Name : 1.

Dwiyatna Nawungkridha
2. Ines Rahmawati Efendi
Class : XI.6

Rawa Pening
Once upon a time, in a village called Ngasem lived a husband and wife named Ki Hajar
and Nyai Selakanta who are well known and helpful. However, until now they have no children.
One day Nyai Selakanta sat pensive alone. Suddenly, Ki Hajar came over to his wife.
"My wife, why do you look so sad? What are you thinking about? "Ki Hajar asked
"I'm not thinking about anything. I just feel lonely. If only in this house came the sound of
baby cry of course this life will not feel so quiet."Answer Nyai Selakanta
"Never mind my wife, Maybe it's not time God gave us a child. The important thing is we
should keep trying and praying. However, if you really want a child, let me go to meditate in
Mount Telomoyo."Ki Hajar said.

Nyai Selakanta finally fulfilled her husband's wishes, although it is hard to separate. The next
day, Ki Hajar departed to the Mount Telomoyo to meditate.

Once upon a time, di sebuah desa bernama Ngasem hiduplah sepasang suami istri yang bernama Ki Hajar dan
Nyai Selakanta yang dikenal baik hati dan suka menolong. Namun, hingga saat ini mereka belum memiliki anak.
Suatu hari Nyai Sekalanta duduk termenung seorang diri. Tak lama kemudian, Ki Hajar datang menghampiri
istrinya.

“Istriku, kenapa kamu terlihat begitu sedih ? Apa yang sedang kamu pikirkan ?” Tanya Ki Hajar

“Aku tidak sedang memikirkan apa-apa. Aku hanya merasa kesepian. Andai saja di rumah ini terdengar
suara tangisan bayi tentu hidup ini tidak akan terasa sesepi ini.” Jawab Nyai Selakanta

“Sudahlah istriku, Mungkin belum waktunya Tuhan memberi kita anak. Yang penting kita harus terus
berusaha dan berdoa. Namun, jika memang Kamu sangat menginginkan seorang anak, izinkan saya pergi
bertapa untuk memohon kepada Tuhan.” Ujar Ki Hajar

Nyai Selakanta pun akhirnya memenuhi keinginan suaminya, meskipun berat untuk berpisah. Keesokan
harinya, berangkatlah Ki Hajar ke lereng Gunung Telomoyo untuk bertapa.

For months Nyai Selakanta waited for her husband but her husband had not yet returned
from his hermitage. One day, Nyai Selakanta became pregnant. Day by day, she went through
without her husband and it was time to give birth to a child. He named her son Baru Klinthing.
The word "Baru" comes from the word "bra" which means the Brahmin offspring and "klinthing"
means bell. When he knew that his son was a dragon, he was feel very shocked. Time keeps
going, Baru Klinthing grew into teenagers. One day he asked his mother.
"Mom, do I have a father?" Ask Baru Klinthing
"Yes my son you have a father, your father named Ki Hajar. But your father is meditating on
the Mount Telomoyo. Go to him and tell him you are his son. Bring your father's Baru Klinthing
spear as evidence. "

Berbulan-bulan Nyai Selakanta menunggu suaminya namun sang suami belum juga kembali dari
pertapaannya. Suatu hari, Nyai Selakanta hamil.Hari demi hari, dia jalani tanpa kehadiran suaminya dan
tiba saatnya ia mehirkan seorang anak dalam wujud seekor naga. Ia menamai anak itu Baru Klinthing, Kata
"baru" berasal dari kata "bra" yang artinya keturunan Brahmana dan "klinthing" berarti lonceng Waktu
terus berjalan Baru Klinhing pun tumbuh menjadi dewasa. Suatu hari dia bertanya kepada ibunya.

“Bu, apakah aku mempunyai ayah ?” Tanya Baru Klinthing

“Iya anakku, Ayahmu bernama Ki Hajar. Tapi ayahmu sedang bertapa di lereng Gunung Telomoyo. Pergilah
temuai dia dan katakan padanya bahwa engkau adalah putranya. Bawalah tombak Baru Klinthing milik
ayahmu ini sebagai bukti.”

Finally, Baru Klinthing went to Mount Telomoyo. Arriving there, he entered the cave and
saw a man meditating. Baru Klinting explains to Ki Hajar that he is his son, showing him the
spear he was carrying. Then, Ki Hajar said that he needed more proof. He asked Baru Klinting to
encircle Mount Telomoyo. If he can do it, then it is true he is his son. Baru Klinting can easily
circle the mountain. Ki Hajar admitted that it was true that Baru Klinting was his son. Then, he
ordered Baru Klinting to meditate in Tugur hill so he could transform into a human.

