Vektor Dan Penggunaan Vektor: Modul 1
Vektor Dan Penggunaan Vektor: Modul 1
PEN D A HU L UA N
D alam fisika sering fenomena atau gejala fisika akan mudah ditelaah dan
diterangkan jika kita memandang beberapa besaran fisika yang terlibat
(misalnya gaya, momentum) sebagai sebuah vektor. Dengan memandang
besaran fisis sebagai vektor maka fenomena fisika yang terjadi (seperti gerak
peluru) dapat dipahami dengan lebih baik. Namun demikian untuk
menyelesaikan problem fisika yang melibatkan besaran-besaran vektor
memerlukan kajian analisis vektor bahkan sampai pada tataran yang cukup
rumit. Hukum Newton F = ma dalam mekanika sering kita gunakan, besaran
gaya F tersebut merupakan gaya resultan yang merupakan resultan semua
gaya-gaya luar yang bekerja pada obyek. Oleh karena itu kita memerlukan
pemahaman mengenai konsep dasar vektor dan operasi matematika vektor-
vektor (analisis vektor) dan juga perbedaannya dengan besaran fisis skalar.
Tujuan dari mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu
menerapkan konsep vektor dalam permasalahan fisika. Secara khusus setelah
mempelajari modul ini mahasiswa:
1. menjelaskan pengertian vektor;
2. menentukan penjumlahan dari operasi vektor;
3. menjumlahkan dua vektor atau lebih dengan metode jajaran genjang dan
poligon;
4. menentukan resultan dari operasi vektor;
5. menjumlahkan dua vektor yang segaris atau membentuk sudut secara
grafis dan menggunakan rumus cosinus;
6. menguraikan sebuah vektor dalam bidang datar menjadi dua vektor
komponen yang saling tegak lurus;
7. menjumlahkan dua vektor atau lebih dengan cara analisis;
8. menghitung hasil perkalian dua buah vektor dengan cara perkalian titik;
9. menghitung hasil perkalian dua buah vektor dengan cara perkalian
silang;
1.2 Materi Kurikuler Fisika SMA
Modul 1 ini terdiri dari dua kegiatan belajar (KB) yaitu KB1 mengenai
Vektor dan KB2 mengenai Penggunaan Vektor dalam Gerak. Setiap KB
dilengkapi contoh soal-penyelesaian, latihan, ringkasan, tes formatif,
glosarium dan juga daftar pustaka yang dapat dijadikan acuan dalam belajar.
Materi dalam modul ini dapat mencukupi dari segi kuantitas dan kualitas,
sehingga mahasiswa dapat belajar dengan baik. Namun demikian sangat
disarankan mahasiswa mencari bahan-bahan belajar tambahan seperti
misalnya melalui internet. Anda dapat memperoleh tambahan yang sangat
berguna dalam situs-situs akademik yang bisa diakses melalui internet.
Selamat Belajar!
PEFI4425/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
Vektor
P ada Kegiatan Belajar ini Anda akan mempelajari pengertian dasar vektor
dan skalar, operasi aljabar (penjumlahan, pengurangan, perkalian)
vektor-skalar dan vektor-vektor; dan juga operasi kalkulus vektor (diferensial
dan integral). Bagian ini sangat penting dipelajari untuk dapat menyelesaikan
problem fisika yang melibatkan besaran vektor.
Fenomena fisika suatu sistem fisis (sistem dengan obyek fisis) dapat
dinyatakan dengan menampilkan dalam suatu besaran-besaran fisis (beserta
satuan yang mengikuti tentunya). Besaran-besaran dapat diklasifikasikan ke
dalam besaran skalar atau vektor. Sebuah besaran fisis disebut skalar jika
cukup dicirikan hanya dengan sebuah angka atau nilai. Sebagai contoh skalar
adalah besaran-besaran seperti massa, temperatur, muatan listrik, rapat
massa, energi dan tekanan dan masih banyak yang lain. Jadi misalnya kita
dapat menyatakan bahwa sebuah benda mempunyai massa 10 kg. Angka 10
adalah nilai besaran massa sedangkan kg adalah satuannya. Satuan sangat
penting untuk disertakan setiap kali kita menyatakan sebuah besaran.
Sebaliknya sebuah vektor tidak cukup jika hanya dicirikan oleh nilainya
saja tetapi juga harus diberikan juga arah ke mana besaran fisis tersebut
menunjuk. Sebuah gerak suatu benda misalnya dapat diberikan baik secara
skalar atau vektor. Laju adalah besaran skalar, misalnya “sebuah mobil
bergerak dengan laju 100 km/jam”, yang menyatakan bahwa untuk satu jam
mobil dapat menempuh jarak 100 km. Sebaliknya kecepatan adalah sebuah
vektor, misalnya kita dapat menyatakan bahwa “sebuah mobil bergerak
dengan kecepatan 100 km/jam ke timur”, yang juga memberi gambaran
bahwa untuk satu jam mobil dapat menempuh jarak 100 km namun arahnya
ditentukan ke timur. Karena memang sebenarnya gerak benda arahnya dapat
berbeda-beda. Beberapa besaran vektor lain adalah gaya, pergeseran,
kecepatan, percepatan, momentum. Oleh karena sebuah vektor harus
dicirikan oleh besar dan arahnya, maka operasi matematika yang melibatkan
vektor-vektor tentu saja lebih rumit dibanding operasi matematika pada
skalar.
1.4 Materi Kurikuler Fisika SMA
Di samping itu ada beberapa definisi dan konvensi penting untuk skalar:
-S= -1xS arti dari – S
S = S jika S0
S1- S2 = S1 + (-S2) definisi pengurangan
modulus bilangan positif
S S jika S 0 modulus bilangan negatif
arah negatif sistem koordinat yang digunakan dan tidak menyatakan nilai
Kelima cara menotasikan dan menuliskan sebuah vektor ini adalah cara
yang sering digunakan dan semuanya dapat digunakan tergantung mana
yang lebih memudahkan menulis serta konsisten. Besar (magnitude) suatu
vektor kadang-kadang disebut panjang vektor, yang adalah bilangan non-
negatif dan diperoleh dari harga mutlak vektor, yaitu:
F besar vektor F
Karena besar suatu vektor tidak lain adalah skalar, maka dapat dituliskan
F F besar vektor F
Gambar 1.1
Wakilan grafis vektor dan vektor-vektor kolinear
Pada gambar di atas, vektor A , B dan C digambarkan dalam sebuah
sistem koordinat kartesian dua dimensi. Besarnya vektor A dinyatakan
dengan panjang anak panah (yang dapat dihitung dengan rumus Pythagoras)
dan arahnya dapat dilihat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu
horizontal yang dapat dihitung dengan rumus trigonometri.
Apabila beberapa vektor dalam keadaan satu garis atau sejajar satu sama
lain, maka vektor-vektor ini disebut vektor-vektor (yang) kolinear. Vektor-
vektor kolinear dihubungkan satu dengan yang lain secara scaling artinya
skalar/bilangan penyekala. Oleh karena itu hasil scaling atau perkalian vektor
bergantung tanda dari faktor skala. Berkaitan dengan faktor skala ( ) maka
adalah sebuah vektor baru dengan besar yang berbeda tetapi arahnya
Gambar 1.2
Beberapa wakilan grafis vektor kolinear dan anti sejajar
1. Penjumlahan Vektor
Operasi penjumlahan (sering digunakan untuk mencari resultan vektor)
untuk vektor-vektor memiliki aturan-aturan penjumlahan agak berbeda.
Dalam hal ini penjumlahan dua buah vektor sangat mudah digambarkan bila
a b c
titik A ke C melalui B menghasilkan:
(1.1)
yaitu pergeseran total yang merupakan vektor resultan c AB BC AC
yang secara geometri seperti pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3
Wakilan grafik penjumlahan dua vektor
1.8 Materi Kurikuler Fisika SMA
Gambar 1.4
Aturan penjumlahan jajaran genjang
a b a (b ) c
selisih vektor dapat didefinisikan sebagai berikut:
(1.2)
adalah vektor yang besarnya sama | B |=| b | namun arahnya berlawanan (anti
sejajar). Gambar (1.5) wakilan geometris dari pengurangan vektor.
Gambar 1.5
Selisih vektor (aturan segi tiga dan aturan jajaran genjang)
Gambar 1.6
Aturan Penjumlahan Poligon
x y y x
( x y) z x ( y z)
aturan komutatif penjumlahan
( x y) x y
aturan asosiatif penjumlahan
aturan distributif
( + ) x = x + x
aturan distributif
Gambar 1.7
Wakilan grafis komutatif penjumlahan vektor
Vektor satuan â karena itu adalah vektor yang memiliki besar satu satuan
dengan arah yang sama dengan vektor A asli. Dengan definisi ini maka
sebuah vektor A sebaliknya dapat juga dinyatakan dalam suku-suku vektor
A | A| aˆ Aaˆ
satuan, misalnya
(1.4)
Dengan kata lain sebarang vektor yang kolinear dengan vektor A akan dapat
dinyatakan dalam suku-suku vektor satuan â . Sebagai contoh sebuah vektor
B yang mempunyai besar 10 satuan dengan arah yang sama dengan A dapat
dituliskan sebagai B 10aˆ satuan.
