Mella Cts
Mella Cts
Abstract
Background: Carpal tunnel syndrome (CTS) is a collection of symptoms and signs of disease caused by
squeezing of the median nerve in the carpal tunnel in the wrist. This CTS condition is one of the most common
types of neuropathy. This syndrome arises with symptoms of pain, numbness, and weakness in the hands due to
compression of the median nerve. Carpal tunnel syndrome is a syndrome associated with repetitive motion and
a fixed position for a long duration so that it affects the blood supply to the hands and causes pain. Objective:
This research is aimed at sufferers of Carpal Tunnel Syndrome condition to reduce pain. Physiotherapy
interventions given in CTS conditions, namely pain reduction that can be done with various actions including by
providing Neuromuscular Taping technique. Research Method: Case study with pre and post test research
design that compares the level of pain values before and after which is measured by measuring instruments
Visual Analogue Scale (VAS) for the administration of Neuromuscular Taping intervention in the condition of
carpal tunnel syndrome for 3 weeks. Results: Analysis of the different values of pain tests with VAS in the
sample group with a significance value of 0.006 which shows <0.05 which means there is an influence of giving
Neruromusculer taping to changes in the VAS pain level in patients with Carpal Tunnel Syndrome.
Keywords : Carpal Tunnel Syndrome, Physiotherapy, Neuromuscular Taping, Visual Analogue Scale, Case
          Study
Abstrak
Latar Belakang: Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit yang
disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal pada pergelangan tangan. Kondisi CTS ini
merupakan salah satu jenis neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini timbul dengan gejala nyeri, baal,
dan kelemahan pada tangan akibat penekanan nervus medianus. Carpal tunnel syndrome merupakan suatu
syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang berulang (repetitive motion) dan posisi yang menetap pada
durasi yang lama sehingga memperngaruhi suplai darah ke tangan dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan:
Penelitian ini ditujukan kepada penderita kondisi Carpal Tunnel Syndrom untuk mengurangi nyeri. Intervensi
fisioterapi yang diberikan pada kondisi CTS yaitu penurunan nyeri yang dapat dilakukan dengan berbagai
tindakan diantaranya dengan pemberian teknik Neuromuskuler Taping Metode Penelitian: Case study dengan
desain penelitian pre and post test yaitu membandingkan antara tingkat nilai nyeri sebelum dan sesudah yang
diukur dengan alat ukur Visual Analogue Scale (VAS) terhadap pemberian intervensi Neuromuskuler Taping
pada kondisi carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu. Hasil: Analisa uji beda nilai nyeri dengan VAS pada
kelompok sampel dengan nilai signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05yang bermakna ada pengaruh
pemberian Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom.
Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrom, Fisioterapi, Neuromuskuler Taping, Visual Analogue Scale, Case Study
                                                                                                              12
1. Pendahuluan                                          terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada
      Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan            tulang-tulang kecil sehingga terjadi penekanan
kumpulan gejala dan tanda penyakit yang                 terhadap nervus medianus dipergelangan tangan.
disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di           Nyeri yang diakibatkan oleh kondisi carpal tunnel
terowongan karpal pada pergelangan tangan.              syndrome timbul ketika jaringan sedang rusak, dan
Kondisi CTS ini merupakan salah satu jenis              menyebabkan         individu     bereaksi    untuk
neuropati yang paling sering terjadi. Sindrom ini       menghilangkan rasa nyeri.
timbul dengan gejala nyeri, baal, dan kelemahan         National Health Interview Study (NIHS)
pada tangan akibat penekanan nervus medianus.           memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang
Carpal tunnel syndrome merupakan suatu                  dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah
syndrome yang berhubungan dengan gerakan yang
                                                        sebesar 1,55% (2,6 juta). CTS lebih sering
berulang (repetitive motion) dan posisi yang
menetap pada durasi yang lama sehingga                  mengenai wanita daripada pria, dengan usia
memperngaruhi suplai darah ke tangan dan                berkisar 25 – 64 tahun. Prevalensi tertinggi pada
menimbulkan rasa nyeri.                                 wanita usia >55 tahun. Biasanya antara 40 – 60
      Penelitian yang dilakukan oleh Armsrong           tahun. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah
(2008) di kawasan indsutri kerja ada empat sebagai      diperkkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
faktor kontrol dari perkembangan Carpal tunnel          laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang
syndrome yaitu jenis kelamin, usia, index massa
                                                        paling sering ditemui. Sindroma CTS ini uniletaral
tubuh (IMT) dan penyakit penyerta. Carpan tunnel
syndrome merupakan hasil dari kombinasi kondisi         pada 42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dab 58%
kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang        bilateral [3].
dapat meningkatkan tekanan pada nervus medianus               Menurut data RSUD Arifin Achmad
saat melewati terowongan karpal.                        Pekanbaru pada tahun 2012 ditemukan pada 15
      Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati           kasus besar di instalasi rehabilitasi medik RSUD
akibat terjepitnya saraf yang terjadi ketika saraf      Arifin Achmad Pekanbaru pasien rawat jalan
medianus pada pergelangan tangan tergencet oleh         dengan kondisi Carpal tunnel syndrome berada
pembungkus tendon fleksor yang mengalami                pada urutan ke 10 dengan jumlah penderita 281
penebalan, terkaitnya tulang, odema atau massa          dengan jumlah keseluruhan pasien pada kasus
jaringan lunak. Menurut Long, carpal           tunnel   besar di instalasi rehabilitasi medik RSUD Arifin
syndrome disebabkan oleh tekanan pada nervus            Achmad pekanbaru 10.949. Resiko terjadinya
median dari pergelangan tangan. Kondisi ini biasa       carpal tunnel syndrome 10% lebih banyak pada
terjadi pada usia pertengahan, pada wanita gemuk        orang dewasa. Wanita beresiko tiga kali lipat lebih
kemungkinan terjadi akibat dari trauma atau             banyak dari pada pria dan terbanyak terjadi pada
pembengkakan yang disebabkan oleh proses                usia 40-50 tahun.
rheumatoid arthritis [1].                                     Salah satu pelayanan kesehatan untuk
      Carpal tunnel syndrome adalah salah satu dari     menangai permasalahan gerak dan fungsi dalam
3 jenis penyakit yang tersering di dalam golongan       pemeliharaan dan peningkatan kualitas hidup
Cummulative Trauma Disorders (CTD) dengan               manusia yaitu pelayanan fisioterapi. Pada kondisi
prevalensi sebesar 40%, sedangkan CTD                   nyeri yang diakibatkan oleh kondisi carpal tunnel
merupakan penyebab lebih dari 50% penyakit              syndrome        yaitu      dengan      memberikan
akibat kerja pada anggota gerak atas. Sebagai salah     neuromuscular taping. Neuromusculer taping
satu dari 3 jenis penyakit tersering di dalam           adalah salah satu metode terapi biomekanikal yang
golongan CTD pada ekstremitas atas, prevalensi          inovatif dengan stimulasi kompresi dan dekompresi
STK besarnya 40%, tendosinovitis yang terdiri dari      untuk menghasilkan efek yang positif pada sistem
trigger finger sebesar 32% dan De Quervan’s             saraf, vaskuler dan limfatik. Efek neuromuskuler
syndrome 12%, sedangkan epicondilitis sebesar           taping pada level sensoris dapat menstimulasi
20% [2].                                                kutaneus, otot, resepteor sendi dan mengontrol
      Pada tahap awal gejala yang paling sering         nyeri [4].
muncul di malam hari ketika tangan dalam kondisi              Neuromuscular Taping (NMT) dengan
istirahat. Dengan perkembangan penyakit lebih           aplikator tape menciptakan kekuatan eksentrik
lanjut, gejala-gejala juga akan muncul di siang hari,   yang diterapkan pada kulit dan berperan dalam
terutama dengan kegiatan yang menggunakan               mengatur sensorik dan system propioseptif.