Akhirnya, Baru Klinthing berangkat menuju Gunung Telomoyo. Setibanya di sana, masuklah ia
kedalam gua dan melihat seorang laki-laki sedang duduk bersemedi. Baru Klinting menjelaskan kepada Ki
Hajar Salokantara bahwa dia adalah anaknya, sambil menunjukkan tombak yang dibawanya. Ki Hajar
kemudian berkata bahwa dia perlu bukti lagi. Dia meminta Baru Klinting untuk melingkari Gunung
Telomoyo. Jika dia bisa melakukannya, maka benar dia adalah anaknya. Baru Klinting dapat dengan mudah
melingkari gunung tersebut. Ki Hajar Salokantara mengakui bahwa memang benar Baru Klinting adalah
anaknya. Lalu, dia memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di Bukit Tugur agar ia dapat berubah
menjadi seorang manusia.

When Baru Klinting was meditate in the forest, came the residents of the village of Pathok
or we can be called pening village. They were hunting, looking for animals to feed into the sedekah
bumi party they celebrated after the harvest. But that day there were no animals at all there.
Animals are not seen everywhere. When it was almost dark, they are so tired that they rest. They
sit on what looks like rocks and big roots. Suddenly someone cut off the huge roots they were
sitting with his sword to relieve his disappointment. It's amazing there's blood coming out from its
roots. They were shocked. Someone tried to cut it deeper. He found the meat. Then, they collect
the meat in the bag they carry.

Saat Baru Klinting sedang bertapa di dalam hutan, datanglah para penduduk dari desa Pathok.
Mereka sedang berburu, mencari hewan untuk dijadikan santapan pesta sedekah bumi yang mereka
rayakan setelah panen usai. Tapi hari itu tidak ada hewan sama sekali di sana. Hewan tidak terlihat di
mana-mana. Saat hampir gelap, mereka sangat lelah sehingga mereka beristirahat. Mereka duduk di atas
sesuatu yang terlihat seperti batu dan akar yang besar. Lalu tiba-tiba seseorang memotong akar besar yang
mereka duduki dengan pedangnya untuk menghilangkan kekecewaannya. Luar biasa ada darah yang
keluar dari akarnya. Mereka terkejut. Seseorang mencoba memotongnya lebih dalam. Dia menemukan
daging. Kemudian, mereka mengumpulkan daging di tas yang mereka bawa.

That night, the Pathok’s people were preparing a big dinner. They want a special dinner
with the meat they get. Suddenly, came a boy whose body was covered with wounds.
Apparently, the boy is a new form of Baru Klinthing. He asked for some dishes that were served
but none of the them wanted to give the dish even, Baru Klinting was expelled. With angry and
heartache, Baru Klinting left the place. In the middle of his journey, he met an old lady who
treated her very well.
Malam itu, orang-orang Pathok sedang menyiapkan makan malam yang besar. Mereka
menginginkan makan malam spesial dengan daging yang mereka dapatkan. Tiba-tiba datanglah seorang
anak laki-laki yang tubuhnya dipenuhi oleh luka. Ternyata, anak laki-laki itu merupakan wujud baru dari
Baru Klinthing. Dia meminta beberapa hidangan yang disajikan namun, tidak satu pun warga yang mau
meberikan hidangan tersebut bahkan, Baru Klinting diusir.Dengan marah dan sakit hati, Baru Klinting
meninggalkan tempat tersebut. Di tengah perjalanannya, ia bertemu dengan seorang nenek tua yang
memperlakukannya dengan sangat baik.

"Hey Boy ! Why do not you join the party?" ask The old woman
"Everyone refused my presence at the party, they were disgusted to see the wound on my body,
but I was so hungry I needed some food." New Answer Klinthing
"If you feel very hungry, come to my house, I have some food, I think you will like the food."
Told the old woman
"Thank you, mam, there are still good people in this village!"
"Yeah, boy. Everybody here has bad attitude, they did not invite me to the party because they
were disgusted to see me." Said the old women
 "Hai anak muda ! Kenapa kamu tidak ikut berpesta ? " Tanya wanita tua itu

"Semua orang menolak kehadiranku di pesta itu. Mereka merasa jijik melihat luka di tubuhku ini. Tapi aku
sangat lapar, aku butuh sedikit makanan." Jawab Baru Klinthing

"Jika kamu merasa sangat lapar, datanglah ke rumahku. Aku memiliki beberapa makanan, saya pikir kamu
akan menyukai makanan tersebut."