Gambar 1.8
Wakilan geometris vektor F dalam 3 dimensi (kartesian 3D)
1.12 Materi Kurikuler Fisika SMA
Gambar 1.9
Penguraian vektor dalam koordinat kartersian
PQ OQ OP
dengan menggunakan aturan penjumlahan dua vektor, sehingga
A ( Ax , Ay , Az ) . Bila A PQ maka
atau dalam notasi singkat
Ax x2 x1 , dst.
Gambar 1.10
Sudut-sudut antara komponen-komponen vektor
Contoh soal:
Sebuah titik dalam koordinat kartesian diberikan oleh koordinat (4,5,6).
Carilah vektor posisi titik tersebut dan berapakah besar vektor posisi
tersebut?
PEFI4425/MODUL 1 1.15
Penyelesaian:
Definisi: Vektor posisi adalah vektor jarak yang ditarik dari titik asal
sistem koordinat ke titik yang ditinjau. Oleh karena itu vektor posisi titik
R 4iˆ 5 ˆj 6kˆ
(4,5,6) adalah yang mempunyai besar
R 42 52 62 77 satuan.
Contoh Soal:
Dua buah vektor A 2iˆ 3 ˆj 4kˆ dan B 3iˆ 7 ˆj 4kˆ .
Carilah
vektor jumlah (resultan) dari dua vektor tersebut dan berapakah besarnya?
Penyelesaian:
Apabila vektor hasil tersebut adalah C maka
C A B (2 3)iˆ (3 7) ˆj (4 4)kˆ 5iˆ 10 ˆj
dan C = |C |
= 125 satuan. Arahnya dapat Anda tentukan dengan menghitung sudut.
Sampai saat ini kita hanya membahas vektor secara umum, dan sifat-sifat
vektor dievaluasi untuk vektor pergeseran. Di dalam sains dan teknik banyak
sekali besaran-besaran fisika yang memenuhi sifat-sifat vektor seperti telah
disampaikan di atas, misalnya gaya, kecepatan, percepatan dan lain-lain.
Kita tinjau vektor gaya gravitasi ini (nanti akan kita bahas secara khusus
mengenai vektor gaya). Semua vektor mematuhi hukum-hukum yang sama
seperti telah kita tetapkan untuk vektor pergeseran sehingga:
1.11 yang terdiri dari tiga buah gaya yang kita gambarkan secara
diagramatik.
Untuk membuktikan bahwa gaya sebenarnya adalah sebuah vektor maka
kita harus dapat membuktikan bahwa bila dua buah gaya dikenakan pada
sebuah titik secara simultan maka harus ada gaya tunggal yang ekuivalen
dengan resultan kedua gaya, menurut aturan penjumlahan segitiga. Akan
lebih mudah jika kita tinjau tiga gaya tersebut dalam koordinat kartesian
(tegak lurus) dua dimensi, di mana ketiga gaya bertemu di titik O (lihat
Gambar 1.11) dan kita atur gaya (ambil F3 ) sampai terjadi kesetimbangan.
Besar dan arah vektor lain F1 dan F2 dapat di atur dengan mengubah berat
M1 dan M2 sekaligus menentukan dan . Besarnya F3 yang mempunyai
Sifat vektor suatu gaya dibuktikan jika dengan semua cara penyusunan yang
memberikan keadaan setimbang, maka anak panah-anak panah yang
Gambar 1.11
Diagram gaya sistem katrol memenuhi aturan penjumlahan segitiga
E. PERKALIAN VEKTOR
1. Perkalian Skalar
Perkalian skalar mempunyai implikasi dan interpretasi penting secara
geometris. Beberapa hukum fisika juga menerapkan perkalian skalar ini
dalam rumusannya. Kita misalkan vektor A dan vektor B seperti pada
Gambar 1.12.
Gambar 1.12
Produk skalar dua vektor
1.18 Materi Kurikuler Fisika SMA
Definisi:
Kemudian jika kita mempunyai dua vektor sembarang P dan Q, yang
adalah
(1.18)
i 1
dengan eˆ1 , eˆ2 , eˆ3 iˆ, ˆj , kˆ vektor satuan. Maka hasil kali skalar
(a) P Q Q P
beberapa hal:
(hukum komutatif)
(b) P P P
2
Dengan sifat-sifat ini maka untuk vektor A dan B dalam Gambar 1.12 kita
dapat menyatakan persamaan (1.16):
A B ( A B) ( A B) A A A B B A B B
2
= A 2 A B B
2 2
(1.20)
Membandingkan persamaan (1.20) dan (1.16) maka kita dapatkan:
PEFI4425/MODUL 1 1.19
A B A B cos
(1.21)
Interpretasi geometris dari perkalian skalar ini (persamaan (1.21)) adalah
seperti pada Gambar 1.13 berikut.
Gambar 1.13
Interpretasi geometris perkalian vektor
pada B. Jadi perkalian skalar dua vektor dapat juga dinyatakan sebagai:
Hasil kali skalar vektor A dan B adalah hasil kali dan komponen
B pada A, atau hasil kali dengan komponen A pada B.
A B
Dari persamaan (1.21) kita juga mempunyai:
cos (1.22)
AB
Contoh Soal:
A 2iˆ ˆj kˆ B iˆ 2 ˆj 2kˆ .
Dua buah vektor adalah dan
Tentukan komponen A pada B dan juga komponen B pada A?
A cos , dengan
Penyelesaian:
Dari definisi, maka komponen A pada B adalah
Contoh Soal:
Carilah sudut antara vektor A 2iˆ ˆj 2kˆ dan B iˆ 2 ˆj 2kˆ ?
Penyelesaian:
A B Ax Bx Ay By Az Bz A B cos .
Kita gunakan rumus gabungan dari persamaan (1.19) dan (1.21) yaitu
Kita hitung bahwa
3. Perkalian Silang
Hasil kali vektor antara dua vektor (perkalian silang/cross-
product/outter-product/vector product) memiliki aplikasi yang luas baik
dalam fisika maupun teknik. Bagaimana operasi vektor ini muncul secara
PEFI4425/MODUL 1 1.21
alamiah marilah kita tinjau lebih dulu bidang luasan jajaran genjang seperti
pada Gambar 1.14 di bawah ini.
Gambar 1.14
Luasan jajaran genjang untuk definisi perkalian vektor
L A B sin
Dari Gambar (1.14) ini maka luas jajaran genjang adalah
(1.23)
Kemudian dapat kita definisikan vektor luasan jajaran genjang tersebut L
dengan luas L dan mempunyai arah tegak lurus bidang luasan tersebut, misal
arahnya dinyatakan oleh vektor satuan n̂ yaitu
L Lnˆ ( AB sin )nˆ
(1.24)
Kalau kita lihat, vektor luasan ini adalah hasil kali dua vektor A dan B dan
mempunyai arah tegak lurus A dan B yaitu n̂ . Akan tetapi ada dua pilihan
arah bidang yang tegak lurus luasan L yaitu n̂ dan n̂ ’=- n̂ . Sehingga untuk
perkalian vektor kita definisikan menurut aturan tangan kanan (right-handed
rule), seperti pada Gambar 1.15 di bawah ini.
Gambar 1.15
Kaidah tangan kanan
1.22 Materi Kurikuler Fisika SMA
Dengan aturan tangan kanan ini maka hasil kali vektor (cross product) dari
dua vektor A dan B adalah
Untuk (0 α 180o )
C = A × B = (ABsinα)nˆ (1.25)
Perkalian ini juga sering disebut dengan perkalian silang dua vektor
mengingat simbol silang di antara dua vektor selalu dimaknai sebagai
persamaan (1.25). Besarnya vektor hasil kali silang di atas adalah suku dalam
tanda kurung pada persamaan.
Kemudian berkaitan dengan pilihan arah menurut aturan tangan kanan
A B B A
dan sifat-sifat perkalian silang tersebut dapat kita ringkas di sini:
A ( B C ) A B A C )
(anti komutatif) (1.26)
(hukum distributif) (1.27)
A ( B) ( A) B ( A B)
(1.28)
A A 0 B B 0
(1.29)
(1.32)
Atau untuk memudahkan mengingat dapat kita nyatakan dalam bentuk
determinan matriks:
PEFI4425/MODUL 1 1.23
iˆ ˆj kˆ
A B a x
ay az (1.33)
bx by bz
yang penjabarannya adalah persamaan (1.32).
Gambar 1.16
Gerak orbit partikel dalam bidang lingkaran
Pada kesempatan yang akan datang akan kita tinjau gerak ini secara rinci
memanfaatkan konsep perkalian silang.
yang melibatkan diferensial dan integral. Berkaitan dengan ini maka banyak
konsep-konsep fisika yang memerlukan bantuan operasi kalkulus vektor.
Kita mulai kuliah kalkulus vektor ini dengan melihat diferensial vektor.