gerakan pergelangan tangan yang berulang, seperti       Neuromuscular Taping (NMT) memodifikasi input
ketika menggambar, menjepit, mengetik, mencuci          sensorik yaitu diintegrasikan oleh system saraf
atau gerakan memeras. Pada penyakit yang lebih          pusat dan digunakan untuk membantu proses
lanjut, gejalanya nyeri terjadi secara menetap.         eksekusi program motor yang dikenal dengan
      Rasa nyeri ini terjadi akibat penyempitan pada    integrasi sensomotoris. NeuroMuscular Taping
terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada         (NMT) memiliki fungsi menormalkan fungsi otot,
                                                                                                        13
meningkatkan aliran limfik dan pembuluh darah,                    Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya
mengurangi rasa sakit, menguatkan otot yang                 kondisi CTS yaitu faktor mekanik, faktor non
lemah, dan membantu postural dan rileksasi otot             mekanik dan faktor vaskuler, ketiga faktor ini
yang terlalu sering digunakan [5].                          memegang faktor penting dalam terjadinya carpal
                                                            tunnel syndrome. Pada umumnya carpal tunnel
2. Tinjauan Pustaka                                         syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi
2.1 Patofisiologi                                           penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan
        Carpal      Tunnel Syndrome adalah gejala           tekanan terhadap nervus medianus
neuropati kompresi            dari N. medianus di
tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti           2.2 Metode dan Teknik Intervensi
peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan             2.2.1 Neuromuskuler Taping (NMT)
penurunan fungsi saraf di tingkat itu.             Carpal   a. DefinisiNeuroMuscular Tapping
Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai              NeuroMuscular Taping (NMT) adalah aplikasi
penyakit, kondisi, dan peristiwa. Hal ini ditandai          spesifik dari pita perekat elastis ke permukaan kulit
dengan adanya keluhan mati rasa, kesemutan,                 dengan teknik stimulasi eksentrik menghasilkan
nyeri      tangan dan lengan, dan disfungsi otot.           dekompresi dan dilatasi pada daerah yang tertutupi
Kelainan ini        tidak dibatasi oleh usia, jenis         yang digunakan untuk tujuan terapeutik. NMT
kelamin, etnis, atau pekerjaan melainkan                    bertujuan untuk mengurangi sumbatan dari cairan
disebabkan       karena penyakit sistemik, faktor           tubuh, meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan
mekanis dan penyakit lokal [6].                             kelenjar getah, menurunkan kelebihan panas, dan
       Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah                  memperbaiki homoestasis jaringan, mengurangi
entrapment neuropathy (jebakan saraf) yang                  peradangan dan hipersensitivitas reseptor nyeri
disebabkan oleh kompresi saraf medianus saat                b. Efek Neuromuscular Tapping
melewati terowongan karpal pada pergelangan                 Penerapan        NMT        mampu         merangsang
tangan. Kondisi ini merupakan jebakan saraf yang            mechanoceptors kulit. Reseptor ini mengaktifkan
paling umum, mencakup 90% dari semua                        impuls saraf ketika beban mekanik (sentuhan,
neuropati. Gejala pertama dari carpal tunnel                tekanan, getaran, peregangan dan gatal) membuat
syndrom termasuk nyeri, mati rasa dan parestesia.           deformasi. Aktivasi oleh stimulus yang memadai
Gejala-gejala ini umumnya muncul, dengan                    menyebabkan depolarisasi lokal, yang memicu
variabilitas tertentu, di ibu jari, telunjuk, jari tengah   impuls saraf di sepanjang serabut aferen bepergian
dan setengah radial (sisi ibu jari) dari jari manis.        ke sistem saraf pusat. Efek terapeutik NMT dengan
Rasa sakit juga bisa menjalar ke lengan yang                menggunakan rangsangan decompressive untuk
terkena, kelemahan tangan, penurunan koordinasi             mendapatkan efek positif dalam muskuloskeletal,
motorik halus dan atrofi otot bagian tenar. Gejala          pembuluh darah, limfatik dan sistem saraf,
sindroma ini biasanya dimulai dengan gejala                 meningkatkan sirkulasi darah, dan menghilangkan
sensorik yaitu nyeri, kesemutan (parestesia), rasa          rasa sakit. Aplikasi yang benar juga dapat
tebal (numbness) dan rasa seperti terkena aliran            membantu untuk memperbaiki keselarasan sendi,
listrik (tingling) pada daerah yang dipersarafi oleh        otot, dukungan selama gerakan, dan meningkatkan
n.medianus.                                                 stabilitas dan postur tubuh. NMT mempunyai
        Pada umumnya CTS terjadi secara kronis              tujuan yaitu meringankan rasa sakit, menormalkan
karena faktor mekanik dan faktor vaskuler. Faktoir          ketegangan otot,menghilangkan kongesti limfatik
mekanik terjadi akibat terjadinya gerakan berulang          dan vena, meningkatkan vaskularisasi darah,
oleh pergelangan tangan dengan kontraksi yang               mengoreksi keselarasan bersama dan meningkatkan
kuat sehingga menimbulkan pembengkakan                      postur tubuh.
jaringan di sekeliling tendon bagian dalam                  c. Mekanisme Neuromuscular Tapping
terowongan karpal. Hal ini menyebabkan tekanan              Pengaplikasian Neuromuscular Taping (NMT)
pada nervus medianus. Sedangkan faktor vaskuler             dengan teknik decompression akan membentuk
berupa tekanan yang kuat dan lama serta berulang            lipatan-lipatan pada kulit. Sehingga memberikan
pada pergelangan tangan yang nantinya akan                  efek yang dapat meredakan rasa nyeri,
menyebabkan peningkatan tekanan intravaskuler,              menormalkan ketegangan otot, meningkatkan
sehingga aliran darah intravaskuler akan melambat           sirkulasi darah dengan memperbesar ruang
dan merusak jaringan endotel. Hal ini akan                  intestinal dalam jaringan dengan lipatan-lipatan
menyebabkan nyeri local pada pergelangan tangan.            dari efek decompression.
Beberapa faktor diketahui menjadi resiko terhadap
terjadinya CTS pada pekerja seperti gerakan                 2.3 Pemeriksaan dan Pengukuran
berulang dengan kekuatan, tekanan pada otot,                a. Pemeriksaan Spesifik
getaran, suhu, postur yang tidak ergonomic dan              Pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
lain-lain [7] [8].                                          membantu menegakkan diagnosa Carpal Tunnel
                                                            Syndrome adalah sebagai berikut:
                                                                                                              14
1) Tinel's sign                                       sampling yaitu pemilihan sampel mengacu pada
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia     kelompok dengan karakteristik tertentu yang telah
atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus     ditetapkan. Melakukan random sejumlah sampel
kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal        dari populasi yang ada. Sampel yang terpilih
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.             menjadi subjek penelitian diberikan penjelasan
2) Phalen's test                                      mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian
Penderita melakukan fleksi tangan secara              serta diberikan penjelasan mengenai program
maksimal. Bila selama satu menit parestesia           penelitian yang akan dilakukan. Sampel yang
bertambah hebat, maka tes ini menyokong               bersedia mengikuti program penelitian diminta
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes      mengisi informed consent.
ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa
Carpal tunnel syndrome.                               3.4 Prosedur Intervensi
3) Wrist extension test                                    Langkah-langkah yang diambil dalam prosedur
Penderita melakukan ekstensi tangan secara            penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada           prosedur administrasi, prosedur pemilihan sampel
kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila        dan Tahap pelaksanaan penelitian.
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti Carpal    1) Prosedur administrasi
tunnel syndrome, maka tes ini menyokong diagnosa             Prosedur administrasi dilakukan disini
Carpal tunnel syndrome.                               menyangkut: (1) Persiapan surat informed consent
                                                      persetujuan sampel mengikuti program penelitian
b. Pengukuran Nyeri                                   dan memberikan informasi terkait pelaksanaan
Salah satu pengukuran nyeri yaitu dengan              program penelitian, (2) Mempersiapkan blangko-
menggunakan VAS, VAS (Visual Analogue Scale)          blangko dan alat pengukuran yaitu visual analogue
adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk           scale (VAS) mengukur tingkat nyeri. (3) Mengisi
mengukur intensitas nyeri dimana nyeri diukur         blangko-blangko penelitian untuk diisi identitas diri
dengan menggunakan garis lurus dengan ukuran 10       dan mengumpulkan kembali.
cm yang menggambarkan intensitas nyeri. Di ujung      2) Prosedur Pemilihan Sampel
sebelah kiri garis diberi tanda yang berarti “tidak   Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel
nyeri” sedangkan di ujung sebelah kanan diberi        yang digunakan adalah teknik cluster sampling
tanda “nyeri yang tidak tertahankan”. Pasien          yaitu pemilihan sampel mengacu pada kelompok
memberi tanda di sepanjang garis tersebut sesuai      dengan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan
dengan intensitas nyeri yang dirasakan, nyeri         yaitu Kriteria Inklusi: (1) Karyawan dan
diukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.      Mahasiswa universitas abdurrab usia 18-30 tahun
                                                      (2). Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal
                                                      hingga akhir penelitian dan menyetujui dengan
                                                      menandatangani informed consent.; Kriteria
                                                      Ekslusi: (1) Karyawan dan mahasiswa yang
                                                      menolak berpartisipasi dalam penelitian ini (2)
                                                      Karyawan dan mahasiswa yang sudah mengikuti
                   Gambar 1                           intervensi penanganan terhadap keluhan nyeri
           AlatUkur Nyeri dengan VAS                  akibat CTS namun nyeri masih dirasakan (3)
                                                      Mengalami gangguan jantung (4) Sampel tidak
3. Metode Penelitian                                  bersedia menjadi subjek penelitian; Kriteria Drop
3.1 Rancangan Penelitian                              Out: (1) Peserta yang mengkonsumsi obat-obatan
     Jenis penelitian yang digunakan adalah           yang mengandung penghilang rasa nyeri selama
penelitian case study dengan desain penelitian pre    penelitian dilaksanakan (2) Peserta yang tidak
and post test yaitu membandingkan antara tingkat      mengikuti kegiatan secara penuh sehingga tidak
nilai nyeri sebelum dan sesudah         diberikan     dapat mencukupi frekwensi latihan selama waktu
intervensi Neuromuskuler Taping pada kondisi          penelitian yang telah ditentukan (3) Saat penelitian,
carpal tunnel syndrome selama 3 mingggu.              sampel mengalami penyakit yang menghambat
                                                      proses intervensi
3.2 Tempat dan Waktu                                  3) Tahap Pelaksanaan Penelitian
    Penelitian dilakukan di Laboratorium Program              Tahap pelaksanaan penelitian menyangkut:
Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab pada     (1) Menyiapkan form pengukuran. (2) Membuat
tanggal 7 Juli s/d 25 Oktober 2019.                   jadwal pengambilan data. (3) Intervensi dilakukan
                                                      selama 3 minggu dengan intensitas pemasangan
3.3 Teknik Pengambilan Sampel                         neuromuscular taping yaitu 2 kali seminggu pada
    Dalam penelitian ini teknik pengambilan           setiap sampel. (4) Setelah mendapatkan intervensi
sampel yang digunakan adalah teknik cluster
                                                                                                        15
selanjutnya dilakukan evaluasi dengan mengukur         c. Perubahan Nilai Nyeri diukur dengan VAS
perubahan tingkat nyeri.                               Hasil perubahan nilai nyeri pada sampel penelitian
                                                       disajikan dalam grafik 1 berikut:
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian                                                       Grafik 1
Hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3             Evaluasi Tingkat Nyeri Kelompok Sampel
minggu pemberian Neuromusculer Taping terhadap                       Sebelum dan Sesudah
5 orang sampel dengan kondisi Carpal Tunnel
Syndrom didapatkan hasil pada masing-masing
sampel penelitian sebagai berikut:
a. Deskripsi Sampel
Karakteristik subjek sampel penelitian yang
termasuk data jenis kelamin, usia (tahun), berat
bada (kg), tingggi badan (m) dan berat badan (kg)
dan Indeks Masa Tubuh. Keseluruhan data
karakteristik sampel diuji dengan Analisa deskriptif
pada SPSS yang menunjukkan normalitas data
sampel, ditunjukkan pada tabel 1 berikut:
                     Tabel 1
       Uji Normalitas Karakteristik Sampel
                             Uji Normalitas
        Karakteristik      Shapiro Wilk Test           Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa
                                    P                  seluruh sampel mengalami perubahan nilai nyeri
     Jenis Kelamin                0.006                setelah pemberian Neuromusculer Taping yang
     Usia                         0.046                diukur dengan alat ukur VAS. Seluruh sampel
     Berat Badan (kg)             0.000                penelitian mengalami penurunan nilai VAS yang
     Tinggi Badan (m)             0.006                bermanksa bahwa terjadi perubahan nilai nyeri
     Kategori IMT                 0.006                menuju tidak nyeri.
     VAS Sebelum                  0.314
     VAS Sesudah                  0.314                4.2 Pembahasan
                                                           Pengaruh Pemberian Neuromuscular Taping
Berdasarkan tabel diatas karakteristik sampel              (NMT) pada Kondisi Carpal Tunnel
menunjukkan bahwa data sampel berdistribusi                Syndrome untuk Mengurangi Nyeri
normal.                                                        Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah
                                                       kumpulan gejala dan tanda akibat penekanan
b. Uji Beda Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah            nervus medianus yang ada di pergelangan tangan
    intervensi dengan alat ukur VAS                    yang dapat menyebabkan parastesia/ kesemutan,
Distribusi data sampel berdasarkan nilai nyeri         nyeri, mati rasa dan kelemahan pada distribusi
dengan menggunakan alat ukur Visual Analogue           nervus medianus pada tangan.
Scale (VAS) sebelum dan setelah diberikan                      Beberapa faktor pekerjaan yang dapat
pemasangan Neuromusculer Taping diuji dengan           mempengaruhi terjadinya CTS menurut Silverstein
Uji Non Parametric paired sampel T-Test yang           (1987), adalah gerakan pergelangan atau jari tangan
ditunjukkan pada tabel 2 berikut:                      yang berulang, kontraksi yang kuat pada tendon,
                                                       gerakan pergelangan tangan yang menekuk ke
                     Tabel 2                           bawah (flexi) atau menekuk ke atas (extensi),
    Uji Beda Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah           gerakan tangan saat bekerja (gerakan menjepit) dan
                                                       tekanan mekanik pada saraf medianus. Sedangkan
                       Uji Paired Sample T-Test        menurut penelitian yang dilakukan oleh Armstrong
        Nilai VAS                                      et al. (2008), perkembangan CTS dipengaruhi oleh
                         Mean            P
      Sebelum                   4.2                    empat faktor kontrol yaitu jenis kelamin, usia,
                                       0.006           index massa tubuh (IMT) dan penyakit penyerta.
      Sesudah                   7.8
                                                       CTS merupakan hasil dari kombinasi kondisi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai       kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang
signifikasi yaitu 0,006 yang menunjukkan < 0.05        dapat meningkatkan tekanan pada saraf medianus
dan     bermakna     ada   pengaruh   pemberian        [9].
Neruromusculer taping terhadap perubahan tingkat               NeuroMuscular Taping (NMT) adalah
nyeri VAS penderita Carpal Tunnel Syndrom.             aplikasi spesifik dari pita perekat elastis ke
                                                       permukaan kulit dengan teknik stimulasi eksentrik
                                                                                                       16
menghasilkan dekompresi dan dilatasi pada daerah       [8]. Eka M. Diagnosis dan Terapi Syndrom
yang tertutupi yang digunakan untuk tujuan                  terowongan karpal [internet].           Jakarta:
terapeutik. Dalam rehabilitasi, NMT diterapkan              Neurology Multiply; 2013        [diakse tanggal
menggunakan protokol yang dirancang untuk                   21 Januari 2017]. Tersedia dari          :
mengurangi sumbatan dari cairan tubuh,                      http://neurology.multiply.com/.
meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan              [9]. Rohmah, Siti. 2016. Analisi Hubungan Faktor-
kelenjar getah,menurunkan kelebihan panas, dan              Faktor Indovidu dengan Carpal Tunnel
memperbaiki homoestasis jaringan, mengurangi                Syndrome (CTS) pada Pekerja Konveksi
peradangan dan hipersensitivitas reseptor nyeri [4].        Seminar Nasional IENACO – 2016. Hal: 73 –
       Aplikasi eksentrik dari NeuroMuscular
                                                            79.
Taping (NMT) pada kulit akan meningkatkan
fungsi dari jaringan otot, tendon, pembuluh saraf,
dan limfatik. NMT dengan teknik eksentrik akan           Nama Penulis
mempengaruhi fleksibilitas dan memperbaiki              1.   Ayu Permata, memperoleh Ahli Madya
koordinasi gerakan pada pasien dengan koordinasi             Fisioterapi pada tahun 2009 di Universitas
otot yang menurun. Penerapan NMT mampu                       Abdurrab.      Kemudian        tahun    2012
merangsang mechanoceptors yang ada di kulit.                 memperoleh gelar Sarjan Sain Terapan
                                                             Fisioterapi di Poltekkes DR.Rusdi Medan
5. Kesimpulan                                                dan pada tahun 2015 telah menyelesaikan
          Berdasarkan analisis penelitian yang telah         Program Pasca Sarjana Fisiologi Olahraga
   dilakukan dan pembahasan dapat disimpulkan                Konsentrasi Fisioterapi di Universitas
   bahwa penerapan Neuromusculer taping pada                 Udayana. Saat ini sebagai Dosen Tetap Prodi
   kondisi Carpal Tunnel Syndrom dengan frekensi             D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.
   2 kali dalam seminggu selama 3 minggu                2.   Ismaningsih, memperoleh Ahli Madya
   memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai              Fisioterapi pada tahun 2012 di Universitas
   nyeri pada sampel penelitian.                             Muhammadiyah Surakarta. Pada tahun 2015
                                                             telah menyelesaikan Program Pasca Sarjana
REFERENSI                                                    Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di
[1]. Lukman, Ns. & Ningsih, N.             (2009).           Universitas Udayana. Saat ini sebagai Dosen
     Asuhan Keperawatan pada Klien dengan                    Tetap Prodi D-III Fisioterapi Universitas
     Ganguan S i s t e m      Muskuloskeletal .              Abdurrab.
     Jakarta : Salemba Medika.
[2].    Tana,     Lusianawaty.   2004.    Sindrom
     Terowongan        Karpal    pada     Pekerja:
     Pencegahan dan Pengobatannya. J Kedokter
     Trisakti. September-Desember 2003, Vol.22
     No.3. Hal: 99 -104
[3]. American Academy of Othopaedic Surgeons.
     2008. Clinical Practice Guideline on the
     Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrom.
     Rosemont: American Academy of Orthopaedic
     Surgeons.
[4]. Blow, David. 2012. Neuromuscular Taping
     From Theory to Practice. Italy: Arti Grafiche
     Colombo
[5]. Bahrudin, M. 2011. Carpal Tunnel
     Syndrome(CTS). Jurnal Saintika Medika
     Universitas Muhammadiyah Malang. 7(14),
     hal 78-87.
[6]. Prakoso, Tegar Dwi & Kurniawaty, Evi. 2017.
     Perempuan Berusia 65 tahun dengan Carpal
     Tunnel Syndrom. J Medula Unila. Vol 7. No. 2.
     April 2017. Hal: 144 – 149.
[7]. Kurniawan, Bina. Faktor risiko kejadian
     carpal        tunnel syndrome          (CTS)
     pada          wanita pemetik melati di
     Desa          Karangcengis, Purbalingga. J
     Promosi       Kes     Indon. 2008; 3(1):2-8.
                                                                                                         17
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
         1
          Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
        Program Studi D3 Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
DOI 10.35451/jpk.v1i1.747
                                      Abstrak
Permasalahan yang sering terjadi bagi para pekerja yaitu Carpal tunnel syndrome
(CTS). Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu gangguan pada tangan akibat
terjepitnya saraf medianus di terowongan karpal, baik akibat adhesi maupun kelainan
tulan-tulang kecil tangan. Saraf medianus menginervasi pada ibu jari, jari telunjuk,
jari tengah dan sebagian pada jari manis, sehingga dapat dirasakan nyeri maupun
paratesia didaerah tersebut. Salah satu cara terapi non-farmakologi yang bisa
digunakan pada CTS ini, melalui pemberian nerve gliding exercise. Nerve gliding
exercise dan pemberian modalitas ultra sound (US) dilakukan dengan tujun untuk
mengurangi penekanan pada pergelangan tangan sehingga nyeri dapat berkurang.
Hasil dari kegitanan pengabdian ini menyatakn bahwa sebanyak 94% peserta sebagai
fisioterapis telah memahami dan mampu menggunakan nerve gliding exercise dan
Ultra Sound (US) terhahap penurunan nyeri pada kasus CTS.
Kata kunci: Nerve Gliding Exercise; Ultra Sound; Carpal Tunnel Syndrome
                                        Abstract
The problem that often occurs for workers is Carpal tunnel syndrome (CTS). Carpal
tunnel syndrome is a disorder of the hand due to compression of the median nerve in
the carpal tunnel, either due to adhesions or abnormalities of the small bones of the
hand. The median nerve innervates the thumb, index finger, middle finger and part of
the ring finger, so that pain and parathesia can be felt in these areas. One way of non-
pharmacological therapy that can be used in CTS is through the provision of nerve
gliding exercise. Nerve gliding exercise and the administration of ultra sound (US)
modality are done with the aim of reducing pressure on the wrist so that pain can be
reduced. The results of this service activity stated that as many as 94% of participants
as physiotherapists had understood and were able to use nerve gliding exercise and
Ultra Sound (US) for pain reduction in CTS cases.
                                             120
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
                                                121
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
pasien CTS yang berkunjung ke rumah                 kearah yang berlawanan. Dimana dosis
sakit grandmed lubuk pakam sekitar 17               pemberikan nerve gliding exercise ini 5
pasien pada setiap bulannya. Selama ini             detik tananan dan dilkukan sebanyak 5
pasien CTS tidak diberikan penanganan               sesi. Setiap sesi diulang sebanyak 10
nerve gliding exercise dan ultra sound.             kali. Setelah diberikan terapi latihan,
Berdasarkan    latar   belakang    yang             lalu sampel diberikan ultra sound di
dikemukakan di atas dan ketertarikan                daerah pergelangan tangannya. Daerah
penulis untuk mengetahui lebih lanjut               yang kan diterapi akan diberikan gel
mengenai     manfaat    nerve    gliding            terlebih    dahulu.     Lalu   peneliti
exercise dan modalitas ultra sound                  menghidupkan alat us dengan frekuensi
pada kasus CTS. Maka penulis membuat                0,8 sampai 3 Mz. Lalu tranducer di
pengabdian dalam bentuk worksop                     arahkan di daerah tangan yang sudah
nerve gliding exercise dan pemberian                diberikan gel tersebut lalu tranducer
ultra sound terhadap penurunan nyeri                digerakkan sesuai arah serbut otot.
pada pasien CTS di Poli Fisioterapi Rs              Dan pemakaian modalitas ini dilakukan
Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2020”.                   selama 10-15 menit.
2. Metode
        Kegiatan       pengabdian       ini
dilakukan melalui workshop dengan
menggunakan metode ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi. Alat ukur
penurunan      nyeri    yang    digunakan
adalah Visual Analog Scale (VAS).
Sebelum        dilakukan      pengukuran
penurunan nyeri pada kelompok yang
diberikan nerve gliding exercise dan
ultra sound (us).
       Langkah-langkah              dalam
pengabdian ini sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
       Prosedur asuhan dicatat dalam
rekam fisioterapi dan rekam medik
Rumah Sakit dengan contoh permulir
terlampir. Peneliti bekerja sama dengan
pasien yang berkunjung di Rumah
Sakit.
2. Pemilihan responden
       Responden yang dipilih adalah
pasien yang datang ke poli fisioterapi
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
esklusi.
3. Tahap pelaksanaan tindakan
       Peneliti akan meengatur posisi
pasien senyaman mungkin di bed.
