Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
   A. LATAR BELAKANG
              Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi
      yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang
      harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Stroke adalah penyakit ketiga yang
      menyebabkan kematian dibeberapa negara berkembang. Setiap tahunnya sekitar 4,5
      juta orang meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua umur tapi
      sebagian dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun. Hampir semua orang
      lanjut usia sedikitnya memiliki beberapa sumbatan pada suplai darah arteri ke otak,
      dan sebanyak 10% sebenarnya memiliki cukup banyak sumbatan untuk menyebabkan
      gangguan fungsi atau stroke. Di Amerika Serikat, wanita kulit putih dengan usia
      sekitar 50 tahun mempunyai resiko sekitar 20% menderita stroke dan 8% mempunyai
      resiko meninggal karena stroke. Sekitar 1 dari 6 wanita amerika meninggal karena
      stroke. Insidensi menderita stroke semakin meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.
      Sekali wanita menderita stroke maka perjalanan penyakit dan prognosisnya lebih
      buruk bila dibandingkan dengan lakilaki. Faktor utama terjadinya stroke adalah usia,
      hipertensi dan aterosklerosis. Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak
      arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih arteri yang memberi makanan ke
      otak. Plak biasanya mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan
      bekuan untuk membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan
      hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi.
B. TUJUAN PENULISAN
      1. Untuk menjelaskan ulasan Stroke Non Hemoragic
      2. Untuk menjelaskan penyebab Stroke Non Hemoragic, tanda dan gejala serta
         patofisiologinya dalam tubuh
      3. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien yang Stroke Non
         Hemoragic.
C. MANFAAT PENULISAN
     1. Memberikan penjelasan kepada khalayak umum supaya mengetahui bahayanya
        Stroke Non Hemoragic pada diri seseorang 2. Menyampaikan pada pembaca
        tentang cara pengobatan dan asuhan keperawatan pada klien Stroke Non
        Hemoragic dengan baik dan benar.
                                 BAB II
                           TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
           Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik
   mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
   melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006, hal-1110) Stroke non
   hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi
   cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam
   atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan
   peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000, hal- 17) Stroke
   non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
   trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
   tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia
   yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
   (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130)
B. ANATOMI FISIOLOGI .
    Vaskularisasi Otak Darah mengalir ke otak melalui dua arteri karotis dan dua
   arteri vertebralis Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri
   karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis
   karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan arteri untuk
   nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: arteri serebri anterior dan
   arteri serebri media. Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada
   regio sentral dan lateral hemisfer. Arteri serebri anterior memberikan
   vaskularisasi pada korteks frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum
   dan nukleus kaudatus. Arteri serebri media memberikan vaskularisasi pada
   korteks lobus frontalis, parietalis dan temporalis. Gambar 2. Stenosis pada
   arteri karotis Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri
   yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
   transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui
   foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
   serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu
   menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri,
   pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang
   arteri serebri posterior. Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada
   batang otak dan medula spinalis atas. Arteri basilaris memberikan
   vaskularisasi pada pons. Arteri serebri posterior memberikan vaskularisasi
   pada lobus temporalis, oksipitalis, sebagian kapsula interna, talamus,
   hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus koroid dan batang
   otak bagian atas.
C. ETIOLOGI
          Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
   dari empat kejadian yaitu: 1. Thrombosis serebral Arteriosklerosis serebral
   dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebabutama trombosis serebral,
   yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis
   serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
   pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan
   beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi
   intracerebral atau embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral
   tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia,
   atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat
   pada beberapa jam atau hari. 2. Embolisme serebral Embolus biasanya
   menyumbat arteri serebral tengah atau cabang -cabangnya, yang merusak
   sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atauhemiplegia tiba-tiba dengan afasia
   atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
   jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral. 3.
   Iskemia serebral Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama
   karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. 4.
   Haemorhagi serebral a. Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural)
   adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan
   ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri
   meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk
   mempertahankan hidup. b. Patofisiologi Haemorhagi subdural pada dasarnya
   sama dengan haemorrhagi epidu ral, kecuali bahwa hematoma subdural
   biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan hematoma
   lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin
   mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau
   gejala. c. Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
   hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada
   area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak. d.
  Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak paling
  umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena
  perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan rupture
  pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila
  haemorrhagi membesar, makin jelas deficit neurologik yang terjadi dalam
  bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
D. PATOFISIOLOGI
    Pathway
E. FAKTOR RESIKO
    1. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat
   mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
   Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan
   apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
   terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian. 2. Diabetes Mellitus
   Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
   berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan
   menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut
   kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya
   akan menyebabkan infark sel – sel otak. 3. Penyakit Jantung Berbagai
   penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko ini akan
   menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena jantung
   melepas gumpalan darah atau sel – sel/jaringan yang telah mati ke dalam
   aliran darah. 4. Hiperkolesterolemi Meningginya angka kolesterol dalam
   darah, terutama low density lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko
   penting untuk terjadinya arteriosklerosis (menebalnya dinding pembuluh
   darah yang kemudian diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah).
   Peningkatan kad ar LDL dan penurunan kadar HDL (High Density
   Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung
   koroner. 5. Infeksi Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor
   risiko stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi
   cacing. 6. Obesitas Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
   jantung. 7. Merokok Manifestasi Klinis Merokok merupakan faktor risiko
   utama untuk terjadinya infark jantung. 8. Kelainan pembuluh darah otak
   Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan
   menimbulkan perdarahan. 9. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
   Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar
   estrogen tinggi) 10. Penyalahgunaan obat (kokain) 11. Konsumsi alcohol 12.
   Lain–lain, Lanjut usia, penyakit paru–paru menahun, penyakit darah, asam
   urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.
E. MANIFESTASI KLINIS
    Gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi
   (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
   adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non
   hemoragik adalah: 1. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas
   dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter
   pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada
   sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah
   hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang
   berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh) 2. Kehilangan
   komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
   dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
   bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut: a. Disatria
   (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
   disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.
   b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
   reseptif. c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
   dipelajari sebelumnya. 3. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena
   berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak
   menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihata. 4. Defisit
   sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan
   untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh. 5. Kerusakan fungsi
   kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal, mempelajari
   kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini
   dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
   pemahaman, lupa dan kurang motivasi. 6. Disfungsi kandung kemih, setelah
   stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan
   kontrol motorik. (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2133-2134).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
    Pemeriksaan diagnostic: 1. CT Scan (Computer Tomografi Scan) Pembidaian
   ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya
   jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
   pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
   terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak. 2. Angiografi serebral
   Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
   atau obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur. 3. Pungsi Lumbal
   Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang
   mengandung darah menunjukan adanya perdarahan. 4. Magnatik Resonan
   Imaging (MRI): Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik. 5.
   Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena. 6. Sinar X
   Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal. 7. Elektro
   Encephalografi (EEG) Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang
   otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. Pemeriksaan
   Laboratorium: 1. Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di
   jumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
   biasanya warna likuor masih normal sewaktu hari – hari pertama. 2.
   Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
   darah dapat mencapai 250 mg didalam serum. (Arif Muttaqin, 2008, hlm.
   139).
G. KOMPLIKASI
  Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
  komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
  1. Berhubungan dengan immobilisasi è infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
      tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
  2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi
      sendi, deformitas dan terjatuh
  3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
  4. Hidrocephalus Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
     mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
H. PENATALAKSANAAN
   Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
   berikut :
   1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
  a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
       lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
       pernafasan.
  b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
       memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
   2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
   3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
   4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
       mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
       latihan gerak pasif.
  5. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
     menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
  6. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
       penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik Pengobatan Konservatif
        1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
            percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
            dibuktikan.
        2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
            intra arterial.
        3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
            menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
            sesudah ulserasi alteroma.
            KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
                     STROKE NON HEMORAGIK
 A. PENGKAJIAN
    1. Identitas klien
       Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
       pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
       nomor register, diagnose medis.
    2. Keluhan utama
       Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
       tidak dapat berkomunikasi.
    3. Riwayat penyakit sekarang
       Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
       sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
       bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
       atau gangguan fungsi otak yang lain.
    4. Riwayat penyakit dahulu
       Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
       trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
       aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
    5. Riwayat penyakit keluarga
       Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
       militus.
 Pengkajian Fokus:
    a. Aktivitas/istirahat:
         Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
         paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
    b.   Sirkulasi
         Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
         hipertensi arterial.
    c.   Integritas Ego.
         Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
         mengekspresikan diri.
    d.   Eliminasi
         Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
         distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
    e.   Makanan/caitan :
         Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
    f.   Neuro Sensori
         Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
         Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia,
          lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
          berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di
          muka.
   g.   Nyaman/nyeri
        Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
   h.   Respirasi
        Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing,
        ronchi.
   i.   Keamanan
        Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi
        dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan
        nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
   j.   Interaksi social
        Gangguan dalam bicara, Ketidak mampuan berkomunikasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
   1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
      otak terhambat
   2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
   3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
     C. RENCANA KEPERAWATAN
Terapi oksigen
Terapi oksigen