Jurnal Anestesiologi Indonesia
PENELITIAN
Perbandingan Pemberian Deksametason Intravena dan Lidokain Spray pada Kejadian
Nyeri Tenggorok Paska Ekstubasi
Comparison of Applied Intravenous Dexamethasone and Lidocaine Spray with
Incidence of Sore Throat Post Endotracheal Extubation
Chandra Tirta Setiawan Achmad*, Doso Sutiyono*
* RS Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan
*Bagian Anestesi dan Terapi Intensif FK UNDIP/ RSUP Dr. Kariadi
Korespondensi/Correspondence: guedinaz@gmail.com
ABSTRACT
Background: Sore throat is one of the most common complications following
endotracheal intubation, occurring in 30-70% of patients after endotracheal
intubation. This is caused by inflammation of the mucosa of the trachea.
Dexamethasone and lidocaine are believed to suppress the inflammation process in
post-tracheal intubation.
Objective: To determine the effectiveness of iv dexamethasone in preventing sore
throat compared with lidocaine spray
Methods: A randomized double-blind clinical trial. The research sample 58 people
were divided into 2 groups. Group 1 (Kl) is given dexametasone iv 10 mg before
intubation, group 2 (K2) is given lidocaine spray on the endotracheal tube length of 15
cm from the distal end. The quality of sore throat is being assessed at the 1st, 6th and
24th hour post-extubation.
Results: There is no significant differences in the incidence of sore throat in both
groups a the 1st, 6th and 24th hour (p = 0.078, p = 1.0, p = 1.0). There is no
significant difference in the incidence of hoarseness in both groups at the 1st, 6th and
24th hour (p = 0.091, p = 1.0, p = 1.0)
Conclusion: Applied dexamethasone IV pre-induction to prevent sore throat in
patients undergo general anesthesia with endotracheal intubation is no more effective
than lidocaine spray. Keywords: Sore throat, Dexamethasone IV, Lidocaine spray,
endotracheal intubation.
Key Word: Sore Throat, Deksametason i.v, Lidokain spray, endotrakhea intubation.
ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri tenggorok merupakan salah satu komplikasi paska intubasi
endotrakeal tersering, terjadi pada 30-70% pasien paska intubasi endotracheal. Hal ini
disebabkan karena inflamasi dari mukosa trakea. Deksametason dan lidokain dipercaya
bisa menekan inflarnasi pada mukosa trakea paska intubasi endotrakhea.
Tujuan: Mengetahui efektivitas deksametason iv untuk mencegah nyeri tenggorok
dibandingkan dengan lidokain spray.
Metode: Penelitian jenis uji klinis acak tersamar ganda. Sampel penelitian 58 orang
dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 (Kl) diberikan dexametasone i.v 10 mg
Volume VII, Nomor 3, Tahun 2015
22 Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016
Terakreditasi DIKTI dengan masa berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia
sebelum intubasi, kelompok 2 (K2) diberikan spray lidokain pada pipa endotrakea
sepanjang 15 cm dari ujung distal. Kejadian nyeri tenggorok dinilai pada jam ke-1, ke-6
dan ke-24 paska ekstubasi.
Hasil: Terdapat perbedaan tidak bermakna kejadian nyeri tenggorok pada kedua
kelompok pada jam ke-1, ke-6 dan ke-24 (p=0,078, p=l,0, p=l,0). Terdapat perbedaan
tidak bermakna kejadian suara serak pada kedua kelompok pada jam ke-1, ke-6 dan ke-24
(p=0,091,p=l,0, p=l,0)
Simpulan: Pemberian deksametason i.v pre induksi untuk mencegah nyeri tenggorok pada
pasien anestesi umum dengan intubasi endotrakhea tidak lebih efektif dibandingkan dengan
lidokain spray.
Kata Kunci: Nyeri tenggorok, Deksametason i.v, Lidokain spray, intubasi endotrakhea.
