0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
462 tayangan6 halaman

Motivasi NET

Buku ini memberikan ringkasan singkat tentang 6 bab dari buku berjudul "Motivasi NET" karya Ir. Andi Muzaki, SH, MT. Bab pertama membahas tentang semangat berlayar menuju tujuan. Bab kedua membahas tentang sikap positif meskipun dihadapkan pada berbagai cobaan. Bab ketiga membahas pentingnya terus mengasah diri. Bab keempat membahas tentang pentingnya meminta maaf secara tulus. Bab kelima membahas arti sebuah

Diunggah oleh

Muhamad Hoerudin
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
462 tayangan6 halaman

Motivasi NET

Buku ini memberikan ringkasan singkat tentang 6 bab dari buku berjudul "Motivasi NET" karya Ir. Andi Muzaki, SH, MT. Bab pertama membahas tentang semangat berlayar menuju tujuan. Bab kedua membahas tentang sikap positif meskipun dihadapkan pada berbagai cobaan. Bab ketiga membahas pentingnya terus mengasah diri. Bab keempat membahas tentang pentingnya meminta maaf secara tulus. Bab kelima membahas arti sebuah

Diunggah oleh

Muhamad Hoerudin
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 6

Motivasi NET

Nama : Muhamad Hoerudin


NPM : 177006056
Kelompok :5

IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Motivasi NET
Penulis : Ir. Andi Muzaki,SH,MT.
Penerbit : Private Library
Cetakan : pertama, 9 September 2004
Jumlah halaman : 214
Jumlah bab : 6 Bab

ULASAN BUKU
 Tampilan : bagus dan menarik. Gambar cover belum jelas kalau tidak diperhatikan
secara cermat.
 Bahasa : sudah memenuhi kaidah tata bahasa baku (S-P-O), membaca buku ini terasa
ringan dan mudah dipahami karena bahasanya yang populer sehingga membuat topik
yang sifatnya teoritis dan berat menjadi bagian yang enak untuk ”dikunyah”.
 Isi : inovatif, lengkap dan memberikan gambaran apa yang perlu digali dari perilaku
menyontek dari sudut pandang dunia bimbingan dan konseling.
Cara penulis mengangkat topik Motivasi begitu menggugah, sehingga membuat kita berpikir
ulang. Ada perubahan pola pikir saya setelah melahap huku ini yaitu terjadi perubahan dari
bersikap permisif menjadi sikap waspasda.
Secara keseluruhan buku ini sangat menarik karena memberikan informasi yang penting
mengenai perilaku manusia dan saya menyarankan penulis untuk terus mengembangkan buku
ini dengan menambahkan bab-bab lain yang cukup krusial sehingga buku ini menjadi sangat
penting, harus dimiliki dan tidak boleh tidak tahu karena menjadi acuan dan sangat dibutuhkan
oleh banyak orang.
Untuk itu, saya akan mencoba membahas bab-perbab dan memberi masukan atau saransaran
perbaikan.
BAB I : Berlayar Menuju Pantai Harapan
Anda adalah perahu kokoh yang mampu menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan
layar gagah menentang angin. Kesejatian anda adalah berlayar mengarungi samudera,
menembus badai dan menemukan pantai harapan. Sehebat apapun perahu diciptakan, tak ada
gunanya jika hanya tertambat di dermaga. Dermaga adalah masa lalu anda. Tali penambat itu
adalah ketakukan dan penyesalan anda. Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang
dianugerahkan kepada anda. Jangan biarkan masa lalu menambat anda disitu. Lepaskan diri
anda dari ketakutan dan penyesalan. Berlayar, bekerjalah.
Yang memisahkan perahu dan pantai harapan adalah topai badai, gelombang dan batu karang.
Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Di situlah tanda
kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri
anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

BAB II : Anda dan Sang Kholiq


Orang sering sulit dimengerti, tidak pikir panjang dan selalu memikirkan diri sendiri, namun
demikian... ampunilah mereka.
Bila anda baik hati, orang mungkin menuduh anda egois atau punya mau, namun demikian...
tetaplah berbuat baik.
Bila anda sukses, anda akan menemukan teman-teman yang tidak bersahabat dan musuh-
musuh sejati anda, namun demikian... teruskan kesuksesan anda.
Bila anda jujur dan tulus hati, orang mungkin akan menipu anda, namun demikian... tetaplah
jujur dan tulus hati.
Hasil karya anda selama bertahun-tahun dapat dihancurkan oleh orang dalam semalam, namun
demikian... tetaplah berkarya.
Bila anda menemukan ketenangan dan kebahagian, mungkin ada yang iri, namun demikian...
syukuri kebahagiaan anda.
Kebaikan anda hari ini gampang sering dilupakan orang, namun demikian.... teruslah berbuat
kebaikan.
Berikanlah yang terbaik dari anda dan itu pun tidak akan pernah memuaskan orang, namun
demikian... tetaplah memberi yang terbaik.
Pada akhirnya...
Perkaranya adalah antara anda dan sang Kholiq .. dan bukan antara anda dan mereka.

