini adalah observasi, angket, dan
     rencana        penelitian,         meliputi          tes. Observasi dilakukan untuk mengetahui
     kemampuan-kemampuan                   yang           keefektifan dari produk pengembangan saat
     diperlukan        dalam       pelaksanaan            ujicoba awal. Angket dalam penelitian ini
     penelitian, rumusan tujuan yang hendak               ada 2 macam angket yang digunakan,
     dicapai dengan penelitian tersebut,                  pertama angket untuk validator, ahli materi,
     desain atau langkah-langkah penelitian,              ahli media, respon guru dan respon siswa
     dan kemungkinan dalam lingkup                        dan yang kedua angket untuk mengukur
     terbatas.                                            sikap siswa yang mengandung nilai-nilai
3. Pengembangan draf produk (develop                      Pancasila. Tes yang digunakan dalam
     preliminary      form      of      product).         pengembangan produk media ini adalah tes
     Pengembangan bahan pembelajaran,                     prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk
     proses pembelajaran, dan instrumen                   mengukur         kemampuan        pemahaman
     evaluasi.                                            pancasila
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field                     Teknik analisis data yang digunakan
     testing). Uji coba ini bertujuan untuk               dalam penelitian dan pengembangan ini
     mengetahui kelayakan produk sebelum                  adalah teknik analisis data kuantitatif. Data
     diujicobakan pada uji coba lapangan. Uji             kuantitatif diperoleh dari angket penilaian
     coba lapangan awal ini dilakukan oleh 5              validator, ahli media, ahli materi, respon
     siswa SD kelas Va SD sonosewu dan                    guru dan siswa serta hasil ujicoba produk
     guru SD Va SD Sonosewu.                              dengan menggunakan tes dan angket sikap
5. Merevisi hasil uji coba (main product                  kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
     revision).                                                  Hasil penilaian kualitas produk
6. Uji coba lapangan (main field testing).                pengembangan        ini   dianalisis    secara
     Melakukan uji coba yang lebih luas pada              deskriptif. Penentuan tingkat kevalidan dan
     1 kelas dengan 30 orang subjek uji coba.             revisi produk seperti pada tabel berikut.
     Data kuantitatif penampilan mahasiswa                Persentase Keterangan Kriteria Valid
     sebelumnya dan sesudah menggunakan                       (%)
     media yang dicobakan dikumpulkan.                    85-100        Sangat Baik Sangat Valid
7. Penyempurnaan produk hasil uji                                                    (tidak perlu
     lapangan (operasional product revision).                                        revisi)
8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional                  75-84         Baik         Valid (tidak perlu
     field testing). Pengujian dilakukan                                             revisi)
     melalui angket, observasi dan analisis               60-74         Cukup        Cukup valid
     hasilnya.                                                                       (tidak perlu
                                                    319
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                   ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    320
  Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                           ISBN 978-602-73690-6-1
  hafal sila-sila Pancasila karena banyak siswa         penyusunan karakter tokoh, skenario dan
  yang kurang memperhatikan saat pelajaran              setting tempat ditetapkan, peneliti kemudian
  PKn khususnya tentang pancasila. Pelajaran            membuat story board sebagai berikut:
  PKn di SD tersebut telah menggunakan                    Story board
  beberapa media pembelajaran berupa
  gambar, power point dan vidio yang diambil                Scene                    Keterangan
  dari youtube. Namun belum pernah
  mengembangkan          media     pembelajaran                                      Halaman
  sendiri.      Menurut       guru     tersebut,                                     Awal (00:10)
  pengembangan media pembelajaran sangat
  penting      dilakukan    untuk    menambah
  motivasi siswa dalam memperhatikan
  pelajaran dan meningkatkan prestasi.
  b. Perencanaan (planning)
        Berdasarkan penelitian pendahuluan                                           Standar
tersebut, peneliti kemudian menyusun rencana                                         Kompetensi
peneltian. Peneliti ingin mengembangkan                                              (00:15)
media pembelajaran nilai-nilai Pancasila untuk
kelas V SD. Tujuan pembelajaran yang dipilih
dalam pengembangan media visualisasi nilai-
nilai Pancasila ini adalah memberikan contoh
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila, mengidentifikasi dampak memiliki                                          Halaman
sikap tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila                                      Pengenalan
dan memahami makna nilai-nilai Pancasila                                             tokoh
        Materi pembelajaran dalam penelitian                                         (00:30)
ini adalah tentang nilai-nilai sila Pancasila,                                       Ada sekitar
makna sila Pancasila, dan prilaku yang sesuai                                        7 tokoh
dengan sila Pancasila. Peneliti kemudian                                             utama pada
menyusun karakter tokoh film animasi dan                                             film animasi
skenario film animasi sebagai berikut.                                               arti tolong
Karakter tokoh yang berperan dalam film ini                                          menolong
adalah Andi berkarakter cerdas dan suka                                              ini
menolong; Antok berkarakter suka marah-
marah; Jono berkarakter penakut; Wahyu                                               Andi,
berkarakter serakah dan selalu iri; Adit                                             Wahyu,
berkarakter suka mengadu domba; Bambang                                              Antok dan
berkarakter selalu menurut kepada wahyu;                                             Mela sedang
Mela gadis keturunan cia yang berkarakter                                            bincang-
pandai dan suka menolong; Ibu Mela                                                   bincang
berkarakter kikir dan cerewet; Bapak Andi                                            didepan
berkarakter tegas dan jujur; Ibu Andi                                                rumah Andi
berkarakter baik dan mandiri;dan Pak Lurah                                           (01:00)
berkarakter tegas dan bijak. Setting tempatnya:
Berlatar sebuah desa bernama Sukamaju yang
hijau dan penuh dengan pepohonan. Setelah
                                                      321
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    322
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    323
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                       ISBN 978-602-73690-6-1
                                                                  Frekuensi
                                                                       3
kelas.                                                                 2
       Berdasarkan       ujicoba    tersebut                           1
                                                                       0
diketahui bahwa skor maksimum untuk
                                                                              25   55   73 80 85 93 100
kelas kontrol (kelas dengan menggunakan                                                 Skor Prestasi
media gambar) adalah 90 dan skor                                 Berdasarkan gambar diatas diketahui
minimumnya 10. Sekan mean kelas kontol                    bahwa siswa yang memperoleh nilai 25 ada
adalah 50. Berikut diagram batang distribusi              satu siswa. Siswa dengan nilai 50 ada satu
perolehan skor prestasi pemahaman nilai-                  siswa. Siswa dengan nilai 55 ada satu siswa.
nilai Pancasila kelas kontrol.                            Siswa dengan nilai 58 ada dua siswa. Siswa
                                                          dengan nilai 73 ada dua siswa. Siswa dengan
               Prestasi siswa Kelas Kontrol
                                                          nilai 75 ada satu siswa, siswa dengan nilai 80
 3
                                                          ada empat siswa. Siswa dengan nilai 83 ada
 frekuensi
                                                    324
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    325
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    326
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    327
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    328
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan
      Strategi      Pembelajaran  Kontekstual
      (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Arief S Sadiman, dkk. 2008. Media Pendidikan.
      Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Arsyad Umar ,dkk. 2006. Pendidikan
      Kewarganegaraan untuk SD kelas IV.
      Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung:
      Nurani Sejahtera
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2010 Pendidikan
      Kewarganegaraan       Untuk   Perguruan
      Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
                                                    329
  PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARANN INTERAKTIF BERBASIS PERMAINAN
    ULAR TANGA DENGAN PAPAN CERDAS DAN KREATIF (PANCAKE) MATERI
        PENGURUTAN BILANGAN KELAS I SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL
                       TAHUN AJARAN 2016/2017
                                                 ABSTRACT
            This study aims to how to develop interactive learning media-based game of snakes and ladders
with boards Intelligent and Creative (PANCAKE) materials sorting numbers first grade of elementary 1
Pedes and to determine the effectiveness of the media after using interactive learning media-based game of
snakes and ladders with boards Intelligent and Creative (PANCAKE ) material class sorting numbers I
SD 1 Pedes.Techniques and data collection by questionnaire, test and documentation.The results showed
that the developed product showed that the product deserves to dipergunakan.Hal learning media is shown
by the results of research material with a score of 98 with the criteria very well. Experts rate this product
media from the aspect of media appearance and development of the game with a score of 48 in the criteria
very well. While the effectiveness of instructional media shows that thitung ttable 1,694 and 1,988. So that
the t-test to post-test showed that thitung> ttable and obtained significant value 0.000 <0.05. N-Gain these
two classes, it is known that the N-Gain of 0.56 in the experimental class or IA that use media-based
interactive learning snakes and ladders board with intelligent and creative (PANCAKE) is greater than
the N-Gain control or IB classes are not use of media-based interactive learning snakes and ladders board
with intelligent and creative (PANCAKE) with a result of 0.08. It can be concluded learning using media-
based interactive learning game of snakes and ladders board with intelligent and creative (PANCAKE)
proved to be more effective at learning of the learning without the use of instructional media.
Keywords: Developing Interactive Learning Media, Snakes and Ladders, Smart             Boards and Creative
          (PANCAKE), Ordering Numbers.
                                                    330
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                            ISBN 978-602-73690-6-1
apa yang diinformasikan dapat dicerna dan             kelas IA belum pernah mengembangkan
dipahami oleh siswa dengan mudah, dan                 media pembelajaran dan media yang
tepat pula. Berkenaan dengan hal ini materi           dipergunakan sudah cukup using.
maupun media yang digunakan hendaknya                         Berdasarkan permasalahan yang
menarik sehingga rasa ingin tahu oleh siswa           sudah dipaparkan diatas, peneliti ingin
timbul dan menjadi ketertarikan siswa untuk           mengambangkan          media      pembelajaran
mengikuti pembelajaran lebih meningkat.               interaktif dengan Papan ular tangga Cerdas
Media pembelajaran yang menarik yang                  dan Kreatif (PANCAKE). Pengembangan
dapat menggugah selera belajar dan minat              media     ini   diharapkan       meningkatkan
antusias siswa selama proses pembelajaran.            semangat belajar siswa dalam mengikuti
Salah satu langkah yang dapat digunakan               pembelajaran      selama       proses   belajar
guru adalah menggunakan berbagai variasi              berlangsung. Selain itu produk media
media pembelajaran.                                   pembelajaran dapat menjadi alat bantu guru
        Berdasarkan observasi pada kelas IA           dalam penyampaian informasi materi yang
SD Pedes 1 saat pelajaran Matematika                  akan diberikan kepada siswa. Suasana belajar
terdapat beberapa siswa yang belum hafal              diharapkan lebih baik dengan siswa fokus
bilangan. Masih rendahnya keterampilan                pada pembelajaran, bukan bermain sendiri-
memahami bilangan tingkat dasar terjadi               sendiri saat pembelajaran berlangsung. Oleh
karena beberapa penyebab, misalnya: (1)               karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
persepsi dalam diri anak-anak bahwa                   penelitian dan pengembangan (Research and
pembelajaran Matematika merupakan mata                Developmend/      RnD)        dengan     judul
pelajaran yang membosankan, (2) proses                “Pengambangan         Media       Pembelajaran
pembelajaran yang pasif dan terkesan                  Interaktif Berbasis Permainan Ular Tangga
berpusat pada guru (teacher centered), (3)            Dengan Papan Cerdas Dan Kreatif
minimnya penggunaan media pelajaran yang              (PANCAKE) Materi Pengurutan Bilangan
bisa mempermudah belajar siswa.                       Kelas 1 Sd 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun
        Berdasarkan wawancara peneliti                Ajaran 2016/2017”.
