0% found this document useful (0 votes)
704 views100 pages

Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi 2D Berbasis Multimedia Menggunakan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Iii SD Anisa Windari Septiani Putri, Sunarti, Universitas PGRI Yogyakarta

This document discusses the development of a 2D animation video learning media using Adobe Flash CS6 for Indonesian language lessons in 3rd grade elementary school. It aims to improve student interest and mastery of listening, speaking, reading and writing skills in Indonesian class. The results showed that the 2D animation video received positive responses from students, teachers and subject experts and was effective in improving student mastery of Indonesian language concepts. It was concluded that the instructional animation is suitable for use in Indonesian language learning in elementary school.

Uploaded by

Yesi Rosalyna
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
704 views100 pages

Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi 2D Berbasis Multimedia Menggunakan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Iii SD Anisa Windari Septiani Putri, Sunarti, Universitas PGRI Yogyakarta

This document discusses the development of a 2D animation video learning media using Adobe Flash CS6 for Indonesian language lessons in 3rd grade elementary school. It aims to improve student interest and mastery of listening, speaking, reading and writing skills in Indonesian class. The results showed that the 2D animation video received positive responses from students, teachers and subject experts and was effective in improving student mastery of Indonesian language concepts. It was concluded that the instructional animation is suitable for use in Indonesian language learning in elementary school.

Uploaded by

Yesi Rosalyna
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 100

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI 2D

BERBASIS MULTIMEDIA MENGGUNAKAN ADOBE FLASH CS6 PADA


MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SD

Anisa Windari Septiani Putri, Sunarti,


Universitas PGRI Yogyakarta
anisa.windariSP@yahoo.com

ABSTRACT
This study aimed to determine the media quality in terms of the content aspect and the learning
aspect, knowing the media quality from the aspect of application design and visual communication,
knowing the students' response to the use of video media 2d animation, investigate the response of
teachers to use video media 2d animation, knowing the mastery learning students on Indonesian
subject.
This research was conducted at Pendowoharjo Elementary School Sleman on odd semester. The
subjects were 29 students of III class students. Techniques and data collection: questionnaire,
interview, observation and tests. Data analysis technique used descriptive statistics consisted of 5
conversion scale, Guttman and 5 percentage scale.
The results of the research were the development of quality results from the aspect of media
content and aspects of learning based on the I st materials experts showed the total score of 82 with
good criteria by subject matter experts while the 2 nd material expert showed a score of 91 with the
very good criteria. Results of media quality from the aspect of application design and visual
communication based media expert showed a score of 72 with the very good criteria while using a
questionnaire quality of products assessed by the teacher class wash 90% with very good criteria.
Results based on students' response to the use of media obtained the percentage reached 91.72% with
very interested criteria. Results based on the response of teachers to use the media were 90% with very
good criteria. Results of the assessment of the students' attitude 4 skills of listening, speaking, reading,
and writing based on the observation of the trial a small group was 80% with good criteria and on a
large group trial was 80% with good criteria. Results mastery learning students in the Indonesian
language teaching in small group trial obtained a score of 62.5% with sufficient criteria. The results of
students' mastery learning on the subjects of Indonesian trials large group achieved a score of 82.75%
with good criteria.
It can be concluded that the instructional animation suitable for use in learning Indonesian
class at elementary school.
Keywords: Development Media, Video Animation 2D, Adobe Flash CS6, Indonesian

PENDAHULUAN ini berarti bahwa pendidikan merupakan


Pendidikan adalah usaha sadar dan suatu susunan program. Program tersebut
terencana untuk mewujudkan suasana bertujuan untuk menggali potensi peserta
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dan mengembangkan kemampuan
didik secara aktif mengembangkan potensi agar berkarakter dan berkualitas dalam
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kehidupan. UU Sisdiknas No.20 tahun
keagamaa, pengendalian diri, kepribadian, 2003 Pasal 1 menerangkan bahwa
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan pendidikan nasional adalah pendidikan yang
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
dan negara (Undang-Undang Sistem Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003). Hal 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

297
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

kebudayaan nasional Indonesia media visual atau media cetak. Selama ini
berlandaskan pada kepribadian bangsa pemanfaatan LCD juga hanya untuk
sebagai negara yang mempunyai nilai- nilai pembelajaran di kelas-kelas tinggi yang
budi luhur, budaya tanah air, dan respon menggunakan media power point untuk mata
terhadap setiap keadaan. pelajaran matematika, IPA, atau terkait
Belajar merupakan suatau proses komputer atau TIK. Padahal, mata pelajaran
usaha yang dilakukan seseorang untuk bahasa Indonesia yang cenderung
memperoleh suatu perubahan yang baru, memfokuskan pada 4 aspek, perlu adanya
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam media yang dapat digunakan untuk
interaksi dengan lingkungannya (Sobry melibatkan 4 aspek tersebut. Siswa
Sutikno, 2013:3). cenderung bosan dengan pembelajaran yang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu hanya mendengarkan ceramah dari guru
mata pelajaran yang wajib dilaksanakan dan mengerjakan soal-soal dari buku.
pada tiap jenjang pendidikan. Kurangnya minat siswa dalam belajar,
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD menyebabkan suasana pembelajaran menjadi
sangat penting karena merupakan dasar bagi tidak kondusif. Media pembelajaran
siswa dalam menguasai materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting
bahasa Indonesia. Oleh karena itu perlu dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
adanya peningkatan minat belajar siswa sebagai sumber belajar yang mendukung
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. tercapainya minat dan pemahaman siswa
Pelajaran bahasa Indonesia yang sering terhadap materi pelajaran.
dijejali dengan teori-teori kebahasaan yang Pemakaian media pembelajaran dalam
cenderung membosankan. Sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat
pembelajaran bahasa Indonesia yang akan membangkitkan minat dan rangsangan
docapai, yakni terampil bahasa Indonesia kegiatan belajar, dan bahkan membawa
baik lisan maupun tulisan belum seperti pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
yang diharapkan. siswa. Penggunaan media pembelajaran
Empat aspek pada mata pelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
bahasa Indonesia yan meliputi sangat membantu efektivitas proses
Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan pembelajaran dan penyampaian pesan atau
Menulis belum tercapai secara maksimal isi pelajaran pada saat itu. Di samping itu
salah satunya yaitu dalam Standar media pembelajaran juga dapat membantu
Kompetensi (SK) “Memahami penjelasan siswa meningkatkan pemahaman,
tentang petunjuk dan cerita anak yang menyajikan data dengan menarik dan
dilisankan” dan Kompetensi Dasar (KD) terpercaya, memudahkan penafsiran data,
“Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak memadatkan informasi, serta
yang disampaikan secara lisan”. membangkitkan motivasi dan minat siswa
Banyak siswa yang belum memahami dalam belajar.
tentang ciri-ciri karakter tokoh cerita anak, Animasi selain sebagai hiburan, juga
dan juga masih banyak siswa tidak dapat telah menjadi penuntun, penginspirasi, dan
menyimpulkan isi cerita dalam teks cerita juga sebagai penyampai pesan.
anak. Hal tersebut dikarenakan belum Animasi juga menyampaikan pesannya
adanya pemanfaatan sumber belajar yang secara lebih efektif karena mengandung
maksimal oleh guru. unsur video dan audio.
Guru sudah menggunakan media Seperti video animasi 2D sangat
untuk pembelajaran namun masih berupa mepengaruhi semangat anak untuk terus

298
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

belajar karena video animasi 2D selain dalam gambar bergerak sebenarnya


banyak disukai anak juga dapat merupakan ilusi. Karena sebenarnya film
dimanfaatkan untuk media pembelajaran. merupakan rangkaian dari banyak frame
Sarana ini dapat dibuat melalui program (bingkai) gambar yang diputar dengan
Adobe Flash CS 6 dan diperbanyak melalui cepat. Masing- masing bingkai merupakan
CD. Video Animasi 2D ini bisa digunakan rekaman tahap-tahap (sequence) suatu
dengan memanfaatkan labolatorium yang gerakan. Mata kita tidak akan dapat
ada di sekolah. Sehingga siswa akan lebih menangkap perbedaan (titik jeda
mudah memahami karakter tokoh dalam perpindahan) antar frame. Jika rangkaian
cerita anak, karena media yang digunakan gambar diputar dengan kecepatan diatas 20
lebih konkrit. Siswa tidak hanya frame/detik. Otak kita akan menagkapnya
membayangkan saja tokoh dalam cerita sebagai ilusi gerak. (Pandapotan Sianipar,
tetapi siswa dapat melihat bagaimana 2006:1)
karakter tokoh yang sebenarnya, dan Video termasuk juga dalam media
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia audio- visual, menurut Hujair AH Sanaky
menjadi lebih menarik juga menyenangkan. (2013:123) mendefinisikan gambar bergerak
Berdasarkan uraian yang telah yang disertai dengan unsur suara disebut
dikemukakan seperti dia atas, maka peneliti video yang dapat ditayangkan melalui
merasa perlu adanya pengembangan medium video compact disk.
media pembelajaran. Oleh karena itu Animasi berasal dari kata anime yang
penelitian ini berjudul “Pengembangan artinya “menghidupkan”. Animasi
Media Pembelajaran Video Animasi 2D merupakan gambar bergerak berbentuk dari
Berbasis Multimedia Menggunakan Adobe sekumpulan objek (gambar) yang disusun
Flash CS6 pada Mata Pelajaran Bahasa secara berurutan mengikuti alur pergerakan
Indonesia Kelas III SD N Pendowoharjo”. yang telah ditentukan pada setiap
pertambahan hitungan waktu yang terjadi.
KAJIAN TEORI Gambar tersebut dapat berupa gambar
Media pembelajaran adalah media yang makhluk hidup, benda mati, ataupun
digunakan dalam pembelajaran, yaitu tulisan. (Untung Raharja, Syela Ferdiani.
meliputi alat bantu guru dalam mengajar Dkk, 2012: 85).
serta saran pembawa pesan dari sumber Menurut Munir (2012:318) animasi 2D
belajar ke penerima pesan belajar (siswa). atau animasi dwi-matra dikenal juga
Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media dengan nama flat animation. Pada awalnya
belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili diciptakan animasi berbasis dua dimensi
guru menyajikan informasi belajar kepada (2D Animation). Realisasi nyata dari
siswa. Jika program media iu didesain dan perkembangan animasi dua dimensi yang
dikembangkan secara baik, maka fungsi itu cukup revolusioner berupa dibuatnya film-
akan dapat diperankan oleh media film kartun.
meskipun tanpa keberadaan guru (Nunuk Multimedia yaitu penggabungan
Suryani dan Leo Agung, 2012:136). beberapa media yaitu media visual, audio,
Video merupakan hal yang tidak asing audio-visual, menjadi satu sehingga
bagi masyarakat mulai dari film kartun, tercipta sebuah video yang dapat
film kelas oscar, hingga film dokumenter. merangsang semua indera dalam satu
Banyak diantara kita tidak tahu secara kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih
persis apa yang dimaksud dengan video ditekankan pada penggunaan berbagai
atau gambar bergerak. Apa yang disajikan media berbasis teknik informasi komunikasi

299
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

dan komputer. Menurut Puji Santosa, disesuaikan dengan karakteristik dan


Sutejo, Edi Sugito, Zuleha. dkk (2010: 1.2) kebutuhan siswa. Penelitian Pengembangan
bahasa merupakan alat komunikasi yang Media Pembelajaran Video Animasi 2D
mengandung beberapa sifat yakni, berbasis Multimedia menggunakan Adobe
sistematik, manasuka, ujar, manusiawi, Flash CS6 pada Mata Pelajaran Bahasa
dan komunikatif. Setiap bahasa Indonesia Kelas III SD adalah inovasi
mengandung dua sistem, yaitu sistem pembelajaran yang akan dilakukan dalam
bunyi dan sistem makna. Bunyi merupakan penelitian ini. Pengembangan Media
suatu yang bersifat fisik yang dapat Pembelajaran Video Animasi 2D berbasis
ditangkap oleh panca indra kita. Multimedia menggunakan Adobe Flash
Belajar bahasa adalah belajar CS6 pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
berkomunikasi. Oleh karena itu, Kelas III SD ini sangat baik dilaksanakan
pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk membantu siswa dalam belajar.
untuk meningkatkan kemampuan Kurang fahamnya siswa mengenai materi
berbahasa, yaitu mendengarkan atau karakter tokoh dalam cerita anak. Jadi
menyimak, berbicara, membaca, dan ketika siswa diberi materi bacaan dan
menulis. kemudian siswa diminta untuk
Menurut Madcoms (2013: 1.1) Adobe menyebutkan karakter tokoh dalam cerita
Flash CS6 merupakan sebuah software yang dan menyimpulkan isi cerita, siswa masih
didesain khusus oleh Adobe dan program merasa kebingungan. Maka pembelajaran
aplikasi standar authoring tool professional perlu dikemas dengan baik sehingga materi
yang digunakan untuk membuat animasi tersebut tetap dapat dikuasai oleh siswa.
dan bitmap yang sangat menarik untuk Multimedia pembelajaran Video
keperluan pembangunan situs web yang Animasi 2D dengan Adobe Flash CS6
interaktif dan dinamis. merupakan contoh pemanfaatan teknologi
Adobe Flash CS6 menyediakan komputer dalam pembelajaran yang
berbagai macam fitur yang akan sangat dirancang untuk memudahkan siswa
membantu para animator untuk membuat dalam belajar Bahasa Indonesia. Melalui
animasi menjadi semakin mudah dan multimedia pembelajaran Video Animasi
menarik. Adobe Flash CS6 telah mampu 2D diharapkan akan tercipta pembelajaran
membuat dan mengolah teks maupun yang kondusif, menarik, dan
objek dengan efek tiga dimensi, menyenangkan. Pembelajaran dengan
sehingga hasilnya tampak lebih menarik. menggunakan Video Animasi 2D ini juga
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat meningkatkan partisipasi siswa
perlu menggunakan beberapa media. dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
Salah satunya dengan menggunakan buku- dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
buku pelajaran. Mengingat materi yang dengan aktif. Dengan demikian, peluang
terdapat dalam buku terlalu banyak dan siswa mengalami kejenuhan belajar akan
terkadang sulit untuk dipahami siswa. semakin kecil. Dengan berkurangnya
Terutama pelajaran Bahasa Indonesia, yang kejenuhan siswa dalam belajar, maka nilai
selalu menampilkan banyak materi bacaan. siswa akan meningkat. Agar lebih mudah
Hal tersebut membuat siswa jenuh dan dalam pemahaman tentang alur kerangka
kesulitan dalam belajar Bahasa Indonesia. berpikir. Berikut bagan alur kerangka pikir
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya dalam penelitian ini. Berdasarkan kajian
peningkatan kualitas pembelajaran melalui teoritis sebagaimana telah dipaparkan,
penyediaan media pembelajaran yang dalam penelitian ini diajukan kerangka

300
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

pemikiran sebagai berikut: 2. Respon siswa terhadap


Permasalahan penggunaan video animasi 2D
Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis multimedia
mengenai tokoh-tokoh cerita anak yang masih menggunakan Adobe Flash CS6
kurang dipahami siswa terhadap proses pembelajaran
Bahasa Indonesia minimal adalah
Kesempatan baik.
Inovasi Pembelajaran
3. Respon Guru terhadap
penggunaan video animasi 2D
Pengembangan
berbasis multimedia
Adobe Flash CS6
menggunakan Adobe Flash CS6
terhadap proses pembelajaran
Penyelesaian Bahasa Indonesia minimal adalah
Pengembangan Media baik.
Pembelajaran Video Animasi 2D berbasis 4. Ketuntasan belajar siswa setelah
Multimedia menggunakan Adobe Flash CS6 menggunakan media video
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III animasi 2D berbasis
SD multimedia menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di
SD N Pendowoharji Kleben
Dampak Sleman pada bulan Juni 2016 yang
Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa tertentu berjumlah 29 siswa. Subjek uji
dan menguji keefektifan produk tersebut. coba juga dilakukan di SD
(Sugiyono, 2010:407), sedangkan menurut yang sama yang berjumlah 8
Arief S Sadiman (2011:27) penelitian siswa, terdiri 4 siswa laki-laki dan
pengembangan adalah penelitian yang 4 siswa perempuan untuk uji
berorientasi untuk mengembangkan dan coba kelompok kecil. Pengujian
memvalidasi produk-produk yang untuk mengembangkan media
digunakan dalam pendidikan bukan untuk pembelajaran Video Animasi
membuat teori atau menguji teori, melainkan 2D berbasis multimedia
untuk mengembangkan produk-produk menggnakan Adobe Flash CS 6 ini
yang efektif untuk digunakan di sekolah. dilakukan melalui dua tahap.
Desain uji coba dalam penelitian
Kedua model pengembangan tersebut
ini digambarkan sebagai berikut.
diadaptasi sehingga menghasilkan sebuah
Adobe Flash CS6 terhadap proses
model pengembangan yang lebih
pembelajaran Bahasa Indonesia
sederhana, yang dijadikan sebagai landasan
minimal adalah baik.
dalam penelitian. Secara garis besar model
pengembangan ini dapat dilihat pada
METODE PENELITIAN
gambar berikut. Berdasarkan landasan teori
Model penelitian ini adalah
dan kerangka berpikir yang telah penulis
penelitian pengembangan. Penelitian
uraikan maka penulis merumuskan
pengembangan atau dalam bahasa
hipotesis sebagai berikut. Menggunakan
Inggrisnya Research and Development
Adobe Flash CS6 terhadap proses
adalah metode penelitian yang
pembelajaran Bahasa Indonesia minimal
digunakan untuk menghasilkan
adalah baik.
produk Instrumen Pengumpulan Data

301
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

yang digunakan dalam penelitian ini menurut Sunarti dan Selly Rahmawati
adalah angket, pedoman wawancara, (2012:184)
pedoman observasi, dan tes. Angket
digunakan untuk memperoleh data HASIL PENELITIAN DAN
dari ahli materi dan ahli media yang PEMBAHASAN
berkaitan dengan kualitas kelayakan Analisis kebutuhan dari penelitian
materi dan produk yang dibuat. pengembangan ini yaitu untuk mencari
Pedoman wawancara untuk informasi awal tentang hal-hal yang
memperoleh analisis kebutuhan dibutuhkan ketika penelitian yaitu tempat
sekolah, pedoman observasi penelitian, alat yang digunakan untuk
digunakan untuk menilai sikap siswa penelitian seperti LCD, pemanfaatan media
selama proses pembelajaran melalui perangkat komputer dan tentang
menggunakan media, dan tes siswa yang akan dijadikan objek penelitian,
digunakan untuk mengetahui dari hal tersebut maka dilakukan
ketuntasan belajar siswa. wawancara dengan guru kelas untuk
Teknik analisis data yang mencari informasi yang dibutuhkan.
digunakan dalam penelitian ini Tahap desain pembelajaran adalah
adalah statistik deskriptif. Data membuat rancangan pembuatan media
kualitatif dianalisis dan video animasi 2d. Rancangan yang dibuat
dideskripsikan merupakan pola dasar dalam
secara deskriptif kualitatif. Data pengembangan media. Tahapan awal yaitu
kuantitatif menentukan Standar Kompetensi,
dianalisis dan dideskripsikan secara Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan
deskriptif kuantitatif. Pembelajaran dan materi. Materi yang
Nilai presentase yang didapat dipilih pada pembelajaran Bahasa Indonesia
kemudian diubah menjadi bentuk nilai ini yaitu mengomentari tokoh-tokoh cerita
dengan konversi nilai anak yang disampaikan secara lisan.
berdasar patokan. Penilaian acuan Tahapan produksi media merupakan
patokan proses membuat video animasi 2d. Pada
(PAP) adalah penilaian yang dilkukan tahap produksi media melalui dua tahap
dengan membandingkan skor hasil tes yaitu tahap persiapan dan tahap
seorang siswa dengan suatu patokan pelaksanaan.
yang telah ditetapkan (Sunarti dan Tahap ini merupakan persiapan-
Selly Rahmawati (2012: 180). PAP persiapan yang harus dilakukan sebelum
digunakan karena patokan nilai yang membuat video animasi 2d yaitu
akan dijadikan standar kelulusan menyiapkan beberapa
sudah dapat ditentukan terlebih perlengkapan yang dibutuhkan antara
dahulu sebelum usaha penilaian lain:
dilakukan, dan patokan yang telah 1) Program Adobe Flash CS6
ditetapkan tersebut adalah batas 2) Komputer atau laptop,
lulus atau tingkat penguasaan 3) Membuat ide cerita
minimum. Patokan nilai yang 4) Bahan pendukung media (gambar
dijadikan batas lulus dalam penelitian karakter, background, pewarnaan
pengembangan media video gambar tokoh dan background dan
animasi 2d ini adalah B (baik). efek suara),
penghitungan persentase skala 5 Setelah perlengkapan untuk membuat

302
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

membuat media telah siap, tahap


selanjutnya
adalah membuat ide cerita dan
mendesain
produk. Tahapan yang dilalui dalam
mendesain produk adalah membuat gambar
karakter kartun sesuai watak tokoh dalam
cerita terlebih dahulu.

Gambar 3 : Desain Karakter Tokoh Pengembangan video animasi 2d


Tahap pelaksanaan yaitu proses dari kualitas produk video
pembuatan video animasi 2d bahasa pembelajaran berbasis multimedia
Indonesia sudah siap untuk dibuat. yang dapat diketahui dari hasil
Pembuatan video menggunakan penilaian oleh ahli materi dan ahli
bantuan program Adobe Flash CS6. media.
nilai Keterangan

Aspek isi 40 B Baik Tabel 3 : Analisis Data Hasil


Aspek 42 B Baik Penilaian Ahli Media
pembelajara
Skor total 40+42 =82 Aspe Skor nila Keteranga
Nilai B (Baik) k i n
kualitas Aspek 72 A Sangat
Sk nilai Keterangan
o desain baik
Aspek isi 47 A Sangat Baik Aplikasi
Aspek 48 A Sangat Baik
pembelajar Skor total 72
Skor total 47+48 =95 Nilai A (Sangat baik)
Nilai A ( Sangat Baik) kualitas
kualitas
Tabel 2 : Story Board Video Animasi 2D Skor total produk menurut
penilaian ahli media adalah 72
berdasarkan pedoman penilaian pada
tabel 13, maka skor total 72 berada
pada interval > 61,88 maka nilai
kualitas produk menurut ahli media
adalah A atau kualitas produk sangat
baik.

303
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Tabel 4 : Analisis Data Hasil Dapat diketahui daya tarik


Penilaian Kualitas Produk siswa terhadap produk video
pembelajaran dari hasil respon siswa
Aspe Skor Nila Keteranga terhadap pembelajaran yang
k i n menggunakan video animasi 2d,
Aspek Isi, A Sangat
dibuktikan dengan nilai persentase
Pembelajar baik
lebih dari 90 %.. Melihat pedoman
an 90%
konversi nilai pada tabel 14 , maka nilai
,
persentase saat uji coba kelompok kecil
Aspe
dengan skor saat uji coba kelompok
k
Skor total 90% besar sama-sama berada pada interval
Nilai A (Sangat baik) antara 85%-100% maka dapat
kualitas disimpulkan bahwa nilai respon siswa
Berdasarkan hasil perhitungan adalah A (sangat baik).
diperoleh persentase ketuntasan
pembelajaran adalah 90%. Apabila Tabel 6 : Hasil Respon Guru terhadap
melihat pedoman penilaian pada tabel Pembelajaran Video Animasi 2D
11 , persentase 90% berada pada
rentang NO Wakt Skor total Nil Ket
1 Uji A Sanga
85% - 100%, sehingga dapat
coba t
disimpulkan bahwa nilai kualitas
Kelo baik
produk video animasi 2d pada mata
m %
pelajaran bahasa Indonesia adalah A
atau sangat baik Selama uji coba Hasil perhitungan diperoleh
kelompok kecil dan uji coba persentase ketuntasan pembelajaran
kelompok besar, siswa diberikan adalah 90%. Apabila melihat pedoman
angket respon terhadap pebelajaran penilaian pada tabel 15 , persentase
yang menggunakan video 90% berada pada rentang 85% -
pembelajaran interaktif. Berikut ini 100%. Dengan demikian dapat
hasil respon siswa terhadap disimpulkan nilai respon guru
pembelajaran yang menggunakan terhadap video animasi 2d pada
video pembelajaran interaktif. mata pelajaran bahasa Indonesia
adalah A atau
Tabel 5 : Hasil Respon Siswa terhadap sangat
Pembelajaran Video Animasi 2D baik.
Ketuntasan belajar siswa
NO Waktu Nila Nila Ket dapat diketahui dari hasil nilai
i i evaluasi siswa. Soal yang diberikan
1 Uji A Sangat
berupa pilihan ganda berjumlah
coba baik
30 soal. Bentuk soal yang diberikan
kelom
2 Uji A Sang saat uji coba kelompok kecil dan uji
Coba at coba kelompok besar berbeda, yang
kelom baik membedakan adalah uji coba
po k = kelompok kecil soal berjumlah 10
nomor menggunakan tabel sedangkan
uji coba kelompok besar

304
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

menggunakan pretest dan postest SD” berdasarkan dari hasil rata-rata


pilihan ganda berjumlah 30 soal. ahli materi 1 dan 2, ahli media, respon
Soal pretest ada beberapa yang siswa, dan respon guru yang sudah
berbeda dengan soal postest, yang dipaparkan di atas menunjukkan
membedakan yaitu soal pretest siswa bahwa media video animasi
diberi teks cerita anak, sedangkan 2D ini layak digunakan untuk media
soal postest siswa dipaparkan media pembelajaran bahasa Indonesia di
video animasi 2d yang dikembangkan. Kelas III SD, karena sudah menerapkan
Siswa dikatakan tuntas jika nilai yang 4 keterampilan dasar yaitu,
diperoleh adalah ≥71 (KKM). Berikut mendengarkan, berbicara, membaca
ini adalah rangkuman hasil nilai dan dan menulis. Video animasi 2D ini juga
ketuntasan dari uji coba dilakukan. sudah memberikan pesan moral yang
dapat ditiru siswadengan cara harus
Tabel 7 : Hasil Ketuntasan Belajar Siswa membantu sesama, dan tidak bersikap
Setelah Menggunakan Video Animasi 2D sombong. Kenaikan ketuntasan belajar
siswa juga membuktikan bahwa
Uji Jml Jml Jml. Perse Ket media video animasi 2D ini baik
cob . . Sisw n digunakan untuk memudahkan siswa
a Sis Sis a tase dalam belajar bahasa Indonesia.
Kel 8 5 3 62.5% C

Kel. 29 16 13 55.1 D KESIMPULAN


Besa 7 Penelitian Pengembangan yang
r % dilakukan menghasilkan produk video
Kel. 29 24 5 82.7 B animasi 2d pada mata pelajaran bahasa
Besa 5 Indonesia untuk siswa kelas III SD,
r % dengan materi “Mengomentari tokoh-
tokoh cerita anak yang disampaikan secara
Dari hasil pembahasan di atas lisan”. Video pembelajaran yang yang
dapat dikaitkan dengan penelitian dikembangkan melalui penelitian ini layak
yang relevan menurut Chabib digunakan pada mata pelajaran bahasa
Syafrudin dan Wahyu Pujiyono yang Indonesia kelas III di SD.
berjudul Pembuatan Film Animasi Berdasarkan penilaian dari ahli materi
Pendek “Dahsyatnya Sedekah” terhadap produk video animasi 2d, diperoleh
Berbasis Multimedia Menggunakan skor total 82 dan memperoleh kriteria baik
Teknik 2D bahwa hasil uji coba menurut ahli materi 1 sedangkan menurut
menunjukkan film animasi ini layak ahli materi 2 diperoleh skor 95 dan
untuk ditonton oleh anak usia balita memperoleh kriteria sangat baik. Penilaian
hingga sekolah dasar karena ahli media terhadap kualitas produk video
mengandung nilai edutaiment baik animasi 2d diperoleh skor total 72 dan
secara moral maupun religious. berkriteria sangat baik. Berdasarkan
Sedangkan penelitian yang peneliti penilaian kualitas produk oleh guru kelas III
kembangkan dengan judul SD diperoleh skor presentase 90% yang
“Pengembangan Media Pembelajaran berkriteria sangat baik. Hasil tersebut
Animasi menunjukkan bahwa video animasi 2d layak
2D Berbasis Multimedia menggunakan digunakan untuk pembelajaran siswa kelas III
Adobe Flash CS6 pada Mata SD.
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III
305
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.


Respon siswa terhadap penggunaan Azhar Arsyad. 2011. Media Pembelajaran.
video animasi 2d pada mata pelajaran Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
bahasa Indonesia untuk siswa kelas III SD Bambang Eka Purnama. 2013. Konsep
sebesar 90% pada uji coba kelompok kecil Dasar Multimedia. Yogyakarta: Graha
dan 91.72% pada uji coba kelompok besar Ilmu.
dan mendapat kriteria sangat baik. Hal ini Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto.
menunjukan ketertarikan siswa 2011. Media Pembelajaran. Bogor:
menggunakan video animasi 2d sebagai Ghalia Indonesia.
alternatif lain dalam penyampaian materi Chabib Syafrudin dan wahyu pujiyono.
pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada 2013. “Pembuatan Film Animasi Pendek
materi Tokoh-tokoh Cerita Anak. Hasil “Dahsyatnya Sedekah” Berbasis
dari respon siswa tersebut menunjukkan Multimedia Menggunakan Teknik 2d
bahwa video animasi 2d layak digunakan Hybrid Animation Dengan Pemanfaatan
untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Graphic”.( http://journal.uad.ac.id, di
Respon guru terhadap siswa dalam unduh 21 februari 2016)
penggunaan video animasi 2d untuk siswa Eko Putro Widoyoko. 2014. Teknik
kelas III SD skor presentasenya 90% Penyusunan Instrumen Penelitan.
berkriteria sangat baik. Hasil observasi pada Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
uji coba kelompok kecil memperoleh skor Ginko Manga Team. 2010. Mudah dan Cepat
presentae 80% berkriteria baik, sedangkan Belajar Menggambar Manga. Jakarta:
pada uji coba kelompok besar memperoleh Trans Media Pustaka.
skor presentae 80% dan berkriteria baik. Hasil Hujair AH Sanaky. 2011. Media
dari respon guru, dan observasi tersebut pembelajaran, Buku Pegamgan Wajib
menunjukkan bahwa video animasi 2d layak Guru dan Dosen. Yogyakarta: Kaukaba
digunakan untuk pembelajaran bahasa Dipantara.
Indonesia. Hujair AH Sanaky. 2013. Media pembelajaran
Pada saat pelaksanaan pembelajaran Interaktif-inovatif. Yogyakarta: Kaukaba
dengan kkm ≥ 71 ketika uji coba kelompok Dipantara.
kecil dari 8 siswa ada 5 siswa yang tuntas Isma Trisna Santi dan Bambang Eka
mencapai KKM dan persentase Purnama. 2014. “Pembuatan Film
ketuntasan belajarnya 62.5% berkriteria Ande-Ande Lumut Menggunakan
cukup. Pada uji coba kelompok besar (pretest) Animasi 2 Dimensi Pada Taman
dari 29 siswa ada 16 siswa yang tuntas Kanak-Kanak (TK) Az-Zalfa Sidoharjo
mencapai KKM dan persentase Pacitan”.
ketuntasan belajar klasikalnya 55,17% (http://ijns.org/journal/index.php/speed/articl
berkriteria kurang. Pada uji coba kelompok e/viewFile/1045/1033, di unduh 21
besar (postest) menggunakan video animasi februari 2016)
2d, dari 29 siswa yang mengikuti, 24 siswa Madcoms. 2013. Mahir Dalam 7 Hari:
tuntas dan 5 siswa belum tuntas sehingga Adobe Flash CS6. Yogyakarta: ANDI.
ketuntasan belajar klasikal siswa mencapai Masnur Muslich. 2013. Bahasa Indonesia Pada
82,75% dengan skala nilai B (baik). Era Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mohamad Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran
DAFRTAR PUSTAKA dan Pengajaran. Bandung: Pustaka
Arif S Sadiman. 2011. Media Pendidikan: Bani Quraisy.
Pengertian, Pengembangan dan Munir. 2012. Multimedia Konsep dan Aplikasi

306
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


Nunuk Suryani dan Leo Agung S. 2012. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Ombak. Suyanto. M dan Aryanto Yuniawan.
Pandapotan Sianipar. 2006. Cara Mudah 2006. Merancang Film Kartun Kelas
Menguasai Video Editing dengan Adobe Dunia. Yogyakarta: ANDI.
Premier Pro. Jakarta: Elex Media Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.
Komputindo. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Puji Santosa, Sutejo, Edi Sugito, Zuleha, Rineka Cipta.
dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Indonesia SD. Jakarta: Universitas tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Terbuka. Untung Rahardja, Syela Ferdiani, Dewi
Rayandra Ayhar. 2013. Kreatif Immaniar D. 2012. Membuat Movie Sffect
Mengembangkan Media Pembelajaran. Holywood dengan Tekhnologi CGI.
Jakarta: Referensi Jakarta Yogyakarta: Andi Publisher.
Robert E. Slavin, Nancy A. Madden, Bette Yudhi Munadi. 2013. Media
Chambers, Barbara Haxby. 2014. Pembelajaran.Jakarta: Referensi.
Membaca Membuka Pintu Dunia. Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif
Rostina Sundaya. 2013. Media dengan ICT. Yogyakarta: Skripta Media
Pembelajaran Matematika. Bandung: Creative.
Alfabeta. Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa
Sobry Sutikno. 2013. Belajar dan Indonesia.Bandung: PT Remaja
Pembelajaran. Lombok: Holistica Rosdakarya.
Sri Anitah. 2010. Media Pembelajaran.
Surakarta: Yuma Pustaka.

307
PENDIDIKAN KARAKTER : MAKNA KEBERSYUKURAN (Penjelajahan Religio-Psikologis)

Azis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstraksi
Kebersyukuran secara komprehensif mencakup perbuatan hati, lisan dan anggota tubuh.
Berkaitan dengan psikologi positif, syukur merupakan motif tertinggi dalam ibadah kepada
Allah. Ibadah yang didasari oleh syukur dapat terjamin kelestarian dan berlangsungannya,
karena ia bebas dari pamrih. Kebersyukuran mengandung aspek-aspek positif baik secara
kognitif, emosi dan perilaku. Kebersyukuran juga sebagai konsep dasar moral dalam
pembentukan pendidikan keperibadian dalam rangka mendekatkan dan melekatkan diri kepada
Allah SWT.
Perintah bersyukur secara bergandengan dengan perintah berdzikir, hal ini menunjukkan
kepada kedudukan yang penting dalam Islam. Orang yang bersyukur selalu didorong untuk
menjadi orang yang ikhlas, sabar, bersahaja, tidak mudah menyalahkan Tuhan, murah hati,
cukup, humanis, tidak materialistik, berpikir positif dan bersikap nrimo (qana’ah). Sedang
hikmah kebersyukuran secara kajian religi psikologi positif, merupakan anugerah Allah,
mengurangi emosi negatif, dan melalui syukur dapat mencapai kebahagiaan dan kehidupan
yang penuh ketentraman. Serta mampu membuat individu tidak mudah merasa kesepian dan
terhindar dari gejala depresi.
Kata Kunci : kebersyukuran, religi, psikologis
Seorang muslim harus menyadari
A. Pendahuluan bahwa kekayaan hakiki itu letaknya ada
Bersyukur kepada Allah swt pada keikhlasan jiwa dan kerelaan hati
adalah suatu ungkapan rasa terima kasih menerima karunia Ilahi, seberapapun
terhadap apa-apa yang telah diberikan- besarnya. Harta kekayaan di dunia
Nya kepada hamba-hamba-Nya. sejatinya hanya titipan dan amanah Allah
Ungkapan rasa syukur dapat dilakukan yang harus dimanfaatkan di jalan
dengan ucapan, perilaku dan hati. keridhaan-Nya, sebagai tanda syukur
Syukur dengan lisan berupa pengakuan kepada sang Pemberi Nikmat. 2
atas anugerah dalam derajat kepasrahan, Hal tersebut karena ajaran tentang
syukur dengan perilaku adalah kewajiban manusia untuk bersyukur atas
mengambil sikap setia dan menngabdi, nikmat karunia Allah yang telah
sedang syukur dengan hati adalah dilimpahkan, menempati kedudukan
tentram dengan bermusyahadah secara yang sangat penting dalam ajaran Islam.
kontinyu melaksanakan pemujian. Kaum Imam Al-Gazali menegaskan bahwa
cedekiawan bersyukur dengan lidah disebutnya perintah bersyukur secara
mereka, kaum pecinta bersyukur dengan bergandengan dengan perintah berdzikir,
perbuatan dan kaum ‘arifin bersyukur menunjukkan kepada kedudukan yang
dengan sikap istiqomah dalam semua penting itu. Dalam Al-Qur’an kata
perilakunya. 1 syukur disebut sebanyak 75 kali. Dalam

1
Rachmat Ramadhana Al-Banjari,
2
Prophetic Leadership, Yogyakarta : Diva Press, Irham Sya’roni, Motivasi Islami Dosis
2008, hlm. 188. Tinggi, Yogyakarta : Citra Risalah, 2010, hlm. 108.

