Analisis Kelayakan Pada Agroindustri Kopi Bubuk Di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
Analisis Kelayakan Pada Agroindustri Kopi Bubuk Di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
Wayan SAG Artsamaindra Oka1*, Bella Lilis Apriyani2, K. Ajeng Candra K.D2
1*
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
2
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
*
Penulis Korespondensi : artzawayan99@gmail.com
ABSTRACT
This research is motivated by a perspective where the coffee commodity is one of the
commodities that is very profitable and has strategic benefits both in terms of the economy and
food in Indonesia. The development of the business in the field of processed coffee commodities
is very profitable because it has good prospects and opportunities in the market where it is put
to good use by coffee farmers in Nogosari Village, Rambipuji District, Jember Regency. The
purpose of this research itself is to analyze the feasibility of agro-industry business of coffee-
powder processors in Nogosari Village by looking at the marketing aspects, production method
technology, and management and impact of the agro-industry activities in their financial
aspects. The study uses a purposive sampling method for site and resource selection and the
data will be analyzed using a business feasibility analysis method. The results showed that in
the marketing aspect of agroindustry of coffee powder processing in Nogosari Village used two
marketing channels, namely producers to consumers and producers to retailers to consumers
supported by the use of STP methods and the use of modern technology, and from a business
feasibility analysis the results obtained were NPV 278,603 269,8; Net B / C 2.44; Gross B / C
1.32; IRR 59.61; PR 2.44; PP 2 Year 5 Month 26 Days which shows the business is feasible to
run. The results show that both in the aspects of marketing, technology, technical and also the
financial feasibility of ground coffee agroindustry in Nogosari Village, Rambipuji District,
Jember Regency is feasible to run
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu perspektif dimana komoditas kopi merupakan salah
satu komoditas yang sangat mengutungkan dan memiliki manfaat yang strategis baik dalam sisi
ekonomi maupun pangan di Negara Indonesia. Perkembangan usaha di bidang olahan komoditas
kopi sangat menguntungkan karena memiliki prospek dan peluang yang baik di pasar dimana
hal tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh petani kopi di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji
Kabupaten Jember. Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah untuk menganalisis kelayakan
usaha agroindusti dari pengolah kopi bubuk di Desa Nogosari dengan melihat aspek pemasaran,
teknologi metode produksi, serta manajemen dan impact dari kegiatan agroindustri tersebut
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2021.005.02.12
Wayan SAG Artsamaindra Oka – Analisis Kelayakan pada Agroindustri ........................................ 415
dalam aspek finansial mereka. Penelitian tersebut menggunakan metode purposive sampling
untuk pemilihan lokasi dan narasumber dan data akan dianalisis menggunakan metode analisis
kelayakan bisnis. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam aspek pemasaran agroindustri kopi
bubuk pengolah di Desa Nogosari menggunakan dua saluran pemasaran yaitu produsen ke
konsumen dan produsen ke pengecer ke konsumen yang ditunjang oleh penggunaan metode
STP serta penggunaan tekonologi yang modern, dan dari analisis kelayakan bisnis didapat hasil
yaitu NPV 278.603.269,8; Net B/C 2,44 ; Gross B/C 1,32; IRR 59,61; PR 2,44; PP 2 Tahun 5
Bulan 26 Hari yang menunjukan usaha tersebut layak untuk dijalankan. Hasil menunjukan
bahwa baik dalam aspek pemasaran, teknologi, teknis dan juga kelayakan finansial agroindustri
kopi bubuk di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember layak untuk dijalankan.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki beragam jenis kopi yang diminati pasar internasional diantaranya
adalah kopi arabika gayo (Sumatra), kopi arabika kintamani (Bali), kopi robusta temanggung
(Jawa Tengah), kopi arabika java ijen raung (Jawa Timur) dan masih banyak lagi. Keseluruhan
kopi yang dimiliki Indonesia memiliki ciri khas masing-masing yang berdeda di tiap daerah.
Kopi milik Indonesia memiliki ciri khas dalam penyajiannya yang dihaluskan dengan cara
ditumbuk. Kopi robusta dan kopi arabika adalah jenis kopi yang umum ditanam di Negara
Indonesia (Yulia et al., 2017)
Produksi di Kabupaten Jember relatif tinggi, Kopi di Kabupaten Jember memiliki rasa yang
khas. Kabupaten Jember memiliki ketinggian dan topografi yang sesuai dengan yang syarat
hidup tanaman kopi sehingga sangat mendukung produksi kopi yang berkualitas tinggi dan
memiliki mutu yang baik, hal ini membuat produksi kopi di Kabupaten Jember diminati oleh
pasar nasional hingga pasar internasional. Sentra produksi banyak yang berada di Kabupaten
Jember. Produksi kopi terbanyak pada Kecamatan Rambipuji berada di Kecamatan Silo
walaupun sempat mengalami penurunan produksi. Kecamatan Rambipuji memiliki kekurangan
dan kelebihan dalam memproduksi kopi. Kecamatan Rambipuji bukan penghasil produksi kopi
sebanyak Kecamatan Silo dan Kecamatan Sumberbaru akan tetapi di Kecamatan Jenggawah
terdapat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, yang dimana diharapkan fasilitas tersebut mampu
memberikan inovasi dan meningkatkan nilai tambah pada komoditas kopi di Kecamatan
Rambipuji.
