Vektor
Vektor
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Vektor merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa SMA, terutama
bagi siswa program IPA. Vektor disajikan dalam dua mata pelajaran yaitu Fisika dan
Matematika, dua mata pelajaran yang biasa dianggap sebagai mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa.
Bicara tentang fungsi vektor, ada baiknya jika kita tahu terlebih dahulu apa itu
vektor. Kita mengenal vektor sebagai sebuah besaran yang memiliki nilai dan arah.
Sedangkan dalam matematika, vektor adalah anggota dari ruang vektor. Secara
geometris, vektor dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis
menyatakan besar vektor dan anak panah menyatakan arah vektor.
Pada dasarnya, setiap bagian dari matematika memiliki fungsi masing-masing.
Baik fungsi matematisnya, penerapannya dalam kehidupan maupun kaitannya dengan
ilmu agama. Tidak terkecuali dengan vektor. Secara matematis, kita kadang-kadang
menyatakan bahwa sebuah fungsi vektor A (x,y,z) mendefinisikan suatu medan vektor
karena mengaitkan suatu vektor dengan setiap titik di suatu daerah. Sementara dari
aplikasi vector banyak diterapkan dalam Fisika.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sejarah, pengertian,
penulisan, operasi, serta aplikasi yang berkaitan dengan kajian vektor.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah munculnya vektor?
2. Apakah pengertian dari besaran skalar dan besaran vektor dan bagaimana notasi
penulisanya?
3. Apakah yang disebut dengan kesamaan 2 vektor, vektor posisi, vektor satuan,
dan vektor basis?
4. Bagaimana mengoperasikan penjumlahan, pengurangan dan selisih dalam
vektor?
5. Apa yang dimaksud dengan tiga titik segaris dan letak pembagiannya dalam
vektor?
6. Bagaimana persamaan garis yang melalui dua dan tiga titik di R2 dan R3?
7. Bagaimanakah vektor yang bebas linear dan bergantung linear itu?
8. Apa yang termasuk aplikasi vektor pada Fisika?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui sejarah munculnya vektor.
2. Dapat mengetahui pengertian dari besaran skalar dan besaran vektor dan
bagaimana notasi penulisanya.
1
3. Dapat mengetahui mengenai kesamaan 2 vektor, vektor posisi, vektor satuan, dan
vektor basis.
4. Dapat mengoperasikan penjumlahan, pengurangan dan selisih dalam vector.
5. Dapat mengetahui mengenai tiga titik segaris dan letak pembagiannya dalam
vector.
6. Dapat mengetahui persamaan garis yang melalui dua dan tiga titik di R2 dan R3.
7. Dapat mengetahui vektor yang bebas linear dan bergantung linear.
8. Dapat mengetahui aplikasi vektor pada Fisika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
SEJARAH VEKTOR
Vektor mengalami perjalanan panjang sebelumnya akhirnya dikenal sebagai konsep
keilmuan. Konsep mengenai vektor sendiri sangat tertutup bahkan asal-usulnya pun tidak
banyak diketahui. Hal ini menjadi penyebab utama Isaac Newton menciptakan sebuah
karya yang berjudul Principia Mathematica. Dalam Principia, Newton mengemukakan
vektor secara luas dengan apa yang sekarang dianggap benar adanya (misalnya, kecepatan,
kekuatan), tetapi hal ini bukanlah konsep dari sebuah vektor.
Vektor lahir dalam dua dasawarsa pada abad ke-19 dengan gambaran geometris dari
bilangan kompleks. Caspar Wessel (1745-1818), Jean Robert Argand (1768-1822), Carl
Friedrich Gauss (1777-1855), dan setidaknya satu atau dua orang lainnya menyatakan
bahwa bilangan kompleks berfungsi sebagai titik dalam bidang dua dimensi yaitu sebagai
vektor dua dimensi. Matematikawan dan ilmuwan bekerja sama lalu menerapkan bilanganbilangan baru dalam berbagai cara. Misalnya, pada 1799 Carl Friedrich Gauss
mengungkapkan pentingnya dari bilangan kompleks untuk membuktikan teorema dasar
aljabar.
Pada 1837, William Rowan Hamilton (1805-1865)
menunjukkan bahwa bilangan kompleks dapat dianggap abstrak
sebagai pasangan terurut (a,b) bilangan real. Ide ini merupakan
bagian dari langkah matematikawan, termasuk Hamilton sendiri.