"Terimakasih, nek. Ternyata masih ada warga yang baik hati di desa ini !'

"Iya, nak. Semua warga di sini memang memiliki perilaku yang buruk. Mereka juga tidak mengundang saya
ke pesta karena mereka merasa jijik melihatku." Kata

Hearing that, New klinting feel angry. He felt that the behavior of the pathok villagers had
been excessive. That's why he wants to give something to the villagers so they do not repeat that
behavior. He told the old lady that something special would happen. The old lady was confused
after hearing about it. Baru Klinthing also explained what will happen in the village.
"You are very kind to me I will tell you but please promise that you will not tell anyone."
"All right, I promise," the woman replied
"My name is Baru Klinting, in fact I am a dragon. When I meditate, some people here hurt me.
They hurt me by cutting my body parts, my tail. Now they are preparing dinner with meat from
my body So I will get my revenge tonight, but I will save you so prepare a mortar if there will be
a roar. "

Actually the old lady tried to ask for forgiveness for the people who had cut her tail, but
Baru Klinthing would still do what he wanted to do, that is revenge on the area.

Mendengar hal itu, Baru klinting merasa marah. Dia merasa perilaku warga desa pathok sudah
berlebihan. Karena itu lah dia ingin memberikan sesuatu kepada warga desa tersebut agar mereka tidak
mengulangi perilaku tersebut. Dia berkata kepada nenek tersebut bahwa akan terjadi sesuatu yang istimewa.
Nenek tersebut merasa bingung dengan perkataan baru klinthing. Baru Klinthing pun menjelaskan apa yang
akan terjadi di desa tersebut.
“kamu sangat baik padaku saya akan memberitahu Anda tapi tolong janji saya bahwa Anda tidak akan
memberitahu siapa pun.”

“Baiklah, saya janji” jawab wanita itu

"Namaku Baro Klinting, sebenarnya aku naga. Saat saya bermeditasi, beberapa orang di sini menyakiti saya.
Mereka menyakitiku dengan memotong bagian tubuhku, ekorku. Sekarang mereka sedang menyiapkan
makan malam dengan daging dari tubuh saya. Jadi saya akan membalas dendam saya malam ini, tapi saya
akan menyelamatkan Anda jadi persiapkan sebuah lesung jika nantinya terdengar suara gemuruh.”
 Sebenarnya wanita tua itu mencoba meminta pengampunan bagi orang-orang yang telah memotong
ekornya, tapi anak itu akan melakukan apa yang dia ingin balas dendam pada daerah tersebut.

Baru Klinting back to the party of Pathok villagers. The villagers are still trying to get rid
of him. Baru Klinting then sticks a stick to the ground. He then challenged the villagers to pull it.
"Heyy .. people from Pathok Village, if you feel great please pull this stick out !”
“Are you kidding ? it is very easy”
BUT , no one is able to pull it out. Baru Klinting then pulled out the stick and said
"Listen ! Heyy.. people of Pathok Village, I am a dragon Baru Klinting, I am a meditating
dragon, now I will take my revenge, I will take this stick out and then there will be a lot of water
coming out."

Water that appears flooded the village and formed Rawa Pening. All the villagers were
drowning, except the kindly old lady who had treated Baru Klinting well. The old lady survived
by going into the mortar, according to the instructions given by Baru Klinting.
Baru Klinting kembali ke pesta warga desa Pathok. Warga desa tersebut tetap berusaha
mengusirnya. Baru Klinting kemudian menancapkan sebuah lidi ke tanah. Dia kemudian menantang warga
desa untuk mencabutnya. Namun, tidak ada yang mampu untuk mencabutnya. Baru Klinting kemudian
mencabut lidi tersebut dan berkata

"Wahai orang-orang di desa Pathok, saya Naga Baru Klinting. Saya naga yang sedang bermeditasi.
Sekarang aku akan membalas dendamku. Aku akan mengambil lidi ini keluar dan kemudian akan ada
banyak air yang keluar. "
Air yang muncul membanjiri desa tersebut dan terbentuklah Rawa Pening. Seluruh penduduk desa
tenggelam, kecuali nenek baik hati yang telah memperlakukan Baru Klinting dengan baik. Nenek tersebut
selamat karena masuk ke dalam lesung, sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Baru Klinting.

Moral Value :

1. This story teach us how to be good person, the person who should not take something
which is not ours even steal it.
2. We should be helping each other with each other and do not underestimate the views of
physical and appearance
3. And the last one is being arrogant and disrespectful to others is a despicable attitude we should
avoid.