Menurut Hariyati (2014), agroindustri kopi memiliki peluang yang cukup besar untuk
dilakukan pengembangan dimana hal tersebut dapat dilihat dari jumlah permintaan yang mulai
meningkat. Kopi bubuk merupakan salah satu hasil pengolahan dari biji kopi yang memiliki
prospek serta peluang pasar yang baik. Kopi bubuk memiliki banyak peminat baik dari kalangan
muda hingga kalangan tua. Agroindustri kopi bubuk tidak mudah dilakukan karena tidak hanya
membutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik dari kopi tersebut, pihak
pengolah juga harus mengetahui seluk beluk dari produk kopi bubuk itu sendiri. Berdasarkan
pada beberapa latar belakang yang ada, maka pihak peneliti tertarik melakukan
pengkajian lebih lanjut terkait dengan kelayakan agroindustri kopi bubuk dengan
mempertimbangkan aspek pasar dan pemasaran, aspek metode dan teknologi, aspek manajemen
dari organisasi, dan juga aspek finansial ekonomi di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji
Kabupaten Jember.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi pasar dan kegiatan
pemasaran, aspek teknologi dan metode produksi, serta kegiatan manajemen dan peorganisasian
agroindustri kopi dan kondisi finansial ekonomi agroindustri kopi di Desa Nogosari Kecamatan
Rambipuji Kabupaten Jember.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian penentuan lokasi yang digunakan adalah metode kesengajaan. Daerah
penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah
yang tinggi dalam hal produksi kopi di Jawa Timur. Lokasi yang dipilih adalah Desa Nogosari
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember dan dipilih secara sengaja. Pemilihan lokasi penelitian
dikarenakan di desa tersebut terdapat lembaga Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(Puslitkoka).
Metode penghimpunan data yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode penelaahan
pustaka. Data-data yang diperoleh dengan metode tersebut disebut data sekunder yang berasal
dari buku, artikel, jurnal penelitian, skripsi, dan data dari website resmi yang berasal dari
internet. Data yang dimaksudkan adalah data yang berisi tentang kegiatan agroindustry kopi,
cara pemasaran yang efisien, aspek metode dan teknologi, aspek manajemen dan
peorganisasian, aspek finansial dan aspek lainnya.
Rumusan masalah pertama adalah analisis deskriptif mengenai aspek kondisi pasar dan
kegiatan pemasaran, aspek metode dan teknologi serta aspek manajemen dan pengorganisasian.
Rumusan masalah kedua mengenai aspek dana agroindustri kopi bubuk di Desa Nogosari
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Analisis aspek finansial agroindustri kopi bubuk
dapat dianalisis menggunakan metode analitik. Analisis data menggunakan metode analitik
agroindustri kopi bubuk di Kecamatan Jenggawah berdasarkan aspek finansial dan ekonomi
dapat diukur melalui kriteria investasi yang diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR
(Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), Gross B/C (Gross Benefit Cost
Ratio), PR (Profitability Ratio), PP (Payback Period), dan Sensitivitas (Pahlevi et al., 2014).
Dimana:
NPV : Net Present Value
Bt : Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
Ct : Cost atau biaya pada tahun ke-t
i : Suku bunga (discount factor)
t : Tahun ke-t
n : Jumlah tahun
Indikator Kelayakan:
NPV > 0 atau memiliki nilai positif maka usaha agroindustri kopi yang dilaksanakan layak untuk
diusahakan.
NPV < 0 atau memiliki nilai negatif maka usaha agroindustri kopi yang dilaksanakan tidak
terlalu layak untuk dilanjutkan kegiatan usahanya.
NPV = 0 memiliki arti jika kegiatan agroindustri kopi berada pada keadaan titik impas.
Dimana:
IRR : Internal Rate of Return
i1 : Tingkat bunga 1 yang menghasilkan NPV 1
i2 : Tingkat bunga 2 yang menghasilkan NPV 2
NPV1 : Net Present Value 1
NPV2 : Net Present Value 2
Indikator kelayakan:
IRR > tingkat bunga relevan maka usaha agroindustri kopi layak untuk diusahakan.
IRR < tingkat bunga relevan maka usaha agroindustri kopi tidak layak untuk diusahakan.
IRR = tingkat bunga relevan maka usaha agroindustri kopi berada pada kondisi yang netral
Dimana:
Gross B/C : Gross Benefit Cost Ratio
Bt : penerimaan kotor usaha pada tahun ke-1 hingga tahun
ke-n
Ct : biaya (cost) usaha pada tahun ke-1 hingga tahun ke-n
n : umur usaha
i : tingkat suku bunga ke-1 hingga ke-n
t : tahun (tahun ke-1 sampai tahun ke-n)
Indikator Kelayakan:
Gross B/C > 1 maka usaha agroindustri kopi dapat dikatakan cocok untuk diusahakan
Gross B/C < 1 maka usaha agroindustri kopi dikatakan tidak cocok untuk diusahakan
Gross B/C = 1 maka usaha agroindustri kopi berada pada titik impas.
𝐵𝑡 − 𝐸𝑝
∑𝑛𝑡=0/ 1
(1 + 𝑖)𝑡
𝑃𝑅 =
𝐾𝑡
∑𝑛 0
𝑡=
1
(1 + 𝑖)𝑡
Dimana:
PR : Profitability Ratio
Bt : penerimaan kotor pada tahun ke-1 hingga tahun ke-n
t : tahun
Indikator kelayakan:
PR > 1 maka usaha agroindustri kopi menguntungkan dan wajar untuk diusahakan.
PR < 1 maka usaha agroindustri kopi merugikan dan tidak wajar untuk diusahakan.
PR = 1 maka usaha agroindsurti kopi berada dalam keadaan titik impas, tidak untung dan tidak
rugi.
7. Sensitivitas
Analisis sensitivitas diperlukan untuk melihat parameter dan investasi yang sebelumnya
telah ditetapkan dapat mengalami adanya perubahan karena faktor situasi serta faktor kondisi
selama masih berada dalam umur investasi.
Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan Teknologi, Aspek Manajemen dan
Organisasi
Pemasaran adalah sebuah sistem dalam kegiatan bisnis yang digunakan untuk memenuhi
keinginan serta kebutuhan dengan proses penukaran yang saling disepakati dan menguntungkan
dimana Pusat Peneletian Kopi dan Kakao Indonesia sebagai produsen dan masyarakat umum
dan para wisatawan sebagai konsumen. Strategi yang tepat dalam pemasaran dilaksanakan agar
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Saluran pemasaran adalah lembaga atau perorangan
yang saling ketegantungan dalam menyalurkannya hingga ketangan konsumen. Saluran pada
agroindustri ini terdiri dari 2 saluran pemasaran.