1. Diferensial Vektor
Untuk tujuan di atas, maka sebelum kita pelajari lebih lanjut, kita
definisikan dulu pengertian diferensial dari teorema limit fungsi berikut ini.
lim a (t t ) a (t )
diferensial (turunan) pertamanya adalah
da (t )
t 0 t
(1.34)
dt
Oleh karena itu dapat kita ringkas beberapa aturan diferensial vektor sebagai
d ( F G ) dF dG
berikut, khususnya diferensial vektor hasil operasi vektor dan skalar:
(1.35)
dt dt dt
d ( F G) dF
G F
dG
(1.36)
dt dt dt
d ( F G) dF dG
G F (1.37)
dt dt dt
G f
d ( fG) df dG
(1.38)
dt dt dt
Jika G adalah vektor konstan, maka diferensialnya adalah
G
d ( fG ) df
(1.39)
dt dt
Jika vektor diuraikan dalam basis kartesian maka diferensial terhadap waktu
d ( F Fxiˆ Fy ˆj Fz kˆ)
adalah sebagai berikut.
i j
dFx ˆ dFy ˆ dFz ˆ
k (1.40)
dt dt dt dt
PEFI4425/MODUL 1 1.25
Contoh Soal:
Kita tinjau partikel yang bergerak melingkar beraturan dalam bidang x-y
(kartesian dua dimensi). Lintasan gerak partikel membentuk lingkaran
dengan jari-jari r dan partikel bergerak dengan laju konstan v (lihat gambar).
Carilah kecepatan dan percepatan partikel tersebut?
Penyelesaian:
Untuk memudahkan perhitungan dan pemahaman kita lihat Gambar 1.17
berikut ini.
Gambar 1.17
Gerak melingkar beraturan partikel m
Vektor posisi dari partikel m dapat kita tuliskan (seperti yang telah kita
Contoh Soal:
Penyelesaian:
Vektor posisi dengan koordinat polar dengan vektor satuan ( eˆr , eˆ )
r reˆr
seperti pada Gambar 1.18 , yaitu
(1.41)
Kita lihat bahwa eˆr vektor satuan dalam arah r selalu berubah terhadap
waktu. Diferensial terhadap waktu persamaan (1.41) menghasilkan
kecepatan:
v eˆr r r
dr dr deˆ
(1.42)
dt dt dt
Gambar 1.18
Gerak partikel dalam koordinat kutub
PEFI4425/MODUL 1 1.27
Dari gambar ini maka eˆr adalah dalam arah ê yang tegak lurus eˆr
dan dalam arah mana bertambah . Jadi dapat kita ambil pendekatan
dengan eˆr
(1.43)
adalah panjang busur lingkaran dengan radius eˆr dan sudut
. eˆr
eˆr
Akan tetapi karena adalah fungsi waktu maka
ˆr reˆ
v re
Dengan ini maka persamaan (1.42) dapat kita tuliskan menjadi
(1.45)
Selanjutnya kita dapat melihat dari gambar bahwa eˆ eˆr 0 karena kedua
0
d deˆ deˆ
(1.46)
dt dt dt
yang dengan persamaan (1.43) menjadi:
eˆr eˆ
deˆ
(1.49)
dt
Dengan persamaan (1.49), (1.45),(1.46) maka dapat kita simpulkan bahwa
eˆr
deˆ
(1.50)
dt
Dengan persamaan (1.50) dan (1.44) maka percepatan partikel dalam
koordinat kutub adalah
1.28 Materi Kurikuler Fisika SMA
a (t ) a (t ) reˆr r r reˆ reˆ r
dv deˆ eˆ
(1.51)
Contoh Soal:
Sebuah partikel mempunyai lintasan gerak yang dinyatakan dengan
r (t ) (t 3 2t )iˆ 3e2t ˆj 2sin(5t )kˆ .
fungsi jarak sebagai berikut:
Carilah kecepatan partikel pada saat t = 0?
Penyelesaian:
Dengan aturan diferensial seperti yang telah kita pelajari maka kecepatan
partikel adalah:
v(t ) (3t 2 2)iˆ 6e2t ˆj 10cos(5t )kˆ
dr
dt
Untuk v(t 0) maka dapat dihitung:
dan (atau) juga merupakan fungsi waktu misalnya saat musim dingin dan
musim panas. Oleh karena itu secara umum medan skalar memenuhi bentuk
fungsi f (r , t ) . Contoh medan vektor adalah kecepatan angin, karena
(i) kecepatan adalah vektor;
(ii) memiliki besar dan arah yang merupakan fungsi koordinat ruang-
waktu.
Secara umum medan vektor dinyatakan dengan bentuk fungsi f (r , t ) .
f f f
Jika f adalah medan skalar yang dapat dideferensialkan dalam domain D.
x y z
Turunan pertama fungsi ini (yaitu , , ) menggambarkan laju
Gambar 1.19
Definisi turunan arah fungsi
1.30 Materi Kurikuler Fisika SMA
Gambar menyatakan sebuah vektor posisi R0 untuk titik P0 dan vektor
sembarang U suˆ dengan û adalah vektor satuan dan s adalah pengali
biasa dan tidak lain adalah jarak dari titik P 0 ke titik sembarang R. Dari
definisi vektor satuan dan perkalian skalar, maka kita boleh menyatakan
vektor satuan û ini dengan:
uˆ cos iˆ cos ˆj cos kˆ
(1.53)
Vektor satuan û ini memberikan definisi arah pada vektor U pada titik P0.
f ( P ) f ( P0 )
kalkulus, yaitu turunan f di titik P0 dalam arah û adalah sebuah limit,
( P0 ) lim
df
s 0
f ( x0 s cos , y0 s cos , z0 s cos ) f ( x0 , y0 , z0 )
ds s
s 0
= lim
s
(1.55)
g ( s) g (0)
maka persamaan (1.55) menjadi:
g '(0) lim
s 0
(1.57)
s
Sekarang jika kita diferensialkan persamaan (1.56) terhadap s lalu mengambil
f dx f dy f
s = 0 maka:
g '(0) ( P0 ) ( P0 ) ( P0 )
dz
x ds y ds z
(1.58)
ds
Sementara itu dari persamaan (1.54) kita mempunyai:
f f f
Jadi turunan arah di titik P0 dalam arah vektor satuan û adalah
f f f
Penyelesaian:
4x y ; x z2 ; 2 xy
x y z
Turunan parsial
f f f
Sehingga pada titik (1,-1,2) nilai perubahan fungsi adalah
4 x y = 3; x z2 =5 dan 2 xy = -4
x y z
Kita perlu menentukan vektor satuan A yaitu aˆ = 3 A . Oleh karena itu
A 1
A
turunan arah pada titik (1,-1,2) pada arah A adalah:
f f f
( P ) ( P )cos ( P )cos ( P )cos
df
x y z
(1.61)
ds
f f f
Kita definisikan sebuah vektor berbentuk:
( P ) f ( P ) uˆ
df
(1.63)
ds
Persamaan (1.62) kita lihat adalah medan vektor (berbentuk vektor) dan kita
sebut gradien medan skalar. Besaran ini merupakan satu dari konsep penting
1.32 Materi Kurikuler Fisika SMA
dalam analisis vektor dan mempunyai aplikasi yang sangat penting dalam
fisika.
ˆ ˆ
iˆ j k
x y z
(1.64)
Jadi kita tuliskan lagi bahwa gradien dari medan skalar sebarang adalah:
ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ
( iˆ j k) i j
x y z x y z
k (1.65)
( P ) f ( P ) uˆ f ( P ) uˆ cos f ( P ) cos
df
(1.66)
ds
Gambar 1.20).
f ( P )
Gambar 1.20
Vektor gradien
maka berarti f bertambah dalam arah vektor f ( P ) . Dengan kata lain pada
vektor gradien f ( P ) .
titik P, medan skalar f mengalami laju pertambahan maksimum dalam arah
Contoh Soal:
Diberikan f(x,y,z) = x2y + y2z+1. Carilah arah di mana turunan arah f
pada titik (2,1,3) adalah maksimum dan berapakah nilai maksimumnya?
Penyelesaian:
Nilai maksimum turunan arah f pada titik (2,1,3) terjadi dalam arah
vektor gradien f (2,1,3) . Jika f 2 xyiˆ ( x2 2 yz) ˆj y2 kˆ maka
f (2,1,3) = 4iˆ 10 ˆj kˆ . Jadi nilai maksimum turunan arah adalah
f (2,1,3) 117 .
Contoh Soal:
Andaikan distribusi temperatur dalam sebuah bola logam diberikan oleh
T(x,y,z) = a(x2+y2+z2) dengan a adalah konstanta positif. Tunjukkan arah di
mana terjadi pendinginan maksimum (maximum cooling)?
Penyelesaian:
Laju maksimum pertambahan temperatur terjadi dalam arah vektor,
Grad T = 2a ( xiˆ yjˆ zkˆ) 2aR
f ( P )
normal) n̂ dapat dihitung dengan:
nˆ
f ( P
(1.67)
1.34 Materi Kurikuler Fisika SMA
Gambar 1.22
Vektor normal terhadap luasan S
ˆ ˆ
atau nabla yang berbentuk
iˆ j k
x y z
Misalkan kita mempunyai medan vektor F berbentuk umum dalam domain
D,
F ( x, y, z) A( x, y, z)iˆ B( x, y, z) ˆj C ( x, y, z)kˆ
(1.68)
dengan A,B,C mempunyai diferensial orde pertama yang kontinu.