308
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

ayat-ayat itu syukur tidak hanya dipakai Al-Furqan ayat 62 dan Surah Al-
dalam rangka perbuatan manusia dalam Insan ayat 9. 6
mensyukuri nikmat, tapi juga dalam Sementara di Indonesia dikenal
mengungkapkan sikap hamba kepada pula kata tasyakkur, dalam hubungan
Allah 3 ini Ar-razi menerangkan bahwa
Syukur menjadi salah satu bagian kalimat tasyakkara lahu sama dengan
dari psikologi positif yang kalimat syakara lahu. Sedang Ibnu
menggambarkan kondisi psikologis Jarir At-Tabari menganggap
internal dalam nuansa Islam. Bagi para keduanya sebagai sinonim, dengan
ulama, syukur adalah ungkapan terima alasan bahwa orang Arab sering
kasih secara penuh kepada Allah yang menggunakan keduanya dalam satu
direalisasikan melalui tindakan yang ungkapan Alhamdu Lillah
terpuji. Orang yang bersyukur dengan syukran. 7 Sedang Yunahar Ilyas
totalitas akan didorong untuk menjadi mengartikan syukur adalah memuji
orang yang ikhlas, sabar, bersahaja, tidak si pemberi nikmat atas kebaikan yang
mudah menyalahkan Tuhan, murah hati, telah dilakukannya. Syukurnya
cukup, humanis, tidak materialistik, hamba berkisar atas tiga hal, yang
berpikir positif dan nrimo. 4 apabila ketiganya tidak berkumpul,
B. Makna Kebersyukuran maka tidak dinamakan bersyukur,
1. Pengertian Syukur yaitu mengakui nikmat dalam batin,
Kata syukur banyak disebut membicarakannya secara lahir dan
dalam al-Qur’an menurut Shihab menjadikannya sebagai sarana untuk
sebanyak 64 kali. 5 Kata syukur yang taat kepada Allah. Jadi syukur
sudah menjadi bagian dari kosa kata berkaitan dengan hati, lisan dan
dalam bahasa Indonesia, berasal dari anggota badan. 8
Bahasa Arab. Dalam bahasa asalnya, Sementara Imam al-Gazali
syukur yang merupakan kata menguraikan kakekat syukur yang
masdar. Kata kerjanya adalah syakara mencakup ilmu, hal dan amal. Ilmu
(madi) dan yasykuru (mudari), ada juga ialah pengetahuan tentang nikmat
kata syukur yang dua kali disebut yang dianugerahkan oleh sang
dalam Al-Qur’an , yakni dalam surah pemberi nikmat. Hal adalah rasa
gembira yang terjadi akibat
pemberian nikmat. Sedangkan amal
3
Badan Litbang dan Diklat Kementerian adalah melakukan apa yang menjadi
Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al- tujuan dan yang disukai oleh sang
Qur’an Tematik), Jakarta : Lajnah Pentashihan pemberi nikmat. Amal terkait dengan
Mushaf Al-Qur’an, 2010, hlm. 415.
4
Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan 6
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. Agama RI, ............... hlm. 416-417.
383.
7
Ibid.,
5
M. Q. Shibah, Wawasan Al-Qur’an :
8
Tafsir Maudhlui Pelbagai persoalan Umat, Bandung Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta
: Mizan, 1996. : Pustaka Pelajar Offset, 1999. hlm. 50.

309
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

tiga hal, yaitu hati, lisan dan anggota dibuktikan syukur dengan amal
tubuh. 9 perbuatan nyata, melalui
Syukur dalam ilmu psikologi memanfaatkan harta di jalan Allah,
disebut gratitude, yang diartikan baik untuk dirinya, keluarga, umat
sebagai suatu bentuk emosi yang atau fi sabilillah. 11
berkembang menjadi sikap dan moral Berkaitan dengan aspek
yang baik, kemudian menjadi ketiga yaitu bersyukur dengan
kebiasaan yang membentuk dengan anggota badan, kita kutip
keperibadian dan mempengaruhi dialog antara seorang laki-laki
individu dalam merespon situasi- dengan Imam Abu Hazm :
situasi yang sedang dialami. Syukur Apa syukurnya kedua mata itu ?
memiliki hubungan positif dengan + Apabila engkau melihat sesuatu
emosi positif, seperti kepuasan yang baik, engkau
hidup, kebahagiaan, mudah memceritakannya, tapi melihat
memaafkan orang lain, mudah keburukan, engkau
mengontrol amarah, sehingga menutupinya.
terhindar dari depresi, kecemasan Bagaimana syukurnya telinga ?
dan iri hati. 10 + Jika engkau mendengar yang baik,
2. Dimensi Syukur peliharalah. Dan bila mendengar
Syukur harus melibatkan tiga yang buruk, cegahlah.
dimensi yaitu hati, lisan dan jawarih Bagaimana syukurnya tangan ?
atau anggota badan. Bila seorang + Jangan mengambil sesuatu yang
muslim bersyukur kepada Allah atas bukan milikmu dan jangan
keyakinan harta benda yang menolak hak Allah yang ada
diperolehnya, maka pertama harus pada kedua tanganmu.
mengetahui dan mengakui bahwa Bagaimana syukurnya perut ?
semua kekayaan yang diperolehnya + Hendaklah bawahnya berisi
adalah karunia Allah swt. Usaha makanan, sedang atasnya penuh
yang dilakukan hanya sebab atau dengan ilmu.
ikhtiar semata. Ikhtiar tanpa taufiq Bagaimana syukurnya kemaluan ?
dari Allah, tidak akan menghasilkan + Ibnu Hazm menjawab dengan
apa yang diinginkan. Maka ia harus membaca surat Mukminun ayat
bersyukur kepada Allah, dengan 1-7, yang intinya ....... dan orang-
kalimat alhamdulillah, as-Syukru lillah orang yang menjaga
dan sebagainya, kemudian kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak-
budak yang mereka miliki, maka
9
Badan Litbang dan Diklat Kementerian sesungguhnya mereka dalam hal
Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al- ini tiada tercela .............
Qur’an Tematik) ......... hlm. 425. Bagaimana syukurnya kaki ?
10
+ Jika engkau melihat seorang
Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
shaleh yang mati dan engkau
Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
bercita-cita dan berharap seperti
Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, .........
11
hlm. 391-392. Yunahar Ilyas, Op. Cit., hlm. 51

310
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

dia, yang selalu melangkahkan sendiri. Allah menyatakan dalam


kakinya untuk taat dan beramal Q.S. Luqman ayat 12, yang artinya ”
shaleh semata, maka contohlah ....Dan barang siapa bersyukur
dia. Dan bila engkau melihat kepada Allah, maka sesungguhnya ia
seorang mati yang engkau bersyukur untuk dirinya sendiri, dan
membencinya, maka bencilah barang siapa yang tidak bersyukur,
amalnya. Maka engkau menjadi maka sesungguhnya Allah Maha
orang yang bersyukur. Kaya lagi Maha Terpuji.
Kemudian Ibnu Hazm Dijelaskan juga dalam QS.
menutup jawabannya dengan Ibrahim ayat 7, yang artinya ”Dan
mengatakan bahwa orang yang ingatlah tatkala Tuhanmu
bersyukur dengan lisannya saja tanpa memaklumkan : sesungguhnya jika
dibuktikan dengan amal perbuatan kamu bersyukur, pasti Kami akan
dan sikap, maka ia ibarat seorang menambah nikmat kepadamu, dan
laki-laki yang punyai pakaian, lalu ia jika kamu mengingkari nikmat-Ku,
pegang ujungnya, tidak ia pakai. maka sesungguhnya azab-Ku sangat
Menjadi sia-sialah pakaian tersebut. 12 pedih”. 14
Pendapat Al-Jauziyah yang Orang yang bersyukur akan
dikuti oleh Ida Fitri, menggambarkan mencapai kebahagian, dengan
syukur dengan tiga makna, pertama, kehidupan yang tenang dan tentram.
mengetahui nikmat yang artinya Berbeda dengan orang yang tidak
menghadirkan nikmat di dalam bersyukur, selalu merasa kurang,
pikiran, mempersaksikan dan sehingga tidak merasakan
membedakannya. Kedua, artinya ketenangan dalam hidupnya, akan
menerima nikmat Allah dengan mudah sakit hati bahkan sampai
segala kerendahan diri kepada-Nya. stress. 15
Dan ketiga yaitu memuji karena Oleh karena itu perlu
nikmat Allah, dan memuji Sang memperluas jalan menuju
Pemberi Allah saw. 13 kebahagian yaitu : bebaskan hatimu
3. Keutamaan Syukur. dari rasa dendam dan rasa takut,
Manusia diperintahkan hidup sederhana, sedikit berharap,
bersyukur kepada Allah, bukan banyak memberi, isilah penuh
untuk kepentingan Allah, karena harapanmu dengan kasih sayang,
Allah ghaniyun’anil ’alamin, tapi pancarkanlah cahaya matahari,
untuk kepentingan manusia itu lupakan dirimu sendiri dan ingatlah
orang lain, perlakukanlah sesama

12
Ahmad Farid, Pembersih Jiwa,
14
Terjemahan Nabhani Idris, Bandung : Pustaka, Lihat Qur’an Surat Luqman ayat 12 dan
1990, hlm. 146-148. Q.S. Ibrahim ayat 7.
13 15
Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV. Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ......... Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, .........
hlm. 389. hlm. 398.

311
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

manusia seperti engkau ingin yang biasa dilakukan oleh sebagian


diperlakukan (Mattern). 16 ulama sufi. 19
Muhammad Chirzin menegaskan Lebih jauh Al-Ghazali yang
bahwa sumber kebahagiaan hidup pendapatnya dikutip Ida Fitri,
adalah kesehatan, hati nurani yang memandang orang yang tidak
suci murni, dan rumah yang bersyukur disebut kufur, yang
menyenangkan (Sidney Smith). 17 merupakan salah satu penyakit hati,
4. Hambatan untuk Bersyukur karena hatinya tertumbuk dalam
Al-Gazali mengatakan bahwa hawa nafsu, sehingga akan mendapat
kebodohan dan kelalaian merupakan laknat serta hati berbolak balik,
penyebab pokok yang menghambat seolah tidak pernah beriman (tidak
manusia untuk bersyukur. Dengan tenang). Maka ketika penyakit hati
kebodohan dan kelalaian itu, tidak bisa dikendalikan, akan
manusia tidak mampu mengenali terjerumus kepada cinta dunia dan
nikmat Allah, padahal rasa syukur kemunafikan. 20
tidak mungkin terwujud kecuali 5. Hikmah Dibalik Syukur
orang mengenal nikmat Allah. Bahwa syukur tidak selalu
Mensyukuri nikmat Allah dengan ditujukan kepada Allah, melainkan
mengucapkan alhamdulillah dan asy- juga ditujukan kepada sesama
syukru lillah. Hambatan lain yaitu manusia. Dalam bahasa Indonesia,
desakan keinginan hawa nafsu dan syukur kepada sesama manusia
pengaruh kuat syetan. 18 disebut terima kasih. Islam
Menghadapi manusia yang memerintahkan umatnya untuk
tidak sadar, Al-Gazali menawarkan membalas kebaikan orang lain
solusi, yakni untuk orang-orang yang dengan berterima kasih atau
tajam mata hatinya bersyukur. 21 Dalam hal ini
direkomendasikan untuk ditegaskan dalam hadits nabi, yang
merenungkan berbagai macam artinya “Barang siapa yang tidak
nikmat Allah yang bersifat umum. bersyukur kepada manusia, berarti ia
Sedangkan bagi orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah
dungu hatinya, penyadarannya (Riwayat At-Tabrani dari Jabir).
dengan memperhatikan keadaan Berterima kasih kepada
orang secara fisik material berada sesama manusia sangat penting
dibawahnya dan melakukan apa untuk menciptakan kebaikan hidup

19
Ibid., hlm. 432.
20
Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
16
Muhammad Chirzin, Kearifan Semesta, Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015, hlm. Ulama), diterbitkan dalam Jurnal Dakwah Vol. XV.
255. No. 2 Tahun 2014, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, .........
17
Ibid., hlm. 260. hlm. 391.
18 21
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al- Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-
Qur’an Tematik) ......... hlm. 429. Qur’an Tematik) ......... hlm. 433-434.

312
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

bersama, dapat membangkitkan disebut dengan istiqomah dalam


semangat dan tekad para pelaku ibadah. 24
kebajikan yang ikhlas dalam beramal Hikmah kebersyukuran
dan bermanfaat untuk orang lain, secara kajian psikologi positif,
sehingga berusaha untuk merupakan anugerah Allah.
menambahnya. Dikuatkan oleh Al- Penelitian Sheldon dan Sonja yang
Qurtubi, dengan bersyukur akan dikutip oleh Ida Fitri Sholihah
memperoleh kesempurnaan, menunjukkan bahwa kebersyukuran
kelestarian dan penambahan nikmat. dapat mengurangi emosi negatif
Dengan syukur, nikmat yang telah pada diri seseorang. 25Dan dengan
ada akan terjaga, sebagaimana bersyukur dapat mencapai
nikmat yang hilang akan diperoleh kebahagiaan dan kehidupan yang
kembali. 22 penuh ketentraman dan mudah
Penulis juga mengkaitkan menghadapi permasalahan hidup
syukur dengan tujuan pokok atau keadaan yang menekan. Syukur
penciptaan manusia yakni ibadah juga mampu membuat individu tidak
kepada Allah. Menurut Rasyid Ridla, mudah merasa kesepian dan
mengatakan ibadah kepada Allah terhindar dari gejala depresi. 26

merupakan puncak syukur hamba Hikmah yang lain, bahwa


kepada-Nya 23 orang yang bersyukur adalah orang
Kelebihan lain dari motivasi yang adil dan beradab, karena
syukur, dibanding dengan motivasi manusia adalah makhluk yang
lain, bahwa syukur memungkinkan berbudaya dengan potensi cipta, rasa
pelaku ibadah untuk beribadah dan karsa. Sikap adil dan beradab
secara lestari berkesinambungan, sesuai dengan martabat manusia.
karena nikmat yang harus disyukuri Dan juga lebih peduli terhadap orang
memang tidak pernah habis. lain, sebagai manusia sebagai
Tingginya tingkat ibadah yang perantara Tuhan dalam memperoleh
didasari motif syukur berkaitan nikmat, sehingga tidak sekedar
dengan ibadah yang mengucapkan terima kasih,
kerkesinambungan ibadah itu. melainkan peduli dan saling
Karena ibadah dilakukan tanpa membantu satu sama lain. 27
pamrih, tapi ungkapan rasa syukur
atas nikmat Allah yang tidak henti- 24
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
hentinya dan tidak mengenal kata
Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-
akhir, ia akan berlanjut terus tanpa
Qur’an Tematik) ......... hlm. 437-438.
mengenal pasang surut, istilah ini
25
Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Ulama),.............. hlm. 386.
26
22
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Abu Abdullah Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-
Ahkamil Qur’an, Beirut : Darul Fikr, 1994, hlm. Qur’an Tematik) ......... hlm. 437-438.
192.
27
23
Ida Fitri Sholihah, Kebersyukuran (Upaya
Muhammad Rasyid Rida, Tafsir Al- Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Manar, juz 1 hlm. 60. Ulama),.............. hlm. 402.

313
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

C. Syukur dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits menghindari perbuatan meminta-


1. Al-Quran Surah Asy-Syura ayat 27, minta, “tangan yang di atas lebih
yang artinya :”Dan sekiranya Allah baik dari pada tangan yang di bawah.
melapangkan rezekinya kepada Tangan yang di atas adalah pemberi
hamba-hamba-Nya niscaya mereka dan tangan yang di bawah adalah
akan berbuat melampaui batas di peminta-minta (HR. Bukhari). 31
bumi, tetapi Dia menurunkan dengan 6. Hadits yang diriwayatkan dari Abu
ukuran yang Dia kehendaki. Hurairah ra. Ia berkata : Rasulullah
Sungguh Dia Maha Teliti terhadap pernah bersabda : Kaya itu bukanlah
keadaan hamba-hamba-Nya”. 28 karena banyak harta, tapi kaya
2. Al-Qur’an Surah Ibarhim ayat 7, yang adalah kaya hati (yakni hatinya
artinya “Dan ingatlah ketika merasa puas dengan apa yang telah
Tuhanmu memaklumkan , diberikan oleh Allah. 32
Sesunguhnya jika kamu bersyukur, D. Menanamkan Rasa Syukur
niscaya Aku akan menambah nikmat Aplikasi rasa kebersyukuran
kepadamu, tetapi jika kamu kepada Allah swt dilakukan dengan
mengingkari, maka pasti azab-Ku cara :
sangat berat”. 29 a. Ucapan lisan yakni mengucapkan
3. Al-Qur’an Surah An-Naml ayat 40, kalimat Al-Hamdulillah (QS. Al Isra
yang artinya ......Maka ketika Nabi ayat 111, atau Al-Hamdulillah rabbil
Sulaiman melihat singgasana itu ’alamin (QS. Yunus ayat 10).
terletak dihadapannya, dia pun b. Senantiasa meningkatkan kualitas
berkata : Ini termasuk karunia pemahaman, penghayatan, dan
Tuhanku untuk mengujiku, apakah pengamalan keimanan, keislaman,
aku bersyukur atau mengingkari. keihsanan dan ketauhidan kepada
Barang siapa bersyukur, maka Allah swt.
sesungguhnya bahwa dia bersyukur c. Senantiasa meningkatkan kualitas
untuk kebaikan dirinya sendiri dan kesehatan dan kesejahteraan fisik,
barang siapa ingkar, maka mental, spiritual, finansial dan
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, sosialnya.
Maha Mulia. 30 d. Senantiasa meningkatkan kecerdasan-
4. Al-Baqarah ayat 152, yang artinya kecerdasan diri, sehingga membawa
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada keberkahan dan kerahmatan
janganlah kamu mengingkari nikmat- bagi diri dan lingkungan secara luas
Ku dan universal. 33
5. Hadits yang diriwayatkan dari Rasa syukur melimpahkan
Abdullah bin Umar ra, bahwasanya banyak keuntungan yaitu :
Rasulullah pernah bersabda ketika
beliau di atas mimbar sedang
menuturkan masalah sedekah dan 31
Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih
Muslim, Penerjemah Achmad Zaidun, Jakarta :
Pustaka Amani, 2003, hlm. 317.
28
Lihat Al-Qur’an Surah Asy-Sura ayat 27.
32
Ibid., hlm. 319.
29
Lihat Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 7.
33
Rachmat Ramadhana Al-Banjari,
30
Lihat Al-Qur’an Surah An-Naml ayat 40. Prophetic Leadership ........ hlm. 189.

314
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

a. Melarutkan perasaan negatif : menjadikan aku ini seorang miskin.


kemarahan dan kedengkian mencair Terkadang aku merasa terganggu
dalam pelukannya, ketakutan dan dengan hartaku. Nabi Musa
pembelaan diri. tersenyum, lalu berkata, Wahai
b. Menghilangkan penghalang-halang saudaraku, janganlah kamu
cinta bersyukur kepada Allah swt. Wahai
c. Membangkitkan kebahagiaan Nabi Allah, bagaimana aku tidak
d. Rasa syukur adalah untuk semua bersyukur kepada Allah? Dia telah
orang, artinya merefleksikan hadiah memberiku mata yang dengannya
yang dimilikinya. 34 aku dapat melihat, telinga yang
E. Kisah Inspiratif dengannya aku dapat mendengar.
1. Kisah Pertama Allah telah memberiku tangan yang
Nabi Musa a.s. memiliki umat dengannya aku dapat bekerja, dan
yang jumlahnya sangat banyak dan telah memberiku kaki yang
umur mereka panjang-panjang. Ada dengannya aku dapat berjalan.
orang kaya dan ada yang miskin. Bagaimana aku tidak
Suatu hari ada seorang yang miskin mensyukurinya? Jawab si kaya.
datang menghadap Nabi Musa a.s. Si Akhirnya, si kaya itu pulang ke
miskin kemudian berkata kepada rumahnya. Kemudian terjadilah si
Nabi Musa, “Wahai Nabi Allah, Kaya semakin ditambah
tolong sampaikan permohonanku kekayaannya oleh Allah swt, karena
kepada Allah agar Ia menjadikanku ia selalu bersyukur. Dan si miskin
orang yang kaya”. menjadi semakin miskin. Allah swt
Nabi Musa tersenyum dan mengambil semua kenikmatan yang
berkata kepada si miskin, telah diberikan-Nya sehingga si
“Saudaraku, perbanyaklah bersyukur miskin itu tidak memiliki selembar
kepada Allah swt”. Si Miskin agak pakaian pun yang melekat
terkejut dan kesal. Ia berkata, ditubuhnya. Ini semua karena ia
“Bagaimana aku mau banyak tidak mau bersyukur kepada Allah
bersyukur, sedangkan makan pun swt. 35
aku amat jarang dan pakaian yang 2. Kisah kedua
aku pakai pun hanya satu lembar ini Zaenab binti Jahsy adalah
saja”. Akhirnya si miskin pulang saalah satu dari sekian banyak istri
tanpa mendapatkan apa-apa yang Rasulullah SAW. Beliau terkenal
diinginkannya. sebagai seorang wanita yang berhati
Beberapa waktu kemudian mulia, lemah lembut dan penuh
seorang kaya datang menghadap kasih sayang, serta ringan tangan
kepada Nabi Musa a.s. Orang kaya (suka bersedekah) terutama kepada
berkata kepada Nabi Musa, ”Wahai anak-anak yatim.
Nabi Allah, tolong sampaikan Rasulullah SAW. pernah
permohonanku kepada Allah agar Ia bersabda kepada para istrinya,
bahwa yang paling dahulu menyusul

34
Roger Walsh, Essential Spirituality,
35
penerjemah Edi Setyo, Yogyakarta : Pohon Sukma, Irham Sya’roni, Motivasi Islami Dosis
2004. hlm.123-124. Tinggi ..........hlm. 109-111.

315
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

beliau (wafat) adalah orang yang pamrih. Ibadah Rasulullah SAW.


paling mulia tangannya. Maksudnya merupakan representasi dari ibadah
orang yang paling banyak Kebersyukuran juga mengandung
bersedekah. Dan karena sabda berbagai hal yang positif baik secara
Rasulullah itulah yang kemudian kognitif, emosi dan perilaku. Syukur
membuat Zainab binti Jahsy gemar merupakan konsep dasar moral dalam
bersedekah. Bahkan karena pembentukan keperibadian individu.
kedermawanannya tidak ada seorang
pun yang dapat menandingi Zainab DAFTAR PUSTAKA
dalam hal bersedekah. Beliau tidak Abu Abdullah Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkamil
segan-segan mengeluarkan harta Qur’an, Beirut : Darul Fikr, 1994.
benda yang dimilikinya guna Ahmad Farid, Pembersih Jiwa, Terjemahan
membantu orang-orang yang Nabhani Idris, Bandung : Pustaka, 1990.
membutuhkan, terutama kepada Badan Litbang dan Diklat Kementerian
fakir miskin dan anak-anak yatim. Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir
Setelah Rasulullah wafat, Al-Qur’an Tematik), Jakarta : Lajnah
Zainab memperbanyak usahanya Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010.
agar dapat bersedekah lebih banyak Dwi Fitrotul ‘Uyun, Kisah-kisah 99 Asmaul
lagi. Bahkan ketika ia mendapat Husna Untuk Anak, Surabaya : Bintang
bagian dari Baitul Mal, beliau berdo’a Usaha Jaya, tt.
: Wahai Tuhanku, janganlah harta ini Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim,
menjadi penyebab fitnah, Kemudian Penerjemah Achmad Zaidun, Jakarta :
beliau membagikan kepada kaum Pustaka Amani, 2003.
fakir miskin dan anak-anak yatim. Irham Sya’roni, Motivasi Islami Dosis Tinggi,
Itulah bukti bahwa Allah SWT. Yogyakarta : Citra Risalah, 2010.
itu adalah dzat Yang Maha Jurnal Dakwah Media Dakwah dan
melimpahkan kebaikan. Meskipun Komunikasi Islam Vol. VX. No. 2 Tahun
Zainab selalu menyedekahkan 2014. Fakultas Dakwah dan Komunikasi
hartanya, tetapi hartanya tetap UIN Suka Yogyakarta, 2014.
melimpah. Muhammad Chirzin, Kearifan Semesta, Jakarta
F. Kesimpulan : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015
Syukur merupakan ajaran yang Muhammad Rasyid Rida, Tafsir Al-Manar, juz
sangat penting dalam Islam, sehingga 1.
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah disebut M. Q. Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir
beriringan dengan zikir dan ibadah Maudlui atas Pelbagai Persoalan Umat,
kepada Allah. Syukur secara Bandung : Mizan, 1996.
komprehensif mencakup perbuatan hati, Rachmat Ramadhana Al-Banjari, Prophetic
lisan dan anggota tubuh. Syukur kepada Leadership, Yogyakarta : Diva Press, 2008.
Allah atas nikmatnya akan menyebabkan Roger Walsh, Essential Spirituality,
pertambahan nikmat di dunia dan penerjemah Edi Setyo, Yogyakarta : Pohon
akherat. Dan yang berkaitan dengan Sukma, 2004.
psikologi positif, syukur merupakan Tim Syamil Al-Qur’an, Syamil Al-Qur’an
motif tertinggi dalam ibadah kepada Miravle The Referensi, Bandung : Sygma
Allah. Ibadah yang didasari oleh syukur Publishing, 2010.
dapat terjamin kelestarian dan Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta :
berlangsungannya, karena ia bebas dari Pustaka Pelajar Offset, 1999.

316
VISUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA UNTUK SISWA SD BERBASIS TIK

Buchory MS, Selly Rahmawati dan Setia Wardani


UPY
buchoryupy@yahoo.com

Abstrac: Visualization Pancasila Values For Students Elementary School Based Information And
Communication Technologies. This study aims to a two short-term goals and long term goals.
Short-term goal of this research is to design a learning medium to instill the values of Pancasila
to elementary students. The long term goal of this research is that this media can be used on
other Pancasila learning to give variety of instructional media and facilitate student
understanding and be able to improve student attitude. The method used is research
development. Collecting data in this study include observation, questionnaires, interviews and
tests. Methods of data analysis in this study is a quantitative analysis using Mann Whitney t-test
and independent sample t-test. The results of this study show that (1) the design of instructional
media visualization of the values of Pancasila for elementary school students developed by the 6
steps of research and development that is research and data collection, planning, product
development draft, initial field trials, revise the results of trials and field trials; (2) media
visualization Pancasila values effective to increase the learning achievement; (3) media
visualization Pancasila values effective to increase the attitudes that contains the values of
Pancasila.
Keywords: Media, Visualization, Pancasila Value

PENDAHULUAN berbagai masalah masyarakat baik dalam


Pada era globalisasi, teknologi, bidang politik, sosial budaya, ekonomi,
telekomunikasi dan perdagangan telah hukum, dan persoalan lainnya.
membuka sekat-sekat antar negara. Arus Jadi bila Pancasila diimplementasikan
globalisasi ini mengakibatkan masuknya dengan benar seharusnya dia dapat menjadi
berbagai budaya asing ke Indonesia. Hal ini alat untuk mengantisipasi dari terjadinya
merupakan ancaman terbesar yang dihadapi krisis identitas dan ideologi bangsa.
oleh setiap negara. Ancaman tersebut dapat Mengamalkan Pancasila berarti
menimbulkan krisis sosial, intelektual, moral, melaksanakan Pancasila dalam kehidupan
dan yang terparah adalah krisis karakter sehari-hari, menggunakan Pancasila sebagai
yang menjurus kepada krisis identitas petunjuk hidup sehari-hari, agar hidup kita
bangsa. Masalah fundamental lainnya dari dapat mencapai kesejahteraan dan
ancaman globalisasi adalah keterbukaan kebahagiaan lahir dan batin. Pengamalan
informasi yang memudahkan berbagai Pancasila secara utuh (5 sila) tersebut
macam ideologi asing yang masuk ke merupakan syarat penting bagi terwujudnya
indonesia dan mengancam pancasila. cita-cita kehidupan berbangsa dan
Pancasila merupakan suatu kristalisasi dari bernegara..
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Namun Pancasila yang seharusnya
Indonesia, maka pancasila harus dijunjung menjadi falsafah bangsa dan fondasi
tinggi oleh warganya karena pancasila kehidupan masyarakat kenyataannya lebih
berakar pada budaya dan pandangan hidup sering dipajang sebagai simbol belaka. Hal
masyarakat. Pancasila merupakan jiwa dan tersebut terlihat dari banyaknya masyarakat
kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila yang tidak memahami dan mengamalkan
menjadi pegangan dan pedoman pemecahan

317
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan Sedangkan menurut Daryanto


bernegara. Hal tersebut terlihat dari hasil (2011:101) kelemahan-kelemahan dari media
survey yang dilakukan harian Kompas, dan gambar antara lain:
dirilis pada 1 Juni 2008, memperlihatkan 1) Beberapa gambarnya sudah cukup
pengetahuan masyarakat mengenai Pancasila memadai, tetapi tidak cukup besar
rendah. Survei yang dilakukan Kompas pada ukurannya jika digunakan untuk tujuan
tanggal 28 - 29 Mei Mei 2008 tersebut pengajaran kelompok besar, kecuali jika
menunjukkan bahwa 48,4 % responden diproyeksikan melalui proyektor.
berusia 17 - 29 tahun menyebutkan kelima 2) Gambar adalah berdimensi dua sehingga
Pancasila salah atau tidak lengkap. 42,7 % sukar untuk melukiskan bentuk
responden berusia 30 - 45 tahun salah sebenarnya yang berdimensi tiga. Kecuali
menyebutkan kelima Pancasila. Responden jika dilengkapi dengan beberapa gambar
berusia 46 tahun ke atas lebih parah, yakni untuk objek yang sama atau adegan yang
sebanyak 60,6 % yang salah menyebutkan diambil dilakukan dari berbagai sudut
kelima sila Pancasila. pemotretan yang berlainan.
Untuk mengatasi kurangnya 3) Gambar bagaimanapun indahnya tetap
pemahaman masyarakat terhadap Pancasila, tidak memperlihatkan gerak seperti
maka penanaman nilai-nilai pancasila sejak halnya gambar hidup. Namun demikian,
dini merupakan hal yang penting dilakukan. beberapa gambar yang disusun secara
Usia 6-10 tahun merupakan usia paling berurutan dapat memberikan kesan gerak
efektif dalam penanaman nilai-nilai karena dapat saja dicobakan, dengan maksud
pengalaman anak pada usia tersebut menjadi meningkatkan daya efektivitas proses
fondasi bagi karakter anak selanjutnya. belajar mengajar.
Pancasila sangatlah penting untuk Untuk itu pengembangan media
membangun karakter bangsa. Bila pembelajaran yang dapat menvisualisasikan
masyarakat tidak memahami pancasila maka nilai-nilai pancasila lainnya sangat
identitas dan karakter bangsa dapat luntur diperlukan untuk meningkatkan pemahaman
karena arus globalisasi. Oleh karena itu, dan sikap siswa SD terhadap pancasila.
penanaman nilai-nilai pancasila sejak dini
bagi penerus bangsa sangat perlu dan METODE
penting dilakukan. Rancangan penelitian yang diajukan
Namun berdasarkan data observasi ini akan menguji pengembangan media
diketahui bahwa pembelajaran nilai-nilai visualisasi nilai-nilai Pancasila.
Pancasila di SD masih menggunakan media Pengembangan model menggunakan siklus
gambar saja yaitu berupa gambar simbol tahapan pengembangan Research
Pancasila. Arif S Sadiman (2008:31) &Development (R&D) dari Borg and Gall.
menyebutkan beberapa kekurangan
Resear Devel Preli M
dari media gambar yaitu: ch and Pl op mina ai
1) Gambar/foto hanya menerekam persepsi Infor an Prelimi ry n
mata mati ni nary Field pr
on ng Form of testin od
2) Gambar/foto benda yang terlalu kompleks
kurang efektif untuk kegiatan belajar
mengajar
Disse Fi Opera Ope M
3) Gambar/foto memiliki ukuran terbatas
minati na tional rati ai
untuk kelompok besar. on l Field ona n
and Pr testing l fie
imple od Pro ld

318
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Borg & Gall dalam Nana Syaodih 9. Penyempurnaan produk akhir (final
Sukmadinata (2006: 169-170) memaparkan product revision).
sepuluh langkah pelaksanaan strategi 10. Diseminasi dan implementasi
penelitian dan pengembangan sebagai (dissemination and implementation).
berikut:
1. Penelitian dan pengumpulan data Namun, pada penelitian dan
(research and information collecting) yang pengembangan ini peneliti tidak memakai 7,
meliputi pengukuran kebutuhan, studi 8, dan 9, karena keterbatasan waktu, tenaga,
literatur, penelitian dalam skala kecil, dan biaya dari peneliti.
dan pertimbangan-pertimbangan dari Instrumen pengumpulan data yang
segi nilai. digunakan dalam pengembangan media
2. Perencanaan (planning) yaitu menyusun visualisasi ini adalah observasi, angket, dan
rencana penelitian, meliputi tes. Observasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan-kemampuan yang keefektifan dari produk pengembangan saat
diperlukan dalam pelaksanaan ujicoba awal. Angket dalam penelitian ini
penelitian, rumusan tujuan yang hendak ada 2 macam angket yang digunakan,
dicapai dengan penelitian tersebut, pertama angket untuk validator, ahli materi,
desain atau langkah-langkah penelitian, ahli media, respon guru dan respon siswa
dan kemungkinan dalam lingkup dan yang kedua angket untuk mengukur
terbatas. sikap siswa yang mengandung nilai-nilai
3. Pengembangan draf produk (develop Pancasila. Tes yang digunakan dalam
preliminary form of product). pengembangan produk media ini adalah tes
Pengembangan bahan pembelajaran, prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk
proses pembelajaran, dan instrumen mengukur kemampuan pemahaman
evaluasi. pancasila
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field Teknik analisis data yang digunakan
testing). Uji coba ini bertujuan untuk dalam penelitian dan pengembangan ini
mengetahui kelayakan produk sebelum adalah teknik analisis data kuantitatif. Data
diujicobakan pada uji coba lapangan. Uji kuantitatif diperoleh dari angket penilaian
coba lapangan awal ini dilakukan oleh 5 validator, ahli media, ahli materi, respon
siswa SD kelas Va SD sonosewu dan guru dan siswa serta hasil ujicoba produk
guru SD Va SD Sonosewu. dengan menggunakan tes dan angket sikap
5. Merevisi hasil uji coba (main product kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
revision). Hasil penilaian kualitas produk
6. Uji coba lapangan (main field testing). pengembangan ini dianalisis secara
Melakukan uji coba yang lebih luas pada deskriptif. Penentuan tingkat kevalidan dan
1 kelas dengan 30 orang subjek uji coba. revisi produk seperti pada tabel berikut.
Data kuantitatif penampilan mahasiswa Persentase Keterangan Kriteria Valid
sebelumnya dan sesudah menggunakan (%)
media yang dicobakan dikumpulkan. 85-100 Sangat Baik Sangat Valid
7. Penyempurnaan produk hasil uji (tidak perlu
lapangan (operasional product revision). revisi)
8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional 75-84 Baik Valid (tidak perlu
field testing). Pengujian dilakukan revisi)
melalui angket, observasi dan analisis 60-74 Cukup Cukup valid
hasilnya. (tidak perlu

319
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

revisi) Sonosewu diketahui bahwa beberapa anak di


40-59 Kurang Kurang valid SD Sonosewu tidak hafal pancasila.
(revisi)
PRESENTASE SISWA HAFAL
0-39 Gagal Tidak valid
SILA-SILA PANCASILA
(revisi)
Sedangkan hasil data ujicoba produk
dengan menggunakan tes dan angket sikap
36,36% Hafal
dilakukan untuk mengetahui efektifitas
pembelajaran dengan media visualisasi nilai- 63,64% tidak hafal
nilai pancasila dianalisis dengan teknik
analisis kuantitatif statistik inferensial.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti Dalam survey dari dua kelas Va da Vb
melakukan dilakukan uji prasyarat terlebih di SD Sonosewu tersebut diketahui bahwa
dahulu yaitu uji normalitas dan uji 63,64% siswa dari 44 siswa tidak hafal sila-
homogenitas. Pengujian normalitas sial pancasila. Sedangkan 36,36% siswa dari
dilakukan untuk mengetahui normal atau 44 siswa hafal sila-sila pancasila. Secara lebih
tidaknya suatu distribusi data. Pengujian rinci berikut presentase hafalan sila-sila
normalitas data dilakukan dengan cara uji pancasila berdasarkan sila-silanya.
One Sample Kolmogorov-Smirnov. Sedangkan
PRESENTASE HAFALAN SISWA
uji homogenitas dilakukan untuk
TERHADAP SILA-SILA PANCASILA
mengetahui apakah sampel yang data yang
100%
diperoleh dalam penelitian memiliki
77,27% 81,81%
memiliki variansi yang homogen atau tidak. 75,00%
Pengujian homogenitas data dilakukan 50,00%
dengan cara Test of Homogeneity of Variance.
Setelah dilakukan uji prasyarat, maka
SILA 1 SILA 2 SILA 3 SILA 4 SILA 5
dapat ditentukan jenis uji statistik yang akan
digunakan untuk mengetahui perbedaan Berdasarkan diagram batang tersebut,
prestasi dan sikap siswa. Apabila data diketahui bahwa seluruh siswa hafal sila
memiliki distribusi normal dan variansi pertama, 77,27% siswa atau 34 siswa hafal
yang homogen, maka dapat dilakukan uji sila ke dua dan 27,73% siswa atau 10 siswa
statistik parametrik dengan t-test tidak hafal sila kedua Pancasila. Pada sila ke
independent sample. Sedangkan apabila tiga, terdapat 75% siswa atau 33 siswa yang
data tidak berdistribusi normal, maka hafal sila ke tiga pancasila. Sedangkan 25%
dilakukan uji statistik non parametrik yaitu atau 11 siswa yang tidak hafal sila ketiga
dengan Mann Whitney U test. pancasila. Pada sila ke empat, terdapat 50%
A. Hasil Penelitian siswa atau 22 siswa yang hafal sila ke empat
1. Rancangan Media Pembelajaran berupa Pancasila. Sedangkan 50% siswa atau 22
Visualisasi Nilai-nilai Pancasila untuk siswa tidak hafal sila ke empat Pancasila.
Pembelajaran Pancasila yang Menarik Pada sila ke lima terdapat 81,81% siswa atau
bagi Siswa SD 36 siswa yang hafal sila ke lima Pancasila.
a. Penelitian dan pengumpulan data Sedangkan 18,19% siswa atau 8 siswa tidak
(research and information collecting) hafal sila ke lima Pancasila.
Berdasarkan survey yang telah peneliti Berdasarkan data yang diperoleh dari
lakukan terhadap siswa kelas V SD wawancara terhadap guru diketahui bahwa
banyak siswa yang memang masih belum

