0% found this document useful (0 votes)
291 views11 pages

Food Management at RSUD Salak 2019

This document summarizes a study on the management of food services at the Salak District Hospital nutrition installation in Pakpak Bharat Regency in 2019. The study found that menu planning has used the same cycle for three years, which does not comply with PGRS guidelines. Food needs and budget planning have been done in accordance with PGRS. Food procurement is done twice a week through ordering, and food reception and processing comply with PGRS guidelines. Food storage separates dry and wet foods but does not regulate temperatures according to PGRS. Distribution has been done according to PGRS. It is recommended that nutrition installation staff carry out all food operations according to PGRS guidelines.

Uploaded by

Yesss
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
291 views11 pages

Food Management at RSUD Salak 2019

This document summarizes a study on the management of food services at the Salak District Hospital nutrition installation in Pakpak Bharat Regency in 2019. The study found that menu planning has used the same cycle for three years, which does not comply with PGRS guidelines. Food needs and budget planning have been done in accordance with PGRS. Food procurement is done twice a week through ordering, and food reception and processing comply with PGRS guidelines. Food storage separates dry and wet foods but does not regulate temperatures according to PGRS. Distribution has been done according to PGRS. It is recommended that nutrition installation staff carry out all food operations according to PGRS guidelines.

Uploaded by

Yesss
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI RSUD

SALAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2019

Esterina Evipanias Sinamo¹, Zulfendri²


¹Mahasiswa Departermen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM USU
²Dosen Departermen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM USU
Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155
Email: esterinasinamo06@gmail.com

Abstract

The organization of hospital food is a series of activities ranging from menu planning to the
distribution of food to inpatients. Management in the implementation of food must be done
well and in accordance with PGRS guidelines to ensure the availability of quality food in an
effort to accelerate the patient's healing process. The purpose of this study was to determine
the management of food management in the Salak District hospital nutrition installation.
This research is a qualitative research with a descriptive approach. The method used in this
research data collection is in-depth interviews with 9 main informants and observation. The
results of this study indicate that menu planning for the use of the menu cycle has been used
for three years so it is not in accordance with PGRS. For planning food needs and food
budget planning has been done in accordance with PGRS. Procurement of food is done twice
a week which has been ordered through leverance. Food reception and food processing have
been carried out in accordance with PGRS guidelines. Storage of dry foodstuffs and wet
foodstuffs is separated but for temperature regulation the storage of foodstuffs is not yet in
accordance with PGRS. and the distribution has been done in accordance with PGRS. Based
on the results of this study, it is recommended that nutrition installation staff carry out all
food operations in accordance with PGRS guidelines.

Keywords : Nutrition Installation Management, Food Implementation

Pendahuluan hanya memerlukan obat, namun juga


Makanan merupakan kebutuhan memerlukan asupan makanan yang sehat
utama bagi manusia dan menjadi sumber dan bergizi. Apabila kebutuhan gizinya
energi untuk melakukan aktivitas sehari- tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan
hari. Dalam melakukan aktivitas tentunya daya tahan tubuh menurun sehingga akan
manusia memerlukan energi dimana energi memperlama perawatan. Perawatan yang
tersebut berasal dari makanan yang lama akan menimbulkan banyaknya biaya
dikonsumsi sehari-hari. Makanan yang yang dikeluarkan.
dikonsumsi hendaknya mengandung zat Oleh karena itu, agar kebutuhan
gizi yang diperlukan oleh tubuh serta gizi pasien dapat terpenuhi rumah sakit
terjamin kebersihannya. memiliki instalasi gizi sebagai unit yang
Ketika seseorang menderita suatu mengelola kegiatan pelayanan gizi.
penyakit, makanan berperan penting dalam Instalasi gizi adalah unit yang mengelola
menunjang proses penyembuhan. Karena pelayanan gizi untuk pasien rawat inap.
makanan dapat meningkatkan ketahanan Kegiatan yang dilakukan antara lain
tubuh dan mampu membantu memperbaiki pengadaan bahan makanan, pelayanan gizi
sel-sel tubuh yang telah rusak. Seperti rawat inap, penyuluhan, dan konsultasi.
halnya seseorang yang dirawat di rumah Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan
sakit, dalam fase pemulihannya tidak salah satu komponen penunjang yang

