Article
Indonesian Journal of Chemical
Science and Technology
State University of Medan
e-ISSN : 2622-4968, p-ISSN : 2622-1349
IJCST-UNIMED, Vol. 05, No. 2, Page ; 102 – 105
Received : June 18th, 2022 Accepted : July 28th, 2022 Web Publised ; July 30th, 2022
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Caffeine Levels from Various Types of Coffee Drink Packaging
Circulated in the Medan City Market Were Examined Using a
UV Spectrophotometry Method
Gabena Indrayani Dalimunthe*, Adli Nuzula Rahmah, Zulmai Rani, Yayuk Putri Rahayu
Department of Pharmacy, Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah., Jalan Garu II Medan Amplas 20147,
North Sumatera, Indonesia
*Email : gabenaindrayani03@gmail.com
ABSTRACT
Coffee drinks are drinks that come from the processing and extraction of coffee beans. One of which is caffeine.
Coffee contains approximately 24 of the most important substances. The purpose of this study was to determine
the level of caffeine in coffee drinks from various types of packaging. The research stages include sample
collection and preparation; identification of caffeine content; and examination of caffeine levels using UV
spectrophotometry. The results showed that the three samples of coffee drinks sold at the minimarket in Jermal,
Medan contained caffeine, and the levels of caffeine in coffee drinks were 26,352±0,292 mg/100mL (Sample
A), 15,179±0,286 mg/100mL (Sample B), and 7,965±0,98 mg/100mL (Sample C). The caffeine content
obtained meets the requirements of SNI, where the maximum amount of caffeine that can be consumed by the
public in a day based on SNI is 50 mg–150 mg.
Keywords: coffee, caffeine, UV spectrophotometry
I. Pendahuluan minuman kopi instan dibandingkan kopi jenis lain
Kopi bukan satu satunya tanaman yang karena lebih praktis2.
mengandung kafein, namun kadar kafein didalam Penikmat kopi biasanya mengkonsumsi kopi
kopi jauh lebih tinggi dibanding dengan tumbuhan 3-4 kali dalam sehari, ini menyebabkan seseorang
lain seperti teh, kola dan coklat. Kafein merupakan dapat ketergantungan dalam mengkonsumsi
senyawa golongan alkaloid yang membuat kopi minuman kopi. Ketergantungan tersebut
terasa pahit. Mengkonsumsi minuman kopi dalam kemungkinan dapat disebabkan oleh kandungan
batas wajar dapat memberikan beberapa manfaat kafein dalam kopi yang bersifat adiktif. Kandungan
positif bagi kesehatan, dan juga aroma kopi yang kafein minuman akan memberikan manfaat yang
dapat menghilangkan stres1. optimal jika kadar atau jumLahnya tepat, sehingga
Minuman kopi adalah minuman yang berasal kadar kafein dari berbagai jenis kemasan minuman
dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi ini perlu diketahui kadarnya, serta akan
kopi. Saat ini kopi merupakan minuman terbesar memberikan hasil analisis kualitatif dan
kedua yang dikonsumsi orang di seluruh dunia, kuantitatif3.
setelah air. Banyak peminat minuman kopi, baik Kafein merupakan aspek penting dalam proses
pria maupun wanita yang telah mengkonsumsinya penentuan mutu atau kualitas minuman kopi dari
dari generasi ke generasi. Hingga sampai saat ini, berbagai jenis kemasan agar dapat diketahui
para lanjut usia bahkan pemuda pemudi memilih produk kopi tersebut memiliki mutu tinggi dan
IJCST.2022 © 2022 State University of Medan
Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 106-110
aman dikonsumsi. Kafein hanya dapat Sebanyak 50 mL sampel dimasukkan dalam
menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam erlemeyer, ditambah dengan Na2CO3 1,5 g
jumLah yang banyak dan rutin. Namun, kecanduan dipanaskan sampai mendidih, kemudian disaring,
kafein berbeda dengan kecanduan obat diambil filtratnya dan dimasukkan dalam corong
psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya pisah, diekstraksi dengan kloroform 50 mL,
dalam satu atau dua hari setelah mengkonsumsi. diambil lapisan bawah, diuapkan hingga diperoleh
Kafein yang terkandung dalam kopi dapat ekstrak kering.
meningkatkan suasana hati dan memberikan Pembuatan Pereaksi
dorongan energi sementara sehingga mengurangi 1. Pereaksi Murexide
kelelahan4. Dosis yang diizinkan menurut SNI 01- 100 mg murexide ditambah 10 g NaCl,
7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dicampur gerus halus. Indikator murexide 1 g
maupun minuman adalah 150 mg/hari dan 50 dimasukkan dalam labu ukur 100 mL larutkan
mg/sajian5. Kafein diproduksi secara komersial dengan aqudest sampai tanda batas aduk hingga
dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta homogen.
diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi 2. Pereaksi Parry
kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Dilarutkan kobalt clorida 2 g dalam 1 mL HCl
industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai pekat tambahkan 100 mL aquadest. Kobalt nitrat
penguat rasa pada berbagai industri makanan6. dilarutkan sebanyak 2 g dalam 100mL aquadest,
Penetapan kadar kafein dalam minuman kopi campurkan.
sangatlah penting bagi konsumen dan hal ini dapat 3. Pereaksi Mayer
dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya Raksa(II) Klorida sebanyak 1,596 g dilarutkan
adalah dengan menggunakan metode dalam 60 mL air suling. Pada wadah lain 5 g
spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan larutan kalium iodida dilarutkan dalam 10 mL air
suatu metode analisa yang didasarkan pada suling kemudian keduanya dicampurkan dan
pengukuran serapan sinar monokromatis pada ditambahkan air suling hingga diperoleh volume
panjang gelombang tertentu7. larutan 100 mL9.
Metode spektrofotometri merupakan metode
yang relatif cepat, murah, dan mudah dalam Pembuatan larutan induk baku standar
pengerjaannya8. Berdasarkan uraian diatas peneliti Ditimbang 20 mg standar kafein dimasukkan
tertarik untuk melakukan pemeriksaan kadar kafein ke dalam labu ukur 100 mL, dilarutkan dengan
dari berbagai jenis kemasan minuman kopi yang aquadest sampai tanda batas, dikocok hingga
beredar di pasaran khususnya Kota Medan Dengan homogen, dan diperoleh larutan dengan konsentrasi
menggunakan metode Spektrofotometri UV yang 200 ppm.
dapat menganalisis kadar dalam jumLah yang
sedikit, dan untuk mengetahui apakah kadar kafein Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
pada minuman kopi tersebut memenuhi standar Dipipet 0,5 mL larutan induk baku standar
SNI 01-7152-2006. dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian
dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas,
II. Metodologi Penelitian sehingga diperoleh larutan baku 10 ppm. Ukur
2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi serapannya pada panjang gelombang antara 200-
400 nm.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah neraca analitik, kertas saring, cawan
Pembuatan kurva kalibrasi
penguap, magnetic stirer, alat spektrofotometer
Kurva kalibrasi diperoleh dengan membuat
UV-Vis, kuvet, corong pisah, labu tentukur 100
serangkaian larutan baku I dengan konsentrasi 60,
mL, labu tentukur 25 mL, labu tentukur 10 mL,
80, 100, 120, 140 ppm, dengan cara di pipet
bola hisap, gelas beaker 250 mL, erlemeyer 250
masing-masing sejumLah 3, 4, 5, 6, dan 7 mL ke
mL, gelas ukur 50 mL, pipet volume 5 mL, pipet
dalam labu ukur 10 mL, lalu dilarutkan dengan
tetes, corong, batang pengaduk, spatel.
aquadest sampai tanda batas. Kemudian diukur
Bahan-bahan yang digunakan produksi
serapannya pada panjang gelombang serapan
Merck meliputi: Bahan-bahan yang digunakan
maksimum dan sebagai blanko digunakan
dalam penelitian ini adalah baku pembanding
aquadest.
Caffeine, Na2CO3, H2O2, HCl, NH4OH, Aquadest,
Kloroform, Pereaksi Murexide, Pereaksi Parry,
Pemeriksaan Kadar Kafein dalam Sampel
Pereaksi Mayer.
Hasil ekstrak dimasukkan dalam labu
tentukur 25 mL dan dilarutkan dengan aquadest
2.2. Prosedur penelitian sampai tanda batas. Dipipet 1 mL untuk sampel A,
Preparasi Sampel 2 mL sampel B, 3 mL sampel C, masing masing
107
IJCST.2022 © 2022 State University of Medan
Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 106-110
dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL pada berbagai kemasan yang diuji menggunakan
dicukupkan dengan aquadest sampai tanda batas, reagen parry menghasilkan warna hijau atau biru
kemudian dibaca serapannya pada panjang kehijauan. Hal ini menunjukkan adanya kandungan
gelombang maksimum. Dilakukan 6 kali kafein dalam sampel pada berbagai jenis kemasan
pengulangan dalam pengukuran. Konsentrasi minuman kopi. Reagen parry dibuat dengan
kafein akan ditentukan berdasarkan persamaan mereaksikan Cobalt Nitrat dengan methanol. Ion
regresi dari kurva kalibrasi standar. Kobalt (Co) dalam reagen tersebut akan
membentuk kompleks yang berwarna hijau atau
Perhitungan Kadar biru kehijauan.
Kadar kafein dalam sampel dapat dihitung Uji reaksi mayer menunjukkan adanya warna
dengan cara kadar kafein (mcg/100mL) = (X . Fp . kuning atau adanya endapan putih. Reaksi mayer
L . 100) / (V) dimana, X adalah konsentrasi (ppm) ini dilakukan dengan cara mereaksikan sampel
atau (mcg/mL); Fp adalah faktor pengenceran; L dengan HCl encer kemudian ditambah dengan
volume labu dan V adalah volume sampel (mL). reagen mayer. Hasil uji kualitatif dengan reaksi
mayer dapat dilihat pada tabel 3.
III. Hasil dan Diskusi
3.1. Analisis hasil karakterisasi Tabel 3. Identifikasi Uji Reaksi Mayer
Hasil identifikasi kandungan kafein dalam Hasil Hasil Warna
sampel minuman kopi, maka dilakukan uji Sampel
Pengamatan Literatur
kualitatif dengan reagen murexid. Keberadaan Baku
kafein ditunjukkan dengan hasil warna ungu pada Kuning +
Cafeine pa
proses pemijaran. Hasil uji kualitatif dengan reaksi Sampel A Kuning +
murexid dapat dilihat pada tabel 1.
Sampel B Kuning +
Tabel 1. Identifikasi Uji Reaksi Murexid
Hasil Sampel C Kuning +
Sampel Keterangan
Pengamatan
Baku Cafeine pa Ungu Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sampel
+
direaksikan dengan reagen mayer menghasilkan
Sampel A Ungu + warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
Sampel B Ungu + positif memiliki kandungan kafein. Pereaksi Mayer
Sampel C Ungu + dibuat dengan cara mereaksikan merkurium (II)
klorida ditambah dengan kalium iodida akan
Dari tabel 1, diatas menunjukkan bahwa 3 bereaksi membentuk endapan merah merkurium
sampel pada berbagai kemasan ini menghasilkan (II) iodida. Jika kalium iodida ditambahkan
warna ungu, dengan cara hasil pemijaran ditetesi berlebih maka akan terbentuk kalium
Amoniak Pekat. Hal ini menunjukkan positif tetraiodomerkurat (II). Adanya kalium
adanya kandungan kafein dalam sampel. Reaksi tetraiodomerkurat bereaksi dengan nitrogen
murexide ini dilakukan dengan cara mereaksikan alkaloid membentuk senyawa komplek yang
sampel dengan H2O2 dan HCl yang akan terbentuk berwarna kuning atau kuning kecoklatan dan
tetramethylalloxantin (amalic acid) kemudian berupa endapan
ditambahkan dengan NH4OH akan terbentuk
murexoin yang menghasilkan warna ungu. 3.2 Penetapan Kadar Kafein
Uji kualitatif dengan reagen parry Penentuan panjang gelombang maksimum
menunujukkan dengan hasil warna hijau atau biru dilakukan karena panjang gelombang suatu
kehijauan pada proses penguapan. Hasil uji senyawa dapat berbeda bila ditentukan pada
kualitatif metode parry dapat dilihat pada tabel 2. kondisi dan alat yang berbeda. Panjang gelombang
Tabel 2. Identifikasi Uji Reaksi Parry maksimum (λmaks) merupakan panjang gelombang
dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan
absorbansi maksimum. Penentuan panjang
Hasil
Sampel Keterangan gelombang maksimum bertujuan untuk mengukur
Pengamatan
perubahan absorbansi untuk setiap satuan
Baku Cafeine pa Biru/Kehijauan + konsentrasi yang paling besar untuk mendapatkan
Sampel A Biru + panjang gelombang dimana kepekaan analisis yang
Sampel B Biru + maksimum diperoleh5.
Pada penentuan panjang gelombang
Sampel C Biru/Kehijauan +
maksimum kafein dilakukan pada daerah panjang
gelombang 200-400 nm, menggunakan larutan
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 3 sampel baku kafein dengan konsentrasi 10 ppm. Hasil
108
IJCST.2022 © 2022 State University of Medan
Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 106-110
perolehan panjang gelombang maksimun pada 272 kopi instan (1%) yang memiliki kandungan kafein
nm yang menunjukkan bahwa serapan baku dua kali lebih sedikit dibandingkan dengan bubuk
pembanding berada pada daerah UV karena masuk kopi murni.
rentang panjang gelombang yaitu 200-400 nm.
