ISSN 2302-1616
Vol 4, No. 2, Desember 2016, hal 102-106
                                         Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis
                                                                   DOI http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i2.2515
 Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Kubis (Brassica oleracea var. capitata f. alba)
           Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro
               SITI FATIMAH1, FITRI NADIFAH1, ISLAMIATI BURHANUDIN1
             1
               Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
                 Jl. Ring Road Utara, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55283
                                 email: fitri.nadifah@gmail.com
                                            ABSTRACT
     Infectious diseases are diseases caused by pathogenic bacteria that enter the body, multiply and
cause disease. One cause of the disease is a bacterial infection of Staphylococcus aureus. Treatment
of infectious diseases is usually done by giving antibiotic but some types of bacteria become
resistant. Utilization of plants as traditional medicine is growing rapidly and many alternative
medicine used by some communities, one of which is cabbage (Brasicca oleracea var. capitata f.
alba) containing antibacterial compounds such as flavonoids, saponins, polyphenols, tannins and
sulfur. Such compounds capable of inhibiting the growth of bacteria by inhibiting bacterial cell wall
synthesis, protein synthesis, and forming complex compounds against extracellular proteins that
interfere with bacterial cell membrane integrity. This research is an experimental research with the
aim to determine the inhibitory ethanol extract of cabbage (Brasicca oleracea var. capitata f. alba)
against Staphylococcus aureus in in vitro. Antibacterial test method used is that pitting diffusion
method. Ethanol extract of cabbage (Brasicca oleracea var. capitata f. alba) can inhibit the growth
of Staphylococcus aureus on the mark with the formation of a clear zone around the wells which
starts from a concentration of 20%.
Keywords: cabbage (Brasicca oleracea var. capitata f.alba) extract, inhibition, Staphylococcus
          aureus
                                            INTISARI
     Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang masuk ke dalam
tubuh, berkembang biak dan menyebabkan penyakit. Salah satu bakteri yang sering menyebabkan
infeksi adalah bakteri Staphylococcus aureus. Pengobatan penyakit infeksi biasanya dilakukan
dengan memberi antibiotik namun beberapa jenis bakteri menjadi resisten. Pemanfaatan tanaman
sebagai obat tradisional berkembang pesat dan banyak obat alternatif yang digunakan oleh beberapa
masyarakat, salah satunya adalah kubis (Brasicca oleracea var. capitata f. alba) yang mengandung
senyawa antibakteri seperti flavonoid, saponin, polifenol, tanin dan belerang. Senyawa tersebut
mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri, sintesis
protein, dan pembentukan senyawa kompleks melawan protein ekstraselular yang mengganggu
integritas membran sel bakteri. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan
mengetahui daya hambat ekstrak etanol kubis (Brasicca oleracea var. capitata f. alba) terhadap
Staphylococcus aureus secara in vitro. Metode uji antibakteri yang digunakan adalah metode difusi
sumuran agar. Ekstrak etanol kubis dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada
tanda dengan pembentukan zona bening di sekitar sumur yang dimulai dari konsentrasi 20%.
Kata Kunci: daya hambat, ekstrak etanol kubis (Brasicca oleracea var. capitata f. alba),
            Staphylococcus aureus
PENDAHULUAN                                             menimbulkan penyakit. Penyakit infeksi
    Penyakit infeksi adalah jenis penyakit              biasanya banyak terdapat di daerah tropis
yang disebabkan oleh bakteri patogen yang               seperti Indonesia, bahkan ada yang bersifat
masuk ke dalam tubuh, berkembang biak dan               endemik menetap berada dalam masyarakat
Vol 4, Desember 2016                                                                   Biogenesis 103
pada suatu tempat atau populasi tertentu.               yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
Salah satu bakteri yang sering menyebabkan              bahan mineral, atau sediaan sarian yang
infeksi adalah bakteri Staphylococcus aureus.           secara turun temurun telah digunakan untuk
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan                 pengobatan berdasarkan pengalaman (Tjay
terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari            dan Raharjda, 2007).