1
diselenggarakan oleh instalasi gizi yang Dalam penyelenggaraan bahan
bertujuan untuk menyelenggarakan makanan juga sering ditemukan
makanan bagi pasien. kelemahan- kelemahan yang meliputi
Dalam petunjuk tentang ukuran perencanaan yang kurang baik, tenaga
akreditasi rumah sakit, dinyatakan bahwa pelaksana yang tidak profesional, sistem
pelayanan gizi merupakan salah satu pengawasan yang lemah, dan rendahnya
fasilitas dan pelayanan yang harus ada dedikasi petugas penyelenggara. Hal
dirumah sakit. Keberhasilan pelayanan gizi tersebut menyebabkan mutu dan cita rasa
dirumah sakit yang berperan dalam makanan yang disajikan kurang baik dan
mendukung penyembuhan penyakit pada lambatnya perkembangan penyelenggaraan
pasien, sangat ditentukan oleh proses makanan di rumah sakit (Moehyi, 1992).
pengelolaan makanan mulai dari bahan Penelitian yang dilakukan oleh
makanan mentah sampai makanan matang Jufri, dkk. (2012) di Rumah Sakit Umum
yang siap untuk dikonsumsi pasien. Proses Lanto Dg Pasewang Kabupaten Jeneponto
ini akan terlaksana dengan baik apabila disimpulkan bahwa penyelenggaraan
didukung oleh manajemen makanan belum sesuai dengan PGRS.
penyelenggaraan bahan makanan yang Dimana hasil dari penelitiannya yaitu tidak
baik. Selain itu, manajemen dilakukannya kegiatan perencanaan
penyelenggaraan bahan makanan sendiri anggaran, pengadaan bahan makanan yang
sebenarnya berfungsi sebagai sistem tidak sesuai dengan menu, penerimaan
dengan tujuan untuk menghasilkan bahan makanan yang tidak sistematis,
makanan yang berkualitas baik ( Hartono, penyimpanan bahan makanan yang tidak
2000). baik karena sarana dan prasarana yang
Penyelenggaraan makanan di kurang memadai serta adanya pasien tidak
rumah sakit telah di atur pada pedoman mendapat makanan karena tidak terlapor
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang pada bagian gizi.
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan. Pada penelitian yang dilakukan
PGRS digunakan sebagai acuan untuk oleh Carolina (2017) di RSUD Kabanjahe,
pelayanan bermutu yang dapat Kabupaten Karo disimpulkan bahwa
mempercepat proses penyembuhan pasien, penyimpanan bahan makanan belum
memperpendek jangka waktu rawat pasien dilakukan sesuai dengan pedoman PGRS,
dan menghemat biaya perawatan. PGRS dimana suhu penyimpanan bahan makanan
telah disesuaikan dengan perkembangan basah berdasarkan jenisnya belum
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disesuaikan oleh pihak instalansi gizi dan
(IPTEK) dan peraturan perundang- gudang penyimpanan juga belum
undangan (Kemenkes, 2013). memenuhi syarat keamanan, mutu dan gizi
Penyelenggaraan bahan makanan pangan. Perlakuan petugas selama proses
di rumah sakit merupakan rangkaian persiapan dan pemasakan terkait
kegiatan mulai dari perencanaan menu, mempertahankan kualitas gizi, mutu dan
perencanaan kebutuhan bahan makanan, sanitasi makanan belum baik karena
pengadaan bahan makanan, penerimaan ketersediaan APD di instalasi tidak
dan penyimpanan, persiapan dan lengkap.
pemasakan bahan makanan, serta Pada penelitian yang dilakukan
pendistribusian makanan. Tujuan dari oleh Putri (2018) di RSUD Dr. H .
penyelenggaraan bahan makanan dapat Kumpulan Pane menunjukkan bahwa
tercapai apabila memiliki manajemen yang perencanaan menu, kebutuhan bahan
baik sehingga pada akhirnya konsumen makanan dan perencanaan anggaran
dapat memperoleh status gizi yang optimal belanja sudah sesuai dengan PGRS.
terkhusus untuk pasien rawat inap Pengadaan bahan makanan dirumah sakit
(Kemenkes, 2013). ini dilakukan perhari yang sudah dipesan

2
melalui leveransi. Penerimaan bahan Gizi di RSUD Salak Kabupaten Pakpak
makanan sudah dilakukan sesuai dengan Bharat tahun 2019.
pedoman PGRS. Penyimpanan bahan
makanan kering dan bahan makanan basah Rumusan Masalah
dipisahkan tetapi tempat penyimpanan Berdasarkan uraian pada latar
bahan makanan kering tidak digunakan belakang di atas, maka perumusan masalah
sesuai fungsinya. Pengolahan bahan untuk penelitian ini adalah “Bagaimana
makanan belum dilakukan dengan baik Manajemen Penyelenggaraan Makanan di
dan Pendistribusian makanan sudah Instalasi Gizi RSUD Salak Kabupaten
dilakukan dengan baik. Pakpak Bharat”.
RSUD Salak memiliki salah satu
sarana yaitu penyelenggaraan makanan TUJUAN PENELITIAN
pada pasien rawat inap oleh instalasi gizi. 1. Untuk mengetahui kegiatan
Kegiatan penyelenggaraan makanan perencanaan dalam
penting dilaksanakan untuk menjamin penyelenggaraan makanan yang
ketersediaan makanan yang berkualitas, meliputi perencanaan menu dan
gizi yang baik, biaya yang efisien, aman perencanaan kebutuhan bahan
dikomsumsi serta dapat diterima oleh makanan di instalasi gizi RSUD
pasien sesuai dengan kebutuhannya. Untuk Salak apakah telah dilaksanakan
mecapai tujuan kegiatan penyelenggaraan sesuai dengan pedoman PGRS.
makanan harus sesuai dengan Pelayanan 2. Untuk mengetahui kegiatan
Gizi Rumah Sakit (PGRS). pengadaan bahan makanan yang
Berdasarkan survei pendahuluan meliputi pemesanan dan pembelian
dan wawancara dengan kepala instalasi bahan makanan di instalasi gizi
gizi RSUD Salak dapat diketahui bahwa RSUD Salak apakah telah
rata-rata jumlah pasien rawat inap disana dilakukan sesuai dengan pedoman
berkisar 15-20 orang setiap hari. Kegiatan PGRS.
perencanaan menu di RSUD Salak yaitu 3. Untuk mengetahui bagaimana
menggunakan siklus 10 hari, namum kegiatan penerimaan bahan
ditemukan pelaksanaan manajemen yang makanan di instalasi gizi RSUD
kurang baik dalam perencanaan menu Salak apakah telah dilakukan
dimana menu yang disediakan sudah sesuai dengan pedoman PGRS.
digunakan selama 3 tahun dan selalu 4. Untuk mengetahui kegiatan
menggunakan menu yang sama. Selain itu penyimpanan bahan makanan di
untuk pemesanan dan pembelian bahan instalasi gizi RSUD Salak apakah
makanan kering dan basah dilakukan dua telah dilakukan sesuai dengan
kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin pedoman PGRS.
dan Kamis sehingga menyebabkan 5. Untuk mengetahui kegiatan
instalasi gizi rentan kekurangan bahan pengolahan bahan makanan yang
makanan ketika terjadi peningkatan jumlah meliputi persiapan dan pemasakan
pasien rawat inap. Masalah lain juga bahan makanan di instalasi gizi
ditemukan dalam penyimpanan bahan RSUD Salak apakah telah
makanan dimana suhu untuk ruangan dilakukan sesuai dengan pedoman
bahan makanan kering dan bahan makanan PGRS.
basah berdasarakan jenisnya belum 6. Untuk mengetahui kegiatan
dilakukan oleh instalasi gizi. pendistribusian makanan di
Berdasarkan latar belakang di atas, instalasi gizi RSUD Salak apakah
penulis tertarik untuk melakukan telah dilakukan sesuai dengan
penelitian dengan judul “ Manajemen pedoman PGRS.
Penyelenggaraan Makanan di Instalasi TINJAUAN PUSTAKA

3
Insiden keselamatan pasien Budaya yang setiap
merupakan kejadian yang tidak disengaja anggotanya bersedia dan
dan kondisi yang mengakibatkan cedera mempunyai motivasi untuk
yang dapat dicegah pada pasien terdiri dari memberikan data dan informasi
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian serta perilaku yang dapat diterima
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan atau tidak dapat diterima.
Kejadian Potensial Cedera (Kemenkes RI, 4. Learning culture.
2017). Budaya yang angggotanya
siap dan bersedia untuk menambah
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pengetahuan dari pengalaman dan
adalah insiden yang mengakibatkan cedera data yang didapat serta kesiapan
pada pasien. Kejadian Nyaris Cedera untuk mengimplementasikan suatu
(KNC) adalah terjadinya insiden yang perubahan dan perbaikan yang
belum sampai terpapar ke pasien. Kejadian berkesinambungan (continouts
Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang improvement).
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera. Dan Kejadian Potensial Survei yang telah dikembangkan
Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat oleh Agency for Health Care Research
berpotensi untuk menimbulkan cedera, Quality (AHRQ) merupakan The Hospital
tetapi belum terjadi insiden. Survey on Patient Safety yang terdiri dari
12 elemen untuk mengukur budaya
Budaya keselamatan pasien keselamatan pasien yang meliputi tindak
merupakan suatu bagian yang sangat promotif oleh manajer supervisor
penting di dalam rumah sakit, karena (kepemimpinan), organizational learning
budaya keselamatan pasien mendorong (perbaikan berkelanjutan), kerjasama di
rumah sakit untuk melaksanakan program dalam rumah sakit (teamwork),
keselamatan pasien dan mencegah komunikasi terbuka, umpan balik dan
terjadinya insiden keselamatan pasien komunikasi mengenai kesalahan, respon
melalui pelaksanaan analisis akar masalah non punitive terhadap kesalahan, staffing,
insiden keselamatan pasien (Nieva dan dukungan manajemen terhadap upaya
Sorra, 2014). keselamatan pasien, kerjasama antar unit
di rumah sakit, transisi pasien, persepsi
Komponen budaya keselamatan
keseluruhan staf di rumah sakit terkait
pasien terdiri dari empat komponen yaitu:
keselamatan pasien dan frekuensi
1. Informed culture. pelaporan kejadian.
Budaya yang menjalankan
1. Tindakan promotif oleh manajer
suatu sistem yang memiliki
(kepemimpinan).
pengetahuan terkini mengenai
faktor-faktor yang menjelaskan Untuk membangun budaya
keselamatan pasien dalam suatu keselamatan pasien di rumah sakit terdapat
sistem. dua model kepemimpinan yang dibutuhkan
2. Reporting culture. yaitu kepemimpinan transaksional dan
Dimana anggota transformasional. Kepemimpinan
didalamnya siap untuk melaporkan transaksional digunakan untuk mendorong
suatu insiden atau near miss. Jika staf dalam melakukan pelaporan kejadian
makin baik reporting culture maka insiden, sedangkan transformasional
laporan kejadian tersebut akan dilakukan untuk proses belajar dari
semakin meningkat. kejadian dan merancang kembali program
3. Just culture. untuk proses belajar dari kejadian dan

4
merancang kembali program untuk 2014). Kerjasama dalam tim yang efektif
keselamatan pasien. sangatlah penting untuk meminimalkan
KTD yang disebabkan oleh miskomunikasi
Dalam membangun safety culture dengan tim lain yang juga merawat pasien,
yang kuat terdapat 6 perilaku yang wajib dan kesalahpahaman dari peran dan
dimiliki oleh senior leader yakni: membuat tanggung jawab dari masing-masing
dan mengomunikasikan visi safety yang tenaga kesehatan.
nyata, mendorong anggota dalam
mencapai visi, aktif melakukan upaya 4. Keterbukaan komunikasi.
pengembangan patient safety, memberikan
contoh, fokus kepada isu dibandingkan Dengan adanya keterbukaan
pada kesalahan individu, secara komunikasi maka dapat diwujudkan
berkelanjutan melakukan penelitian komunikasi yang efektif secara
sebagai upaya melakukan perbaikan. menyuluruh mengenai hal yang telah
terjadi dan yang terkait dengan
2. Perbaikan berkelanjutan keselamatan pasien pada saat serah terima
(Organizational learning). maupun saat briefing. Hal yang menjadi
pokok penting dalam komunikasi salah
Kesalahan yang terjadi telah satunya adalah komunikasi efektif.
menjadikan suatu perubahan positif dan Komunikasi efektif merupakan strategi
perubahan dievaluasi untuk efektivitas untuk membangun budaya keselamatan
mereka dalam bekerja. Rumah sakit harus pasien. Komunikasi efektif berperan dalam
menjadi wadah oganisasi pembelajaran menurunkan KTD dalam sebuah asuhan
yang baik untuk melakukan perbaikan medis pasien.
berkelanjutan pada sistem keselamatan dan
kesehatan. 5. Umpan balik dan komunikasi
mengenai kesalahan yang terjadi.
Organizational learning
merupakan rancangan yang penting dalam Kegagalan komunikasi merupakan
mendukung usaha penerapan dan faktor penting terjadinya kesalahan medis
peningkatan program keselamatan dan di rumah sakit karena tenaga kesehatan
kesehatan kerja di rumah sakit. dapat meminimalisirkan kesalahan yang
Organizational learning adalah kegiatan dihadapi oleh rekan sejawat dalam timnya.
proaktif yang dapat menciptakan serta Kegagalan komunikasi merupakan
mentransfer pengetahuan dalam nilai-nilai kombinasi dari ketidaktelitian manusia dan
organisasi kesehatan. kegagalan sistem keselamatan di rumah
sakit.
6. Respon yang tidak menyalahkan
3. Kerjasama di dalam rumah sakit (respon non punitive).
(teamwork).
Perawat dan pasien diperlakukan
Kerjasama di dalam rumah sakit secara adil ketika terjadi insiden. Ketika
adalah suatu kegiatan atau usaha yang terjadi insiden, tidak berfokus untuk
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan mencari kesalahan individu tetapi lebih
bersama. Kerjasama di dalam rumah sakit mempelajari secara sistem yang
merupakan hal yang sangat penting dalam mengakibatkan terjadinya kesalahan.
setiap organisasi karena melibatkan Budaya tidak menyalahkan perlu
banyak orang dalam pelaksanaanya. Hal dikembangkan dalam menumbuhkan
ini juga berlaku di rumah sakit dimana budaya keselamatan pasien.
semua pelayanan kesehatan yang diberikan
melibatkan tenaga kesehatan (WHO,

5
Lingkungan yang tidak pasien, 6)belajar dan berbagi pengalaman
menyalahkan dibutuhkan untuk tentang keselamatan pasien, serta
menghindari adanya insiden dalam 7)mencegah cedera melalui implementasi
pelaporan kejadian. Lingkungan dengan sistem keselamatan pasien.
reaksi yang tidak menyalahkan dapat
dibangun dengan melakukan pendekatan METODE PENELITIAN
sistem, dimana tenaga medis melaporkan Penelitian ini merupakan penelitian
insiden dengan berfokus pada outcome kualitatif dengan pendekatan deskriptif di
yang telah dihasilkan dan tidak berfokus RSUD Salak Kab. Pakpak Bharat,
pada siapa yang melakukannya (Lany, Sumatera Utara. Informan dalam
2015). penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Informan penelitian
7. Penyusunan staf (staffing). ini berjumlah sembilan orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan
Penyusunan staf atau stafing
wawancara mendalam dan observasi.
didefinisikan sebagai proses penyusunan
Analisis data dilakukan dengan
tenaga kerja yang ahli untuk mengisi
menggunakan teknik yang dikemukakan
struktur organisasi melalui seleksi dan
oleh Miles dan Huberman (1992) dalam
pengembangan personel. Dengan
Sugiyono (2013) dengan tiga tahapan yaitu
dilakukannya staffing, diharapkan
: 1) Reduksi data, 2) Analisis data, dan 3)
terpenuhinya jumlah dsn keterampilan
Penyajian data.
yang dimiliki perawat sesuai dengan
kebutuhan yang ada di tiap unit rumah
HASIL DAN PEMBAHASAN
sakit. Jumlah perawat di rumah sakit
mempengaruhi kualitas pelayanan yang
Membangun Kesadaran akan nilai
diterima oleh pasien di rumah sakit.
Keselamatan Pasien.
Karena staf yang memadai merupakan hal
Sesuai dengan aturan Permenkes
yang mendasar dalam perawatan yang
Nomor 11 Tahun 2017 tentang bangun
berkualitas.
budaya keselamatan, disebutkan bahwa
Oleh itu, tujuan dilaksanakannya segala upaya harus dikerahkan di fasilitas
keselamatan pasien di rumah sakit yaitu pelayanan kesehatan untuk menciptakan
menurut Kemenkes RI tahun 2011 adalah lingkungan yang terbuka dan tidak
terlaksananya rancangan-rancangan untuk menyalahkan sehingga aman melakukan
mencegah tidak terjadinya kejadian tidak pelaporan sehingga menciptakan budaya
diharapkan guna menyusutnya dan adil dan terbuka.
meluaskan implementasi rumah sakit Berdasarkan wawancara mendalam
terhadap pasien agar tercapainya budaya dapat diketahui bahwa program tersebut
keselamatan pasien di rumah sakit. sudah berjalan dengan mengadakan
Pada rencana melaksanakan budaya No Bleming Culture di setiap unit
Standar Keselamatan Pasien, rumah sakit dan fasilitas kesehatan dan melakukan
menjalankan 7 (tujuh) langkah menuju upaya untuk membangun kesadaran
keselamatan pasien rumah sakit untuk dengan diberlakukannya sistem reward
melaksanakan program keselamatan bagi unit kerja yang melaporkan insiden,
pasien. Tujuh langkah tersebut adalah KMKP selalu mengingatkan kembali
1)membangun kesadaran akan nilai tentang pelaporan insiden.
keselamatan pasien, 2)memimpin dan Penelitian ini sejalan dengan
mendukung staf, 3)mengintegrasikan penilitian Rachamawati (2017), kesadaran
aktivitas pelaporan risiko, untuk melakukan pengembangan
4)mengembangkan sistem pelaporan, keselamatan pasien yang sudah berjalan
5)melibatkan dan berkomunikasi dengan tinggal dilanjutkan saja sehingga bila tidak