dengan guru kelas IA di SD 1 Pedes Sedayu
Bantul pada tanggal 5 Maret 2016 terhadap             Rumusan Masalah
Ibu Sri Wahyuningrum S.Pd. diketahui                          Berdasarkan latar belakang diatas,
bahwa model pembelajaran Matematika                   maka permasalahan yang dapat dirumuskan
disampaikan menggunakan metode tanya                  dalam penelitian ini adalah:
jawab, ceramah, dan penugasan sehingga                1. Bagaimana       pengembangan        media
siswa kurang aktif dalam mengikuti                       pembelajaran      interaktif     berbasis
pembelajaran Matematika. Siswa kadang                    permainan ular tangga dengan papan
ramai sendiri saat kegiatan pembelajaran                 cerdas dan kreatif (PANCAKE) yang
berlangsung. Salah satu penyebab adalah                  dikembangkan pada materi pengurutan
kurangnya       variasi    media       dalam             bilangan kelas IA di SD 1 Pedes?
pembelajaran Matematika. Media yang                   2. Bagaimana efektifitas media pembelajaran
digunakan hanya sebatas media cetak saja                 interaktif berbasis permainan ular tangga
seperti gambar, poster, buku dll. Sehingga               dengan papan cerdas dan kreatif
banyak siswa yang menjadi bosan/kurang                   (PANCAKE) pada materi pengurutan
termotivasi    mengikuti    pelajaran     dan            bilangan kelas IA di SD 1 Pedes?
menjadikan pembelajaran tidak efektif dan
prestasi belajar siswa kurang tercapai dari           Tujuan Penelitian
target yang sudah ditetapkan. Selain itu guru         1. Mengetahui     pengembangan          media
                                                         pembelajaran    interaktif         berbasis
                                                331
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                            ISBN 978-602-73690-6-1
                                                  332
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
Asosiasi    Teknologi    dan     Komunikasi             pengumpulan data, (3) produk desain, (4)
Pendidikan (Association of Education and                validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba
Communication Tecnology / AECT) membatasi               produk, (7) revisi produk, (8) uji coba
media sebagai segala bentuk dan saluran                 pemakaian,     (9) revisi produk dan (10)
yang digunakan orang untuk menyalurkan                  produksi massal.
pesan dan informasi. National Education
Assication (NEA), mengatakan bahwa media                Desain Uji Coba
adalah bentuk bentuk-bentuk komunikasi                          Uji coba dilakukan setelah dilakukan
baik cetak maupun audio-visual serta                    validasi oleh ahli materi dan ahli media.
peralatannya. Secara garis besar, media                 Adapun tahapannya sebagai berikut.
pembelajaran adalah sarana atau alat bantu              1. Uji coba kelompok kecil/terbatas
pendidikan yang dapat digunakan sebagai                    Uji    coba    kelompok      kecil/terbatas
perantara dalam proses pembelajaran untuk                  dimaksudkan untuk pengujian tahap
mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam               pertama setelah melalui revisi desain uji
mencapai tujuan pengajaran.                                coba kelompok kecil dilakukan dengan
                                                           subjek 4 orang siswa kelas I SD 1 Pedes.
Model Pengembangan                                      2. Uji coba lapangan
        Jenis penelitian yang digunakan                    Uji coba lapangan dilaksanakan setelah
peneliti adalah metode penelitian dan                      adanya revisi dengan subjek yaitu seluruh
pengembangan (Research and Development                     siswa kelas I SD 1 Pedes yang berjumlah
/R&D) adalah merupakan metode penelitian                   20 siswa.
yang digunakan untuk meneliti sehingga
menghasilkan produk baru, dan selanjutnya               Subjek Uji Coba
menguji     keefektifan    produk     tersebut                  Subjek uji coba dalam penelitian ini
(Sugiono,2015:     407).     Penelitian     ini         adalah siswa kelas I SD 1 Pedes tahun ajaran
menggunakan jenis penelitian Research and               2016/2017 sebagai sampel dalam uji coba
Development karena akan menghasilkan                    produk berjumlah 20 pada kelas eksperimen
produk      berupa     media    pembelajaran            dan 18 siswa pada kelas kontrol. Penelitian
interaktif berbasis permainan ular tangga               ini akan dilaksanakan di SD 1 Pedes yang
dengan      papan     cerdas   dan      kreatif         beralamat di Pedes, Argomulyo, Sedayu,
(PANCAKE). Media pembelajaran tersebut                  Bantul, Yogyakarta.
akan diuji dikelas I SD 1 Pedes, Sedayu,
Bantul.                                                 Teknik Analisis Data
                                                               Teknik analisis data menggunakan
Prosedur Pengembangan                                   penilaian skala 5 penilaian dan Uji-T. Teknik
        Penelitian ini merupakan penelitian             analisis data menggunakan angket. Angket
pengembangan (Research and Development)                 digunakan untuk mengetahui kualitas media,
yang dilakukan dalam penelitian ini.                    daya tarik respon siswa dan guru terhadap
Pengembangan         media    pembelajaran              media pembelajaran yang telah dibuat. Cara
interaktif berbasis permainan ular tangga               mengisi angket dengan membubuhkan tanda
dengan     papan      cerdas  dan   kreatif             (X) pada pilihan diangket respon siswa,
(PANCAKE)        ini   akan  menggunakan                sedangkan pada respon guru dengan
prosedur penelitian pengembangan yang                   membubuhkan tanda () pada pilihan
dikemukakan oleh Brog and Gall. Berikut Ini             rentang angka yang disediakan dalam
adalah 10 prosedur yang dikemukakan Brog                angket. Data kualitatif berupa penilaian
and Gall: (1) potensi dan masalah,       (2)            yang dikemukakan ahli media dan ahli
                                                  333
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                              ISBN 978-602-73690-6-1
                                                 334
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                         ISBN 978-602-73690-6-1
                                                335
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                        ISBN 978-602-73690-6-1
                                                  336
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                             ISBN 978-602-73690-6-1
                                                337
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                            ISBN 978-602-73690-6-1
                                                   338
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                             ISBN 978-602-73690-6-1
                                                 339
                        HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
                         DISIPLIN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
permanayudi45@gmail.com
                                                    Abstract
The study was motivated by problems of parenting parents relating to the discipline of learning, where
parents are micro factors that affect the discipline of learning. This study aims to determine the relationship
of parenting parents with learning discipline Elementary School fourth grade students of State Se-Force I
Sub Jalaksana. This research is a quantitative type of research simple correlation. The subject of research as
much as 128 fourth grade students of State Elementary School Se-Force I Sub Jalaksana. The instrument
used in this study is the scale. The validity of the instrument using Product Moment correlation technique,
while reliability using Cronbach Alpha coefficients analysis techniques. Results grain reliability of the
instrument parenting parents at 0.871 and instruments discipline of study in schools of 0.873. Data
analysis technique used is simple regression analysis. The results of the frequency distribution of data
classification parenting parents of fourth grade students of State Elementary School se I Sub-Cluster
Jalaksana in the category by the number of respondents was 85 (66,4%). While the discipline of student
learning shows that learning the discipline of the fourth grade students of State Elementary School se I
Sub-Cluster Jalaksana in the category by the number of respondents was 89 (69,5%) show the number of
the most numerous. Data analysis technique used is simple regression analysis. The results show the
relationship with the parents' parenting discipline of study was 1.7%. Control aspects of the relationship of
0.3% against the discipline of learning while the warmth of the relationship aspect 5.6% against the
discipline of learning. From the above it can be concluded that there is a significant relationship between
parents' parenting with discipline in school fourth grade students of State Elementary School Se-Force I
Sub Jalaksana.
                                                     340
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
seminar, dan pelatihan. Pada umumnya                      dari didikan orang tua nantinya berdampak
pendidikan nonformal memiliki ciri yaitu                  bagi pembangunan bangsa dan negara.
umur tidak harus sama, materi disampaikan                       Orang tua sebagai pendidik memiliki
secara singkat, materi pelajaran bersifat                 karakter dan sifat yang khas, antara orang
praktik dan khusus.                                       tua yang satu dengan lain tidak bisa
     Pendidikan      informal       merupakan             disamakan. Setiap orang tua memiliki cara
pendidikan yang terjadi di lingkungan                     tersendiri dalam berinteraksi, mendidik, dan
keluarga      maupun       masyarakat     yang            mengarahkan anak yang di sebut pola asuh
terbentuk kegiatan belajar secara mandiri.                orang tua. Terdapat dua dimensi pola asuh
Visi, misi, dan peraturan pada pendidikan                 orang tua yaitu dimensi kontrol dan dimensi
informal tidak tertulis tetapi terdapat norma-            kehangatan. Dimensi kontrol meliputi
norma yang ditaati, dan sangat menekankan                 pembatasan, tuntutan, sikap ketat, campur
sikap disiplin terhadap norma yang berlaku,               tangan, dan kekerasan yang sewenang-
karena siapapun yang melanggar akan                       wenang. Dimensi kehangatan meliputi
mendapatkan sanksi. Pada umumnya sanksi                   perhatian orang tua terhadap kecerdasan
sosial di masyarakat yaitu dikucilkan.                    anak, responsivitas orang tua terhadap
     Pendidikan formal seperti di sekolah,                kebutuhan anak, meluangkan waktu untuk
sekolah memiliki peranan untuk mendidik                   anak, menunjukkan rasa antusias terhadap
siswanya. Sekolah memiliki visi dan misi,                 anak, dan peka terhadap kebutuhan emosi
terdapat norma, tata tertib dan peraturan lain            anak (Al. Tridhonanto, 2014: 5-10).
yang harus ditaati. Tata tertib tersebut                        Dua dimensi tersebut terlihat dalam
mengatur kapan siswa belajar, kapan                       beberapa jenis pola asuh yang dikemukakan
bermain, seragam apa yang harus dikenakan                 oleh Drew Edwards (2006: 78-83) bahwa ada
tiap harinya. Hal tersebut tidak lepas dari               3 jenis pola asuh orang tua, yaitu pola asuh
peran orang tua yang mengingatkan anaknya                 otoriter, pola asuh otoritatif, dan pola asuh
agar selalu patuh pada tata tertib sekolah.               permisif.    Terdapat    orang     tua   yang
     Pendidikan berawal dari unit terkecil                menerapkan hukum, serta menetapkan hal-
hingga unit terbesar atau masyarakat.Unit                 hal yang harus dilakukan, jika hal tersebut
terkecil yaitu keluarga, keluarga merupakan               tidak dilakukan maka anak akan mendapat
lingkungan strategis bagi pertumbuhan dan                 sanksi. Pola asuh tersebut sangat kaku dan
perkembangan anak. Setelah dilahirkan                     menuntut kepatuhan anak, sehingga anak
seorang anak berinteraksi dengan orang                    merasa tertekan. Orang tua yang memiliki
terdekatnya yaitu keluarga dengan diliputi                ciri-ciri yang telah disebutkan di atas,
rasa cinta kasih.       Keluarga merupakan                termasuk jenis pola asuh otoriter. Selain itu,
tempat interaksi dan sosialisasi pertama bagi             terdapat orang tua yang menyeimbangkan
anak sebelum sekolah dan masyarakat. Di                   antara hak dan kewajiban anak sehingga
dalam lingkungan keluarga segala sikap dan                anak memiliki suara atau pendapat untuk di
tingkah laku kedua orang tua akan                         utarakan dengan orang tua. Orang tua
membentuk sikap anak dan semuanya akan                    tersebut menerapkan jenis pola asuh
terbawa di kehidupan selanjutnya, baik di                 otoritatif. Jenis pola asuh permisif yaitu
sekolah maupun di masyarakat. Didikan,                    orang tua yang membiarkan anaknya, tanpa
arahan, dan nasihat yang dilakukan, orang                 diarahkan, dan tanpa pengawasan.
