Keresahan makanan di Indonesia 2005
Keresahan makanan di Indonesia 2005 adalah keresahan makanan yang terjadi pada tahun 2005 di Jakarta, Indonesia, ketika pemerintah menemukan bahwa 60% dari toko mie di ibu kota telah menjual mie yang dicampur dengan formaldehida, suatu karsinogen yang cukup dikenal. Mie pada keresahan makanan di Vietnam pada tahun 2007 juga memiliki kontaminan yang sama, dan pengawet kimia yang juga jelas ditemukan pada tahu, mie, dan ikan asin. Thailand[1] memiliki masalah formaldehida yang serupa. Rumor menyebar bahwa bahan tersebut digunakan pada ayam juga.[2] Ini sangat buruk di negara seperti Indonesia di mana ayam banyak dikonsumsi karena sikap kaum Islam terhadap daging babi.
Kontaminan makanan lain yang ditemukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Depok di sekolah dasar pada tahun 2006 adalah natrium benzoat, siklamat dan boraks melebihi tingkat diperbolehkan. Benzoat dan siklamat yang biasa digunakan sebagai aditif makanan di Indonesia. Zat lain yang ditemukan dalam sampel, seperti boraks, rhodamin, formalin dan methanil kuning yang digunakan sebagai pewarna dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sukrung, Karnjariya. "The truth about your veggies". Bangkok Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-23. Diakses tanggal 2 January 2009.
- ^ "Formaldehyde food scare in Indonesia". Sydney Morning Herald. Pharmaceutical Society of Singapore. January 9, 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-11-20. Diakses tanggal 2 January 2009.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Formalin ditemukan di makanan ringan Diarsipkan 2009-06-15 di Wayback Machine.