infeksi kulit ringan, keracunan makanan                      Setiap tanaman memproduksi senyawa
sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi kulit           kimia yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
yang         biasanya         disebabkan         oleh   seperti kubis (Brassica oleracea var. capitata
Staphylococcus aureus yaitu impetigo,                   f. alba) yang mempunyai kandungan senyawa
selulitis,       folikulitis,      dan         abses.   flavonoid, saponin, polifenol, sulfur, dan
Staphylococcus          aureus       juga      sering   tanin. Senyawa tanin mampu menghambat
menyebabkan keracunan makanan karena                    sintesis dinding sel bakteri dan sintesis
adanya enterotoksin yang dihasilkan oleh                protein sel bakteri. Flavonoid berfungsi
Staphylococcus aureus yang terdapat pada                sebagai antibakteri yang membentuk senyawa
makanan yang tercemar (Refdanita dkk.,                  kompleks terhadap protein extraseluler yang
2004).                                                  mengganggu integritas membran sel bakteri
     Bakteri Staphylococcus aureus juga dapat           dan berfungsi sebagai zat anti inflamasi, anti
menyebabkan             infeksi         nosokomial.     oksidan, analgesik dan antibakteri (Manoi dan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri                 Balittro, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk
pemeran utama yang menyebabkan terjadinya               mengetahui ekstrak etanol kubis (Brassica
infeksi nosokomial yaitu sebesar 34%.                   oleracea var. capitata f. alba) mempunyai
Pengobatan penyakit infeksi oleh bakteri                kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus tersebut biasanya                 bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini
dilakukan dengan pemberian antibiotik yang              diharapkan dapat dijadikan sebagai solusi
dapat menghambat atau membunuh bakteri.                 peningkatan kasus resistensi bakteri dan
Antibiotik yang sering digunakan adalah                 sebagai pengobatan alternatif penyakit infeksi
tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan antibiotik           kulit dan keracunan makanan yang
yang dapat mengganggu proses sintesis                   disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
protein dan merupakan antibiotik pilihan yang           aureus.
mampu menghambat bakteri gram positif
maupun          gram        negatif.       Golongan     METODE
Staphylococcus memiliki enzim beta-                          Kubis (Brassica oleracea var. capitata f.
laktamase yang dapat memecah cincin beta-               alba) yang digunakan adalah kubis yang
laktam pada antibiotik tersebut dan                     putih, segar dan tidak cacat yang diperoleh di
membuatnya menjadi tidak aktif (Junaidin                daerah Banyuroto, Magelang, Jawa Tengah.
dan Admin, 2007).                                            Pembuatan ekstrak kubis metode
     Dampak        buruk       penggunaan        obat   maserasi. Kubis (Brassica oleracea var.
yang       tidak     rasional     dan penggunaan        capitata f. alba) dipisahkan dari kropnya dan
antibiotik yang berlebihan yaitu menyebabkan            dikeringkan pada suhu 45°C menggunakan
perubahan ekologi kuman dan menimbulkan                 oven sampai kadar airnya kurang dari 10%.
resistensi kuman (Sadikin, 2011). Dewasa ini            Kubis (Brassica oleracea var. capitata f.