6
dilakukan upaya untuk meningkatkan pernah sukses tanpa pimpinan yang bervisi
kesadaran akan berdampak pada berani mengambil risiko, memiliki
pelaksanaan keselamatan pasien yang komitmen yang tinggi untuk berubah dan
hanya melaporkan insidennya saja tetapi mempunyai kemampuan untuk
akan terus berulang untuk insiden yang mengkomunikasikan ide-ide.
sama karena tidak ada upaya
pembelajaran, inisiatif, kepedulian, dan Integrasikan Aktivitas Pelaporan
keterpanggilan untuk melaksanakan Risiko.
pelayanan yang lebih baik dan Pengelolaan risiko yang
mengutamakan keselamatan pasien. terintegrasi adalah ketika risiko dan tindak
Oleh karena itu, diperlukan lanjut yang dilakukan di suatu unit kerja
lingkungan dengan budaya adil dan dapat menjadi pembelajaran bagi unit kerja
terbuka sehingga staf berani melapor dan lain di rumah sakit.
penanganan insiden dilakukan secara Berdasarkan pernyataan informan
sistematik. Dengan budaya adil dan tersebut dapat disimpulkan bahwa
terbuka ini pasien, staf dan Fasilitan manajemen risiko masih dalam tahap
Kesehatan akan memperoleh banyak pelaporan, bagian investagasi masih
manfaat serta anggota dapat melakukan mengidentifikasi risiko masing-masing,
tanggung jawabnya masing-masing dalam melakukan penilaian risiko dan
melaksanakan program yang akan melaporkannya kepada KMKP dalam
dilakukan. upgrade sekali setahun. Belum semua unit
melakukan monitoring terhadap risiko
Memimpin dan mendukung staf. karena kurangnya pemahaman tentang
Berdasarkan pernyataan informan manajemen risiko yang mengakibatkan
dapat disimpulkan bahwa sudah ada keterlambatan dalam pelapiran insiden di
respon dari tim keselamatan pasien yang rumah sakit tersebut berdasarkan hasil data
belum efektif dengan mengadakan keselamatan pasien.
sosialisasi ke unit kerja dengan Sistem manajemen risiko akan
menegaskan dan mengingatkan kembali membantu Fasilitas pelayanan Kesehatan
No Bleming Culture. Keselamatan pasien mengelola insiden secara efektif dan
melibatkan setiap orang dalam Fasilitas mencegah kejadian berulang kembali.
pelayanan Kesehatan untuk membangun Sistem manajemen risiko ini harus di
budaya keselamatan yang sangat dukung oleh strategi Kesehatan, yang
tergantung kepada kepemimpinan yang mencakup progam-program asesmen
kuat dan kemampuan organisasi risiko.
mendengarkan pendapat seluruh anggota. Pada prinsipnya, apa yang telah
Untuk upaya mendemostrasikan rumah sakit lakukan terhadap pelaksanaan
keselamatan pasien, pemimpin harus aktivitas manajemen risiko yang dapat
menyisihkan waktu satu jam dalam satu menyokong dalam mengurangi risiko
minggu untuk mengunjungi unit kerja seperti adanya organisasi yang
yang berbeda dengan membahas bertanggung jawab terhadap keselamatan
keselamatan pasien dan tata kelola klinis pasien, dimana individu yang melakukan
dengan staf. kesalahan melaporkan kejadian, kemudian
Dalam buku Cahyono 2008 organisasi yang bertanggung jawab untuk
mengatakan bahwa dalam organisasi, menyelesaikan permasalahan tersebut.
perubahan tidak akan terjadi tanpa
kepemimpinan dan komitmen yang kuat Kembangkan Sistem Pelaporan.
serta dukungan SDM yang andal. Sistem pelaporan sangat vital di
Pemimpin adalah orang yang melakukan dalam pengumpulan informasi sebagai
yang benar. Organisasi apapun tidak akan