Kemudian       psosisi   tangan     pasien
dirileksasikan. Lalu fisioterapi menekuk
siku dan ditambah palmar fleksi pada
pergelangan tangan. Kemudian siku di
ekstensikan       dengan     memberikan
genggaman pada pergelangan tangan,
lalu siku di ekstensikan dengan                          Gambar 1. Gerakan dari nerve
memberikan gerakan abduksi dengan                                  gliding exrcise
bantuan dorongan pada paha, dan
meminta responden mengarahkan leher
                                              122
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
                                             123
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat, e-ISSN: 2775-2437
Vol. 1 No.1 Edisi Juni 2021
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JPK
================================================================================================
Received: 16 June 2021 :: Accepted: 16 June 2021 :: Published: 30 June 2021
                                                  124
    PENGARUH MOBILISASI PERGELANGAN TANGAN SETELAH DIBERIKAN
     ULTRASOUND TERHADAP PENURUNAN NILAI NYERI PASIEN CARPAL
                         TUNNEL SYNDROME
  The Effect of Wrist Mobilization after Ultrasound Therapy to Decrease Pain of Patients
                              with Carpal Tunnel Syndrome
                                                   ABSTRAK
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan bentuk cedera tekanan yang berulang pada nervus medianus
dan merupakan syndrome penjepitan saraf yang paling sering ditemukan. Kejadian CTS ini telah menjadi
pusat perhatian peneliti karena merupakan salah satu jenis cummulative trauma disorders (CTD) yang
paling banyak dijumpai. Karena permasalahan tersebut, akibatnya pergelangan tangan menjadi terbatas dan
tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan sehari -hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penambahan intervensi berupa mobilisasi saraf
medianus, carpal dan tendon gliding setelah diberikan Ultrasound terhadap penurunan nilai nyeri CTS.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan quasi eksperimental, dengan desain
penelitian pre and post test two groups design
Populasi penelitian ini adalah pasien CTS di RSUD Sidoarjo sebanyak 70 orang yang dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok 1 yang mendapatkan terapi ultrasound dan kelompok 2 ya ng mendapatkan terapi
ultrasound serta ditambahkan dengan mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding. Uji statistic
yang digunakan adalah independent t test. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai nyeri pada kelompok yang diberikan ultrasound dan kelompok yang diberikan
penambahan dengan mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding ( Asymp. Sig 2-tailed 0,00).
Penurunan nyeri pada kelompok ini lebih significant dikarenakan penggunaan kombinasi dari intervensi tersebut.
Latihan mobilisasi saraf medianus dapat membantu mengembalikan aliran pembuluh darah balik vena dari saraf
medianus sehingga mengurangi tekanan di dalam epineurium sehingga mengurangi nyeri dengan ditambah
latihan tendon gliding dapat mengembalikan aliran pembuluh darah balik vena dari saraf medianus sehingga
mengurangi tekanan di dalam epineurium sehingga nyeri berkurang.
Kata Kunci : CTS, mobilisasi saraf medianus, carpal dan tendon gliding
                                                   ABSTRACT
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a form of recurring damage to the median nerve and is the nerve syndrome
that is most commonly found. CTS was attention of researchers because it is one of the most common types of
cumulative trauma disorders (CTD). Because of these problems, were effected for activity for the daily work. The
purpose of this study was to analyze interventions involving the mobilization of the median nerve, carpal and
tendon gliding after being given an ultrasound to reduce pain of patient with CTS. This research was
experimental research with quasi-experimental, pre-post test design and two groups design
The population of this study was CTS patients in RSUD Sidoarjo. Respondents was 70 patient divided into two
groups: group 1 who received ultrasound therapy only and group 2 who received ultrasound therapy and
median nerve mobilization, carpal and tendon gliding. The statistical test used was an independent t test. The
results showed that there was a significant difference between the values in the group given ultrasound therapy
and the group given by median nerve mobilization, carpal and tendon gliding (Asymp. Sig 2-tailed 0.00). Pain
Reducing in this group is significant because using a combination. Median nerve mobilization exercises can
increase nerve blood flow from the median nerve thereby reducing pressure on the epineurium, and gliding
                                                     152
                                                                                                         153
exercises which can be used to drain venous blood back from the nerves the median reduces the pressure inside
the epineurium and reducing the pain.
Keywords : CTS, mobilization of the median nerve, carpal and tendon gliding
Pemberian mobilisasi ini dilakukan paling          program SPSS dengan menggunakan              uji
sedikit tiga kali selama 1 bulan saat pasien       komparatif uji t tidak berpasangan.
control ke RS serta pasien diajarkan untuk
melakukan tindakan mobilisasi selama               HASIL DAN PEMBAHASAN
dirumah. Pemeriksaan derajat nyeri dengan          HASIL
menggunakan NPRS dengan prosedur                   Pada bagian ini akan disajikan karakteristik
pengukuran yaitu pasien diminta untuk              responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
membuat tiga peringkat nyeri, nyeri       yang     riwayat jatuh menumpu, aktivitas fisik sehari-
dialami saat ini, nyeri yang dirasakan paling      hari, serta karakteristik nyeri pasien CTS. Pada
ringan dan paling buruk selama 24 jam              tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
terakhir. Instruksikan     kepada       pasien     responden kelompok 1 berusia lebih dari 40
untuk menunjukkan        intensitas nyeri pada     tahun (97,15%), berjenis kelamin perempuan
skala 0 (tidak ada rasa sakit) ke 10 (nyeri        (85,72%), tidak memiliki riwayat jatuh
terburuk yang bisa dibayangkan) dengan             menumpu (54,35), serta aktivitas sehari hari
rating angka 0 = tidak ada nyeri, 1 sampai 3       sebagai Ibu Rumah tangga sebesar 60%. Pada
= nyeri ringan, 4 sampai 6 = nyeri sedang, 7       tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian
sampai 10 = nyeri berat (Trisnowiyanto,            besar responden kelompok 2 berusia 40 tahun
2012).                                             atau lebih (85,7%), berjenis kelamin
Untuk melihat Pengaruh Penambahan                  perempuan (77,14%), tidak memiliki riwayat
Mobilisasi Pergelangan Tangan Setelah              jatuh menumpu (68,6), serta aktivitas sehari
Diberikan Ultrasound Terhadap Penurunan            hari sebagai pegawai negri/swasta 57,14%.
Nilai Nyeri CTS dianalisis menggunakan
ABSTRACT
Carpal tunnel syndrome (CTS) is one of the upper extremity disorders caused by
narrowing of the carpal tunnel resulting in an emphasis on the median nerve located on
the wrist. The disorder that occurs in this case is pain, this study aims to determine the
effects of Ultrasound and carpal bone mobilization in reducing pain in cases of carpal
tunnel syndrome. This research method uses a case study that discusses one case in
depth. This study was measured using a Visual Analogue Scale (VAS) to determine the
decrease in pain before and after therapy. The results of this study found that there was
a decrease in pain after therapy.
ABSTRAK
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan salah satu gangguan ekstremitas atas yang
disebabkan oleh penyempitan pada terowongan karpal sehingga terjadi penekanan
terhadap nervus medianus yang terletak pada pergelangan tangan. Gangguan yang
terjadi pada kasus ini adalah nyeri, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari
Ultrasound dan carpal bone mobilization dalam menurunkan nyeri pada kasus carpal
tunnel syndrome. Metode penelitian ini menggunakan case study yang membahas satu
kasus secara mendalam. Penelitian ini diukur dengan menggunakan Visual Analogue
Scale (VAS) untuk mengetahui penurunan nyeri saat sebelum dan sesudah dilakukan
terapi. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat penurunan nyeri setelah
dilakukan terapi..
Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Visual Analogue Scale (VAS),
             Ultrasound, dan Carpal Bone Mobilization
                                                                                        1
 ISSN 2656-7733                                jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
 Volume 2 No. 1 (April, 2020)
PENDAHULUAN
    Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan
dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Aktivitas tangan dan pergelangan tangan yang
berlebihan jika berlangsung lama dapat menimbulkan suatu masalah dan menyebabkan
risiko penyakit akibat kerja. Salah satu masalah yang sering terjadi pada tangan yaitu
carpal tunnel syndrome (CTS) (Tarwaka, 2008).
    Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu gangguan ekstremitas atas yang
disebabkan oleh penyempitan pada terowongan carpal sehingga terjadi penekanan
terhadap syaraf medianus yang terletak di pergelangan tangan (Woodall, 2010).
Sebagian kasus carpal tunnel syndrome tidak diketahui secara jelas penyebabnya,
namun sangat erat hubungannya dengan penggunaan tangan secara berulang dan
berlebihan (Morina et al., 2012). Tanda dan gejala CTS mepiluti rasa nyeri, kesemutan
atau kebas pada bagian distal (jempol, telunjuk, jari tengah dan sisi radial jari manis),
kemampuan menggenggam berkurang dan mempengaruhi gerak fungsional (Ibrahim et
al., 2012).