BAB III : Mengasah Diri


Penebang mengasah kapaknya. Pemburu mengencangkan busurnya. Penulis meraut pensilnya.
Mereka harus memperbarui peralatan-nya. Ini adalah prinsip sederhana tentang produktivitas.
Tak banyak pohon yang bisa ditebang oleh kapak yang tumpul. Tak ada buruan yang mampu
ditaklukan oleh busur yang renta. Tak sebuah kata bisa tertulis dari pensil yang patah. Maka,
apa yang harus anda asah agar tetap meraih kehidupan pribadi dan karier yang penuh dan
berlimpah?
Anda memiliki sesosok tubuh yang pasti renta terkikis usia. Juga kecerdasan yang segera tak
banyak berarti tertinggal kemajuan jaman. Serta sekepal hati nurani yang mudah diburamkan
oleh debu-debu dunia.
Maka, tiada yang patut kita rawat selain tubuh agar senantiasa menjadi rumah yang nyaman
bagi jiwa. Tiada yang perlu kita asah selain pikiran dan ketrampilan agar selalu dapat di
gunakan untuk membuka pintu kemakmuran. Serta, tiada yang harus kita pertajam selain hati
nurani yang memungkinkan kita mendengar nyanyian kebahagian hidup ini.

BAB IV : Permohonan Maaf.


Suatu hari datanglah seorang pria kehadapan seorang bijak. Pria tersebut berkata, “Guru, saya
mempunyai banyak dosa. Saya telah memfitnah, membohongi dan menggosipkan orang lain
dengan hal buruk. Kini saya menyesal dan ingin memohon maaf lahir dan batin. Bagaimana
caranya agar Tuhan mengampuni semua kesalahan saya?”.
Sang bijak berkata, “ Ambillah bantal ditempat tidurku. Bawalah ke alun-alun kota. Disana,
bukalah bantal itu sampai bulu-bulu ayam dan kapas di dalamnya keluar tertiup angin. Itulah
hukuman atas kata-kata jahat yang telah keluar dari mulutmu.”
Meskipun kebingunan, toh akhirnya ia menjalani “hukuman” yang diperintahkan kepadanya.
Di alun-alun ia membuka bantal dan dalam sekejap bulu ayam dan kapas berterbangan tertiup
angin.
Setelah selesai, ia kembali menghadap sang bijak, “saya telah melakukan apa yang Guru
perintahkan. Apakah kini saya telah diampuni?”.
Jawab sang bijak, “kamu belum dapat pengampunan. Kamu baru menjalankan separuh
tugasmu. Kini, kembalilah ke alun-alun dan pungutlah kembali bulu-bulu ayam dan kapas yang
tadi berterbangan tertiup angin.
Renungan :
Tidak peduli berapa kali kita memohon maaf, kata-kata yan pernah keluar dari mulut kita akan
menggema selamanya. Memang, sebuah permintaan maaf bisa mengobati banyak hal. Namun,
agaknya kita juga harus mengingat, bahwa semua itu tidak ada artinya, saat kita mengulang
kesalahan itu kembali.

BAB V : Arti Sebuah Kepemimpinan


Alexander The Great atau yang lebih dikenal dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah raja
romawi yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya.
Suatu waktu Alexander The Great Memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas
dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati
karena kehausan. Tetapi Alexander tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan penuh
semangat.
Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Alexander dengan membawa
semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kerontang. Kolam air itu
kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh
pasukannya. Melihat hal ini, Alexander membuang air itu ke gurun pasir.
Sang raja berkata, “Tidak ada gunanya bagi seseorang untuk minum di saat banyak orang
sedang kehausan!”.
Demikianlah kepemimpinan itu. Anda tidak bisa memperlakukan orang-orang anda hanya
sebagai alat untuk mencapai tujuan anda. Anda harus menunjukkan ketulusan dan keteguhan
diri anda dengan sama-sama merasakan apa yang orang-orang anda rasakan.

BAB VI : Empat Istri


Suatu ketika ada pedangang yang kaya raya, ia memiliki empat istri yang selalu setia
menemaninya. Dia mencintai istrinya yang keempat dan menganugrahinya harta & kesenangan
yang banyak. Sebab dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan
yang terbaik untuk istri keempatnya ini.
Pedagang itu juga mencintai istirinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini dan
selalu memperkenalkan wanita ini kepada teman-temannya. Namun, ia juga selalu khawatir
kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.
Begitu juga dengan istri kedua, ia pun sangat menyayukainya. Ia adalah istri yang sabar dan
pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan
istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya
melewati masa-masa yang sulit.
Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu
membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua
kekayaan dan usaha sangsuami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya.
Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu
mempedulikannya.
Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera
meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati, “Saat ini, aku
punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika
aku harus hidup sendiri.”
Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya.
“Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang,
aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku?” Ia terdiam,“Tentu saja
tidak..“, jawab istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi. Jawaban itu sangat
menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya.
Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga. “Akupun mencintaimu sepenuh hati,
dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku?
” Istrinya menjawab, “Hidup begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati.” Sang
pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.
Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. “Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat
masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku
mati, maukah kau ikut dan mendampingiku?” Sang istri menjawab pelan. “Maafkan aku,”
ujarnya “Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang
kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu.” Jawaban itu seperti kilat yang
menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara, “Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau
pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu.” Sang pedagang lalu
menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus.
Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu
bergumam, “Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan
kau seperti ini, istriku.”
Sahabatku, sesungguhnya kita punya empat orang istri dalam hidup ini. Istri yang keempat,
adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita
supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita
meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.
Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi
kepada yang lain. Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya.
Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapapun dekat hubungan
kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburlah
mereka akan menemani kita.
Sahabatku, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Mungkin, kita sering
mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya,
hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun
kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.
Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita
menyesal dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai