Lompat ke isi

Inlandsche Journalisten Bond

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Inlandsche Journalisten Bond (IJB) merupakan organisasi wartawan pertama yang didirikan di Indonesia pada tahun 1914 di Solo. Tujuan pendiriannya sebagai tempat perkumpulan para wartawan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. IJB memiliki sebuah surat kabar mingguan bernama Doenia Bergerak.

Pendirian

[sunting | sunting sumber]

Inlandsche Journalisten Bond (IJB) didirikan sebagai sebuah organisasi pers di Solo pada tahun 1914. Pemrakarsa pendiriannya ialah Tjipto Mangoenkoesoemo, Raden Sosro Koornio, dan dan Marco Kartodikromo.[1] IJB menjadi organisasi kewartawanan pertama yang terbentuk di Indonesia yang dibentuk sebelum masa kemerdekaan Indonesia. Tujuan utama didirikannya IJB untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sekaligus tempat perkumpulan para wartawan di Indonesia.[2] Selain itu, IJB juga menjadi organisasi intelektual dalam bidang kewartawanan.[3]

Kepengurusan

[sunting | sunting sumber]

Pengurus periode pertama untuk Inlandsche Journalisten Bond antara lain Marco Kartodikromo, Sosrokoenio, Martodharsono, dan Siti Soendari. IJB memiliki surat kabar mingguan bernama Doenia Bergerak. Para jurnalis yang tergabung dalam IJB sering kali terlibat masalah dengan redaktur surat kabar lain, salah satunya dengan koran Oetoesan Hindia yang dipimpin HOS Tjokroaminoto. Selain dengan Otoesan Hindia, redaktur utama Doenia Bergerak yaitu Marco Kartodikromo, juga berpolemik dengan redaktur Thjoen Thjioe. Pada Desember 1914, surat kabar Doenia Bergerak terkena delik pers Hindia Belanda. Beberapa minggu kemudian, Doenia Bergerak berhenti terbit. Bersama dengan pemberhentian penerbitannya, IJB juga mengalami ketidak-aktifan karena Marco Kartodikromo dipenjara.[butuh rujukan]

Perpolitikan

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1915, IJB bekerja sama dengan beberapa partai politik untuk mendirikan Comite Drukpersvrijheid (Komisi Kemerdekaan Pers).[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Azizah 2017, hlm. 15-16.
  2. ^ Kunandar, A. Y., dan Suryawati, I. (September 2019). Memahami Hukum & Etika Komunikasi (PDF). Yogyakarta: Penerbit Galuh Patria. hlm. 33. ISBN 978-623-90890-9-2. 
  3. ^ Hakiem, Lukman (November 2020). Dari Panggung Sejarah Bangsa: Belajar dari Tokoh dan Peristiwa. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 2–3. ISBN 978-979-592-907-9. 
  4. ^ Azizah 2017, hlm. 16.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]