perkembangan pengobatan telah mengarah                  alba) yang telah kering dihaluskan
kembali ke alam (back to nature) karena obat            menggunakan mesin penyerbuk dengan
tradisional telah terbukti lebih aman dan tidak         lubang saringan 1 mm. Serbuk kubis yang
menimbulkan efek samping seperti halnya                 telah halus dimasukkan dalam maserator dan
obat-obat kimia. Pemanfaatan tumbuh-                    direndam dengan etanol 50% lalu diaduk
tumbuhan         sebagai        obat      tradisional   selama 15 menit. Larutan ekstrak didiamkan
berkembang pesat dan banyak dijadikan obat              selama 3x24 jam, ekstraksi di ulang sebanyak
alternatif oleh sebagian masyarakat. Obat               3 kali. Larutan ekstrak di saring menggunakan
tradisional merupakan bahan atau ramuan                 kertas saring. Filtrat yang diperoleh
SITI FATIMAH dkk                                                                         Biogenesis 104
dipekatkan dalam rotary evaporator pada                 dilakukan pengulangan sebanyak 3x. Media
suhu < 50°C sampai kental. Ekstrak etanol               diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
kubis dalam sediaan pasta dibuat menjadi                Bahan yang digunakan sebagai kontrol yaitu
konsentrasi 100% b/v yang diencerkan dengan             PEG 5% dan tetrasiklin. Pembacaan hasil
5% PEG 400 (poliethylen glicol). Ekstrak                dilakukan dengan cara dengan mengukur zona
etanol kubis dalam konsentrasi 100% b/v                 jernih di sekitar sumuran menggunakan
diencerkan menjadi konsentrasi 20% b/v, 40%             mistar.   Pembacaan     hasil  berdasarkan
b/v, 60% b/v dan 80% b/v yang dilakukan                 pengamatan diameter zona jernih di sekitar
secara aseptik dengan volume yang sesuai.               sumuran media MHA kemudian di rata-rata
     Tahap pengujian. Biakan murni                      diameternya.
Staphylococcus aureus dicat gram terlebih
dahulu dan dilihat di bawah mikroskop untuk             HASIL
memastikan koloni dari Staphylococcus                        Dalam penelitian ini ekstrak etanol kubis
aureus. Selanjutnya dari media Na diambil               (Brassica oleracea var. capitata f. alba)
biakan    murni     Staphylococcus    aureus            mampu menghambat pertumbuhan bakteri
menggunakan ose dan disuspensikan dengan                Staphylococcus aureus yang ditandai dengan
NaCl fisiologis 0,85% sebanyak 5 ml                     terbentuknya zona jernih di sekitar sumuran.
kemudian dihomogenkan sampai didapatkan                 Zona jernih tersebut diukur dengan
kekeruhan yang setara dengan 106CFU/ml                  menggunakan penggaris dalam satuan
(Mc Farland1). Kapas lidi steril dicelupkan             milimeter. Kontrol negatif yang digunakan
ke dalam suspensi bakteri lalu ditekan-tekan            pada penelitian ini adalah Polyethilene glycol
pada dinding tabung sehingga tidak terlalu              5% yang berperan sebagai larutan pengencer
basa dan dioleskan pada permukaan media                 ekstrak etanol kubis, sedangkan kontrol
Muller Hinton Agar hingga rata, selanjutnya             positif menggunakan Tetrasiklin.
pada setiap petri dibuat 1 lubang sumuran.                   Data hasil rata-rata diameter zona jernih
Setiap lubang sumuran diberi 20 µl ekstrak              ekstrak etanol kubis terhadap bakteri
etanol kubis (Brassica oleracea var. capitata           Staphylococcus aureus dapat dilihat pada
f. alba) dengan berbagai konsentrasi dan                tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran rata-rata diameter zona jernih ekstrak kubis (Brassica oleracea var. capitata f.
         alba) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
                                                    Zona Jenih (mm)
  No.               Konsentrasi                                                   Rata-Rata (mm)
                                               A           B          C
    1                   20%                    8           8          7                  7,6
    2                   40%                    11          11         13                 11,6
    3                   60%                    12          12         12                  12
    4                   80%                    12          14         13                  13
    5                  100%                    17          17         17                  17
    6                Tetrasiklin               23           -          -                  23
    7                 PEG 5%                   0           0          0                   0
     Berdasarkan data pada tabel 1 di atas,             diameter zona jernih yaitu sebesar 13 mm,
hasil rata-rata terbesar diameter zona jernih           konsentrasi 60% sebesar 12 mm dan
ekstrak etanol kubis (Brassica oleracea var.            konsentrasi 40% yaitu sebesar 11,6 mm. Hasil
capitata     f.   alba)    terhadap   bakteri           di atas menunjukkan bahwa ekstrak etanol
Staphylococcus aureus pada konsentrasi                  kubis mampu menghambat pertumbuhan
100% yaitu sebesar 17 mm sedangkan rata-                bakteri Staphylococcus aureus yang diikuti
rata terkecil diameter zona jernih terdapat             dengan semakin besarnya konsentrasi ekstrak
pada konsentrasi 20% yaitu sebesar 7,6 mm.              etanol kubis maka semakin besar pula zona
Pada konsentrasi 80% didapatkan rata-rata               jernih yang terbentuk di sekitar sumuran.
