Hosti dan Anggur Harus Asli dan Murni

0
2,231 views
Ilustrasi (misa)

DI Vatican Insider edisi terbut tanggal 9 Juli 2017 ada sebuah berita sederhana yang menarik perhatian saya. Ketua Kongregasi Ibadat Ilahi Vatikan, Kardinal Robert Sarah,  menulis surat kepada para uskup untuk memperhatikan “materia sacramenti” dalam Ekaristi (Roti dan Anggur) yang harus terbuat dari tepung gandum murni tak beragi dan anggur dari air buah anggur asli tanpa campuran bahan apa pun.

Tentu hal ini adalah masalah yang sederhana saja, karena selama ini hosti yang dipakai dalam Ekaristi itu dipercayakan oleh Keuskupan kepada biara–biara suster untuk membuatnya. Yang saya tahu,  di Keuskupan Manado semua hosti diambil dari Biara JMJ Walterus Tomohon.

Untuk Keuskupan Purwokerto, Biara PBHK Purworejo juga membuat hosti. Di biara kontemplatif Singkawang, Suster–suster Claris membuat hosti untuk Keuskupan Agung Pontianak. Dan di setiap keuskupan pastilah ada biara–biara yang dipercaya oleh uskup untuk membuat hosti. Sedangkan anggur, sepertinya KWI atau setiap Keuskupan mengurus anggur murni itu didatangkan dari LN dan dipastikan bahwa anggur itu adalah asli dan murni.

Di Eropa rupanya masalah itu muncul,  karena pembuatan hosti dan anggur murni yang selama ini dipercayakan kepada komunitas religius dari tarekat suster, bruder atau biara kontemplatif pria atau wanita kali ini  bisa dibeli di supermarket, toko–toko lain (stores) dan bahkan dipesan lewat internet.

“The problem arises from the fact that until now the packing of the liturgical bread and wine had been entrusted to some religious communities, however “today these materials are also sold in supermarkets and other stores and even over the internet.”

Umat katolik mungkin tidak banyak yang tahu hosti itu diambil dari mana dan anggur didatangkan dari mana. Mereka tahunya setiap kali ikut misa mendapatkan Tubuh Kristus dalam hosti kudus itu. Barangkali ada yang tahu bahwa biasanya hosti itu dibuat di biara–biara suster.

Kalau anggur, diandaikan juga dibuat di biara–biara Eropa dan Australia yang bisa memproduksi anggur itu. Artinya bahwa pun proses pembuatan “bahan misa” itupun harus dibuat secara layak. Dibuat dengan bahan yang asli dan murni seperti dimaksudkan oleh Gereja; dibuat di tempat-tempat yang pantas atau suci seperti di dalam biara; dan dibuat dengan hati yang tulus dan iman mengingat bahan itu nantinya akan menjadi “Tubuh Kristus” dan dibagikan kepada umat untuk keselamatan mereka.

Mungkin karena biara–biara di Eropa sudah kosong dan para suster yang biasa membuat hosti itu sudah meninggal, sedangkan hosti selalu diperlukan setiap ada misa, maka tidak tertutup kemungkinan ada orang yang melihat peluang bisnis itu untuk menyediakannya dan bisa dipesan melalui internet seperti halnya barang–barang dagangan lainnya. Setelah pembuatan bahan-bahan itu tidak di tangan para suster lagi dan pindah ke pabrik hosti dan anggur, maka ada kemungkinan bahwa bahan anggur juga bisa diganti atau dicampur dengan sari buah, gula atau madu.

Sekurang–kurangnya, seperti itulah yang ditulis dalam Surat Kardinal Sarah:

“Circular Letter from the Congregation for Divine Worship: a grave abuse to use fruit, sugar or honey; No to drinks other than wine; Yes to partially gluten-free hosts. Those who make bread and produce wine for use in the Mass must be honest.