Saluran Pemasaran 1
Produsen Konsumen
Berdasarkan gambar 4.1 saluran pemasaran pada produk kopi bubuk di Desa Nogosari
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember dilakukan secara langsung dari produsen atau petani
pengolah kemudian di pasarkan ke konsumen ataupun masayarakat umum secara langsung
tanpa melalui media perantara dalam pemasarannya. Konsumen dapat membeli produk bubuk
kopi dari pembelian secara langsung di tempat pengolahannnya atau dengan membeli melalui
outlet yang telah tersedia di Puslitkoka yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Jember.
Saluran Pemasaran 2
Berdasarkan gambar 4.2 saluran pemasaran kedua ini memasarkan produk yang berupa kopi
bubuk dengan menggunakan jasa para pengecer dalam pemasarannya. Produk kopi bubuk yang
dari produsen dijual pada konsumen dengan perantara pengecer. Pedangang pengecer yang
dimaksudkan adalah pedagang yang biasanya menjual produk oleh-oleh khas Jember.
Kerjasama antara produsen dan pengecer dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir adanya
resiko kerugian yang kemungkinan akan dialami oleh keduanya dan untuk memperkenalkan
produk dengan jangkauan yang lebih luas lagi.
Pemasaran bubuk kopi ini dilakukan secara efektif dan efisien dengan menerapkan strategi
pemasaran dalam menjalankannya. Pemasaran bubuk kopi ini dilakukan dengan menggunakan
strategi STP (Segmenting, Targeting, Positioning). Segmentasi produk kopi bubuk ini
dibedakan pada segmentasi yang berdasarkan pada jenis usia dan kondisi sosial masyarakat,
sehingga kopi bubuk ini dapat dikonsumsi oleh berbagai jenis usia dan kalangan, dari kalangan
atas hingga kalangan bawah. Target pasar yang utama adalah remaja hingga dewasa dengan
kisaran usia antara 18 tahun hingga 40 tahun dan berjenis kelamin laki-laki karena pada usia
tersebut kebanyakan laki-laki sangat gemar mengkonsumsi kopi. Positioning pada produk kopi
yang dihasilkan di Desa Nogosari, ciri khas dari rasa yang dihasilkan dari bubuk kopi tersebut
adalah tidak sama dengan bubuk yang lainnya. Bubuk yang dihasilkan adalah produk khas asal
pulau jawa yang diolah secara profesional dan tanpa adanya tambahan dari berbagai bahan-
bahan pengawet dan bahan-bahan kimia lainnya, sehingga produk kopi yang dihasilkan dapat
tergolong sangat aman untuk dikonsumsi oleh para konsumen.
Elemen-elemen pada bauran pemasaran yang dipakai pihak Puslitkoka terdapat unsur 4P,
Elemen tersebut diantaranya product, place, price, dan promotion. Produk yang merupakan
hasil dari agroindustri Puslitkoka adalah produk kopi bubuk. Tempat pemasaran kopi bubuk
hingga ke tangan konsumen yang digunakan di Puslitkoka ini adalah outlet dan toko pedagang
pengecer. Harga kopi bubuk yang yang dihasilkan oleh Puslitkoka setelah mengalami proses
pengolahan yang cukup panjang dijual dengan harga Rp. 14.000,00 dengan berat 200 g pada
konsumen yang membeli langsung di outlet yang telah disediakan, sedangkan harga yang dijual
kepada pengecer kopi bubuk ini dijual dengan harga Rp. 13.500,00 dengan berat 200 g kemudian
pengecer akan menjual produk ke konsumen dengan harga Rp. 15.000,00. Promosi dilaksanakan
oleh pihak Puslitkoka yaitu melalui kegiatan eduwisata, outlet dan penjualan melalui pedagang
pengecer.
Agroindustri kopi di Desa Nogosari menggunakan aspek teknis pengolahan kopi dengan
menggunakan dua macam cara, yaitu dengan pengolahan basah dan pengolahan kering. Teknis
pengolahan kopi yang menggunakan pengolahan basah adanya penggunaan air yang diperlukan
selama melakukan prosesnya pada proses mencuci biji kopi dan fermentasi dilakukan pada
teknis pengolahan kopi yang menggunakan pengolahan kering tidak melibatkan adanya
penggunaan air. Pemilihan teknologi yang tepat dapat menciptakan dan mengefisiensikan waktu
serta tenaga yang akan digunakan, mengurangi estimasi biaya, dan pada akhirnya dapat
meningkatkan profit yang diperoleh pemilik usaha. Banyak manfaat yang diperoleh dari metode
serta teknologi yang digunakan itu terutama pada peningkatan efisiensi kerja, penekanan biaya
produksi serta peningkatan mutu produk. Teknologi yang digunakan di antaranya yaitu mesin
selep, mesin roasting, dan mesin penggiling.
Layout produksi merupakan hal yang penting untuk direncanakan dengan baik agar
mencapai produksi yang efektif dan produksi yang efisien. Penggunaan tata letak alat atau mesin
memudahakan pekerja dalam kegiatan memproduksi bubuk kopi, serta dapat menghemat biaya
yang digunakan untuk pengangkutan. Tata letak yang tepat membuat kegiatan produksi bubuk
kopi berjalan lebih cepat. Tata letak yang diterapkan pada agroindusri bubuk kopi di Desa
Nogosari Kabupaten Jember bisa dilihat pada gambar berikut.
dan Pendinginan
Selep
Penggiling
Mesin
Pengemasan
JEPA, ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e)
Wayan SAG Artsamaindra Oka – Analisis Kelayakan pada Agroindustri ........................................ 421
Berdasarkan gambar 4.3 tata letak mesin produksi bubuk kopi telah direncanakan dengan
baik untuk keefektifan dan keefisienan kegiatan produksi yang dilakukan. Peletakan mesin yang
saling berdekatan dan berurutan dapat memudahkan para pekerja dalam bekerja dan
pengangkutan sehingga dapat bekerja dengan cepat. Mesin selep yang berdekatan dengan mein
roasting dapat mempercepat pekerjaan dari awal proses di mesin selep dapat dilakukan
selanjutnya ke mesin roasting, terdapat tempat penampungan dan pendinginan setelah mesin
roasting yang bertujuan agar tidak merusak biji kopi pada saat akan digiling. Penempatan tempat
pengemasan yang luas yang berdekatan dengan mesin penggiling bertujuan agar bubuk kopi
dapat langsung dikemas untuk mempertahankan cita rasa dan aroma dari bubuk kopi tersebut.
Tata letak mesin produksi berdekatan untuk mempermudah kinerja dalam memproduksi
agroindustri kopi.
Fungsi manajemen agroindustri kopi dimulai dengan planning atau perencanaan,
pengorganisasian atau organizing, dan pelaksanaan, serta yang terakhir yaitu kendali atau
controlling. Perencanaan agroindustri kopi menjadi bubuk kopi disusun dalam sebuah bagan
gaant dan memiliki tujuan untuk memudahkan dalam penjadwalan kegiatan dari awal hingga
akhir produksi, yaitu mulai dari persiapan, penyortiran, penyangraian, penggilingan,
penyimpanan, dan pengemasan biji kopi. Perencanaan agroindsutri kopi terjadwal terurai dalam
bagan gaant sebagai berikut.
Berdasarkan tabel 4.1, kegiatan agroindustri kopi dilakukan dari hari Senin hingga hari
Jumat. Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pengolahan agroindustri kopi diantaranya
adalah persiapan biji kopi yang dilakukan pada hari Senin, penyortiran biji kopi dilakukan pada
hari selasa dan hari rabu, penyangraian biji kopi dilakukan pada hari rabu dan kamis,
penggilingan biji kopi dilakukan pada hari kamis, penyimpanan biji kopi pada hari kamis dan
hari jumat, serta pengemasan produk bubuk kopi diproses pada hari kamis dan hari jumat.
Agroindustri kopi menjadi produk bubuk dilakukan setiap minggu yang dilakukan pada hari
Senin hingga hari Jumat, yaitu setiap satu bulan 4 kali, atau 48 kali produksi dalam waktu satu
tahun.
Pengorganisasian yang dilakukan dalam agroindustri kopi di Desa Nogosari memiliki
pembagian kerja sesuai dengan keahlian masing-masing pekerja yang terdapat di organisasi
agroindustri kopi di Desa Nogosari. Pembagian tersebut dilakukan berdasarkan keahlian dan
sesuai dengan kemampuan agar lebih mudah dan lebih mendalam dalam melakukan pekerjaan
secara maksimal. Indikator adanya sebuah organisasi yang dijalankan dalam suatu perusahaan
yaitu dengan melihat adanya struktur organisasi dalam kegiatan agroindustri kopi yaitu sebagai
berikut
Manajer
Berdasarkan gambar 4.4 struktur organisasi dalam agroindustri kopi bubuk di Desa
Nogosari, dimulai dari manajer yang memiliki tugas utama yang meliputi koordinasi,
pengawasan, hingga dalam mengambil sebuah keputusan dalam semua kegiatan yang berkaitan
dengan usaha kopi bubuk tersebut. Pembagian tenaga kerja tersebut dibagi menjadi 5 divisi
antara lain divisi pembelian bahan baku, divisi keuangan, divisi produksi, divisi packaging atau
pengemasan, dan divisi pemasaran. Tenaga kerja di divisi produksi adalah salah satu divisi yang
sangat berpengaruh karena sangat berkaitan dengan produksi kopi bubuk mulai dari sortasiu
hingga sampai penyimpanan. Divisi packaging atau divisi pengemasan memiliki tanggung
jawab atas semua kegiatan pengemasara usaha kopi bubuk. Divisi yang penting selanjutnya
yaitu divisi pemasaran yang memiliki tugas untuk memasarkan produk kepada konsumen. Divisi
terakhir yaitu yang memiliki tugas sebagai pengatur seluruh aktivitas keuangan yaitu divisi
keuangan.
Kegiatan manajemen yang yang dilakukan selanjutnya adalah pelaksanaan. Pelaksanaan
dilaksanakan dengan melakukan segala kegiatan proses pengolahan biji kopi menjadi produk
bubuk kopi yang telah direncanakan. Proses pengolahan biji kopi menjadi produk bubuk kopi
terdiri dari sortasi buah kopi, penyangraian biji kopi, pengemasan, dan kemudian
penyimpanan. Sortasi kopi dilakukan dengan berdasarkan tingkat kematangan pada biji kopi.
Penyortiran biji kopi dilaksanakan dengan tujuan guna mengelompokkan buah yang superior
(masak, seragam, bernas) dan inferior (cacat, pecah, terserang hama atau penyakit, berlubang,
dan hitam), hal ini dilakukan supaya biji kopi yang digunakan untuk pengolahan memiliki mutu
dan kualitas yang baik. Proses penyangraian biji kopi dilakukan 4 jam hingga 5 jam sebelum
biji kopi digiling pada mesin penggiling kopi. Penyangraian biji kopi dilakukan selama setengah
jam, namun lama penyangraian biji kopi juga tergantung pada suhu yang digunakan saat
melakukan penyangraian biji kopi. Suhu penyangraian biji kopi adalah pada kisaran 195°C
hingga suhu 205°C. . Proses penggilingan biji kopi menjadi produk kopi bubuk dilakukan
dengan menggunakan teknologi modern yang berupa mesin penggiling kopi. Pengemasan
produk bubuk kopi di Desa Nogosari dilakukan dengan mengemas atau mengepak bubuk kopi
pada plastik dengan berat 200 gram atau 0,2 kg. Penyimpanan bubuk kopi dilakukan setelah
bubuk kopi telah dikemas dalam plastic dengan berat 200 gram. Penyimpanan bubuk kopi
dilakukan sebelum akhirnya bubuk kopi akan dipasarkan dan dijual kepada pedagang pengecer
ataupun pada konsumen akhir.
Berdasarkan gambar 4.5, logo pada agroindusrtri kopi di Desa Nogosari Kecamatan
Rambipuji Kabupaten Jember dibuat dengan beberapa makna, yang pertama yaitu warna dasar
pada logo atau warna putih yang melambangkan kesucian, artinya produk bubuk kopi memiliki
kebersihan yang terjamin dan memiliki kualitas yang bagus. Warna hitam pada lambang
menggambarkan bahwa produk bubuk kopi memiliki kekuatan, atau memiliki potensi yang baik
dan dapat bersaing di pasar. Warna abu-abu memiliki arti kestabilan, yang artinya produk bubuk
kopi akan stabil dalam berproduksi. Gambar cangkir kopi menggambarkan minuman kopi dan
biji kopi menggambarkan produk bubuk kopi terbuat dari biji kopi pilihan dan merupakan biji
kopi yang memiliki kualitas yang tinggi dan kualitas biji kopi paling baik. Gambar dua burung
gagak menggambarkan karakteristik keindahan yang berarti produk ini memiliki kelas
tersendiri. Tulisan Raven Coffee menunjukkan nama produk bubuk kopi.
Pengendalian atau evaluasi pada agroindustri kopi di Desa Nogosari dilakukan saat terjadi suatu
ketidaksesuaian antara perencanaan yang telah disusun dengan kegiatan pelaksanaan dalam
proses agroindustri kopi bubuk. Kendala yang sering terjadi dalam pelaksanaan agroindustri
kopi di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember adalah kerusakan yang terjadi
pada alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan agroindustri kopi. Solusi yang dapat
diberikan untuk mengatasi kendala pada kegiatan agroindustri bubuk kopi adalah dengan
melakukan pengecekan terhadap setiap mesin-mesin dan segala peralatan yang diperlukan
secara sering untuk memastikan bahwa peralatan dan mesin yang akan digunakan dalam
keaadaan yang baik dan tidak mengalami kerusakan. Kendala lain yang biasanya timbul dalam
kegiatan agroindustri kopi bubuk antara lain bahan baku yang masih memeliki kualitas yang
masih rendah, serta masalah yang sering terjadi akibat teledoran tenaga kerja. Solusi untuk
tenaga kerja yang sering melakukan teledor dalam menjalankan pekerjaannya yaitu perlu
diberikan arahan yang tepat, sehingga hal ini karyawan mampu bekerja dengan baik dan benar.
Pengendalian sangat penting dilakukan demi keberlajutan usaha yang dijalankan.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan NPV (Net Present Value) pada pelaksanaan Agroindustri Bubuk
Kopi di Desa Nogosari
Investasi Nilai Keputusan
NPV 278.603.269,8 Layak
Sumber: Data Sekunder, 2019
Tabel 4.2 menjelaskan bahwasannya perhitungan mengenai kriteria NPV (Net Present
Value) nilai NPV (Net Present Value) pada pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa
Nogosari memperoleh hasil atau nilai sebesar Rp. 278.603.269,8 yang berarti bahwa nilai NPV
> 0. Nilai NPV (Net Present Value) pada kegiatan agroindustri kopi bubuk sebesar Rp.
278.603.269,8 menunjukan bahwa usaha agroinsustri bubuk kopi di Desa Nogosari yang akan
dijalankan selama 5 tahun dengan tingkat suku bunga yang digunakan pada Bank BRI yaitu
sebesar 9,95% akan memberikan suatu keuntungan sebesar Rp. 278.603.269,8, sehingga
agroindustri kopi bubuk di Desa Nogosari dapat diputuskan layak untuk dilakukan atau layak
untuk dijalankan.
Tabel 4.3 Perhitungan Net B/C pada Agroindustri Bubuk Kopi Desa Nogosari.
Investasi Nilai Keputusan
Net B/C 2,44 Layak
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Tabel 4.3 menjelaskan mengenai kriteria Net B/C agroindustri kopi bubuk menghasilkan nilai
Net B/C adalah sebesar 2,44. Net B/C adalah sebesar 2,44 lebih dari satu sehingga nilai Net B/C
kurang dari 1 (Net B/C < 1). Nilai Net B/C sebesar 2,44 menunjukan bahwa pelakasanaan
agroindustri kopi bubuk tersebut yang dijalankan sejak 5 tahun lalu dengan menggunkan tingkat
bunga sebesar 9,95% pada Bank BRI akan memberikan profit bersih sebesar 2,44 lipat ganda
yang berarti setiap investasi yang dilakukan sebesar Rp. 1 uang akan menghasilkan keuntungan
Rp. 2,44, sehingga kegiatan agroindustri kopi bubuk tersebut layak untuk dijalankan.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Gross B/C pada Agroindustri Bubuk Kopi Desa Nogosari
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
Kriteria Investasi Nilai Keputusan
Gross B/C 1,32 Layak
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Tabel 4.4 menunjuukan mengenai kriteria Gross B/C dapat disimpulkan bahwa besar Gross
B/C yang dihasilkan adalah senilai 1.32. Besar Gross B/C dengan nilai 1,32, sehingga Gross
B/C (2,01) > 1 membuktikan bahwasannya pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa
Nogosari yang dijalankan selama kurun selang berkisar 5 tahun dengan menggunakan tingkat
suku bunga pada Bank BRI sebesar 9,95% akan memperoleh profit sebesar 1,32 lipat, hal ini
berarti dengan melakukan investasi setiap Rp. 1 maka akan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp. 1,32, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan agroindustri kopi layak untuk diusahakan.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan IRR pada Agroindustri Kopi Bubuk Desa Nogosari Kecamatan
Rambipuji Kabupaten Jember.
Kriteria Investasi Nilai Keputusan
IRR 59,61 Layak
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Tabel 4.5 dapat disingkatkan bahwasannya nilai IRR yang didapatakan dari perhitungan
didapatkan hasil sebesar 59,61 terhadap agroindustri bubuk kopi di Desa Nogosari. Nilai IRR
sebesar 59,61, sehingga nilai (IRR > 9,95%). Nilai IRR tersebut menunjukkan pelaksanaan
agroindustri bubuk kopi di Desa Nogosari yang dijalankan selama 5 tahun kedepan akan
memberikan pengembalian modal lebih besar jika dibandingkan dengan uang tersebut disimpan
di bank dengan tingkat suku bunga Bank BRI yang diterapkan yaitu sebesar 9,95%, sehingga
pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa Nogosari mengalami kelayakan untuk dijalankan.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan IRR pada Agroindustri Kopi Bubuk Desa Nogosari, Kecamatan
Rambipuji, Kabupaten Jember.