320
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

hafal sila-sila Pancasila karena banyak siswa penyusunan karakter tokoh, skenario dan
yang kurang memperhatikan saat pelajaran setting tempat ditetapkan, peneliti kemudian
PKn khususnya tentang pancasila. Pelajaran membuat story board sebagai berikut:
PKn di SD tersebut telah menggunakan Story board
beberapa media pembelajaran berupa
gambar, power point dan vidio yang diambil Scene Keterangan
dari youtube. Namun belum pernah
mengembangkan media pembelajaran Halaman
sendiri. Menurut guru tersebut, Awal (00:10)
pengembangan media pembelajaran sangat
penting dilakukan untuk menambah
motivasi siswa dalam memperhatikan
pelajaran dan meningkatkan prestasi.
b. Perencanaan (planning)
Berdasarkan penelitian pendahuluan Standar
tersebut, peneliti kemudian menyusun rencana Kompetensi
peneltian. Peneliti ingin mengembangkan (00:15)
media pembelajaran nilai-nilai Pancasila untuk
kelas V SD. Tujuan pembelajaran yang dipilih
dalam pengembangan media visualisasi nilai-
nilai Pancasila ini adalah memberikan contoh
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila, mengidentifikasi dampak memiliki Halaman
sikap tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila Pengenalan
dan memahami makna nilai-nilai Pancasila tokoh
Materi pembelajaran dalam penelitian (00:30)
ini adalah tentang nilai-nilai sila Pancasila, Ada sekitar
makna sila Pancasila, dan prilaku yang sesuai 7 tokoh
dengan sila Pancasila. Peneliti kemudian utama pada
menyusun karakter tokoh film animasi dan film animasi
skenario film animasi sebagai berikut. arti tolong
Karakter tokoh yang berperan dalam film ini menolong
adalah Andi berkarakter cerdas dan suka ini
menolong; Antok berkarakter suka marah-
marah; Jono berkarakter penakut; Wahyu Andi,
berkarakter serakah dan selalu iri; Adit Wahyu,
berkarakter suka mengadu domba; Bambang Antok dan
berkarakter selalu menurut kepada wahyu; Mela sedang
Mela gadis keturunan cia yang berkarakter bincang-
pandai dan suka menolong; Ibu Mela bincang
berkarakter kikir dan cerewet; Bapak Andi didepan
berkarakter tegas dan jujur; Ibu Andi rumah Andi
berkarakter baik dan mandiri;dan Pak Lurah (01:00)
berkarakter tegas dan bijak. Setting tempatnya:
Berlatar sebuah desa bernama Sukamaju yang
hijau dan penuh dengan pepohonan. Setelah

321
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Andi dan Wahyu


teman- terjatuh ke
teman sungai
sedang (13:35)
berjalan
menuju
taman untuk
bermain
petak umpet Andi,
(04:00) Antok, Jono
dan Mela
Ibu mela menjenguk
datang Wahyu
mencari (13:40)
Mela dan
bertanya
kepada 3. Pengembangan draf produk (develop
Andi (05:40) preliminary form of product).
Langkah selanjutnya adalah
Pertemuan pengembangan bahan pembelajaran, proses
Sarasehan di pembelajaran, dan instrumen evaluasi. Bahan
Kelurahan pembelajaran (terlampir) kemudian
bersama Pak diaplikasikan dalam bentuk film animasi
Lurah sesuai dengan story board yang telah
(09:10) disusun. Rencana proses pembelajaran
disusun dalam sebuah RPP (terlampir).
Evaluasi pembelajaran PKn khususnya nilai-
Andi, Jono nilai Pancasila ini dilihat dari segi
dan Antok pemahamannya terhadap nilai-nilai
bersama Pancasila dan sikap terhadap nilai-nilai
warga pancasila. Penilaian pemahaman siswa
bergotong terhadap nilai-nilai Pancasila dilihat dengan
royong menggunakan Lembar Kerja Siswa.
membangun Sedangkan untuk Sikap terhadap nilai-nilai
jembatan Pancasila diukur dengan menggunakan
(12:05) angket sikap Pancasila.
Validasi desain dilakukan dengan
Wahyu meminta ahli materi dan media untuk
merencanak menilai produk media yang telah dibuat.
an hal buruk Penilaian dilakukan untuk mengetahui
bersama kekurangan, kekuatan, dan kualitas dari
Adit dan produk media. Dalam penelitian ini
Bambang melibatkan 2 orang ahli materi dan 2 orang
(12:25) ahli media sebagai validator.
Validasi materi dilakukan untuk
menilai produk media dari aspek isi dan

322
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

pembelajaran. Ahli materi yang melakukan Berdasarkan angket tersebut diketahui


validasi kualitas dan produk media ini sebagai berikut.
merupakan guru kelas Va dan b SD Data Hasil Angket Respon Guru
Sonosewu. Penilaian ahli materi adalah Aspek Penilaian Kriteria
sebagai berikut: Penilaian Guru
Aspek Ahli Ahli Kriteria Kualitas 84,37% Baik
Penilaian Materi Materi Penilaian media
I II
Aspek Isi dan 82,2% 80% baik Data Hasil Angket Respon Siswa
Tujuan Aspek Penilaian Kriteria
Aspek 80% 80% baik Penilaian Siswa
Pembelajaran Kualitas 86,67% Baik sekali
Maka dapat disimpulkan bahwa ahli media
materi menyatakan bahwa kualitas media
pembelajaran visualisasi nilai-nilai Pancasila Berdasarkan data penilaian guru
ini masuk dalam kriteria baik melalui angket respon guru diketahui bahwa
Validasi media dilakukan untuk kualitas media pembelajaran visualisasi nilai-
menilai produk media dari desain tampilan, nilai Pancasila tergolong dalam kriteria baik.
komunikasi visual, dan perangkat lunak. Sedangkan berdasarkan data penilaian siswa
Ahli media yang melakukan validasi media melalui angket respon siswa diketahui
dalam penelitian ini adalah dosen Teknik bahwa media pembelajaran visualisasi nilai-
Informatika UPY. Adapun penilaian ahli nilai Pancasila juga masuk dalam kriteria
media adalah sebagai berikut: baik.
Aspek Ahli Ahli Kriteria 2. Merevisi hasil uji coba (main product
Penilaian Media Media Penilaian revision).
I II Berdasarkan uji coba awal diketahui bahwa
Aspek 88,57% 82,85% baik kualitas media berdasarkan respon guru dan
Tampilan siswa termasuk dalam katagori baik. Namun
Aspek 100% 84% baik walaupun begitu, guru memberikan
Pemograman beberapa saran perbaikan yaitu tentang jeda
Berdasarkan dapat disimpulkan bahwa pembicaraan antar pemain terlalu lama dan
ahli media menyatakan bahwa kualitas volume suara beberapa karakter yang terlalu
media pembelajaran visualisasi nilai-nilai kecil sehingga tidak terdengar.
Pancasila ini masuk dalam kriteria baik Berdasarkan saran tersebut, peneliti
1. Uji coba lapangan awal (preliminary melakukan revisi produk media visualisasi
field testing). nilai-nilai Pancasila yaitu dengan mensetting
Uji coba lapangan awal ini dilakukan waktu pembicaraan dan volume
oleh beberapa siswa SD sonosewu. Uji coba pembicaraan dalam film animasi tersebut.
ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan 3. Uji coba lapangan (main field)
produk sebelum diujicobakan pada uji coba Uji coba ini bertujuan untuk
lapangan. Uji coba lapangan awal ini mengetahui hasil pembelajaran setelah
dilakukan oleh 5 siswa SD kelas Va SD menggunakan media pembelajaran
sonosewu dan guru SD Va SD Sonosewu. visualisasi nilai-nilai Pancasila. Dalam hal ini
Data hasil ujicoba tersebut diukur dalam hasil ujicoba dijadikan pembanding antara
angket respon siswa dan angket respon guru. pembelajaran mengunakan media visualisasi
nilai-nilai Pancasila dengan pembelajaran

323
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

yang menggunakan media gambar. Uji coba


dilakukan pada 2 kelas yaitu kelas Va dan Prestasi Siswa Kelas
4
kelas Vb dengan 22 orang subjek uji coba per Eksperimen

Frekuensi
3
kelas. 2
Berdasarkan ujicoba tersebut 1
0
diketahui bahwa skor maksimum untuk
25 55 73 80 85 93 100
kelas kontrol (kelas dengan menggunakan Skor Prestasi
media gambar) adalah 90 dan skor Berdasarkan gambar diatas diketahui
minimumnya 10. Sekan mean kelas kontol bahwa siswa yang memperoleh nilai 25 ada
adalah 50. Berikut diagram batang distribusi satu siswa. Siswa dengan nilai 50 ada satu
perolehan skor prestasi pemahaman nilai- siswa. Siswa dengan nilai 55 ada satu siswa.
nilai Pancasila kelas kontrol. Siswa dengan nilai 58 ada dua siswa. Siswa
dengan nilai 73 ada dua siswa. Siswa dengan
Prestasi siswa Kelas Kontrol
nilai 75 ada satu siswa, siswa dengan nilai 80
3
ada empat siswa. Siswa dengan nilai 83 ada
frekuensi

2 dua siswa. Siswa dengan nilai 85 ada satu


1 siswa. Siswa dengan nilai 88 ada dua siswa.
0 Siswa dengan nilai 93 ada satu siswa. Siswa
10 20 28 35 48 63 70 85 90 dengan nilai 98 ada tiga siswa. Siswa dengan
skor Prestasi
nilai 100 ada satu siswa.
Berdasarkan gambar diatas diketahui Sedangkan berdasarkan data hasil
bahwa siswa yang memperoleh nilai 10 ada penelitian sikap yang kemudian di
satu siswa. Siswa dengan nilai 18 ada satu katagorikan berdasarkan metode
siswa. Siswa dengan nilai 20 ada satu siswa. pengembangan skala likert menjadi skor T
Siswa dengannilai 25 ada satu siswa. Siswa Sarifudin Azwar (perhitungan terlampir),
dengan nilai 28 ada satu siswa. Siswa diketahui bahwa pada kelompok kontrol
dengan nilai 30 ada tiga siswa, siswa dengan terdapat 50% atau 11 siswa memiliki sikap
nilai 40 ada satu siswa. Siswa dengan nilai nilai-nilai Pancasila yang negatif dan 50%
48 ada satu siswa. Siswa dengan nilai 58 ada atau 11 siswa memiliki sikap nilai-nilai
dua siswa. Siswa dengan nilai 63 ada satu Pancasila yang positif. Sedangkan pada
siswa. Siswa dengan nilai 68 ada dua siswa. kelas eksperiment terdapat 31,8% atau 7
Siswa dengan nilai 70 ada dua siswa. Siswa siswa memiliki sikap nilai-nilai Pancasila
dengan nilai 73 ada satu siswa. Siswa yang negatif dan 62,8% atau 15 siswa
dengan nilai 85 ada satu siswa. Siswa memiliki sikap nilai-nilai Pancasila yang
dengan nilai 88 ada satu siswa dan siswa positif.
dengan nilai 90 ada satu siswa Selain itu berdasarkan Uji hipotesis
Sedangkan pada kelas ekperimen yang dilakukan dengan menggunakan
(kelas dengan menggunakan media Mann Whitney U test diketahui bahwa ada
visualisasi nilai-nilai Pancasila) memiliki perbedaan pemahaman nilai-nilai pancasila
nilai maksimum 100 dan nilai minimum 25 antara kelas yang menggunakan media
dengan mean 77. Berikut diagram frekuensi visualisasi nilai-nilai Pancasila dan media
nilai pemahaman siswa kelas eksperimen gambar. Disamping itu, berdasarkan uji
terhadap nilai-nilai Pancasila hipotesis dengan menggunakan t-test
diketahui bahwa terdapat perbedaan sikap
terhadap nilai pancasila antara kelompok
yang menggunakan media pembelajaran

324
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

gambar dan media pembelajaran visualisasi Media 0,22 Normal


nilai-nilai Pancasila. visualisasi
2. Prestasi Belajar Siswa SD Dengan Media nilai-nilai
Pembelajaran Berupa Visualisasi Nilai- Pancasila
Nilai Pancasila Berdasarkan tabel diatas diketahui
Prestasi belajar nilai-nilai Pancasila bahwa nilai significansi pembelajaran
diukur dari pemahaman siswa dengan dengan media gambar adalah 0,174 dan
menggunakan Lembar Kerja Siswa. nilai significansi dengan menggunakan
Pengaruh media pembelajaran visualisasi media visualisasi nilai-nilai Pancasila
nilai-nilai Pancasila dilihat dari perbedaan adalah 0,022. Nilai significansi media
prestasi belajar dengan menggunakan gambar tersebut lebih besar dari 0,05. Jadi
media pembelajaran media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
visualisasi nilai-nilai Pancasila dengan data dari variabel tersebut berdistribusi
media gambar. Untuk mengetahui normal. Namun Nilai significansi media
perbedaan tersebut dilakukan uji hipotesis visualisasi nilai-nilai Pancasila adalah 0,022
apakah ada perbedaan prestasi belajar < 0,05 Dengan demikian dapat disimpulkan
siswa dengan menggunakan media bahwa Ho diterima dan data dari kedua
visualisasi nilai-nilai pancasila dan media variabel tersebut berdistribusi tidak normal.
gambar. Sebelum dilakukan uji hipotesis Berdasarkan uji prasyarat diketahui
dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat bahwa data dari kedua variabel media,
yaitu uji homogenitas dan uji normalitas homogen namun tidak normal. Sehingga uji
sebagai berikut. hipotesis dilakukan secara nonparametrik
Uji homogenitas dilakukan dengan dengan Mann Whitney U test. Hipotesis
Test of Homogeneity of Variances Levene. yang diuji adalah sebagai berikut.
Berikut ini adalah hasil uji homogenitas Ho: Tidak terdapat perbedaan prestasi
yang perhitungannya menggunakan belajar antara kelompok yang
bantuan program SPSS. menggunakan media gambar dan
Nilai significansi Keterangan media visualisasi nilai-nilai Pancasila.
levene test Ha.: Terdapat perbedaan prestasi belajar
0,66 Homogen antara kelompok yang menggunakan
Berdasarkan hasil tersebut diketahui media gambar dan media visualisasi
bahwa nilai significansi levene adalah 0,66> nilai-nilai Pancasila.
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho Berikut adalah hasil uji t-test yang telah
ditolak dan data dari kedua variabel dilakukan.
memiliki variansi yang homogen. Nilai Keterangan
Sedangkan uji normalitas dilakukan significansi
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini uji Mann-
adalah hasil uji normalitas yang Whitney U
perhitungannya menggunakan bantuan 0.001 Terdapat perbedaan
program SPSS. yang significant antara
Media Nilai Keterangan media gambar dan
significansi media visualisasi nilai-
test nilai Pancasila
normalitas Berdasarkan tabel diatas diketahui
Media 0,174 Normal bahwa nilai significansi 0,001 maka Ho
gambar ditolak jadi dapat disimpulkan bahwa

325
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

terdapat perbedaan prestasi dengan perhitungannya menggunakan bantuan


menggunakan media gambar dan media program SPSS.
visualisasi nilai-nilai pancasila. Bila dilihat Media Nilai Keterangan
berdasarkan mean sikap dengan significansi
menggunakan media gambar yaitu 108,73, test
sedangkan mean dengan menggunakan normalitas
media visualisasi nilai-nilai Pancasila 109,36 Media gambar 0,192 Normal
maka dapat dikatakan bahwa media Media 0,94 Normal
visualisasi nilai-nilai Pancasila lebih efektif visualisasi
dalam meningkatkan sikap yang memuat nilai-nilai
nilai-nilai Pancasila. Pancasila
3. Sikap Siswa SD dengan Media Berdasarkan tabel diatas diketahui
Pembelajaran berupa Visualisasi Nilai- bahwa nilai significansi pembelajaran
nilai Pancasila dengan media gambar adalah 0,192 dan
Sikap siswa terhadap nilai-nilai nilai significansi dengan menggunakan
Panrcasila diukur dengan menggunakan media visualisasi nilai-nilai Pancasila
angket. Pengaruh media pembelajaran adalah 0,094. Kedua nilai significansi
visualisasi nilai-nilai Pancasila dilihat dari tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan
perbedaan sikap siswa dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
menggunakan media pembelajaran diterima dan data dari kedua variabel
visualisasi nilai-nilai Pancasila dengan tersebut berdistribusi normal.
media gambar. Untuk mengetahui Berdasarkan uji prasyarat diketahui
perbedaan tersebut dilakukan uji hipotesis data dari kedua variabel tersebut, homogen
apakah ada perbedaan sikap siswa dengan namun normal. Sehingga uji hipotesis dapat
menggunakan media visualisasi nilai-nilai dilakukan secara parametrik dengan
pancasila dan media gambar. Sebelum menggunakan t-test. Hipotesis yang diuji
dilakukan uji hipotesis dilakukan terlebih adalah sebagai berikut.
dahulu uji prasyarat yaitu uji homogenitas Ho: Tidak terdapat perbedaan prestasi
dan uji normalitas sebagai berikut. belajar antara kelompok yang
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan media gambar dan media
Test of Homogeneity of Variances Levene. visualisasi nilai-nilai Pancasila.
Berikut ini adalah hasil uji homogenitas Ha.: Terdapat perbedaan prestasi belajar
yang perhitungannya menggunakan antara kelompok yang menggunakan
bantuan program SPSS. media gambar dan media visualisasi nilai-
Nilai significansi Keterangan nilai Pancasila.
levene test Berikut adalah hasil uji t-test yang telah
0,57 Homogen dilakukan.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui Nilai Nilai Keterangan
bahwa nilai significansi levene adalah 0,057 t significansi t-
> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa test
Ho ditolak dan data dari kedua variabel -2,329 0,044 Ada perbedaan
memiliki variansi yang homogen. yang significan
Sedangkan uji normalitas dilakukan antara media
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini gambar dengan
adalah hasil uji normalitas yang media visualisasi
nilai-nilai

326
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Pancasila media visualisasi nilai-nilai Pancasila. Jadi


media visualisasi nilai-nilai Pancasila efektif
Berdasarkan tabel diatas diketahui untuk menngkatkan sikap yang memuat
bahwa nilai t hitung -2,329 dan nilai nilai-nilai Pancasila.
significansi 0,044 < 0,05 maka Ho ditolak Hal tersebut sesuai dengan penelitian
jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat M. Said Abdul Rohman menyatakan bahwa
perbedaan sikap dengan menggunakan penanaman nilai-nilai Pancasila yang
media gambar dan media visualisasi nilai- dilakukan dengan memberikan materi yang
nilai pancasila. Bila dilihat dari nilai t yang kontra dan persoalan yang dilematis
negatif maka media gambar kurang efektif dengan metode pembelajaran Cases-Based
dibandingkan dengan media visualisasi Learning pada mata pelajaran Pendidikan
nilai-nilai Pancasila dalam meningkatkan Kewarganegaraan untuk di diskusikan oleh
sikap siswa. siswa sehingga siswa mampu mengkaji
PEMBAHASAN secara mendalam dengan melakukan
Berdasarkan hasil penelitian di atas penalaran moral. Pelaksanaan metode
diketahui bahwa nilai t hitung prestasi pembelajaran Cases-Based Learning dalam
belajar nilai-nilai Pancasila dengan pelajaran` terbukti dapat menanamkan
menggunakan media gambar dan nilai-nilai Pancasila dalam mata pelajaran
menggunakan media pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan siswa
visualisasi nilai-nilai Pancasila adalah 0,296 dapat bersikap dan berperilaku secara
dan nilai significansi 0,024 maka Ho ditolak mandiri, menghargai, tanggung jawab serta
dan Ha diterima. Sehingga dapat kekeluargaan. Jadi pembelajaran dengan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan metode yang menarik dapat menanamkan
prestasi dengan menggunakan media nilai-nilai Pancasila dan membentuk sikap
gambar dan media visualisasi nilai-nilai yang baik. Media pembelajaran visualisasi
pancasila. Sedangkan berdasarkan nilai t Pancasila dapat menghadirkan suasana
yang negatif berarti media gambar kurang pembelajaran yang menarik sehingga dapat
efektif dari pada media visualisasi nilai- menanamkan pemahaman nilai-nilai
nilai Pancasila. Jadi media visualisasi nilai- Pancasila dan sikap-sikap Pancasila.
nilai Pancasila efektif untuk menngkatkan Hasil penelitian peneliti juga sesuai
prestasi belajar. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan nilai significansi sikap King-Dow Su dengan judul An Integrated
yang memuat nilai-nilai Pancasila yang Science Course Designed With Information
menggunakan media gambar dan media Technologies To Enhance University Student’s
pembelajaran visualisasi nilai-nilai Learning Performance bahwa pembelajaran
Pancasila adalah 0,039 maka maka Ho dengan menggunakan media teknologi
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat informasi komunikasi dapat membantu
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan siswa memperoleh pemahaman yang lebih
prestasi dengan menggunakan media baik dalam konsep ilmu yang ditargetkan
gambar dan media visualisasi nilai-nilai dan memberikan sikap positif terhadap
pancasila. Kemudian dilihat berdasarkan pembelajaran sains. Selain itu hasil
perbedaan mean sikap yang memuat nilai- penelitian peneliti juga sama dengan
nilai Pancasila yang menggunakan media penelitian yang dilakukan oleh Yosi
gambar dan media pembelajaran visualisasi Rotbain, Gili Marbach-Ad d an Ruth Stavy
nilai-nilai Pancasila, terlihat bahwa berarti dengan judul Using Computer Animation To
media gambar kurang efektif dari pada Teach High School Molecular Biology

327
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

menunjukkan bahwa penggunaan animasi kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan


komputer dalam pembelajaran biologi kualitas proses dan hasil belajar.
meningkatkan nilai prestasi. Hasil Beberapa teori tersebut dapat
penelitian pneliti juga sejalan dengan menjelaskan bahwa media pembelajaran
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad dengan film animasi dapat membuat
Ramatullah dengan judul pengaruh informasi menjadi lebih jelas lagi dan
pemanfaatan media film animasi terhadap memberikan penekanan-penekanan terhadap
hasil belajar menunjukkan bahwa terdapat informasi-informasi yang penting sehingga
perbedaan significan dan peningkatan dapat memperdalam pemahaman siswa.
prestasi antara kelas eksperimen dan kelas Selain itu media film animasi juga sangat
kontrol. menarik sehingga siswa perhatian siswa
Jadi berdasarkan ketiga penelitian di terhadap pelajaran menjadi meningkat
atas dapat disimpulkan bahwa media sehingga dapat meningkatkan pemahaman
komputer berbasis animasi dapat siswa terhadap materi pelajaran.Selain itu
meningkatkan pemahaman, prestasi dan dalam teori tersebut dinyatakan bahwa
sikap siswa. Hal tersebut sesuai dengan media film animasi juga membuat siswa
hasil penelitian pengembangan media memiliki sifat yang baik. Jadi media film
visualisasi nilai-nilai PKn berbasis animasi animasi dapat menumbuhkan kesadaran
ini. emosi dan sikap terhadap materi pelajaran
Berdasarkan Teori yang dikemukakan dan orang lain.
oleh Neo dalam Munir (2008: 18) kelebihan Jadi seperti yang diungkapkan oleh
film animasi adalah sebagai berikut: agina dalam rahmatulloh bahwa
a. Membawa informasi dalam satu bentuk pemanfaatan film animasi dapat
dasar yang dipertontonkan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
b. Memberikan penekanan karena Hasil belajar dalam hal ini adalah ranah
informasi yang brubah dan bergerak kognitif yaitu pemahaman terhadap nilai-
dapat menarik perhatian penonton nilai Pancasila dan ranah afektif yaitu sikap
melihat topik dan merangsang pengguna Pancasila.
untuk melakukan sesuatu tindakan Kesimpulan
c. Menyediakan jembatan visual dan Berdasarkan hasil penelitian dan
penarik perhatian pengguna secara tidak pembahasan, maka dapat disimpulkan
disadari dari topik-topik yang disediakan sebagai berikut.
d. Peserta didik akan lebih cepat belajar dan 1. Perancangan media pembelajaran
memiliki sikap yang baik visualisasi nilai-nilai pancasila untusk
e. Fleksible siswa SD dikemmbangkan dengan 6
f. Praktis langkah penelitian dan pengembangan
g. konsisten yaitu penelitian dan pengumpulan,
h. Menarik perhatian perencanaan, pengembangan draf
Sedangkan menurut Harrison dan produk, ujicoba lapangan awal, merevisi
Hummell dalam Rahmatullah (2013: 178-186) hasil uji coba dan uji coba lapangan.
menyatakan bahwa media film animasi 2. Berdasarkan hasil penelitian di atas
mampu memperkaya pengalaman dan diketahui bahwa nilai significansi
kompetensi siswa pada beragam materi ajar. prestasi belajar nilai-nilai Pancasila
Agina dalam Rahmatulloh juga menjelaskan dengan menggunakan media gambar
bahwa pemanfaatan film animasi dalam dan menggunakan media pembelajaran
visualisasi nilai-nilai Pancasila adalah

328
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

0,024 maka terdapat perbedaan prestasi Kaelan, M.S. 2010. Pendidikan


dengan menggunakan media gambar Kewarganegaraan. Yogyakarta:
dan media visualisasi nilai-nilai Paradigma.
pancasila. Sedangkan berdasarkan nilai t Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila:
yang negatif berarti media gambar Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
kurang efektif dari pada media Aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma.
visualisasi nilai-nilai Pancasila. Jadi King-Dow Su, An Integrated Science Course
media visualisasi nilai-nilai Pancasila Designed with information technologies to
efektif untuk menngkatkan prestasi Enhance University Student’s Learning
belajar. Performance, Science Direct, Vol. 51,
3. Sedangkan nilai significansi sikap yang 2008, h 1365-
memuat nilai-nilai Pancasila yang 1374, http://www.sciencedirect.com/s
menggunakan media gambar dan media cience/article/pii/S0360131508000171
pembelajaran visualisasi nilai-nilai M. Said Abdul Rohman. 2009. Cases-Based
Pancasila adalah 0,039 maka terdapat Learning sebagai upaya Penanaman Nilai-
perbedaan prestasi dengan Nilai Pancasila dalam mata pelajaran
menggunakan media gambar dan media Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa
visualisasi nilai-nilai pancasila. kelas VII di SMP Negeri 1 Kudus. Skripsi.
Kemudian dilihat berdasarkan Semarang: Jurusan Hukum dan
perbedaan mean sikap yang memuat Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
nilai-nilai Pancasila yang menggunakan Universitas Negeri.
media gambar dan media pembelajaran
visualisasi nilai-nilai Pancasila, terlihat
bahwa berarti media gambar kurang
efektif dari pada media visualisasi nilai-
nilai Pancasila. Jadi media visualisasi
nilai-nilai Pancasila efektif untuk
menngkatkan sikap yang memuat nilai-
nilai Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan
Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Arief S Sadiman, dkk. 2008. Media Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Arsyad Umar ,dkk. 2006. Pendidikan
Kewarganegaraan untuk SD kelas IV.
Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung:
Nurani Sejahtera
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2010 Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

329
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARANN INTERAKTIF BERBASIS PERMAINAN
ULAR TANGA DENGAN PAPAN CERDAS DAN KREATIF (PANCAKE) MATERI
PENGURUTAN BILANGAN KELAS I SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL
TAHUN AJARAN 2016/2017

Dhedit Sujati, Budiharti,


PGSD Universitas PGRI Yogyakarta
Dhedits@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to how to develop interactive learning media-based game of snakes and ladders
with boards Intelligent and Creative (PANCAKE) materials sorting numbers first grade of elementary 1
Pedes and to determine the effectiveness of the media after using interactive learning media-based game of
snakes and ladders with boards Intelligent and Creative (PANCAKE ) material class sorting numbers I
SD 1 Pedes.Techniques and data collection by questionnaire, test and documentation.The results showed
that the developed product showed that the product deserves to dipergunakan.Hal learning media is shown
by the results of research material with a score of 98 with the criteria very well. Experts rate this product
media from the aspect of media appearance and development of the game with a score of 48 in the criteria
very well. While the effectiveness of instructional media shows that thitung ttable 1,694 and 1,988. So that
the t-test to post-test showed that thitung> ttable and obtained significant value 0.000 <0.05. N-Gain these
two classes, it is known that the N-Gain of 0.56 in the experimental class or IA that use media-based
interactive learning snakes and ladders board with intelligent and creative (PANCAKE) is greater than
the N-Gain control or IB classes are not use of media-based interactive learning snakes and ladders board
with intelligent and creative (PANCAKE) with a result of 0.08. It can be concluded learning using media-
based interactive learning game of snakes and ladders board with intelligent and creative (PANCAKE)
proved to be more effective at learning of the learning without the use of instructional media.

Keywords: Developing Interactive Learning Media, Snakes and Ladders, Smart Boards and Creative
(PANCAKE), Ordering Numbers.

PENDAHULAN upaya agar mata pelajaran ini betul-betul


Latar Belakang dapat dipahami oleh siswa dengan cara
Pendidikan berdasarkan undang- meningkatkan minat belajar terhadap mata
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang pelajaran ini. Pada pembelajaran Matematika
Sisdiknas, pasal 1 ayat 1 adalah usaha sadar untuk siswa SD dilakukan pembelajaran
dan terencana untuk mewujudkan suasana yang menyenangkan agar mudah dipahami
dan proses belajar agar peserta didik aktif makna pembelajaran tersebut.
mengembangkan potensi dirinya (Danujaya Proses pembelajaran hakikatnya
Utomo, 2013 : 25). Pembelajaran Matematika adalah proses komunikasi, yaitu proses
merupakan salah satu pembelajaran yang penyampaian pesan dari sumber pesan ke
wajib dilaksanakan pada tiap jenjang penerima pesan melalui saluran atau media
pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) tertentu. Menurut Berlo (Iriantara Yosal,
sampai perguruan tinggi. Pembelajaran 2014:3) komunikasi sebagai “proses
Matematika di SD sangat penting karena mengirim, menerima, dan memahami
merupakan dasar bagi siswa dalam gagasan dan perasaan dalam bentuk pesan
menguasai materi pembelajaran Matematika verbal atau non verbal secara disengaja atau
tingkat selanjutnya. Oleh karena itu, perlu tidak disengaja”. Sehingga dengan kata lain

330
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

apa yang diinformasikan dapat dicerna dan kelas IA belum pernah mengembangkan
dipahami oleh siswa dengan mudah, dan media pembelajaran dan media yang
tepat pula. Berkenaan dengan hal ini materi dipergunakan sudah cukup using.
maupun media yang digunakan hendaknya Berdasarkan permasalahan yang
menarik sehingga rasa ingin tahu oleh siswa sudah dipaparkan diatas, peneliti ingin
timbul dan menjadi ketertarikan siswa untuk mengambangkan media pembelajaran
mengikuti pembelajaran lebih meningkat. interaktif dengan Papan ular tangga Cerdas
Media pembelajaran yang menarik yang dan Kreatif (PANCAKE). Pengembangan
dapat menggugah selera belajar dan minat media ini diharapkan meningkatkan
antusias siswa selama proses pembelajaran. semangat belajar siswa dalam mengikuti
Salah satu langkah yang dapat digunakan pembelajaran selama proses belajar
guru adalah menggunakan berbagai variasi berlangsung. Selain itu produk media
media pembelajaran. pembelajaran dapat menjadi alat bantu guru
Berdasarkan observasi pada kelas IA dalam penyampaian informasi materi yang
SD Pedes 1 saat pelajaran Matematika akan diberikan kepada siswa. Suasana belajar
terdapat beberapa siswa yang belum hafal diharapkan lebih baik dengan siswa fokus
bilangan. Masih rendahnya keterampilan pada pembelajaran, bukan bermain sendiri-
memahami bilangan tingkat dasar terjadi sendiri saat pembelajaran berlangsung. Oleh
karena beberapa penyebab, misalnya: (1) karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
persepsi dalam diri anak-anak bahwa penelitian dan pengembangan (Research and
pembelajaran Matematika merupakan mata Developmend/ RnD) dengan judul
pelajaran yang membosankan, (2) proses “Pengambangan Media Pembelajaran
pembelajaran yang pasif dan terkesan Interaktif Berbasis Permainan Ular Tangga
berpusat pada guru (teacher centered), (3) Dengan Papan Cerdas Dan Kreatif
minimnya penggunaan media pelajaran yang (PANCAKE) Materi Pengurutan Bilangan
bisa mempermudah belajar siswa. Kelas 1 Sd 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun
Berdasarkan wawancara peneliti Ajaran 2016/2017”.
dengan guru kelas IA di SD 1 Pedes Sedayu
Bantul pada tanggal 5 Maret 2016 terhadap Rumusan Masalah
Ibu Sri Wahyuningrum S.Pd. diketahui Berdasarkan latar belakang diatas,
bahwa model pembelajaran Matematika maka permasalahan yang dapat dirumuskan
disampaikan menggunakan metode tanya dalam penelitian ini adalah:
jawab, ceramah, dan penugasan sehingga 1. Bagaimana pengembangan media
siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran interaktif berbasis
pembelajaran Matematika. Siswa kadang permainan ular tangga dengan papan
ramai sendiri saat kegiatan pembelajaran cerdas dan kreatif (PANCAKE) yang
berlangsung. Salah satu penyebab adalah dikembangkan pada materi pengurutan
kurangnya variasi media dalam bilangan kelas IA di SD 1 Pedes?
pembelajaran Matematika. Media yang 2. Bagaimana efektifitas media pembelajaran
digunakan hanya sebatas media cetak saja interaktif berbasis permainan ular tangga
seperti gambar, poster, buku dll. Sehingga dengan papan cerdas dan kreatif
banyak siswa yang menjadi bosan/kurang (PANCAKE) pada materi pengurutan
termotivasi mengikuti pelajaran dan bilangan kelas IA di SD 1 Pedes?
menjadikan pembelajaran tidak efektif dan
prestasi belajar siswa kurang tercapai dari Tujuan Penelitian
target yang sudah ditetapkan. Selain itu guru 1. Mengetahui pengembangan media
pembelajaran interaktif berbasis

331
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

permainan ular tangga dengan papan (PANCAKE) diharapkan pula dapat


cerdas dan kreatif (PANCAKE) yang meningkatkan daya tarik siswa dalam
dikembangkan pada materi pengurutan mengikuti proses pembelajaran. Sehingga
bilangan kelas IA di SD 1 Pedes. mampu secara berlahan meningkatkan
2. Mengetahui efektifitas media prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran interaktif berbasis awal pembelajaran yang telah ditetapkan.
permainan ular tangga dengan papan
cerdas dan kreatif (PANCAKE) pada Kajian Teori
materi pengurutan bilangan kelas IA di Menurut Sugiyono (2015: 407)
SD 1 Pedes. metode penelitian dan pengembangan atau
dalam bahasa inggrisnya Research and
Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan Development adalah metode penelitian yang
Media pembelajaran berbasis digunakan untuk menghasilkan produk
permainan yang dikembangkan peneliti ialah tertentu, dan menguji keefektifan produk
hasil pemikiran dan modifikasi peneliti tersebut.
terkait dengan permainan ular tangga yang Menurut Hujair AH.Sanaky (2013: 3)
dapat dipergunakan dalam proses kegiatan media pembelajaran adalah sebuah alat yang
pembelajaran Matematika. Media berfungsi dan dapat digunakan untuk
pembelajaran interaktif berbasis permainan menyampaikan pesan pembelajaran. Manfaat
ular tanga oleh peneliti telah diubah baik media pembelajar menurut Hujair
dari segi visual, materi dll. Papan cerdas dan AH.Sanaky (2013 : 6) bagi pembelajar,
kreatif yang dapat disingkat PANCAKE sebagai berikut:
merupakan media pembelajaran yang serupa a) Memberikan pedoman, arah untuk
dengan permainan ular tangga pada mencapai tujuan pembelajaran,
umumnya hanya pada tampilan visual di b) Menjelaskan struktur dan urutan
media pembelajaran dirubah dan didesain pengajaran secara baik,
dengan konsep yang lebih menarik sehingga c) Memberikan kerangka sistemtis mengajar
dapat dikaitkan dalam pembelajaran secara baik,
matematika pada materi pengurutan d) Memudahkan kendali pengajar terhadap
bilangan 1-20 di kelas I sekolah dasar. materi pelajaran,
Dalam media pembelajaran tersebut e) Membantu kecermatan, ketelitian dalam
terdiri dari beberapa macam alat-alat penyajian materi pelajaran,
pembelajaran, seperti halnya: f) Membangkitkan rasa percaya diri seorang
1. Papan ular tangga yang sudah di pengajar,
modifikasi, g) Meningkatkan kualitas pengajaran,
2. Bidak sejumlah 4 buah, h) Memberikan dan meningkatkan variasi
3. Dadu yang telah dimodifikasi, belajar,
4. Kartu bermain, dan i) Menyajikan inti informasi, pokok-pokok
5. Kartu aturan permainan. secara sistematik, sehingga memudahkan
Papan cerdas yang dikembangkan penyampaian,
diharapkan dapat membantu kegiatan belajar j) Menciptakan kondisi dan situasi belajar
siswa terutama dalam pengenalan angka dan yang menyenangkan dan tanpa tekanan.
diharapkan siswa mampu mengurutkan Ular tangga dalam penelitian ini
bilangan dari yang terkecil ke yang terbesar sebagai media pembelajaran interaktif.
maupun sebaliknya dengan baik dan benar. Banyak pengertian yang dikemukakan para
Dengan papan cerdas dan kreatif ahli tentang media, diantaranya adalah

332
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi pengumpulan data, (3) produk desain, (4)
Pendidikan (Association of Education and validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba
Communication Tecnology / AECT) membatasi produk, (7) revisi produk, (8) uji coba
media sebagai segala bentuk dan saluran pemakaian, (9) revisi produk dan (10)
yang digunakan orang untuk menyalurkan produksi massal.
pesan dan informasi. National Education
Assication (NEA), mengatakan bahwa media Desain Uji Coba
adalah bentuk bentuk-bentuk komunikasi Uji coba dilakukan setelah dilakukan
baik cetak maupun audio-visual serta validasi oleh ahli materi dan ahli media.
peralatannya. Secara garis besar, media Adapun tahapannya sebagai berikut.
pembelajaran adalah sarana atau alat bantu 1. Uji coba kelompok kecil/terbatas
pendidikan yang dapat digunakan sebagai Uji coba kelompok kecil/terbatas
perantara dalam proses pembelajaran untuk dimaksudkan untuk pengujian tahap
mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam pertama setelah melalui revisi desain uji
mencapai tujuan pengajaran. coba kelompok kecil dilakukan dengan
subjek 4 orang siswa kelas I SD 1 Pedes.
Model Pengembangan 2. Uji coba lapangan
Jenis penelitian yang digunakan Uji coba lapangan dilaksanakan setelah
peneliti adalah metode penelitian dan adanya revisi dengan subjek yaitu seluruh
pengembangan (Research and Development siswa kelas I SD 1 Pedes yang berjumlah
/R&D) adalah merupakan metode penelitian 20 siswa.
yang digunakan untuk meneliti sehingga
menghasilkan produk baru, dan selanjutnya Subjek Uji Coba
menguji keefektifan produk tersebut Subjek uji coba dalam penelitian ini
(Sugiono,2015: 407). Penelitian ini adalah siswa kelas I SD 1 Pedes tahun ajaran
menggunakan jenis penelitian Research and 2016/2017 sebagai sampel dalam uji coba
Development karena akan menghasilkan produk berjumlah 20 pada kelas eksperimen
produk berupa media pembelajaran dan 18 siswa pada kelas kontrol. Penelitian
interaktif berbasis permainan ular tangga ini akan dilaksanakan di SD 1 Pedes yang
dengan papan cerdas dan kreatif beralamat di Pedes, Argomulyo, Sedayu,
(PANCAKE). Media pembelajaran tersebut Bantul, Yogyakarta.
akan diuji dikelas I SD 1 Pedes, Sedayu,
Bantul. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan
Prosedur Pengembangan penilaian skala 5 penilaian dan Uji-T. Teknik
Penelitian ini merupakan penelitian analisis data menggunakan angket. Angket
pengembangan (Research and Development) digunakan untuk mengetahui kualitas media,
yang dilakukan dalam penelitian ini. daya tarik respon siswa dan guru terhadap
Pengembangan media pembelajaran media pembelajaran yang telah dibuat. Cara
interaktif berbasis permainan ular tangga mengisi angket dengan membubuhkan tanda
dengan papan cerdas dan kreatif (X) pada pilihan diangket respon siswa,
(PANCAKE) ini akan menggunakan sedangkan pada respon guru dengan
prosedur penelitian pengembangan yang membubuhkan tanda () pada pilihan
dikemukakan oleh Brog and Gall. Berikut Ini rentang angka yang disediakan dalam
adalah 10 prosedur yang dikemukakan Brog angket. Data kualitatif berupa penilaian
and Gall: (1) potensi dan masalah, (2) yang dikemukakan ahli media dan ahli