   Carpal tunnel syndrome merupakan masalah umum dengan angka kejadian setiap
tahunnya adalah 0,5-5,1 per 1000 dan di Inggris antara tahun 1992 – 2001 terdapat
6.245 pasien (55,5%) menderita CTS (Jagga et al., 2011). Menurut Newington et al
(2015), carpal tunnel syndrome lebih sering terjadi pada wanita dengan kejadian tahunan
1,5 per 1000 dan 0,5 per 1000 pada pria. Insidensi pada wanita puncaknya terjadi pada
usia 45 tahun. Di Indonesia prevalensi CTS antara 5,6% sampai 15%. Di Banjarmasin,
berdasarkan data pasien rekam medis poli fisioterapi RS. Bhayangkara TK. III pada
tahun 2018 terdapat 25 orang yang terdiagnosa CTS.
METODE PENELITIAN
    Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus (case study) menggunakan satu
sampel (satu pasien) yang menderita carpal tunnel syndrome dan diberikan intervensi
fisioterapi berupa ultrasound dan carpal bone mobilization dengan frekuensi 2 kali
seminggu selama satu bulan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 – 30 Mei 2019 di
Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Banjarmasin.
   Data penilitian yang diambil menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil pemeriksaan dan pengukuran langsung pada pasien
menggunakan instrumen penelitian yaitu Visual Analogue Scale (VAS), sedangkan data
                                                                                       2
 ISSN 2656-7733                                 jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
 Volume 2 No. 1 (April, 2020)
sekunder diperoleh dari medical record atau dari hasil pemeriksaan lainnya seperti CT-
Scan, MRI atau rontgen dari pasien yang menjadi sampel.
  Data diolah dengan editing dan tabulating. Data yang terkumpul adalah data hasil
pengukuran intensitas nyeri pada carpal tunnel syndrome melalui Visual Analogue Scale
(VAS). Setelah diberikan intervensi fisioterapi, data yang diperoleh melalui VAS tadi
akan dilihat perkembangannya. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat pengaruh
pemberian modalitas fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome dengan gangguan
nyeri.
   Pada minggu keempat terdapat penurunan nyeri, namun penurunan nyeri tersebut
memperoleh angka yang hasil nyeri diam 0 cm (tidakn nyeri), nyeri tekan 3,9 cm (nyeri
ringan), nyeri gerak palmar flexi 3,9 cm (nyeri ringan), nyeri gerak dorsal flexi 3,7 cm
(nyeri ringan), nyeri gerak radial deviasi 3,5 cm (nyeri ringan), nyeri gerak ulnar deviasi
                                                                                         3
 ISSN 2656-7733                                  jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
 Volume 2 No. 1 (April, 2020)
3,3 cm (nyeri ringan). Pada terapi terakhir yaitu terapi kedelapan didapatkan hasil nyeri
diam 0 cm (tidak nyeri), nyeri tekan 3,5 (nyeri ringan), nyeri gerak flexi wrist joint 3,4 cm
(nyeri ringan), nyeri gerak ekstensi wrist joint 3,2 cm (nyeri ringan), nyeri gerak radial
deviasi 2,9 cm (nyeri ringan), nyeri gerak ulnar deviasi 2,8 cm (nyeri ringan).
  Hal ini menunjukan bahwa modalitas fisioterapi berupa ultrasound dan carpal bone
mobilization efektif dalam menurunkan nyeri, namun intervensi tersebut harus dilakukan
secara rutin dan berulang untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pembahasan
  Berdasarkan hasil data di atas, pemberian ultrasound dan carpal bone mobilization
yang diberikan selama 8 kali dalam 4 minggu efektif dalam menurunkan nyeri pada
pasien Ny. M yang memiliki carpal tunnel syndrome.
   Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ono et al (2010) yang
menunjukkan bahwa ultrasound dapat mengurangi nyeri pada kasus carpal tunnel
syndrome dengan dosis dua kali seminggu. Nyeri dapat berkurang dikarenakan efek
thermal yang dihasilkan oleh ultrasound. Efek thermal tersebut mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang membawa oksigen dan
nutrisi menjadi lebih lancar sehingga nyeri berkurang (Sugijanto & Bimantoro, 2008).
Menurut Hayes & Hall (2016), penggunaan ultrasound pada kondisi carpal tunnel
syndrome menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding terapi dengan modalitas lain.
Hal ini dilihat dari penurunan nyeri secara signifikan setiap minggunya. Menurut
Bakhtiary & Rashidy-Pour (2004), ultrasound lebih efektif dalam mengurangi nyeri
sebanding dengan penggunaan splint atau suntikan kortikosteroid.
   Sementara itu, penelitian lain oleh Tal-Akabi & Rushton (2000) menunjukkan bahwa
carpal bone mobilization dapat mengurangi nyeri akibat carpal tunnel syndrome dengan
dosis dua kali seminggu selama 3 minggu. Menurut Paramita (2017) carpal bone
mobilization memiliki dua macam teknik yaitu gerakan traksi dan mobilisasi sendi.
Gerakan traksi yang dilakukan pada tulang carpal dan permukaan sendi dapat
mengurangi gaya tekan pada sendi. Gaya tekan sendi yang berkurang akan
menurunkan tekanan di dalam terowongan carpal sehingga penekanan yang terjadi
pada saraf medianus juga akan berkurang. Sedangkan mobilisasi sendi yang berupa
fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan dapat memunculkan efek analgesik dan
meningkatkan elastisitas struktur sendi. Teknik mobilisasi ini dapat menurunkan nyeri
sehingga memungkinkan perluasan gerak dan menambah mobilitas pergelangan
tangan. Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghunay
& Alp (2015) yang menyebutkan bahwa terdapat penurunan nyeri pada kelompok
sampel yang diberikan carpal bone mobilization.
KESIMPULAN
  Penatalaksanaan fisioterapi dengan menggunakan ultrasound dan carpal bone
mobilization dapat mengurangi nyeri pada carpal tunnel syndrome.
DAFTAR PUSTAKA
Arovah, N. I. (2010). Dasar – Dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Yogyakarta: FIK
     UNY.
Bakhtiary, A. H., & Rashidy-Pour, A. (2004). Ultrasound and Laser Therapy in The
     Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. Aust J Physiother, 50(3), 147-151.
                                                                                           4
 ISSN 2656-7733                                jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT
 Volume 2 No. 1 (April, 2020)
Ghunay, B., & Alp, A. (2015). The Effectiveness of Carpal Bone Mobilization
      Accompanied by Night Splinting in Idiopathic Carpal Tunnel Syndrome. Turk J
      Phys Med Rehab, 61, 45-50.
Hayes, K., & Hall, K. (2016). Agen Modalitas untuk Praktik Fisioterapi (6th ed). Jakarta:
      EGC.
Ibrahim, I., Khan, W. S., Goddard, N., & Smith, P. (2012). Carpal Tunnel Syndrome: A
      Review of the Recent Literature. Open Orthop J, 6: 69-76.
Jagga, V., Lehri, A., & Verma, S. K. (2011). Occupation and Its association with Carpal
      Tunnel Syndrome – A Review. J Exer Sci Physiother, 7(2): 68-78.
Morina, F., Bytyqil, C., Mustafa, A., & Morina, G. (2012). Carpal Tunne Syndrome:
      Diagnosis and Surgical Treatment: Clinic of Orthopedics, University Clinical Center
      of Kosova, Prishtina, Kosova.
Newington, L., Harris, E. C., & Walker-Bone, K. (2015). Carpal Tunnel Syndrome and
      Work. Best Pract Res Clin Rheumatol, 29(3): 440-453.
Ono, S., Clapham, P. J., & Chung, K. C. (2010). Optimal Management of Carpal Tunnel
      Syndrome. Int J Gen Med, 3: 255-261.
Paramita, G. P. P. (2017). Efektifitas Kombinasi Carpal Bone Mobilization dengan Nerve
      and Tendon Gliding terhadap Penurunan Nyeri Akibat Carpal Tunnel Syndrome
      (CTS) pada Ibu PKK Kecamatan Sukosari Bondowoso. Skripsi. Universitas
      Muhammadiyah Malang.
Sugijanto & Bimantoro, A. (2008). Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound dan
      Manual Longitudinal Muscle Stretching dengan Ultrasound dan Auto Stretching
      terhadap Pengurangan Nyeri pada Kondisi Sindroma Myofacial Otot Upper
      Trapezius. Jurnal Fisioterapi Indonesia, 8(1): 1-24.