PENDAHULUAN kapiler mukosa laring, pergerakan,
Nyeri tenggorokan setelah operasi lamanya dan manipuiasi saat melakukan
merupakan salah satu komplikasi yang intubasi, usia, dan jenis kelamin2.
tersering setelah intubasi endotrakeal, Walaupun gejalanya menghilang
yakni terjadi 30% hingga 70%.1 Nyeri secara spontan tanpa terapi, manajemen
tenggorokan sangat tidak nyaman bagi profilaksis untuk mengurangi frekuensi
pasien selain nyeri akibat pembedahannya dan beratnya nyeri tenggorok masih direk-
sendiri. Terjadi akibat iritasi lokal dan omendasikan untuk meningkatkan kuali-
inflamasi pada jalan napas. Nyeri tas perawatan setelah anestesi. Beberapa
tenggorokan setelah operasi sulit metode farmakologis yang telah disarank-
dikontrol, meskipun nyeri operasi telah an untuk mengurangi nyeri tenggorok
sukses diatasi dengan pemberian anal- setelah operasi termasuk pemberian obat-
getik sistemik, seringkali terjadi akibat obatan pencegahan yang diberikan sebe-
iritasi pada jalan napas akibat pemasan- lum intubasi, pemakaian lubrikasi pada
gan pipa endotrakeal sehingga merang- ETT, pemakaian anestesi lokal spray,
sang terjadinya batuk dan suara serak. menggunakan anestesi lokal untuk pen-
Oleh karena itu, pencegahan nyeri gisian cuff pipa ETT, atau berkumur
tenggorok merupakan masalah yang dengan azulene sulfonate.
penting. Steroid diketahui sebagai agen
Kejadian nyeri tenggorok tergantung antiinflamasi. Penelitian sebelumnya
pada beberapa faktor seperti trauma telah menjelaskan efek pemberian ster-
mukosa laring akibat laringoskopi, oid secara lokal untuk mengurangi
pemasangan pipa lambung, seringnya nyeri tenggorokan setelah intubasi trakea.
melakukan suctioning, ukuran pipa endo- Park SH dkk telah meneliti profilaksis
trakeal tube (ETT), tekanan cuff ETT, deksametason bermanfaat untuk menga-
bentuk cuff ETT, luas cuff ETT yang kon- tasi nyeri paska intubasi menggunakan
tak dengan trakea, tekanan pada perfusi Double-Lumen.3 Penelitian Tabari dkk
Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016 23
Jurnal Anestesiologi Indonesia
tentang efektifitas betametason jelly yang lebih efektif. Oleh karena itu kami
dibandingkan deksametason IV, didapat- melakukan penelitian yang membanding-
kan hasil bahwa betametason jelly lebih kan antara deksametason intravena
efektif mengatasi nyeri tenggorok paska dengan spray lidokain untuk mengetahui
ektubasi.4 Sedangkan Honma dkk telah obat yang lebih efektif ekstubasi pada
membuktikan efektifitas spray lidokain anestesi umum.
yang diberikan 10 menit sebelum intubasi
pada trakea berhasil mengurangi kejadian METODE
nyeri tenggorok paska intubasi.5 Sumathi
Penelitian ini merupakan uji
dkk mendapatkan angka nyeri tenggorok
klinis acak tersamar ganda. Dalam
pada kelompok pipa endotrakeal yang
rancangan eksperimental, pengukuran
diolesi kortikosteroid lebih rendah diband-
dan observasi dilakukan diawal dan
ing kelompok yang diolesi gel lidokain
setelah perlakuan.
maupun kelompok kontrol, perbedaan
Pasien yang menjalani operasi
ini bermakna baik pada satu jam, enam
elektif dengan anestesi umum di Instalasi
jam, dan dua puluh empat jam paska
Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Sema-
anestesi.6
rang yang memenuhi kriteria inklusi dan
Efek samping sistemik kortiko-
eksklusi, kemudian dilakukan consecu-
steroid tergantung dari potensi, absorbsi,
tive sampling dibagi menjadi dua ke-
dan dosis. Meskipun dosis tunggal
lompok berdasarkan tabel acak yang su-
deksametason relatif aman, pemberian
dah dibuat. Peneliti tidak mengetahui
jangka panjang kortikosteroid berhub-
pasien berikutnya (double blind) karena
ungan dengan efek samping yang tidak
urutan pasien berdasarkan pendaftaran
diinginkan, seperti intoleransi glukosa,
di loket Instalasi Bedah Sentral yang
mudah infeksi, keterlambatan penyem-
berubah setiap harinya. Kedua kelompok
buhan luka, supresi adrenal, dan avascular
penelitian ini diberi perlakuan yang ber-
necrosis joints.
beda sebagai berikut: Kelompok 1 (Kl) :
Pencegahan nyeri tenggorok diberikan deksametason intravena 10
paska intubasi diminimalisir dengan mg Kelompok 2 (K2) : diberikan spray
pemberian anestesi lokal maupun steroid lidokain pada pipa endotrakea.
baik secara spray, gel maupun intravena.