Vol 4, Desember 2016                                                                Biogenesis 105
PEMBAHASAN                                         biologis dan farmakologi, antara lain:
     Metode ekstraksi yang digunakan pada          flavonoid, saponin, polifenol, sulfur dan
penelitian ini adalah metode maserasi yaitu        tanin. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai
proses pengekstrakan simplisia menggunakan         fungsi     tersendiri     dalam      menghambat
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau       pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
pengadukan pada temperatur ruang. Penelitian       Senyawa tanin mampu menghambat sintesis
ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat         dinding sel bakteri, sintesis protein sel bakteri
ekstrak etanol kubis (Brassica oleracea var.       dan senyawa flavonoid akan membentuk
capitata f. alba) dalam menghambat                 senyawa       kompleks        terhadap     protein
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus          ekstraseluler yang mengganggu integritas
secara in vitro. Metode yang digunakan yaitu       membran sel bakteri (Manoi dan Balittro,
metode difusi sumuran agar, metode ini cocok       2009). Senyawa-senyawa tersebut terbukti
untuk menguji bahan yang berupa cairan.            dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Metode difusi merupakan metode umum yang           Staphylococcus aureus yang dilihat dari
praktis, cepat dalam pembacaan hasil mudah         terbentuknya zona jernih di sekitar sumuran.
dan murah, sehingga cocok untuk digunakan               Penelitian     ini     dilakukan      dengan
dalam penelitian, walaupun pada metode             pengulangan yaitu sebanyak tiga kali dengan
difusi tersebut kadar bunuh minimal tidak          menggunakan 5 konsentrasi, yaitu 20%, 40%,
dapat ditentukan (Faatih, 2005). Media Muller      60%, 80% dan 100%. Berdasarkan hasil
Hinton       digunakan      sebagai       media    penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,         bahwa ekstrak etanol kubis (Brassica
karena media ini telah direkomendasikan oleh       oleracea var. capitata f. alba) dapat
WHO untuk uji antibakteri terutama bakteri         menghambat            pertumbuhan          bakteri
aerob dan facultative anaerobic bacteria           Staphylococcus aureus yang ditandai dengan
seperti Staphylococcus aureus. Media agar ini      terbentuknya zona jernih di sekitar sumuran.
juga telah terbukti memberikan hasil yang          Zona jernih ekstrak etanol kubis terhadap
baik dan reproduksibel. Media agar ini             bakteri Staphylococcus aureus mengalami
mengandung sulfonamida, trimethoprim, dan          peningkatan dari konsentrasi 20% sampai
inhibitor tetrasiklin yang rendah serta            100%. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari
memberikan pertumbuhan bakteri yang                semakin tinggi konsentrasi maka semakin
memuaskan (WHO, 2011).                             besar zona jernih yang terbentuk karena
     Penanaman         suspensi          bakteri   antibakteri yang terkandung dalam ekstrak
Staphylococcus aureus pada media Muller            etanol kubis semakin besar.
Hinton Agar menggunakan kapas lidi steril.              Bakteri Staphylococcus aureus sensitif
Dalam penanaman suspensi bakteri harus             terhadap tetrasiklin, hal tersebut dilihat dari
diperhatikan dengan baik karena akan               zona jernih yang terbentuk yaitu sebesar 23
berpengaruh pada hasil penelitian. Jika            mm.      Zona      jernih       yang    terbentuk
pengambilan suspensi bakteri yang terlalu          menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus
banyak atau pertumbuhan bakteri pada media         aureus      sensitif      terhadap     tetrasiklin
yang terlalu tebal maka akan menyebabkan           berdasarkan dengan ketentuan Soemarno
diameter zona jernih yang terbentuk kecil,         (2000). Bakteri Staphylococcus aureus
sehingga pada prosedur kerja penanaman             dikatakan resisten terhadap antibiotik jika
dijelaskan setelah kapas lidi steril dimasukkan    zona jernih yang terbentuk kurang dari 14
ke dalam suspensi bakteri, kapas lidi steril       mm, intermediat 15-18 mm dan dikatakan
ditekan di dinding tabung terlebih dahulu          sensitif (susceptible) jika lebih dari 19 mm
untuk mengurangi jumlah bakteri agar               (Soemarno, 2000). Ekstrak etanol kubis
pertumbuhan bakterinya merata.                     mempunyai kemampuan dalam menghambat
     Senyawa aktif yang terkandung dalam           pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
ekstrak etanol kubis (Brassica oleracea var.       hanya saja sensitivitas tetrasiklin lebih baik.