Tal-Akabi, A., & Rushton, A. (2000). An Investigation to Compare the Effectiveness of
      Carpal Bone Mobilisation and Neurodynamic Mobilisation as Method of Treatment
      for Carpal Tunnel Syndrome. Man Ther, 5(4): 214-222.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3
      di Tempat Kerja. Surabaya: Harapan Press.
Woodall, C. (2012). Clinical Guideline for The Conservative Management of Carpal
      Tunnel Syndrome. Advanced Musculosceletal Physiotherapist: Clinical Guideline
      Ratification Group.
                                                                                       5
  PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN
    TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL
   SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO
             SOEKARJO PURWOKERTO
                        Vega Indra Utama1 Nur Susanti2
            (1) Program Studi D III Fisiotrapi Fakultas Imu Kesehatan
                           (2) Universitas Pekalongan
Abstract
Carpal tunnel syndrome is a symptom that occurs due to the emphasis on N. The median is the
cause of repetitive motion or trauma. The objectives to be achieved, namely, reduce pain, increase
range of motion, increase muscle strength, and enhance the functional activity of the patient. The
objectives are: increase muscle strength in the left wrist area, increase range of motion left wrist,
and restore functional activity with respect to the functional activity of the left hand.
In helping to overcome these problems can be used modalities of ultrasound physiotherapy and
exercise therapy. And the results obtained at the end of therapy include: increased muscle strength,
increase range of motion, and the enhancement of functional activity. Based therapy is carried out
for 6 times to get the following results: (1) an increase in muscle strength of dorsal flexion of T1 to
T6 = 4 = 5, Palmar flexion T1 to T6 = 3 = 4, (2) an increased range of motion Active dorso palmar
flexion T1 = 50 º -0 º -55 º to T6 = 50 º -0 º -60 º.
Keywords: Carpal Tunnel Syndrome Sinistra with U.S. modalities (ultra sound) and exercise
therapy.
                                                                                                   35
dengan kajian menyangkut aspek                      X        : Keadaan       pasien       belum
peningkatan          (promotif),          aspek     diberikan program fisioterapi
pencegahan          (preventif),            aspek   Y        : Keadaan       pasien      setelah
penyembuhan              (kuratif),       aspek     diberikan program fisioterapi
pemulihan           dan        pemeliharaan         Z        : Program fisioterapi
(rehabilitatif)      untuk       mewujudkan         Permasalahan yang timbul sebelum
program pemerintah yaitu Indonesia                  pasien menjalani program terapi
Sehat 2010 (DepKes RI, 1999).                       adalah pasien mengalami rasa nyeri,
                                                    ba’al,      dan       kesemutan         pada
METODE PENELITIAN                                   pergelangan tangan kirinya, terutama
1.   Pendekatan                                     dari ibu jari sampai ½ jari ke 3,
Dalam          penelitian      ini      penulis     pasien       belum       mampu         untuk
menggunakan             metode        deskriptif    melakukan         aktivitas       sehari-hari
Analitik          untuk          mengetahui         dirumah         sehubungan           dengan
assessment        dan     perubahan         yang    aktivitas tangan kirinya. Kemudian
dapat          diketahui.         Rancangan         pasien       menjalani        pemeriksaan
penelitian yang digunakan adalah                    fisioterapi yang berupa nyeri dengan
studi kasus.                                        skala VDS, pemeriksaan kekuatan
2.   Desain Penelitian                              otot dengan MMT, pemeriksaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara                lingkup       gerak      sendi       dengan
melakukan                interview           dan    Goneometer,       dan     dilakukan      test
observasional pada seseorang pasien                 spesifik berupa : phalen test, tinnel
dengan         kondisi      Carpal      Tunnel      test, phrayer test. Setelah melakukan
Syndrome Sinistra. Desain penelitian                pemeriksaan                      didapatkan
digambarkan sebagai berikut:                        permasalahan kapasitas fisik dan
                                                    kemampuan             fungsional,       oleh
           X                            Y           fisioterapis pasien diberi modalitas
                                                    Ultra Sound (US) dan terapi latihan.
                                                    Dengan          pemberian           tersebut
                          Z
                                                    diharapkan adanya peningkatan pada
Keterangan:                                         kapasitas     fisik    dan    kemampuan
                                                                                              36
fungsional pada pergelangan tangan           0    : tidak dapat berkontraksi
kiri pasien.                                 1    : ada kontraksi tetapi tidak ada
                                             pergerakan sendi
Instrumen Penelitian                         2    : ada gerakan, tidak
                                             dapat melawan gravitasi, gerakan full
1.     Nyeri dengan skala VDS                ROM
       VDS (Value Descriptive Skale),        3    : gerakan full ROM,
       Dengan definisi merupakan cara        dapat melawan gravitasi
       pengukuran derajat nyeri yang         tanpa adanya tahanan
       terdiri dari angka 1-7. Untuk         4    : mampu melawan gravitasi
       skala penilaian yaitu : 1 : Tidak     gerakan full ROM dengan tahanan
       nyeri, 2 : Nyeri sangat ringan, 3 :   minimal,
       Nyeri ringan, 4 : Nyeri tidak         5    : mampu melawan gravitasi
       begitu berat, 5 : Nyeri cukup         gerakan full ROM dengan tahanan
       berat, 6 : Nyeri berat, 7 : Nyeri     maksimal.
       tidak tertahankan.
2.     Kekuatan otot dengan MMT              3.   Lingkup Gerak Sendi (LGS)
       Yaitu     suatu      cara    yang          Yaitu cara yang dilakukan oleh
dilakuakan oleh fisioterapi untuk            fisioterapi    untuk        mengetahui
mengetahui besarnya nilai kekuatan           besarnya lingkup gerak yang bisa
otot yang dilakuakn dengan cara              dilakukan pada suatu sendi. disini
menggerakkan anggota gerak baik itu          penulis    menggunakan      alat   yaitu
dari pasien sendiri ataupun dari             goneometer untuk mengukur LGS
fisioterapis. Pemeriksaan kekuatan           dengan kriteria derajat normal pada
otot     biasanya    dilakukan     dengan    pergelangan tangan sebagai berikut:
MMT (Manual Muscle Testing) yang             Sagital        : 50° - 0° - 60°
berfungsi untuk menentukan derajat           Frontal        : 20° - 0° - 30°
kelemahan otot atau mengetahui               4.   Spasme otot dengan palpasi
kemampuan             pasien       dalam          Spasme otot dilakukan dengan
mengkontraksikan otot atau group             cara palpasi yaitu: dengan jalan
otot secara voluntary.                       menekan dan memegang organ atau
                                                                                  37
bagian      tubuh       pasien       untuk   2.   Data sekunder
mengetahui kelenturan otot bahu,             a.   Studi Dokumentasi
misal terasa kaku, tegang atau lunak.                Pada      dokumentasi       penulis
Untuk kriteria penilaiannya sebagai          mengamati dan mempelajari data
berikut:                                     status pasien di RSUD Prof. Dr.
     Nilai 0     : tidak spasme              Margono Soekarjo Purwokerto.
     Nilai 1     : spasme ringan             b.   Studi Pustaka
     Nilai 2     : spasme sedang                      Dari buku-buku, kumpulan
     Nilai 3     : spasme berat              artikel, dan bahan kuliah yang
Prosedur Pengambilan Data                    berkaitan dengan kasus carpal tunnel
1.   Data primer                             sydrome sinistra.
a.   Pemeriksaan fisik                            Anatomi dan Fisiologi
         Bertujuan              mengetahui
                                                        Pergelangan              tangan
keadaan        fisik      pasien     yang
                                                  dibentuk oleh beberapa jaringan
pemeriksaannya meliputi: tanda vital,
                                                  antara lain : tulang, tendon, otot,
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
                                                  ligament,     kapsul       sendi    dan
pemeriksaan       gerak     dasar,    dan
                                                  beberapa           saraf           yang
kemampuan fungsional.
                                                  menginervasi       daerah      tangan.
b.   Interview
                                                  Carpal Tunnel di bentuk oleh
         Metode ini dengan cara tanya
                                                  fleksor       retinakulum          yaitu
jawab antara terapis dengan pasien
                                                  transvers carpal ligament dan
atau anamnesis langsung dengan
                                                  palmar carpal ligament yang
pasien, tetapi anamnesis ini bisa juga
                                                  kuat sebagai atapnya sedangkan
dilakukan pada orang lain atau
                                                  bagian     bawah    dibentuk        oleh
keluarga yang mengetahui keadaan
                                                  tulang carpal yang terdiri dari 8
pasien atau kondisi pasien.
