Perancangan Kota
Perancangan Kota
Perancangan Kota
STUDI LITERATUR
2.1 Perancangan Kota
Perancangan kota (urban design) dipandang sebagai bagian dari proses
perencanaan kota (urban planning) yang berkaitan dengan kualitas fisik
lingkungan kota. Dalam teori urban design menurut Hamid Shirvani (1985)
terdapat delapan elemen perancangan kota yang meliputi:
21
2. Kepejalan Bangunan
Kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan
suatu gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi-luas- lebar-panjang,
olahan massa (desain bentuk), dan variasi penggunaan material.
6. Langgam
23
24
7. Skala
Skala adalah proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan
pengukuran bangunan dan dimensi-dimensi dengan memandang besaran
dari unsur bangunan atau ruang terhadap bentuk-bentuk lain. Rasa akan
skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan
dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.
9. Warna
Warna merupakan suatu fenomena yang diakibatkan dari pencahayaan
dan persepsi visual yang berguna untuk menjelaskan persepsi individu
dalam corak intesitas dan nada. Dengan adanya warna (kepadatan warna,
kejernihan warna), dapat memperluas kemungkinan ragam komposisi
yang dihasilkan. Peranan warna dalam menggambarkan suatu tema
kawasan adalah dengan peranan warna-warna primer (biru, merah, dan
kuning). Warna-warna terang akan memberikan kesan ruang yang lebih
luas, sedangkan warna gelap memberikan kesan sempit dan berat
(Moughtin, 1992, hal. 49)
25
10. Tekstur
Tekstur adalah kualitas yang dapat dilihat dan dirabah yang ada pada
permukaan dalam ukuran, proporsi, bentuk pada bagian benda. Tekstur
juga berfungsi untuk menentukkan sampai dimana permukaan melakukan
pemantulan atau penyerapan cahaya yang datang. Dalam sebuah
komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak
tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek
tekstur.
Komponen penataan sirkulasi dan parkir di dalam Permen PU No.6 Tahun 2007
tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
1. Sistem jaringan jalan dan pergerakan
2. Sistem sirkulasi kendaraan umum
3. Sistem sirkulasi kendaraan pribadi
4. Sistem sirkulasi kendaraan umum informal
5. Sistem pergerakan transit
6. Sistem parkir
25
26
27
28
Manajemen suatu kota seringkali tidak jelas siapa yang harus bertanggung
jawab, siapa pula yang berperan menggerakkan masyarakat menyadari akan
partisipasi terhadap pengelolaan kota. Peran stakeholder sangat penting dalam
manajemen kota, karena beban ini tidak dapat sepenuhnya diberikan pada
pemerintah kota karena berbagai keterbatasan.
8. Kekayaan visual
Beragam visual menarik yang ada di kawasan revitalisasi sangat diperlukan
untuk menambah nilai pemandangan (vista) yang dapat meningkatkan daya tarik
dan nilai estetika kawasan menjadi berkualitas.
5. Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian atau jalan bagi para pejalan kaki merupakan elemen yang penting
dalam perancangan kota, yang diwujudkan sebagai elemen kenyamanan dan
elemen pendukung bagi para penjual eceran serta kehidupan ruang-ruang kota.
Dalam perancangannya, jalur pejalan kaki harus mempunyai syarat-syarat untuk
dapat digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada penggunanya.
Syarat-syarat tersebut adalah :
1. Keseimbangan interaksi antara pejalan kaki dan kendaraan, aman dan
leluasa dari kendaraan bermotor dan ruang yang cukup nyaman bagi pejalan
kaki yang memakainya.
2. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan
hambatan kepadatan pejalan kaki serta Fasilitas yang menawarkan
kesenangan disepanjang jalur pedestrian.
3. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan
naik-turun, ruang yang sempit dan penyerobotan fungsi lain.
4. Faktor kenyamanan sebagai syarat yang penting dalam perancangan
pedestrian serta tersedianya fasilitas kenyamanan publik yang menyatu dan
menjadi elemen jalur pedestrian serta memiliki nilai estetika dan daya tarik,
dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan(contoh : bangku, tempat
sampah, penerangan jalan, dll).
Permen PU No.06 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan menyebutkan bahwa jalur pedestrian tersebut dapat meliputi
29
penyediaan sarana dan prasarana jalur pedestrian. Sarana jaringan pejalan kaki
berupa perabot jalan atau perlengkapan ruas pejalan kaki yang terdiri dari:
a. Jalur hijau
b. Lampu Penerangan
c. Tempat Duduk
d. Pagar Pengaman
e. Tempat Sampah
f. Marka, Perambuan, dan Papan Informasi
g. Halte/Shelter Bus dan Lapak Tunggu
h. Telepon Umum
6. Aktivitas Pendukung
Aktivitas pendukung (activity support) adalah meliputi seluruh penggunaan dan
aktivitas yang membantu memperkuat ruang-ruang umum kota, karena aktifitas
dan fisik ruang selalu saling melengkapi satu sama lain. Bentuk, lokasi, dan
karakteristik suatu areal tertentu akan menarik fungsi, penggunaan dan aktifitas
spesifik. Fungsi utama dari aktivitas pendukung adalah menghubungkan dua atau
lebih pusat-pusat kegiatan umum dan menggerakkan fungsi kegiatan utama kota
menjadi lebih hidup, menerus, dan damai, di samping itu untuk memperkuat
ruang-ruang umum kota saling melengkapi satu sama lainnya (Shirvani, 1985).
Bentuk dari pendukung kegiatan yaitu kegiatan penunjang yang menghubungkan
dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum yang ada di kota, antara lain berupa
ruang terbuka atau bangunan yang diperuntukan bagi kepentingan umum. Bentuk
fisik ruang terbuka dapat berupa taman rekreasi, taman kota, plaza-plaza, taman
budaya, kawasan pedagang kaki lima, jalur pedestrian, kumpulan pedagang
penjual barang-barang seni lainnya.bentuk fisik bangunan/ruang tertutup seperti
29
30
kelompok pertokoan eceran (grosir), pusat pemerintahan, pusat jasa dan kantor
department store, dan lainnya.
Sasmito (2011) menyebutkan bahwa kriteria yang harus dipertimbangkan dan
diperhatikan dalam perancangan activity support yaitu:
1. Terciptanya dialog yang menerus menerus dan memiliki karakter lokal
dalam menarik para pemakai / pengunjung, perlu adanya keragaman dan
intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam ruang tersebut.
2. Menggerakkan dan memberikan dan memberikan kehidupan yang lebih
ramai di dalam kegiatan utama kota, perlu adanya koordinasi antar kegiatan
dengan lingkungan sekitar.
3. Memperhatikan kultur dan pola kehidupan sosial kota.
4. Memperhatikan jarak antar pusat kegiatan dengan skala pejalan kaki.
7. Penanda (Signage)
Penanda adalah segala sesuatu yang secara fisik dapat menginformasikan sesuatu
pesan tertentu kepada masyarakat kota. Bentuk dari penandaan secara fisik
merupakan sesuatu yang mudah untuk dibaca (legibility). Keberadaan penandaan
akan sangat mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro,
jika jumlahnya cukup banyak dan memiliki karakter yang berbeda. Penanda juga
dapat dijadikan sebagai landmark yang juga berfungsi sebagai orientasi.
Berdasarkan jenisnya, penanda dibedakan menjadi:
a. Penanda identitas: digunakan untuk pengenalan kegiatan pada
lingkungan/lokasi tertentu
b. Penanda nama bangunan: digunakan sebagai nama bangunan yang
biasanya dilengkapi dengan petunjuk jenis kegiatan yang ada di dalamnya
c. Penanda petunjuk sirkulasi: disebut sebagai rambu-rambu lalu lintas yang
berfungsi untuk mengatur dan mengarahkan pengendara atau pejalan kaki
dalam sirkulasi
d. Penanda komersial: tanda jenis ini adalah iklan dan reklame
e. Penanda petunjuk ke lokasi dan fasilitas lain: merupakan petunjuk arah,
lokasi kegiatan tertentu yang mempunyai keterangan jarak
f. Penanda informasi: untuk menginformasikan kegiatan di suatu lokasi.
31
8. Pemeliharaan/pelestarian (preservation)
Preservasi atau perlindungan tidak hanya diberlakukan untuk bangunan
bersejarah, tapi juga untuk bangunan dan tempat yang dianggap perlu dilestarikan.
Preservasi juga dilakukan terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan
memperhatikan aspek sejarah kawasan selama aktivitas tersebut masih dianggap
sesuai. Penentuan kawasan dan bangunan cagar budaya berdasarkan permen
kotban ditetapkan berdasarkan kriteria:
a. Nilai sejarah
b. Nilai arsitektur
c. Nilai ilmu pengetahuan
d. Nilai sosial budaya
e. Umur
31
32
Secara fisik menurut Dumbaugh dalam (Faqihuddin, 2016) livable street adalah
jalan yang didesain untuk memenuhi semua kebutuhan setiap individu dan
menyediakan jalur pedestrian yang menerus dan aman bagi pejalan kaki,
mempertimbangkan street furniture sebagai elemen pembentuk estetika jalan,
tersedianya vegetasi, dan parkir. Konsep livable street sudah mulai merubah
beberapa kota untuk mendedikasikan ruang publik kepada para pejalan kaki,
pesepeda, dan para pengguna kendaraan umum sehingga sangat mendorong
meningkatnya minat masyarakat untuk berjalan kaki, bersepeda dan menggunakan
transportasi umum (Lusher, Seaman and Tsay, 2008).
Livable street menurut Yu (2017) harus menjadi lingkungan dimana pejalan kaki
dapat berjalan dengan nyaman, anak-anak dapat bermain dengan aman, dan
penyandang disabilitas juga dapat menggunakan fasilitas dan bergerak bebas.
Menciptakan jalan yang berdaya hidup (livable) tidak hanya sebatas
meningkatkan keamanan, tetapi juga harus meningkatkan kenyamanan berbagai
aktivitas sosial. Kesuksesan ruang yang berdaya hidup dilihat dari semakin
beragamnya aktivitas statis seperti berdiri, menunggu, duduk dan bermain,
dibandingkan dengan aktivitas dinamis.
Lebih jelasnya, livable street harus mampu memberikan dampak positif kepada
masyarakat, misalnya dominasi kendaraan yang menurun menunjukkan bahwa
penyempitan jalur kendaraan, pelebaran jalur pedestrian, penanaman pohon,
penyediaan jalur sepeda, dan lain sebagainya berhasil dilakukan.
33
34
35
36
tumbuhan, memiliki peran penting dalam melindungi jalan dari kondisi cuaca,
menggambar penghalang jalan dan topografi, serta menentukan pemandangan
jalan. Terakhir, komponen desain dan variabelnya meliputi elemen teknis jalan
yang dapat dilihat, panggilan interaktif untuk aktivitas motorik atau dialog sebagai
bagian integral dari lingkungan binaan atau mandiri dan berdiri sendiri,
memberikan tampilan menarik, nyaman, dan jalan setapak yang aman dan jalur
sepeda; mengurangi kemacetan; menjaga kesehatan masyarakat; dan mengurangi
pencemaran lingkungan, kebisingan, dan gangguan penglihatan.
Tujuan akhir dari elemen tersebut adalah definisi ruang jalan, penahanan,
pemeliharaan, kemanusiaan, ketenangan, kenyamanan, dan efisiensi. Jalan terbaik
nyaman untuk dilalui bersama dengan waktu luang dan keamanan. Itu adalah jalan
untuk pejalan kaki dan pengemudi. Mereka memiliki definisi, rasa tertutup dengan
bangunannya; ujung dan awal yang berbeda, biasanya dengan pepohonan. Pohon,
meskipun tidak diperlukan, dapat melakukan lebih dari apa pun dan memberikan
hasil terbaik jika Anda melakukannya dengan benar. Poin kuncinya lagi, adalah
jalanan yang bagus adalah tempat pejalan kaki dan pengemudi bisa bergaul '.
Gambar di bawah ini mengilustrasikan indikator kolektif dari aspek desain dan
lokasi.
Ruang publik eksklusif harus mewakili tempat yang sepenuhnya terbuka untuk
komunikasi dan keselamatan. Ketika pedagang kaki lima dan artis yang tidak
diinginkan menarik lebih banyak pengunjung, mereka bersaing setiap hari untuk
mendapatkan ruang yang memadai. Banyak kebijakan telah berusaha untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Selain itu, jenis kegiatan yang berlangsung di
jalan diklasifikasikan sebagai kegiatan perlu, opsional, dan sosial, masing-masing
dengan sifat dan pengunjungnya sendiri, dan masing-masing mensimulasikan
yang lain untuk mendatangkan lebih banyak pengunjung dan kegiatan. Selain sifat
pameran dan penggunaan pencahayaan, tanda dan warna dapat menarik atau
mengusir orang. Semua ini mengarah pada partisipasi sosial, pertemuan, dan
pembicaraan yang lebih besar, yang pada gilirannya memberikan hubungan yang
lebih besar. Seperti yang dicatat Jan Gehl dalam Ghazi (2019), „Kota yang baik itu
seperti pesta yang menyenangkan - orang tinggal lebih lama dari yang sebenarnya
diperlukan, karena mereka bersenang-senang‟. Berkenaan dengan peningkatan
keberhasilan jalan perkotaan, Gehl menekankan bahwa orang berkomunikasi
melalui tiga proses (mendengar, penglihatan, dan berbicara), dan bahwa
komunikasi dipengaruhi oleh tingkat kepadatan pejalan kaki dan lamanya acara
tetap, termasuk acara sosial dan komunikasi. Menyediakan transportasi yang
nyaman dan aksesibilitas yang baik mengaktifkan jalan yang lebih layak huni,
seperti juga, seperti yang dicatat oleh Allan Jacobs, „makanan enak, pelayanan
bagus, teman baik‟. Sebaliknya, komponen budaya memberi jalan rasa tempat dan
37
38
dan blok pendek sangat berharga karena struktur penggunaan silang yang
rumit yang diizinkan di antara pengguna lingkungan kota'.
2) Kepadatan yang tinggi di antara orang-orang, yang mendorong pertukaran
sosial dan ekonomi, sehingga memfasilitasi pergerakan dan kedekatan
dalam komunitas. Konteks berhubungan dengan menyesuaikan dengan
konteks yang lebih luas, dan mendukung konteks lokal yang ada. Ini juga
menunjukkan pelestarian elemen alam, ruang terbuka, dan perkebunan, dan
melestarikan pusat kota.
3) Indikator keanekaragaman mengacu pada keragaman dalam struktur fisik,
sistem ekonomi, komposisi sosial, penggunaan lahan, pola bangunan, dan
urbanisasi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang sebenarnya. Itu
adalah kunci untuk membangun ekonomi; konvergensi saja tidak cukup.
Seperti yang dirujuk dalam bukunya tentang kehidupan dan kematian kota-
kota besar Amerika, 'Distrik, dan memang sebanyak mungkin bagian
internalnya, harus melayani lebih dari satu fungsi utama; sebaiknya lebih
dari dua. Ini harus memastikan bahwa kehadiran orang-orang yang pergi ke
luar ruangan dengan jadwal yang berbeda dan berada di tempat untuk tujuan
yang berbeda, tetapi yang dapat menggunakan banyak fasilitas yang sama '.
4) Terakhir, parkir merupakan faktor kunci keberhasilan aspek perkotaan.
Semua indikator aspek perencanaan kota dan sub-indikator relatifnya
diilustrasikan pada gambar dibawah ini
39
40
Sejarah CCN
41
Pada tahun 1990-an dahulunya sepanjang koridor Jalan Cibadak sebelum adanya
kawasan kuliner merupakan pasar baju-baju bekas atau disebut dengan Cimol
(Cibadak Mall), namun pada tahun 2005 terjadi konflik antara tukang becak
dengan pedagang baju-baju bekas sehingga menimbulkan kekacauan, masalah
juga sering terjadi antara penghuni toko dengan pedagang baju-baju bekas karena
mengganggu akses keluar masuk toko. Adanya kejadian tersebut polisi
mengharuskan melakukan penutupan Jalan Cibadak dan penghentian aktivitas
untuk sementara secara sepihak selama satu minggu. Akhirnya pemerintah
merelokasi pedagang baju-baju bekas dari Jalan Cibadak ke Jalan Tegalega.
Pedagang yang kini berjualan di Jalan Cibadak merupakan relokasi dari Jalan
Astana Anyar. Walikota Bandung H.AA Tarmana melakukan relokasi
dikarenakan pedagang di Jalan Astana Anyar menimbulkan kemacetan. Semenjak
dilakukan relokasi dari Jalan Astana Anyar ke Jalan Cibadak, perkembangan
kawasan kuliner Jalan Cibadak dari tahun ke tahunnya tidak terlalu pesat. Sikap
masyarakat lokal dengan adanya kawasan kuliner Jalan Cibadak juga tidak
sepenuhnya baik karena akses keluar masuk kendaraan yang menjadi sedikit
terhambat juga menimbulkan kemacetan menjadi permasalahan, namun sisi positif
dari adanya kawasan kuliner tersebut juga untuk menjaga keamanan toko-toko
maupun rumah-rumah dari ancaman kejahatan.
Perkembangan CCN
Awal mulanya, Cibadak Culinary Night digelar dikedua ruas Jalan Cibadak
sebelah barat dan timur. CCN sebelah barat lebih populer dibandingkan sebelah
timur, hal tersebut dikarenakan lokasinya yang dikelola langsung oleh pemerintah
dan kendaraan bermotor tidak diizinkan melintas di sepanjang koridor sebelah
barat. Gambar di bawah ini merupakan gapura sebagai penanda Cibadak Culinary
Night, terdapat dua gapura yang diletakkan di kedua ujung koridor Jalan Sebelah
Barat.
41
42
CCN kini telah dikelola oleh „Forum Cibadak Culinary Night‟ yang
beranggotakan para pedagang, berhasil melakukan kerjasama dengan perusahaan
swasta Gojek dalam hal menerapkan pembayaran cashless. Beberapa ornamen
yang berada di CCN juga merupakan sumbangan dari Gojek seperti lampion,
tenda dan tugu bertuliskan „Gojek‟. Kerjasama tersebut juga sedikitnya telah
memberikan keuntungan bagi pedagang dengan naiknya jumlah penjualan karena
adanya fitur „Gofood‟ yang memudahkan pembeli.
Cibadak Culinary Night menawarkan jenis kuliner yang beragam dari mulai
jajanan ringan, minuman hingga makanan berat. Konon beberapa jenis kuliner
yang dijual merupakan kuliner turun temurun, diantaranya ialah siomay dan nasi
campur. Beberapa jenis kuliner yang dijual juga telah diwariskan kepada dua
hingga tiga generasi, dengan penjual terlama yaitu di atas 10 tahun berjualan dan
yang paling terbaru yaitu lima tahun berjualan.
Jalan Cibadak masuk kedalam SWK Tegalega dengan tujuan penataan ruang yaitu
Pengembangan Industri Kreatif (Mediapolis). Mediapolis merupakan wilayah
yang diperuntukan sebagai pengembang industri media kreatif. DPRI dan Gemah
Ripah Wibawa Mukti (GRWM) dalam (Gaunt, 2015) menyebutkan bahwa
terdapat 15 subsektor yang termasuk dalam industri kreatif yaitu
1. Periklanan
2. Arsitektur
3. Benda seni
4. Kerajinan
5. Desain
6. Fashion
7. Video, film dan fotografi
8. Permainan interaktif
9. Music
10. Seni pertunjukan
11. Penerbitan dan percetakan
12. Layanan komputer dan piranti lunak
13. Televise dan radio
14. Riset dan pengembangan
15. Kuliner
UK Department of Culture dalam (Gaunt, 2015) menyebutkan bahwa indutri
kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta
bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui
penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Tujuan penataan ruang tersebut dapat mendorong para pelaku usaha kuliner
khususnya pedagang kuliner di Jalan Cibadak untuk mampu memanfaatkan
kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk mengelola kegiatan usaha
miliknya. Upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut juga telah dilakukan
melalui kerjasama dengan Dinas UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah)
berupa pelatihan yang diberikan kepada seluruh pedagang di Jalan Cibadak
dengan harapan dapat membangun pelaku usaha kuliner Jalan Cibadak sehingga
mandiri dan mampu membangun perekonomian yang maju.
43
44
3) Zona perdagangan dan jasa. Hal tersebut dapat terlihat dari sepanjang
koridor Jalan Cibadak merupakan deretan toko-toko yang menjual
berbagai macam keperluan sehari-hari.
c. Rencana Pengembangan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung telah merencanakan adanya
pembinaan beberapa tempat-tempat kuliner di Kota Bandung salah satunya yaitu
Cibadak Culinary Night. Penerapan beberapa aturan menjadi hal utama yang akan
diberlakukan di tempat kuliner yang akan dibina. CCN untuk saat ini belum
mendapat giliran menjadi tempat kuliner yang di bina oleh pemerintah, namun
45
rencana pemerintah sendiri bagi CCN yaitu ingin mengubah segmentasi pasar
dengen menerapkan „visit halal’.
45