Hasil panjang gelombang maksimum dapat dilihat IV. Kesimpulan
pada gambar 1. Berdasarkan hasil uji kualitatif dengan
menggunakan pereaksi murexide, parry dan mayer
menunjukkan hasil positif pada sampel A, sampel
B, dan sampel C, hal ini menunjukkan adanya
kandungan kafein dari berbagai jenis kemasan
minuman kopi yang beredar di kota medan. Kadar
kafein dalam minuman kopi yang diperoleh yaitu
26,352 ± 0,292 mg/100 mL (Sampel A), 15,179 ±
0,286 mg/100 mL (Sampel B) dan 7,9658 ± 0,984
mg/100 mL (Sampel C). Pemeriksaan kadar kafein
dari berbagai jenis kemasan minuman kopi yang
beredar di kota medan memiliki jumLah kadar
kafein yang masih aman untuk dikonsumsi, karena
jumlah maksimum berdasarkan SNI yaitu 50-150
mg, hal ini menunjukkan kadar kafein dalam
Gambar 1. Panjang gelombang maksimum kafein
sampel memenuhi persyaratan.
Kurva kalibrasi baku caffeine diperoleh Referensi
dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku
caffeine dengan rentang konsentrasi 60; 80; 100; 1. Daswin, N.B.T. (2013, Feb). Pengaruh
120 dan 140 µg/mL pada panjang gelombang 272 Penggunaan Kafein Terhadap Kualitas Tidur
nm. Kurva kalibrasi larutan caffeine dapat dilihat Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Kedokteran
pada gambar 2. Universitas Sumatera Utara.
2. Maramis.R.K,Citraningtyas,G., wehantouw.F.
(2013, Nov). Analisis Kafein Dalam Kopi
Bubuk Di Kota Manado Menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis. Pharmacon.
Jurnal Ilmiah Farmasi
3. Nurcahyaningrum,I. (2008). Penetapan Kadar
Kafein Pada Kopi Instan Bubuk Secara
Spektrofotometri UV-Vis. Karya Tulis Ilmiah.
Surakarta: Universitas Setia Budi
4. Ogah , C.O. & Obebe, T.O. (2012, Apr).
Gambar 2. Kurva kalibrasi baku kafein Caffeine Content of Cocoa and coffe
Beverages in Lagos, Nigeria, Global
Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk bahan Research Publishing, 3 (1), 404-405
baku caffeine diperoleh persamaan garis regresi 5. Standar Nasional Indonesia. (2006). Kopi. 01-
yaitu: Y= 0,0051X + 0,0010 dan diperoleh 7152-2006
hubungan yang linear antara konsentrasi dengan 6. Misra, H., D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni,
absorbansi, dengan koefisien korelasi (r)= 0,9997. dan D.C Jain,. (2009). Study of Extraction and
Koefisien korelasi ini memenuhi syarat kriteria HPTLC – UV Method for Estimation of
penerimaan yaitu r ≥ 0,9995. Caffeine in Marketed Tea (Camelia sinensis)
Granules. International Journal of Green
Pemeriksaan Kadar Kafein Dalam Sampel Pharmacy 3 (5)
Konsentrasi kadar caffeine dapat dihitung 7. Aptika, N.m.D., Tunas, I.K dan Sutema,
dengan mensibtitusikan serapan sampel pada I.A.M.O., (2015). Analisis Kadar Kafein pada
persamaan regresi Y = 0,0051X + 0,0010. Kopi Hitam di Bukian Gianyar Menggunakan
Selanjutnya konsentrasi caffeine dihitung. Dari Spektrofotometer UV-Vis. Chemistry
hasil penelitian sampel yang paling sedikit kadar Laboratory, Vol. 2 No. 1 : 30-37
kafeinnya yaitu ada pada sampel C dengan jumLah 8. Fathoni, Ahmad. (2015, Des). Analisa Secara
kadar kafein 7,9658 ± 0,985 mg/100mL dan Kualitatif Dan Kuantitatif Dalam Kopi Bubuk
15,9316 dalam 200 mL/kemasan. Hal ini Lokal Yang Beredar Di Kota
dikarenakan sampel C memiliki komposisi bubuk Palembang Menggunakan Spektrofotometer
109
IJCST.2022 © 2022 State University of Medan
Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST-UNIMED) (2022) Volume 05, No 2, pp 106-110
UV-Vis. Penelitian mandiri. Palembang:
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi
9. Depeartemen Kesehatan RI. (1995).
Farmakope Indonesia, Edisi IV. 254. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
10. Mumin A, Kazi F A, Zainal A, Zakir H.
(2006, Nov). Determination and
characterization of Caffeine in Tea, Coffee,
and Soft Drink by Solid Phase
Extraction and HighPerformance Luquid
Chromatography (SPE HPLC). Malaysion
Journal of Chemistry, 8: 45-51
110
IJCST.2022 © 2022 State University of Medan