Penelitian-penelitian sebelumnya,
HASIL
dikatakan bahwa deksametason in-
Sebanyak 58 orang pasien yang
travena dan spray lidokain efektif
menjalani operasi dengan anestesi umum
mencegah nyeri tenggorok setelah intu-
yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
basi endotrakea, namun belum ada
kelompok Kl pasien untuk kelompok
penelitian yang membandingkan kedua
yang diberikan deksametason intravena
obat tersebut untuk mengetahui mana
24 Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Tabel 1. Perbedaan rerata ± simpang baku usia, BB, TB dan lama operasi antara ke-
lompok Dexametason iv dan spray Lidokain
Kelompok Rerata ± SB
Lidokain spray
Dexametason iv
Usia 41,24 ± 11,294 42,48 ±13,558
BB 58,31 ±9,146 60,55 ±10,280
TB 161,79 ±7,537 1-63,14 ±7,254
Lama operasi 139,66 ±28,092 127,93 ±28,956
Keterangan : Independent t-test: Mann Whitney test
Tabel 2. Tabel perbandingan skala nyeri tenggorok pada kedua kelompok perla-
kuan jam ke 1, 6 dan 24.
Skak 10 Skala 1 Skala 2 Skala 3
Kl K2 Kl K2 Kl K2 Kl K2
Jam ke-1 29 26 0 3 0 0 0 0
Jam ke-6 29 29 0 0 0 0 0 0
Jam ke-24 29 29 0 0 0 0 0 0
Tabel 3. Tabel perbandingan suara serak pada kedua kelompok perlakuan jam ke
1,6 dan 24
Skala 0 Skala 1 Skala 2 Skala 3
Kl K2 Kl K2 Kl K2 Kl K2
"5
Jam ke-1 26 21 7 0 1 0 0
I
Jam ke-6 29 29 0 0 0 0 0 0
Jam ke-24 29 29 0 0 0 0 0 0
Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016 25
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Tabel 4. Perbedaan median nyeri tenggorok jam ke 1, 6 dan 24 antara kelompok
Dexametason iv dan Lidokain spray
Median
Waktu(jam) __________________________________ P
Dexametason iv Lidokain spray
i 0 0 0,078fc
6 0 0 1,000*
24 0 0 1,000€
Keterangan :tMann Whitney test
Sumber: Data Primer
Tabel 5. Perbedaan median suara serak jam ke 1, 6 dan 24 antara kelompok
Median
Waktu (Jam ) ________________________________ p
Dexametason iv Lidokain spray
:
i 0 0 0,091fc
6 0 0 1,000*
24 0 0 1,000€
Keterangan : Mann Whitney test
Sumber : Data Primer
26 Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016
Jurnal Anestesiologi Indonesia
dan kelompok K2 pasien untuk ke- Nilai perbedaan median nyeri
lompok yang diberikan lidocain spray tenggorok pada tiap kelompok pen-
pada ETT. derita untuk kelompok deksametason
Nilai pada tiap kelompok dalam intra vena (Kl) dan lidocain Spray (K2)
rerata ± simpang baku, karakteristik terdapat perbedaan tidak bermakna pa-
penderita untuk kelompok deksametason da nyeri tenggorok jam 1 dan tidak ter-
intra vena (Kl) dan lidocain spray (K2) dapat perbedaan pada jam 6, jam 24
terdapat perbedaan tidak bermakna pada pasca operasi.
usia, berat badan, tinggi badan dan lama Nilai perbedaan suara serak pa-
operasi. da tiap kelompok penderita untuk
Kejadian dan derajat nyeri kelompok deksametason intra vena (Kl)
tenggorokan dinilai pada jam ke-1, jam dan lidocain Jelly (K2) terdapat perbe-
ke-6, dan jam ke-24 setelah ekstubasi. daan tidak bermakna pada jam ke-1. dan
Pada jam ke-1, didapatkan nyeri tidak terdapat perbedaan padajam ke-6
tenggorok dengan skala nyeri 1 ( rin- dan jam ke-24 pasca operasi.
gan ) sebanyak 3 orang pada kelompok
2. Dari analisis statistik didapatkan PEMBAHASAN
perbedaan yang tidak bermakna pada Karakteristik sampel penelitian
kedua kelompok (P =0,078). Pada jam yang meliputi usia, berat badan, tinggi
ke 6 dan ke 24 tidak didapatkan nyeri badan, dan lama operasi ditemukan
pada kedua kelompok Kl dan K2. Dari perbedaan tidak bermakna secara statis-
analisis statistik tidak didapatkan perbe- tik. Sehingga sampel dalam penelitian ini
daan yang bermakna pada kedua ke- dinilai homogen dan layak untuk
lompok (P =1,000). dibandingkan. Karena data bersifat ho-
Kejadian dan derajat suara serak mogen, dapat dianggap bahwa variabel
dinilai pada jam ke-1, jam ke-6, dan jam yang berpengaruh terhadap skor nyeri pa-
ke-24 setelah ekstubasi. Pada jam ke-1 da kedua sampel murni disebabkan oleh
didapatkan kejadian suara serak ringan perbedaan intervensi yaitu antara pem-
(skala 1) 3 orang pada Kl, dan 7 orang berian deksametason intravena dan
pada K2. Dan didapatkan suara serak pemberian spray lidokain.
