BAB I
PENDAHULUAN
   A. Latar Belakang
               perilaku menyimpang anak usia dini semakin meluas mulai dari ditemukannya anak usia
       dini yang merokok hingga anak usia dini yang mulai melakukan tindak kekerasan.Kenakalan
       remaja juga semakin meluas mulai dari kasus narkoba,hingga pergaulan bebas. Permasalahan ini
       menjadi pekerjaan baru bagi Indonesia untuk diselesaikan. Para ahli menyebutkan faktor yang
       mempengaruhi masalah ini diantaranya adalah pengaruh pergaulan, lingkungan, media
       komunikasi(televisi,hp,internet)   ,dan   keluarga.Pada   umumnya   orang    tua   menganggap
       permasalahan ini muncul sebagai akibat dari pergaulan yang salah dan ketidak siapan anak
       menerima kemajuan teknologi. Alasan ini bisa dipakai untuk usia remaja namun bagi anak usia
       dini yang cenderung dalam pengawasan keluarga dan waktunyapun kebanyakan bersama orang
       tuanya menjadikan pertanyaan bagi pengamat. Hal ini menjadi pendorong bagi pengamat untuk
       mengamati pola asuh keluarga kepada anak usia dini.
               Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar
       danmenyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam
       hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku,
       watak, moral dan pendidikan anak (Kartono, 1992).
               Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak. Bentuk pertama
       dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
   B. Rumusan Masalah
       1. Bagaimana kebudayaan masyarakat dalam mengasuh dan mendidik anak?
       2. Bagaimana respon orang tua terhadap kebutuhan anak?
       3. Bagaimana pengawasan orang tua terhadap berbagai aktivitas anak dilingkungan sekitar?
   C. Tujuan Penelitian
       1.   Mengetahui kebudayaan masyarakat dalam mengasuh dan mendidik anak
       2.   Mengetahui respon orang tua terhadap kebutuhan anak
       3.   Mengetahui pengawasan orang tua terhadap berbagai aktivitas anak di lingkungan sekitar
   D. Manfaat Penelitian
       1. Memperluas pemahaman tentang pola asuh orang tua terhadap anak
       2. Mengetahui permasalahan tentang perilaku anak dalam lingkungan keluarga
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                              Page 1
                                                   BAB II
                                              PEMBAHASAN
   A. Definisi Pola asuh Orang Tua Terhadap Anak
               Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang ditemui anak ketika anak di ijin kan
       untuk melihat dan menikmati dunia. Hubungan anak dengan orang tua dan anggota keluarga
       dapat dianggap sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi. Sistem-sistem tersebut berpengaruh
       pada anak baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui sikap dan cara pengasuhan anak
       oleh orang tua.
               Banyak yang dipelajari anak dalam keluarga, terutama hubungannya dengan orang tua.
       Kasih saying dan cinta kasih yang anak kembangkan dalam hubungan sosial nya, erat
       hubungannya dengan apa yang anak terima dan rasakan dalam keluarga. Ketika anak merasa
       disayangi, anak akan belajar untuk berbagi kasih sayang dengan temannya. Sebaliknya jika
       pengasuhan yang anak terima selalu menyalahkan anak, anak akan mengembanagan perilaku
       yang sama ketika bermain dengan teman-temannya.
               Perilaku mengasuh dan mendidik anak sudah menjadi pola yang sadar tidak sadar keluar
       begitu saja ketika menjadi orangtua. Oleh beberapa peneliti, perilaku-perilaku ini kemudian di
       teliti dan muncullah beberapa teori untuk menyimpulkan pola-pola pengasuhan yang
       berkembang. Berikut empat tipe pola asuh yang dikembangkan pertama kali oleh Diana
       Baumrind (1967) :
   1. Pola asuh Demokratis
               adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
       mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
       tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis
       terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
       Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
       tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
   2. Pola asuh otoriter
               sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi
       dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara.
       Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau
       melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum
       anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat
       satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti
       mengenai anaknya.
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                               Page 2
   3. Pola asuh Permisif
               atau pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
       kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.
       Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya,
       dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
       bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
   4. Tipe Penelantar.
               Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
       anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja,
       dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini
       adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada
       umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
   B. Pangaruh Pola Asuh Orangtua
               Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat
       mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,
       mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.
               Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup,
       tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan
       menarik diri, pemaluu dan tidak percaya diri untuk mencoba hal yang baru.
               Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif,
       tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang
       secara sosial.
               Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive,
       agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah,
       sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
               Dari karakteristik-karakteristik tersebut di atas, kita dapat mawas diri, kita masuk dalam
       kategori pola asuh yang mana. Apabila kita memahami pola asuh yang mana yang cenderung kita
       terapkan, sadar atau tidak sadar, maka kita dapat segera merubahnya.
               Kita juga bisa kita melihat, bahwa harga diri yang rendah terutama adalah disebabkan
       karena pola asuh orang tua yang penelantar. Banyak sekali para orangtua terutama para wanita
       karier yang suda mempunyai anak yang lebih cinta kepada pekerjaannya daripada kepada
       anaknya sendiri. Dia lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari uang dan uang. Dia lupa
       kalau di rumah ada anak-anaknya yang membutuhkan kasih dan sayang dia. Pergi kerja disaat
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                                 Page 3
       anaknya masih tertidur pulas, lalu pulang ketika anaknya sudah tertidur pulas lagi. Sehingga,
       anak-anak lebih mengenal pembantunya daripada sosok ibunya sendiri.
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                            Page 4
                                              BAB III
                                      METODE OBSERVASI
   A. Definisi metode observasi
              Pengertian Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
       pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
       dilakukan(Riduwan,2004104).
              Metode observasi sering kali diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
       sistematik terhadap gejala yang tampak pada subyek penelitian. Teknik observasi sebagai
       pengamatan dan pencatatan secara sistematik hendaknya dilakukan pada subyek yang secara aktif
       mereaksi terhadap obyek. Adapun kriteria yang hendak diperhatikan oleh observeser antara lain:
             Memliki pengetahuan yang cukup terhadap obyek yang hendak diteliti.
             Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya.
             Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data.
             Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati.
             Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan kritis.
             Pencatatan setiap gejala harus dilaksanakan secara terpisah agar tidak saling
              mempengaruhi.
             Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil
              observasi.
   B. Pelaksanaan Observasi
          1. Lokasi observasi
              Lokasi observasi merupakan tempat dimana observasi dilakukan dengan tujuan
              mendapatkan data-data atau informasi yang dibutuhkan.
              Jln. Gobras Tamansari, RT 004/ RW 004, Kelurahan Sukahurip, Kec. Tamansari, Kota
              Tasikmalaya.
          2. Waktu observasi
              Waktu observasi merupakan waktu dimana observasi dilakukan
              Waktu penelitian : rabu, 30 november 2017
              Pengenalan, permintaan izin observasi     dan melakukan wawancara dengan beberapa
              orang tua di desa tersebut.
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                              Page 5
Pola asuh orang tua terhadap anak   Page 6
                                                BAB IV
                                        HASIL OBSERVASI
   1. Kebudayaan masyarakat dalam mengasuh dan mendidik anak
               Dari observasi yang kami lakukan terhadap beberapa keluarga di Jln. Gobras Tamansari,
       RT 004/ RW 004, Kelurahan Sukahurip, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya. berkaitan dengan
       Kebudayaan masyarakat dalam mengasuh dan mendidik anak. Di desa tersebut kami melihat
       budayanya sudah modern terutama dalam menghadapi masalah kesehatan anak. Di desa tersebut
       sudah tidak menggunakan cara tradisional dalam mengobati ketika anak jatuh sakit mereka lebih
       memilih untuk langsung pergi ke puskesmas atau memanggil tenaga medis.
               Untuk budaya dalam mengasuh anak, penduduk disana masih membiarkan anaknya
       diasuh oleh orang lain, seperti tetangga. Ini mengakibatkan pola makan anak tidak terkontrol,
       berbahasa tidak baik untuk anak seusianya, kesehatan dan kebersihannya tidak terpantau oleh
       orang tua.
   2. Respon orang tua terhadap kebutuhan anak
           a. Gizi
               Kebutuhan gizi anak dibeberapa keluarga memang berbeda-beda tergantung kondisi
               ekonomi keluarga tersebut. Kami melakukan observasi kepada 4 keluarga
                    1) Keluarga pertama : Kondisi ekonominya cukup baik dan memiliki warung kecil.