333
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

materi dihimpun dan disarikan untuk b. Uji Homogenitas


memperbaiki produk media ini. Data Nilai signifikansinya ….. lebih besar dari
kuantitatif diperoleh dari respon angket 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti
skala Linkert melalui beberapa tahap. kedua kelas mempunyai varian yang
a. Menghitung skor total komponen pilihan. sama atau homogen.
Skor 5 artinya sangat baik c. Uji Kesamaan Rata-rata
Skor 4 artinya baik Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk
Skor 3 artinya cukup mengkaji kesetaraan kelas eksperimen
Skor 2 artinya kurang dan kontrol yang digunakan dalam
Skor 1 artinya sangat kurang penelitian. Jika nilai signifikansinya > 0,05
b. Menghitung skor rata-rata penilaian maka Ho diterima, sedangkan jika nilai
kualitas media pembelajaran dengan signifikansinya < 0,05 maka Ho ditolak
rumus sebagai berikut : (Duwi Prayitno, 2010: 102).
N-Gain dilakukan untuk melihat
Presentase = x 100% peningkatan prestasi belajar siswa, dari
nilai N-Gain tersebut akan dilihat
efektifitas penggunaan produk
Lebih jelas dapat dilihat pada tabel pengembangan dan tidak penggunaan
berikut ini: produk dalam meningkatkan prestasi
Tabel 2. Konversi nilai belajar pada mata pelajaran Matematika.
Produk pengembangan dalam
Interval skala Keterangan pembelajaran dikatakan efektif dalam
presentase nilai penelitian ini, jika perolehan nilai rata-rata
85%-100% A Sangat Baik N-Gain> 0,30. Pengujian ini dilakukan
75%-84% B Baik pada kelas eksperimen untuk prestasi
60%-74% C Cukup belajar, yaitu dengan rumus sebagai
40%-59% D Kurang berikut:
0%-39% E Sangat
Kurang
(Sunarti dan Selly Rahmawati, 2012: Selanjutnya, perolehan normalisasi N-
184) Gain diklasifikasikan menjadi tiga
kategori, yaitu:
Pada analisis data untuk mengetahui Tabel 1. Kriteria Normalized Gain
efektifitas media pembelajaran tahap awal Indeks Kriteria
dan dan akhir dilakukan Uji normalitas data 0,70 < g < 1,00 Tinggi
menggunakan uji Liliefors. Jika uji normalitas 0,30 < g < 0,70 Sedang
data menunjukan data tersebut berdistribusi 0,00 < g < 0,30 Rendah
normal, maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas. Peneliti menggunakan Hasil penelitian
program SPSS versi 23 untuk melakukan 1. Hasil Tahap-Tahap Pengembangan
perhitungan. a. Potensi dan masalah
a. Uji Normalitas Potensi dan masalah dari
Data tersebut dinyatakan berdistribusi peneltian ini yaitu untuk mencari
normal karena nilai signifikansinya informasi awal tentang hal-hal yang
keduannya lebih dari 0,05. dibutuhkan ketika penelitian yaitu
dengan melakukan wawancara dan

334
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

observasi kepada guru dan siswa kelas d. Validasi Desain


I SD 1 Pedes. Hasil validais desain dinilai
b. Pengumpulan data oleh dua ahli yaitu ahli materi dan ahli
Pengumpulan data dilakukan untuk media. Ahli media memberikan
menentukan Standar Kompetensi, penilaian pada media yang meliputi 2
Kompetensi Dasar, Indikator, dan aspek terkait tampilan media dan
Tujuan Pembelajaran.Selanjutnya pengembangan permainan dengan
mengembangkan materi sesuai skor 48 dan interval penilaian 88,925
indikator yang telah dibuat. dengan kriteria sangat baik.
c. Desain produk Hasil penilaian ahli materi
1) Tahap Persiapan terkait perangkat pembelajaran Subject
Tahap ini merupakan persiapan- Specific Pedagogy (SSP) dengan
persiapan yang harus dilakukan penilaian 98, interval 98% dengan
sebelum membuat media kriteria sangat baik.
pembelajaran. Persiapan e. Revisi Desain
Perlengkapan yang dibutuhkan Revisi desain dilakukan
dalam pembuatan media adalah: untuk meningkatkan kualitas produk
a) Program Corel Draw X4 untuk media yang telah dibuat. Revisi desain
mendesain stiker pada media dilakukan dengan melihat hasil dari
pembelajaran hasil validasi dan masukan yang diberikan
pengembangan, oleh ahli media dan materi.
b) Papan kayu (Blabak), 1) Revisi produk pada aspek media
c) Kertas Karton, (Ahli Media)
d) Aliminium lonjoran berbentuk Adapun saran untuk perbaikan
tabung, dari ahli media adalah:
e) Paku, a) Penulisan pada media
f) Gergaji, pembelajaran jangan
g) Gunting, menggunakan huruf kapital.
h) Palu, b) Warna pada tangga bilangan
i) Cat, dan diusahakan menggunakan
j) Lem. warna yang lain.
Setelah perlengkapan untuk c) Tidak perlu menggunakan
membuat media telah siap, tahap tanda baca pada dadu
selanjutnya adalah mendesain modifikasi.
produk. Perbaikan produk media
2) Tahap Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan saran
Tahap pelaksanaan yaitu proses ahli media adalah sebagai berikut:
pembuatan media pembelajaran a) Mengganti penulisan pada
interaktif berbasis permainan ular seluruh media dari huruf
tangga dengan papan cerdas dan kapital menjadi muruf kecil,
kreatif (PANCAKE) sudah siap sesuai dengan karakteristik
untuk dibuat. Pembuatan media siswa kelas I sekolah dasar.
menggunakan bantuan tukang b) Mengganti warna pada tangga
kayu. bilangan di papan bermain
agar mengubah warna
menggunakan warna-warna

335
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

krayon, diharapkan media maksimal 200 adalah 85%.


tidak terlihat ramai. Karena x = 85 – 100 maka, dapat
c) Menghapus tanda baca pada disimpulkan bahwa sebagian
dadu modifikasi. besar siswa sangat tertarik
2) Revisi produk pada aspek materi menggunakan media tersebut.
(Ahli Materi) b) Respon Guru
Adapun saran dari ahli Berdasarkan hasil respon guru
materi adalah pernaikan pada didapatkan kesimpulan bahwa
penulisan dan penggunan huruf. jumlah skor pada angket respon
Materi pembelajaran yang guru adalah 42 dan rata-rata
didukung dengan Subject Specific 93,33. Berdasarkan pedoman
Pedagogy (SSP) sudah layak dan permainan yang digunakan
dapat dipergunakan sehingga pada penilaian ini. Karena x =
hanya perlu melakukan perbaikan 85 - 100 maka dapat
sedikit pada perangkat disimpulkan bahwa guru sangat
pembelajaran yang dirancang. tertarik terhadap penggunaan
f. Uji Coba Produk media pembelajaran tersebut.
Hasil penilaian uji coba kelompok c) Efektifitas Media Pembelajaran
kecil, dapat diketahui bahwa skor dapat diketahui nilai rata-rata
respon siswa mempunyai rata-rata pretest kelas eksperimen dari 20
82,5. Berdasarkan pedoman permainan siswa adalah 67,91, kemudian
yang digunakan pada penilaian ini, nilai rata-rata posttest
karena x= 70% - 84% maka dapat meningkat menjadi 90,62.
disimpulkan bahwa siswa merespon 2. Uji Coba Lapangan II (Kelas
baik penggunaan media pembelajaran Kontrol)
tersebut. Dapat diketahui nilai rata-rata
g. Revisi Produk pretest dari 28 siswa adalah 69,81,
Revisi produk pada saat uji kemudian nilai rata-rata posttest
coba kelompok kecil, siswa tidak meningkat menjadi 74,44.
memberikan masukan untuk media 3. Uji-T
pembelajaran. Sehingga peneliti tidak a) Uji Normalitas
melakukan revisi maupun pernaikan Berdasarkan hasil perhitungan
pada media pembelajaran yang sudah kolmogorov-Smirnov dari
dirancang. Dengan demikian, produk semua tes tersebut seluruh nilai
yang sudah dibuat layak untuk sig > 0,05. Hal ini menunjukan
dipergunakan dalam uji coba bahwa seluruh data
selanjutnya. berdistrinusi normal.
h. Uji Coba Pemakaian b) Uji Homogenitas
1) Uji Coba Lapangan I (Kelas Berdasarkan tabel diatas semua
Eksperimen) tes diperoleh nilai sig > 0,05.
a) Respon Siswa Karena nilai sig > 0,05 maka
Berdasarkan hasil respon siswa dapat disimpulkan bahwa
ini diisi oleh 20 siswa. varians seluruh tes bersifat
Keseluruhan skor dengan homogeny.
jumlah 170 maka hasil
presentase dari jumlah

336
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

c) Uji-T untuk sampel Independen i. Revisi Produk


Dari hasil tersebut dapat dilihat Berdasarkan hasil uji coba
bahwa nilai signifikasi pre tes lapangan I (kelas eksperimen) yaitu
adalah 0,880 > 0,05. Karena nilai pembelajaran menggunakan media
sig. > 0,05 maka dapat pembelajaran interaktif berbasis
disimpulkan bawa kondisi awal permainan ular tangga dengan papan
siswa dikelas kontrol maupun cerdas dan kreatif (PANCAKE)
dikelas eksperimen sama. menunjukkan bahwa hasilnya sangat
Sementara post tes nilai baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
signifikansinya adala 0,000 < nilai respon siswa, respon guru,
0,05. Karena nilai sig. < dari pelaksanaan pembelajaran, dan
0,05, maka dapat simpulkan keefektifan belajar. Dengan demikian,
bahwa media efektif pada media pembelajaran interaktif berbasis
pembelajaran mengenai materi permainan ular tangga dengan papan
pengurutan bilangan. Dari hasil cerdas dan kreatif (PANCAKE) yang
diatas dapat disimpulkan dikembangkan tidak perlu direvisi
dengan menggunakan media kembali.
pembelajaran interaktif berbasis j. Produk akhir
permainan ular tangga dengan Untuk produk akhir ini meliputi: (1)
papan cerdas dan kreatif papan bermain; (2) dadu modifikasi; (3)
(PANCAKE) sangat bidak modifikasi; (4) koin modifikasi,
mempengaruhi perolehan hasil dan (5) kartu aturan permainan.
nilai siswa pada pembelajaran
materi pengurutan bilangan. PEMBAHASAN
4. N-Gain Pada pengembangan media
Hasil perhitungan N-Gain kedua pembelajaran ini peneliti mengembangkan
kelas tersebut, diketahui bahwa N- sebuah media pembelajaran yang diberi
Gain kelas IA adalah sebesar 0,56 nama media pembelajaran interaktif berbasis
dan N-Gain kelas IB adalah sebesar ular tangga dengan papan cerdas dan kreatif
0,08. Berdasarkan tabel Kriteria (PANCAKE) materi pengurutan bilangan.
Normalized Gain, hasil N-Gain Prosedur pengembangan media
kedua kelas tersebut mempunyai pembelajaran ini mengacu pada prosedur
kriteria sedang dan rendah. Dari yang dilakukan oleh sugiono sesuai yang
hasil perhitungan N-Gain tersebut dituliskan dalam bukunya, meliputi
juga diketahui bahwa hasil N-Gain beberapa prosedur pengembangan seperti:
kelas eksperimen 1 atau IA yang (1) potensi dan masalah ; (2) pengumpulan
menggunakan prodak lebih besar data; (3) desai produk; (4) validasi desain; (5)
daripada N-Gain kelas eksperimen perbaikan desain; (6) uji coba prodak; (7)
2 atau kelas IB yang tidak revisi prodak; (8) uji coba pemakaian; (9)
menggunakan prodak. Hal itu revisi prodak; dan (10) pembuatan prodak
berarti bahwa penggunaan media masal .Produk akhir dari pengembangan ini
papan cerdas dan kreatif berupa media pembelajaran interaktif
(PANCAKE) lebih efektif dari pada berbasis permainan ular tangga yang dapat
metode ceramah pada pembelajaran dipergunakan sebagai media pembelajaran
Matematika kelas IA dan IB SD 1 dalam kegiatan pembelajaran Matematika
Pedes Sedayu Bantul. kelas I SD 1 Pedes.

337
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Berdasarkan hasil dari lembar permainan ular tangga dengan papan


validasi yang diajukan kepada ahli media cerdas dan kreatif (PANCAKE) pada
dan ahli materi, produk yang dikembangkan materi pengurutan bilangan dalam
menurut ahli media mendapat nilai 48 dari 2 pembelajaran berdasarkan hasil yang
aspek penilaian terkait tampilan media dan diperoleh pada Uji-T. Sebelum
pengembangan permainan, interval 88,92% melakukan Uji-T dilakukan uji
dengan kriteria sangat baik. Sedangkan prasayarat terlebih dahulu yang
kualitas materi mendapat penilaian dengan meliputi uji normalitas dan uji
nilai 98, interval 98% dengan kriteria sangat homogenitas. Hasil dari keseluruhan tes
baik. Hasil ini menunjukan bahwa yang dilakukan baik pre tes maupun
pengembangan produk media pembelajaran post tes kelas eksperimen (IA) dan
yang dikembangkan memiliki kualitas sangat dikelas kontrol (IB). Nilai Normalitas
baik serta dapat digunakan dengan catatan yang diperoleh dengan nilai
sedikit revisi dari ahi materi dan ahli media. signifikansinya > 0,05 sehingga dapat
Hasil respon siswa terkait daya tarik disimpulkan datanya berdistribusi
media pembelajaran interaktif berbasis secara normal. Untuk uji homogenitas
permainan ular tangga dengan papan cerdas diperoleh hasil nilai signifikansinya
dan keratif (PANCAKE) dengan jumlah skor 0,254 > 0,05 sehingga bersifat homogen.
keseluruhan 170, maka hasil presentase dari Berdasarkan perhitungan dengan SPSS
jumlah maksimal 200 dan mempunyai rata- 23 diperoleh nilai t hitung sebesar
rata 85 atau 85%. Berdasarkan pedoman sedangkan t tabel untuk taraf signifikansi
permainan yang digunakan pada penilaian 5%. Karena nilai t hitung > t tabel , 1,694 >
ini, karena x= 85-100 ,maka dapat 1,688, dapat ditarik kesimpulan bahwa
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa tes tersebut dapat mengukur perbedaan
sangat tertarik menggunakan media tersebut. kemampuan kelompok siswa yang
Hasil respon guru terkait daya tarik menggunakan media dengan kelompok
terkait pemanfaatan media pembelajaran tanpa media. Berdasarkan nilai tersebut
interaktif berbasis permainan ular tangga dapat diketahui bahwa media
dengan papan cerdas dan keratif pembelajaran interaktif berbasis
(PANCAKE) pada pembelajaran Matematika permainan ular tangga dengan papan
terkait materi pengurutan bilangan dengan cerdas dan kreatif (PANCAKE) efektif
jumlah skor keseluruhan 42 dari jumlah skor digunakan pada materi pengurutan
maksimal 45 dan mempunyai rata-rata 93,33 bilangan di kelas IA yang
atau 93,33%. Berdasarkan pedoman mempergunakan media dari pada kelas
permainan yang digunakan pada penilaian IB yang tidak mempergunakan media
ini, karena x= 85-100, maka dapat pembelajaran interaktif berbasis
disimpulkan bahwa media pembelajaran permainan ular tangga dengan papan
interaktif berbasis permainan ular tangga cerdas dan kreatif (PANCAKE) pada
dengan papan cerdas dan kreatif materi pengurutan bilangan SD 1 Pedes.
(PANCAKE) pada materi pengurutan Dari penelitian ini juga diketahui
bilangan guru sangat setuju dan tertarik bahwa pembelajaran yang
pembelajaran dengan memanfaatkan media mempergunakan media pembelajaran
pembelajaran hasil pengembangan. interaktif berbasis ular tangga dengan
Efektifitas media pembelajaran papan cerdas dan kreatif (PANCAKE)
pada pengembangan media pada kelas IA lebih efektif dibandingkan
pembelajaran interaktif berbasis dengan pembelajaran yang tidak

338
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

mempergunakan media pembelajaran tangga dengan papan cerdas dan kreatif


interaktif berbasis ular tangga dengan (PANCAKE) lebih efektif dibandingkan
papan cerdas dan kreatif (PANCAKE) metode ceramah dalam suatu
pada kelas IB terhadap prestasi belajar pembelajaran. N-Gain kedua kelas
Matematika pada materi pengurutan tersebut, diketahui bahwa N-Gain
bilangan kelas I SD 1 Pedes Sedayu sebesar 0,56 pada kelas eksperimen atau
Bantul. Hal ini terlihat dari perhitungan IA yang mempergunakan media
N-Gain kedua kelas tersebut, diketahui pembelajaran interaktif berbasis ular
bahwa N-Gain sebesar 0,56 pada kelas tangga dengan papan cerdas dan kreatif
eksperimen atau IA yang (PANCAKE) lebih besar dari pada N-
mempergunakan media pembelajaran Gain kelas kontrol atau IB yang tidak
interaktif berbasis ular tangga dengan mempergunakan media pembelajaran
papan cerdas dan kreatif (PANCAKE) interaktif berbasis ular tangga dengan
lebih besar dari pada N-Gain kelas papan cerdas dan kreatif (PANCAKE)
kontrol atau IB yang tidak dengan hasil sebesar 0,08.
mempergunakan media pembelajaran
interaktif berbasis ular tangga dengan Daftar Pustaka
papan cerdas dan kreatif (PANCAKE) Danajaya Utomo. 2013. Media Pembelajaran
dengan hasil sebesar 0,08. Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.
Iriantara, Yosal. 2014. Komunikasi
Kesimpulan Pembelajaran Interaksi, Komunikasi, dan
1. Pengembangan media pembelajaran Edukasi dalam Pembelajaran. Bandung:
interaktif berbasis permainan ular Remaja Rosdakarya.
tangga dengan papan cerdas dan kreatif Sanaky, Hujair AH. 2013. Media Pembelajaran
(PANCAKE) materi pengurutan Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaba
bilangan kelas I SD 1 Pedes dilihat dari Dipantara.
ahli materi memperoleh penilaian Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif
dengan skor 98 termasuk interval x = 85 Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
– 100 kriteria sangat baik. Sedangkan Sunarti & Selly Rahmawati. 2012. Penilaian
untuk hasil validasi diperoleh dari ahli Hasil Belajar Untuk SD, SMP, SMA.
media yang ditinjau dari aspek tampilan Yogyakarta: Andi Offset.
media dan pengembangan permainan
memperoleh skor total 48 atau 88,92%.
Karena interval x = 85 - 100 dengan
kriteria sangat baik.
2. Efektifitas Media Pembelajaran
interaktif berbasis permainan ular
tangga dengan papan cerdas dan kreatif
(PANCAKE) pada pembelajaran terkait
materi pengurutan bilangan lebih efektif
digunakan dalam pembelajaran
Matematika di kelas IA (eksperimen)
dari pada IB (kontrol) SD 1 Pedes. Di
buktikan dengan nilai sig (2-tailed)
0,00<0,05 sehingga media pembelajaran
interaktif berbasis permainan ular

339
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
DISIPLIN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Dwi Sulistyowarni1) dan Susilawati2)


1)STKIP Muhammadiyah Kuningan

permanayudi45@gmail.com

Abstract
The study was motivated by problems of parenting parents relating to the discipline of learning, where
parents are micro factors that affect the discipline of learning. This study aims to determine the relationship
of parenting parents with learning discipline Elementary School fourth grade students of State Se-Force I
Sub Jalaksana. This research is a quantitative type of research simple correlation. The subject of research as
much as 128 fourth grade students of State Elementary School Se-Force I Sub Jalaksana. The instrument
used in this study is the scale. The validity of the instrument using Product Moment correlation technique,
while reliability using Cronbach Alpha coefficients analysis techniques. Results grain reliability of the
instrument parenting parents at 0.871 and instruments discipline of study in schools of 0.873. Data
analysis technique used is simple regression analysis. The results of the frequency distribution of data
classification parenting parents of fourth grade students of State Elementary School se I Sub-Cluster
Jalaksana in the category by the number of respondents was 85 (66,4%). While the discipline of student
learning shows that learning the discipline of the fourth grade students of State Elementary School se I
Sub-Cluster Jalaksana in the category by the number of respondents was 89 (69,5%) show the number of
the most numerous. Data analysis technique used is simple regression analysis. The results show the
relationship with the parents' parenting discipline of study was 1.7%. Control aspects of the relationship of
0.3% against the discipline of learning while the warmth of the relationship aspect 5.6% against the
discipline of learning. From the above it can be concluded that there is a significant relationship between
parents' parenting with discipline in school fourth grade students of State Elementary School Se-Force I
Sub Jalaksana.

Keywords: Pattern foster parent, learning Discipline

PENDAHULUAN diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan


Pendidikan merupakan suatu proses negara.
yang kompleks dan melibatkan berbagai Pendidikan dibagi menjadi 3 macam
pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan yaitu pendidikan formal, nonformal,dan
masyarakat sebagai lingkungan pendidikan informal menurut Abu Ahmad dkk, (2007:
yang dikenal sebagai tripusat. Menurut pasal 162). Pendidikan formal adalah jalur
1 Undang-Undang RI No.20 Th 2003 tentang pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
sistem Pendidikan Nasional menyebutkan yang terdiri atas pendidikan dasar,
bahwa: menengah dan pendidikan tinggi.Ciri-ciri
Pendidikan adalah usaha sadar dan pendidikan formal pada umumnya, siswa
rencana untuk mewujudkan suasana belajar memiliki umur relatif homogen, ilmu yang
dan proses pembelajaran agar peserta secara disampaikan lebih lama, materi pelajaran
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk bersifat akademis atau umum.
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Pendidikan nonformal merupakan jalur
pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, pendidikan luar sekolah atau pendidikan
akhlak mulia serta ketrampilan yang formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang, seperti kursus,

340
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

seminar, dan pelatihan. Pada umumnya dari didikan orang tua nantinya berdampak
pendidikan nonformal memiliki ciri yaitu bagi pembangunan bangsa dan negara.
umur tidak harus sama, materi disampaikan Orang tua sebagai pendidik memiliki
secara singkat, materi pelajaran bersifat karakter dan sifat yang khas, antara orang
praktik dan khusus. tua yang satu dengan lain tidak bisa
Pendidikan informal merupakan disamakan. Setiap orang tua memiliki cara
pendidikan yang terjadi di lingkungan tersendiri dalam berinteraksi, mendidik, dan
keluarga maupun masyarakat yang mengarahkan anak yang di sebut pola asuh
terbentuk kegiatan belajar secara mandiri. orang tua. Terdapat dua dimensi pola asuh
Visi, misi, dan peraturan pada pendidikan orang tua yaitu dimensi kontrol dan dimensi
informal tidak tertulis tetapi terdapat norma- kehangatan. Dimensi kontrol meliputi
norma yang ditaati, dan sangat menekankan pembatasan, tuntutan, sikap ketat, campur
sikap disiplin terhadap norma yang berlaku, tangan, dan kekerasan yang sewenang-
karena siapapun yang melanggar akan wenang. Dimensi kehangatan meliputi
mendapatkan sanksi. Pada umumnya sanksi perhatian orang tua terhadap kecerdasan
sosial di masyarakat yaitu dikucilkan. anak, responsivitas orang tua terhadap
Pendidikan formal seperti di sekolah, kebutuhan anak, meluangkan waktu untuk
sekolah memiliki peranan untuk mendidik anak, menunjukkan rasa antusias terhadap
siswanya. Sekolah memiliki visi dan misi, anak, dan peka terhadap kebutuhan emosi
terdapat norma, tata tertib dan peraturan lain anak (Al. Tridhonanto, 2014: 5-10).
yang harus ditaati. Tata tertib tersebut Dua dimensi tersebut terlihat dalam
mengatur kapan siswa belajar, kapan beberapa jenis pola asuh yang dikemukakan
bermain, seragam apa yang harus dikenakan oleh Drew Edwards (2006: 78-83) bahwa ada
tiap harinya. Hal tersebut tidak lepas dari 3 jenis pola asuh orang tua, yaitu pola asuh
peran orang tua yang mengingatkan anaknya otoriter, pola asuh otoritatif, dan pola asuh
agar selalu patuh pada tata tertib sekolah. permisif. Terdapat orang tua yang
Pendidikan berawal dari unit terkecil menerapkan hukum, serta menetapkan hal-
hingga unit terbesar atau masyarakat.Unit hal yang harus dilakukan, jika hal tersebut
terkecil yaitu keluarga, keluarga merupakan tidak dilakukan maka anak akan mendapat
lingkungan strategis bagi pertumbuhan dan sanksi. Pola asuh tersebut sangat kaku dan
perkembangan anak. Setelah dilahirkan menuntut kepatuhan anak, sehingga anak
seorang anak berinteraksi dengan orang merasa tertekan. Orang tua yang memiliki
terdekatnya yaitu keluarga dengan diliputi ciri-ciri yang telah disebutkan di atas,
rasa cinta kasih. Keluarga merupakan termasuk jenis pola asuh otoriter. Selain itu,
tempat interaksi dan sosialisasi pertama bagi terdapat orang tua yang menyeimbangkan
anak sebelum sekolah dan masyarakat. Di antara hak dan kewajiban anak sehingga
dalam lingkungan keluarga segala sikap dan anak memiliki suara atau pendapat untuk di
tingkah laku kedua orang tua akan utarakan dengan orang tua. Orang tua
membentuk sikap anak dan semuanya akan tersebut menerapkan jenis pola asuh
terbawa di kehidupan selanjutnya, baik di otoritatif. Jenis pola asuh permisif yaitu
sekolah maupun di masyarakat. Didikan, orang tua yang membiarkan anaknya, tanpa
arahan, dan nasihat yang dilakukan, orang diarahkan, dan tanpa pengawasan.
tua menginginkan anaknya memiliki Semua cara yang dilakukan orang tua
karakter yang baik dan memiliki intelektual semata-mata hanya untuk kebaikan anaknya
yang berkembang secara optimal, serta hasil pada perkembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik anak. Aspek kognitif

341
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

merupakan kemampuan intelektual anak dimana orang tua mendisiplinkan anaknya


atau kecerdasan. Anak yang cerdas tidak dirumah.
terlepas dari peran orang tua mengingatkan
maupun membimbing anak untuk belajar. KAJIAN LITERATUR
Kegiatan belajar yang selalu dilakukan akan 1. Pola Asuh Orang Tua
menimbulkan kebiasaan sehingga terbentuk a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
disiplin belajar anak. Kebiasaan yang baik Keluarga merupakan tempat
akan membentuk karakter yang baik pula, interaksi pertama bagi anak sebelum
salah satunya disiplin. Disiplin belajar akan lingkungan sekolah dan
memperlihatkan hasil dari apa yang telah masyarakat.Keluarga terdiri dari orang
dipelajari anak, hasil yang dimaksudkan tua (ayah dan ibu), kakek, nenek, kakak
pada aspek kognitif adalah nilai berdasarkan maupun adik. Dalam nada yang sama,
pengetahuan yang dimilikinya. Disiplin Syaiful Bahri Djamarah (2014: 18-20)
belajar yang tinggi akan berbuah pada mengatakan bahwa orang tua adalah
prestasi belajar yang baik. Anak yang kurang guru pertama bagi anak, orang tua yang
disiplin dalam belajar, maka prestasi bijak adalah orang tua yang memberi
belajarnya rendah. kesempatan seluas-luasnya pada anak
Beranjak pada uraian yang sudah untuk berkembang dan tetap dalam
dipaparkan diatas maka berdasarkan pengawasan orang tua. Orang tua
kejadian permasalahan-permasalahan pada sebagai guru tentunya memiliki cara
disiplin belajar di setiap sekolah dalam mendidik dan mengarahkan
kemungkinan terjadi, salah satunya ketika anak, hal tersebut adalah pola asuh
saya PPLK di SD Negeri 1 Kalapagunung orang tua.
kelas IV dari proses pemebelajaran yang saya Pola asuh adalah cara yang
amati dimana saya melihat ada beberapa dilakukan orang tua untuk mendidik
siswa disiplin dalam proses belajar, dimana anak dan cara tersebut tidak terlepas
siswa mematuhi aturan, tata tertib, dari pengaruh karakter individu (Drew
menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan Edwards, 2006: 48). Sejalan dengan
yang ada disekolah sadar terhadap tanggung penjelasan di atas, Yulia Singgih D
jawab terhadap tugas dan kewajiban serta Gunarsa (2002: 37) mengatakan pola
dalam berperilaku sopan dan tak luput dari asuh adalah cara orang tua bertindak,
itu semua terdapat juga siswa yang kurang berinteraksi, mendidik, dan
disiplin dalam proses belajar, masih ada saja membimbing anak sebagai suatu
siswa yang belum sadar akan pentingnya aktivitas yang melibatkan banyak
disiplin, terutama dalam proses belajar perilaku tertentu secara individual
mengajar di sekolah dimana siswa ketika maupun bersamasama sebagai
sudah memulai pembelajaran belum duduk serangkaian usaha aktif untuk
siap, tidak memperhatikan pelajaran, ada mengarahkan anak. Hubungan antara
saja siswa yang melalaikan pekerjaan rumah orang tua memperkenalkan pada aturan
(PR), sering keluar masuk kelas ketika dan norma yang berlaku dan
sedang belajar alasannya ijin ke toilet, setelah mendekatkan anak dengan keluarga.
ke toilet malah pergi jajan ke warung b. Macam-Macam Pola Asuh
sekolah, dengan adanya permasalahan dalam Pola asuh orang tua juga memiliki
disiplin belajar ini kemungkinan ada dimensi sesuai pandangan Diana
hubungannya dengan pola asuh orang tua Baumrind (Al. Tridhonanto, 2014: 5-10),

342
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

dimensi tersebut dibagi menjadi dua e) Kekerasaan yang sewenang-


yaitu: wenang (Arbitrary exercise of
1) Dimensi kontrol power)
Dimensi kontrol memiliki 5 aspek Orang tua menggunakan
yaitu: kekuasaannya untuk melakukan
a) Pembatasan (Restrictiveness) hal yang diinginkan seperti
Pembatasan yang dilakukan menghukum anak jika perbuatan
orang tua agar anak tidak yang dilakukan tidak sesuai
melakukan suatu hal yang tidak harapan. Akibatnya anak kurang
diinginkan orang tua.Adanya bisa bergaul dengan teman
pembatasan yang dilakukan, sebaya, kurang mandiri, dan
orang tua tidak memberikan menarik diri.
alasan dengan jelas mengapa hal 2) Dimensi kehangatan
tersebut tidak boleh dilakukan, Dimensi kehangatan ini
sehingga anak menilainya berkaitan dengan suasanya yang
sebagai penolakan dari orang menyenagkan dalam keluarga,
tua. mencakup beberapa aspek yaitu:
b) Tuntutan (Demandingeness) a) Perhatian orang tua terhadap
Tuntutan yang dilakukan orang kesejaheraan anak.
tua, agar anak bisa memenuhi b) Responsivitas orang tua
tanggung jawabnya sebagai terhadap kebutuhan anak.
anak, perilaku sesuai dengan c) Meluangkan waktu bersama
norma dan lain sebagainya. Hal anak.
ini tergantung pada masing- d) Menunjukkan rasa antusias atas
masing orang tua dalam menjaga tingkah laku yang diperlihatkan
dan mengawasi anak. anak.
c) Sikap ketat (Strictness) e) Peka terhadap kebutuhan emosi
Sikap ketat ini dilakukan agar anak.
anak melakukan tuntutan yang
telah diberikan, agar anak tidak 2. Disiplin Belajar
membantah dan tidak keberatan a. Pengertian Disiplin Belajar
melakukannya.Orang tua sangat Belajar merupakan proses
tegas dan ketat dalam perubahan tingkah laku sebagai hasi
mengawasi anak. linteraksi individu dengan
d) Campur tangan (Intrusiveness) lingkungan dalam memenuhi
Campur tangan orang tua kebutuhan hidupnya (Muhibbinsyah,
menyababkan anak kurang 2010: 74). Proses belajar di sekolah
memiliki kesempatan tidak
mengembangkan diri sehingga terlepas dariadanya interaksi antara
anak memiliki perasaan tidak guru dan siswa. Terdapat siswa yang
berdaya karena setiap kegiatan sangat antusias untuk belajar, ada
dan rencana yang akan pula yang tidak. Dengan adanya
dilakukan orang tua andil perbedaan tersebut diperlukan
didalamnya. toleransi antara siswa dan guru
dengan adanya peraturan untuk
tidak gaduh. Apabila ada siswa yang

343
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

gaduh akan diperingatkan agar tidak ditetapkan, melakukan kegiatan di


mengganggu konsentrasi siswa yang sekolah sesuai dengan petunjuk guru
lain. Peringatan dan peraturan yang dan aturan sekolah, melaksanakan
diterapkan dapat merubah perilaku piket kelas sebelum kegiatan belajar
siswa yang tadinya gaduh menjadi dimulai, meminta izin jika
tidak gaduh sehingga siswa dapat berhalangan hadir mengikuti
memperhatikan pelajaran dengan kegiatan belajar di sekolah, menyapa
baik. guru dan teman saat bertemu,
Disiplin adalah tepat waktu, mengikuti upacara tiap hari senin
tidak datang terlambat, taat pada atau upacara hari nasional lainnya
peraturan yang berlaku, menjalankan dengan tertib.
tudas sesuai jadwal yang ditentukan Hipotesis penelitian
(Zainal Aqib, 2012: 5). Selanjutnya, berdasarkan deskripsi teori dan
Endah Sulistyowati (2012: 30) kerangka pikir yang telah diuraikan
menyatakan bahwa disiplin adalah di atas, maka dapat dikemukakan
tindakan yang menunjukkan perilaku hipotesis terdapat “ hubungan
tertib dan patuh pada berbagai signifikan antara pola asuh orang tua
ketentuan dan peraturan. Disiplin dengan disiplin belajar siswa kelas IV
adalah sikap dan perilaku sebagai Sekolah Dasar Negeri di Gugus I
cerminan dari ketaatan, kepatuhan, Kecamatan Jalaksana Kabupaten
ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan Kuningan.”
keteraturan perilaku seseorang
terhadap norma dan aturan yang METODE PENELITIAN
berlaku. Beberapa sikap disiplin yang Pada penelitian ini merupakan
dapat diterapkan pada anak yaitu penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
disiplin dalam makan, disiplin penelitian tentang data yang dikumpulkan
melaksanakan sholat tepat waktu, dan dinyatakan dalam angka-angka dalam
disiplin istirahat, disiplin bangun pengolahan data melaui angket. Metode
tidur, dan disiplin menyebrang jalan yang digunakan adalah metode expost facto,
melalui zebra cross. penelitian ex post facto sering disebut
Berdasarkan beberapa definisi penelitian variabel sudah terjadi sehingga
tentang disiplin, maka dapat peneliti ingin melacak apa yang menjadi
disimpulkan bahwa disiplin faktor penyebabnya (Sugiyono, 2015:26).
merupakan bentuk keteraturan, Tabel 1
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, dan Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang tua
ketertiban seseorang terhadap aturan,
Sub
tata tertib, maupun norma yang Indikator
Variabel
berlaku dan dilakukan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan. Dimensi a. Pembatasan
Disiplin belajar pada penelitian ini Kontrol b. Tuntutan
adalah sikap siswa yang meliputi c. Sikap ketat
persiapan belajar yang baik, d. Campur tangan
perhatian terhadap materi pelajaran, e. Kekerasan sewenag-
menyelesaikan tugas tepat waktu, wenag
dan mentaati peraturan sekolah Dimensi a. Perhatian terhadap
masuk kelas sesuai jadwal yang Kehangatan kesejahteraan anak

344
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

b. Responsivitas Terhadap rumus kolmogorov-smirnov. Hasil


kebutuhan anak perhitungan dikonsultasikan pada tabel
c. Meluangkan waktu untuk taraf kesalahan 5%. Apabila hasil hitung
anak lebih besar dari taraf kesalahan 5%
d. Antusias terhadap tingkah (p>0,05), data tersebut berdistribusi
laku anak normal.
e. Peka terhadap kebutuhan b. Uji linieritas
emosi anak Uji linieritas dilakukan untuk
Tabel 2 mengetahui hubungan dua variabel,
hubungan dua variabel dikatakan linier
Kisi-kisi Instrumen Disiplin Belajar apabila kenaikan skor pada variabel X
diikuti kenaikan skor pada variabel Y
Sub Variabel Indikator dan sebaliknya. Pada penelitian ini,
Persiapan a. Mempersiapkan alat tulis rumus test of liniearity digunakan untuk
belajar yang dan buku yang akan mengetahui hubungan antara pola asuh
baik dibawa kesekolah esok dengan disiplin belajar. Hubungan
hari antara variabel dikatakan linier apabila
b. Menaati ketentuan sig linearity dibawah 0,05 dan nilai
sekolah sig.deviation of linearity diatas 0,05
Konsentrasi a. Perhatian terhadap materi c. Uji Hipotesis
dalam pelajaran Pengujian hipotesis dilakukan
belajar setelah memenuhi syarat uji normalitas
a. Tugas selesai tepat pada
dan linieritas. Uji hipotesis yang
waktu
digunakan dalam penelitian ini adalah
b. Memiliki jadwal belajar
uji regresi. Uji regresi untuk mengetahui
Teknik analisis data yang digunakan
pengaruh variabel bebas (X) dan
dalam penelitian ini adalah:
variabel terikat (Y) melalui koefisien
1. Analisis Deskriptif
regresinya. Selain itu, terdapat juga uji
Dalam penggolongan katagori
Koefisien Determinasi, uji F dan uji T
rendah, sedang, dan tinggi
dimana peneliti menggunakan bantuan
menggunakan rumus sebagai berikut
SPSS 21 untuk mengetahui besar
(Saifuddin Azwar, 2014: 19).
pengaruh dan ada tidaknya hubungan
yang linier antara X dan Y. Dalam
Tabel 4
menghitung persamaan garis regresi
Rumus Perhitungan Kategori
menggunakan rumus (Sudjana, 2011:
No Rumus Kategori
91).
1 X < ( M – 1,0 x α) Rendah Rendah
( M – 1,0 x α)≤ X < ( M +
2 Sedang HASIL DAN PEMBAHASAN
1,0 x α) Sedang
Berdasarkan hasil penelitian
3 X ≥ ( M + 1,0 x α) Tinggi Tinggi
menunjukan ada hubungan antara pola asuh
Selanjutnya sebelum dilakukan uji data
orang tua dengan disiplin belajar siswa kelas
maka diperlakukan uji prasyarat analisis
IV Sekolah Dasar Negeri di Gugus I
yaitu:
Kecamatan Jalaksanakan Kabupaten
a. Uji normalitas
Kuningan. Berdasarkan uraian tersebut
Uji normalitas digunakan untuk
dijelaskan bahwa pola asuh orang tua
mengetahui distribusi penelitian
memiliki kontribusi terhadap disiplin belajar.
tersebut normal atau tidak, dengan