 No compromise on wine: it cannot be replaced by other drinks: “It must be natural, from the fruit of the grape, pure and incorrupt, not mixed with other substances ” recalls the dicastery for the Divine Worship which urges to handle it with “great care so that the wine intended for the celebration of the Eucharist is well conserved and has not soured” and continues, “it is altogether forbidden to use wine of doubtful authenticity or provenance, for the Church requires certainty regarding the conditions necessary for the validity of the sacraments. Nor are other drinks of any kind to be admitted for any reason, as they do not constitute valid matter ” 

Keaslian bahan hosti dan anggur (artinya sungguh berasal dari gandum dan buah anggur) dan kemurniannya (tidak dicampuri bahan lain) adalah syarat bagi sah-nya Sakramen Ekaristi. Dan sah (validus) dan halal (leicitus) adalah sangat penting bagi adanya atau belum adanya sesuatu dengan landasan ontologis.

Secara filosofis dan teologis, maka sah atau tidak sah itu berkaitan dengan terjadi atau belum terjadinya sesuatu. Kalau bahan hosti dan anggur tidak asli dan tidak murni, maka Ekaristinya juga menjadi tidak sah. Kalau tidak sah, berarti belum terjadi atau tidak terjadi Sakramen Tubuh dan Darah Kristus.

Sah-tidaknya

Sama halnya dengan orang menikah, orang ditahbiskan imam, kaul–kaul kekal biara, sumpah menjadi presiden dst; kalau ternyata upacara–upacara dan sumpah itu tidak sah; maka yang bersangkutan: belum menikah; belum jadi imam; belum kaul kekal dan belum jadi presiden.

Jadi apa yang secara ontologis dalam tataran filosofis dan teologis itu dipersyaratkan harus penuhi; sebab kalau tidak maka, secara sosial, kultural dan politis, apa yang belum sah belum menjadi legal (legitimate) atau mempunyai hak seperti yang diharapkan dari upacara–upacara sakral itu.

Yang memprihatinkan adalah jika biara–biara kosong dan pembuatan hosti dan anggur pindah ke pabrik–pabrik, apakah para uskup atau imam dapat mengawasi dan memastikan bahwa bahan-bahan misa itu dibuat dengan baik dan benar sehingga menjadi bahan misa yang secara sah bisa menjadi sakramen. Maka urusan pengadaan bahan misa itu berkaitan pula dengan kehidupan menggereja pada umumnya dan panggilan panggilan sertanya rumah– umah biara pada khususnya.

Sekarang ini,  zaman serba ingin cepat dan praktis. Jadi tidak tertutup kemungkinan, seksi liturgi dari setiap stasi yang jauh dari paroki atau keuskupan mengurus sendiri bahan-bahan misa itu dengan membelinya di supermarket atau pesan lewat internet dan dikirim langsung ke stasi itu. Kalau sudah demikian, maka keaslian dan kemurnian bahan–bahan misa itu tidak bisa dijamin lagi, dan pastilah tidak mungkin bisa dicek kemurniannya, karena seksi liturgi stasi itu pastilah lebih mementingkan ketersediaannya daripada keaslian atau kemurniannya.

Puji Tuhan, sampai sekarang ini sepertinya di Keuskupan Manado dan mungkin juga di seluruh Indonesia, bahan–bahan misa diambil di biara-biara yang secara khusus melayani Gereja lokal dengan membuat hosti. Anggur rupanya masih harus impor dari luar.

Tulisan ini saya persembahkan untuk Pastor Jacobus Wagey Pr, imam diosesan Keuskupan Manado paling senior yang hari ini tanggal 11 Juli 2017 merayakan HUT imamat ke-55 dalam usia beliau yang akan mencapai 82 tahun ini.

Pastor Wagey tidak merayakannya dengan meriah, melainkan membuat Perayaan Luk 14: 13. Mengundang orang-orang yang tidak mampu mengundang balik kamu.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here