A B C
Divergensi F kemudian didefinisikan dengan,
x y z
div F = (baca: divergensi F) (1.69)
ˆ ˆ
Jika kita gunakan operator del pada F, yaitu
div F = F
(1.71)
Dalam hal ini bukanlah vektor yang sesungguhnya, namun lebih sebagai
2 A 2 B 2C
(i) div (F + G) = div F + div G
Persamaan (ii) ini dikenal dengan Laplacian F yaitu 2F. Aplikasi fisis
untuk divergensi dalam fisika cukup penting, seperti pada studi dinamika
fluida.
Contoh Soal:
Tentukan divergensi dari medan vektor F x2 yiˆ e y zjˆ xsin zkˆ
( x2 y) (e y z) ( x sin z)
Penyelesaian:
2 xy ze y x cos z
x y z
div F =
4) Curl F
Jika kita mempunyai medan vektor dalam domain D berbentuk
F ( x, y, z) A( x, y, z)iˆ B( x, y, z) ˆj C ( x, y, z)kˆ ,
maka didefinisikan
C B ˆ A C ˆ B A ˆ
bahwa curl F adalah
curl F ( )i ( ) j ( )k
y z z x x y
(1.73)
Bentuk ini mudah diingat jika kita nyatakan dalam bentuk determinan
iˆ ˆj kˆ
curl F
x y z
(1.74)
A B C
Jika kita ingat operator del , , maka kita dapat menyatakan juga bahwa
div F = F
(1.75)
Beberapa identitas untuk curl ini adalah sebagai berikut:
(i) curl (F + G ) = curl F + curl G
(ii) curl (fG) = f curl G + grad f x G
Contoh Soal:
A ˆj ( xz2 x2 y z2 3 yz) kˆ(2 xyz) .
Sebuah medan vektor
Hitunglah curl A?
C B ˆ A C ˆ B A ˆ
Penyelesaian:
curl A ( )i ( ) j ( )k
y z z x x y
curl A = F iˆ(2 z 3 y) ˆj (2 yz) kˆ( z2 2 xy)
G. INTEGRAL VEKTOR
a
dan
PEFI4425/MODUL 1 1.37
1. Integral Garis
Misalkan r (t ) x(t )iˆ y(t ) ˆj z(t )kˆ adalah vektor posisi bergantung
P1 A dr C Adx
sepanjang kurva C dari P1 ke P2 yaitu:
A2 dy A3dz
P2
1 (1.76)
dr Adx
tertutup adalah:
A2 dy A3dz
A 1 (1.77)
C C
Secara umum integral garis ini nilainya bergantung pada lintasan yang
A 0 .
dipilih. Integral pada persamaan (1.76) akan bebas lintasan jika dipenuhi
dan ditempatkan dalam medan magnet B(r ) . Gaya magnet yang bekerja
Hitunglah integral garis di antara titik (0,0,0) dan (1,1,1) dan melalui lintasan
(kurva) C yang dinyatakan dengan x = t, y = t2, z = t3?
Penyelesaian:
Dari soal maka r xiˆ yjˆ zkˆ tiˆ t 2 ˆj t 3kˆ . Kita hitung lebih dulu
=2
maka F = grad atau F adalah medan Lamellar atau medan Curl nol.
Solenoidal. Dalam hal ini biasanya medan vektor dapat diklasifikasi ke dalam
Gambar 1.23
Medan irotasional-kompresibel
f
yang mana dari sudut pandang kondisi yang pertama
menghasilkan curl f 0 atau f 0 yaitu grad div f -
Gambar 1.24
Medan rotasional-inkompresibel
(iv) Bila curl f 0 dan juga div F = F 0 . Ini adalah tipe medan yang
Gambar 1.25
Medan rotasional-kompresibel
grad 2
Tapi div F 0 sehingga 2 0 yang menentukan . Sekali lagi curl F =
LAT IH A N
1 d
r!
r dr
E
6) Buktikan bahwa medan listrik elektrostatik dari muatan q terisolasi yang
dinyatakan dengan adalah medan solenoidal, dengan
potensial listrik k !
q
r
V Vy Vz
V x merupakan besaran skalar
x y z
1)
V Vx Vy Vz
merupakan operator skalar
x y z
Jadi V V .
1.42 Materi Kurikuler Fisika SMA
F dr 0 ;
C C C
Sisi OA y = 0 sehingga
OA
F dr 0 y2 3dy 27
Sisi AB dx =0, x =3 sehingga
3
0
F dr x 3dx 27
AB0
0 2
Sisi BC dy = 0, y = 3 sehingga
F dr 0
BC 3
Sisi CO dx = 0, x = 0 sehingga
4) Dari gambar maka x a cos dan y a sin . Medan gaya dapat kita
CO
Integral ini kalau kita selesaikan akan menghasilkan
F dr a 3
2
3
ˆj kˆ iˆ r ˆj r kˆ r
C
(r ) iˆ
x y z r x r x r x
5)
PEFI4425/MODUL 1 1.43
r 2
( x y2 z2 )1/ 2 ... x / r ;
x x
r
( x2 y2 z2 )1/ 2 ... y / r
y y
r 2
( x y2 z2 )1/ 2 ... z / r
z z
d x ˆ d y ˆ d z 1 d ˆ ˆ
(r ) iˆ j k (ix jy kz
Jadi = ˆ )=
1 d
dx r dy r dz r r dx
r
r dx
6) Dapat dihitung E (q( x2 y2 z2 )1/ 2 ) . Komponen medan arah
2
x adalah:
1/ 2 3/ 2
Ex q x y2 z2 qx x2 y2 z2
qx
x r3
E 3 ( xiˆ yjˆ zkˆ) 2 rˆ .
q q
Seluruhnya dapat kita tuliskan:
r r
Kemudian untuk mengetahui apakah medan bersifat solenoidal atau
x y z
tidak dapat kita lakukan uji berikut:
divE q ( 3 ) ( 3 ) ( 3 )
x r y r z r
x 3/ 2
( 3 ) 3 x x2 y2 z2
1 3x2
x
1
x r r3 r5
Namun, .
r
Sehingga dapat kita hitung divergensi medan:
divE 3 5 ( x2 y2 z2 ) 3 3 0 .
3 3 3 3
r r r r
Karena divergensi medan adalah nol maka medan merupakan medan
solenoida. Secara fisis dapat diinterpretasikan bahwa garis-garis medan
vektor membentuk kurva tertutup.
1.44 Materi Kurikuler Fisika SMA
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
A.
1
r
B.
1
r2
C.
r
2
D.
r2
2
A. ( A B)2 A2 B2 ( A B)2
bentuk perkalian titik adalah ....
( A B)2 A2 B2 ( A B)
B.
C. ( A B)2 A2 B2 ( A B)2
D. ( A B)2 ( A B)2 A2 B2
1.46 Materi Kurikuler Fisika SMA
4) Vektor satuan yang tegak lurus vektor A dan B adalah ....
A B
A. nˆ
A
nˆ
A
A B
B.
A B
nˆ
A B
C. 2
A B
D. nˆ
A B
A. m(11iˆ 6 ˆj 9kˆ)
B. m(11iˆ 10 ˆj 2kˆ)
C. m(10iˆ 10 ˆj 9kˆ)
D. m(11iˆ 10 ˆj 9kˆ)
kombinasi linear A 3B ?
1
3
A. i (17) 10 ˆj
1ˆ 49 ˆ
k
3 3
B. iˆ(17) 4 ˆj
1 49 ˆ
k
3 3
i (17) 10 ˆj kˆ
1ˆ 4
C.
3 3
D. iˆ(17) 10 ˆj kˆ
1
3
PEFI4425/MODUL 1 1.47
8) Sebuah vektor gaya F 3iˆ 4 ˆj 5kˆ (N) bekerja pada benda di titik
100%
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan =
Jumlah Soal
1.48 Materi Kurikuler Fisika SMA
Kegiatan Belajar 2
A nda telah mempelajari aljabar vektor dan kalkulus vektor pada kuliah
sebelumnya. Pada Kegiatan Belajar 2 ini Anda akan menerapkannya
untuk masalah-masalah fisika mekanika, yaitu penerapan vektor untuk gerak
benda. Mekanika dapat dikatakan sebagai cabang fisika yang paling tua.
Hukum-hukum mekanika diterapkan baik untuk benda-benda mikroskopik
seperti atom sampai benda makroskopis yang dapat dilihat langsung dengan
mata seperti planet. Studi mekanika biasanya dibagi menjadi dua topik, yaitu:
1. Kinematika: mempelajari gerak benda (obyek) tanpa mempersoalkan
sesuatu yang menyebabkan benda tersebut bergerak. Beberapa definisi/
konsep mendasar berkaitan dengan gerak seperti vektor pergeseran r ,
laju, kecepatan v , percepatan a dan lain-lain, sudah dibahas di sini.