tua    menginginkan       anaknya     memiliki                  Semua cara yang dilakukan orang tua
karakter yang baik dan memiliki intelektual               semata-mata hanya untuk kebaikan anaknya
yang berkembang secara optimal, serta hasil               pada perkembangan aspek kognitif, afektif,
                                                          dan psikomotorik anak. Aspek kognitif
                                                    341
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                              ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    342
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    343
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    344
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                  ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    345
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
Siswa yang mendapatkan pola asuh dari                     penelitian ini pola asuh mengacu pada aspek
orang tua dimensi kehangatan cenderung                    kontrol dan aspek kehangatan. Aspek kontrol
memiliki disiplin belajar yang tinggi.                    memberikan sumbangan 0,3% terhadap
       Disiplin    dapat     ditanamkan      di           disiplin belajar di sekolah, sedangkan aspek
lingkungan keluarga dengan pola asuh orang                kehangatan menyumbang 5,6%.
tua dan disiplin juga dapat di terapkan di                       Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
sekolah seperti disiplin belajar. Disiplin                orang tua agar anak disiplin belajar dapat
belajar siswa dapat diketahui dengan ciri-ciri            dilakukan dengan cara mendekati anak
yaitu masuk kelas sesuai jadwal yang                      melalui perhatian dengan mengingatkan
ditetapkan, melakukan kegiatan di sekolah                 anaknya untuk belajar, menemani belajar,
sesuai dengan petunjuk guru dan aturan                    mengarahkan untuk menjadwal pelajaran
sekolah, melaksanakan piket kelas sebelum                 esok hari, mempersiapkan buku dan alat
kegiatan belajar dimulai, meminta izin jika               tulis serta mengulang pelajaran yang sudah
berhalangan hadir mengikuti kegiatan belajar              dipelajari saat di sekolah (Irawati Istadi,
di sekolah, menyapa guru dan teman saat                   2005:89-96). Berdasarkan paparan yang telah
bertemu, dan mengikuti upacara setiap hari                dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa pola
senin atau upacara hari nasional lainnya                  asuh orang tua memiliki hubungan terhadap
degan tertib (SriNam S.Khalsa, 2008: 70-71).              disiplin belajar. Kedekatan orang tua dengan
       Berdasarkan pendapat di atas, disiplin             anak cenderung meningkatkan disiplin
belajar perlu ditegakkan, jika disiplin siswa             belajar siswa.
sudah terbentuk dengan baik,maka disiplin
bisa menjadi karakter siswa. Dalam                        KESIMPULAN
kehidupan sehari-hari karakter disiplin akan                    Berdasarkan hasil penelitian dan
tetap melekat pada diri siswa. Hal tersebut               pembahasan,       penulis    mengemukakan
sesuai dengan pendapat Doni Koesoma                       beberapa kesimpulan sebagai berikut:
(2007: 233-240) yang menyatakan bahwa                     1. Hasil penelitian dari pola asuh orang tua
disiplin merupakan locus education yaitu                      siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri di
sarana siswa belajar moral agar menjadi                       Gugus      I     Kecamatan     Jalaksana
manusia aktif di lingkungan sosial                            Kabupaten Kuningan dapat diketahui
masyarakat. Disiplin tersebut terlihat dari                   bahwa mayoritas tingkat pola asuh
kehadiran siswa di sekolah. Jadi melalui                      orang tua siswa kelas IV Sekolah Dasar
disiplin di sekolah, sikap disiplin akan                      Negeri di Gugus I Jalaksana Kecamatan
berlaku pada kehidupan bermasyarakat yang                     Jalaksana Kabupaten Kuningan dalam
diterapkan siswa saat dewasa.                                 katagori     sedang   dengan      jumlah
       Disiplin belajar juga dipengaruhi oleh                 responden 88 (68,8%), Dalam hal ini
sistem mikro (lingkungan terdekat, seperti                    menunjukkan bahwa pola asuh orang
keluarga), sistem meso (hubungan antara                       tua siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri
orang tua dengan guru), sistem exo (media                     di Gugus I Jalaksana Kecamatan
elektonik dan non elektronik), Sistem makro                   Jalaksana       Kabupaten     Kuningan
terdiridari ideologi negara, pemerintah,                      menunjukkan jumlah yang paling
tradisi, agama, hukum, adat, dan budaya                       banyak.
(Brofenbrenner (Nanang Hanafiah, 2009: 10-                2. Hasil penelitian dari disiplin belajar
12)). Berdasarkan pendapat diatas, serta hasil                siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri di
penelitian menunjukkan sumbangan pola                         Gugus      I     Kecamatan     Jalaksana
asuh orang tua terhadap disiplin belajar                      Kabupaten Kuningan dapat diketahui
siswa di sekolah sebesar 1,7%. Dalam                          bahwa mayoritas tingkat disiplin belajar
                                                    346
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                  ISBN 978-602-73690-6-1
     siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-              Lestari        Sri       (2012).        Psikologi
     Gugus I Jalaksana Kecamatan Jalaksana                   Keluarga.:Penanaman Nilai & Penanganan
     Kabupaten Kuningan dalam katagori                       Konflik dalam Keluarga. Jakarta:Kencana
     sedang dengan jumlah responden 85                    Lembaga Ristek STKIP Muhammadiyah
     (66,4%). Hal ini menunjukkan bahwa                      Kuningan.       (2016).    Buku      Pedoman
     disiplin belajar siswa kelas IV Sekolah                 Penyusunan Proposal& Penulisan Skripsi.
     Dasar Negeri di Gugus I Jalaksana                       Kuningan:        STKIP     Muhammadiyah
     Kecamatan        Jalaksana    Kabupaten                 Kuningan.
     Kuningan tersebut menunjukkan jumlah                 Nanang Hanafiah. (2009). Konsep Strategi
     yang paling banyak.                                     Pembelajaran.     Bandung:     PT       Refika
3.   Hasil penelitian hubungan pola asuh                     Aditama.
     orang tua dengan disiplin belajar                    Muhibbinsyah. (2011). Psikologi Pendidikan
     menunjukkan         terdapat   hubungan                 dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
     signifikan antara pola asuh orang tua                   Rosdakarya.
     dengan disiplin belajar siswa kelas IV               Nurul Zuriah. (2007). Pendidikan Moral & Budi
     Sekolah Dasar Negeri di Gugus I                         Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta:
     Kecamatan        Jalaksana    Kabupaten                 PT Bumi Aksara
     Kuningan dapat dilihat bahwa pola asuh                Puspita Arnasiwi, (2013) Pengaruh Perbedaan
     orang tua memiliki nilai prediksi                       Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan
     terhadap disiplin belajar sebesar 1,7%,                 Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar
     sedangkan pola asuh apabila dilihat dari                SKRIPSI. UNY
     aspek     kehangatan      memiliki  nilai            Rahim Bin Utah. (2013). IBM SPSS For
     prediksi sebesar 5,6 %. Selanjutnya pola                Window. Pejabat Teknologi Maklumat.
     asuh orang tua dilihat dari aspek kontrol            Resti yulfiani, dkk (2014). Hubungan Pola
     memiliki nilai prediksi terhadap disiplin               Asuh Orangtua Dengan Disiplin Anak Di Tk
     belajar sebesar 0,3%.                                   Negeri Kecamatan Sungai Raya. JURNAL.
                                                             FKIP UNTAN PONTIANAK
REFERENSI                                                 Sugiyono.       (2015).    Metode     Penelitian
Abu Ahmad, dkk (2007) Ilmu Pendidikan.                       Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif,
   Jakarta:PT ANEKA CIPTA                                    dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Al. Tridhonanto. (2014). Mengembangkan Pola               Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Peneitian
   Asuh Demokratis. Jakarta: PT. Elex Media                  Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT.
   Komputindo Kelompok Gramedia.                             Rineka Cipta.
A.Tabrani Rusyam. (TT). Pendidikan Budi                   S. Nurcahyani Desy Widowati. (2013).
   Pekerti.      Jakarta:     PT     Intimedia               “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua,
   Ciptanusantara.                                        Motivasi Belajar,Kedewasaan Dan Kedisiplinan
Doni Koesoema. (2007). Pendidikan Karakter.                  Siswa Dengan Prestasi
   Jakarta: PT. Grasindo. Cipta nusantara.                Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Edwards, Drew. (2006). Ketika Anak Sulit                     Sidoharjo Wonogiri.”
   Diatur. Bandung: PT Mizan Pustaka.                     Jurnal Penelitian. Hlm. 3
Endah Sulistyowati. (2012). Implementasi                  Syaiful Bahri Djamarah. (2014). Pola Auh
   Kurikulum          Pendidikan      Karakter.              Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga:
   Yogyakarta: PT Citra Adi Parama.                          upaya membangun citra membentuk pribadi
Irawati Istadi. (2005). Agar Anak Asyik Belajar.             anak. Jakarta: Rineka Cipta
   Bekasi: Pustaka Inti.                                  Syamsul Bachri Thalib. (2013). Psikologi
                                                             Pendidikan Berbasis Analisis Aplikatif.
                                                          Jakarta: Kencana.
                                                    347
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
SriNam S. Khalsa. (2008). Pengajaran Disiplin             Tulus Winarsunu. (2006). Statistika dalam
   & Harga Diri: Strategi, Anekdot, Dan                      penelitian psikolog dan pendidikan.
   Pelajaran    Efektif  Untuk      Keberhasilan          Malang: UMM Press
   Manajemen Kelas. Jakarta: PT Indeks.                   Zainal Aqib. (2011). Pendidikan Karakter
Sujana, (2005). Metode Statistika. Bandung:                  membangun Perilaku Positif Anak
   PT. Tarsito                                            Bangsa. Bandung: CV.Yrama Widya.
Syaifudin Azwar. (2014). Penyusunan Skala                 Zainal Arifin (2009). Evaluasi Pendidikan :
   Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.                   Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung: PT.
Tim Penyusun Kamus PusatPembinaan dan                        Remaja Rosdayakarya
   Pengembangan Bahasa.1989. Kamus Besar                  Yulia Singgih D Gunarsa. (2002). Psikologi
   Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka                  Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
                                                          Gunung Mulia.
                                                    348
 PERAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEKOLAH
 DASAR DI SD N MEJING 2 AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA
                                             ABSTRACT
       This research aims to understand about materials of pramuka program which include
character values and to know about the role of pramuka program to build character of primary
student.
       This research was conducted on june – September 2016 in primary school of Majing 2
Ambarketawang Gampning. The subject in this study is trustees, head master and student of
Mejing 2 primary school. The method of collecting data is survey, interview and documentation.
The method of analysis data is descriptive reduction, presentation of data and conclusion of data.
The method of validity investigation data in this research used test credibility of triangulation
that consists of source triangulation and technique triangulation.