7
dasar analisa dan penyampaikan dan keluarga bilamana terjadi insiden dan
rekomendasi. segera berikan mereka infonnasi yang jelas
Dalam Permenkes No 11 Tahun dan benar secara tepat. Komunikasi yang
2017 dinyatakan untuk memastikan staf tidak baik akan meningkatkan risiko dari
dengan mudah untuk melaporkan insiden suatu masalah, namun kecakapan
secara internal (lokal) maupun eksternal berkomunikasi dapat meningkatkan
(nasional). keselamatan pasien.
Berdasarkan pernyataan informan
tersebut adalah bahwa pelaksanaan Belajar dan Berbagi tentang
pelaporan sudah berjalan. Pelaporan Keselamatan Pasien.
insiden internal dari unit kerja ke KMKP Berdasarkan wawancara mendalam
dapat dilakukan langsung dengan formulir mengatakan bahwa berbagi pengalaman
insiden. Namun, RSUP H. Adam Malik dilakukan pada saat rapat-rapat, rumah
Medan sekarang sistem pelaporannya sakit sudah menggunakan kerangka acuan
dikembangkan oleh sistem informasi tentang keselamatan pasien dengan
RSUP H. Adam Malik cukup optimal menganalisis akar permasalahan. Analisis
dengan menggunakan sistem online yang akar masalah dilakukan dengan metode
memudahkan petugas pelayanan kesehatan RCA untuk insiden yang mempunyai
dalam melaporkan insiden. grade kuning atau merah. RCA melibatkan
Oleh itu, setiap pihak yang terlibat KMKP dan pihak yang terlibat dalam
dalam aktivitas pelayanan kesehatan harus insiden dan unit kerja yang mengalami
melakukan sistem pelaporan insiden yang insiden.
berpotensi menimbulkan risiko dalam Belajar dan berbagi pengalaman
budaya tidak saling menyalahkan. tentang keselamatan pasien di RSUP H.
Adam Malik Medan sudah dilakukan dan
Libatkan dan Berkomunikasi dengan sudah menggunakan sistem analisis
Pasien. akar masalah, artinya sudah
Berdasarkan pernyataan informan menginvestigasikan kejadian, adanya tim
diatas dapat disimpulkan bahwa untuk keselamatan pasien, sementara itu
komunikasi dengan pasien tentang untuk menganalisis menggunakan RCA,
keselamatan pasien sudah ada. Bersikap sementara itu identifikasi dengan unit yang
terbuka tentang apa yang telah terjadi dan mungkin terkena dampak belum.
membahas masalah segera, sepenuhnya
dan penuh kasih dapat membantu pasien Mencegah Cedera melalui Implementasi
mengatasi dan menghadapi efek dari sistem Keselamatan Pasien.
kesalahan yang telah terjadi. Kebijakan Berdasarkan hasil wawancara
yang mencakup komunikasi terbuka mendalam, implementasi keselamatan
dengan pasien dan keluarganya tentang pasien dalam memberikan solusi sudah
insiden yang terjadi adalah dengan ada, begitu juga dengan mengadakan
memastikan pasien dan keluarganya sosialisasi dengan ruangan, selain itu
mendapatkan informasi apabila terjadi penjelasan kasus terhadap ruangan lain
insiden dan pasien mengalami cidera pernah dilakukan yang bertujuan agar
sebagai akibatnya. kejadian yang sama tidak terulang
Langkah penerapan libatkan dan kembali, sehingga menghasilkan
berkomunikasi dengan pasien adalah umpanbalik yang baik bagi staf.
pastikan rumah sakit memiliki kebijakan Informasi yang benar dan jelas
yang secara jelas menjabarkan cara-cara yang diperoleh dari sistem pelaporan,
komunikasi terbuka tentang insiden kajian insiden serta analisis yang bertujuan
dengan pasien dan keluarganya, untuk menentukan solusi. Karena solusi
prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dapat mencakup penjabaran ulang sistem

8
penyesuaian terhadap keselamatan pasien. sudah sesuai dengan pesanan baik
Begitu juga perlu adanya mengembangkan jenis/macam, jumlah maupun
berbagai cara untuk membuat asuhan spesifikasi bahan makanan.
pasien menjadi lebih aman dan lebih baik. 4. Kegiatan penyimpanan bahan
Langkah yang telah dilakukan makanan di Instalasi Gizi RSUD
rumah sakit tersebut sesuai pula dengan Salak belum sepenuhnya
yang diungkapkan menurut Healy, 2009 dilakukan sesuai dengan pedoman
bahwasanya perlu adanya pengembangan PGRS, dimana pengaturan suhu
penerapan keselamatan pasien secara untuk penyimpanan bahan
teratur, memprioritaskan penilaian makanan basah berdasarkan
keselamatan pasien serta menempatkan jenisnya belum dilakukan oleh
pekerjaan agar terhindar dari kesalahan. pihak instalasi gizi serta masih
Kemudian perlu juga meningkatkan sistem kurangnya tempat penyimpanan
laporan tentang keselamatan pasien dan bahan makanan basah sehingga
konsep keselamatan pasien. masih adanya bahan makanan
basah yang belum disimpan dalam
Kesimpulan lemari pendingin.
1. Kegiatan perencanaan di Instalasi 5. Kegiatan pengolahan bahan
Gizi di RSUD Salak meliputi makanan yang meliputi tahap
perencanaan kebutuhan bahan persiapan dan pemasakan di
makanan serta perencanaan Instalasi Gizi RSUD Salak belum
anggaran sudah dilakukan sesuai secara keseluruan dilakukan sesuai
dengan pedoman PGRS. Akan dengan PGRS dikarenakan belum
tetapi untuk perencanaan menu mempunyai standar bumbu dan
belum secara keseluruhan standar resep yang harus diikuti
dilakukan sesuai langkah-langkah sesuai dengan jenis masakan
dalam pedoman PGRS seperti sehingga ketika mengolah bahan
pengunaan waktu siklus menu makanan peracikan bumbu ditakar
yang ada saat ini telah digunakan dan diperkiran sendiri oleh juru
selama tiga tahun seharusnya masak.
dilakukan enam bulan atau setahun 6. Kegiatan pendistribusian makanan
sesuai dengan PGRS. di Instalasi Gizi RSUD Salak untuk
2. Kegiatan pengadaan bahan pendistribusian makanan pagi
makanan di Instalasi Gizi RSUD sering mengalami keterlambatan
Salak dipasok oleh pihak dikarenakan petugas untuk
pengadaan bahan makanan RSUD pendistribusian makanan masih
Salak. Pengadaan bahan makanan kurang.
kering dan bahan makanan basah
dilakukan dua kali dalam seminggu Saran
sehingga resiko kekurangan bahan 1. Diharapkan kepada Pihak Instalasi
makanan masih sering terjadi Gizi untuk menggunakan menu
apabila jumlah pasien meningkat. baru yang sudah mereka susun
3. Kegiatan penerimaan bahan serta menetapkan waktu
makanan di instalasi gizi RSUD penggunaan menu tersebut apakah
Salak sudah dilakukan sesuai selama 6 bulan atau 1 tahun.
dengan pedoman PGRS, dimana 2. Diharapkan kepada tim pengadaan
setelah bahan makanan tiba di RSUD Salak, agar menambah
instalasi gizi RSUD Salak petugas jumlah stok bahan makanan agar
penerima langsung memeriksa tidak terjadi lagi kekurangan bahan
bahan makanan tersebut apakah