Mereka mencari cara untuk memperluas "bilangan" dua dimensi
atau tiga dimensi, tetapi dengan tetap mempertahankan sifatsifat aljabar dasar dan bilangan kompleks pada kenyataanya
William Rowan Hamilton
Hamilton menyerah untuk mencari sistem "bilangan" tiga dimensi tersebut dan sebagai
gantinya ia menciptakan sebuah sistem empat dimensi yang ia sebut dengan quaternions.
Dalam quaternions Hamilton menulis, q = w + ix + jy +kz dimana w, x, y, dan
z adalah bilangan real. Hamilton menyadari bahwa quaternions miliknya terdiri dari dua
bagian yang berbeda. Istilah pertama, ia disebut skalar dan x, y, z untuk tiga komponen
persegi panjang, ia merasa dirinya telah terdorong untuk menyatakan lambang trinomial
serta baris yang mewakili sebuah vektor. Untuk mengembangkan quaternions miliknya
Hamilton menggunakan rumus dasarnya dimana:
i2
j2
k2
= i j k = 1, ia
tetapi
juga
bagaimana
formula
ini
dapat
menjadi
sama
pentingnya
pada
pertengahan
memperluas
dari konsep vektor yang telah dikenal yaitu dua atau tiga dimensi, ndimensi, ini sangat memperluas ruang daya pikir. Kedua bahkan lebih
umum, Grassmann mengembangkan banyak matriks modern, linear
Hermann Grassmann
aljabar, vektor dan analisis tensor. Sayangnya, Ausdehnungslehre memiliki dua kelemahan
akan hal itu. Pertama, teorinya sangat abstrak, kurang jelas dalam contoh dan ditulis dalam
gaya notasi yang terlalu rumit. Bahkan setelah ia memberikan studi yang serius, Mbius
tidak dapat memahami sepenuhnya. Kedua, Grassmann adalah seorang guru sekolah
menengah
tanpa
reputasi
ilmiah
besar
(dibandingkan
dengan
(1809-1880), seorang
matematikawan
yang
paling
ThomsonSir,
1824-1907)
antara
aliran
panas
dan
distribusi
gaya
Ausdehnungslehre
milik
Grassmann
yang
ia
sebut
sebagai
langkah
lebih dari quaternions. Dalam Elements of Dinamis (1878), Clifford membagi produk
dari dua quaternions menjadi dua produk vektor yang sangat berbeda, yang disebut produk
skalar (sekarang dikenal sebagai dot product) dan produk vektor (hari ini kita menyebutnya
cross product). Untuk analisis vektor, ia menegaskan "keyakinan prinsip-prinsip yang akan
memberikan pengaruh besar terhadap masa depan ilmu Matematika. Meskipun elemen
dinamis berada pada urutan pertama dari catatan-catatannya, Clifford tidak pernah memiliki
kesempatan untuk mengejar ide-ide ini karena ia meninggal pada usia muda.
Perkembangan aljabar vektor dan analisis vektor seperti
yang kita kenal sekarang ini pertama kali terungkap pada sebuah
catatan luar biasa yang ditulis oleh J. Willard Gibbs. Gibbs
mendapatkan prestasi ilmiah utamanya berada dalam fisika, yaitu
termodinamika. Maxwell sangat mendukung pekerjaan Gibbs
dalam termodinamika, terutama presentasi geometris hasil Gibbs
itu. Gibbs diperkenalkan ke quaternions ketika ia membaca risalah
Maxwell tentang Listrik dan Magnet, dan Gibbs juga belajar
Grassmann Ausdehnungslehre. Dia menyimpulkan bahwa vektor akan memberikan alat
yang lebih efisien untuk karyanya dalam fisika. Jadi, mulai tahun 1881, Gibbs mencetak
catatan pribadinya mengenai analisis vektor untuk murid-muridnya, yang didistribusikan
secara luas bagi para sarjana di Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa. Buku pertama pada
analisis vektor modern di Inggris adalah Analisis Vektor (1901), catatan Gibbs disusun
kembali oleh salah satu mahasiswa pascasarjana terakhirnya, Edwin B.Wilson (1879-1964).