Jadi kita ingin melihat dan menjawab bagaimana (how) benda tersebut
bergerak? Yaitu bagaimana lintasannya, lajunya v, kecepatannya v ,
percepatannya a . Pada konteks ini kita belum memerlukan hukum-
hukum Newton tentang gerak, untuk memecahkan problem.
2. Dinamika: mempelajari gerak benda (obyek) dengan memperhitungkan
sesuatu yang menyebabkan benda tersebut bergerak, yaitu (vektor) gaya.
Di sini selain kita ingin melihat bagaimana benda bergerak juga ingin
menjawab mengapa (why) benda tersebut bergerak? Yaitu kita mesti
meninjau gaya-gaya yang menyebabkan gerak tersebut? Di sini hukum-
hukum Newton mesti diterapkan untuk dapat memecahkan problem.
Dalam kegiatan belajar ini, kita mulai dengan topik kinematika yang
memberikan konsep-konsep dasar penting dalam mekanika. Namun sebelum
kita mempelajari kinematika ini, perlu kiranya Anda mengingat kembali
mengenai konsep sistem koordinat seperti telah disinggung pada submodul
sebelumnya.
A. SISTEM KOORDINAT
Jika kita ingin meninjau mengenai gerak benda maka (ada baiknya) kita
perlu memilih sistem koordinat yang paling tepat yang akan kita gunakan
untuk memecahkan problem mekanika kita. Pada dasarnya kita boleh
1.50 Materi Kurikuler Fisika SMA
Gerak benda secara umum dapat memilih salah satu atau kombinasi dari
tipe-tipe gerak berikut, yaitu:
1. Gerak Translasi merupakan gerak dalam garis lurus, misalnya mobil
yang bergerak lurus atau gerak benda jatuh ke permukaan bumi. Sebuah
benda dikatakan bergerak translasi jika sembarang garis yang digambar
pada bagian benda tetap sejajar dengan dirinya sendiri sepanjang waktu
benda bergerak meskipun lintasan yang ditempuh berbentuk kurva
(Gambar 1.26).
Gambar 1.26
Garis A dalam benda tetap sejajar di sepanjang lintasan
Gambar 1.27
Gerak Rotasi roda memutari sumbu (poros roda)
Perlu dibedakan di sini antara be-rotasi dengan tipe gerak rotasi. Be-
rotasi adalah bergerak memutar pada porosnya, sedang tipe gerak rotasi
adalah gerak yang memutari sesuatu.
3. Gerak Vibrasi. Gerak vibrasi ini memiliki karakteristik bergerak bolak-
balik terhadap suatu titik kesetimbangan. Contohnya adalah gerak
ayunan (bandul), pegas.
Jadi di alam, gerak suatu obyek dapat dimodelkan dengan tipe-tipe gerak
di atas. Sebagai contoh meskipun kita tidak mengetahui mode gerak molekul-
molekul sebuah zat yang sebenarnya (benda mikroskopis) namun secara
teoretis dapat didekati sebagai gerak vibrasi.
Selain tipe gerak, kita dapat menyederhanakan analisis gerak benda
dengan memandang sebuah benda sebagai benda titik. Jadi meskipun sebuah
benda tentu mempunyai ukuran baik besarnya maupun beratnya namun pada
kondisi tertentu untuk perhitungan matematis, dapat kita telaah sebagai benda
titik jika ukuran benda jauh lebih kecil dibanding ukuran lintasan yaitu jarak
yang ditempuh. Benda titik ini dianggap mempunyai ukuran nol dan sering
dalam mekanika benda titik ini disebut juga partikel. Contohnya adalah bumi
mengitari matahari dapat dianggap sebagai benda titik sehingga analisis
matematis yang diperlukan menjadi sederhana. Contohnya lagi, gerak bola
yang ditendang di udara dapat dianggap sebagai benda titik. Obyek yang
tidak bergerak rotasi sering juga dapat dianggap sebagai benda titik.
1.52 Materi Kurikuler Fisika SMA
C. KINEMATIKA
Gambar 1.28
Pergeseran partikel dari titik P ke Q
Vektor jarak digambarkan terhadap titik asal koordinat (0) dan sering
juga disebut vektor posisi karena memberi gambaran posisi sebuah benda
terhadap acuan yang disepakati bersama yaitu titik 0. Misalkan obyek
PEFI4425/MODUL 1 1.53
mencapai titik P pada waktu t1 dan pada titik Q pada waktu t2. Pada Gambar
1.28, sebuah partikel di titik P digambarkan dalam sistem koordinat
kartesian, terhadap titik asal koordinat 0, dicirikan oleh vektor posisi r1 . Pada
titik Q partikel dicirikan oleh vektor posisi r2 . Titik Q dan P dikaitkan
r r2 r1 . Vektor pergeseran r yang
dengan vektor pergeseran
menunjuk titik Q merupakan vektor relatif karena relatif terhadap titik
tertentu (dalam hal ini P) yang bukan titik acuan bersama (0). Sembarang
vektor (misal r ) selanjutnya dapat kita uraikan dalam komponen-komponen
x, y dan z seperti Gambar 1.29 berikut ini.
Gambar 1.29
Vektor pergeseran (posisi) dalam komponen x, y dan z
Gambar 1.30
Mobil bergerak linear dalam sumbu X
1.54 Materi Kurikuler Fisika SMA
(1.78)
Kecepatan (vektor) adalah rasio vektor pergeseran terhadap perubahan
waktu. Arah kecepatan sama dengan arah vektor pergeseran. Jadi gambaran
fisis dari kecepatan adalah menyatakan benda bergerak dengan besarnya
Gambar 1.31
Obyek bergerak dari titik 0 ke titik A lalu berbalik ke titik B
Dari Gambar 1.31, vektor pergeseran adalah x 0 A AB 0B ,
x x2 x1
matematika ditulis dengan
v ( rata-rata)
t t2 t1
(meter/detik) (1.79)
Jadi laju rata-rata adalah besaran skalar, sedangkan kecepatan adalah vektor.
Sebagai contoh, Anda mengendarai sepeda motor dan melihat spedometer.
Yang terbaca adalah laju rata-rata dan bukan kecepatan karena ke manapun
arah Anda pergi asal putaran mesin dipertahankan sama maka jarum
PEFI4425/MODUL 1 1.55
x
lintasan. Kecepatan sesaat didefinisikan dengan:
v lim
t 0 t
(meter/detik) (1.80)
Kemudian besarnya kecepatan sesaat di suatu titik tidak lain adalah laju
(speed) gerak benda tersebut. Sebagai contoh pada suatu saat, sebuah pesawat
terbang bergerak ke utara pada 500 km/jam, dan pesawat yang lain bergerak
ke selatan pada 500 km/jam. Keduanya mempunyai laju sama 500 km/jam
namun kecepatannya berbeda. Perlu diingat juga, jika benda bergerak
seragam maka kecepatan rata-rata akan sama dengan kecepatan sesaat.
Gambaran ini akan lebih jelas jika kita lukiskan dalam bentuk grafik
pergeseran terhadap waktu, seperti Gambar 1.32. Kemudian jika kita hanya
Gambar 1.32
Wakilan grafis (a) obyek diam (b) Bergerak seragam
x x2 x1
yaitu:
v
t t2 t1
(1.81)
xP Q xP xQ
waktu tidak mesti sama. Misalnya untuk interval [P,Q] dihitung dengan:
vt1t 2
t t2 t1
(1.82)
Gambar 1.33
Kurva X-t untuk gerak tak seragam
v v2 v1
rata-rata didefinisikan dengan:
t t2 t1
a (rata-rata) = (1.83)
v
suatu titik didefinisikan dengan:
t 0 t
a = lim (1.84)
Gambar 1.34
Plot v-t untuk gerak beraturan
Gambar 1.35
Gerak dengan percepatan tak seragam
Contoh Soal:
Gambar berikut melukiskan gerak skydiver dalam pengaruh gesekan
udara. Sumbu x positif menggambarkan arah gerak jatuh skydiver, sehingga
makin mendekati permukaan bumi maka x bertambah. Tentukan percepatan
skydiver pada (a) t = 3 detik dan pada (b) t = 7 detik!
Gambar 1.36
Penyelesaian:
Dari soal kita tidak mengetahui bentuk fungsi v = v(t), jadi kita hitung
saja percepatan rata-rata. Yang ditanyakan adalah percepatan rata-rata di t = 3
detik dan t = 7 detik, sehingga ini seolah-olah seperti menanyakan percepatan
PEFI4425/MODUL 1 1.59
Gambar 1.37
Garis singgung diambil menghubungkan dua titik A dan B, C dan D
Jadi pada t = 3 detik, skydiver belum jatuh sangat kencang jadi gesekan
udara tidak dirasakan kuat. Jadi dia merasakan gravitasi hampir sebesar
g =10 m/det2. Pada t = 7 detik dia bergerak hampir dua kali cepatnya
sehingga gaya gesekan sangat kuat. Dari grafik x-t juga terlihat pada awal
jatuh kurva sangat melengkung sedangkan pada bagian akhir hampir lurus
sama sekali. Jika kurva x-t lurus berarti kecepatan pada saat itu hampir
konstan dan percepatan yang terjadi adalah cukup kecil.