345
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Siswa yang mendapatkan pola asuh dari penelitian ini pola asuh mengacu pada aspek
orang tua dimensi kehangatan cenderung kontrol dan aspek kehangatan. Aspek kontrol
memiliki disiplin belajar yang tinggi. memberikan sumbangan 0,3% terhadap
Disiplin dapat ditanamkan di disiplin belajar di sekolah, sedangkan aspek
lingkungan keluarga dengan pola asuh orang kehangatan menyumbang 5,6%.
tua dan disiplin juga dapat di terapkan di Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
sekolah seperti disiplin belajar. Disiplin orang tua agar anak disiplin belajar dapat
belajar siswa dapat diketahui dengan ciri-ciri dilakukan dengan cara mendekati anak
yaitu masuk kelas sesuai jadwal yang melalui perhatian dengan mengingatkan
ditetapkan, melakukan kegiatan di sekolah anaknya untuk belajar, menemani belajar,
sesuai dengan petunjuk guru dan aturan mengarahkan untuk menjadwal pelajaran
sekolah, melaksanakan piket kelas sebelum esok hari, mempersiapkan buku dan alat
kegiatan belajar dimulai, meminta izin jika tulis serta mengulang pelajaran yang sudah
berhalangan hadir mengikuti kegiatan belajar dipelajari saat di sekolah (Irawati Istadi,
di sekolah, menyapa guru dan teman saat 2005:89-96). Berdasarkan paparan yang telah
bertemu, dan mengikuti upacara setiap hari dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa pola
senin atau upacara hari nasional lainnya asuh orang tua memiliki hubungan terhadap
degan tertib (SriNam S.Khalsa, 2008: 70-71). disiplin belajar. Kedekatan orang tua dengan
Berdasarkan pendapat di atas, disiplin anak cenderung meningkatkan disiplin
belajar perlu ditegakkan, jika disiplin siswa belajar siswa.
sudah terbentuk dengan baik,maka disiplin
bisa menjadi karakter siswa. Dalam KESIMPULAN
kehidupan sehari-hari karakter disiplin akan Berdasarkan hasil penelitian dan
tetap melekat pada diri siswa. Hal tersebut pembahasan, penulis mengemukakan
sesuai dengan pendapat Doni Koesoma beberapa kesimpulan sebagai berikut:
(2007: 233-240) yang menyatakan bahwa 1. Hasil penelitian dari pola asuh orang tua
disiplin merupakan locus education yaitu siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri di
sarana siswa belajar moral agar menjadi Gugus I Kecamatan Jalaksana
manusia aktif di lingkungan sosial Kabupaten Kuningan dapat diketahui
masyarakat. Disiplin tersebut terlihat dari bahwa mayoritas tingkat pola asuh
kehadiran siswa di sekolah. Jadi melalui orang tua siswa kelas IV Sekolah Dasar
disiplin di sekolah, sikap disiplin akan Negeri di Gugus I Jalaksana Kecamatan
berlaku pada kehidupan bermasyarakat yang Jalaksana Kabupaten Kuningan dalam
diterapkan siswa saat dewasa. katagori sedang dengan jumlah
Disiplin belajar juga dipengaruhi oleh responden 88 (68,8%), Dalam hal ini
sistem mikro (lingkungan terdekat, seperti menunjukkan bahwa pola asuh orang
keluarga), sistem meso (hubungan antara tua siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri
orang tua dengan guru), sistem exo (media di Gugus I Jalaksana Kecamatan
elektonik dan non elektronik), Sistem makro Jalaksana Kabupaten Kuningan
terdiridari ideologi negara, pemerintah, menunjukkan jumlah yang paling
tradisi, agama, hukum, adat, dan budaya banyak.
(Brofenbrenner (Nanang Hanafiah, 2009: 10- 2. Hasil penelitian dari disiplin belajar
12)). Berdasarkan pendapat diatas, serta hasil siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri di
penelitian menunjukkan sumbangan pola Gugus I Kecamatan Jalaksana
asuh orang tua terhadap disiplin belajar Kabupaten Kuningan dapat diketahui
siswa di sekolah sebesar 1,7%. Dalam bahwa mayoritas tingkat disiplin belajar

346
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri se- Lestari Sri (2012). Psikologi
Gugus I Jalaksana Kecamatan Jalaksana Keluarga.:Penanaman Nilai & Penanganan
Kabupaten Kuningan dalam katagori Konflik dalam Keluarga. Jakarta:Kencana
sedang dengan jumlah responden 85 Lembaga Ristek STKIP Muhammadiyah
(66,4%). Hal ini menunjukkan bahwa Kuningan. (2016). Buku Pedoman
disiplin belajar siswa kelas IV Sekolah Penyusunan Proposal& Penulisan Skripsi.
Dasar Negeri di Gugus I Jalaksana Kuningan: STKIP Muhammadiyah
Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan.
Kuningan tersebut menunjukkan jumlah Nanang Hanafiah. (2009). Konsep Strategi
yang paling banyak. Pembelajaran. Bandung: PT Refika
3. Hasil penelitian hubungan pola asuh Aditama.
orang tua dengan disiplin belajar Muhibbinsyah. (2011). Psikologi Pendidikan
menunjukkan terdapat hubungan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
signifikan antara pola asuh orang tua Rosdakarya.
dengan disiplin belajar siswa kelas IV Nurul Zuriah. (2007). Pendidikan Moral & Budi
Sekolah Dasar Negeri di Gugus I Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta:
Kecamatan Jalaksana Kabupaten PT Bumi Aksara
Kuningan dapat dilihat bahwa pola asuh Puspita Arnasiwi, (2013) Pengaruh Perbedaan
orang tua memiliki nilai prediksi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan
terhadap disiplin belajar sebesar 1,7%, Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar
sedangkan pola asuh apabila dilihat dari SKRIPSI. UNY
aspek kehangatan memiliki nilai Rahim Bin Utah. (2013). IBM SPSS For
prediksi sebesar 5,6 %. Selanjutnya pola Window. Pejabat Teknologi Maklumat.
asuh orang tua dilihat dari aspek kontrol Resti yulfiani, dkk (2014). Hubungan Pola
memiliki nilai prediksi terhadap disiplin Asuh Orangtua Dengan Disiplin Anak Di Tk
belajar sebesar 0,3%. Negeri Kecamatan Sungai Raya. JURNAL.
FKIP UNTAN PONTIANAK
REFERENSI Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Abu Ahmad, dkk (2007) Ilmu Pendidikan. Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif,
Jakarta:PT ANEKA CIPTA dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Al. Tridhonanto. (2014). Mengembangkan Pola Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Peneitian
Asuh Demokratis. Jakarta: PT. Elex Media Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT.
Komputindo Kelompok Gramedia. Rineka Cipta.
A.Tabrani Rusyam. (TT). Pendidikan Budi S. Nurcahyani Desy Widowati. (2013).
Pekerti. Jakarta: PT Intimedia “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua,
Ciptanusantara. Motivasi Belajar,Kedewasaan Dan Kedisiplinan
Doni Koesoema. (2007). Pendidikan Karakter. Siswa Dengan Prestasi
Jakarta: PT. Grasindo. Cipta nusantara. Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Edwards, Drew. (2006). Ketika Anak Sulit Sidoharjo Wonogiri.”
Diatur. Bandung: PT Mizan Pustaka. Jurnal Penelitian. Hlm. 3
Endah Sulistyowati. (2012). Implementasi Syaiful Bahri Djamarah. (2014). Pola Auh
Kurikulum Pendidikan Karakter. Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga:
Yogyakarta: PT Citra Adi Parama. upaya membangun citra membentuk pribadi
Irawati Istadi. (2005). Agar Anak Asyik Belajar. anak. Jakarta: Rineka Cipta
Bekasi: Pustaka Inti. Syamsul Bachri Thalib. (2013). Psikologi
Pendidikan Berbasis Analisis Aplikatif.
Jakarta: Kencana.

347
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

SriNam S. Khalsa. (2008). Pengajaran Disiplin Tulus Winarsunu. (2006). Statistika dalam
& Harga Diri: Strategi, Anekdot, Dan penelitian psikolog dan pendidikan.
Pelajaran Efektif Untuk Keberhasilan Malang: UMM Press
Manajemen Kelas. Jakarta: PT Indeks. Zainal Aqib. (2011). Pendidikan Karakter
Sujana, (2005). Metode Statistika. Bandung: membangun Perilaku Positif Anak
PT. Tarsito Bangsa. Bandung: CV.Yrama Widya.
Syaifudin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Zainal Arifin (2009). Evaluasi Pendidikan :
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung: PT.
Tim Penyusun Kamus PusatPembinaan dan Remaja Rosdayakarya
Pengembangan Bahasa.1989. Kamus Besar Yulia Singgih D Gunarsa. (2002). Psikologi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

348
PERAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEKOLAH
DASAR DI SD N MEJING 2 AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

Fariha Dwi Etminingsih, Wahyu Kurniawati


PGSD FKIP Universitas PGRI Yogyakarta
farihaetminingsih@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to understand about materials of pramuka program which include
character values and to know about the role of pramuka program to build character of primary
student.
This research was conducted on june – September 2016 in primary school of Majing 2
Ambarketawang Gampning. The subject in this study is trustees, head master and student of
Mejing 2 primary school. The method of collecting data is survey, interview and documentation.
The method of analysis data is descriptive reduction, presentation of data and conclusion of data.
The method of validity investigation data in this research used test credibility of triangulation
that consists of source triangulation and technique triangulation.
During the research the result of research shows materials in pramuka program contains of
character values such as make group or barung, religion character, tolerance, discipline, creative,
stand alone, democratic, communicative, peace love, and responsible. Tri satya contains of
religious character, honesty, tolerance, discipline, national spirit, nationalism, environmental
care, socialism. A numeric code contains of hard work character, creative, curiosity, national
spirit. Rehearsal siaga ceremony contains of discipline, national spirit, nationalism, appreciate the
achievement. Siaga games contains of creative character, hard work, tolerance, honesty. Lines
training consist of honesty character, discipline, nationality spirit, and responsible. Opposite code
consist of hard work character, creative, curiosity, national spirit. Tali- temali consist of honesty
character, discipline, hard work, responsible. The role of pramuka program to build of student’s
character in Mejing 2 primary school by integration in materials in qualifications that is teach.
Then it is support with method of lesson pramuka program and the example character from
trustees of pramuka program.
Keyword : the role pramuka program, build character and mejing 2 primary school.

PENDAHULUAN (Cucu Suhana, 2014: 206) Undang


Sejak dahulu Indonesia dikenal Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
dengan bangsa yang berbudi, beradab, Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
dan ramah di mata dunia, sehingga Pasal (3) Undang-Undang tersebut
banyak wisatawan asing yang senang menyebutkan bahwa: Pendidikan
berkunjung ke Indonesia, bukan hanya Nasional berfungsi mengembangkan
keindahan pariwisatanya tetapi juga kemampuan dan membentuk watak serta
karakter bangsanya. Namun akhir-akhir peradaban bangsa yang bermartabat
ini karakter bangsa yang berbudi, dalam rangka mencerdaskan kehidupan
beradab, dan ramah itu mulai memudar bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
seiring dengan perkembangan zaman. potensi peserta didik agar menjadi
Karakter bangsa Indonesia manusia yang beriman dan bertakwa
seharusnya dimiliki oleh setiap individu kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
rakyat Indonesia, karena karakter bangsa mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
ditanamkan di bangku pendidikan.

349
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

mandiri, dan menjadi warga negara yang kalangan anak SD, sedangkan kasus yang
demokratis serta bertanggung jawab. sedang gencar pada pertengahan 2016 ini
Berdasarkan UU di atas, pendidikan adalah kasus kekerasan seksual yang
nasional benar-benar memiliki fungsi pelakunya ataupun korbannya anak di
pokok untuk menanamkan karakter bawah umur.
bangsa. Maka dari itu setiap warga Budi Sam Law Malau (2014) Kasus
negara yang telah mengenyam siswa SD Renggo Kadafi pada tahun 2014
pendidikan, setidaknya pendidikan wajib yang dianiaya kakak kelasnya sampai
dua belas tahun, pastilah karakter bangsa berhujung pada kematian. Wildan Topan
yang tercantum pada fungsi pendidikan (2015) kasus penganiayaan Lindawati
nasional sudah melekat di dalam dirinya. pada tahun 2015 oleh teman sekelasnya
Namun fenomena yang terjadi di yang berhujung maut pula. Ardhi
masyarakat pada saat ini sangat Sanjaya (2016) bahwa gadis bernama
bertolakbelakang dengan tujuan yuyun usia 14 tahun warga Dusun 5,
pendidikan nasional. Tidak hanya pada Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang
kalangan orang dewasa dan remaja, Ulak Tanding, Rejang Lebok, Bengkulu
melainkan terjadi pada anak-anak di ditemukan meninggal pada 05 April
zaman sekarang, khususnya anak-anak 2016. Gadis ini diperkosa oleh 14 orang
sekolah dasar. yang umurnya di bawah 20 tahun. Kasus
Anak-anak usia SD yang terdahulu lainya adalah siswa SD memperkosa
dikenal dengan anak-anak yang lugu, anak SMP, kasus ini terjadi di Surabaya.
polos dan taat aturan. Sekarang berubah Sungguh miris sekali moral anak bangsa
menjadi anak-anak yang cenderung nakal pada era sekarang ini. Kasus-kasus
dan tingkah lakunya seperti anak-anak tersebut terjadi karena penanaman
remaja. Menurut Rita Eka izzaty dkk karakter yang belum berhasil di SD,
(2008) perkembangan itu bersifat seharusnya karakter yang baik mampu
kontekstual, yaitu perkembangan mengendalikan diri siswa untuk tidak
individu mengikuti kondisi saat ini. melakukan hal-hal tak terpuji di atas.
Menurut pendapat di atas dapat dikaji Semestinya di bangku SD adalah tempat
bahwa perilaku anak-anak itu sesuai pertama untuk menanamkan karakter
dengan perkembangan zaman, bangsa sebagai fondasi di pendidikan
dikarenakan canggihnya teknologi yang selanjutnya.
dapat membuka jendela ke seluruh Rita Eka izzaty dkk (2008)
penjuru dunia. Sehingga banyak mengemukakan bahwa seorang individu
perilaku, sikap, dan karakter bangsa lain yang potensinya belum terlihat, apabila
diadobsi begitu saja tanpa melihat situasi diberikan rangsangan yang sesuai
lingkungan kita, sudah sesuai atau tidak. dengan kebutuhan usianya maka
Akhir-akhir ini banyak dijumpai kasus- individu tersebut akan mengalami
kasus yang terjadi dengan pelaku perkembangan dengan baik. Fenomena
utamanya adalah siswa SD. bahwa karakter bangsa kita merosot,
Kasus yang dilakukan oleh siswa melalui argument diatas dapat
SD yaitu mulai dari perilaku pelanggaran diterangkan bahwa pemberian
norma, tindakan bullying, kekerasan rangsangan yang diberikan dapat
terhadap temannya, pembunuhan, dan diprediksi kurang ideal, sehingga
kekerasan seksual. Tiga tahun terakhir ini menyebabkan gagalnya pendidikan
lah kasus-kasus di atas yang menjamur di karakter. Gagalnya pendidikan karakter

350
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

terhadap siswa SD akan sangat dilaksanakan dengan harapan dapat


berdampak pada siswa di masa membentuk kepribadian pramuka di
mendatang, karena karakter negatif setiap kepribadian peserta didik.
tersebut akan terus melekat pada diri
siswa tersebut kecuali ada upaya untuk FOKUS PENELITIAN
berubah. Berdasarkan latar belakang tersebut,
Apabila ditelaah lebih dalam kasus- maka fokus penelitian yang dirumuskan
kasus di atas tidak lepas dari penanaman dalam penelitian ini adalah peran
karakter yang luhur di bangku sekolah kegiatan pramuka dalam membentuk
dasar. Bila karakter yang luhur melekat karakter pada siswa sekolah dasar di SD
pada diri siswa, kasus kekerasan, N Mejing 2, Ambarketawang, Sleman.
bullying, dan pelanggaran-pelanggaran Dari fokus penelitian tersebut dapat
yang lainnya tidak akan terjadi, karena dirinci kedalam dua sub fokus yaitu
karakter yang luhur itu mengajarkan kita materi-materi kegiatan pramuka yang
untuk menghargai orang lain. mengandung nilai-nilai karakter dan
Maraknya kasus-kasus kenakalan peran kegiatan pramuka dalam
anak usia SD, sehingga memunculkan membentuk karakter pada siswa Sekolah
lembaga-lembaga pendidikan khusunya Dasar di SD N Mejing 2,
SD, berlomba-lomba dalam Ambarketawang, Gamping, Sleman.
menggalakkan pendidikan karakter
untuk meningkatkan karakter bangsa RUMUSAN MASALAH
seperti tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan fokus masalah
Lembaga-lembaga tersebut dalam penelitian, dapat ditarik rumusan
menggalakkan disesuaikan dengan masalah sebagai berikut.
lingkungan sekolah masing-masing, 1. Materi apakah dalam kegiatan
karena karakter setiap lingkungan pramuka yang mengandung nilai-
pendidikan berbeda-beda. Salah satu nilai karakter?
media atau sarana untuk menanamkan 2. Bagaimana peran kegiatan pramuka
karakter di bangku SD adalah kegiatan dalam membentuk karakter pada
pramuka. siswa Sekolah Dasar di SD N Mejing
Peneliti melakukan observasi di SD 2, Ambarketawang, Gamping,
N Mejing 2, guna melihat realita Sleman?
pendidikan karakter yang diterapkan di
sana. Penanaman karakter di SD N LANDASAN TEORI
Mejing 2 ini dilakukan pada saat A. Pramuka
pembelajaran di kelas melalui integrasi 1. Sejarah Pramuka Dunia
mata pelajaran, nasihat-nasihat guru Gerakan pramuka sering
secara langsung, melalui upacara dikenal dengan istilah Gerakan
bendera, dan kegiatan kepramukaan. Kepanduan. Tim Esensi (2012)
Kegitan peramuka di SD N Mejing 2 mengemukakan bahwa gerakan
adalah salah satu kegiatan untuk kepanduan merupakan salah satu
membentuk karakter siswa. Kegiatan ini gerakan pembinaan pemuda yang
diikuti oleh siswa-siswi kelas III sampai memiliki pengaruh mendunia.
dengan kelas VI. Kegiatan pramuka di Gerakan Kepanduan tidak akan lepas
laksanakan satu minggu sekali pada hari dari sosok Robert Baden Powell.
Sabtu pukul 11.30 WIB. Kegiatan ini

351
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

2. Lambang Gerakan pramuka pendidikan nonformal di luar


Siluet Tunas Kelapa sekolah dan di luar keluarga
merupakan lambang gerakan sebagai wadah pembinaan
pramuka. Lambang gerakan pramuka serta pengembangan kaum
merupakan tanda pengenal muda dilandasi Sistem
organisasi gerakan pramuka yang Among, Prinsip Dasar dan
tetap. Penggagas lambang ini adalah Metode Kepramukaan.”
Soenardjo Atmodipuro, seorang 5. Tujuan
pegawai tinggi Departemen Pertanian Kwartir Nasional Gerakan
yang juga tokoh pramuka. Lambang Pramuka (2011) mengemukakan
ini digunakan mulai pada tanggal 14 bahwa tujuan gerakan pramuka yaitu
Agustus 1961, ketika presiden Ir. mendidik dan membina kaum muda
Soekarno menganugrahkan Panji Indonesia untuk mengembangkan
Gerakan Pendidikan Kepanduan keimanan dan ketakwaan kepada
Nasional Indonesia kepada organisasi Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
Gerakan Pramuka melalui Keputusan menjadi:
Presiden Republik Indonesia Nomor 1) Manusia berwatak,
448 tahun 1961. berkepribadian dan berbudi
3. Sifat pekerti luhur, yang:
Kwarnas Gerakan Pramuka a) Tinggi moral, spiritual, kuat
(2011) sifat Gerakan Pramuka dalam mental, intelektual, sosial,
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka emosional dan fisiknya.
Pasal 6 yaitu: b) Kecerdasan tinggi dan mutu
a. Gerakan Pramuka ialah keterampilannya.
organisasai pendidikan yang c) Kuat dan sehat jasma\ninya.
keanggotaannya bersifat sukarela, 2) Kwartir Nasional Gerakan
mandiri, tidak membedakan suku, Pramuka (2011: 7) pasal 4 AD
golongan, ras, dan agama. Gerakan Pramuka.
b. Gerakan Pramuka bukan Warga Negara Republik Indonesia
organisasi sosial-politik, dan yang berjiwa Pancasila, patuh dan
bukan bagian dari salah satu setia kepada Negara Kesatuan
organisasi sosial-politik serta Republik Indonesia serta menjadi
bukan pelaksana politik praktis. anggota masyarakat yang baik dan
c. Gerakan Pramuka selalu berguna, yang dapat membangun
menjamin kemerdekaan setiap dirinya sendiri secara sendiri serta
anggotanya untuk memeluk bersama-sama bertanggunjawab
agama dan kepercayaan masing- atas pembangunan bangsa dan
masing serta beribadah menurut Negara, memiliki kepedulian
agama dan kepercayaan. terhadap sesama hidup dan
4. Fungsi lingkungan alam, baik lokal,
Kwartir Nasional Gerakan nasional, maupun internasional.
Pramuka (2011: 8) fungsi Gerakan 6. Prinsip Dasar Kepramukaan
Pramuka dalam anggaran dasar pasal Ilyas dan Qoni (2012)
5 adalah, menjelaskan prinsip dasar
“Gerakan Pramuka berfungsi kepramukaan meliputi:
sebagai penyelenggara

352
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

1) Iman dan takwa kepada Tuhan semangat kebangsaan, cinta tanah air,
Yang Maha Esa. menghargai prestasi,
2) Peduli terhadap bangsa dan bersahabat/komunikatif, cinta damai,
tanah air, sesama hidup dan gemar membaca, peduli lingkungan,
alam seisinya. peduli sosial, tanggung jawab.
3) Peduli terhadap diri sendiri.
4) Taat kepada kode Kehormatan C. Siswa Sekolah Dasar
Pramuka Cristiana Hari Soetjiningsih (2012)
7. Metode menjelaskan bahwa usia sekolah dasar
Kwartir Nasional Gerakan adalah dimana ketika anak memperoleh
Pramuka (2011) metode dasar-dasar pengetahuan dan berbagai
Kepramukaan merupakan teknik keterampilan di sekolah dasar. Masa ini
belajar progresif melalui: adalah masa pembentukan kebiasaan
Pengamalan Kode Kehormatan, belajar dorongan berprestasi yang cenderung
sambil melakukan (learning by doing), menetap sampai dewasa sehingga
sistem berregu (patrol system). kegiatan disebut juga masa kritis dalam dorongan
yang menarik dan menantang di alam berprestasi.
terbuka yang mengandung pendidikan,
sesuai dengan perkembangan rohani D. Peran kegiatan Pramuka dalam
dan jasmani anggota muda, kegiatan di Membentuk Karakter
alam terbuka, kemitraan dengan Hudiyono ( 2012: 84),
anggota dewasa dalam setiap kegiatan, mengemukakan berdasarkan Undang-
sistem tanda kecakapan, sistem satuan undang Nomor 12 tahun 2010 tentang
terpisah untuk putera dan putri dan Gerakan Pramuka, peranan Gerakan
Kiasan dasar. Pramuka dalam pendidikan karakter
bangsa menjadi besar. Disebutkan di
B. Karakter dalam konsideran “ bahwa Gerakan
1. Pengertian Karakter Pramuka selaku penyelenggara
Mulyasa (2011) menjelaskan pendidikan kepramukaan mempunyai
bahwa karakter adalah sifat alami peran besar dalam pembentukan
seseorang dalam merespon situasi kepripadian generasi muda sehingga
secara bermoral, yang dinyatakan memiliki pengendalian diri dan
dalam tindakan nyata melalui prilaku kecakapan hidup untuk menghadapi
baik, jujur, bertanggung jawab, tantangan sesuai dengan tuntutan
hormat terhadap orang lain, dan perubahan kehidupan lokal, nasional,
nilai-nilai karakter lainnya. dan global”. Untuk melaksanakan peran
2. Nilai-nilai Karkter besar itu, Gerakan Pramuka memiliki
Zubaidi (2012) menjelaskan mesin penggerak dan bagi anggotannya
bahwa sumber nilai pendidikan memegang teguh kode kehormatan
karakter bersumber dari agama, Pramuka berupa janji dan komitmen
pancasila, budaya dan tujuan serta ketentuan moral Pramuka.
pendidikan nasional yang akhirnya
memunculkan 18 nilai pendidikan METODE PENELITIAN
karakter meliputi religius, jujur, A. Latar Penelitian
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, SD N Mejing 2, Ambarketawang,

353
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Gamping, Sleman tahun ajaran mendokumentasikan data-data


2016/2017, pada bulan Juni 2016. sekolah yang dianggap penting dan
2. Waktu penelitian ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
selama empat bulan yaitu dimulai
pada bulan Juni sampai dengan E. Analisis Data
September 2016. 1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum,
B. Cara Penelitian memilih hal-hal yang pokok,
Metode penelitian kualitatif adalah memfokuskan pada hal-hal yang
metode penelitian yang berlandaskan penting, dicari tema dan polanya.
pada filsafat postpositivisme, digunakan 2. Data Display (Penyajian Data)
untuk meneliti pada kondisi obyek yang Penyajian data dilakukan dalam
alamiah, (sebagai lawannya adalah bentuk uraian singkat, bagan,
eksperimen) di mana peneliti adalah hubungan antar kategori, flowchart,
sebagai instrument kunci, pengambilan dan sejenisnya.
sampel sumber data dilakukan secara 3. Conclusion Drawing/Verification
purposive dan snowball, teknik Kesimpulan pada penelitian kualitatif
pengumpulan dengan trianggulasi dapat bersifat kredibel apabila
(gabungan), analisis data bersifat induktif ditemukan bukti-bukti yang valid
/ kualitatif, dan hasil penelitian lebih dan konsisten saat peneliti kembali
menekankan makna dari pada ke lapangan mengumpulkan data.
generalisasi.
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
C. Data dan Sumber Data 1. Uji Kredibilitas (Credibility)
Sumber utama dalam penelitian ini Dalam penelitian ini
adalah kata-kata dan tindakan orang- kredibilitas data menggunakan uji
orang yang diwawancarai yaitu kredibilitas dengan memperpanjang
pembina pramuka, kepala sekolah dan pengamatan, meningkatkan
siswa. Sumber data lainnya yang ketekunan, serta triangulasi teknik
digunakan adalah dokumentasi dan dan sumber penelitian.
arsip kegiatan pramuka serta foto-foto 2. Uji Reliabilitas (Dependability)
kegiatan pramuka. Dalam penelitian kualitatif uji
dependabilitydilakukan dengan
D. Prosedur Pengumpulan Data melakukan audit keseluruhan proses
1. Wawancara penelitian. Dalam penelitian uji
Wawancara pada penelitian ini dependability melakukan proses
dilakukan dengan kepala sekolah, pembimbingan dari penentuan fokus
pembina pramuka dan siswa di SD N masalah penelitian hingga penarikan
Mejing 2 Yogyakarta. kesimpulan.
2. Observasi 3. Uji Konfirmabilitas (Confirmability)
Pada penelitian ini peneliti Menguji konfirmabilitas
melakukan observasi di seluruh berarti menguji hasil penelitian,
kegiatan pramuka di SD N Mejing 2 dikaitkan dengan proses yang
Yogyakarta. dilakukan. Bila hasil penelitian
3. Dokumentasi merupakan fungsi dari proses
Dalam penelitian ini peneliti penelitian yang dilakukan, maka

354
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

penelitian memenuhi standar Hasil dari wawancara, observasi,


konfirmabilitas. Dalam penelitian ini dan dokumentasi peran kegiatan
uji konfirmabilitas dilakukan dengan pramuka dalam membentuk karakter
pelampiran berbagai data yang sekolah dasar terintegrasi dalam materi-
diperoleh. materi dan kecakapan-kecakapan yang
diajarkan dalam kegiatan pramuka.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Selain itu juga, dapat melalui metode-
A. Materi-Materi Mengandung Nilai-Nilai metode pembelajaran yang digunakan
Karakter untuk mendukung pembentukan
a. Penanaman nilai-nilai karakter karakter di sekolah dasar. Hal ini sejalan
peserta didik melalui ekstrakulikuler dengan teori Hudiyono (2012: 83) bahwa
pramuka sudah sesuai dengan teori pendidikan pramuka berperan sebagai
nilai-nilai Pramuka dalam Dasa komplemen dan slupemen terhadap
Dharma Pramuka dari Hudiyono pendidikan formal. Untuk mencapai
(2012: 71). peran tersebut dilaksanakan kegiatan
b. Pembentukan Regu/Barung, memuat kepramukaan melalui proses pendidikan
karakter religi, toleransi, disiplin, yang menyenangkan dengan
berfikir kreatif, mandiri, demokratis, menggunakan prinsip dasar dan metode
komunikatif, cinta damai dan kepramukaan.
tanggung jawab. Selain yang dijelaskan di atas,
c. Tri Satya, memuat karakter, religious, tauladan seorang Pembina juga berperan
jujur, toleransi, disiplin, semangat dalam membentuk karakter siswa.
kebangsaan, cinta tanah air, peduli Seperti ketepatan waktu Pembina ketika
lingkungan, peduli sosial. datang, menunjukkan sikap peduli
d. Sandi Angka, mengandung karakter lingkungan, komunikatif ketika dalam
kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, pembelajaran serta karakter-karakter
semangat kebangsaan. lainnya yang mencerminkan 18 karakter
e. Latihan Upacara Siaga, disiplin, di atas, dapat digunakan untuk
semangat kebangsaan, cinta tanah air, membentuk karakter siswa.
menghargai prestasi. Permainan
Siaga, mengandung karakter kreatif, SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
kerja keras, toleransi, jujur. A. Simpulan
f. Pelatihan Baris-berbaris, memuat Materi-materi dalam kegiatan
karakter jujur, disiplin, semangat pramuka yang mengandung nilai
kebangsaan, tanggung jawab. karakter selama penelitian berlangsung
g. Sandi Kebalikan, memuat karakter ialah: Pembentukan Regu/Barung,
kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, memuat karakter religi, toleransi,
semangat kebangsaan. Tali-temali, disiplin, berfikir kreatif, mandiri,
memuat karakter jujur, disiplin, kerja demokratis, komunikatif, cinta damai
keras, tanggung jawab. dan tanggung jawab. Tri Satya, memuat
karakter, religious, jujur, toleransi,
B. Peran Kegiatan Pramuka dalam disiplin, semangat kebangsaan, cinta
membentuk Karakter Siswa Sekolah tanah air, peduli lingkungan, peduli
Dasar di SD N Mejing 2 sosial. Sandi Angka, mengandung
Ambarketawang, Gamping, Sleman karakter kerja keras, kreatif, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan. Latihan

355
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Upacara Siaga, disiplin, semangat dapat digunakan untuk masukan


kebangsaan, cinta tanah air, menghargai kepala sekolah dan Pembina agar
prestasi. Permainan Siaga, mengandung lebih meningkatkan kegiatan
karakter kreatif, kerja keras, toleransi, kepramukaan sehingga dalam
jujur. Pelatihan Baris-berbaris, memuat pembentukan karakter siswa dapat
karakter jujur, disiplin, semangat dioptimalkan di kegiatan pramuka.
kebangsaan, tanggung jawab. Sandi
Kebalikan, memuat karakter kerja keras, C. Saran
kreatif, rasa ingin tahu, semangat Berdasarkan hasil penelitian yang
kebangsaan. Tali-temali, memuat telah dipaparkan sebelumnya, maka
karakter jujur, disiplin, kerja keras, peneliti mengajukan beberapa saran
tanggung jawab. berkaitan dengan peran kegiatan
Peran kegiatan pramuka dalam pramuka dalam membentuk karaker
membentuk karakter siswa sekolah pada siswa Sekolah Dasar di SD N
dasar di SD N Mejing 2, melalui Mejing 2 melalui kegiatan pramuka.
integrasi dalam materi-materi dan 1) Pembina diharapkan dapat menjadi
kecakapan-kecakapan yang diajarkan orangtua, guru, kakak, motivator,
serta didukung oleh metode dan fasilator kepada siswa sehingga
pembelajaran pramuka dan teladan dapat terwujud kemajuan penerus
Pembina pramuka. bangsa yang berkarakter, berwatak,
berkepribadian dan berbudipekerti
B. Implikasi luhur.
1. Implikasi Teoritis 2) Pembina diharapkan dapat
Hasil penelitian yang telah memberikan dorongan kepada siswa
dilaksanakan semakin memperkuat sesuai dengan tujuan gerakan
teori yang menyatakan bahwa pramuka yaitu membimbing dan
pembentukan nilai-nilai karakter mendidik siswa agar memiliki
merupakan suatu konsep yang ada karakter yang baik.
dalam nilai-nilai Dasa Dharma
Pramuka agar mendukung DAFTAR PUSTAKA
tercapainya tujuan pendidikan yang Afroh Nailil Hikmah. 2013. Upaya
ada yaitu tentang karakter bangsa. Pembentukan Karakter Siswa Melalui
Sehingga hasil penelitian ini dapat Ekstrakurikuler Pramuka di SDIT Salsabila
dijadikan bahan pertimbangan bagi Klaseman Ngaglik Sleman. Skripsi tidak
pihak sekolah untuk diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
mengoptimalkan 18 karakter bangsa Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
dalam meningkatkan akhlak, sikap Kalijaga
dan perilaku siswa dalam pendidikan Ardi Sanjaya. 2016. Yuyun, Gadis Belia yang
non formal yaitu kegiatan pramuka Tewas Diperkosa 14 Pemuda, Siswi
di sekolah yang pada akhirnya Berprestasi di Sekolahnya
diharapkan dapat meningkatkan (Online), http://bogor.tribunnews.com/2
mutu dan karakter pendidikan di SD 016/05/03/kisah-yuyun-gadis-belia-
N Mejing 2. yang-tewas-diperkosa-14-pemuda-siswi-
2. Implikasi Praktis berprestasi-di-sekolahnya, diakses 15 Juni
Berdasarkan uraian pada implikasi 2016)
teoritis maka hasil penelitian ini

356
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Asmadi Alsa. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Menyenangkan. Bandung. PT Remaja


Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Rosdakarya
Penelitian Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Nur Aniyah. 2013. “Memutus Mata Rantai
Pelajar Budaya Korupsi Dengan Pendidikan
Budi Sam Law Malau. 2014. Ini Penyebab Karakter”. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota
Kematian Renggo Khadafi Berdasarkan Visum Surabaya, (Online), Volume
(Online),
http://wartakota.tribunnews.com/2014/
05/05/ini-penyebab-kematian-renggo-
khadafi-berdasarkan-visum, diakses 15
Juni 2016)
Cristiana Hari Soetjiningsih. 2012.
Perkembangan Anak Sejak Pembuahan sampai
dengan Kanak-kanak akhir. Jakarta: Prenada
Media Group
Cucu suhana. 2014. Konsep Strategi
Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama
Ilyas dan Qoni. 2012. Buku Pintar Pramuka.
Yogyakarta: Familia
Hudiyono. 2012. Membangun Karakter Siswa.
Jakarta: Erlangga
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2011.
Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat
Dasar. Jakarta: Kwartir Nasional
Lexy J. Moleong. 2012. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur.
2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
__________. 2014. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Marzuki dan Lysa Hapsari. 2015.
“Pembentukan karakter Siswa melalui
Kegiatan Kepramukaan di MAN 1
Yogyakarta”. Jurnal Pendidikan Karakter
Tahun V, Nomor 2, Oktober 2015.
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka
/article/viewFile/8619/7111, 16 Mei
2016)
Muhammad Rohman. 2012. Kurikulum
Berkarakter. Jakara: Prestasi Pustaka
Publisher
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

357
SURVEI RASA SYUKUR MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Irvan Usman1), Moh. Rizki Djibran2), Mohamad Rizal Pautina3)


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo
1irvanusman@yahoo.co.id, 2rmu_djibran@yahoo.com, 3isal.pautina@gmail.com

Abstract
The purpose of this research is (1) To know gratitude of student in Gorontalo State University, (2) To
know the gratitude of students male and female in Gorontalo State University. This research is a survey
with quantitative approach. Gratitude of student in Gorontalo State University is the percentage of 83%
(high). The gratitude of male students are in percentage 81% (high), while the percentage of female
students gratitude is 85% (high). Indicators of intensity of male students are at a percentage of 80% (high)
and female students are in percentage 85% (high), an indicator of frequency of male students are in
percentage 64% (medium) and female students are in percentage of 75% (medium), indicators of span of
male students are in percentage 87% (high) and female students are in percentage 87% (high), indicators of
density of male students are in percentage 84% (high) and female students are in percentage 88% (high).
Keywords: Gratitude