Ironisnya, Wilson menerima pendidikan sarjananya di Harvard tempat ia belajar tentang
quaternions dari dosennya, James Mills Peirce (1834-1906), salah satu putra dari Benjamin
Peirce. Buku Gibbs dan Wilson ini dicetak ulang dalam edisi singkat pada tahun 1960.
Kontribusi lain dengan pemahaman modern dan penggunaan vektor dibuat oleh Jean Frenet
(1816-1990).
Pada 1890-an dan dekade pertama abad kedua puluh, Tait dan beberapa orang
lainnya mencemooh vektor dan membela quaternions sementara banyak ilmuwan lain dan
matematikawan merancang metode vektor mereka sendiri. Oliver Heaviside (1850-1925),
seorang ahli fisika otodidak yang sangat dipengaruhi oleh Maxwell. Dalam makalah dan
teori elektromagnetik (tiga jilid, 1893, 1899, 1912) ia menyerang quaternions dan
mengembangkan analisis vektor sendiri. Heaviside telah menerima salinan catatan Gibbs
dan ia berbicara sangat berlebihan dalam memperkenalkan teori Maxwell tentang listrik dan
magnet ke Jerman (1894), metode vektor dan beberapa buku tentang analisis vektor dalam
bahasa Jerman yang menganjurkan untuk diikuti. Hingga pada akhirnya metode vektor ini
mulai
disebarluaskan
pada beberapa
negara misalnya
diperkenalkan
ke Italia pada
a. Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki besar (panjang atau nilai) saja
atau besaran yang tidak memiliki arah. Misalnya: waktu, suhu, panjang, luas,
volum, massa, dan sebagainya.
b. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki besar (panjang atau nilai) juga
memiliki arah. Misalnya: kecepatan, percepatan, gaya, momentum, medan magnet,
medan listrik, dan sebagainya.
Pada besaran skalar berlaku operasi-operasi aljabar, tetapi pada besaran vektor, operasioperasi aljabar tidak berlaku.
2.3.
(ab)
, atau u
Panjang Vektor
Vektor di R2
Misalkan u =
(ab)
|u|=
a2 +b2
7
Vektor di R3
Misalkan u =
a
b
C
()
|u|=
2.4.
a2 +b2 +c 2
KESAMAAN VEKTOR
Vektor di R2
Dua buah vektor dikatakan sama, bila besar dan arahnya sama.
Misalkan u =
(ab)
dan v =
(dc )
a
b
c
()
dan v =
c
d
e
()
ditulis
v ,
u . Vektor w = u + v
u .
Kemudian dibuat jajargenjang yang kedua sisi berimpit dengan kedua vektor
u
xb
yb
( )
xa
ya
( )
dan v
vektor yang seletak. Jika vektor w merupakan jumlah dua vektor u dan v
atau w = u + v, maka vektor w ditentukan dengan:
xa
x
x + x b
+ b= a
w=u+v=
.
ya
yb
y a + y b
( )( )(
Contoh :
Tentukan hasil penjumlahan dua vektor berikut :
p =
(53)
dan q =
( 49)
Jawab :
p+ q=
(53)
(53)
( 49)
( 49) = (5+3+ 49)
dan q =
+
(129 )
u+(v) .
cara :
a. Tentukan lawan vektor v yaitu v
b. Pindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arah) sehingga
pangkal vektor v
ini!
10
jajargenjang yang kedua sisi berhimpit dengan kedua vektor u dan vektor
v .
(53)
dan v
( 49)
Jawab :
u
- v
(53)
()
4
9
(54
39 )
(61 )
Vektor di R3
A. Penjumlahan Vektor
Jika diketahui dua buah vektor, misalnya vektor u =
()
a1
b1
c1
, v =
()
a2
b2
c2
dan
11
9x=x-1
x=5
2y +12 = y -3
y = -15
z6=6z
z = 6;
v =
5
4
u=
dan v = 9
3
15
8
Jawab :
()
u-
) jika diketahui :
()
v =
12
2.6.
OPERASI
PERKALIAN
BILANGAN
REAL
DENGAN VEKTOR
Vektor di R2
Perhatikan gambar berikut!
Vektor
dapat
diperpanjang,
menjadi -2 a
13
, 3 a
dan 5 a
perkalian
tersebut merupakan
vektor
dengan
bilangan
real (skalar).