sedang ( skala 2) 1 pada K2. Dari ana- Nyeri tenggorokan setelah operasi
lisis statistik didapatkan perbedaan yang merupakan nyeri inflamasi yang terjadi
tidak bermakna pada kedua kelompok (P pada 30-70 % pasien dengan intubasi en-
=0,091). Pada jam ke 6 dan ke 24 tidak dotrakeal. Terjadi akibat iritasi lokal dan
didapatkan suara serak pada kedua ke- inflamasi pada jalan napas.1 Hal ini bisa
lompok Kl dan K2. Dari analisis statistik diakibatkan oleh kontak pipa endotrakea
tidak didapatkan perbedaan yang bermak- dengan pita suara dan dinding faring atau
na pada kedua kelompok (P =1,000). laring yang mengakibatkan iritasi atau
Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016 27
Jurnal Anestesiologi Indonesia
trauma pada tonsil, faring, laring atau dokain selama siklus aktivasi - inaktivasi
trakea.2 akan cepat terlepas dari reseptornya pada
Kortikosteroid memiliki efek anti- fase istirahat. Sebaliknya kanal yang da-
inflamasi yang luas dengan menghambat lam keadaan depolarisasi kronis yaitu
semua fase respon inflamasi termasuk potensial istirahatnya lebih positif, bila
pembengkakan, kemerahan, dan sakit serta diberikan lidokain ( atau penyekat kanal
proliferasi pada inflamasi kronik. In- Natrium ) akan pulih lebih lama.9
flamasi ditekan dengan mekanisme yang Bila kadar dalam plasma tidak
luas. Pada sirkulasi imunokompeten sel mencapi 9 mcg/ml maka lidokain dapat
dan makrofag menurun dan formasi medi- ditoleransi dengan baik. Efek samping
ator proinflamasi termasuk prostaglandin, lidokain yaitu neurotoksik. Gejala yang
leukotriens, dan faktor aktivasi thrombosit terjadi dapat berupa kejang, agitasi, disori-
dihambat. Deksamethason dapat mengu- entasi, euforia, pandangan kabur dan
rangi sintesis mediator inflamasi, prosta- mengantuk. Kejang berlangsung sing-
glandin, dan leukotrien dengan mengham- kat dan berespon dengan pemberian
bat phospholipase A2 dan juga mengham- diazepam.9
bat cyclo-oxygenase selama proses in- Jam ke-1 paska ekstubasi, didapat-
flamasi. Kerugiannya, steroid IV tidak kan nyeri tenggorok dengan skala nyeri 1
langsung bekerja dan membutuhkan wak- (ringan) sebanyak 3 orang pada ke-
tu 3-6 jam untuk memberi efek maksi- lompok 2 (spray lidokain), dan tidak
mum, dengan durasi mencapai 48-72 didapatkan nyeri pada kelompok 1
jam.7,8 (deksametason intravena). Dari analisis
Sebagai obat anestesi lokal, li- statistik didapatkan perbedaan yang tidak
dokain menstabilisasi membran sel saraf bermakna pada kedua kelompok (P
dengan cara mencegah depolarisasi pa- =0,078). Pada penelitian yang dilakukan
da membran sel saraf melalui pengham- Park SH, dkk mengenai penggunaan
batan masuknva ion natrium. Lidokain deksametason sebagai profilaksis nyeri
bekerja pada penghambatan transmisi tenggorok dan suara serak setelah
(salah satu rangkaian proses nyeri) yaitu ekstubasi pipa endobronkhial double
proses penyaluran impuls nyeri melalui lumen, menunjukkan bahwa kejadian
serabut A delta dan serabut C tak nyeri tenggorok paska ekstubasi dapat
bermielin dari perifer ke medulla spi- dicegah dengan pemberian deksametason
nalis. Apabila reseptornya ditempati 0,2 mg intravena.3 Begitu juga Tanaka Y,
maka ion Natrium tidak bisa masuk ke dkk, telah meneliti penggunaan lidokain
dalam sel. Lidokain menempati untuk mencegah nyeri tenggorok pasca
reseptornya dan terlepas selama proses pe- operasi, menyebutkan bahwa lidokain
rubahan konformasi kanal Natrium. efektif menurunkan kejadian nyeri
Kanal sel normal yang dihambat li- tenggorok.10
28 Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Suara serak ringan pada jam ke 1 DAFTAR PUSTAKA
paska ekstubasi ditemukan sebanyak 3
pasien pada kelompok I dan 7 pasien pada
kelompok 2. Didapatkan pula suara serak 1. Edomwonyi NP, Ekwere LT, Omo E, Ru-
sedang sebanyak 1 pasien pada kelompok pasinghe A. Postoperative throat complica-
2. Dari analisis statistik didapatkan pebe- tions after tracheal intubation. Ann Afr
daan tidak bermakna pada kejadian suara Med 2006; 5: 28-32
serak jam ke 1 paska ekstubasi (P= 2. Higgins PP, Chung F, Mezei G. Postopera-
0,091). Pada jam ke 6 dan jam ke 24 tive sore throat after ambulatory surgery.