       During the research the result of research shows materials in pramuka program contains of
character values such as make group or barung, religion character, tolerance, discipline, creative,
stand alone, democratic, communicative, peace love, and responsible. Tri satya contains of
religious character, honesty, tolerance, discipline, national spirit, nationalism, environmental
care, socialism. A numeric code contains of hard work character, creative, curiosity, national
spirit. Rehearsal siaga ceremony contains of discipline, national spirit, nationalism, appreciate the
achievement. Siaga games contains of creative character, hard work, tolerance, honesty. Lines
training consist of honesty character, discipline, nationality spirit, and responsible. Opposite code
consist of hard work character, creative, curiosity, national spirit. Tali- temali consist of honesty
character, discipline, hard work, responsible. The role of pramuka program to build of student’s
character in Mejing 2 primary school by integration in materials in qualifications that is teach.
Then it is support with method of lesson pramuka program and the example character from
trustees of pramuka program.
         Keyword : the role pramuka program, build character and mejing 2 primary school.
                                                349
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                            ISBN 978-602-73690-6-1
    mandiri, dan menjadi warga negara yang                kalangan anak SD, sedangkan kasus yang
    demokratis serta bertanggung jawab.                   sedang gencar pada pertengahan 2016 ini
          Berdasarkan UU di atas, pendidikan              adalah kasus kekerasan seksual yang
    nasional benar-benar memiliki fungsi                  pelakunya ataupun korbannya anak di
    pokok untuk menanamkan karakter                       bawah umur.
    bangsa. Maka dari itu setiap warga                         Budi Sam Law Malau (2014) Kasus
    negara      yang    telah     mengenyam               siswa SD Renggo Kadafi pada tahun 2014
    pendidikan, setidaknya pendidikan wajib               yang dianiaya kakak kelasnya sampai
    dua belas tahun, pastilah karakter bangsa             berhujung pada kematian. Wildan Topan
    yang tercantum pada fungsi pendidikan                 (2015) kasus penganiayaan Lindawati
    nasional sudah melekat di dalam dirinya.              pada tahun 2015 oleh teman sekelasnya
    Namun fenomena yang terjadi di                        yang berhujung maut pula. Ardhi
    masyarakat pada saat ini sangat                       Sanjaya (2016) bahwa gadis bernama
    bertolakbelakang       dengan       tujuan            yuyun usia 14 tahun warga Dusun 5,
    pendidikan nasional. Tidak hanya pada                 Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang
    kalangan orang dewasa dan remaja,                     Ulak Tanding, Rejang Lebok, Bengkulu
    melainkan terjadi pada anak-anak di                   ditemukan meninggal pada 05 April
    zaman sekarang, khususnya anak-anak                   2016. Gadis ini diperkosa oleh 14 orang
    sekolah dasar.                                        yang umurnya di bawah 20 tahun. Kasus
          Anak-anak usia SD yang terdahulu                lainya adalah siswa SD memperkosa
    dikenal dengan anak-anak yang lugu,                   anak SMP, kasus ini terjadi di Surabaya.
    polos dan taat aturan. Sekarang berubah               Sungguh miris sekali moral anak bangsa
    menjadi anak-anak yang cenderung nakal                pada era sekarang ini. Kasus-kasus
    dan tingkah lakunya seperti anak-anak                 tersebut terjadi karena penanaman
    remaja. Menurut Rita Eka izzaty dkk                   karakter yang belum berhasil di SD,
    (2008)    perkembangan      itu   bersifat            seharusnya karakter yang baik mampu
    kontekstual,     yaitu     perkembangan               mengendalikan diri siswa untuk tidak
    individu mengikuti kondisi saat ini.                  melakukan hal-hal tak terpuji di atas.
    Menurut pendapat di atas dapat dikaji                 Semestinya di bangku SD adalah tempat
    bahwa perilaku anak-anak itu sesuai                   pertama untuk menanamkan karakter
    dengan        perkembangan         zaman,             bangsa sebagai fondasi di pendidikan
    dikarenakan canggihnya teknologi yang                 selanjutnya.
    dapat membuka jendela ke seluruh                           Rita Eka izzaty dkk (2008)
    penjuru     dunia.    Sehingga     banyak             mengemukakan bahwa seorang individu
    perilaku, sikap, dan karakter bangsa lain             yang potensinya belum terlihat, apabila
    diadobsi begitu saja tanpa melihat situasi            diberikan rangsangan yang sesuai
    lingkungan kita, sudah sesuai atau tidak.             dengan     kebutuhan    usianya    maka
    Akhir-akhir ini banyak dijumpai kasus-                individu tersebut akan mengalami
    kasus yang terjadi dengan pelaku                      perkembangan dengan baik. Fenomena
    utamanya adalah siswa SD.                             bahwa karakter bangsa kita merosot,
          Kasus yang dilakukan oleh siswa                 melalui     argument     diatas    dapat
    SD yaitu mulai dari perilaku pelanggaran              diterangkan       bahwa        pemberian
    norma, tindakan bullying, kekerasan                   rangsangan yang diberikan dapat
    terhadap temannya, pembunuhan, dan                    diprediksi kurang ideal, sehingga
    kekerasan seksual. Tiga tahun terakhir ini            menyebabkan      gagalnya     pendidikan
    lah kasus-kasus di atas yang menjamur di              karakter. Gagalnya pendidikan karakter
                                                    350
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    351
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                             ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    352
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
         1) Iman dan takwa kepada Tuhan                         semangat kebangsaan, cinta tanah air,
              Yang Maha Esa.                                    menghargai                   prestasi,
         2) Peduli terhadap bangsa dan                          bersahabat/komunikatif, cinta damai,
              tanah air, sesama hidup dan                       gemar membaca, peduli lingkungan,
              alam seisinya.                                    peduli sosial, tanggung jawab.
         3) Peduli terhadap diri sendiri.
         4) Taat kepada kode Kehormatan                   C. Siswa Sekolah Dasar
              Pramuka                                            Cristiana Hari Soetjiningsih (2012)
    7. Metode                                                menjelaskan bahwa usia sekolah dasar
              Kwartir     Nasional   Gerakan                 adalah dimana ketika anak memperoleh
         Pramuka           (2011)     metode                 dasar-dasar pengetahuan dan berbagai
         Kepramukaan merupakan teknik                        keterampilan di sekolah dasar. Masa ini
         belajar progresif melalui:                          adalah masa pembentukan kebiasaan
     Pengamalan Kode Kehormatan, belajar                     dorongan berprestasi yang cenderung
     sambil melakukan (learning by doing),                   menetap sampai dewasa sehingga
     sistem berregu (patrol system). kegiatan                disebut juga masa kritis dalam dorongan
     yang menarik dan menantang di alam                      berprestasi.
     terbuka yang mengandung pendidikan,
     sesuai dengan perkembangan rohani                    D. Peran     kegiatan    Pramuka     dalam
     dan jasmani anggota muda, kegiatan di                   Membentuk Karakter
     alam      terbuka,    kemitraan  dengan                        Hudiyono      (     2012:    84),
     anggota dewasa dalam setiap kegiatan,                   mengemukakan berdasarkan Undang-
     sistem tanda kecakapan, sistem satuan                   undang Nomor 12 tahun 2010 tentang
     terpisah untuk putera dan putri dan                     Gerakan Pramuka, peranan Gerakan
     Kiasan dasar.                                           Pramuka dalam pendidikan karakter
                                                             bangsa menjadi besar. Disebutkan di
B. Karakter                                                  dalam konsideran “ bahwa Gerakan
   1. Pengertian Karakter                                    Pramuka       selaku      penyelenggara
           Mulyasa (2011) menjelaskan                        pendidikan kepramukaan mempunyai
      bahwa karakter adalah sifat alami                      peran besar dalam pembentukan
      seseorang dalam merespon situasi                       kepripadian generasi muda sehingga
      secara bermoral, yang dinyatakan                       memiliki     pengendalian    diri   dan
      dalam tindakan nyata melalui prilaku                   kecakapan hidup untuk menghadapi
      baik, jujur, bertanggung jawab,                        tantangan sesuai dengan tuntutan
      hormat terhadap orang lain, dan                        perubahan kehidupan lokal, nasional,
      nilai-nilai karakter lainnya.                          dan global”. Untuk melaksanakan peran
   2. Nilai-nilai Karkter                                    besar itu, Gerakan Pramuka memiliki
           Zubaidi      (2012)    menjelaskan                mesin penggerak dan bagi anggotannya
      bahwa sumber nilai pendidikan                          memegang teguh kode kehormatan
      karakter bersumber dari agama,                         Pramuka berupa janji dan komitmen
      pancasila,     budaya      dan     tujuan              serta ketentuan moral Pramuka.
      pendidikan nasional yang akhirnya
      memunculkan 18 nilai pendidikan                     METODE PENELITIAN
      karakter meliputi religius, jujur,                  A. Latar Penelitian
      toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,             1. Tempat Penelitian ini dilakukan di
      mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,                      SD N Mejing 2, Ambarketawang,
                                                    353
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    354
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    355
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    356
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    357
       SURVEI RASA SYUKUR MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
                                                  Abstract
The purpose of this research is (1) To know gratitude of student in Gorontalo State University, (2) To
know the gratitude of students male and female in Gorontalo State University. This research is a survey
with quantitative approach. Gratitude of student in Gorontalo State University is the percentage of 83%
(high). The gratitude of male students are in percentage 81% (high), while the percentage of female
students gratitude is 85% (high). Indicators of intensity of male students are at a percentage of 80% (high)
and female students are in percentage 85% (high), an indicator of frequency of male students are in
percentage 64% (medium) and female students are in percentage of 75% (medium), indicators of span of
male students are in percentage 87% (high) and female students are in percentage 87% (high), indicators of
density of male students are in percentage 84% (high) and female students are in percentage 88% (high).
Keywords: Gratitude
                                                    358
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
gratia yang berarti kelembutan, kebaikan hati                 Penghargaan yang hangat ini dihasilkan
atau terima kasih (Pruyser dalam Emmons &                     atas apa yang telah didapatkan oleh
McCullough, 2003). Turunan dari istilah                       seseorang dari orang lain sehingga dapat
Latin ini mengarah kepada pengertian                          membuat orang tersebut merasa bahagia.
tentang sesuatu yang harus dilakukan                      b. Komponen yang kedua adalah ketika
dengan penuh kebaikan, kemurahan hati,                        seseorang yang bersyukur memiliki
keindahan dari memberi dan menerima, atau                     suatu    perasaan     ingin    melakukan
mendapatkan sesuatu dari yang tidak ada                       kebaikan     terhadap     sesuatu    atau
apa-apa (Emmons, 2004).                                       seseorang tersebut. Perasaan ini timbul
     Peterson     dan     Seligman     (2004)                 dari keberuntungan atau kebaikan yang
mendefinisikan gratitude atau syukur                          telah diberikan oleh orang lain. Perasaan
sebagai suatu perasaan terima kasih dan rasa                  ini pada umumnya merupakan perasaan
senang atas respon penerimaan hadiah,                         bahagia karena telah menerima kebaikan,
hadiah itu memberikan manfaat bagi                            sehingga menyebabkan individu tersebut
seseorang atau suatu kejadian yang                            memiliki perasaaan untuk berkehendak
memberikan kedamaian. Jika dilihat sebagai                    baik terhadap orang yang memberikan
sifat, bersyukur itu dapat diekspresikan                      kebaikannya tersebut.
sebagai     sebuah    terima    kasih   yang              c. Komponen ketiga adalah timbul suatu
berkelanjutan dan mampu bertahan dalam                        kecenderungan untuk melakukan hal-hal
perjalanan waktu dan situasi.                                 yang positif karena adanya penghargaan
     Sebagai sebuah komponen psikologis,                      dan perasaan untuk berkehendak baik
kebersyukuran merupakan semacam rasa                          terhadap sesuatu atau seseorang tersebut.