                                                  tulang : Scapoideum, Lunatum,
c.   Observasi                                    Triquetrum,      Pisiforme         untuk
         Dilakukan untuk mengetahui               bagian      proksimal,      sedangkan
perkembangan           pasien       selama        untuk bagian distal adalah tulang
diberikan terapi.                                 Trapezium,             Trapezoideum,
                                                                                       38
Capitatum,      Hamatum.         Carpal    hamatum disebelah medial kira-
Tunnel dilalui nervus medianus             kira 3 cm kedalam palmar. Otot-
yang      kearah    distal,     Fleksor    otot lengan bawah yang disarafi
Digitorum Superficialis (FDS),             oleh nervus medianus antara lain:
Fleksor      Digitorum         Profunda    m. pronator teres, m. flexor
(FDP), Fleksor Poliscis Longus             carpi     radialis,    m.      palmaris
(FPL).                                     longus,     m.     flexor     digitorum
   Nervus                     medianus     provundus,         m.flexor     pollicis
dipercabangkan         dari     pleksus    longus dan pronator quadratus.
brachialis     dengan     dua      buah             Nervus               medianus
kaput.     Kedua      kaput     tersebut   mensarafi         otot-otot      fleksor
berasal dari fasikulus lateral dan         lengan     bawah       dan     otot-otot
fasikulus medial. Kedua kaput              fleksor      pergelangan         tangan
tersebut bersatu pada bawah otot           sehingga apabila ada lesi yang
pektoralis minor, jadi serabut-            mengenai nervus medianus akan
serabut      dari   dalam       trunkus    menyebabkan                   terjadinya
berasal dari tiga segmen servical          penurunan sensoris pada bagian
yang bawah dan dari segmen                 volar     lengan      bawah,     daerah
thorakal pertama medulla spinalis          palmar tangan jari 1, 2, 3 dan
didalam      lengan     atas     bagian    setengah jari ke-4.
bawah n. brakialis ini bercabang
                                           Biomekanik
menjadi 3. Nervus medianus ini
berjalan        sepanjang         arteri            Ditinjau dari morfologinya
brachialis dan lewat sisi palmar           termasuk artikulasio ellipsoidea,
lengan bawah dimana serabut ini            tetapi       fungsinya          sebagai
menuju telapak tangan dengan               artikulatio gluboidea. Gerakan
melewati       terowongan        carpal    yang terjadi pada persendian itu
berbentuk silinder yang ditutupi           yaitu fleksi dengan lingkup gerak
oleh ligamen carpi trasversum              sendi 60º, ekstensi 50º, ulnar
dan membentang dari tulang                 deviasi 30º, dan untuk radial
skapoideum          sampai       tulang    deviasi 20º. Derajat fleksi dan
                                                                                39
dan ulnar deviasi lebih besar               dalam Carpal Tunnel pada
dibandingkan          dengan     gerakan    pergelangan        tepatnya     di
ekstensi dan radial deviasi, hal ini        bawah fleksor retinakulum.
disebabkan           karena       bentuk    Sindrom ini terjadi akibat
permukaan        sendi    radius     dari   kenaikan       tekanan      dalam
ligamen      bagian      dorsal     lebih   terowongan         yang     sempit
kendor dari pada bagian palmar.             yang dibatasi oleh tulang-
                                            tulang carpal serta ligament
          Pada       gerakan       radial
                                            carpi tranversum yang kaku
deviasi terjadi gerakan rolling
                                            sehingga menjebak nervus
tulang karpal dan sliding kearah
                                            medianus (Rambe, 2004).
ulnar. Sedangkan pada gerakan
palmar      fleksi      tulang     karpal            Ada              beberapa
rolling ke ventral dan sliding ke           penyebab mengenai patologi
dorsal.                                     dari Carpal Tunnel Syndrome
                                            (CTS).      Pada        umumnya
Patologi
                                            karena faktor mekanik, faktor
1. Definisi
                                            non      mekanik    dan     faktor
    Carpal       Tunnel        Syndrome
                                            vaskuler, ketiga faktor ini
    (CTS) merupakan gangguan
                                            memegang       faktor      penting
    umum         yang     berhubungan
                                            dalam terjadinya CTS. Pada
    dengan           pekerjaan      yang
                                            umumnya CTS terjadi secara
    disebabkan                   gerakan
                                            kronis      dimana          terjadi
    berulang-ulang dan posisi
                                            penebalan                  fleksor
    yang menetap pada jangka
                                            retinakulum                   yang
    waktu yang lama yang dapat
                                            menyebabkan                tekanan
    mempengaruhi saraf, suplay
                                            terhadap nervus medianus.
    darah        ke      tangan      dan
                                            a. Gerakan berulang dengan
    pergelangan tangan. Carpal
                                               kontraksi        yang      kuat
    Tunnel                     Syndrome
                                               menimbulkan
    merupakan                  neuropati
                                               pembengkakan             sarung
    terhadap nervus medianus di
                                                                            40
      tendon           kemudian     iskemik saraf. Keadaan iskemik
      menimbulkan        tekanan
                                    ini kemudian diperberat oleh
      pada sarung tendon.
                                    peninggian tekanan intravaskuler
   b. Tekanan yang berulang-
                                    yang menyebabkan berlanjutnya
      ulang, kuat dan lama akan
                                    gangguan         aliran        darah.
      menyebabkan peninggian
                                    Selanjutnya terjadi vasodilatasi
      tekanan      intravaskuler.
                                    yang       menyebabkan         odema
      Akibatnya aliran darah
                                    sehingga kerja saraf dan darah
      intravaskuler   melambat,
                                    terganggu,     akibatnya       terjadi
      kongesti yang terjadi ini
                                    kerusakan saraf tersebut.
      akan menggangu nutrisi
                                    2. Etiologi
      intravaskuler lalu diikuti
                                                                       41
pada   pasien        lanjut     usia.           lupus             eritematosus
Beberapa                       pakar            sistemik.
menghubungkan             gerakan           f. Degeneratif;
yang   berulang-ulang           pada            osteoarthritis.
pergelangan tangan dengan                       Obyek Yang Dibahas
bertambahnya                   resiko
                                         a. Nyeri
penderita     serta      gangguan
pada kasus ini:                                       Nyeri ini disebabkan
a. Adanya       rasa     sakit     di       oleh        penekanan           pada
   pergelangan tangan atau                  retinakulum dan penjepitan
   tangan yang menjalar ke                  nervus           medianus       yang
   arah proximal.                           mengakibatkan           peninggian
                                                                              42
   nyeri, jika nyeri terjadi dalam                            Karena immobilisasi
   jangka waktu yang panjang                        yang      terlalu            lama              pada
   maka akan mengakibatkan                          penderita       Carpal                 Tunnel
   otot dalam keadaan inaktif                       Syndrome tahap lanjut dapat
   atau        digunakan           tidak            dijumpai atrofi pada otot
   maksimal                   sehingga              yang      di        sarafi              nervus
   elastisitasnya berkurang dan                     medianus        yaitu                 otot-otot
   terjadi penurunan kekuatan                       tenar.
   otot.
d. Keterbatasan LGS                         HASIL DAN PEMBAHASAN
                                                                                                    43
                              Dari         tabel          dilihat        bahwa                             pada        sendi        terjadi
T6 5. bertambah.
                                                                                                                                        44
                Fisioterapi           merupakan      Sujatno.com/2002/01/Carpal Tunnel
     salah satu pilihan terapi dari                  Syndrome.html
     berbagai macam terapi yang bisa
                                                     Akses        30          April      2012;
     diberikan        pada      kondisi       ini.
                                                     http://medicastore.com/penyakit/333/
     Prinsip dasar dari pemberian
                                                     Carpal      Tunnel       Syndrome.html,
     fisioterapi            adalah         untuk
                                                     Rambe, 2004.
     menyelesaikan           masalah        yang
     muncul          dari     titik     terendah     Akses         6          Mei        2012;
     bahkan          sampai       menghilang         http://alatterapi.wordpress.com/categ
     permasalahan.                                   ory/jenis massage/
                                                                                            45
  Company, Cameron; 1999, hal 47-       Parjoto; Segi Praktis Fisioterapi;
49, 273-350.                            edisi kedua, Binarupa Aksara, 2002.
46