1.60 Materi Kurikuler Fisika SMA
x
rata-rata dengan:
v
t
Jika kita ambil x1 = 0 (yaitu di titik asal) dan t1 = 0 yaitu benda mulai
bergerak maka kita boleh menuliskan saat t2 = t maka benda berada di x2 = x,
x vt
sehingga dari persamaan tersebut berlaku:
(1.85)
Ini adalah rumus yang amat kita kenal dulu, yaitu jarak sama dengan
kecepatan kali waktu tempuh.
Sekarang jika saat t1 = 0 benda sudah bergerak dengan kecepatan (awal)
v0 dan kemudian bergerak dengan percepatan konstan a dan kecepatan v saat
v v2 v1 v2 v0
t2 = t. Maka kita mempunyai relasi seperti sebelumnya:
a
t t2 t1 t
v v0 at
Atau dapat kita tuliskan dengan:
(1.86a)
v v0 at
Atau secara vektorial dinyatakan dengan:
(1.86b)
Bentuk ini tidak lain adalah bentuk persamaan garis lurus yang sudah kita
kenal yaitu persamaan y = mx + c. Oleh karena itu gerak dengan percepatan
konstan dapat dilukiskan seperti pada gambar 1.38.
PEFI4425/MODUL 1 1.61
Gambar 1.38
Plot v-t untuk gerak dengan percepatan konstan
v0 v
secara matematis dapat kita ambil rata-rata:
v (1.89)
2
v0 v
Pergeseran x menurut persamaan (1.85) adalah:
x vt t (1.90)
2
v0 (v0 at )
Dengan v adalah persamaan (1.86a) maka diperoleh:
x t (1.91)
2
Atau pergeseran untuk gerak dengan percepatan konstan adalah:
x v0t at 2
1
(1.92)
2
1.62 Materi Kurikuler Fisika SMA
Rumus ini persis sama dengan luas di bawah kurva v-t. Jadi pergeseran untuk
gerak percepatan konstan sama saja menghitung luas daerah di bawah kurva
v-t.
Kita dapat menurunkan relasi lain jika t = (v – v0)/a disubstitusikan ke
persamaan (1.90):
v0 v v v v v0 v2 v02
x vt t { 0 }{ }
2 2 a 2a
v2 v02 2ax
Atau kecepatan adalah
(1.93)
Jadi untuk telaah gerak lurus dengan percepatan konstan dapat diberikan
(i) v v0 at
oleh rumus-rumus:
v0 v
(ii) x vt t
2
(iii) x v0t at 2
1
2
(iv) v v0 2ax
2 2
(1.94)
Jika perubahan waktu t diambil kecil sekali maka kita dapat menggunakan
mendefinisikan kecepatan dan percepatan sesaat berdasarkan konsep limit.
konsep diferensial dan integral. Kita tinjau gambar berikut ini, yang mirip
dengan Gambar 1.28.
Gambar 1.39
Kurva lintasan gerak partikel
PEFI4425/MODUL 1 1.63
r (t t ) r (t )
nyatakan lagi dengan:
v lim (r / t ) lim
t 0 t 0 t
. (1.95)
kita ambil cukup kecil yaitu t 0 maka persamaan kecepatan ini dapat
Yang merupakan vektor yang menyinggung kurva C di P. Jika interval waktu
dr vdt r vdt
kalkulus integral untuk mendapatkan vektor posisi:
(1.99)
v v0 at sehingga:
Kita tinjau gerak linear dengan percepatan konstan maka
r r0 v0t at 2
1
(1.100)
2
v adt
(1.101)
lebih mendalam konsep asal kecepatan sudut ini. Aplikasi dari konsep
kecepatan sudut dalam fisika dan teknik dalam hal ini cukup luas. Untuk itu
berjari-jari r dalam bidang x-y (lihat gambar 1.40). Sudut (t ) adalah sudut
kita tinjau partikel yang bergerak dengan laju v pada lintasan lingkaran yang
(t t ) (t )
t t
(1.102)
Gambar 1.40
Gerak rotasi/melingkar
Laju sudut sesaat , analogi dengan kinematika gerak linear yang baru kita
untuk t 0, yaitu
pelajari, pada saat t didefinisikan dengan mengambil limit persamaan (1.95)
d
(1.103)
dt
Apabila gerak partikel dalam laju konstan, laju sudut sesaat partikel adalah
konstan juga dan sama dengan laju sudut rata-rata sepanjang waktu. Satu
putaran penuh mengelilingi lintasan lingkaran adalah pergeseran sudut 2
PEFI4425/MODUL 1 1.65
radian dan memakan waktu T yang disebut perioda. Perioda dan laju sudut
2
dihubungkan dalam persamaan
(1.104)
T
Kemudian jika partikel menempuh jarak 2r selama waktu T maka laju
v 2 r / T
partikel adalah
(1.105)
Menggunakan persamaan-persamaan di atasnya maka hubungan antara laju
sudut dan laju linier partikel adalah
v
(1.106)
r
pusat lingkaran adalah r dan telah menyapu sudut selama bergerak dan
Hubungan ini juga dapat diturunkan dengan cara lain. Jika jarak partikel ke
s
(1.107)
Kita lihat s dan r adalah jarak sehingga tak berdimensi. Untuk itu kita
r
2
Radian dengan sudut diberikan hubungan ini:
1 radian 57,3
360
ds d r rd
Kita kembali ke gerak linear bahwa v = ds/dt, sehingga:
dt (1.108)
v v v
d vd v
Substitusi persamaan ini ke persamaan (1.96) maka:
dt rd r
(1.109)
d
nˆ (1.110)
dt
rotasi, oleh karena itu tegak lurus terhadap r dan karena terletak pada
Arah v adalah tegak lurus vektor posisi r dan juga tegak lurus sumbu
sumbu rotasi.
1.66 Materi Kurikuler Fisika SMA
Gambar 1.41
Vektor r mengelilingi sumbu z dengan besar tetap
Percepatan partikel dapat kita cari dari diferensial kecepatan terhadap waktu
yaitu
a ( v) ( ) ( r )
dv d dv
dt dt dt
(1.112)
untuk partikel dengan laju konstan. Dengan aturan triple product maka kita
a ( r ) r ( ) ( r ) 2 r
peroleh
Hal yang menarik di sini adalah jika dan r saling tegak lurus, yaitu
(1.113)
r terletak dalam bidang lingkaran maka kita akan memperoleh rumusan
terkenal yaitu
a 2 r
dv
(1.114)
dt
b
db
(dengan b konstan) (1.115)
dt
Contoh:
Radius bumi kita sekitar 6400 km, memerlukan 24 jam untuk berotasi pada
sumbunya. Tentukan kecepatan sudut bumi!
s 2 r
Penyelesaian:
v
t
;
v 2 r 2 2
7,3 x 10-5
r 24 hr 3600
rad
s s
r hr
maka kita dapat juga menyatakan bahwa untuk gerak rotasi berlaku (dengan
r (t ) r0 r 0t 12 r t 2
substitusi):
(t ) 0 0t 12 t 2
Atau
(1.116)
Contoh Soal:
Sebuah bola terikat kawat berayun sedemikian rupa sehingga mengalami
percepatan sudut 0,05 rad/det2. Jika sebelumnya telah mempunyai kecepatan
sudut 1,2 rad/det saat awal gerak, berapa derajatkah ayunan tersebut setelah
30 detik?
Gambar 1.42
1.68 Materi Kurikuler Fisika SMA
59 rad
s 2
=3380
v(t ) v0 at r (t ) r 0 r t
(t ) 0 t
(1.117)
2 02 2 0
(1.118)
(i) v r
Jadi untuk gerak rotasi dengan kecepatan konstan kita mempunyai hubungan:
(ii) (t ) 0 0t 12 t
2
(iii) (t ) 0 t
(iv) 2 02 2 0 (1.119)
metode pegas. Sekali lagi untuk benda bermassa yang berada di atas
permukaan bumi akan menderita gaya gravitasi bumi. Besarnya gaya
gravitasi bumi ini adalah:
W mg mgkˆ
(1.120)
Tanda negatif karena berlawanan dengan arah positif sumbu Y yaitu
percepatan gravitasi bumi arahnya ke pusat bumi (lihat gambar 1.44).
Gambar 1.44
Obyek bermassa m dengan vektor posisi r dalam medan gravitasi
Sekarang kita tinjau gerak peluru yaitu gerak yang mempunyai lintasan
parabolik akibat pengaruh gravitasi bumi untuk sebuah benda yang
ditembakkan ke atas membentuk sudut tertentu terhadap permukaan bumi.