kagum, penuh rasa terima kasih, dan                           Tindakan positif ini bisa ditujukan
penghargaan terhadap hidup. Perasaan                          kepada     orang    yang     memberikan
tersebut dapat ditujukan kepada pihak lain,                   kebaikan atau bisa juga kepada orang
baik terhadap sesama manusia maupun yang                      lain, sehingga orang lain dapat
bukan manusia seperti Tuhan, mahluk hidup                     merasakan penghargaan dan perasaan
lain (Emmons & Shelton, 2002). Terdapat                       yang bahagia karena telah menerima
banyak definisi dari gratitude atau                           keberuntungan atau kebaikan.
kebersyukuran ini dalam ranah psikologi.                      Menurut Steindl-Rast (Putra, 2014)
Gratitude sering diartikan sebagai rekognisi              Gratitude dapat bersifat personal ataupun
positif ketika menerima sesuatu yang                      transpersonal.    Berkaitan     dengan    ini,
menguntungkan, atau nilai tambah yang                     gratitude kemudian dapat dibedakan bentuk
berhubungan       dengan    judgment     atau             perilakunya dalam dua hal yaitu thankful
penilaian bahwa ada pihak lain yang                       dan grateful. Meskipun sering dianggap
bertanggung jawab akan nilai tambah                       sama, thankful dengan grateful pada
tersebut (Emmons, 2004).                                  hakikatnya berbeda. Thankful merupakan
     Menurut Fitzgerald (Emmons, 2004)                    pola perilaku berterima kasih kepada
terdapat tiga perbedaan dalam komponen                    seseorang atau pihak lain atau bersifat
bersyukur yang meliputi proses dari                       personal. Sedangkan dalam gratitude yang
pengekspresian bersyukur itu sendiri yaitu:               bersifat transpersonal, yaitu grateful, rasa
a. Komponen pertama yang merupakan                        kebersyukuran yang ada lebih dalam dari
     proses awal yang dialami oleh seseorang              sekedar berpikir atau mengucapkan. Grateful
     dalam     bersyukur    adalah    dengan              berarti berterima kasih atas apa yang telah
     memberikan suatu penghargaan yang                    diterima, atau merupakan respon penuh
     hangat terhadap sesuatu atau seseorang.
                                                    359
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    360
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
perspektif Islam meliputi mengenal nikmat,                2.2 Beberapa Temuan Ilmiah Tentang
menerima nikmat dan memuji Allah atas                         Kebersyukuran
pemberian nikmat.                                             Studi yang dilakukan oleh McCullough &
2.1.3 Komponen-Komponen Bersyukur                         Emmons (2003) tentang manfaat bersyukur
     Fitzgerald (1998) mengidentifikasi tiga              bagi manusia. Dalam penelitian ini mereka
komponen dari bersyukur, yaitu:                           mengumpulkan        201     partisipan     dan
a. Rasa apresiasi yang hangat untuk                       memisahkan partisipan ke dalam tiga
     seseorang    atau    sesuatu,    meliputi            kelompok. Kelompok pertama diajak untuk
     perasaan cinta dan kasih sayang.                     bersyukur dengan cara menuliskan lima hal
b. Niat baik (goodwill) yang ditujukan                    positif yang terjadi seminggu yang lalu.
     kepada seseorang atau sesuatu, meliputi              Kelompok berikutnya diajak untuk fokus
     keinginan untuk membantu orang lain                  terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak
     yang kesusahan dan keinginan untuk                   penting dan mereka diminta untuk
     berbagi.                                             menuliskan lima hal yang negatif. Kelompok
c. Kecenderungan untuk bertindak positif                  terakhir adalah kelompok netral yang
     berdasarkan rasa apresiasi dan kehendak              diminta untuk menuliskan lima kejadian
     baik, meliputi intensi menolong orang                yang signifikan diminggu yang lalu.
     lain, membalas kebaikan orang lain dan                   Kemudian        partisipan      mengikuti
     beribadah.                                           pengukuran       kesejahteraan      psikologis.
     Komponen–komponen diatas dikatakan                   Kelompok ‘bersyukur’ lebih merasa mereka
oleh Fritzgerald (1998) adalah saling                     memiliki kehidupan yang baik dan
berkaitan dan tidak bisa terpisahkan, karena              pandangan optimis dibandingkan kelompok
seseorang     tidak    mungkin     melakukan              kedua dan ketiga. Selain itu, kelompok
bersyukur tanpa merasakan bersyukur                       ‘bersyukur’ jga melaporkan lebih sedikit
didalam hatinya. Komponen–komponen                        mengalami keluhan fisik dan cenderung
inilah yang kemudian digunakan oleh                       lebih banyak menghabiskan waktu untuk
peneliti sebagai landasan dalam pembuatan                 berolahraga.
alat ukur bersyukur.                                          Penelitian Masingale (dalam Fluhler,
2.1.4 Jenis-Jenis Bersyukur                               2010) juga menemukan bahwa orang yang
     Peterson & Saligman (2004) membagi                   dapat bersyukur merasakan trauma yang
perwujudan bersyukur menjadi dua yaitu:                   lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi
a. Bersyukur secara personal. Ditujukan                   pada mereka. Peneliti Emmons dan
     kepada orang yang telah memberikan                   McCullough       (dalam      Fluhler,    2010)
     keuntungan kepada si penerima atau                   menemukan bahwa orang yang bersyukur
     kepada diri sendiri.                                 lebih jarang menderita depresi. Hal ini
b. Bersyukur         secara     transpersonal.            dikarenakan mereka memiliki cara yang
     Maksudnya adalah bersyukur yang                      tepat untuk berhadapan dengan keadaan
     ditujukan kepada Tuhan, kekuatan yang                hidup yang menyulitkan dan lebih mampu
     lebih besar, atau alam semesta. Bentuk               mengingat hal-hal yang positif.
     dasarnya dapat berupa pengalaman                         Kehidupan sosial sehari-hari pun dapat
     puncak atau peak experience, yaitu                   dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan
     sebuah        moment         pengalaman              bersyukur. Perasaan bersyukur dapat
     kekhusyukan yang melimpah.                           memotivasi seseorang untuk membantu
                                                          orang lain (perilaku prososial) dan
                                                          mengurangi motivasi untuk berperilaku
                                                    361
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    362
    Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                                  ISBN 978-602-73690-6-1
                                                                 Persentase
                                                   8
.   apa yang sudah saya            1261    1424                               50
                                                   9
    miliki.                                                                   40
                                                                              30                                       Laki-laki
2   Banyak       yang      saya
                                                                              20                                       Perempuan
.   syukuri, sehingga tak                          8                          10
                                   1155    1424
    dapat       saya       tulis                   1                           0
    semuanya.
3   Tak banyak yang dapat                          7
                                   1088    1424
.   saya syukuri di dunia ini.                     6
                                                                                               Indikator
4   Saya merasa bahwa saya
.   adalah mahluk sosial
    yang       membutuhkan
    orang        lain       dan                    9              Grafik 4.1 menunujukan bahwa indikator
                                   1339    1424
    mempunyai         tanggung                     4          intensity mahasiswa laki-laki Universitas
    jawab     untuk      saling                               Negeri Gorontalo berada pada persentase
    tolong menolong dengan                                    80% (tinggi) dan mahasiswa perempuan
    sesama.
                                                              Universitas Negeri Gorontalo berada pada
5   Seiring     bertambahnya
                                                              persentase 85% (tinggi), indikator frequency
.   usia, saya lebih mampu
    menghargai orang lain,                                    mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
    dan peristiwa-peristiwa                        8          Gorontalo berada pada persentase 64%
                                   1237    1424
    yang     terjadi     dalam                     7          (sedang)    dan    mahasiswa     perempuan
    hidup, sehingga hal itu                                   Universitas Negeri Gorontalo berada pada
    menjadi sejarah dalam
                                                              persentase 75% (sedang), indikator span
    hidup saya.
                                                              mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
6   Saya butuh waktu lama
.   untuk berterima kasih                                     Gorontalo berada pada persentase 87%
    kepada Tuhan yang telah                        6          (tinggi)   dan     mahasiswa     perempuan
                                    987    1424
    memberikan nikmatNya                           9          Universitas Negeri Gorontalo berada pada
    dan orang lain yang telah                                 persentase 87% (tinggi), indikator density
    membantu.                                                 mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
                     Rata-Rata                     8
                                                              Gorontalo berada pada persentase 84%
                                                   3
                                                              (tinggi)   dan     mahasiswa     perempuan
                                                              Universitas Negeri Gorontalo berada pada
        Tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil
                                                              persentase 88% (tinggi).
    persentase no. item 1 sebanyak 89% (tinggi),
    no. item 2 sebanyak 81% (tinggi), no. item 3
                                                        363
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    364
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
positif yang terjadi seminggu yang lalu.                      Menurut McCullough, Emmons, dan
Kelompok berikutnya diajak untuk fokus                    Tsang (2002), orang yang bersyukur selain
terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak                     lebih banyak memiliki emosi positif dan
penting dan mereka diminta untuk                          kesejahteraan yang lebih tinggi, juga
menuliskan lima hal yang negatif. Kelompok                memiliki harga diri yang tinggi dan lebih
terakhir adalah kelompok netral yang                      mudah melihat dukungan sosial dari
diminta untuk menuliskan lima kejadian                    sekitarnya. Setelah memiliki cukup rasa
yang signifikan diminggu yang lalu.                       syukur, orang yang sering bersyukur juga
    Kemudian        partisipan      mengikuti             cenderung akan mudah dalam membantu
pengukuran       kesejahteraan     psikologis.            orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri.
Kelompok ‘bersyukur’ lebih merasa mereka                      Penelitian yang dilakukan oleh Mutia
memiliki kehidupan yang baik dan                          dkk (2010) tentang terapi kognitif perilaku
pandangan optimis dibandingkan kelompok                   bersyukur (G-CBT) untuk menurunkan
kedua dan ketiga. Selain itu, kelompok                    depresi pada remaja menunjukkan bahwa
‘bersyukur’ jga melaporkan lebih sedikit                  dengan menggunakan terapi kognitif
mengalami keluhan fisik dan cenderung                     perilaku bersyukur (G-CBT) tersebut dapat
lebih banyak menghabiskan waktu untuk                     menurunkan tingkat depresi pada remaja.
berolahraga.