Jika
bilangan
vektor
real
perkalian
adalah
(skalar),
suatu
vektor
yang
( xy )
a
xa
ya
( )
kx a
ky a
( )
Sifat-sifat perkalian vektor dengan skalar
Misalkan
a ,
p a
=
(pq) a
p (a )
(p + q) a
| p a| =
p ( a +
p
a
= p (q a ) = a (pq)
= p a
= p a + q a
| p||a|
b ) = p a + p b
Contoh :
Diketahui vektor
dan
14
1.
2.
3.
4.
2
-2
2
2
a
b
a
a
+ b
- 2 b
Jawab :
Vektor di R3
Jika diketahui dua buah vektor, misalnya vektor
()
a2
b2
c2
()
a1
b1
c1
( )
15
Diketahui vektor
()
5
3
1
dan vektor
()
2
5
0
. Tentukan 2 a
+ 3 b !
Jawab :
2 a
+ 3 b
=2
()
5
3
1
2.7.
() () ( )
2
10
6
+
5 =
6
15 = =
0
2
0
HUKUM YANG BERLAKU PADA
+3
()
16
9
2
ALJABAR
VEKTOR
Jika A, B, C adalah vektor dan m, n adalah skalar maka:
a.
b.
c.
d.
e.
A+B=B+A
(komutatif terhadap penjumlahan)
A + (B + C) = (A + B) +C (asosiatif terhadap penjumlahan)
mA=Am
(komutatif terhadap perkalian)
m(nA) = (mn)A
(asosiatif terhadap perkalian)
(m+n)A=(mA)+(nA)
(distributif terhadap perkalian)
2.8.
VEKTOR POSISI
Vektor di R2
Vektor posisi dari suatu titik adalah vektor yang titik pangkalnya di
titik O (pangkal koordinat) dan titik ujungnya di titik yang bersangkutan.
Perhatikan gambar berikut :
Vektor di R3
Soal Latihan :
1. Jika
(53)
dan
(42 )
2. Diketahui
a. 2 u
=
v
(94 ) , maka
6
= ( ) dan
8
a
w
(11)
= ...
, tentukan :
16
b. 3( u - v )-( u + v )
3. Diketahui p = 3 i + 6 j
-3 k
dan
= 2 i j
k .
Tentukan :
a. p + q
b. p - q
c. 5 p
1
p
d. 3 q 3
2
4. Jika
( ) ( ) (
5x
2
y 3
2
z
4x
2 y5
z
2 x 4 x +9
y5
6
, maka 2x + y z = ...
2.9.
VEKTOR SATUAN
Vektor satuan adalah vektor yang besarnya satu satuan. Vektor satuan u yang searah vektor
a dinyatakan dengan:
a
a
u=
2.10.
VEKTOR BASIS
2
Vektor di R
Vektor sebagai kombinasi vektor satuan. Vektor u dapat dibentuk menggunakan vektor
satuan i dan j, misalkan u = ai + bj
Vektor di R3
z
17
2.11.
2.12.
18
2.13.
dapat dilakukan dengan cara menarik garis lurus dari titik P ke Q. Vektor PQ dapat
dituliskan dalam komponennya,
PQ=(x- xo) i^ + (y- yo) ^j + (z- zo) k^
Perhatikan gambar berikut!
A
r
P (xo.yo.zo)
0
Q (x.y.z)
Vektor posisi r
adalah
^ vektor
^j+cdari
A =a i+b
z^ (0,0,0) ke titik Q(x,y,z) dan vektor posisi r
adalah vektor dari (0,0,0) ke titik P (xo.yo.zo). Dengan menggunakam pengurangan vektor
diperoleh :
PQ=r r
19
Jika garis
^ ^j+c k^ maka kita dapat mengatakan bahwa garis ini merupakan kelipatan dari
A=a i+b
A . Jadi dapat dituliskan :
vektor
PQ=t
A , r r
A
= t
= ta i^ +tb ^j +tc k^
Dengan t parameter
Jika dua buah vektor sama besar berarti komponen dari vektor satuan yang sejenis pada
kedua ruas persamaan akan sama besarnya, sehingga diperoleh persamaan
r r o = t
A r o +
A t
Atau
x- xo = ta, y- yo=tb, z-zo =tc
Persamaan ini disebut persamaan garis parametrik. Persamaan parametris ini dapat pula
dituliskan dalam bentuk lain, yaitu:
xx o y y o zz o
=
=
a
a
a
Persamaan garis yang baru ini disebut persamaan garis simetrik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kita dapat membuat sebuah persamaan
garis jika kita mengetahui sebuah titik (x o.yo.zo) yang dilewati garis tersebut dan sebuah
^ ^j+c k^
vektor
A=a i+b
2.14.