capitata f. alba) memiliki beragam efek            Namun kubis bisa dijadikan sebagai
SITI FATIMAH dkk                                                                 Biogenesis 106
pengobatan alternatif dalam menggunakan            hambat ekstrak etanol daun kubis terhadap
tanaman herbal untuk mengobati penyakit            bakteri gram positif dengan konsentrasi
infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus        minimum 5% untuk mengetahui batas daya
aureus.                                            hambatnya.
Pada penelitian ini digunakan Poliethylene
glycol (PEG) 5% sebagai pengencer ekstrak          DAFTAR PUSTAKA
etanol kubis (Brassica oleracea var. capitata      Faatih M. 2005. Aktivitas Anti-Mikrobia
f. alba) karena sifatnya yang polar dan tingkat        Kokon Attacus atlas L. Jurnal Penelitian
kelarutannya      tinggi     sehingga     ketika       Sains & Teknologi. vol. 6(1): 35-48.
direaksikan dengan ekstrak etanol kubis akan       Junaidin dan Admin. 2007. Tanaman Katuk
larut dengan sempurna. Poliethylene glycol             Gampang Ditanam. http://www.langit-
digunakan sebagai kontrol negatif dengan               langit.com. Yogyakarta: Agromedia
tujuan untuk menguji apakah Poliethylene               Pustaka. diakses pada Desember 2016.
glycol memiliki senyawa yang dapat                 Manoi F dan Balittro. 2009. Binahong
berpengaruh terhadap hasil penelitian.                 (Anredera cordifolia) Sebagai Obat.
Kontrol positif yang digunakan pada                    Bogor:       Pusat    Penelitian      dan
penelitian ini adalah tetrasiklin karena bakteri       Pengembangan Perkebunan.
Staphylococcus aureus sensitif terhadap            Refdanita, Maksum, Nurgani, dan Endang.
antibiotik tersebut.                                   2004. Pola Kepekaan Kuman Terhadap
     Hasil yang diperoleh dari uji kontrol             Antibiotika di Ruang Rawat Intensif
negatif bahwa Poliethylen glicol (PEG) 5%              Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun
tersebut benar-benar tidak mengandung                  2001-2002. Jurnal Kesehatan. vol. 8(2):
senyawa yang dapat berpengaruh terhadap                41-48.
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal
tersebut dapat mendukung hasil penelitian dan      Sadikin Z. 2011. Penggunaan Obat Rasional,
meyakinkan bahwa adanya hambatan                       Depertemen       Farmakologi      Fakultas
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus            Kedokteran Universitas Indonesia. Jurnal
aureus tersebut murni dari senyawa                     Indon Med assoc. vol. 61(4): 1-5.
antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak           Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi
etanol kubis (Brassica oleracea var. capitata          Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi
f. alba).                                              Analis Kesehatan Republik Indonesia.
                                                       hal. 120.
KESIMPULAN                                         Tjay TH dan Raharjda K. 2007. Obat-Obat
     Ekstrak etanol kubis (Brassica oleracea           Penting. Edisi 6. Jakarta: PT. Elex
var. capitata f. alba) dapat menghambat                Komputindo. hal. 103-104.
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus          Yuwono.       2010.    Pandemi      Resistensi
secara in vitro pada konsentrasi 20%. Perlu            Antimikroba: Belajar dari MRSA. J. of
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya         Kulit Kelamin. vol 42(1): 2837-2850.