    Penelitian Masingale (dalam Fluhler,                  KESIMPULAN
2010) juga menemukan bahwa orang yang                     a. Rasa syukur mahasiswa Universitas
dapat bersyukur merasakan trauma yang                        Negeri Gorontalo berada pada persentase
lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi                 83% (tinggi), sehingga dapat dikatakan
pada mereka. Peneliti Emmons dan                             bahwa       rasa    syukur     mahasiswa
McCullough       (dalam      Fluhler,   2010)                Universitas Negeri Gorontalo tinggi.
menemukan bahwa orang yang bersyukur                      b. Rasa syukur mahasiswa laki-laki berada
lebih jarang menderita depresi. Hal ini                      pada persentase 81% (tinggi), sehingga
dikarenakan mereka memiliki cara yang                        dapat dikatakan bahwa rasa syukur
tepat untuk berhadapan dengan keadaan                        mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
hidup yang menyulitkan dan lebih mampu                       Gorontalo tinggi. Sedangkan rasa syukur
mengingat hal-hal yang positif.                              mahasiswa perempuan berada pada
    Kehidupan sosial sehari-hari pun dapat                   persentase 85% (tinggi), sehingga dapat
dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan                    dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa
bersyukur. Perasaan bersyukur dapat                          perempuan Universitas Negeri Gorontalo
memotivasi seseorang untuk membantu                          tinggi.
orang lain (perilaku prososial) dan                       c. Indikator intensity mahasiswa laki-laki
mengurangi motivasi untuk berperilaku                        Universitas Negeri Gorontalo berada
merusak (Emmons dan McCullough dalam                         pada persentase 80% (tinggi) dan
Fluhler, 2010).                                              mahasiswa       perempuan      Universitas
    Orang yang bersyukur juga cenderung                      Negeri Gorontalo berada pada persentase
tidak terlalu mengejar hal materialistik.                    85%     (tinggi),    indikator   frequency
Asumsinya, karena mereka sudah bersyukur                     mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat                  Gorontalo berada pada persentase 64%
untuk memiliki hal materiil menjadi lebih                    (sedang) dan mahasiswa perempuan
sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru                      Universitas Negeri Gorontalo berada
untuk mendapatkan kepuasan materiil                          pada persentase 75% (sedang), indikator
(McCullough dan Polak dalam Fluhler, 2010).                  span mahasiswa laki-laki Universitas
                                                    365
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
    Negeri Gorontalo berada pada persentase               Fitzgerald, P. 1998. Gratitude and Justice.
    87% (tinggi) dan mahasiswa perempuan                     Ethic, 109 (1), 119-153.
    Universitas Negeri Gorontalo berada                   Fluhler, D.B. 2010. Gratitude Theory: A
    pada persentase 87% (tinggi), indikator                  literature review. Diakses pada 1 Agustus
    density mahasiswa laki-laki Universitas                  2015 dari media.wix.com
    Negeri Gorontalo berada pada persentase               McCullough, M.E., Emmons, R.A., & Tsang,
    84% (tinggi) dan mahasiswa perempuan                     Jo-Ann. 2002. The Grateful disposition: A
    Universitas Negeri Gorontalo berada                      conceptual and empirical topography.
    pada persentase 88% (tinggi).                            Journal of Personality and Social Psychology,
                                                             82 (1), 112-127.
REFERENSI                                                 McCullough, M.E & Emmons, R. A. 2003.
Al-Munajjid, M.B.S. 2006. Silsilah Amalan                    Counting            Blessings           Versus
   Hati. Ikhlas Tawakkal, Optimis, Takut,                    Burdens: An Experimental Investigation
   Bersyukur, Ridha, Sabar, Introspeksi Diri,                of Gratitude and Subjective Well-Being in
   Tafakkur,     Mahabbah,    Takwa,     Wara.               Daily Life. Journal of Personality and Social
   Bandung: Irsyad Baitus Salam.                             Psychology. Vol 84 (2), pp 377-389.
Emmons, R., Cullough, M. 2003. Counting                   Mutia, E., Subandi., & Mulyati, R. 2010.
   Blessings       Versus    Burdens:       An               Terapi Kognitif Perilaku Bersyukur untuk
   Experimental Investigation of Gratitude                   Menurunkan Depresi pada Remaja. Jurnal
   and Subjective Well-Being in Daily Life.                  Intervensi Psikologi, Vol. 2, No. 1, 53-68
   Jounal of Personality and Social Psychology,           Peterson, C & Seligman, M. E. P. 2004.
   2, 84, 377-389.                                           Character, Strenght, and Virtues: A Handbook
Emmons, R.A. 2004. The Psychology of                         & Classification. New York: Oxford
   gratitude : An introduction. Dalam                        University press.
   Emmons, R.A. & McCullough, M.E. The                    Putra, J.S. 2014. Syukur: Sebuah Konsep
   psychology of gratitude. NY: Oxford                       Psikologi Indigenous Islami. Jurnal Soul,
   University Press.                                         Vol. 7. No. 2, 35-41.
Emmons, R.A. & Shelton, C.M. 2002.                        Seligman, M.E.P. 2005. Authentic Happines:
   Gratitude and the science of positive                     Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi
   psychology. In Snyder, C.R., Lopez,                       Positif.    Bandung:       Mizan       Pustaka
   Shane, J. Handbook of positive psychology.
   NY: Oxford University Press.
                                                    366
      PENINGKATAN KREATIVITAS,MINAT DAN PRESTASI BELAJAR ILMU
 PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA
    SISWA KELASX AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 GIRISUBO, GUNUNGKIDUL
                     TAHUN PELAJARAN 2015/2016
                                            ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besaran peningkatan kreativitas, minatdan prestasi
hasil belajar pada Ilmu Pengetahuan Sosial yakni kreativitas yang mendapat minimal baik 90%,
minat belajar yang mendapat minimal baik 85% dan prestasi hasil belajar tuntas 100%.
Rendahnya kreativitas, minat, dan prestasi hasil belajar siswa disebabkan oleh sebuah fenomena
bahwa siswa sering merasa kurang tertarik dalam proses pembelajaran yang
monoton.Pendekatan pembelajaran Make A Match dapat mengubah suasana pembelajaran, yang
efektif, menjadi hidup dan menyenangkan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas
belajar siswa dari 11 (52,38%) kondisi awal meningkat 19 (90,47%) siswa,Minat belajar siswa
kondisi awal 13 (61,90%) meningkat 18 (85,71%) siswa, sedangkan hasil belajar kondisi awal 15
(71.42%) meningkat menjadi 21 (100%) pada siklus II dengan KKM 78. Pendekatan model
pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kreativitas belajar,minat belajar dan prestasi
hasil belajar siswa dalam menentukan prestasi di kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Girisubo.
Kata kunci; Pendekatan kontekstual, kreativitas, minatdan prestasibelajar.
This research is almed to establish the increasing of creativity, interest and achievement of social
sciences lesson. For creativity student shoilget minimally Good 90% learning interest should get
minimally good 85% and learning achievement get perfect 100%.A learning achievement
approachment of Make A Match can change effective learning atmosphere, tobe more interesting
and aliveThe research shows that student learning dreativity increased from II student’s from 11
(52,38%) and in cycle to 19 (90,47%) in cycle 2. Student’s learning interest increases from 13
(61,90%) and 18 (85,71%) in cycle 2. Whereas the learning achievement in the first conditions is 15
(71,42%) increases into and 21 (100%) in cycle 2. At least 78 (KKM). So it can be conclude that the
approachment of Make A Match Learning Model can increase the student’s learning creativity,
interest and achievement in establishing the achievement of X Akuntansi 2 SMK N 1 Girisubo.
                                                 367
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
maupun       sistem    pengajaran     sangat              perhatian guru, kurang terhadap siswa yang
mendukung bagi pencapaianpembelajaran                     pasif, faktor yang lain karena kurangnya
yang efektif.Hal ini berimplikasi pada                    model pembelajaran, karena selama ini yang
pencapaian hasil belajar yang maksimal,                   digunakan bersifat konvensional.Kajian teori
untuk mengetahui kemajuan individu                        yang menjadi landasan untuk peningkatan
(Djamarah Bahri Syaiful, (2012:23).                       kreativitas, minat dan prestasi hasil belajar.
        Model pembelajaran Make A Matchd                          Kreativitas adalah kemampuan untuk
iharapkan dapat meningkatkan kreativitas                  menciptakan sesuatu yang baru untuk
belajar siswa minimal baik dengan target                  memberi ide kreativitas saat memecahkan
90%, minat belajar meningkat minimal baik                 masalah atau sebagai kemampuan untuk
dengan target 85% dan prestasi belajarnya                 melihat hubungan-hubungan yang baru
dapat mencapai 100% tuntas dengan KKM                     antara unsur-unsur yang sudah ada
78. Harapan ini dapat tercapai manakala                   sebelumnya.             Pendapat            lain
guru harus mengubah dalam proses                          tentang kreativitas        adalah        segala
pembelajarannya,      baik      perencanaan,              kemampuan seseorang untuk menciptakan
tindakannya di kelas maupun penerapan                     sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
model pembelajaran. Siswa mengikuti proses                maupun karya nyata yang relatif berbeda
pembelajaran dengan semangat dan memberi                  dengan apa yang telah ada sebelumnya.
umpan balik dalam interaksinya di kelas.                  Karakter orang yang inovatif berani untuk
Strategi pembelajaran Make A Match                        berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau
digunakan untuk proses pembelajaran di                    menyimpang dari tradisi.Siswa harus
kelas agar dapat mengubah kondisi kelas                   mempunyai sikap keberanian, rasa percaya
supaya kelas menjadi nyaman dan                           diri, keuletan, dan ketekunan membuat tidak
menyenangkan. Maka pembelajaran Make A                    cepat putus asa dalam mencapai tujuan (Syah
Match saat ini menjadi salah satu strategi                Muhibbin, 2008, 199:36).
penting dalam kelas, dengan tujuan                                Minat adalah untuk mencapai
pendalaman materi, penggalian materi dan                  prestasi yang baik disamping kecerdasan
edutainment (Huda Miftahul, 2014:25)                      juga minat, sebab tanpa adanya minat segala
        Pembelajaran diharapkan bermanfaat                kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan
bagi siswa baik dalam kehidupan sekarang                  efesien. Dalam percakapan sehari-hari
maupun yang akan datang sehingga siswa                    pengertian perhatian dikacaukan dengan
harus sungguh-sungguh dalam menerima                      minat dalam pelaksanaan perhatian seolah-
pelajaran. Siswa menaruh perhatian, tidak                 olah kita menonjolkan fungsi pikiran,
melamun, bengong, tertunduk lesu, atau                    sedangkan dalam minat atau motivasi
mengobrol dengan temannya ketika sedang                   seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi
melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga                 kenyataannya apa yang menarik minat
untuk memajukan diri, mereka aktif dalam                  menyebabkan pula kita berperhatian, dan
mengikuti kegiatan pembelajaran.Terkait                   apa yang menyebabkan perhatian kita
dengan latar belakang di atas, maka di kelas              tertarik minatpun menyertai kita. (Kompri,
X Akuntansi 2 Sekolah Menengah Kejuruan                   2015:71).
Negeri 1 Girisubo, Kabupaten Gunungkidul                          Prestasi belajar merupakan hasil yang
ditemui berbagai masalah, yaitu belum ada                 diperoleh siswa setelah melalui beberapa
variasi model pembelajaran yang diterapkan                proses belajar untuk mengetahui sesuatu
guru saat menyampaikan materi,guru                        yang belum diketahuinya, dan hanya dengan
kurang memperhatikan situasi dan kondisi                  belajar maka ia akan dapat mengetahui,
siswa saat memilih model pembelajaran,                    mengerti, dan memahami sesuatu dengan
                                                    368
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
baik. Prestasi belajar adalah hasil yang                  dilakukan guru akan mampu membuat siswa
diberikan oleh guru kepada siswa dalam                    situasi yang kondusif karena siswa lebih
jangka waktu tertentu sebagai hasil                       berperan serta terbuka dan sensitif atau
perbuatan belajar.                                        fokus        dalam        Kegiatan       Belajar
Faktor internal adalah faktor-faktor yang                 Mengajar.Walaupun sudah disadari bahwa
berasal      dari     individu    anak     itu            siswa mendapat banyak keuntungan dari
sendiri,meliputi faktor jasmaniah (fisiologis)            model ini yang mengaktifkan mereka tetapi
yang termasuk faktor ini, antara lain                     tidak banyak guru yang melakukannya.