Kriteria Investasi Nilai Keputusan
PR 2,44 Layak
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Tabel 4.6 dapat diringkaskan bahwasannya nilai PR (Payback Period) yang dihasilakn
adalah sebesar 2,44 terhadap pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa Nogosari. Besar PR
(Payback Period) senilai 2,44 mempunyai besar lebih dari satu yaitu PR (2,44) > 1. Nilai PR
(Payback Period) sebesar 2,44 menunjukkan bahwa kegiatan agroindustri kopi bubuk yang
dijalankan dalam kurun periode 5 tahun dengan pengunaan tingkat suku bunga pada Bank BRI
sebesar 9,95% akan memberikan keuntungan sebesar 2,44. Nilai tersebut berarti setiap investasi
yang dilakukan pada kegiatan agroindustri sebesar Rp. 1 akan memperoleh keuntungan bersih
atau profit sebesar Rp. 2,44, sehingga membuktikan bahwasannya pelaksanaan agroindustri
bubuk kopi memiliki kelayakan untuk dijalankan.
periode pengembalian investasi maka usaha pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa
Nogosari dikatakan tidak layak untuk dijalankan. Payback period memiliki kelebihan sebagai
pemberian informasi yang berhubungan dengan lama break even project. Cara yang dipakai
Payback Period atau PP menggunaan metode perhitungan Net Benefit Kumulatif. Tabel dari
hasil perhitungan Payback Period atau PP dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan PP pada kegiatan Agroindustri Kopi Bubuk Desa Nogosari
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
Kriteria Investasi Nilai Keputusan
2 Tahun 5 Bulan 26
PP Layak
Hari
Sumber: Data Sekunder, 2019.
Tabel 4.7 membuktikan hasil dari perhitungan pada payback period, dimana nilai PP
adalah 2 tahun 5 bulan 26 hari. Hasil tersebut berarti bahwa jangka waktu yang dibutuhkan oleh
agroindustri kopi bubuk di Desa Nogosari untuk mengembalikan investasi yang digunakan
adalah 2 tahun 5 bulan 26 hari. Jangka waktu pengembalian 2 tahun 5 bulan 26 hari
mengartikan bahwasannya kegiatan agroindustri kopi bubuk di Desa Nogosari, Rambipuji,
Jember dapat dikategorikan layak untuk dilakukan.
7. Analisis Sensitivitas
Analsis sensitivitas adalah analisis yang digunakan dengan tujuan mengetahi akibat yang
terjadi karena adanya perubahan pada parameter-parameter produksi bubuk kopi di Desa
Nogosari terhadap perubahan dari kinerja pada sistem produksi dalam memperoleh suatu
keuntungan. Analisis sensitivitas juga berfungsi untuk mengetahui adanya dampak yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa Nogosari jika terjadi
ketidakselarasan ataupun adanya kesalahan dalam pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa
Nogosari antara pelaksanaan dengan perencanaan. Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk
mengantisipasi adanya ketidaktepatan atau terjadinya kesalahan pada kegiatan agroindustri kopi
bubuk di Desa Nogosari sehingga kegiatan agroindustri kopi bubuk dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan agroindustri bubuk kopi yang dilakukan di Desa Nogosari sensitif terhadap
peningkatan harga pada kopi dan penurunan harga produk. Biaya variabel yang digunakan
dalam pelaksanaan agroindustri bubuk kopi di Desa Nogosari adalah kopi, kayu bakar, bensin,
plastik, dan gula. Peningkatan harga biaya variabel yaitu berupa kopi, kayu bakar, bensin,
plastik, dan gula yang digunakan untuk agroindustri bubuk kopi dan penurunan harga produk
kopi bubuk di Desa Nogosari terjadi pada tingkat presentase yang sama. Analisis sensitivitas
dilakukan pada peningkatan harga biaya variabel yang berupa kopi, kayu bakar, bensin, plastik,
dan gula dengan penurunan harga produk kopi bubuk di Desa Nogosari sebesar 3%, 5%, dan
7%. Peningkatan harga pada biaya variabel dan penurunan pada harga produk sebesar 3%
semula seharga Rp. 170.220.000 menjadi Rp. 175.326.600. Peningkatan total biaya variabel dan
penurunan harga produk sebesar 5% semula seharga Rp. 170.220.000 menjadi Rp. 178.731.000.
Peningkatan total biaya variabel dan penurunan harga produk sebesar 7% semula seharga Rp.
170.220.000 menjadi Rp. 182.135.400. Berikut ini merupakan tabel analisis sensitivitas
pelaksanaan agroindustri bubuk kopi terhadap kondisi peningkatan harga kopi dan penurunan
harga produk.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Sensitivitas Agroindustri Bubuk Kopi terhadap Kondisi Peningkatan
Harga Kopi dan Penurunan Harga Produk
Peningkatan Peningkatan
Harga Kopi Harga Kopi
Peningkatan Harga Kopi
Kriteria dan dan
Nilai Awal dan Penurunan Harga
Investasi Penurunan Penurunan
Produk 5%
Harga Produk Harga Produk
3% 7%
278.603.269,8 179.886.442 114.075.223,5 48.264.004,95
NPV
(Layak) (Layak) (Layak) (Layak)
Net B/C 2,437944939 1,904326425 1,563718601 1,234511682
(Layak) (Layak) (Layak) (Layak)
Gross B/C 1,322808591 1,202611924 1,126139805 1,05241111
(Layak) (Layak) (Layak) (Layak)
IRR 59,60856472 38,7410691 17,97945996 -12,96617291
(Layak) (Layak) (Layak) (Tidak Layak)
PP 2 tahun 5 bulan 2 tahun 10 3 tahun 3 bulan 28 hari 3 tahun 11
26 hari bulan 14 hari (Layak) bulan 29 hari
(Layak) (Layak) (Layak)
PR 2,437944939 1,904326425 1,563718601 1,23451168
(Layak) (Layak) (Layak) (Layak)
Sumber: Data sekunder, 2019.