Lintasan gerak peluru disebut trayektori. Kita boleh mengandaikan bentuk
lintasan parabolik tersebut seperti Gambar 1.45. Jika peluru ditembakkan ke
sasaran dengan jarak yang relatif jauh maka lintasan peluru yang
sesungguhnya adalah parabolik (melengkung). Jadi agar peluru mengenai
sasaran dengan tepat perlu diperhitungkan sudut tembak dan kecepatan
tembak. Gerak yang mempunyai karakteristik gerak peluru misalnya adalah
gerak lemparan shooting dalam bola basket, gerak semburan air dari selang,
gerak air terjun, gerak roket dan sebagainya.
1.70 Materi Kurikuler Fisika SMA
Gambar 1.45
Lintasan parabolik untuk gerak peluru
Gambar 1.46
Salah satu titik (x,y) pada lintasan gerak peluru
Gerak peluru di atas adalah gerak dalam bidang X-Y, sehingga dapat kita
tan y / x (1.122)
Sekarang jika vektor kecepatan juga dapat diuraikan menjadi komponen-
v vxiˆ vy ˆj
komponennya maka:
(1.123)
PEFI4425/MODUL 1 1.71
a a xiˆ a y ˆj
Dengan cara yang sama untuk percepatan maka,
(1.126)
Jika kita telah menguraikan menjadi komponen-komponennya maka kita
dapat menuliskan untuk masing-masing gerak arah sumbu X dan Y,
menggunakan rumus-rumus gerak dengan percepatan konstan yang telah kita
pelajari, relasi-relasi berikut:
vx v0 x a xt
Sumbu X:
v vx
(i)
(ii) x vxt 0 x t
2
(iii) x v0 xt a xt 2
1
2
(iv) vx v0 x 2a x x
2 2
(1.127)
vy v0 y a yt
Sumbu Y:
(i)
v0 y vy
(ii) y vyt t
2
(iii) y v0 yt
1 2
a yt
2
(iv) vy
2
v02y 2a y y (1.128)
Sekarang untuk gerak proyektil yang ditembakkan dengan kecepatan awal v0
pada sudut theta, maka percepatan ke arah sumbu X adalah nol, yaitu a x = 0,
sedangkan percepatan ke arah sumbu Y adalah percepatan gravitasi bumi
(a) vx v0 x
yaitu ay = -g. Oleh karena itu berlaku:
vy v0 y gt
Dan
(i)
v0 y vy
(ii) y vyt t
2
(iii) y v0 yt
1 2
gt
2
(iv) vy2 v02y 2 gy (1.130)
Kecepatan awal v0 dapat dipecahkan menjadi dua komponen v0x = v0cos dan
v0y = v0sin. Untuk setiap waktu t maka kecepatan proyektil adalah v yang
(a) v vx vy
menurut persamaan (1.123), (1.129) dan (1.130) adalah:
(b) vx v0 x v0 cos
(c) vy v0 y gt v0 sin gt (1.131)
Untuk kasus gerak peluru kita ini kita ambil arah ke atas adalah positif
(arah pertambahan ketinggian) sedang arah ke bawah adalah negatif. Jadi
untuk gerak proyektil adalah gabungan dua buah gerak, yaitu arah
sumbu X yang merupakan gerak dengan kecepatan tetap dan arah Y
yang merupakan gerak dengan percepatan tetap.
Sekarang untuk setiap waktu t maka koordinat partikel (peluru) dapat
x v0 xt (v0 cos )t
diberikan oleh:
(1.132)
y v0 yt gt (v0 sin )t gt 2
1 2 1
(1.133)
2 2
Jika kita menggunakan dua persamaan untuk nilai t yang berbeda-beda maka
lintasan seluruhnya dapat kita berikan sebagai berikut:
PEFI4425/MODUL 1 1.73
Gambar 1.47
Trayektori parabolik gerak peluru
R v0 cos t v0 cos
g g
(1.135)
Kita lihat ternyata jangkauan R bergantung pada sudut dan kecepatan awal.
Jika kecepatan awal dibuat tetap maka agar diperoleh jangkauan maksimum
maka bagian sudut dalam persamaan harus berharga satu yaitu:
Rmax
v02
(1.136)
g
sin(2 ) 1 45
Dengan syarat:
(1.137)
Tinggi maksimum peluru (Y = Ymak= H) juga dapat dihitung dengan
memandang bahwa pada titik tertinggi komponen vertikal kecepatan adalah
vy2 v02y 2 gy
nol yaitu:
Contoh Soal:
Sebuah bola dilempar dengan laju 12 m/det membuat sudut 30 o terhadap
horizontal. (a) Hitunglah waktu sebelum menyentuh tanah? (b) Berapa jauh
bola melayang?
Penyelesaian:
r F
dapat menyatakan hubungan berikut:
(1.139)
Dengan r adalah jarak dari titik rotasi ke di mana gaya dikenakan. Torka ini
juga sering disebut dengan momen gaya (moment of force).
PEFI4425/MODUL 1 1.75
Penyelesaian:
Gaya bekerja melalui titik A pada benda tersebut. Oleh sebab itu dapat
iˆ ˆj kˆ
= 1m 3m 0 kˆ( 1m.20 N ( 3m.1N ))
1N 20 N 0
Contoh Soal:
Sebuah plat bujursangkar digantung pada salah satu sudutnya seperti
pada gambar. Pada diagonal yang berlawanan sebuah gaya 50 N diberikan
dengan menarik melalui sebuah kawat AB. Tentukan momen gaya pada pusat
C plat tersebut?
1.76 Materi Kurikuler Fisika SMA
D. DINAMIKA GERAK
LAT IH A N
v v0iˆ gtjˆ .
2) Sebuah partikel mempunyai persamaan kecepatan
Tentukan posisi partikel pada waktu t jika koordinat awal saat t = 0
adalah (x0, y0)!
3) Lihatlah gambar berikut ini. Pada gambar, partikel bergerak dalam
sumbu X dari titik A ke B. Tentukan posisi partikel saat t = 3 detik yaitu
di titik B!
4) Sebuah bola massa 200 gr jatuh bebas dalam pengaruh gravitasi bumi
dari ketinggian 50 m. Tentukan waktu jatuh bola setelah 30 m jika
percepatan gravitasi bumi adalah g = 10 m/det2!
r (t ) atiˆ bt 2 ˆj ;
1)
v(t ) aiˆ 2btjˆ (2iˆ 3 ˆj ) m/det
dr
dt
a (t ) 2bjˆ =1ˆj m/det 2
dv
dt
2) r xi yj dengan r0 r (t 0) x0i y0 j . v(t ) v0iˆ gtjˆ .
dr
ˆ ˆ ˆ ˆ
dt
Dari hubungan ini maka: dxiˆ dyjˆ (v0i gtjˆ)dt . Sehingga:
x0 0
PEFI4425/MODUL 1 1.79
x(t ) x0 v0t
dr vdt v0idt
r (t ) r0 v0itˆ r (t ) r0 v0itˆ
r (t ) t t
ˆ
r0 0 0
y(t ) y0 v0t gt 2
1
2
Pada soal maka kecepatan awal adalah v = 0 m/det, dan posisi awal di y0
= 0 m sehingga dari rumus:
y(t ) y0 v0t gt 2 .
1
2
v v0 (20 0)im
v v0 at a 5iˆ m/det2
ˆ / det
5)
r r (t 3det) r (t 2det)
t 4det
6)
r (t 2det) {1 3.2 1.2.2}iˆ 2.2 ˆj (11iˆ 4 ˆj ) m.
8) Jika arah positif adalah arah jatuh bola maka dapat kita gunakan rumus:
H = 0+0+1/2.g.t2 t 2 H / g
sampai jatuh:
v(t ) v0 gt sehingga:
Gerak jatuh bebas adalah gerak dengan percepatan konstan sehingga
| v(t ) || v0 gt | 0 | g | 2H / g v 2 gH
9)
PEFI4425/MODUL 1 1.81
r vdt sehingga:
r {v0 (cos iˆ sin ˆj ) gtjˆ}dt =
sembarang titik pada bidang miring. Jika kita lihat perpotongan antara
(v0 sin )t 12 gt 2
trayektori dengan bidang miring maka ini terjadi untuk waktu t:
tan
(v0 cos )t
t
g cos g cos
t = 0 atau =
(iii)
2v0 sin( )
Dari gambar maka saat t = 0 perpotongan adalah pada titik A sedangkan
g cos
pada saat t = perpotongan terjadi di titik B yaitu titik
2v0 sin( )
persamaan :
Sudut tertentu agar diperoleh Rmaks dapat dicari dengan metode berikut.
R {sin(2 ) sin }
v02
g cos 2
(iv.2)
sin(2 ) 1 , yaitu
/ 2 / 4 . Nilai R maksimumnya adalah:
Nilai ini akan maksimum jika diambil
R {1 sin } {1 sin }
v02 v02 v02
g cos2 g (1 sin 2 ) g (1 sin )
(v)
10)
Kita ambil arah positif arah ke atas dan ke bawah negatif dengan titik
awal koordinat adalah pada puncak menara. Kecepatan awal v0 = 29,4
m/det, g = -10 m/det2 dan y0 = - 98 m.
a) Pada titik tertinggi bola berhenti v = 0 sehingga v = v0 – gt t = (v
– v0)/g = (0 – 29,4 m/det)/(- 10 m/det2) = 3 detik.
b) Titik tertinggi dicapai dengan waktu tertinggi yaitu:
y = v0t – ½ gt2 = (29,4 m/det)(3 det) – ½ .10(m/det2).(3det)2 = 44,1
m.
c) Setelah 2 det maka jarak yang ditempuh:
y = v0t – ½ gt2 = (29,4)(2)-1/2.10.22 = 39,2 m.