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh                  Strategi yang paling sering digunakan adalah
dan sebagainya.Selain itu faktor psikologis,              melibatkan siswa dalam diskusi dengan
intelektul (taraf intelegensi, kemampuan                  seluruh kelas.Tetapi strategi ini tidak terlalu
belajar, dan 31TUcara belajarU31T siswa) dan              efektif walaupun guru sudah berusaha dan
non intelektual (motifasi belajar, sikap,                 mendorong siswa untuk berprestasi.
perasaan, minat belajar, kondisi psikis, dan              Tinjauan Hasil Penelitian
kondisi akibat keadaan sosiokultur), dan                  Beberapa peneliti yang telah meneliti
faktor kondisi fisik(Gunadi,2015:44).                     mengenai Kreativitas belajar, Minat belajar,
         Model Pembelajaran Make A Match                  dan Prestasi Belajar di antaranya adalah
merupakan metode yang sering digunakan                    sebagai berikut;
sebagai teknik pengembangan bahasa lisan                  1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
yang menurut kemampuan siswa dalam                            Mulyarsih; melalui model pembelajaran
menciptakan        ide     dan   mengajukan                   Kooperatif Make A Match pada siswa kelas
pendapatnya mengenai suatu topik. Selama                      IV Sekolah Dasar Negeri Harjowinangun
berpartisipasi dalam Model Pembelajaran                       10 Tersono bahwa alternatif dalam
Make A Match diharapan aktif terlibat                         meningkatkan motivasi yang nantinya
didalamnya. Untuk dapat meningkatkan                          akan berdampak pada peningkatan
partisipasi siswa terutama siswa yang tidak                   prestasi belajar adalah merubah model
kreatif, kurang berminat dan tidak suka                       pembelajaran yang menitikberatkan pada
berbicara karena takut dan malu berbicara.                    aktivitas siswa sebagai subjek belajar,
Model Pembelajaran Make A Match atau                          salah satu pemecahan permasalahan
mencari      pasangan merupakan        model                  adalah penerapan model pembelajaran
pembelajaran yang cocok digunakan dalam                       kooperatif Make A Match. Model Make A
proses pembelajaran di kelas. Dengan                          Match atau mencari pasangan merupakan
demikian pembelajaran yang menggunakan                        salah satu alternatif yang dapat
pendekatankontekstual memiliki ciri harus                     diterapkan kepada siswa.
ada     kerja   sama,     saling  menunjang,              2. Hasil      penelitian     yang    dilakukan
gembira,belajar         dengan      bergairah,                Sudarsono dalam penelitiannya; “Upaya
pembelajaran terintegrasi, menggunakan                        Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis
berbagaisumber, siswa aktif, menyenangkan,                    Teks Berbentuk Procedure Melalui Model
tidak membosankan,sharing denganteman,                        Pembelajaran Make A Match di Kelas IX
siswa kritis dan guru kreatif.                                SMP Negeri Malang“ menjelaskan bahwa
         Ada banyak metode mengajar yang                      terdapat tiga macam modalitas belajar
biasa digunakan oleh guru. Salah satu                         yang digunakan oleh seseorang dalam
metode yang efektif yang diterapkan oleh                      pembelajaran,        yaitu     pemrosesan
guru agar siswa aktif adalah model                            informasi, dan komunikasi.
Pembelajaran Make A Match. Metode                         3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
mengajar yang bersifat partisipatoris yang                    Abdul      Hasan:     “Penerapan     Model
                                                    369
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    370
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    371
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                          ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    372
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                              ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    373
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
                                                             konsumsi
                                                                Pelaku                   9
                                                             ekonomi            PG
                                                                Peran                    10
                                                             pelaku ekonomi     PG
    Tabel 4.Rekapitulasi Pengelompokan Nilai IPS sebelum ada tindakan ( Pra Siklus)
                                                    Penilaian
                            Kreativitas              Minat                 Evaluasi
No   Kualitas Nilai
                                   Prosent      Jmh      Prosent                Prosent
                       Jmh Siswa                                  Jmh Siswa
                                      (%)      Siswa        (%)                     (%)
 1 91 – 100                  0          0          0          0          0           0
                                                           61,90
 2 81 – 90                 11      52,38%         13                     0           0
                                                            %
                                                                                  71,42
 3 71 – 80                  0          0          1        4,76%        15
                                                                                    %
                                                           33,33                  28,57
 4 61 – 70                 10      47,61%          7                     6
                                                            %                       %
 5 51 – 60                  0          0           0          0          -           0
 6   < 50                   0          0           0          0          -           0
Jumlah                     21                     21                    21
Tuntas/Baik                11                     13                    15
Belum
                           10                      8                     6
Tuntas/Cukup
                                                    374
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
Tuntas / Baik 16 17 18
                                                    375
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                            %                                                       %
                                                                        76,19                      14.28
  2    81-90                    0            0               16                         3
                                                                         %                          %
                                                                        14,28                      66,66
  3    71-80                    0            0                3                        14
                                                                         %                          %
  4  61-70                      2         9.52%                0          0             0            0
  5  51-60                      0            0                 0          0             0            0
  6  < 50                       0            0                 0          0             0            0
      Jumlah                   21                             21                       21
 Tuntas / Baik                 19                             18                       21
  sekali                   (90,47%)                       (85,71%)                  (100%)
Dari hasil evaluasi belajar yang telah                    sudah terbiasa menyesuaikan diri dengan
diberikan pada siswa diperoleh jumlah siswa               pembelajaran         dilakukannya         model
yang tuntas belajar sebesar 21 (100%)                     pembelajaran Make A Match, disamping itu
dengannilai tertinggi 100 dan nilai terendah              kinerja guru juga sudah lebih baik lagi.
80, serta diperoleh rata-rata nilai pada siklus             3) Hasil Belajar Siswa
II sebesar 85,23% maka dengan demikian                    Berdasarkan hasil perolehan siklus II
mencapai kriteria baik sekali.                            diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar
a. Refleksi                                               sebsar 100% dengan kriteria baik sekali, nilai
  1) Kreativitas belajar Siswa                            tertinggi 100 dan nilai terendah 80, serta
Berdasarkan hasil observasi kreativitas yang              diperoleh rata-rata nilai pada siklus II sebesar
diberikan kepada siswa diperoleh kreativitas              84,28%. Hasil ini lebih baik dari siklus I yang
pada siklus II telah mengalami peningkatan                ditunjukkan        dengan        meningkatnya
yang lebih baik dari siklus I. Inidapat                   prosentase ketuntasan belajar siswa dari
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah                    85,71%, menjadi 100%. Hal ini dikarenakan
prosentase siswa yang memiliki kreativitas                perhatian siswa terhadap penjelasan guru
belajar yaitu dari 76,19% (siklus I) dengan               sudah lebih baik, keaktifan siswa selama
kriteria cukup menjadi 90,47% (siklus                     pembelajaran sudah meningkat dari siklus I,
II),melebihi target yang ditentukan dengan                serta kinerja guru sudah lebih baik dari
kriteria baik sekali. Hal tersebut dikarenakan            siklus I.
siswa sudah terbiasa menyesuaikan diri                      4) Hasil Wawancara
dengan pembelajaran dilakukannya model                    Berdasarkan dari wawancara dengan siswa
pembelajaran Make A Match, disamping itu                  yang dilakukan, bahwa sebagian besar siswa
kinerja guru juga sudah lebih baik lagi.                  menyukai pembelajaran Ilmu Pengetahuan
  2) Minat Siswa                                          Sosial    melalui     strategi    pembelajaran
Berdasarkan hasil angket minat yang                       dilakukannya model pembelajaran Make
diberikan kepada siswa diperoleh Minat                    AMatch.Menurut para siswa bahwa belajar
pada siklus II telah mengalami peningkatan                dengan bekerja samadalam kelompok itu
yang lebih baik dari siklus I. Ini dapat                  menyenangkan dan lebih mudah dalam
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah                    mempelajari dan memahami materi yang
prosentase siswa yang memiliki minat belajar              tentunya           dibantu          bimbingan
yaitu dari 76,19% (siklus I) dengan kriteria              guru.Berdasarkan hasil dari refleksi pada
minat siswa cukup menjadi 85,71% (siklus II)              siklus II, diperoleh kesimpulan bahwa
dengan kriteria minat siswa adalah baik                   kreativitas belajar, minat belajar dan hasil
sekali. Hal tersebut dikarenakan siswa
                                                    376
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
belajar siswa       berhasil     baik    sangat           a. Ada siswa yang dulunya tidak pernah
memuaskan.                                                   bertanya tetapi ketika pelaksanaan proses
                                                             pembelajaran justru sering bertanya.
B. Pembahasan                                             b. Siswa yang dulunya takut terhadap
Dari data kualitas pelaksanaan proses                        pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
pembelajaran dan hasil tes formatif siswa                    menjadi       senang      terhadap     Ilmu
yang ditemukan dalam penelitian di Sekolah                   Pengetahuan Sosial.
Menengah Kejuruan Negeri 1 Girisubo                       c. Pada       saat     pelaksanaan       proses
Kecamatan           Girisubo          Kabupaten              pembelajaran berlangsung hampir semua
Gunungkidul dapat dikatakan bahwa                            siswa antusias. Hal ini terbukti pada saat
pelaksanaan pembelajaran meningkat, oleh                     guru masuk ruang kelassemua siswa
karena      itu    hasil     belajarpun      juga            sudah duduk rapi menanti kehadiran
meningkat.Pelaksanaan proses pembelajaran                    guru sambil membaca buku Ilmu
Ilmu       Pengetahuan        Sosial      dengan             Pengetahuan Sosial serta mempelajarinya.
menggunakan            pendekatan          model          d. Setelah         Penelitian         Tindakan
pembelajaran Make A Match sangatlah cocok.                   Kelasberlangsung, siswa menjadilebih giat
Kecocokan dapat dilihat dari antusias pola                   belajar, rajin menulis, dan lebih bagus lagi
kreatif belajar siswa yang sangat tinggi untuk               karena siswamenjadi seorang anak yang
mengikuti jalannya pembelajaran.                             pemberani, percaya diri dan tidakpenakut
Hal ini kelihatan ketika siswa mendapat                      serta pemalu karena ketrampilan sosial
tugas mereka selalu merespon positif dengan                  mereka meningkat.
menyelesaikannya dengan perasaan senang.                  Setelah     diadakan     pengamatan       pada
Namun demikian ada juga siswa yang aktif                  pelaksanaan penelitian terdapat beberapa
namun tidak mencapai sasaran, karena                      temuan-temuan yaga dialami para siswa:
mereka itu mempunyai kelainan-kelainan                    1. Pada saat pertama kali pengamat masuk
tidak tertib di kelas dan kurang menyimak.                   ke dalam kelas ada salah seorang siswa
Berdasarkan alat evaluasi pada akhir proses                  yang tertegun,karena dikiranya ada
pembelajaran pada di setiap siklus II                        petugas yang mau mengecek atau
menunjukan peningkatan kreativitas 90,47%,                   memberi hukuman pada para siswa.
minat 85,71% dan prestasi hasil belajar 100%                 Tetapi setelah dijelaskan mereka diam dan
dengan KKM 78, dari 21 jumlah siswa.                         mengerti.