Perhitungan analisis sensitivitas yang dilakukan pada kegiatan agroindustri kopi bubuk di
Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember terhadap peningkatan harga biaya
variabel dengan penurunan harga produk kopi bubuk sebesar 3% menghasilkan perubahan pada
kriteria investasi yang digunakan dalam kondisi yang dikatakan layak. perubahan NPV
(179.886.442 > 0) , Net B/C (1,904326425 >1), Gross B/C (1,202611924 >1), nilai IRR
(38,7410691 > 9,95%), nilai PR (1,904326425 > 1) dan PP 2 tahun 10 bulan 14 hari sehingga
agroindustri masih layak untuk dijalankan, dimana waktu tersebut kurang dari umur ekonomis
sehingga kegiatan agroindustri bubuk kopi layak untuk dijalankan. Penilaian analisis sensitivitas
kegiatan agroindustri kopi dengan meningkatkan harga biaya variabel dan menurunkan harga
produk sebesar 5% seluruh kriteria investasi mengalami perubahan namun usaha masih layak
dan mengakibatkan perubahan perubahan NPV (114.075.223,5 > 0) , Net B/C (1,563718601 >
1), Gross B/C (1,126139805 > 1), nilai IRR (17,97945996 > 9,95%), nilai PR (1,563718601 >
1) dan PP 3 tahun 3 bulan 28 hari sehingga agroindustri masih layak untuk dijalankan. Penilaian
analisis sensitivitas kegiatan agroindustri kopi dengan meningkatkan harga biaya variabel dan
menurunkan harga produk sebesar 7% seluruh kriteria investasi mengalami perubahan namun
usaha masih layak dan mengakibatkan perubahan NPV (8.264.004,95 > 0), Net B/C
(1,234511682 > 1), Gross B/C (1,05 > 1), nilai IRR (-12,96617291 < 9,95%), nilai PR (1,23 >
1) dan PP 3 tahun 11 bulan 29 hari dapat disimpulkan bahwa kegiatan agroindustri bubuk kopi
tidak layak untuk dijalankan.
Kesimpulan
Aspek kondisi pasar dan kegiatan pemasaran, aspek metode dan teknologi juga kegiatan
manajemen dan peorganisasian di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
memiliki dua macam saluran pemasaran yaitu produsen langsung ke konsumen dan produsen
ke tengkulak dank e konsumen. Kegiatan segmenting diadakan pada jenis usia dan kondisi sosial
masyarakat, kegiatan targeting pasar utama yaitu pada rentang usia antara 18-40 tahun dan
berjenis kelamin laki-laki karena pada usia tersebut kebanyakan laki-laki sangat gemar
mengkonsumsi kopi, kegiatan positioning pada produk kopi ini adalah produk khas dari pulau
jawa yang diolah secara professional dan tanpa tambahan pengawet yang dapat menghasilkan
produk yang aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Produk yang dihasilkan adalah kopi bubuk
dengan harga Rp. 14.000 dan berat 200 g dengan lokasi pemasaran berada di outlet dan toko
pengecer di daerah Jember. Promosi dilakukan melalui kegiatan eduwisata, outlet dan penjualan
melalui pedagang pengecer. Dalam aspek teknis dan teknologi kegiatan persiapan penyortiran
dan pengemasan dilakukan secara manual, sedangkan kegiatan penyangraian, penggilingan dan
penyimpanan dilakukan secara modern dengan menggunakan mesin. Dalam aspek manajemen
dan organisasi, kegiatan perencanaan kegiatan agroindustri meliputi persiapan, penyortiran,
penyangraian, penggilingan, penyimpanan, dan pengemasan kopi bubuk, kegiatan
pengorganisasian yang dilakukan dengan membagi tugas kerja sesuai dengan keahlian masing-
masing pekerja yang terdiri dari divisi pembelian bahan baku, divisi produksi, divisi packaging,
divisi pemasaran dan divisi keuangan, dilanjutkan dengan kegiatan pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan produksi untuk meminimalisir resiko dan
ketidakpastian.
Aspek keunganan agroindustri kopi bubuk di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten
Jember menggunakan kriteria investasi NPV, Net B/C,Gross B/C, IRR, PR,dan PP. NPV
menghasilkan nilai (278.603.269,8 > 0), Net B/C menghasilkan nilai (2,44 >1), Gross B/C
menghasilkan nilai (1,32 >1), IRR menghasilkan nilai (59,69% > 9,95%), PR menghasilkan nilai
(2,44 >1), dan nilai PP selama 2 tahun 5 bulan dan 26 hari yang artinya kegiatan agroindustri
kopi bubuk di Desa Nogosari Kabupaten Jember layak untuk diusahakan. Penilaian analisis
sensitivitas kegiatan agroindustri kopi dengan meningkatkan harga biaya variabel (biji kopi,
kayu bakar, bensin, gula, plastik) dan menurunkan harga produk sebesar 5% seluruh kriteria
investasi mengalami perubahan namun usaha masih layak dan mengakibatkan perubahan
perubahan NPV (114.075.223,5 > 0) , Net B/C (1,563718601>1), Gross B/C (1,126139805 >
1), nilai IRR (17,97945996 > 9,95%), nilai PR (1,563718601 > 1) dan PP 3 tahun 3 bulan 28
hari sehingga agroindustri masih layak untuk dijalankan. Penilaian analisis sensitivitas kegiatan
agroindustri kopi dengan meningkatkan harga biaya variabel (biji kopi, kau bakar, bensin, gula,
plastik) dan menurunkan harga produk sebesar 7% seluruh kriteria investasi mengalami
perubahan namun usaha masih layak dan mengakibatkan perubahan NPV (8.264.004,95 > 0),
Net B/C (1,234511682 > 1), Gross B/C (1,05 > 1), nilai IRR (-12,96617291 < 9,95%), nilai PR
(1,23 > 1) dan PP 3 tahun 11 bulan 29 hari dapat disimpulkan bahwa kegiatan agroindustri bubuk
kopi tidak layak untuk dijalankan.
