Lompat ke isi

Budaya teh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Maret 2024 10.07 oleh Si paling imut (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Seorang wanita Jepang sedang melakukan upacara minum teh.

Budaya teh, pengertiannya adalah cara membuat teh dan mengonsumsinya, cara orang berinteraksi dengan teh dan estetika seputar minum teh.

Teh memainkan peran penting di beberapa negara. Biasanya dikonsumsi di acara-acara sosial dan banyak budaya telah menciptakan upacara formal yang rumit untuk acara-acara minum teh. Afternoon tea (teh sore) merupakan tradisi di Inggris dengan daya tarik yang luas. Upacara minum teh, dengan akarnya pada budaya teh Tiongkok, berbeda di antara negara-negara Asia Timur lainnya, seperti Jepang atau versi Korea. Teh, mungkin sangat berbeda dalam cara penyajiannya, seperti di Tibet, minuman biasanya diseduh dengan garam dan mentega untuk meningkatkan cita rasanya.[1] Teh dapat diminum dalam pertemuan pribadi kecil (pesta teh) atau di depan umum (kedai teh yang dirancang untuk interaksi sosial).

Imperium Britania menyebarkan interpretasi tehnya sendiri ke wilayah kekuasaan dan koloninya, termasuk Hong Kong, India dan Pakistan, yang sudah memiliki tradisi teh sendiri sebelumnya, serta wilayah seperti Afrika Timur (Kenya, Tanzania dan Uganda) serta Pasifik (Australia dan Selandia Baru) yang tidak memiliki kebiasaan minum teh. Kedai teh dapat ditemukan di Amerika Serikat, Irlandia dan di banyak kota negara-negara persemakmuran.

Setiap daerah menyukai jenis teh yang berbeda misalnya teh putih, kuning, hijau, oolong, teh hitam atau pasca-fermentasi (berwarna gelap) dan menggunakan perasa yang berbeda, seperti bumbu, susu atau gula. Suhu dan daya tahan teh juga sangat bervariasi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Lu, Yu. Cha jing. Hua xia. ISBN 9787508040066.