21
Misalkan S = { v1, v2, v3} Jika dari v1, v2, , vn, adalah sebuah himpunan vektorvektor di dalam Rn Jika r > n maka S tak bebas linier atau bergantung linier.
Teorema ini mengatakan pada kita bahwa sebuah himpunan di dalam R2 dengan
lebih dari dua vektor adalah sebuah himpunan yang tak bebas linier. Sebuah himpunan di
R3 dengan lebih dari 3 vektor adalah sebuah himpunan yang tak bebas linier.
Soal Latihan :
1. Polinomial-polinomial p1 = 1-x, p2 = 5+3x-22 dan p3 = 1+3x-x2. Tentukan apakah
himpunan vektor polinomial S = {p1, p2, p3} bebas linier atau bergantung linier.
2. v1 = {1, -2, 3}, v2 = {5, 6, -1} dan v3 = {3, 2, 1}. Tentukan apakah vektor-vektor
tersebut membentuk sebuah himpunan yang bebas linier atau himpunan yang tak
bebas linier?
PENERAPAN VEKTOR PADA FISIKA
Vektor dalam Persoalan Fisika
Berikut ini diberikan beberapa contoh sederhana penggunaan analisa vektor dalam
2.15.
r = 3i + 4j + 2k,
cos =
( 12 +32 )( 22 )
22
2
1
= 10
2 10 10
arccos
( 101 10)
1+2 j
5
3
(i+ 2 j)
5
3t
6t
i+
+3 j
5 5
( ( ) ) (
3t
6t
3 (
i+
+3 j x m
i+2 j )
5
5
5
( 9m5 ) k
23
1
m( v 0 x i+ v oy j)
2
1
m v2
2
6.
1.15, kesetimbangan terjadi jika jumlah total gaya (ingat bahwa gaya merupakan
besaran vektor) sama dengan nol. Artinya, bila gaya-gaya yang ada diuraikan pada
sumbu-sumbu koordinat (misalnya sumbu x dan sumbu y), maka resultan gaya pada
arah sumbu x sama dengan nol dan demikian juga halnya dengan resultan gaya pada
arah sumbu y. Agar titik O berada dalam keadaan setimbang, maka haruslah F1 +F2
+ F3 = 0. Artinya jumlah gaya dalam arah sumbu x harus sama dengan nol,
ini
memberikan:
F x =F 1 cos F2 cos =0
Demikian halnya dengan jumlah gaya dalam arah sumbu y juga harus sama dengan
0 yang berarti
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah, sedangkan skalar
adalah besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Penulisan vektor dapat dengan
huruf kecil dan di garis bawah, atau huruf kecil tebal, huruf kecil dengan tanda
panah di atas dan juga huruf kapitak dengan tanda panah diatasnya. Konsep
kesamaan dua vektor adalah jika keduanya mempunyai panjang dan arah yang
24
sama. Penjumlahan atau pengurangan dua vektor dapat dilakukan secara geometri
dan juga analitik.
3.2.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah perlunya pengaplikasian
dari pengetahuan tentang vektor ini di masyarakat luas, untuk memudahkan
pekerjaan masyarakat pula tentunya, sehingga secara tidak langsung akan
meningkatkan taraf hidup bangsa
DAFTAR PUSTAKA
Kariadinata, Rahayu. 2011. Pengantar Aljabar Linier. Bandung: CV. Intan Mandiri.
Wirodikromo, Sartono. 2007. Matematika SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga.
http://klompokku.blogspot.com/2013/09/makalah.html
https://lovemathstory.wordpress.com/2012/03/03/analisis-vektor/
http://tomatalikuang.blogspot.com/2013/10/sejarah-vektor.html
https://www.scribd.com/doc/178697539/Makalah-Matematika-Vektor
http://alansileo.blogspot.com/2012/09/makalah-vektor.html
25