9
makanan apabila jumlah pasien Hughes, R. G. (2008), Patient safety and
meningkat. quality : an evidence-based
3. Diharapkan kepada pihak RSUD handbook for nurses, Rockville MD
Salak agar menambah lemari : Agency for Healthcare Research
pendingin agar pengaturan suhu and Quality Publications.
penyimpanan bahan makanan http://www.ahrq.gov/professionals/
basah bisa dilakukan sesuai dengan cliniciansproviders/resources/nursi
jenis bahan makanan. ng/resources/nursehdbk/nurseshdbk
4. Diharapkan kepaada Pihak instalasi .pdf diakses pada tanggal 16
gizi agar mempunyai standar September 2018.
bumbu dan standar resep agar
mempunyai acuan yang harus Institute Of Medicine. (2000), To Err is
diikuti sesuai dengan jenis bahan Human: Building a Safer Health
makanan yang akan diolah. System. Washington (DC):
National Academies Press (US);
Daftar Pustaka 2001. Diakses pada tanggal 30 Juni
2019.
Cahyono, Suharjo B. (2008). Membangun
Budaya Keselamatan Pasien dalam Institute Of Medicine. (2001), Crossing
Praktik Kedokteran. Yogyakarta: the Quality Chasm: A New Health
Kanisius. System for the 21st Century.
Washington (DC): National
Departermen Kesehatan RI. (2006). Academies Press (US); 2001.
Panduan Nasional Keselamatan Diakses pada tanggal 30 Juni 2019.
Pasien Rumah Sakit. Jakarta :
2006. Kementrian Kesehatan RI. (2013),
Laporan Akuntabilitas Kinerja
Departermen Kesehatan RI. (2008). Kementrian Kesehatan Tahun
Panduan Nasional Keselamatan 2013. Jakarta.
Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety), Jakarta. Kohn, L. T., Corrigan, J. M., Donaldson,
MS. (2000), To Err is Human :
Firawaty, A. Pabuty,. A. S., Putra. (2012) Building a Safer Health System,
Pelaksanaan Program Washington DC : National
Keselamatan Pasien di RSUD Academy Press.
Solok : Artikel Penelitian. www.nap.edu/openbook.php?
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index. isbn=0309068371 diakses pada
php/jkma/article/view/93 diakses tanggal 15 September 2018.
pada tanggal 05 Maret 2019
Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP-
Healy. J and Dugdale. (2009), Patient RS) PERSI, (2008). Pedoman
safety first. Chitra Karuna nayake. Pelaporan Insiden Keselamatan
Australia. Pasien. Jakarta.
http://johnbraithwaite.com/wp-
content/uploads/2016/04/2009_Lea Lumenta, N.A,(2008). State of the art
ding-from-Behind-with-Plura.pdf patient safet. Disampaikan pada
diakses pada tanggal 11 Maret Workshop Keselamatan Pasien dan
2019. Manajemen Resiko Klinis di RSAB
Harapan Kita pada tanggal 1-3

10
April 2008. Jakarta: Tidak
Dipublikasikan

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2017).


Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
Tahun 2014 tanggal 18 Agustus
2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Jakarta :
Kementrian Kesehatan.

Rachmawati, A.R. (2017). Analisis


Pelaksanaan Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang. e-journal 5 (1), 1-8
https:/ejornal3.undip.ac.id/index.ph
p/jkm/article/view/14852 diakses
pada 11 Maret 2018

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam


Malik. (2018). Laporan Insiden
RSUP HAM Medan Tahun 2017

Sujarweni, W. (2014). Metodologi


Penelitian. Yogyakarta : Pustaka
baru Press.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian


Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sutanto, Henny, (2014). Analisis


Implementasi Keselamatan Pasien
Di Rumah Sakit Umum Deli
Medan. Tesis. Medan : Universitas
Sumatera Utara.

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit. Jakarta

11

You might also like