Peningkatan hasil belajar siswa dari pra                  2. Pada akhir proses pembelajaran ada siswa
siklus, siklus I dan siklus II ini terjadi karena            yang tidak mau berhenti mengenal dan
pendekatan yang digunakan oleh guru dapat                    memahami berbagai kegiatan ekonomi
membangkitkan kreativitas belajar siswa,                     dan pelaku-pelakunya sehingga mereka
bahkan siswa yang dulunya tidak suka                         bertekat berani melakukan langkah-
dengan Ilmu Pengetahuan Sosialmenjadi                        langkah kegiatan ekonomi, disekolah,
suka, siswa yang dulunya enggan dengan                       masyarakat tingkat padukuhan bahkan di
Ilmu Pengetahuan Sosialsekarang tidak                        masyarakat tingkat desa. Pengetahuan ini
enggan lagi karena konsep menjadi mudah                      dapat diterapkan dalam kehidupan
dan jelas (Trianto,2014:56).                                 sehari-hari dan juga dapat ditularkan
Selama       Penelitian     Tindakan        Kelas            pada orang lain, sehingga hidup dapat
berlangsung peneliti menemukan hal-hal                       maju dan sejahtera.Orang-orang terus
yang sebelumnya belum pernah terjadi. Hal-                   melakukan hal-hal yang memiliki hasil
hal tersebut antara lain;                                    yang memuaskan (Kompri,2015:73)
                                                    377
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    378
  KEBERHASILAN PENGGUNAAN AUDIO VISUAL DAN METODE PEMBELAJARAN
 CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
      BERBICARA PADA MAHASISWA PBSI SEMESTER II UNIVERSITAS PGRI
                            YOGYAKARTA
                                                 ABSTRACT
Speaking skill is very important. Ability to communicate and argue effectively, dense, short, clear, and
convincing are much needed. Communication skill especially speaking skill is to be mastered by students.
The ability to speak is very important to develop students’ career education, especially students of
Indonesian Language and Literature. To enhance the speaking skill, effective learning model is much
needed.
This research’s aims to 1) describe the effect of Contextual Teaching and Learning (CTL) learning model
towards the increasing of second semester students’ speaking skill of Indonesian Language and Literature
at PGRI University of Yogyakarta, 2) describe the supporting factors and obstacles in speaking skill
learning using CTL model, and 3) describe the efforts to overcome the students’ difficulties in speaking skill
using CTL model.
The results of this research can be concluded that the use of CTL approach can improve the quality of
speaking skill learning, both in process and results. The percentage of activeness, attention, concentration,
interest and students’ motivation in learning has increased in each of meeting. In addition, students are
very active during the learning. The students’ response to speaking skill learning using CTL approach is
very satisfying. Factors that support speaking skill learning using CTL approach in the form of linguistic
factors, and students’ interest and talent. The obstacle factors are incomplete facilities, the diversity of
student attitudes, and lack of family attention to the students’ education.
                                                    379
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    380
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    381
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    382
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    383
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    384
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
memanfaatkan media yang lain. Hal ini                     untuk menyajikan materi dan terlibat aktif
cukup mempengaruhi tingkat kemampuan                      dalam kegiatan tanya jawab.
mereka dalam berbicara. Sebab, mereka pasti                     Program studi PBSI UPY memiliki
hanya akan terpaku pada powerpoint itu                    sarana prasarana yang cukup lengkap. Di
saja, tidak mau memanfaatkan media yang                   antaranya laboratorium bahasa, laboratorium
ada. Sebab, dalam menyampaikan berita,                    microteaching, perpustakaan prodi, dan masih
pembicara harus menyiapkan media-media                    banyak lagi. Seharusnya, kelemahan terkait
pendukung supaya komunikasi berjalan                      kurangnya pengetahuan terhadap suatu
lancar tanpa hambatan                                     topik dapat diatasi. Tetapi, masih banyak
d. Solusi atas Kendala yang Dialami dalam                 mahasiswa PBSI semester II UPY yang belum
     Pembelajaran Keterampilan Berbicara                  mengetahui itu semua, sehingga masih
     dengan Model Pembelajaran CTL                        banyak diantara mereka yang memiliki
       Bertolak dari masalah tersebut, dosen              kemampuan berbicara yang rendah. Hal ini
berusaha untuk mengatasi hambatan-                        pula yang menjadikan ketidakterawatan
hambatan yang ada agar pembelajaran dapat                 semua sarana prasarana pembelajaran
berjalan dengan efektif. Berikut ini solusi               tersebut, sehingga apabila terjadi kerusakan
guna mengatasi hambatan-hambatan yang                     atau ketidaklayakan tidak ada yang
terjadi dalam pembelajaran keterampilan                   mengetahui.
berbicara menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning.                         5. SIMPULAN
       Terkait dengan beranekaragamnya                          Berdasarkan        analisis      pada
sikap     mahasiswa      dalam     mengikuti              pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara, dosen                penggunaan pendekatan CTL dan media
dapat memberikan arahan dan motivasi                      audio visual ini apat meningkatkan kualitas
kepada mahasiswa di awal dan selama                       pembelajaran keterampilan berbicara baik
pembelajaran berlangsung. Selain itu, dosen               dalam proses maupun hasil pada mahasiswa
juga dapat melakukan pendekatan terkait                   semester II Prodi PBSI. Hal ini ditandai
keberagaman sikap mahasiswa dalam                         dengan persentase keaktifan, perhatian,
pembelajaran keterampilan berbicara. Oleh                 konsentrasi, minat dan motivasi mahasiswa
karena itu, dosen dalam melakukan                         dalam pembelajaran keterampilan berbicara
pendekatan      secara     berkala    kepada              yang mengalami peningkatan dalam tiap
mahasiswa yang sering tidak konsentrasi                   pertemuannya. Selain itu, mahasiswa sangat
dalam mengikuti perkuliahan.                              antusias pada saat diskusi dan presentasi.
       Dalam mengatasi sikap mahasiswa                    Respon mahasiswa terhadap pembelajaran
yang kurang aktif dalam proses belajar,                   keterampilan        berbicara       dengan
dosen dapat memberikan arahan bagaimana                   menggunakan pendekatan CTL ini sangat
membangkitkan          keberanian      dalam              memuaskan.
berdiskusi     dan    berbicara.   Sehingga,                    Perencanaan               pembelajaran
mahasiswa berani berbicara. Untuk masih                   keterampilan        berbicara       dengan
banyaknya pembelajaran di kelas yang                      menggunakan model pembelajaran CTL ini
kurang memberikan kesempatan mahasiswa                    disusun dalam bentuk Satuan Acara
untuk berbicara, maka metode pembelajaran                 Perkuliahan (SAP) atau Rencana Program
di kelas yang semula dosen aktif berceramah,              Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)
maka diganti dengan metode presentasi                     dengan memperhitungkan alokasi waktu
sehingga mahasiswa diberi kesempatan                      setiap materinya.
                                                    385
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    386
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016         ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    387
        PENINGKATAN KEDISIPLINAN, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
              SISWA XI AK 1 SMK MUHAMMADIYAH KARANGMOJO
                   MELALUI METODE QUANTUM LEARNING
                         TAHUN PELAJARAN 2016/2017
                                             ABSTRACT
        This classroom action research aims timprove the discipline, motivation, and achievement
to learn Social Studies XI Accounting 1 Class of The Vocational School of Muhammadiyah
Karangmojo via Quantum Learning Methods in the Academic Year 2016/2017. Subjects in this
study were 30 students of class XI Accounting 1. Data collection techniques used observation and
tests. Data analyzing techniques used descriptive quantitative with percentage. The results of the
study show that, the increase of student discipline in very good and good categories in the
pre-cycle with 11 students ( 36,67 %), increasing in the first cycle a total of 14 students (46,67 %)
and in the second cycle 24 students (80%), student motivation in very good and good categories in
the pre-cycle with 14 students ( 46,67 %), increasing in the first cycle a total of 16 students (53,33 %)
and in the second cycle 24 students (80%) and the students who have completed the pre-cycle
value with a total amount of 9 students (30 %), increasing in the first cycle to 18 students (60 %),
and in the second cycle to 25 students (83,33 %).
                                                  388
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                  ISBN 978-602-73690-6-1
                                                    389
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
 1        Sangat          1       3.33
          baik
                                                               Berdasarkan tabel 2 tersebut, dapat
 2        Baik           10       33.33                   dijelaskan bahwa pada pra siklus ini motivasi
                                                          belajar siswa masih tergolong kurang, dilihat
                                                          siswa yang mempunyai motivasi belajar
 3        Cukup          19       63.33                   berkategori sangat baik 0.00 %, berkategori baik
                                                          33.33% dan siswa berkategori cukup 66.00 %.
                                                          Dengan demikian, masih perlu lagi
 4        Kurang          0       0                       peningkatan agar siswa mempunyai motivasi
                                                          dalam belajar.
Jumlah 30 100
                                                    390
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                              ISBN 978-602-73690-6-1
Tabel 3. Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa              belum maksimal dalam hal kedisiplinan.
Pra Siklus                                                Rata-rata skor pada siklus 1 adalah 53.60
No Kriteria        Jumlah        Prosentase               (baik). Keberhasilan dalam penelitian ini
                   Siswa         (%)                      bilamana 75 persen siswa sudah mendapat
                                                          kategori kedisiplinan sangat baik dan baik.
                                                          Hasil ini akan digunakan untuk kegiatan
 1 Tuntas          9             30                       refleksi     pembelajaran     yang    sudah
                                                          dilaksanakan.
                                                               Hasil observasi motivasi belajar siswa
 2 Belum           21            70                       pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial
   Tuntas                                                 Siklus I adalah sebagai berikut:
                                                    391
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
Tabel 6. Prestasi Belajar IPS Siklus I                         Hasil observasi motivasi belajar siswa
 Nilai Jumlah Siswa Persentase                            pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
                                                          Siklus II adalah sebagai berikut:
 < 71     12                40%
                                                          Tabel 8. Motivasi Belajar Siswa Siklus II
 ≥ 71     18                60%                               No      Kategori    Jumlah     Prosentase
                                                                                  Siswa      (%)
 Jumlah 30                  100,0
                                                    392
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                 ISBN 978-602-73690-6-1
Tabel 9. Prestasi Belajar IPS Siswa Siklus II             Tabel 10. Rekapitulasi Peningkatan
  Nilai         Jumlah Siswa Persentase                   Kedisiplinan
                                                           No Kategori Pra            Siklus I Siklus
  < 71 (KKM) 5                  16,67%                                 Siklus                  II
                                                    393
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                                ISBN 978-602-73690-6-1
10 % dan dari siklus I ke siklus II terdapat              dan siklus II, bisa kita lihat pada gambar
peningkatan 33,33 %. Prosentase peningkatan               histogram berikut ini:
kedisiplinan siswa, dari pra siklus, siklus I
0,00% 80,00%
80,00%
70,00%
60,00% 46,67%
      50,00%
                        36,67%
      40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
      0,00%
                     Prasiklus                Siklus I
  3    Cuku 1               14        5                        1    Tuntas       9       18     25
       p    9
                                                               2    Belum        21      12     5
                                                                    Tuntas
                                                    394
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                             ISBN 978-602-73690-6-1
Berdasarkan tabel tersebut, untuk prosentase siswa yang tuntas, dapat digambarkan pada
histogram sebagai berikut:
        90,00%                                                                         83,33%
80,00%
70,00% 60,00%
60,00%
50,00%
40,00% 30,00%
30,00%
20,00%
10,00%
         0,00%
                           Prasiklus                      Siklus I                           Siklus
                                                                                             II
                                                    395
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016                               ISBN 978-602-73690-6-1
396