1. PENDAHULUAN kesejahteraan fisik. Menurut beberapa


Dalam menjalani kehidupan ini, penelitian, orang bersyukur memiliki emosi
seseorang pernah mengalami berbagai yang lebih positif, kepuasan hidup, vitalitas,
macam masalah. Masalah tersebut dapat optimisme, perasaan menyenangkan, empati,
dirasakan jika kenyataan tidak sesuai dengan kemurahan hati, dan jarang depresi dan
keinginan dan harapan. Akibatnya mereka stres.
menganggap kondisi tersebut sebagai Syukur atau kebersyukuran dalam ilmu
sesuatu yang sangat menyedihkan ataupun psikologi sering disebut dengan istilah
menyakitkan. Tidak sedikit pula dalam gratitude. Penelitian tentang gratitude juga
hidupnya manusia sering mengeluh atas telah banyak dilakukan oleh pakar psikologi
hidupnya yang dianggap ‘kurang’. Rasa di dunia barat. Salah satu tokoh yang banyak
kurang yang dimiliki seringkali meneliti mengenai gratitude adalah Robert
mengalahkan kelebihan yang dimilikinya. A.Emmons dan Michael E.McCullough
Menurut Saligman (2005) bahwa di (Putra, 2014).
tengah kondisi yang menyedihkan dan Konstruk gratitude yang dibangun
menyakitkan serta merasa kurang tersebut, meliputi thankfulness, gratefulness, dan
manusia selalu memiliki kesempatan untuk appreciative (McCullough, Emmons, & Tsang,
melihat hidup secara lebih positif. Lebih 2002). Sementara tujuan penelitian yang
lanjut Saligman mengungkapkan bahwa ada banyak dilakukan adalah mengenai
solusi yang dapat ditempuh oleh manusia hubungan antara gratitude dengan variabel
untuk dapat keluar dari kondisi di atas, salah lain, khususunya konstruk psikologi positif
satunya adalah kebersyukuran. lain dan perilaku prososial.
Konsep syukur telah mulai dipelajari
secara ilmiah oleh ilmu psikologi, khususnya 2. KAJIAN LITERATUR
psikologi positif. Sudah ribuan tahun yang 2.1 Konsep Dasar Syukur
lalu pentingnya syukur telah diakui oleh 2.1.1 Pengertian Syukur
para filsuf, pemikir agama, dan guru Syukur atau kebersyukuran dalam
spiritual. Ternyata syukur sangat terkait erat bahasa inggris disebut gratitude. Kata
dengan beberapa aspek psikologis dan gratitude berasal dari bahasa latin yaitu

358
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

gratia yang berarti kelembutan, kebaikan hati Penghargaan yang hangat ini dihasilkan
atau terima kasih (Pruyser dalam Emmons & atas apa yang telah didapatkan oleh
McCullough, 2003). Turunan dari istilah seseorang dari orang lain sehingga dapat
Latin ini mengarah kepada pengertian membuat orang tersebut merasa bahagia.
tentang sesuatu yang harus dilakukan b. Komponen yang kedua adalah ketika
dengan penuh kebaikan, kemurahan hati, seseorang yang bersyukur memiliki
keindahan dari memberi dan menerima, atau suatu perasaan ingin melakukan
mendapatkan sesuatu dari yang tidak ada kebaikan terhadap sesuatu atau
apa-apa (Emmons, 2004). seseorang tersebut. Perasaan ini timbul
Peterson dan Seligman (2004) dari keberuntungan atau kebaikan yang
mendefinisikan gratitude atau syukur telah diberikan oleh orang lain. Perasaan
sebagai suatu perasaan terima kasih dan rasa ini pada umumnya merupakan perasaan
senang atas respon penerimaan hadiah, bahagia karena telah menerima kebaikan,
hadiah itu memberikan manfaat bagi sehingga menyebabkan individu tersebut
seseorang atau suatu kejadian yang memiliki perasaaan untuk berkehendak
memberikan kedamaian. Jika dilihat sebagai baik terhadap orang yang memberikan
sifat, bersyukur itu dapat diekspresikan kebaikannya tersebut.
sebagai sebuah terima kasih yang c. Komponen ketiga adalah timbul suatu
berkelanjutan dan mampu bertahan dalam kecenderungan untuk melakukan hal-hal
perjalanan waktu dan situasi. yang positif karena adanya penghargaan
Sebagai sebuah komponen psikologis, dan perasaan untuk berkehendak baik
kebersyukuran merupakan semacam rasa terhadap sesuatu atau seseorang tersebut.
kagum, penuh rasa terima kasih, dan Tindakan positif ini bisa ditujukan
penghargaan terhadap hidup. Perasaan kepada orang yang memberikan
tersebut dapat ditujukan kepada pihak lain, kebaikan atau bisa juga kepada orang
baik terhadap sesama manusia maupun yang lain, sehingga orang lain dapat
bukan manusia seperti Tuhan, mahluk hidup merasakan penghargaan dan perasaan
lain (Emmons & Shelton, 2002). Terdapat yang bahagia karena telah menerima
banyak definisi dari gratitude atau keberuntungan atau kebaikan.
kebersyukuran ini dalam ranah psikologi. Menurut Steindl-Rast (Putra, 2014)
Gratitude sering diartikan sebagai rekognisi Gratitude dapat bersifat personal ataupun
positif ketika menerima sesuatu yang transpersonal. Berkaitan dengan ini,
menguntungkan, atau nilai tambah yang gratitude kemudian dapat dibedakan bentuk
berhubungan dengan judgment atau perilakunya dalam dua hal yaitu thankful
penilaian bahwa ada pihak lain yang dan grateful. Meskipun sering dianggap
bertanggung jawab akan nilai tambah sama, thankful dengan grateful pada
tersebut (Emmons, 2004). hakikatnya berbeda. Thankful merupakan
Menurut Fitzgerald (Emmons, 2004) pola perilaku berterima kasih kepada
terdapat tiga perbedaan dalam komponen seseorang atau pihak lain atau bersifat
bersyukur yang meliputi proses dari personal. Sedangkan dalam gratitude yang
pengekspresian bersyukur itu sendiri yaitu: bersifat transpersonal, yaitu grateful, rasa
a. Komponen pertama yang merupakan kebersyukuran yang ada lebih dalam dari
proses awal yang dialami oleh seseorang sekedar berpikir atau mengucapkan. Grateful
dalam bersyukur adalah dengan berarti berterima kasih atas apa yang telah
memberikan suatu penghargaan yang diterima, atau merupakan respon penuh
hangat terhadap sesuatu atau seseorang.

359
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

seseorang terhadap kepemilikannya membuat seseorang merasa bersyukur,


sekalipun kepemilikan itu tidak tersirat. misalnya merasa bersyukur kepada
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli keluarga, pekerjaan, kesehatan, dan
di atas dapat disimpulkan bahwa syukur kehidupan itu sendiri, bersama dengan
atau kebersyukuran adalah suatu perasaan berbagai manfaat lainnya.
terima kasih yang kita berikan kepada d. Density. Density merujuk pada jumlah
seseorang-manusia ataupun Tuhan atas orang-orang yang merasa bersyukur
pemberian sesuatu, yang dengan pemberian terhadap sesuatu hal yang postif. Orang
tersebut kita merasa senang, bahagia dan yang bersyukur diharapkan dapat
damai. menuliskan lebih banyak nama-nama,
Syukur merupakan salah satu hal yang orang yang dianggap telah membuatnya
diajarkan oleh semua agama, maka syukur bersyukur, termasuk orangtua, teman,
juga didefinisikan juga oleh masing-masing keluarga, dan mentor.
agama tersebut. Menurut agama Hindu, Dalam konsep Islam, Munajjid (2006)
syukur adalah mampu melihat kelebihan mengungkapkan bahwa syukur dapat mucul
yang dimiliki. Sedangkan agama Budha karena tiga aspek, yaitu:
menganggap syukur adalah menerima dan a. Mengenal nikmat. Mengenal nikmat
memanfaatkan potensi yang diberikan Tuhan memilik arti menghadirkan dalam hati,
semaksimal mungkin. Menurut agama menyadari, dan meyakinkan bahwa
Kristen syukur adalah menerima apapun segala sesuatu dan keajaiban yang kita
yang ditentukan Tuhan dan mempunyai miliki dan lalui merupakan nikmat dari
keyakinan bahwa Tuhan akan selalu Allah SWT.
menolong jika individu menghadapi b. Menerima nikmat. Menerima nikmat
masalah. Sedangkan syukur menurut agama memiliki arti menyebutnya dengan
Islam adalah respon individu berupa memperlihatkan kefakiran kepada yang
keyakinan bahwa dirinya selalu merasa memberi nikmat dan hajat kita
terpenuhi atau tercukupi oleh kelebihan atau kepadaNya, karena memahami bahwa
kebaikan yang ditrerima dari Allah SWT nikmat itu bukan karena keberkahan kita
(Mutia dkk, 2010). mendapatkannya akan tetapi karena itu
2.1.2 Aspek-Aspek Syukur bentuk karunia dan kemurahan Tuhan.
McCullough dkk (2002) mengungkapkan c. Memuji Allah atas pemberian nikmat.
bahwa aspek-aspek syukur terdiri dari empat Pujian yang berkaitan dengan nikmat ada
unsur, yaitu: dua macam, yang pertama bersifat
a. Intensity. Seseorang yang bersyukur umum yaitu dengan memujinya bersifat
ketika mengalami peristiwa positif dermawan, pemurah, baik, luas
diharapkan untuk merasa lebih intens pemberiannya dan sebagainya.
bersyukur. Sedangkan yang kedua bersifat khusus,
b. Frequency. Seseorang yang memiliki yaitu membicarakan nikmat yang
kecendrungan bersyukur akan diterima itu dengan merinci nikmat-
merasakan banyak perasaan bersyukur nikmat tersebut lalu mengungkapkan
setiap harinya dan syukur bisa dengan lisan dan menggunakan nikmat
menimbulkan dan dan bahkan tersebut untuk hal-hal yang diridhaiNya.
mendukung tindakan dan kebaikan Berdasarkan pendapat para ahli di atas
sederhana atau kesopanan. dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
c. Span. Span dimaksudkan dngan jumlah syukur dalam perspektif barat meliputi
dari peristiwa-peristiwa kehidupan yang intensity, frequency, sapan, dan density serta

360
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

perspektif Islam meliputi mengenal nikmat, 2.2 Beberapa Temuan Ilmiah Tentang
menerima nikmat dan memuji Allah atas Kebersyukuran
pemberian nikmat. Studi yang dilakukan oleh McCullough &
2.1.3 Komponen-Komponen Bersyukur Emmons (2003) tentang manfaat bersyukur
Fitzgerald (1998) mengidentifikasi tiga bagi manusia. Dalam penelitian ini mereka
komponen dari bersyukur, yaitu: mengumpulkan 201 partisipan dan
a. Rasa apresiasi yang hangat untuk memisahkan partisipan ke dalam tiga
seseorang atau sesuatu, meliputi kelompok. Kelompok pertama diajak untuk
perasaan cinta dan kasih sayang. bersyukur dengan cara menuliskan lima hal
b. Niat baik (goodwill) yang ditujukan positif yang terjadi seminggu yang lalu.
kepada seseorang atau sesuatu, meliputi Kelompok berikutnya diajak untuk fokus
keinginan untuk membantu orang lain terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak
yang kesusahan dan keinginan untuk penting dan mereka diminta untuk
berbagi. menuliskan lima hal yang negatif. Kelompok
c. Kecenderungan untuk bertindak positif terakhir adalah kelompok netral yang
berdasarkan rasa apresiasi dan kehendak diminta untuk menuliskan lima kejadian
baik, meliputi intensi menolong orang yang signifikan diminggu yang lalu.
lain, membalas kebaikan orang lain dan Kemudian partisipan mengikuti
beribadah. pengukuran kesejahteraan psikologis.
Komponen–komponen diatas dikatakan Kelompok ‘bersyukur’ lebih merasa mereka
oleh Fritzgerald (1998) adalah saling memiliki kehidupan yang baik dan
berkaitan dan tidak bisa terpisahkan, karena pandangan optimis dibandingkan kelompok
seseorang tidak mungkin melakukan kedua dan ketiga. Selain itu, kelompok
bersyukur tanpa merasakan bersyukur ‘bersyukur’ jga melaporkan lebih sedikit
didalam hatinya. Komponen–komponen mengalami keluhan fisik dan cenderung
inilah yang kemudian digunakan oleh lebih banyak menghabiskan waktu untuk
peneliti sebagai landasan dalam pembuatan berolahraga.
alat ukur bersyukur. Penelitian Masingale (dalam Fluhler,
2.1.4 Jenis-Jenis Bersyukur 2010) juga menemukan bahwa orang yang
Peterson & Saligman (2004) membagi dapat bersyukur merasakan trauma yang
perwujudan bersyukur menjadi dua yaitu: lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi
a. Bersyukur secara personal. Ditujukan pada mereka. Peneliti Emmons dan
kepada orang yang telah memberikan McCullough (dalam Fluhler, 2010)
keuntungan kepada si penerima atau menemukan bahwa orang yang bersyukur
kepada diri sendiri. lebih jarang menderita depresi. Hal ini
b. Bersyukur secara transpersonal. dikarenakan mereka memiliki cara yang
Maksudnya adalah bersyukur yang tepat untuk berhadapan dengan keadaan
ditujukan kepada Tuhan, kekuatan yang hidup yang menyulitkan dan lebih mampu
lebih besar, atau alam semesta. Bentuk mengingat hal-hal yang positif.
dasarnya dapat berupa pengalaman Kehidupan sosial sehari-hari pun dapat
puncak atau peak experience, yaitu dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan
sebuah moment pengalaman bersyukur. Perasaan bersyukur dapat
kekhusyukan yang melimpah. memotivasi seseorang untuk membantu
orang lain (perilaku prososial) dan
mengurangi motivasi untuk berperilaku

361
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

merusak (Emmons dan McCullough dalam 3.4 Populasi dan Sampel


Fluhler, 2010). 3.4.1 Populasi
Orang yang bersyukur juga cenderung Populasi dalam penelitian ini adalah
tidak terlalu mengejar hal materialistik. Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo
Asumsinya, karena mereka sudah bersyukur sejumlah 19.170 mahasiswa.
dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat 3.4.2 Sampel
untuk memiliki hal materiil menjadi lebih Sampel adalah bagian dari jumlah data
sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru karakteristik yang dimiliki oleh populasi
untuk mendapatkan kepuasan materiil tersebut. Sampel dalam penelitian ini yaitu
(McCullough dan Polak dalam Fluhler, 2010). 356 mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo
Menurut McCullough, Emmons, dan yang terdiri dari FIP 44, FIS 32, FSB 28, MIPA
Tsang (2002), orang yang bersyukur selain 44, FATEK 32, FAPERTA 32, FOK 56, FEKON
lebih banyak memiliki emosi positif dan 52, Fakultas Hukum 20, dan FPIK 16.
kesejahteraan yang lebih tinggi, juga 3.5 Teknik Pengumpulan Data
memiliki harga diri yang tinggi dan lebih Dalam penelitian ini peneliti mengadopsi
mudah melihat dukungan sosial dari angket McCullough et.al (2002) kemudian
sekitarnya. Setelah memiliki cukup rasa peneliti memodifikasi dengan menggunakan
syukur, orang yang sering bersyukur juga angket skala likert yang diberikan kepada
cenderung akan mudah dalam membantu responden penelitian, di mana angket
orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri. peneliti bersifat tertutup, Angket yang
Penelitian yang dilakukan oleh Mutia digunakan dalam penelitian ini adalah
dkk (2010) tentang terapi kognitif perilaku angket dengan bentuk jawaban sangat
bersyukur (G-CBT) untuk menurunkan tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat
depresi pada remaja menunjukkan bahwa setuju.
dengan menggunakan terapi kognitif 3.6 Teknik Analisis Data
perilaku bersyukur (G-CBT) tersebut dapat Teknik analisis data yang digunakan
menurunkan tingkat depresi pada remaja. dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif
dengan menggunakan statistik perhitungan
3. METODE PENELITIAN persentase (%) dengan langkah-langkah:
3.1 Desain Penelitian Menghitung presentase (%) skor capaian
Desain penelitian ini desain penelitian responden dengan formulasi sebagai berikut:
survei pendekatan kuantitatif dengan desain P = S/N X 100 %
satu variabel yaitu syukur. Dengan :
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian P = Persentase
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas S = jumlah skor responden
Negeri Gorontalo selama 6 (enam) bulan, N = skor ideal angket
yakni dari bulan Mei sampai dengan bulan Skor Presentase Klasifikasi
Oktober tahun 2016. 76%-100% Tinggi
3.3 Variabel Penelitian 51%-75% Sedang
Penelitian ini terdapat satu variabel yang 0%-50% Rendah
dapat dijadikan fokus kajian penelitian
dengan indikator syukur yaitu: (1) Intensity,
(2) Frequency, (3) Span, (4) Density

362
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

4. HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak 76% (tinggi), no. item 4 sebanyak


4.1 Hasil 94% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87%
Data yang telah diperoleh dari hasil (tinggi), no. item 6 sebanyak 69% (sedang).
pengolahan angket tentang Rasa Syukur Rasa syukur mahasiswa berada pada
Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo persentase 83% (tinggi), sehingga dapat
selanjutnya diolah dengan menggunakan dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa
perhitungan persentase. Hasil dari Universitas Negeri Gorontalo tinggi.
pengolahan data tersebut ditampilkan dalam Grafik 4.1 Rasa Syukur Mahasiswa Laki-
bentuk tabel berikut ini. Laki dan Perempuan Universitas Negeri
Tabel 4.1 Rasa Syukur Mahasiswa Gorontalo
Universitas Negeri Gorontalo
Persentase Skor Perindikator
N Skor Skor P
o Respo Ideal ( 85 8787 88
Butir Pernyataan 90 80
84
nden % 75
80
) 70 64
1 Saya bersyukur dengan 60

Persentase
8
. apa yang sudah saya 1261 1424 50
9
miliki. 40
30 Laki-laki
2 Banyak yang saya
20 Perempuan
. syukuri, sehingga tak 8 10
1155 1424
dapat saya tulis 1 0
semuanya.
3 Tak banyak yang dapat 7
1088 1424
. saya syukuri di dunia ini. 6
Indikator
4 Saya merasa bahwa saya
. adalah mahluk sosial
yang membutuhkan
orang lain dan 9 Grafik 4.1 menunujukan bahwa indikator
1339 1424
mempunyai tanggung 4 intensity mahasiswa laki-laki Universitas
jawab untuk saling Negeri Gorontalo berada pada persentase
tolong menolong dengan 80% (tinggi) dan mahasiswa perempuan
sesama.
Universitas Negeri Gorontalo berada pada
5 Seiring bertambahnya
persentase 85% (tinggi), indikator frequency
. usia, saya lebih mampu
menghargai orang lain, mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
dan peristiwa-peristiwa 8 Gorontalo berada pada persentase 64%
1237 1424
yang terjadi dalam 7 (sedang) dan mahasiswa perempuan
hidup, sehingga hal itu Universitas Negeri Gorontalo berada pada
menjadi sejarah dalam
persentase 75% (sedang), indikator span
hidup saya.
mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
6 Saya butuh waktu lama
. untuk berterima kasih Gorontalo berada pada persentase 87%
kepada Tuhan yang telah 6 (tinggi) dan mahasiswa perempuan
987 1424
memberikan nikmatNya 9 Universitas Negeri Gorontalo berada pada
dan orang lain yang telah persentase 87% (tinggi), indikator density
membantu. mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
Rata-Rata 8
Gorontalo berada pada persentase 84%
3
(tinggi) dan mahasiswa perempuan
Universitas Negeri Gorontalo berada pada
Tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil
persentase 88% (tinggi).
persentase no. item 1 sebanyak 89% (tinggi),
no. item 2 sebanyak 81% (tinggi), no. item 3

363
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

4.2 Pembahasan indikator span mahasiswa laki-laki


Berdasarkan hasil analisis di atas, Universitas Negeri Gorontalo berada pada
diperoleh data yang menggambarkan rasa persentase 87% (tinggi) dan mahasiswa
syukur mahasiswa Universitas Negeri perempuan Universitas Negeri Gorontalo
Gorontalo, dan rasa syukur mahasiswa laki- berada pada persentase 87% (tinggi),
laki dan perempuan Universitas Negeri indikator density mahasiswa laki-laki
Gorontalo, Adapun hasil analisis tersebut: Universitas Negeri Gorontalo berada pada
No. item 1 sebanyak 89% (tinggi), no. persentase 84% (tinggi) dan mahasiswa
item 2 sebanyak 81% (tinggi), no. item 3 perempuan Universitas Negeri Gorontalo
sebanyak 76% (tinggi), no. item 4 sebanyak berada pada persentase 88% (tinggi).
94% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87% McCullough dkk (2002) mengungkapkan
(tinggi), no. item 6 sebanyak 69% (sedang). bahwa aspek-aspek syukur terdiri dari empat
Rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri unsur, yaitu:
Gorontalo berada pada persentase 83% a. Intensity. Seseorang yang bersyukur
(tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa ketika mengalami peristiwa positif
rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri diharapkan untuk merasa lebih intens
Gorontalo tinggi. bersyukur.
No. item 1 sebanyak 88% (tinggi), no. b. Frequency. Seseorang yang memiliki
item 2 sebanyak 81% (tinggi), no. item 3 kecendrungan bersyukur akan
sebanyak 72% (sedang), no. item 4 sebanyak merasakan banyak perasaan bersyukur
93% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87% setiap harinya dan syukur bisa
(tinggi), no. item 6 sebanyak 64% (sedang). menimbulkan dan dan bahkan
Rasa syukur mahasiswa laki-laki berada mendukung tindakan dan kebaikan
pada persentase 81% (tinggi), sehingga dapat sederhana atau kesopanan.
dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa c. Span. Span dimaksudkan dngan jumlah
laki-laki Universitas Negeri Gorontalo tinggi. dari peristiwa-peristiwa kehidupan yang
No. item 1 sebanyak 89% (tinggi), no. membuat seseorang merasa bersyukur,
item 2 sebanyak 82% (tinggi), no. item 3 misalnya merasa bersyukur kepada
sebanyak 81% (tinggi), no. item 4 sebanyak keluarga, pekerjaan, kesehatan, dan
95% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87% kehidupan itu sendiri, bersama dengan
(tinggi), no. item 6 sebanyak 75% (sedang). berbagai manfaat lainnya.
Rasa syukur mahasiswa perempuan berada d. Density. Density merujuk pada jumlah
pada persentase 85% (tinggi), sehingga dapat orang-orang yang merasa bersyukur
dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa terhadap sesuatu hal yang postif. Orang
perempuan Universitas Negeri Gorontalo yang bersyukur diharapkan dapat
tinggi. menuliskan lebih banyak nama-nama,
Indikator intensity mahasiswa laki-laki orang yang dianggap telah membuatnya
Universitas Negeri Gorontalo berada pada bersyukur, termasuk orangtua, teman,
persentase 80% (tinggi) dan mahasiswa keluarga, dan mentor.
perempuan Universitas Negeri Gorontalo Studi yang dilakukan oleh McCullough &
berada pada persentase 85% (tinggi), Emmons (2003) tentang manfaat bersyukur
indikator frequency mahasiswa laki-laki bagi manusia. Dalam penelitian ini mereka
Universitas Negeri Gorontalo berada pada mengumpulkan 201 partisipan dan
persentase 64% (sedang) dan mahasiswa memisahkan partisipan ke dalam tiga
perempuan Universitas Negeri Gorontalo kelompok. Kelompok pertama diajak untuk
berada pada persentase 75% (sedang), bersyukur dengan cara menuliskan lima hal

364
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

positif yang terjadi seminggu yang lalu. Menurut McCullough, Emmons, dan
Kelompok berikutnya diajak untuk fokus Tsang (2002), orang yang bersyukur selain
terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak lebih banyak memiliki emosi positif dan
penting dan mereka diminta untuk kesejahteraan yang lebih tinggi, juga
menuliskan lima hal yang negatif. Kelompok memiliki harga diri yang tinggi dan lebih
terakhir adalah kelompok netral yang mudah melihat dukungan sosial dari
diminta untuk menuliskan lima kejadian sekitarnya. Setelah memiliki cukup rasa
yang signifikan diminggu yang lalu. syukur, orang yang sering bersyukur juga
Kemudian partisipan mengikuti cenderung akan mudah dalam membantu
pengukuran kesejahteraan psikologis. orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri.
Kelompok ‘bersyukur’ lebih merasa mereka Penelitian yang dilakukan oleh Mutia
memiliki kehidupan yang baik dan dkk (2010) tentang terapi kognitif perilaku
pandangan optimis dibandingkan kelompok bersyukur (G-CBT) untuk menurunkan
kedua dan ketiga. Selain itu, kelompok depresi pada remaja menunjukkan bahwa
‘bersyukur’ jga melaporkan lebih sedikit dengan menggunakan terapi kognitif
mengalami keluhan fisik dan cenderung perilaku bersyukur (G-CBT) tersebut dapat
lebih banyak menghabiskan waktu untuk menurunkan tingkat depresi pada remaja.
berolahraga.
Penelitian Masingale (dalam Fluhler, KESIMPULAN
2010) juga menemukan bahwa orang yang a. Rasa syukur mahasiswa Universitas
dapat bersyukur merasakan trauma yang Negeri Gorontalo berada pada persentase
lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi 83% (tinggi), sehingga dapat dikatakan
pada mereka. Peneliti Emmons dan bahwa rasa syukur mahasiswa
McCullough (dalam Fluhler, 2010) Universitas Negeri Gorontalo tinggi.
menemukan bahwa orang yang bersyukur b. Rasa syukur mahasiswa laki-laki berada
lebih jarang menderita depresi. Hal ini pada persentase 81% (tinggi), sehingga
dikarenakan mereka memiliki cara yang dapat dikatakan bahwa rasa syukur
tepat untuk berhadapan dengan keadaan mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
hidup yang menyulitkan dan lebih mampu Gorontalo tinggi. Sedangkan rasa syukur
mengingat hal-hal yang positif. mahasiswa perempuan berada pada
Kehidupan sosial sehari-hari pun dapat persentase 85% (tinggi), sehingga dapat
dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa
bersyukur. Perasaan bersyukur dapat perempuan Universitas Negeri Gorontalo
memotivasi seseorang untuk membantu tinggi.
orang lain (perilaku prososial) dan c. Indikator intensity mahasiswa laki-laki
mengurangi motivasi untuk berperilaku Universitas Negeri Gorontalo berada
merusak (Emmons dan McCullough dalam pada persentase 80% (tinggi) dan
Fluhler, 2010). mahasiswa perempuan Universitas
Orang yang bersyukur juga cenderung Negeri Gorontalo berada pada persentase
tidak terlalu mengejar hal materialistik. 85% (tinggi), indikator frequency
Asumsinya, karena mereka sudah bersyukur mahasiswa laki-laki Universitas Negeri
dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat Gorontalo berada pada persentase 64%
untuk memiliki hal materiil menjadi lebih (sedang) dan mahasiswa perempuan
sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru Universitas Negeri Gorontalo berada
untuk mendapatkan kepuasan materiil pada persentase 75% (sedang), indikator
(McCullough dan Polak dalam Fluhler, 2010). span mahasiswa laki-laki Universitas

365
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Negeri Gorontalo berada pada persentase Fitzgerald, P. 1998. Gratitude and Justice.
87% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Ethic, 109 (1), 119-153.
Universitas Negeri Gorontalo berada Fluhler, D.B. 2010. Gratitude Theory: A
pada persentase 87% (tinggi), indikator literature review. Diakses pada 1 Agustus
density mahasiswa laki-laki Universitas 2015 dari media.wix.com
Negeri Gorontalo berada pada persentase McCullough, M.E., Emmons, R.A., & Tsang,
84% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Jo-Ann. 2002. The Grateful disposition: A
Universitas Negeri Gorontalo berada conceptual and empirical topography.
pada persentase 88% (tinggi). Journal of Personality and Social Psychology,
82 (1), 112-127.
REFERENSI McCullough, M.E & Emmons, R. A. 2003.
Al-Munajjid, M.B.S. 2006. Silsilah Amalan Counting Blessings Versus
Hati. Ikhlas Tawakkal, Optimis, Takut, Burdens: An Experimental Investigation
Bersyukur, Ridha, Sabar, Introspeksi Diri, of Gratitude and Subjective Well-Being in
Tafakkur, Mahabbah, Takwa, Wara. Daily Life. Journal of Personality and Social
Bandung: Irsyad Baitus Salam. Psychology. Vol 84 (2), pp 377-389.
Emmons, R., Cullough, M. 2003. Counting Mutia, E., Subandi., & Mulyati, R. 2010.
Blessings Versus Burdens: An Terapi Kognitif Perilaku Bersyukur untuk
Experimental Investigation of Gratitude Menurunkan Depresi pada Remaja. Jurnal
and Subjective Well-Being in Daily Life. Intervensi Psikologi, Vol. 2, No. 1, 53-68
Jounal of Personality and Social Psychology, Peterson, C & Seligman, M. E. P. 2004.
2, 84, 377-389. Character, Strenght, and Virtues: A Handbook
Emmons, R.A. 2004. The Psychology of & Classification. New York: Oxford
gratitude : An introduction. Dalam University press.
Emmons, R.A. & McCullough, M.E. The Putra, J.S. 2014. Syukur: Sebuah Konsep
psychology of gratitude. NY: Oxford Psikologi Indigenous Islami. Jurnal Soul,
University Press. Vol. 7. No. 2, 35-41.
Emmons, R.A. & Shelton, C.M. 2002. Seligman, M.E.P. 2005. Authentic Happines:
Gratitude and the science of positive Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi
psychology. In Snyder, C.R., Lopez, Positif. Bandung: Mizan Pustaka
Shane, J. Handbook of positive psychology.
NY: Oxford University Press.

366
PENINGKATAN KREATIVITAS,MINAT DAN PRESTASI BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA
SISWA KELASX AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 GIRISUBO, GUNUNGKIDUL
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Maryono dan Sunarti*

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besaran peningkatan kreativitas, minatdan prestasi
hasil belajar pada Ilmu Pengetahuan Sosial yakni kreativitas yang mendapat minimal baik 90%,
minat belajar yang mendapat minimal baik 85% dan prestasi hasil belajar tuntas 100%.
Rendahnya kreativitas, minat, dan prestasi hasil belajar siswa disebabkan oleh sebuah fenomena
bahwa siswa sering merasa kurang tertarik dalam proses pembelajaran yang
monoton.Pendekatan pembelajaran Make A Match dapat mengubah suasana pembelajaran, yang
efektif, menjadi hidup dan menyenangkan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas
belajar siswa dari 11 (52,38%) kondisi awal meningkat 19 (90,47%) siswa,Minat belajar siswa
kondisi awal 13 (61,90%) meningkat 18 (85,71%) siswa, sedangkan hasil belajar kondisi awal 15
(71.42%) meningkat menjadi 21 (100%) pada siklus II dengan KKM 78. Pendekatan model
pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kreativitas belajar,minat belajar dan prestasi
hasil belajar siswa dalam menentukan prestasi di kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Girisubo.
Kata kunci; Pendekatan kontekstual, kreativitas, minatdan prestasibelajar.
This research is almed to establish the increasing of creativity, interest and achievement of social
sciences lesson. For creativity student shoilget minimally Good 90% learning interest should get
minimally good 85% and learning achievement get perfect 100%.A learning achievement
approachment of Make A Match can change effective learning atmosphere, tobe more interesting
and aliveThe research shows that student learning dreativity increased from II student’s from 11
(52,38%) and in cycle to 19 (90,47%) in cycle 2. Student’s learning interest increases from 13
(61,90%) and 18 (85,71%) in cycle 2. Whereas the learning achievement in the first conditions is 15
(71,42%) increases into and 21 (100%) in cycle 2. At least 78 (KKM). So it can be conclude that the
approachment of Make A Match Learning Model can increase the student’s learning creativity,
interest and achievement in establishing the achievement of X Akuntansi 2 SMK N 1 Girisubo.

Key words: Contextual Approachment, Creativity, Interest & Achievement

PENDAHULUAN kurang kreatif dan kurang


Kegiatan belajar mengajar di satuan bersemangat.Dalam pengukuran atau
pendidikan, ada banyak hal yang perlu evaluasi hasil belajar mata pelajaran Ilmu
diperhatikan agar tujuan dari pembelajaran Pengetahuan Sosial, belum semua hasil
dapat terwujud. Pada saat mengajar, seorang belajar siswa memenuhi Kriteria Ketuntasan
guru yang mengalami masalah pengajaran Minimal.
akan terlihat pada hasil evaluasi siswa secara Keberhasilan penerapan
menyeluruh. Secara umum, kendala siswa di pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini
kelas adalah kreativitas minat dan prestasi sangat tergantung pada efektivitas
belajar siswa yang rendah terhadap pola komponen dasar instruksional, diantaranya
pembelajaran karena kurang guru, siswa, dan materi/bahan ajar dan juga
berinovasi.Siswa saat belajar mata pelajaran model pembelajaran.Penguasaan guru
Ilmu Pengetahuan Sosial kurang berminat, terhadap materi secara optimal, baik teknik

367
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

maupun sistem pengajaran sangat perhatian guru, kurang terhadap siswa yang
mendukung bagi pencapaianpembelajaran pasif, faktor yang lain karena kurangnya
yang efektif.Hal ini berimplikasi pada model pembelajaran, karena selama ini yang
pencapaian hasil belajar yang maksimal, digunakan bersifat konvensional.Kajian teori
untuk mengetahui kemajuan individu yang menjadi landasan untuk peningkatan
(Djamarah Bahri Syaiful, (2012:23). kreativitas, minat dan prestasi hasil belajar.
Model pembelajaran Make A Matchd Kreativitas adalah kemampuan untuk
iharapkan dapat meningkatkan kreativitas menciptakan sesuatu yang baru untuk
belajar siswa minimal baik dengan target memberi ide kreativitas saat memecahkan
90%, minat belajar meningkat minimal baik masalah atau sebagai kemampuan untuk
dengan target 85% dan prestasi belajarnya melihat hubungan-hubungan yang baru
dapat mencapai 100% tuntas dengan KKM antara unsur-unsur yang sudah ada
78. Harapan ini dapat tercapai manakala sebelumnya. Pendapat lain
guru harus mengubah dalam proses tentang kreativitas adalah segala
pembelajarannya, baik perencanaan, kemampuan seseorang untuk menciptakan
tindakannya di kelas maupun penerapan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
model pembelajaran. Siswa mengikuti proses maupun karya nyata yang relatif berbeda
pembelajaran dengan semangat dan memberi dengan apa yang telah ada sebelumnya.
umpan balik dalam interaksinya di kelas. Karakter orang yang inovatif berani untuk
Strategi pembelajaran Make A Match berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau
digunakan untuk proses pembelajaran di menyimpang dari tradisi.Siswa harus
kelas agar dapat mengubah kondisi kelas mempunyai sikap keberanian, rasa percaya
supaya kelas menjadi nyaman dan diri, keuletan, dan ketekunan membuat tidak
menyenangkan. Maka pembelajaran Make A cepat putus asa dalam mencapai tujuan (Syah
Match saat ini menjadi salah satu strategi Muhibbin, 2008, 199:36).
penting dalam kelas, dengan tujuan Minat adalah untuk mencapai
pendalaman materi, penggalian materi dan prestasi yang baik disamping kecerdasan
edutainment (Huda Miftahul, 2014:25) juga minat, sebab tanpa adanya minat segala
Pembelajaran diharapkan bermanfaat kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan
bagi siswa baik dalam kehidupan sekarang efesien. Dalam percakapan sehari-hari
maupun yang akan datang sehingga siswa pengertian perhatian dikacaukan dengan
harus sungguh-sungguh dalam menerima minat dalam pelaksanaan perhatian seolah-
pelajaran. Siswa menaruh perhatian, tidak olah kita menonjolkan fungsi pikiran,
melamun, bengong, tertunduk lesu, atau sedangkan dalam minat atau motivasi
mengobrol dengan temannya ketika sedang seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi
melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga kenyataannya apa yang menarik minat
untuk memajukan diri, mereka aktif dalam menyebabkan pula kita berperhatian, dan
mengikuti kegiatan pembelajaran.Terkait apa yang menyebabkan perhatian kita
dengan latar belakang di atas, maka di kelas tertarik minatpun menyertai kita. (Kompri,
X Akuntansi 2 Sekolah Menengah Kejuruan 2015:71).
Negeri 1 Girisubo, Kabupaten Gunungkidul Prestasi belajar merupakan hasil yang
ditemui berbagai masalah, yaitu belum ada diperoleh siswa setelah melalui beberapa
variasi model pembelajaran yang diterapkan proses belajar untuk mengetahui sesuatu
guru saat menyampaikan materi,guru yang belum diketahuinya, dan hanya dengan
kurang memperhatikan situasi dan kondisi belajar maka ia akan dapat mengetahui,
siswa saat memilih model pembelajaran, mengerti, dan memahami sesuatu dengan

368
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

baik. Prestasi belajar adalah hasil yang dilakukan guru akan mampu membuat siswa
diberikan oleh guru kepada siswa dalam situasi yang kondusif karena siswa lebih
jangka waktu tertentu sebagai hasil berperan serta terbuka dan sensitif atau
perbuatan belajar. fokus dalam Kegiatan Belajar
Faktor internal adalah faktor-faktor yang Mengajar.Walaupun sudah disadari bahwa
berasal dari individu anak itu siswa mendapat banyak keuntungan dari
sendiri,meliputi faktor jasmaniah (fisiologis) model ini yang mengaktifkan mereka tetapi
yang termasuk faktor ini, antara lain tidak banyak guru yang melakukannya.
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh Strategi yang paling sering digunakan adalah
dan sebagainya.Selain itu faktor psikologis, melibatkan siswa dalam diskusi dengan
intelektul (taraf intelegensi, kemampuan seluruh kelas.Tetapi strategi ini tidak terlalu
belajar, dan 31TUcara belajarU31T siswa) dan efektif walaupun guru sudah berusaha dan
non intelektual (motifasi belajar, sikap, mendorong siswa untuk berprestasi.
perasaan, minat belajar, kondisi psikis, dan Tinjauan Hasil Penelitian
kondisi akibat keadaan sosiokultur), dan Beberapa peneliti yang telah meneliti
faktor kondisi fisik(Gunadi,2015:44). mengenai Kreativitas belajar, Minat belajar,
Model Pembelajaran Make A Match dan Prestasi Belajar di antaranya adalah
merupakan metode yang sering digunakan sebagai berikut;
sebagai teknik pengembangan bahasa lisan 1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
yang menurut kemampuan siswa dalam Mulyarsih; melalui model pembelajaran
menciptakan ide dan mengajukan Kooperatif Make A Match pada siswa kelas
pendapatnya mengenai suatu topik. Selama IV Sekolah Dasar Negeri Harjowinangun
berpartisipasi dalam Model Pembelajaran 10 Tersono bahwa alternatif dalam
Make A Match diharapan aktif terlibat meningkatkan motivasi yang nantinya
didalamnya. Untuk dapat meningkatkan akan berdampak pada peningkatan
partisipasi siswa terutama siswa yang tidak prestasi belajar adalah merubah model
kreatif, kurang berminat dan tidak suka pembelajaran yang menitikberatkan pada
berbicara karena takut dan malu berbicara. aktivitas siswa sebagai subjek belajar,
Model Pembelajaran Make A Match atau salah satu pemecahan permasalahan
mencari pasangan merupakan model adalah penerapan model pembelajaran
pembelajaran yang cocok digunakan dalam kooperatif Make A Match. Model Make A
proses pembelajaran di kelas. Dengan Match atau mencari pasangan merupakan
demikian pembelajaran yang menggunakan salah satu alternatif yang dapat
pendekatankontekstual memiliki ciri harus diterapkan kepada siswa.
ada kerja sama, saling menunjang, 2. Hasil penelitian yang dilakukan
gembira,belajar dengan bergairah, Sudarsono dalam penelitiannya; “Upaya
pembelajaran terintegrasi, menggunakan Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis
berbagaisumber, siswa aktif, menyenangkan, Teks Berbentuk Procedure Melalui Model
tidak membosankan,sharing denganteman, Pembelajaran Make A Match di Kelas IX
siswa kritis dan guru kreatif. SMP Negeri Malang“ menjelaskan bahwa
Ada banyak metode mengajar yang terdapat tiga macam modalitas belajar
biasa digunakan oleh guru. Salah satu yang digunakan oleh seseorang dalam
metode yang efektif yang diterapkan oleh pembelajaran, yaitu pemrosesan
guru agar siswa aktif adalah model informasi, dan komunikasi.
Pembelajaran Make A Match. Metode 3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
mengajar yang bersifat partisipatoris yang Abdul Hasan: “Penerapan Model

369
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memahami perlunya melaksanakan program


dalam Meningkatkan Kualitas dan tindakan tertentu, tetapi terlibat dalam
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP program tindakan tersebut sehingga betul-
Negeri Terakreditasi Kabupaten Bengkulu betul menghayatinya. Seorang guru sebagai
Utara” mengemukakan bahwa Model peneliti harus terlibat langsung secara penuh
Pembelajaran Make A Match ini dapat dalam keseluruhan rangkaian proses
mendorong individu yang malu untuk penelitian itu sejak dari penemuan masalah,
memberikan sumbangan pemikiran dan perumusan masalah, rencana tindakan,
menciptakan suasana yang pelaksanaan tindakan, observasi tindakan,
menyenangkan dalam setiap kelompok melakukan refleksi, analisis dan ketercapaian
membahas satu topik yang semula telah hasilnya serta penarikan simpulan.
dibicarakan secara klasikal (Buzz Group) Penelitian tindakan kelas model
atau setiap kelompok menjodohkan dari siklus yang dilaksanakan dalam dua siklus di
sisi pertanyaan dan jawaban yang mana siklus kedua merupakan
selanjutnya hasilnya dikumpulkan pada penyempurnaan dari siklus pertama.
pendamping di depan kelas dalam Masing-masing siklus memiliki tahapan
suasana nyaman sebagai berikut;
4. Hasil penelitian oleh Rusmindari yang Prosedur penelitian versi Slameto, (2010:61)
berjudul Penerapan Model Cooperative dengan perubahan.
Learning tipe STAD untuk meningkatkan
kerjasama dan peningkatan prestasi RencanaTinda
belajar siswa kelas V dalam mata k
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
Sekolah Dasar Negeri Gembongan, Refleksi PelaksanaanTi
menunjukkan adanya peningkatan ndakan dan
penguasaan materi melalui model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa. Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
a. Rencana atau Planning
METODE PENELITIAN Peneliti merumuskan rencana tindakan
Penelitian ini adalah Penelitian yang akan dilakukan untuk memperbaiki
Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas dan meningkatkan proses pembelajaran,
adalah sebuah penelitian yang dilakukan kreativitas belajar, minat belajar dan
oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan prestasi belajar siswa pemetaan dan
merancang, melaksanakan, mengamati dan penyusunan skenario pembelajaran serta
merefleksikan tindakan secara kolaborasi evaluasi pembelajaran
dengan tujuan untuk memperbaiki pola b. Tindakan atau Action
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Guru melaksanakan tindakan
Sosialsehingga hasil belajar siswa dapat berdasarkan rencana tindakan yang telah
meningkat. direncanakan,sebagai upaya perbaikan
Ada beberapa model penelitian tindakan dan peningkatan atau perubahan proses
kelas, salah satunya penelitian tindakan kelas pembelajaran pada kreativitas,minat dan
model partisipan yaitu bahwa orang yang prestasi belajar siswa yang
akan melakukan tindakan harus juga terlibat diharapkan.Guru melaksanakan seluruh
dalam proses penelitian dari awal. Dengan isi pesan dalam perencanaan pada proses
demikian, peneliti itu tidak hanya dapat pembelajaran berdasarkan rencana
pembelajaran yang telah disusun,dengan

370
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

model pembelajaran Make A Match. Secara interprestasi data tersebut belum


khusus, kegiatan pembelajaran dilakukan mencapai tujuan yang diharapkan maka
melalui serentetan aktivitas yang peneliti dan observer melakukan langkah-
tercantum dalam kegiatan inti Rencana langkah perbaikan untuk diterapkan pada
Program Pembelajaran. siklus selanjutnya demi tercapainya hasil
c. Pengamatan atau Observation belajar siswa yang maksimal.Sesuai
Peneliti mengamati tindakan yang dengan pendapat Suharsimi Arikunto
dilaksanakan dalam pelaksanaan proses (2009:19).
belajar mengajar. Pada tahap ini pada Teknik pengumpulan data yang digunakan
hakekatnya untuk mengetahui kegiatan sebagai berikut :
yang dilakukan guru dengan siswa 1. Observasi
yakni,apakah seluruh isi pesan susunan Metode observasi adalah suatu cara
pembelajaran telah memenuhi kriteria pengumpulan data dengan cara
yang ditetapkanHal yang dicatat dalam mengamati dan mencatat segala gejala-
kegiatan pengamatan ini antara lain gejala yang sedang diteliti. Menurut
proses tindakan yang disengaja maupun Suharsimi Arikunto (2008:30) observasi
yang tidak disengaja, situasi tempat adalah suatu metode yang dilakukan
tindakan, dan kendala-kendala yang dengan cara mengadakan suatu
dihadapi. Semua hal tersebut dicatat pengamatan secara teliti serta pencatatan
dalam kegiatan pengamatan (Observing) secara sistematis. Teknik observasi
yang terencana dan fleksibel serta dilakukan oleh peneliti untuk melihat dan
transparan. Untuk mengetahui proses mengumpulkan data tentang kreativitas
pembelajaran yang dilakukan sesuai belajar siswa, dan menyusun lembar
dengan skenario yang telah disusun observasi yang digunakan untuk:
bersama, perlu dilakukan evaluasi yang a. Mengumpulkan data tentang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kreativitas belajar siswa dalam
ketercapaian sasaran pembelajaran yang mengikuti pembelajaran Ilmu
diharapkan. Pengetahun Sosial di kelas melalui
d. Refleksi atau Reflection lembar Observasi kreativitas.
Refleksi merupakan akhir dari siklus yang b. Lembar observasi guru bertujuan
sangat penting untuk memahami dan untuk mengetahui bagaimana
memberikan makna terhadap proses hasil aktivitas guru selama proses
pembelajaran yang terjadi, yang pembelajaran berlangsung dengan
dilakukan dengan: (a) memikirkan menggunakan media pembelajaran
tindakan yang akan dilakukan, (b) ketika melalui lembar observasi keaktivan
tindakan sedang dilakukan, dan (c) guru.
setelah tindakan dilakukan. c. Lembar obsevasi siswa bertujuan
Kegiatan yang dilakukan pada saat untuk mengetahui bagaimana
merefleksi adalah melakukan analisis, dan kreativitas belajar siswa melalui
mengevaluasi atau mendiskusikan data media pembelajaran melalui lembar
yang diperoleh.Data yang telah observasi kreativitas siswa.
dikumpulkan dalam observasi harus
secepatnya di analisis atau di
interprestasikan (diberi makna) sehingga
dapat segera diberi tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan, jika

371
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen variabel kreativitas siswa


No Indikator Sub Indikator Nomer Item Jumlah
1 Keinginan 1. Hasrat ingin tau 2
2. Keinginan untuk 1
menemukan dan
3
meneliti 3
3. Senang menyelesaikan
masalah
2 Kemampuan 1. Bergairah, penuh 4
dedikasi dalam
melakukan pekerjaan 5
2. Sering menanggapi 6
3
pertanyaan
3. Mengemukakan
pendapat pada teman
lain
3 Optimis 1. Berpikir ke masa depan 7
2. Bisa menyelesaikan 8 2
masalah
4 Kesadaran 1. Latar belakang 9
pengetahuan yang luas 2
2. Panjang akal 10
Jumlah 10

2. Angket menyusun lembar angket untuk


Angket merupakan mendapatkan data minat belajar siswa
pertanyaan/pernyataan tertulis yang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
digunakan untuk mengumpulkan data agar mendapatkan data yang lebih
dari responden.Jenis angket yang lengkap dan valid.
digunakan adalah angket yang bersifat
langsung kepada siswa, dengan

Tabel 2. Kisi-kisi minat belajar siswa


No Indikator Sub Indikator Nomer Item Jumlah
1 Kesukaan 1. Ada rasa suka dan senang 1
terhadap Ilmu Pengetahuan
Sosial
2. Gairah siswa saat mengikuti 3 3
pelajaran.
3. Respon siswa saat 2
mengikuti pelajaran
2 Ketertarikan 1. Perhatian saat mengikuti 4
pelajaran di sekolah.
2
2. Konsentrasi siswa saat 5
mengikuti pelajaran.

372
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

3 Perhatian 1. Keterlibatan siswa saat 6


mengikuti pelajaran.
2
2. Kemauan siswa untuk 7
mengerjakan tugas
4 Keterlibatan 1. Kesadaran tentang belajar di 8
rumah
2. Kesadaran siswa untuk 9
3
mengisi waktu luang
3. Kesadaran siswa untuk 10
bertanya
Jumlah 10

3. Tes Tertulis dilakukan tindakan.Tes yang digunakan


Tes adalah serentetan pertanyaan atau pada penelitian ini adalah tes tertulis yang
latihan yang digunakan untuk mengukur dilaksanakan pada akhir setiap
ketrampilan, pengetahuan, kemampuan siklus.Peneliti menyusun atau membuat
atau bakat yang dimiliki oleh individu soal tes yang akan dilakukan pada akhir
atau kelompok (Suharsimi Arikunto, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
2006:198).Tes digunakan untuk menguji pada kompetensi dasar berbagai kegiatan
sejauh mana siswa mengalami perubahan ekonomi dan para pelakunya.
hasil belajar sebelum dan sesudah

Tabel 3. Kisi-kisi soal hasil belajar


Standar Jenis No.
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pelajaran
Kompetensi Soal Soal
4. 4.1Mendeskripsikan Kegiatan  Pengertian PG 1,3
Memahami berbagai produksi, produksi dalam
konsep kegiatan distribusi, kegiatan
ekonomi ekonomi dan dan ekonomi
dalam pelaku- konsumsi  Pengertian PG 2
kaitannya pelakunya dideskripsik konsumsi dalam
dalam an sesuai kegiatan
kegiatan dengan ekonomi
ekonomi pengertiann  Pengertia
konsumen ya n distribusi PG 4
dan produsen Pelaku- dalam kegiatan
termasuk pelaku ekonomi
permintaan ekonomi  Contoh
dan diidentifikas kegiatan PG 5,6
penawaran, i sesuai konsumsi
keseimbangan dengan  Tujuan 7
harga dan peran dan kegiatan PG
pasar pola ekonomi 8
interaksi  Perbedaan
diantara antara produksi, PG
mereka distribusi dan

373
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

konsumsi
 Pelaku 9
ekonomi PG
 Peran 10
pelaku ekonomi PG

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN menjadi beban guru dalam menyampaikan


A. Deskripsi Per Siklus Hasil Penelitian materi.
Peneliti setelah melakukan observasi awal di Wawancara dengan siswa juga dilakukan
kelas X Akuntansi 2 Sekolah Menengah oleh peneliti, dari wawancara diketahui
Kejuruan Negeri 1 Girisubo, Kabupaten bahwa sebagian siswa kurang begitu suka
Gunungkidul, yang jumlah siswanya ada 21 terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
orang menjumpai berbagai masalah. Sosial karena materi yang terlalu banyak dan
Permasalahan tersebut diantaranya adalah model pembelajaran serta suasana kelas yang
kelesuan atau kurangnya kreativitas, minat kurang menyenangkan menyebabkan siswa
dan prestasi belajar. Peneliti melakukan merasa bosan dan kurang berminat terhadap
wawancara dengan guru, dari hasil pembelajaran di kelas. Data sebelum ada
wawancara diketahui bahwa mata pelajaran tindakan baik kreativitas,minat dan prestasi
Ilmu Pengetahuan Sosial kurang diminati hasil belajar tertuang dalam tabel.
siswa sehingga kreativitas, minat dan
prestasi belajar menjadi kurang, materi yang
cukup banyak serta waktu yang terbatas

Tabel 4.Rekapitulasi Pengelompokan Nilai IPS sebelum ada tindakan ( Pra Siklus)
Penilaian
Kreativitas Minat Evaluasi
No Kualitas Nilai
Prosent Jmh Prosent Prosent
Jmh Siswa Jmh Siswa
(%) Siswa (%) (%)
1 91 – 100 0 0 0 0 0 0
61,90
2 81 – 90 11 52,38% 13 0 0
%
71,42
3 71 – 80 0 0 1 4,76% 15
%
33,33 28,57
4 61 – 70 10 47,61% 7 6
% %
5 51 – 60 0 0 0 0 - 0
6 < 50 0 0 0 0 - 0
Jumlah 21 21 21
Tuntas/Baik 11 13 15
Belum
10 8 6
Tuntas/Cukup

374
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Keterangan : meningkatkan kreativitas, minat dan prestasi


1. Nilai > 50 = Kurang sekali belajar.
2. 4. Nilai 81-90 = Baik Kegiatan siklus I :a) Perencanaan b)
3. Nilai 61-70 = Kurang Pelaksanaan Tindakan:1) Pertemuan 2)
4. 5. Nilai 91-100 = Baik Sekali Pertemuan c.Observas:1) Observasi
5. Nilai 71-80 = Cukup Kreativitas siswa 2) Observasi Aktivitas guru
Dengan kondisi data tersebut maka peneliti 3) Observasi Aktivitas siswa d. Refleksi
melakukan pembelajaran dengan model Setelah dilakukan tindakan, data yang
pembelajaran Make A Match yang dilakukan diperoleh baik kreativitas,minat maupun
dua siklus masing-masing siklus dua prestasi hasil belajar tertuang dalam tabel.
pertemuan, dengan harapan dapat

Tabel 5.Rekapitulasi pengelompokan Nilai IPS siklus I


Penilaian
Kualitas Kreativitas Minat Evaluasi
No
Nilai Jmh Prosent Jmh Prosent Jmh Prosent
Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)
1 91 – 100 0 0 0 0 0 0
2 81 – 90 16 76,19% 17 80,95% 5 23,80%
3 71 – 80 0 0 4 4,76% 13 61,90%
4 61 – 70 5 23,80% 0 0 3 14,28%
5 51 – 60 0 0 0 0 - 0
6 < 50 0 0 0 0 - 0
Jumlah 21 21 21

Tuntas / Baik 16 17 18

Refleksi Kegiatan siklus II :a) Perencanaan b)


Dari hasil evaluasi belajar yang telah Pelaksanaan Tindakan:1) Pertemuan 2)
diberikan pada siswa diperoleh jumlah siswa Pertemuan c.Observas:1) Observasi
yang tuntas belajar sebesar 18 (85,71%) Kreativitas siswa 2) Observasi Aktivitas guru
dengan kriteria sedang, yang belum tuntas 3) Observasi Aktivitas sisw d. Refleksi
belajar sejumlah 3(14,28%), nilai tertinggi 90 Setelah dilakukan tindakan data yang
dan nilai terendah 70, serta diperoleh rata- diperoleh baik kreativitas,minat maupun
rata nilai siklus I sebesar 80,95,hal ini prestasi hasil belajar tertuang dalam tabel.
menunjukan adanya peningkatan, tetapi
belum mencapai target yang ditentukan
maka dilanjutkan pada siklus II.

Tabel 6.Rekapitulasi pengelompokan Nilai IPS siklus II


Penilaian
Kualitas Kreativitas Minat Evaluasi
No
Nilai Jmh Prosent Jmh Prosent Jmh Prosent
Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)
1 91-100 19 90,47 2 9,52% 4 19,04

375
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

% %
76,19 14.28
2 81-90 0 0 16 3
% %
14,28 66,66
3 71-80 0 0 3 14
% %
4 61-70 2 9.52% 0 0 0 0
5 51-60 0 0 0 0 0 0
6 < 50 0 0 0 0 0 0
Jumlah 21 21 21
Tuntas / Baik 19 18 21
sekali (90,47%) (85,71%) (100%)

Dari hasil evaluasi belajar yang telah sudah terbiasa menyesuaikan diri dengan
diberikan pada siswa diperoleh jumlah siswa pembelajaran dilakukannya model
yang tuntas belajar sebesar 21 (100%) pembelajaran Make A Match, disamping itu
dengannilai tertinggi 100 dan nilai terendah kinerja guru juga sudah lebih baik lagi.
80, serta diperoleh rata-rata nilai pada siklus 3) Hasil Belajar Siswa
II sebesar 85,23% maka dengan demikian Berdasarkan hasil perolehan siklus II
mencapai kriteria baik sekali. diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar
a. Refleksi sebsar 100% dengan kriteria baik sekali, nilai
1) Kreativitas belajar Siswa tertinggi 100 dan nilai terendah 80, serta
Berdasarkan hasil observasi kreativitas yang diperoleh rata-rata nilai pada siklus II sebesar
diberikan kepada siswa diperoleh kreativitas 84,28%. Hasil ini lebih baik dari siklus I yang
pada siklus II telah mengalami peningkatan ditunjukkan dengan meningkatnya
yang lebih baik dari siklus I. Inidapat prosentase ketuntasan belajar siswa dari
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah 85,71%, menjadi 100%. Hal ini dikarenakan
prosentase siswa yang memiliki kreativitas perhatian siswa terhadap penjelasan guru
belajar yaitu dari 76,19% (siklus I) dengan sudah lebih baik, keaktifan siswa selama
kriteria cukup menjadi 90,47% (siklus pembelajaran sudah meningkat dari siklus I,
II),melebihi target yang ditentukan dengan serta kinerja guru sudah lebih baik dari
kriteria baik sekali. Hal tersebut dikarenakan siklus I.
siswa sudah terbiasa menyesuaikan diri 4) Hasil Wawancara
dengan pembelajaran dilakukannya model Berdasarkan dari wawancara dengan siswa
pembelajaran Make A Match, disamping itu yang dilakukan, bahwa sebagian besar siswa
kinerja guru juga sudah lebih baik lagi. menyukai pembelajaran Ilmu Pengetahuan
2) Minat Siswa Sosial melalui strategi pembelajaran
Berdasarkan hasil angket minat yang dilakukannya model pembelajaran Make
diberikan kepada siswa diperoleh Minat AMatch.Menurut para siswa bahwa belajar
pada siklus II telah mengalami peningkatan dengan bekerja samadalam kelompok itu
yang lebih baik dari siklus I. Ini dapat menyenangkan dan lebih mudah dalam
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah mempelajari dan memahami materi yang
prosentase siswa yang memiliki minat belajar tentunya dibantu bimbingan
yaitu dari 76,19% (siklus I) dengan kriteria guru.Berdasarkan hasil dari refleksi pada
minat siswa cukup menjadi 85,71% (siklus II) siklus II, diperoleh kesimpulan bahwa
dengan kriteria minat siswa adalah baik kreativitas belajar, minat belajar dan hasil
sekali. Hal tersebut dikarenakan siswa

376
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

belajar siswa berhasil baik sangat a. Ada siswa yang dulunya tidak pernah
memuaskan. bertanya tetapi ketika pelaksanaan proses
pembelajaran justru sering bertanya.
B. Pembahasan b. Siswa yang dulunya takut terhadap
Dari data kualitas pelaksanaan proses pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
pembelajaran dan hasil tes formatif siswa menjadi senang terhadap Ilmu
yang ditemukan dalam penelitian di Sekolah Pengetahuan Sosial.
Menengah Kejuruan Negeri 1 Girisubo c. Pada saat pelaksanaan proses
Kecamatan Girisubo Kabupaten pembelajaran berlangsung hampir semua
Gunungkidul dapat dikatakan bahwa siswa antusias. Hal ini terbukti pada saat
pelaksanaan pembelajaran meningkat, oleh guru masuk ruang kelassemua siswa
karena itu hasil belajarpun juga sudah duduk rapi menanti kehadiran
meningkat.Pelaksanaan proses pembelajaran guru sambil membaca buku Ilmu
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Pengetahuan Sosial serta mempelajarinya.
menggunakan pendekatan model d. Setelah Penelitian Tindakan
pembelajaran Make A Match sangatlah cocok. Kelasberlangsung, siswa menjadilebih giat
Kecocokan dapat dilihat dari antusias pola belajar, rajin menulis, dan lebih bagus lagi
kreatif belajar siswa yang sangat tinggi untuk karena siswamenjadi seorang anak yang
mengikuti jalannya pembelajaran. pemberani, percaya diri dan tidakpenakut
Hal ini kelihatan ketika siswa mendapat serta pemalu karena ketrampilan sosial
tugas mereka selalu merespon positif dengan mereka meningkat.
menyelesaikannya dengan perasaan senang. Setelah diadakan pengamatan pada
Namun demikian ada juga siswa yang aktif pelaksanaan penelitian terdapat beberapa
namun tidak mencapai sasaran, karena temuan-temuan yaga dialami para siswa:
mereka itu mempunyai kelainan-kelainan 1. Pada saat pertama kali pengamat masuk
tidak tertib di kelas dan kurang menyimak. ke dalam kelas ada salah seorang siswa
Berdasarkan alat evaluasi pada akhir proses yang tertegun,karena dikiranya ada
pembelajaran pada di setiap siklus II petugas yang mau mengecek atau
menunjukan peningkatan kreativitas 90,47%, memberi hukuman pada para siswa.
minat 85,71% dan prestasi hasil belajar 100% Tetapi setelah dijelaskan mereka diam dan
dengan KKM 78, dari 21 jumlah siswa. mengerti.
Peningkatan hasil belajar siswa dari pra 2. Pada akhir proses pembelajaran ada siswa
siklus, siklus I dan siklus II ini terjadi karena yang tidak mau berhenti mengenal dan
pendekatan yang digunakan oleh guru dapat memahami berbagai kegiatan ekonomi
membangkitkan kreativitas belajar siswa, dan pelaku-pelakunya sehingga mereka
bahkan siswa yang dulunya tidak suka bertekat berani melakukan langkah-
dengan Ilmu Pengetahuan Sosialmenjadi langkah kegiatan ekonomi, disekolah,
suka, siswa yang dulunya enggan dengan masyarakat tingkat padukuhan bahkan di
Ilmu Pengetahuan Sosialsekarang tidak masyarakat tingkat desa. Pengetahuan ini
enggan lagi karena konsep menjadi mudah dapat diterapkan dalam kehidupan
dan jelas (Trianto,2014:56). sehari-hari dan juga dapat ditularkan
Selama Penelitian Tindakan Kelas pada orang lain, sehingga hidup dapat
berlangsung peneliti menemukan hal-hal maju dan sejahtera.Orang-orang terus
yang sebelumnya belum pernah terjadi. Hal- melakukan hal-hal yang memiliki hasil
hal tersebut antara lain; yang memuaskan (Kompri,2015:73)

377
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

SIMPULAN DAN SARAN hasil belajar siswa meningkat, dengan


A. Simpulan demikian guru harus menggunakan
Berdasarkan hasil penelitian dan model pembelajaran dalam mengajar agar
pembahasan dapat disimpulkan bahwa penyampaian materi dapat di respon
dengan menggunakan pendekatan model siswa dengan baik.
pembelajaran Make A Match dapat 3. Sekolah hendaknya dapat meningkatkan
meningkatkan prestasi dan hasil serta terjadi kompetensi guru dalam menerapkan
perubahan perilaku yang menyertai siswa pembelajaran dengan pendekatan
dalam belajar pada siswa kelas X Akuntansi kontekstual, dengan menyediakan buku-
2Tahun Pelajaran 2015/2016 di Sekolah buku acuan dan mengikutkan dalam
Menengah Kejuruan Negeri 1 Girisubo, kegiatan ilmiah yang berhubungan
Kabupaten Gunungkidul. dengan penerapan pembelajaran dengan
Kreativitas belajar siswa kelas X akuntansi 2 pendekatan Make A Match.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri1 4. Sikap kritis yang normatif siswa terhadap
Girisubo pada mata pelajaran Ilmu suatu permasalahan dalam pembelajaran
Pengetahuan Sosial berhasil dengan baik harus ditingkatkan.
mencapai 19 siswa atau 90,47%.
Minat belajar siswa kelas X akuntansi 2 DAFTAR PUSTAKA
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Arikunto Suharsimi,dkk.,2006.Penelitian
Girisubo mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sosial berhasil dengan baik mencapai 18 Gunadi, 2015.Jurnal AdiKarsa “Teknologi
siswa atau 85,71%. Komunikasi Pendidikan Yogyakarta,
Hasil belajar siswa kelas X akuntansi 2 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kompri, 2015.Motivasi Pembelajaran
Girisubo mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Perspektif Guru dan Siswa.Bandung: PT.
Sosial sangat memuaskan karena jumlah Remaja Rosdakarya
siswa 21 tuntas semua atau 100%. Miftahul Huda, 2014. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
B. Saran Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bertolak dari hasil penelitian yang Muhibbin Syah, 2008. Psikologi Belajar.
diperoleh penulis tentangpeningkatan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
kreativitas,minat dan prestasi hasil belajar Slameto, 2010.BelajardanFaktor-faktor yang
siswa, maka penulis, menyampaikan saran Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi
kepada rekan-rekan guru agar penelitian Mahasatya
lebih maju dan sungguh-sungguh Syaiful Bahri Djamarah, 2012. Prestasi
memberikan kontribusi bagi guru dan siswa Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
dalam melaksanakan kegiatan belajar Usaha Nasional
mengajar secara tepat dan menyenangkan; Trianto, 2010.Model Pembelajaran Terpadu
1. Menggunakan Pendekatan model (Konsep, Strategi dan Implementasinya
pembelajaran Make A Match sebagai dalam KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara
alternatif dalam belajar melalui model
pembelajaran Make A Match berhasil
dengan baik.
2. Dalam proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial diperlukan
pendekatan yang variasi agar prestasi dan

378
KEBERHASILAN PENGGUNAAN AUDIO VISUAL DAN METODE PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
BERBICARA PADA MAHASISWA PBSI SEMESTER II UNIVERSITAS PGRI
YOGYAKARTA

Muncar Tyas Palupi.


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta
muncartyas@gmail.co.id

ABSTRACT
Speaking skill is very important. Ability to communicate and argue effectively, dense, short, clear, and
convincing are much needed. Communication skill especially speaking skill is to be mastered by students.
The ability to speak is very important to develop students’ career education, especially students of
Indonesian Language and Literature. To enhance the speaking skill, effective learning model is much
needed.
This research’s aims to 1) describe the effect of Contextual Teaching and Learning (CTL) learning model
towards the increasing of second semester students’ speaking skill of Indonesian Language and Literature
at PGRI University of Yogyakarta, 2) describe the supporting factors and obstacles in speaking skill
learning using CTL model, and 3) describe the efforts to overcome the students’ difficulties in speaking skill
using CTL model.
The results of this research can be concluded that the use of CTL approach can improve the quality of
speaking skill learning, both in process and results. The percentage of activeness, attention, concentration,
interest and students’ motivation in learning has increased in each of meeting. In addition, students are
very active during the learning. The students’ response to speaking skill learning using CTL approach is
very satisfying. Factors that support speaking skill learning using CTL approach in the form of linguistic
factors, and students’ interest and talent. The obstacle factors are incomplete facilities, the diversity of
student attitudes, and lack of family attention to the students’ education.

Keywords: Speaking Skill, CTL Model, Audio Visual Media

1. PENDAHULUAN seseorang lebih banyak berkomunikasi secara


Manusia tidak lepas dari kegiatan lisan dibandingkan dengan cara lain.
berkomunikasi. Dengan komunikasi, Sebagian besar dari kegiatan berbahasa yang
manusia dapat berhubungan satu sama lain. kita lakukan adalah berbicara, selebihnya
Seseorang yang mempunyai kemampuan barulah membaca dan menulis. Akan tetapi,
berkomunikasi yang baik akan lebih mudah pelajaran berbicara di sekolah-sekolah
bergaul terutama dengan lingkungan maupun di perguruan tinggi kurang
masyarakat. Komunikasi tidak lepas dari mendapat perhatian dan pembinaan.
kegiatan berbicara, maka dari itu Demikian pula di Program Studi Bahasa dan
keterampilan berbicara dapat menunjang Sastra Indonesia yang sangat berkaitan
dalam berkomunikasi. dengan kemampuan berbahasa khususnya
Pada masa sekarang ini, penguasaan kemampuan berbicara.
seni berbicara menjadi sangat penting. Keterampilan ini merupakan suatu
Kemampuan berkomunikasi dan indikator terpenting bagi keberhasilan
beragumentasi efektif, padat, singkat, jelas, mahasiswa terutama dalam belajar. Dengan
dan meyakinkan semakin menjadi tuntutan penguasaan keterampilan berbicara yang
masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa baik, mahasiswa dapat mengomunikasikan

379
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

ide-ide mereka. Pernyataan tersebut Hal ini menyebabkan pembinaan


diperkuat dengan pendapat Stewart dan kemampuan berbicara terabaikan.
Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, Berdasarkan uraian tersebut dapat
1997:56) memandang kebutuhan akan disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara
komunikasi yang efektif dianggap sebagai penguasaan materi dan pengungkapan
suatu yang esensial untuk mencapai argumentasi dengan keberanian berbicara di
keberhasilan setiap individu maupun depan umum. Mahasiswa kurang berani
kelompok. berbicara di depan umum karena kurang
Mahasiswa PBSI adalah calon guru menguasai bahan atau materi diskusi.
yang nantinya akan menjadi pendidik yang Hal itu disebabkan para dosen lebih
harus mempunyai fungsi sebagai berfokus pada hasil nilai akhir yang akan
komunikator, inovator, dan emansipator. diraih mahasiswa nantinya. Fenomena
Sebagai komunikator, pendidikan seperti ini merupakan permasalahan yang
menyediakan, menyaring, dan mengolah perlu segera ditemukan alternatif-alternatif
informasi ke dalam suatu bentuk yang cocok pemecahannya. Salah satu upaya yang dapat
bagi kelompok penerima informasi tersebut dijadikan alternatif pemecahan masalah
sehingga kelompok ini memahami isi tersebut adalah dengan menerapkan
informasi tersebut. Sebagai inovator, seorang pembelajaran keterampilan berbicara adalah
pendidik sebaiknya berusaha berorientasi ke Contextual Teaching and Learning.
depan dan selalu mengikuti perubahan Proses pembelajaran di kelas juga
sosial. Pendidik sebagai emansipator harus sangat mempengaruhi suksesnya
membantu siswa agar dapat pendidikan. Sehingga profesionalisme dosen
mengembangkan kepribadiannya. sangat dituntut keberadaannya. Ada
Untuk itu keterampilan berkomunikasi beberapa model yang dapat diterapkan
khususnya keterampilan berbicara harus dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
dikuasai oleh para mahasiswa. Kemampuan Namun terknik tersebut juga harus
berbicara sangat penting untuk disesuaikan dengan kemampuan Bahasa
mengembangkan karier mahasiswa Indonesia maupun komponen Bahasa
khususnya mahasiswa pendidikan Bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti
dan Sastra Indonesia (PBSI). Untuk memfokuskan pada pembelajaran
membekali keterampilan berbicara perlu keterampilan berbicara bagi mahasiswa.
dilakukan sosialisasi terhadap kebiasaan Penelitian ini menggunakan metode CTL
berdiskusi dalam pembelajaran berbicara. untuk meningkatkan keterampilan berbicara
Tidak dapat disangkal bahwa mahasiswa.
seseorang secara alamiah dapat berbicara. Berdasarkan uraian di atas, maka
Akan tetapi, jika seseorang itu diminta ruang lingkup penelitian adalah
berbicara secara formal atau pada situasi keterampilan berbahasa khususnya
resmi, sering timbul rasa gugup sehingga keterampilan berbicara dengan judul “Model
gagasan yang disampaikan menjadi kabur Pembelajaran Contextual Teaching and
tidak beraturan dan akibatnya bahasanyapun Learning dalam Pembelajaran Keterampilan
tidak beraturan. Bahkan lebih parah lagi Berbicara pada Mahasiswa Semester II
banyak orang tidak berani mengemukan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
pendapat melalui kegiatan berbicara. Di sisi Universitas PGRI Yogyakarta”. Mahasiswa
lain banyak orang beranggapan bahwa setiap yang akan diteliti adalah mahasiswa
orang dengan sendirinya dapat berbicara. semester II. Dengan demikian, tujuan yang
akan dicapai adalah sebagai berikut.