PEFI4425/MODUL 1 1.83
= 2iˆ 4 ˆj 8k .
ˆ
v2 r2 2 r2 {(5t 2 12t 4)iˆ t 2 ˆj 3tkˆ}
dr d d
dt dt dt
(10t 12)iˆ 3t ˆj 3kˆ 8iˆ 12 ˆj 3kˆ
2
t 2
Kecepatan relatif partikel 2 terhadap partikel 1 adalah:
v21 v2 v1 (8iˆ 12 ˆj 3kˆ) (2iˆ 4 ˆj 8kˆ) (6iˆ 16 ˆj 11kˆ)
R A NG KU M AN
Studi mekanika biasanya dibagi menjadi dua topik, yaitu:
(1) Kinematika: mempelajari gerak benda (obyek) tanpa memper-
soalkan sesuatu yang menyebabkan benda tersebut bergerak. Pada
konteks ini kita belum memerlukan hukum-hukum Newton tentang
gerak.
(2) Dinamika: mempelajari gerak benda (obyek) dengan memperhi-
tungkan sesuatu yang menyebabkan benda tersebut bergerak, yaitu
(vektor) gaya. Di sini selain kita ingin melihat bagaimana benda
bergerak juga ingin menjawab mengapa (why) benda tersebut
bergerak? Yaitu kita mesti meninjau gaya-gaya yang menyebabkan
gerak tersebut? Di sini hukum-hukum Newton mesti diterapkan
untuk dapat memecahkan problem.
Gerak benda secara umum dapat memilih salah satu atau kombinasi
dari tipe-tipe gerak berikut, yaitu:
(i) Gerak Translasi. Merupakan gerak dalam garis lurus, misalnya
mobil yang bergerak lurus atau gerak benda jatuh ke permukaan
bumi.
1.84 Materi Kurikuler Fisika SMA
(ii) Gerak Rotasi. Gerak rotasi ini mempunyai lintasan yang ingin
memutari sesuatu. Lintasan dapat berbentuk lingkaran, elips atau
yang lain.
(iii) Gerak Vibrasi. Gerak vibrasi ini memiliki karakteristik bergerak
bolak-balik terhadap suatu titik kesetimbangan.
v (rata-rata) x ( x2 x1 )i (meter/detik)
definisikan dengan:
ˆ
t t2 t1
Laju rata-rata adalah perbandingan antara total jarak yang ditempuh
x x2 x1
dengan interval waktu yaitu
v ( rata-rata)
t t2 t1
(meter/detik)
x
seragam. Kecepatan sesaat didefinisikan dengan:
v lim
t 0 t
(meter/detik)
a (rata-rata) v v2 v1
Percepatan rata-rata didefinisikan dengan:
t t2 t1
v0 v
rumus-rumus berikut:
(i) v v0 at (ii) x vt t
2
(iii) x v0t (iv) v2 v02 2ax
1 2
at
2
PEFI4425/MODUL 1 1.85
(t ) 0 0t 12 t 2
Untuk gerak rotasi mempunyai rumusan similar yaitu:
(i) v r
(iii) (t ) 0 t 0 2 0
(ii)
2 2
(iv)
Gerak proyektil adalah gabungan dua buah gerak, yaitu arah sumbu
X yang merupakan gerak dengan kecepatan tetap dan arah Y yang
merupakan gerak dengan percepatan tetap. Gerak ini dapat dirumuskan
x v0 xt (v0 cos )t
dengan:
y v0 yt gt (v0 sin )t gt 2
1 2 1
2 2
TES F OR M AT IF 2
A. v 2e iˆ ( 52 3 3) ˆj
60
B. r v kˆ
(hasil kali skalar)
C. r v
(hasil kali vektor)
( r tegak lurus kecepatan v )
D. r // v ( r sejajar kecepatan v )
5) Seseorang bergerak pada jalan lurus dari timur ke barat dan dapat
digambarkan geraknya seperti diagram di bawah ini.
7) Sebuah benda dijatuhkan begitu saja dari atas jembatan dan mencapai
permukaan air sungai dalam waktu 5 detik. Perkirakan tinggi jembatan
tersebut di atas permukaan air? (g = 9,8 m/det2) ....
A. 123 m
B. 223 m
C. 157 m
D. 311 m
A. (12,00 m, 7,90)
B. (12,28 m, 7,90)
C. (12,28 m, 8,0)
D. (12,28 m, 11)
100%
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan =
Jumlah Soal
Tes Formatif 1
1) A.
1
2 2 1
r
2
Kita hitung 2
z2 r
x z2
2
(1)
2
2 2
1/ 2
3x2
x x y z
1 1
2 2
(x y z )
2 2 2 5/ 2
( x y z2 )3/ 2
2 2
(3)
Dengan cara yang sama untuk suku-y dan z:
2
2 1/ 2
3 y2
2 2
1 1
y x y z
2
(x y z )
2 2 2 5/ 2
( x y z2 )3/ 2
2 2
(4)
2 1/ 2 2
z2 x2 y2 z2
1 3z 1
(x y z )
2 2 2 5/ 2
( x y z2 )3/ 2
2 2
(5)
1 3( x y z )
Dapat kita jumlahkan untuk seluruh suku:
2 2 2
2 2 2
3
r (x y z ) ( x y z2 )3/ 2
2 2 5 / 2 2
(6)
1
Atau dapat kita buktikan 2 =0, sehingga 1/ r adalah
r
solusi.
arah adalah:
A B
cos x 3/ 9 1/ 3 .
A B
cos 1/ 3 ; cos 5/ 9 ; cos 7 / 9
A B ABsin nˆ ; ( A B)2 ( A B) ( A B)
3) A.
A B
4) D. nˆ
A B
5) D. m(11iˆ 10 ˆj 9kˆ)
iˆ ˆj kˆ
L r mv m 4 3 2 ... m(11iˆ 10 ˆj 9kˆ) satuan.
1 2 3
6) A.
A 3B
1
3
(iˆ 3 ˆj 4kˆ) 3(2iˆ 3 ˆj 5kˆ) iˆ(17) 10 ˆj kˆ
1 1 49
3 3 3
7) C. m= - 5, dan n = 6.
mA nB C 2iˆ 3 ˆj
8) D. 30iˆ 25 ˆj 2kˆ .
iˆ ˆj kˆ
R F 2 2 5 30iˆ 25 ˆj 2kˆ
(Nm)
3 4 5
9) C. -3
Kita terapkan ke konsep integral garis:
z0 0
Berturut-turut dengan cara yang sama maka hasil integral total
adalah:
A dr 1 1 5 3
C
Tes Formatif 2
v (6 2e60 )iˆ ( 52 3 3) ˆj ( 12 )kˆ
1) C.
a 2et iˆ 5cos tjˆ 3sin tkˆ
dv
dt
v (2et iˆ 5cos tjˆ 3sin tkˆ)dt
Jadi
kembali ke atas kita mempunyai:
1.92 Materi Kurikuler Fisika SMA
2) A 6 5 m/det.
r 3e2t iˆ 4sin 3tjˆ 5cos3tkˆ
7) A. 123 m.
Gunakan rumus y = v0t + ½ gt2 dengan acuan y = 0 di lantai
jembatan. Benda dijatuhkan begitu saja artinya benda jatuh bebas
dengan kecepatan awal nol.
8) C. 241 m
Dengan rumus y = v0.sin.t – ½ gt2 maka dapat dihitung bahwa
tinggi bukit y = 241.
9) A. 128,3 m.
Glosarium
skalar/bilangan penyekala.
Vektor koplanar : Apabila vektor A dan B dalam satu bidang disebut
vektor-vektor (yang) koplanar dan bila merupakan
vektor yang segaris dan sekaligus sebidang maka
disebut vektor-vektor koplanar dan kolinear.
Aljabar vektor : Operasi matematika vektor dengan vektor dapat berupa
perkalian skalar yang menghasilkan skalar, atau
perkalian vektor yang menghasilkan vektor.
Kalkulus vektor : Operasi matematika vektor dapat juga dalam bentuk
kalkulus vektor seperti untuk gradient, curl,
divergensi, teorema stokes, teorema divergensi.
Analisis vektor : Perhitungan-perhitungan fisika yang melibatkan
besaran-besaran fisika perlu memperhatikan penerapan
analisis vektor yang mencakup aljabar dan kalkulus
vektor.
PEFI4425/MODUL 1 1.95
Daftar Pustaka
Andy Ruina and Rudra Pratap. (2002). Introduction to Statics and Dynamics,
Oxford University Press.
Eutiquio C. Young. (1993). Vektor and Tensor Analysis. New York: Marcel
Dekker.