                       Untuk pemenuhan kebutuhan gizi anak terutama untuk anak yang masih balita,
                       sangat diperhatikan dan asupan makanan sebisa mungkin bervariasi antara
                       sayuran dan daging.
                    2) Keluarga kedua : kondisi ekonomi keluarga ini bisa dikatakan pas pasan. dengan
                       jumlah anak 8 orang dan kondisi ekonomi yang pas passan, asupan gizi dan
                       variasi makanan yang diberikan juga seadanya.
                    3) Keluarga ketiga : kondisi ekonomi baik, asupan makanan dan gizi baik.
                    4) Keluarga keempat : kebutuhan gizi cukup baik.
              Asupan gizi yang baik tergantung bagaimana orang tua dan kondisi ekonomi dikeluarga
              masing-masing
           b. Agama
                    1) Keluarga pertama : Anaknya masih berusia 11 bulan dan belum dianjurkan untuk
                       mengaji
                    2) Keluarga kedua : keluarga ini membebaskan anaknya untuk mengaji atau tidak,
                       dalam     kata   lain   keluarga   membebaskan    anak-anaknya.    Pengawasan
                       dikeluarganya bisa dikatakan kurang.
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                              Page 7
                  3) Keluarga ketiga : keluarga ini menekankan anaknya untuk mendapatkan
                     pendidikan agama. Dan pengawasan pergaulan dalam keluarga ini cukup baik
                     dan ketat.
                  4) Keluarga keempat : dikeluarga ini dianjurkan untuk mengaji.
   3. Pengawasan orang tua terhadap berbagai aktivitas anak dilingkungan sekitar
          a. Lingkungan bermain
                  1) Keluarga pertama : keluarga ini anak bebas di asuh dan bermain dengan siapa
                     saja tanpa pengawasan.
                  2) Keluarga kedua : pengawasan orang tua terhadap anak dalam lingkungan
                     bermain bisa dikatakan kurang.
                  3) Keluarga ketiga : pengawasan pada anak perempuan bisa dikatakan ketat tetapi
                     untuk anak laki-laki karena pada umumnya remaja laki-laki sangat membenci
                     aturan maka pengawasannya tidak begitu ketat.
                  4) Keluarga keempat: pergaulan anak cukup diawasi dan dibatasi.
          b. Pengawasan terhadap penggunaan alat elektronik
                  1) Keluarga pertama : pengawasan orang tua terhadap anak dalam penggunaan alat
                     elektronik seperti handphone sangat diawasi dalam pemakiannya karena takut
                     terjerumus kedalam hal negatif.
                  2) Keluarga kedua:Pengawasan orang tua terhadap anak dalam penggunaan alat
                     elektronik tidak terlalu dibatasi, seperti dalam menonton televisi orang tua
                     membiarkan anaknya tanpa pengawasan karena beranggapan anaknya hanya
                     menonton film animasi.
                  3) Keluarga ketiga:Tidak di awasi karena sudah dewasa dan anaknya lelaki semua
                     jadi susah diatur.
                  4) Keluarga keempat: tidak diberi alat elektronik tetapi untuk yang sudah besar
                     diberi membeli sendiri.
       dari keseluruhan poin diatas terbukti bahwa asuhan orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak.
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                         Page 8
                                               BAB V
                                             PENUTUP
KESIMPULAN
       Dari observasi yang kami lakukan di Jln. Gobras Tamansari, RT 004/ RW 004, Kelurahan
Sukahurip, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya. Kami mengambil beberapa aspek penelitian diantaranya:
Kebudayaan masyarakat dalam mengasuh dan mendidik anak, respon orang tua terhadap kebutuhan anak,
dan pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak. Dari aspek-aspek tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda terhadap anak, cara pemenuhan kebutuhan yang
berbeda baik dari segi asupan gizi, keagamaan, fasilitas-fasilitas maupun pengawasan terhadap anak.pola
asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap etika dan cara anak bergaul dilingkungan dengan teman
sebayanya.
Pola asuh orang tua terhadap anak                                                               Page 9
LAMPIRAN
Pola asuh orang tua terhadap anak   Page 10