380
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

1) mendeskripsikan perencanaan untuk dapat menerapkannya dalam


pembelajaran keterampilan berbicara kehidupan mereka.
menggunakan model pembelajaran Berdasarkan pendapat di atas, dapat
Contextual Teaching and Learning; disimpulkan bahwa model pembelajaran
2) mendeskripsikan pelaksanaan CTL yaitu proses pembelajaran yang
pembelajaran keterampilan berbicara melibatkan siswa dalam belajar sehingga
menggunakan model pembelajaran siswa dapat mengkonstruksi sendiri
Contextual Teaching and Learning; pengetahuan serta keterampilan belajar
3) mendeskripsikan faktor pendukung dan mereka yang diperoleh dengan
penghambat dalam pembelajaran berpengalaman secara langsung sehingga
keterampilan berbicara menggunakan proses belajar akan lebih efektif dan
model Contextual Teaching and Learning; bermakna, karena belajar di sini bukan hanya
dan menghafal tetapi memahami.
4) mendeskripsikan upaya mengatasi Berdasarkan Center for Occupational
hambatan dalam pembelajaran Research and Development (CORD) Penerapan
keterampilan berbicara menggunakan strategi pembelajaran konstektual
model pembelajaran Contextual Teaching digambarkan sebagai berikut: (1) Relating; (2)
and Learning. Experiencing; (3) Applying; (4) Cooperative; dan
(5) Trasfering. Selain itu, pendekatan
2. KAJIAN LITERATUR kontekstual memiliki tujuh komponen utama
a. Model Pembelajaran Contextual yang harus diterapkan dalam
Teaching and Learning pembelajarannya (Depdiknas 2003:10), yaitu:
Muslich (2007:41) menjelaskan bahwa 1) Konstrutivisme (constructivism); 2)
pembelajaran kontekstual atau Contextual Pemodelan (Modelling); 3) Inkuiri (Inquiry); 4)
Teaching and Learning (CTL) adalah konsep Masyarakat Belajar (Learning Community); 5)
belajar yang membantu guru mengaitkan Bertanya (Questioning); 6) Refleksi (Reflection);
antara materi pembelajaran dengan situasi dan 7) Penilaian Otentik (Authentic
dunia nyata siswa, dan mendorong siswa Assessment).
membuat hubungan antara pengetahuan Berdasarkan keterangan di atas dapat
yang dimilikinya dengan penerapannya disimpulkan bahwa, proses pembelajaran
dalam kehidupan mereka sehari-hari. akan lebih bermakna apabila siswa memiliki
Menurut Jonhson (dalam Sugiyanto, rasa ingin tahu sehingga siswa akan
2007:45) CTL adalah sebuah proses terdorong menemukan jawaban serta
pendidikan yang bertujuan untuk menolong mencari pemecahan masalah dan siswa akan
para siswa melihat siswa melihat makna dapat mengembangkan pengetahuan
didalam materi akademik yang mereka barunya dengan sendirinya.
pelajari dengan cara menghubungkan b. Keterampilan Berbicara
subyek-subyek akademik dengan konteks Keterampilan berbahasa terdiri dari
dalam kehidupan keseharian mereka. empat aspek, yaitu menyimak atau
Sementara itu, Sanjaya (2009:255) mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menjelaskan bahwa CTL adalah strategi menulis. Peserta didik harus menguasai
pembelajaran yang menekankan kepada keempat aspek tersebut agar terampil
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran
dapat menemukan materi yang dipelajari keterampilan berbahasa di sekolah tidak
dan menghubungkannya dengan situasi hanya menekankan pada teori saja, tetapi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa peserta didik dituntut untuk mampu

381
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

menggunakan bahasa sebagaimana berbicara merupakan suatu proses untuk


fungsinya, yaitu sebagai alat untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
berkomunikasi. menyampaikan ide, pikiran, gagasan atau isi
Berbicara merupakan salah satu aspek hati kepada orang lain dengan menggunakan
keterampilan berbahasa yang bersifat bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang
produktif, artinya suatu kemampuan yang lain.
dimiliki seseorang untuk menyampaikan
gagasan, pikiran atau perasaan sehingga 3. METODE PENELITIAN
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran a. Lokasi Penelitian
pembicara dapat dipahami orang lain. Penelitian ini dirancang di Program
Menurut Nurgiyantoro (1995:276) Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas
yang dilakukan manusia dalam kehidupan PGRI Yogyakarta dengan lama waktu
berbahasa, yaitu setelah aktivitas penelitian adalah 3 bulan, yaitu bulan Mei –
mendengarkan. Juli 2016.
Sejalan dengan itu, Tarigan (1991:132) b. Subjek Penelitian
menegaskan, “Berbicara adalah keterampilan Subjek penelitian adalah mahasiswa
menyampaikan pesan melalui bahasan PBSI Universitas PGRI Yogyakarta semester
lisan.” Menurut Suhartono (2005:21) II. Adapun objek penelitian adalah
berbicara merupakan bentuk perilaku pembelajaran berbicara dengan model
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor pembelajaran CTL.
fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan c. Bentuk dan Strategi Penelitian
linguistik. Pertama, faktor fisik yaitu alat Bentuk penelitian ini adalah kualitatif
ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa, deskriptif interaktif dengan menggunakan
seperti kepala, tangan, dan roman muka strategi studi kasus terpancang (embedded
yang dimanfaatkan dalam berbicara. Kedua, and case study). Disebut studi kasus
faktor psikologis dapat mempengaruhi terpancang karena fokus utama penelitian
terhadap kelancaran berbicara. Oleh karena telah ditentukan sejak awal sebelum peneliti
itu, stabilitas emosi tidak hanya berpengaruh masuk ke lapangan. Hal-hal yang tidak
terhadap kualitas suara tetapi juga relevan dengan masalah penelitian ini
berpengaruh terhadap keruntutan bahan diabaikan, sehingga penelitian lebih fokus
pembicaraan. (Nugrahani, 2014:10).
Ketiga, faktor neurologis yaitu jaringan d. Data dan Sumber Data
saraf yang menghubungkan otak kecil Wujud data dalam penelitian ini
dengan mulut, telinga dan organ tubuh lain berupa kata-kata, frasa, kalimat, perilaku dan
yang ikut dalam aktivitas berbicara. sistematika yang diperoleh dari hasil
Keempat, faktor semantik yang berhubungan pembelajaran keterampilan berbicara
dengan makna. Kelima, faktor linguistik menggunakan model pembelajaran
yang berkaitan dengan struktur bahasa. Contextual Teaching and Learning terhadap
Bunyi yang dihasilkan harus disusun hasil belajar mahasiswa semester II PBSI
menurut aturan tertentu agar bermakna. Jika Universitas PGRI Yogyakarta. Data tersebut
kata-kata yang disusun itu tidak mengikuti bersumber darai dokumen pembelajaran,
aturan bahasa akan berpengaruh terhadap aktivitas pembelajaran, dan nilai hasil belajar
pemahaman makna oleh lawan bicaranya. mahasiswa semester II PBSI Universitas
Dari pengertian yang sudah PGRI Yogyakarta.
disebutkan dapat disimpulkan bahwa

382
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

e. Teknik Pengumpulan Data Perencanaan pembelajaran yang telah


Teknik yang digunakan dalam disiapkan oleh tenaga pendidik (guru
penelitian deskripsi kualitatif adalah teknik dan/atau dosen) begitu berpengaruh
wawancara mendalam, observasi, dan terhadap hasil yang dicapai oleh
analisis data/dokumen. Dengan demikian, siswa/mahasiswa dalam pembelajaran. Oleh
penelitian ini menggunakan ketiga teknik karena itu, setiap tenaga pendidik (guru
tersebut untuk menggumpulkan datanya. dan/atau dosen) dituntut untuk
Dengan dibantu teknik cuplikan untuk menyiapkan perencanaan yang maksimal.
memilah-milah data yang dianggap perlu Penguasaan keterampilan berbicara
dan tidak guna menjadikan penelitian ini dengan menggunakan multimedia dan
sempurna. pendekatan kontekstual dapat diaplikasikan
f. Teknik Analisis Data pada pengajaran keterampilan berbicara
Teknik analisis data yang digunakan terhadap mahasiswa. Implementasi ini dapat
untuk mengolah data penelitian juga disesuaikan dengan tingkat pemahaman
pengembangan ini adalah model interaktif mahasiswa. Terlebih materi yang diberikan
yang dikemukakan oleh Miles & Hubermen adalah sesuai dengan pengalaman
(dalam Nugrahani, 2014:159-162). Analisis kehidupan mahasiswa. Berdasarkan
data model interaktif ini memiliki komponen: observasi peneliti selama proses perkuliahan,
(1) Pengumpulan data, (2) reduksi data,(3) banyak mahasiswa yang merasa kesulitan
sajian data, dan (4) penarikan dalam berbicara, terutama dari segi
kesimpulan/verifikasi. pengucapan dan kelancaran. Mahasiswa
membutuhkan sarana yang menarik yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN dapat meningkatkan motivasi dalam belajar,
a. Perencanaan Pembelajaran Keterampilan di mana mahasiswa merasa senang, tidak
Berbicara dengan Model Pembelajaran ada paksaan dalam mempelajari
CTL dan Media Audio Visual keterampilan berbicara.
Di dalam pembelajaran tentu Dalam pembelajaran keterampilan
membutuhkan sebuah perencanaan yang berbicara, tenaga pendidik (guru dan/atau
matang, baik itu pada pembelajaran pada dosen) telah membuat perencanaan
tingkat dasar maupun pada tingat PT pembelajaran yang sangat matang yang
sekaligus. Perenecanaan dalam pembelajaran meliputi Silabus dan Satuan Acara
ini memegang peranan penting, yaitu Perkuliahan (SAP) atau Rencana Program
tercapainya sebuah tujuan pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS).
Sebuah perencanaan dalam Dengan kata lain, dalam tahap perencanaan,
pembelajaran tidak lepas dari kurikulum. peneliti mempersiapkan strategi yang akan
Tenaga pendidik (guru dan/atau dosen) di dikembangkan, mendesain skenario
tuntut untuk menguasai kurikulum yang pembelajaran, mempersiapkan media
digunakan dalam satuan pendidikan. pengajaran, membuat lembar observasi,
Persepsi tenaga pendidik (guru dan/atau membuat catatan lapangan, dan menentukan
dosen) terhadap kurikulum merupakan salah kriteria keberhasilan.
satu kegiatan yang penting dalam proses b. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan
pembelajaran. Sebab, tanpa adanya Berbicara dengan Model Pembelajaran
pemahaman yang baik tentang kurikulum CTL dan Audio Visual
tidak mungkin tenaga pendidik (guru Dalam pelaksanaannya, suatu
dan/atau dosen) akan mampu melakukan pembelajaran sangatlah berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran dengan baik pula. aktivitas belajar seorang pendidik dan

383
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

peserta didik karena pada proses pendekatan kontekstual dapat diaplikasikan


pembelajaran, pendidik dan peserta didik pada seluruh tingkat pemahaman
saling berinteraksi agar dapat mencapai mahasiswa.
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Mengacu pada hasil penelitian,
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat meningkatkan kemampuan mahasiswa
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dalam berbicara dengan menggunakan
pembelajaran, dan kegiatan penutup. bantuan multimedia berupa video Talkshow
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada Mata Najwa, Dr. OZ Indonesia, dan Talkshow
dua kali pertemuan karena adanya Sarah Sechan serta pendekatan kontekstual
keterbatasan waktu yang disediakan oleh ternyata cukup efektif. Penguasaan
kampus. Pelaksanaan setiap pertemuan keterampilan berbicara dengan
mencakup empat tahap kegiatan yaitu menggunakan multimedia dan pendekatan
perencaan, pelaksanaan, pengamatan, dan kontekstual dapat diaplikasikan pada
refleksi. Pada pertemuan pertama, pengajaran keterampilan berbicara terhadap
perencanaan dilakukan setelah melakukan mahasiswa.
kajian terhadap masalah pembelajaran di c. Faktor Pendukung dan Penghambat
kelas. Pemecahan masalah dilakukan dengan dalam Pembelajaran Keterampilan
menerapkan model pembelajaran berbasis Berbicara dengan Model Pembelajaran
kontekstual. Pelaksanaan pembelajaran pada CTL dan Audio Visual
pertemuan pertama mencakup menyiapkan Dalam pembelajaran keterampilan
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) atau berbicara dengan menggunakan model
Rencana Program Kegiatan Pembelajaran pembelajaran CTL ini, terdapat beberapa
Semester (RPKPS), menyiapkan alat faktor yang mendukung dan menghambat
penilaian (penilaian proses dan penilaian keterampilan berbicara mahasiswa. Faktor
akhir), meteri ajar dan perangkat pendukung mahasiswa dalam menguasai
pembelajaran lain untuk kegiatan keterampilan berbicara dengan berdiskusi
pembelajaran keterampilan berbicara. adalah faktor kebahasaan dan minat dan
Berdasarkan refleksi dan data yang bakat mahasiswa. Faktor pendukung
didapat, peneliti menyimpulkan beberapa kebahasaan ini berkaitan dengan
hal yang berhubungan dengan kelebihan kemampuan pemilihan kata, penggunaan
atau keuntungan dalam meningkatkan penghalus, dan kecakapan dalam
keterampilan berbicara dengan berargumentasi.
menggunakan multimedia dan pendekatan Faktor penghambat dalam
kontekstual. Pertama, pembelajaran pembelajaran keterampilan berbicara dengan
keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran CTL
menggunakan multimedia dan pendekatan ditunjukkan dengan adanya keberagaman
kontekstual meningkatkan keterampilan sikap mahasiswa, dan banyaknya
berbicara bagi mahasiswa. Mahasiswa dapat pembelajaran yang kurang memberikan
menirukan dan menyimak percakapan kesempatan pada mahasiswa untuk
dengan bebas tanpa ada batasan ide. Dengan berbicara.
mengaplikasikan sistem tersebut, Mahasiswa juga masih kurang mampu
perkuliahan dapat lebih rileks karena situasi memanfaatkan media yang ada di
kelas yang rileks menjadikan mahasiswa sekelilingnya. Hal ini terbukti dari ketika
lebih mudah menerima materi perkuliahan. para mahasiswa diminta untuk berpraktik di
Strategi penguasaan keterampilan berdiskusi depan kelas, mereka hanya memanfaatkan
dengan menggunakan multimedia dan media berupa powerpoint saja, tidak

384
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

memanfaatkan media yang lain. Hal ini untuk menyajikan materi dan terlibat aktif
cukup mempengaruhi tingkat kemampuan dalam kegiatan tanya jawab.
mereka dalam berbicara. Sebab, mereka pasti Program studi PBSI UPY memiliki
hanya akan terpaku pada powerpoint itu sarana prasarana yang cukup lengkap. Di
saja, tidak mau memanfaatkan media yang antaranya laboratorium bahasa, laboratorium
ada. Sebab, dalam menyampaikan berita, microteaching, perpustakaan prodi, dan masih
pembicara harus menyiapkan media-media banyak lagi. Seharusnya, kelemahan terkait
pendukung supaya komunikasi berjalan kurangnya pengetahuan terhadap suatu
lancar tanpa hambatan topik dapat diatasi. Tetapi, masih banyak
d. Solusi atas Kendala yang Dialami dalam mahasiswa PBSI semester II UPY yang belum
Pembelajaran Keterampilan Berbicara mengetahui itu semua, sehingga masih
dengan Model Pembelajaran CTL banyak diantara mereka yang memiliki
Bertolak dari masalah tersebut, dosen kemampuan berbicara yang rendah. Hal ini
berusaha untuk mengatasi hambatan- pula yang menjadikan ketidakterawatan
hambatan yang ada agar pembelajaran dapat semua sarana prasarana pembelajaran
berjalan dengan efektif. Berikut ini solusi tersebut, sehingga apabila terjadi kerusakan
guna mengatasi hambatan-hambatan yang atau ketidaklayakan tidak ada yang
terjadi dalam pembelajaran keterampilan mengetahui.
berbicara menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning. 5. SIMPULAN
Terkait dengan beranekaragamnya Berdasarkan analisis pada
sikap mahasiswa dalam mengikuti pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara, dosen penggunaan pendekatan CTL dan media
dapat memberikan arahan dan motivasi audio visual ini apat meningkatkan kualitas
kepada mahasiswa di awal dan selama pembelajaran keterampilan berbicara baik
pembelajaran berlangsung. Selain itu, dosen dalam proses maupun hasil pada mahasiswa
juga dapat melakukan pendekatan terkait semester II Prodi PBSI. Hal ini ditandai
keberagaman sikap mahasiswa dalam dengan persentase keaktifan, perhatian,
pembelajaran keterampilan berbicara. Oleh konsentrasi, minat dan motivasi mahasiswa
karena itu, dosen dalam melakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara
pendekatan secara berkala kepada yang mengalami peningkatan dalam tiap
mahasiswa yang sering tidak konsentrasi pertemuannya. Selain itu, mahasiswa sangat
dalam mengikuti perkuliahan. antusias pada saat diskusi dan presentasi.
Dalam mengatasi sikap mahasiswa Respon mahasiswa terhadap pembelajaran
yang kurang aktif dalam proses belajar, keterampilan berbicara dengan
dosen dapat memberikan arahan bagaimana menggunakan pendekatan CTL ini sangat
membangkitkan keberanian dalam memuaskan.
berdiskusi dan berbicara. Sehingga, Perencanaan pembelajaran
mahasiswa berani berbicara. Untuk masih keterampilan berbicara dengan
banyaknya pembelajaran di kelas yang menggunakan model pembelajaran CTL ini
kurang memberikan kesempatan mahasiswa disusun dalam bentuk Satuan Acara
untuk berbicara, maka metode pembelajaran Perkuliahan (SAP) atau Rencana Program
di kelas yang semula dosen aktif berceramah, Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)
maka diganti dengan metode presentasi dengan memperhitungkan alokasi waktu
sehingga mahasiswa diberi kesempatan setiap materinya.

385
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Sementara untuk pelaksanaan dilakukannya sedikit demi sedikit akan


pembelajaran keterampilan berbicara dengan mengalami peningkatan.
menggunakan model pembelajaran CTL
meliputi tiga kegiatan yaitu: kegiatan awal, 6. REFERENSI
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Asra, Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran.
Faktor-faktor yang mendukung Bandung: CV Wahana Prima.
pembelajaran keterampilan berbicara dengan Dagun, Save M. 2006. Kamus Besar Ilmu
menggunakan model pembelajaran CTL Pengetahuan. Jakarta: HCPN.
berupa faktor kebahasaan, dan minat dan Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
bakat mahasiswa. Adapun faktor yang Pendekatan Kontekstual. Jakarta:
menghambat adalah kurangnya kesempatan Departemen Pendidikan Nasional.
berbicara dalam proses pembelajaran, dan Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa
keberagaman sikap siswa. Indonedia. (Edisi. IV). Jakarta: PT Gramedia
Berkaitan dengan simpulan tersebut, Pustaka Utama.
maka dapat diajukan saran kepada beberapa Haryadi dan Zamzani. 1997. Peningkatan
pihak, yaitu bagi mahasiswa dan bagi tenaga Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
pendidik. Depdikbud.
Bagi mahasiswa disarankan untuk Ibrahim, Muslimin, dkk. 2002. Pembelajaran
mengikuti kegiatan belajar mengajar secara Kooperatif. Surabaya: University Press.
aktif dengan menanyakan hal-hal yang Karti Soeharto, dkk. 2003. Tehnologi
kurang jelas dan belum dimengerti dalam Pembelajaran (Pendekatan Sistem, Konsepsi
penyampaian materi yang telah disampaikan dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar
dalam diskusi di kelas ataupun menjawab Media). Surabaya: Surabaya Intelectual
pertanyaan dari dosen. Di samping itu, Club.
mahasiswa harus banyak berlatih berbicara Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran
untuk menuangkan ide atau gagasannya Kontekstual. Bandung: Refika Aditama.
secara runtut dan padu sehingga sedikit Masnur, Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran
demi sedikit siswa dapat menghasilkan Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
gagasan yang baik. Selain itu, sekiranya Jakarta: PT Bumi Aksara.
siswa kurang setuju dengan cara mengajar Muchlisoh, dkk. 1996. Pendidikan Bahasa
yang digunakan oleh dosen, siswa dapat Indonesia 3 Modul 1-9. Jakarta: Depdikbud.
memberikan saran, masukan, bahkan kritik Mulyasa, E. 2010. Praktik Penelitian Tindakan
pada dosen agar kegiatan pembelajaran yang Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
terjadi dapat berlangsung secar efektif dan Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian
efisien. Kualitatif Bidang Pendidikan Bahasa. Solo:
Bagi dosen/ tenaga pengajar, hasil Cakra Books.
penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual.
alternatif cara dalam melaksanakan Jakarta: Departemen Pendidikan
pembelajaran keterampilan berbicara yang Nasional.
efektif dan baik. Selain itu, diharapkan dapat Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran.
meningkatkan kinerjanya secara profesional Bandung: Rajawali Pers.
baik itu dalam hal pengembangan dan Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran.
penyampaian bahan ajar atau materi yang Bandung: Seri Manajemen Sekolah
akan diberikan maupun dalam pengelolaan Bermutu.
kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang

386
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Sanjaya, Wina. 2009. Stategi Pembelajaran


Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13.
Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa
Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa
Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Hendy Guntur. 2008. Berbicara
sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago, dkk. 1997. Pengembangan
Keterampilan Berbicara. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Bagian Proyek Penataran
Guru SLTP Setara D III.

387
PENINGKATAN KEDISIPLINAN, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA XI AK 1 SMK MUHAMMADIYAH KARANGMOJO
MELALUI METODE QUANTUM LEARNING
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Mutsanna Hidayati, Sunarti


Program Studi Pendidikan IPS Universitas PGRI Yogyakarta

ABSTRACT
This classroom action research aims timprove the discipline, motivation, and achievement
to learn Social Studies XI Accounting 1 Class of The Vocational School of Muhammadiyah
Karangmojo via Quantum Learning Methods in the Academic Year 2016/2017. Subjects in this
study were 30 students of class XI Accounting 1. Data collection techniques used observation and
tests. Data analyzing techniques used descriptive quantitative with percentage. The results of the
study show that, the increase of student discipline in very good and good categories in the
pre-cycle with 11 students ( 36,67 %), increasing in the first cycle a total of 14 students (46,67 %)
and in the second cycle 24 students (80%), student motivation in very good and good categories in
the pre-cycle with 14 students ( 46,67 %), increasing in the first cycle a total of 16 students (53,33 %)
and in the second cycle 24 students (80%) and the students who have completed the pre-cycle
value with a total amount of 9 students (30 %), increasing in the first cycle to 18 students (60 %),
and in the second cycle to 25 students (83,33 %).

Keywords: discipline, motivation, learning achievement, quantum learning

PENDAHULUAN mempengaruhi berbagai aspek kehidupan


Mengajar merupakan salah satu tugas baik sosial, budaya dan ekonomi (Oemar
utama seorang guru sehingga guru Hamalik, 2012:33).
profesional harus mampu mengajar dengan Seorang guru profesional diharapkan
berkualitas. Tugas mengajar harus mampu memaksimalkan fungsi otak dan
dilaksanakan seorang guru setiap saat dan hatinya untuk pembelajaran yang bermanfaat
dituntut untuk melakukan pembelajaran dan bertanggungjawab terhadap siswanya.
yang menyenangkan, menghasilkan dan Guru profesional adalah guru yang
mengaktifkan siswa.(Undang-undang, 2005). mengendalikan fungsi otak dan hatinya
Guru sangat berpengaruh terhadap untuk sesuatu yang bermanfaat dan
peserta didik melalui pembelajaran yang bertanggungjawab bagi siswanya (Hamka
diberikannya. Pembelajaran yang efektif dan Abdul Azis, 2012: 90).
menyenangkan adalah dambaan setiap Guru diharapkan mampu
peserta didik di sekolah. Kualitas guru juga mengoptimalkan pembelajaran dengan
perlu ditopang dengan pengalaman untuk pemilihan metode yang tepat. Prestasi belajar
terus berinovasi mengembangkan siswa dipengaruhi oleh kedisiplinan,
pembelajaran di kelas yang nantinya akan motivasi belajar dari dalam diri siswa dan
berdampak pada kehidupan peserta didik di dari luar diri siswa termasuk metode
masyarakat. Salah satu kewajiban guru di pembelajaran. Penerapan metode quantum
sekolah ialah memberikan pelayanan kepada learning meliputi penciptaan suasana nyaman,
para siswa agar mereka menjadi siswa atau memberi iringan musik, pemasangan gambar
anak didik yang selaras dengan tujuan atau poster, penataan meja kursi sesuai
sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru

388
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

kebutuhan, menerapkan langkah TANDUR Melalui penggunaan metode quantum learning


(tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, dalam pembelajaran IPS, dapat
ulangi, dan rayakan). (De Porter: 2014, 39) meningkatkan kedisiplinan, motivasi dan
Motivasi belajar siswa SMK prestasi belajar siswa kelas XI AK 1 SMK
Muhammadiyah Karangmojo kelas XI AK 1 Muhammadiyah Karangmojo tahun pelajaran
pada mata pelajaran IPS masih perlu 2016/2017.
ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan dengan
siswa yang mempunyai kedisiplinan sangat METODE PENELITIAN
baik dan baik ada 11 siswa atau 36,67%, Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK
motivasi belajar sangat baik dan baik adalah 14 Muhammadiyah Karangmojo yang beralamat
siswa dari 30 siswa atau 46,67 %. Prestasi di Karangmojo I, Karangmojo, Gunungkidul,
belajar IPS di SMK Muhammadiyah DIY. Penelitian ini berlangsung pada
Karangmojo kelas XI AK 1 dengan Kriteria semerter I tahun pelajaran 2016/2017 dengan
Ketuntasan Minimal 71 belum sepenuhnya persiapan di bulan Juni 2016. Waktu
diraih siswa, dari 30 siswa, baru 30 siswa penelitian ini adalah pada bulan Juli 2015
yang prestasi belajarnya di atas atau sama sampai dengan bulan September 2016. Subjek
dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal) dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AK
atau baru 30 % siswa yang tuntas dengan 1 SMK Muhammadiyah Karangmojo,
rata-rata perolehan nilai adalah 70. Gunungkidul tahun pelajaran 2016/2017
Rumusan masalah penelitian ini adalah: dengan jumlah sebanyak 30 siswa,
Bagaimana meningkatkan kedisiplinan siswa perempuan semua.
Kelas XI AK 1 SMK Muhammadiyah Peneliti melaksanakan penelitian
Karangmojo melalui metode quantum learning tindakan kelas yang terdiri dari rangkaian
pada pembelajaran? Bagaimana kegiatan berupa perencanaan (planning),
meningkatkan motivasi belajar IPS siswa pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
Kelas XI AK 1 SMK Muhammadiyah (observing) dan refleksi (reflecting). Penelitian
Karangmojo melalui metode quantum learning tindakan ini dilakukan dengan menggunakan
pada pembelajaran? Bagaimana metode penelitian tindakan kelas yang terdiri
meningkatkan prestasii belajar IPS siswa dari dua siklus. Pada tiap siklus dilaksanakan
Kelas XI AK 1 SMK Muhammadiyah empat langkah tersebut untuk memperbaiki
Karangmojo melalui metode quantum learning pembelajaran siklus berikutnya. Model
pada pembelajaran? Tujuan dari penelitian penelitian tindakan secara garis besar
ini adalah Meningkatkan kedisiplinan, terdapat empat tahapan yaitu 1) Perencanaan,
motivasi dan prestasi belajar IPS melalui 2) Pelaksanaan, 3)Pengamatan, dan 4)
metode quantum learning. Manfaat Teoritis Refleksi (Suharsimi Arikunto,2014 : 16).
adalah menambah khasanah penelitian Teknik pengumpulan data dalam
bahwa motivasi dan prestasi belajar IPS dapat penelitian tindakan kelas ini untuk
ditingkatkan melalui penggunaan metode memperoleh data tentang aktifitas
quantum learning. pembelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar,
Manfaat Praktis Bagi siswa Menumbuhkan dan prestasi belajar siswa. Untuk aktifitas
kenyamanan bagi siswa dalam belajar IPS pembelajaran untuk guru dan siswa,
dan menumbuhkan motivasi siswa dalam kedisiplinan dan motivasi belajar dengan
belajar IPS. lembar observasi. Soal tes digunakan untuk
Hipotesis tindakan adalah dugaan sementara mengetahui prestasi belajar siswa..
tentang jawaban atas masalah penelitian yang Adapun kriteria keberhasilan yang
akan diuji melalui penelitian tindakan kelas. dijadikan acuan penelitian ini adalah terdapat

389
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

peningkatan kedisiplinan dan motivasi Berdasarkan tabel 1 tersebut, dapat


belajar minimal 75 % siswa mencapai dijelaskan bahwa pada pra siklus ini
kategori baik dan sangat baik, yang diperoleh kedisiplinan siswa masih tergolong kurang,
dari 10 butir instrumen lembar observasi. terlihat bahwa siswa yang mempunyai
Kriteria keberhasilan prestasi belajar terdapat kedisiplinan berkategori sangat baik baru
peningkatan prestasi belajar dan minimal 75 % 3.33%, berkategori baik 33.33% atau siswa
siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan skor rata-rata (kurang). Dengan
dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu demikian masih perlu lagi peningkatan, agar
sama dengan atau lebih besar dari 71. siswa mempunyai kedisiplinan dalam belajar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Rekapitulasi Motivasi Belajar Pra


Hasil Penelitian Siklus
SMK Muhammadiyah Karangmojo No Kategori Jumlah Prosentase
merupakan lembaga pendidikan menengah Siswa (%)
atas yang bernaung di bawah Persyarikatan
Muhammadiyah, berdiri pada 15 Januari 1968 1 Sangat baik 0 0
dengan menempati tanah hibah seluas
8869m². Sekolah ini terletak di Dusun
Karangmojo I, Karangmojo, Karangmojo, 2 Baik 10 33.33
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ada 4 jurusan yaitu Tehnik Kendaraan
Ringan (TKR), Akuntansi (AK), Administrasi 3 Kurang 20 66.00
Perkantoran (ADP) dan Pemasaran (PM).

Tabel 1. Rekapitulasi Kedisiplinan Pra Siklus


4 Sangat 0 0
No Kategori Jumlah Prosentase kurang
Siswa (%)
Jumlah 30 100

1 Sangat 1 3.33
baik
Berdasarkan tabel 2 tersebut, dapat
2 Baik 10 33.33 dijelaskan bahwa pada pra siklus ini motivasi
belajar siswa masih tergolong kurang, dilihat
siswa yang mempunyai motivasi belajar
3 Cukup 19 63.33 berkategori sangat baik 0.00 %, berkategori baik
33.33% dan siswa berkategori cukup 66.00 %.
Dengan demikian, masih perlu lagi
4 Kurang 0 0 peningkatan agar siswa mempunyai motivasi
dalam belajar.

Jumlah 30 100

390
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Tabel 3. Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa belum maksimal dalam hal kedisiplinan.
Pra Siklus Rata-rata skor pada siklus 1 adalah 53.60
No Kriteria Jumlah Prosentase (baik). Keberhasilan dalam penelitian ini
Siswa (%) bilamana 75 persen siswa sudah mendapat
kategori kedisiplinan sangat baik dan baik.
Hasil ini akan digunakan untuk kegiatan
1 Tuntas 9 30 refleksi pembelajaran yang sudah
dilaksanakan.
Hasil observasi motivasi belajar siswa
2 Belum 21 70 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial
Tuntas Siklus I adalah sebagai berikut:

3 Jumlah 30 100 Tabel 5. Motivasi Belajar Siswa Siklus I


No Kategori Jumlah Prosentase
Siswa (%)

Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata yang


diperoleh siswa pada pra siklus adalah 70. 1 Sangat 4 13.33
Melalui pembelajaran yang sudah baik
dilaksanakan ternyata prestasi belajar siswa
masih perlu ditingkatkan. Siswa dengan 2 Baik 12 40.00
kategori tuntas adalah 30 % atau baru 9 siswa.

Tabel 4. Kedisiplinan Siswa Siklus I 3 Kurang 14 46.67


No. Kategori Jumlah Persentase
Siswa
4 Sangat 0
1 Sangat 3 10.00 kurang
Baik
Jumlah 100
2 Baik 11 36.67

3 Cukup 16 53.33 Motivasi belajar siswa dalam mengikuti


pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
4 Kurang 0 0 menunjukkan 4 siswa berkategori sangat baik
dan 12 siswa berkategori baik. Jika
Jumlah 30 100 dijumlahkan adalah 16 siswa dalam kategori
motivasi sangat baik dan baik atau 53.33
persen.
Kedisiplinan siswa dalam mengikuti Hasil prestasi belajar siswa siklus I
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagaimana tercantum pada tabel
menunjukkan 3 siswa berkategori sangat baik berikut:
dan 11 siswa berkategori baik. Jika
dijumlahkan adalah 14 siswa dalam kategori
motivasi sangat baik dan baik atau 46.67 persen.
Hal ini menunjukkan adanya siswa yang

391
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Tabel 6. Prestasi Belajar IPS Siklus I Hasil observasi motivasi belajar siswa
Nilai Jumlah Siswa Persentase pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Siklus II adalah sebagai berikut:
< 71 12 40%
Tabel 8. Motivasi Belajar Siswa Siklus II
≥ 71 18 60% No Kategori Jumlah Prosentase
Siswa (%)
Jumlah 30 100,0

Hasil prestasi belajar siswa pada siklus I 1 Sangat 20 66.66


menunjukkan nilai rata-rata adalah 77. Dapat baik
diketahui bahwa sudah ada 18 siswa yang
tuntas atau jika diprosentase adalah 60 persen. 2 Baik 5 16.67
Hal ini belum mencapai indikator
keberhasilan tindakan yaitu minimal 75
persen siswa tuntas dalam pembelajarannya 3 Kurang 5 16.67
dengan kriteria ketuntasan minimal sama
dengan atau lebih dari 71. Hal ini akan
menjadi bahan refleksi pembelajaran yang 4 Sangat 0 0
sudah dilaksanakan oleh guru bersama kurang
kolaborator.
Hasil Kedisiplinan siswa pada Jumlah 30 100
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siklus
II adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Kedisiplinan Siswa Siklus II
No. Kategori Jumlah Persentase Berdasarkan tabel di atas dapat
Siswa dijelaskan bahwa pada siklus ini
menunjukkan peningkatan yang lebih baik,
1 Sangat 20 66.67 dilihat dari kreativitas siswa pada siklus II ini
Baik yang baik mencapai 16.67% dan yang
berkategori sangat baik 66.66%. Dengan
2 Baik 4 13.33 demikian pada siklus II ini pencapaian
kreativitas belajar siswa adalah 83,33%,
3 Cukup 6 20.00 sehingga penelitian dicukupkan pada siklus
II. Keberhasilan dalam penelitian ini
4 Kurang 0 0 bilamana 75 persen siswa sudah mendapat
kategori motivasi sangat baik dan baik.
Jumlah 30 100 Prestasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial pada penelitian ini diperoleh dari soal
Berdasarkan tabel 7 tersebut dapat tes yang dikerjakan siswa pada pertemuan
dijelaskan bahwa pada siklus ini kedisiplinan ke-3. Hasil prestasi belajar siswa siklus II
siswa sudah tergolong baik, dilihat siswa yang adalah sebagaimana tercantum pada tabel
mempunyai kedisiplinan berkategori baik berikut:
mencapai 13.33% dan yang berkategori sangat
baik 66.66% dengan demikian kedisiplinan
siswa pada siklus ini adalah 79.99%.

392
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Tabel 9. Prestasi Belajar IPS Siswa Siklus II Tabel 10. Rekapitulasi Peningkatan
Nilai Jumlah Siswa Persentase Kedisiplinan
No Kategori Pra Siklus I Siklus
< 71 (KKM) 5 16,67% Siklus II

≥ 71 (KKM) 25 83,33% 1 Sangat 1 3 20


baik
Jumlah 30 100,0
2 Baik 10 11 4
Hasil prestasi belajar siswa pada siklus II
menunjukkan sudah ada 25 siswa yang 3 Cukup 19 16 6
tuntas atau jika diprosentase adalah 83,43%.
Hal ini sudah mencapai indikator 8
keberhasilan tindakan yaitu minimal 75 % Berdasarkan tabel tersebut dapat
siswa tuntas dalam pembelajarannya dengan digambarkan dalam histogram berikut ini:
kriteria ketuntasan minimal sama dengan
atau lebih dari 71. Hal ini akan menjadi bahan
refleksi pembelajaran yang sudah
dilaksanakan oleh guru bersama kolaborator.

Pembahasan Hasil Penelitian


Melalui pembelajaran menggunakan
metode quantum learning dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK
Muhammadiyah Karangmojo merupakan
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
Siswa lebih merasa nyaman dalam belajar
ditambah iringan musik yang diputar, posisi
duduk yang diatur, dan penggunaan teknik Penerapan metode quantum learning pada
menghafal yang kreatif sekaligus pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada
menyenangkan menurut quantum learning siswa kelas XI AK1 SMK Muhammadiyah
yaitu bermain talking stick menambah Karangmojo untuk meningkatkan
semangat siswa dalam belajar. kedisiplinan siswa dapat berjalan dengan
Penggunaan metode quantum learning baik. Hal ini ditunjukkan pada pra siklus
dalam pembelajaran IPS dengan menciptakan siswa dengan kategori sangat baik dan baik
suasana nyaman, mengatur tempat duduk, terdapat 11 siswa (36,67 %) meningkat pada
memutar musik latar, langkah TANDUR, siklus I menjadi 14 siswa (46,67 %) serta pada
membantu mengingat dengan membuat siklus II meningkat lagi menjadi 24 siswa
kartu pembelajaran terbukti mampu (80 %). Pada siklus II kedisiplinan siswa
meningkatkan kedisiplinan, motivasi belajar sudah melampaui indikator keberhasilan
siswa kelas XI AK 1 SMK Muhammadiyah dalam penelitian tindakan ini yaitu terdapat
Karangmojo, Gunungkidul. Hal ini diperoleh peningkatan kedisiplinan dan minimal 75 %
dari rekapitulasi observasi kedisiplinan dan siswa berada pada kategori sangat baik dan
motivasi belajar, dirangkum pada tabel baik. Secara lengkap peningkatan prosentase
kedisiplinan dan motivasi belajar berikut ini: siswa dengan kedisiplinan kategori sangat
baik dan baik dari pra siklus ke siklus I adalah

393
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

10 % dan dari siklus I ke siklus II terdapat dan siklus II, bisa kita lihat pada gambar
peningkatan 33,33 %. Prosentase peningkatan histogram berikut ini:
kedisiplinan siswa, dari pra siklus, siklus I

0,00% 80,00%

80,00%

70,00%

60,00% 46,67%

50,00%
36,67%
40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
Prasiklus Siklus I

Tabel 11. Rekapitulasi Peningkatan Berdasarkan tabel tersebut dapat


Motivasi Belajar Siswa digambaan dalam.
No Kateg Pra Siklus Siklus I Siklus II Adapun rekapitulasi peningkatan
ori prestasi belajar siswa dalam jumlah adalah
sebagai berikut:
1 Sanga 1 4 20 Tabel 27. Rekapitulasi Peningkatan Prestasi
t baik Belajar Siswa
No Kategori Pra Siklus Siklus
2 Baik 1 12 5 Siklus I II
0

3 Cuku 1 14 5 1 Tuntas 9 18 25
p 9

2 Belum 21 12 5
Tuntas

394
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

Sedangkan berdasarkan jumlah siswa


yang tuntas, dapat dilihat dari histogram di
bawah ini,

Berdasarkan tabel tersebut, untuk prosentase siswa yang tuntas, dapat digambarkan pada
histogram sebagai berikut:
90,00% 83,33%

80,00%

70,00% 60,00%

60,00%

50,00%

40,00% 30,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
Prasiklus Siklus I Siklus
II

Kesimpulan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial


Berdasarkan pembahasan hasil penelitian Kelas XI AK1 SMK Muhammadiyah
di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul
sebagai berikut: Tahun Pelajaran 2016/2017, hal ini
dibuktikan dengan peningkatan
1. Melalui penggunaan metode quantum kedisiplinan siswa kategori sangat baik
learning dapat meningkatkan dan baik pada pra siklus sebesar
kedesiplinan siswa dalam (36,67 %), meningkat pada siklus I

395
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1

sebanyak 14 siswa (46,67 %), dan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan


siklus II sebanyak (80 %). Sosial.
2. Melalui penggunaan metode quantum 2. Bagi Sekolah
learning dapat meningkatkan motivasi a. Sekolah hendaknya dapat
belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu menyediakan berbagai fasilitas
Pengetahuan Sosial Kelas XI AK1 SMK pembelajaran untuk mendukung
Muhammadiyah Karangmojo, terciptanya pembelajaran yang
Kabupaten Gunungkidul Tahun efektif dan efesien.
Pelajaran 2016/2017, hal ini dibuktikan b. Kepala Sekolah hendaknya
dengan peningkatan motivasi belajar menganjurkan kepada guru untuk
siswa kategori sangat baik dan baik mengembangkan pembelajaran
pada pra siklus sebesar (46,67%) yang dilakukan tidak hanya terpaku
meningkat pada siklus I sebanyak pada metode konvensional saja,
(53,33%), dan pada siklus II 80 %). salah satunya adalah menggunakan
3. Melalui penggunaan metode quantum metode quantum learning untuk
learning dapat meningkatkan prestasi meningkatkan kedisiplinan,
belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu motivasi dan prestasi belajar siswa
Pengetahuan Sosial Kelas XI AK1 SMK terutama untuk mata pelajaran Ilmu
Muhammadiyah Karangmojo, Pengetahuan Sosial.
Kabupaten Gunungkidul Tahun
Pelajaran 2016/2017, hal ini dibuktikan DAFTAR PUSTAKA
dengan siswa yang mempunyai nilai De Porter. B. Hernacki. (2013)., Quantum
tuntas pada pra siklus (30%), Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
meningkat pada siklus I menjadi (60%) menyenangkan (Terjemahan Alwiah
dan pada siklus II menjadi (83,33%). Abdurrahman). Bandung: Mizan Pustaka.
Peningkatan prestasi belajar siswa dari Newyork: Dell Publishing. (Buku asli
pra siklus ke siklus I adalah 30 %, dari diterbitkan 1992)
siklus I ke siklus II adalah 17,39 % Hamka Abdul Azis. (2012). Karakter Guru
sehingga dari pra siklus sampai siklus Profesional Melahirkan Murid Unggul
II adalah 23,33 %. Menjawab Tantangan Masa Depan. Jakarta:
Al-Mawardi Prima.
Saran-Saran Oemar Hamalik. (2012). Psikologi Belajar dan
Beberapa saran yang dapat diajukan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
berdasarkan kesimpulan di atas adalah Algensindo.
sebagai berikut: Undang-Undang. (2005). Undang - Undang
1. Bagi Guru Republik Indonesia Nomor 14, tahun 2005,
kan karakteristik siswa dan tentang Guru dan Dosen.
tingkat kesulitan materi pelajaran sehingga
dapat menerapkan strategi dan metode
pembelajaran yang tepat4
b. Kegiatan pembelajaran dapat
menggunakan metode quantum
learning untuk meningkatkan
kedisiplinan, motivasi dan prestasi
belajar siswa terutama dalam

396

You might also like