paska ekstubasi tidak didapatkan kejadi- Br J Anaesth 2002; 88: 582-4
an suara serak paska ekstubasi. Dari
3. Park SH, Han SH, Do SH, Kim JW, Rhee
anaiisis statistik tidak didapatkan perbe-
KY, Kim JH. Prophylactic dexamethasone
daan bermakna antara kelompok 1 dan
decreases the incidence of sore throat and
kelompok 2 paska ekstubasi terhadap ke-
jadian suara serak paska ekstubasi (P= hoarseness after tracheal extubation with
1,000). a double-lumen endobronchial tube.
Tidak didapatkannya nyeri Anesth Analg 2008 Dec; 107(6): 1814-8
tenggorok pada jam 6 dan jam 24 paska 4. Tabari M, Soltani G, Zirak N, Alipour M,
ekstubasi bisa disebabkan pemberian anal- Khazaeni K. Comparison of effectiveness
getik yang kuat pada pengelolaan nyeri of betamethasone gel applied to the trache-
paska operasi. Analgetik yang diberikan al tube and IV dexamethasone on postop-
adalah ketorolak 30 mg dan tramadol 2
erative sore throat: A Randomized con-
mg/kgBB selama 2 hari paska operasi.
trolled trial. Iran J Otorhinolaryngol
Kejadian nyeri dan suara serak yang
2013; 25(73): 215-20.
minimal atau tidak didapatkan sama sekali
dapat juga diakibatkan waktu intubasi dil- 5. Honma K, Kamachi M, Akamatsu Y,
akukan menunggu plika vokalis Yoshioka M, Yamashita N. Lidocaine
relaksasi sempurna (exellent), yaitu spray 10 min prior to intubation: Effects on
menunggu hinnga waktu pelumpuh lebih postoperative sore throat. J Anesth 2011
dari waktu onset, dapat juga dipengaruhi Aug; 25(4): 630
oleh bahan pipa endotrakea yang dipakai 6. Sumathi PA, Shenoy T, Ambareesha M,
High Volume Low Pressure, intubasi dil-
Krishna HM, Controlled comparison be-
akukan sekali percobaan dalam waktu
tween betamethasone gel and lidocaine
yang cukup singkat dimana dilakukan
jelly applied over tracheal tube to reduce
oleh residen anestesi tahap akhir di setiap
ruang operasi masing-masing. postoperative sore throat, cough and
hoarseness of voice. Br J Anaesth
2008;100: 215
Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016 29
Jurnal Anestesiologi Indonesia
7. Neal JM. Medical Pharmacology At A 9. Muchtar A, Suyatna FD. Obat Antiar-
Glance Division Of Pharmacology And itmia. Farmakologi Dan Terapi Edisi 4.
Therapeutic 4th Ed. London: Kings Col- Bagian Farmakologi Fakutas Kedokter-
lege. 2002: 17 an Universitas Indonesia. Jakarta:
8. Pusat Informasi Obat Nasional. GayaBaru. 1995: 289-314
Glukokortikoid. Diunduh dari http:// 10. Tanaka Y. Nakayama T, Nishimori M, Sato
pionas.pom.go.id/book/ioni-bab-6- Y, Furuya H. Lidocaine For Preventing
sistem-endokrin-63-kortikosteroid/632- Postoperative Sore Throat. Cochrane Da-
glukokortikoid tanggal 12 Desember tabase Syst Rev. 2009 Jul 8; (3)
2014
30 Volume VIII, Nomor 1, Tahun 2016