Saran
1. Bagi peneliti, diharapkan mampu digunakan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya
khususnya agroindustri kopi bubuk terkait dengan kelayakan usaha.
2. Bagi pemilik usaha, diharapkan mampu digunakan sebagai referensi dan informasi
mengenai kelayakan usaha agroindustri kopi bubuk.
3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam merumuskan
kebijakan yang terkait dengan pengembangan dan pengolahan agroindustri kopi bubuk.
DAFTAR PUSTAKA
Amilia, W. (2017). Studi Kelayakan Usaha Dan Daya Saing Pada Industri Tepung Tapioka Di
Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek Study of Feasibility and Competitive
Advantage on Tapioca Flour Industry in Pogalan, Trenggalek. Jurnal Agro Ekonomi,
10(2), 51–57.
Edvan, B. T., Edison, R., & Same, M. (2016). Pengaruh Jenis dan Lama Penyangraian pada
Mutu Kopi Robusta (Coffea canephora). Jurnal Agroindustri Perkebunan, 4(1), 31–40.
Asmarantaka, R. W., J. Atmakusuma, Y. N. Muflikh, dan N. Rosiana. (2017). Konsep
Pemasaran Agribisnis: Pendekatan Ekonomi dan Manajemen. Agribisnis Indonesia, 5(2):
143-164.
Faqih Hasbi Firzon, Akhmad Hartadi, R., & Agustina, T. (2014). Analisis Kelayakan Finansial
Dan Strategi Pengembangan Usaha Kopi Biji Oven Pada Agroindustri Kopi Ud. Sdh Jaya
Di Kabupaten Jember. Jurnal Berkala Ilmiah PERTANIAN, 10(1), 2–9.
Hidayat, A., Dharmawan, A. H., & Pramudita, D. (2018). Kelayakan Usaha Budidaya Kopi
Cibulao dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. Kebijakan Pertanian
dan Lingkungan, 4(2), 85-95
Ibrahim, J. T., & Bakhtiar, A. (2018). Analisis Kelayakan Usaha Sari Buah Belimbing di Kota
Blitar. JSEP, 10(3), 53-57
Ichwanda, F. I., Yulianto, E., & Arifin, Z. (2015). Analisis Strategi Pemasaran untuk
Meningkatkan Volume Penjualan Ekspor (Studi pada PT Petrokimia Gresik). Adsminitrasi
Bisnis, 24(1), 1-9
Indrawati, T., & Yovita, I. (2014). Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional Di Kota
Pekanbaru. Jurnal Ekonomi Universitas Riau, 22(01), 01-12.
Khikmawati, E., Anggraini, M., & Anwar, K. (2017). Analisis Perencanaan Biaya Persediaan
Produk Semen Melalui Pendekatan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (Material
Requirement Planning). Jurnal Rekayasa, Teknologi, Dan Sains, 1(1), 28–35.
Ginting, A. B., H. I. Naingulan., G. P. Siahaan. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Sentra Produksi Komoditi Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan,
18(1), 69–79.
Kusmiati, A., & Nursamsiyah, D. Y. (2015). Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika dan
Prospek Pengembangannya di Ketinggian Sedang. Agriekonomika, 4(2), 221–234.
Lia, F., & Perdana, T. (2017). Sistem Produksi Agroindustri Kopi Arabika (Studi Kasus PT
Sinar Mayang Lestari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung). Agrisep, 16(2),
123–132.
Zahara, I., A. Yopesoef, dan Nurasiah. (2017). Teknologi Pertanian dan Pengaruhnya terhadap
Kehidupan Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh
Besar (1985-2016). Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah, 2(3), 31-
38
Mulya, P., D. Lie, Efendi, dan A. Wijaya. (2017). Analisis Pelaksanaan Pengawasan Produksi
dan Layout untuk Meningkatkan Kualitas Produk yang dihasilkan pada Pabrik Tulen
50(2), 190–194.
Surya, N., Sudarma, I., & Wijayanti, P. (2016). Nilai Tambah Dan Kelayakan Usaha Pengolahan
Kopi Arabika Pada Unit Usaha Produktif Ulian Murni Kabupaten Bangli. E-Journal
Agribisnis Dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism), 5(1), 7-19.
Syakir, M., & Surmaini, E. (2017). Perubahan Iklim Dalam Konteks Sistem Produksi Dan
Pengembangan Kopi Di Indonesia / Climate Change in the Contex of Production System
and Coffee Development in Indonesia. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian,
36(2), 77-90.
Tandenga, R., Lapian, J., & Soegoto, A. S. (2018). Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk
terhadap Kepuasan Pengguna Kopi Bubuk Fortorang Pada PT. Fortuna Inti Alam. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 6(3), 1258–1267.
Tempat, B., Cara, D. A. N., Datararan, D. I., & Gayo, T. (2013). Analisis Citarasa Kopi Arabika
Organik pada Beberapa Ketinggian Tempat dan Cara Pengolahannya di Datararan Tinggi
Gayo. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 2(3), 261–269.
Wijayanti, A. F., Soetriono, & Aji, J. M. M. (2012). Kajian Kelayakan Pengembangan
Agroindustri Kopi Mandiri Jaya. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 1(1), 185–194.
Winantara, I. M. Y., Bakar, A. B. U., & Puspitaningsih, R. (2014). Analisis Kelayakan Usaha
Kopi Luwak Di Bali. Jurnal Onine Institut Teknologi Nasional, 2(3), 118–129.
Yoga Priantara, I., Mulyani, S., & Satriawan, I. (2017). Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kopi
Arabika Kintamani Bangli. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 4(4), 33 – 42.
Yulia,Suhandy, D., Waluyo, S., & Sugianti, C. (2016). Studi Penggunaan Uv-Vis Spectroscopy
dan Kemometrika untuk Mengidentifikasi Pemalsuan Kopi Arabika dan Robusta Secara
Cepat. Teknik Pertanian Lampung, 6(1), 45–52.