JRL Vol.5 No.3 Hal. 245 - 255 Jakarta, ISSN : 0216.
7735,
November 2009 No169/Akred-LIPI/P2MBI/07/2009
KARAKTERISTIK FISIK DAN TINGKAT
BAHAYA EROSI TANAH ULTISOL
STUDI KASUS LAHAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. KALTIM PREMA COAL,
KALIMANTAN TIMUR
Sudaryono
Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan-BPPT
BPPT Gd Iilt 19, jln MH Thamrin no 8 Jakarta 10340
Abstract
Soil erosion is a major factor leading to cause land damage in the upstream region. Therefore,
erosion control should be done in the preservation of land resources and the environment can be
maintained and the welfare of farmers can be improved.
Land Ultisol widespread in many Kalimatan Islands, ultisol soil types other than guilty of fertility,
soil types have the property ultisol easy erosion. As a result of coal mining activities carried out by
PT KPC lead to peeling layers of top soil to the depth of rock. This stripping has directly changed
the soil condition.
Ultisol soil physical conditions in Kalimanan (available water capacity, density lumps, texture,
structure, pore space and permeability of the soil) are relatively low, so they need to improve the
addition of organic materials, and lime.
The process of reclamation of former coal mining PT. KPC has been done very well. The analysis
of fertility levels and the amount of potential soil erosion occurs indicates that the post-mining
rehabilitation revegetation way to post-mining land with the procedure referred. It can be seen
from the parameters of soil fertility and erosion rates of post-mining land have been rehabilitated
(56.5614 erosion rates tons/hectare/year) with areas of pristine forests (erosion rates 52.175 tons/
hectare/year) were not show significant changes.
Keywords: ultisol, rehabilitation, physical soil, erosion
1. Pendahuluan Tanah Ultisol merupakan salah satu jenis
tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran
Erosi tanah merupakan faktor utama terluas, yaitu : mencapai 45.794.000 hektar atau
penyebab ketidak-berlanjutan kegiatan usahatani hampir 25 persen dari total daratan Indonesia
di wilayah hulu. Peningkatan erosi disebabkan (Subagyo et al , 2004, dalam Prasetyo BH.
karena kegiatan usahatani secara subsisten dan Suriadikarta, DA., 2006). Sebaran terluas
dengan menerapkan praktek-praktek usahatani terdapat di Kalimantan (21.938.000 hektar).
yang dapat menyebabkan erosi (Arsad, S. 2000). Tanah ini dibentuk oleh proses pelapukan dan
Erosi yang intensif di lahan pertanian menyebabkan pembentukan tanah yang sangat intensif karena
semakin menurunnya produktivitas usahatani, berlangsung dalam lingkungan iklim tropika dan
dimana penurunan produktivitas usahatani secara subtropika yang bersuhu panas dan bercurah
linier akan diikuti oleh penurunan kesejahteraan hujan tinggi (Notohadiprawiro, T. 1986). Selain
petani. Oleh karena itu, pengendalian erosi di bersalah terhadap kandungan kimia tanah, tanah
lahan usahatani mutlak harus dilakukan agar jenis ultisol mempunyai kerentaan terhadap erosi,
kelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan sehingga menyebabkan resiko erosi meningkat.
dapat dipertahankan sehingga kesejahteraan Kegiatan penambangan batubara yang
petani dapat ditingkatkan, (Notohadiprawiro T., dilakukan oleh PT KPC di Kabupaten Sangata
et al. 1999). telah menyebabkan terjadinya pengupasan
245 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
lapisan tanah sampai pada kedalaman batuan. E = R K L S C P
Pengupasan ini secara langsung telah merubah Dimana:
kondisi lahan terutama kondisi fisik tanah, dan
E : jumlah tanah yang tererosi
yang mengalami perubahan adalah struktur tanah
dan kepadatan tanah. Struktur tanah menjadi (ton/ha/tahun)
porous dan kepadaan tanah rendah, sehingga R : faktor erosivitas hujan
diikuti oleh meningkatnya permeabilitas tanah K : faktor erodibilitas tanah
yang kemudian meningkatkan laju infiltrasi air,
yang berpeluang bagi proses pencucian unsur- L : faktor panjang lereng
unsur hara dan bahan organik. Disamping itu S : faktor kemiringan lereng
karena tanah yang dikupas dalam kondisi tidak C :faktor penutupan dan
kompak (sarang) maka mudah mengalami pengelolaan tanaman
erosi. Pencucian dan erosi berdampak terhadap P : faktor konservasi tanah
kehilangan unsur hara dan bahan organik
tanah.
Rehabilitasi yang dilakukan terhadap 2. Tujuan
cekungan bekas galian tambang batubara
di Kabupaten Sangatta, Kalimantan Timur, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dimaksudkan sebagai upaya perbaikan kembali tingkat kesuburan tanah dilihat dari sifat fisik dan
kerusakan tanah karena penambangan batu besarnya tingkat bahaya erosi pada tanah ultisol
bara. Rehabiltasi yang dilakukan dalam bentuk pada lahan pasca penambangan batubara PT.
penutupan kembali (reklamasi) bekas galian, KPC, di Kalimantan Timur.
kemudian dilanjutkan dengan penanaman
kembali pada lokasi tersebut. Secara phisik waktu 3. Metodologi
yang dibutuhkan untuk reklamasi dan revegetasi
sudah cukup lama yaitu sekitar 10 tahun yang lalu Pengumpulan data sekunder dilakukan
dan terus dilakukan terhadap bekas galian yang melalui pencatatan hasil laporan maupun
sudah tidak ditambang lagi. penelitian yang telah dilakukan terdahulu oleh
Menyadari dampak kerusakan lahan lembaga atau instansi terkait antara lain dari
akibat terjadinya erosi maka perlu dilakukan Departemen ESDM, Departemen Kehutanan,
pencegahan terhadap aliran permukaan di Pemda Provinsi Kalimantan Timur, Pemda
lahan pertanian, kehutanan dan pertambangan. Kabupaten Kutai Timur, Kecamatan dan Desa-
Berbagai kegiatan teknik konservasi tanah dan desa setempat, serta laporan hasil penelitian
air (KTA) untuk mengendalikan erosi dan aliran PT. KPC.
permukaan, serta penerapan teknik KTA di Pengumpulan data primer dilakukan melalui
lapangan. Pemilihan teknik KTA secara teknis observasi, pengamatan visual, pengukuran secara
dilakukan dengan menggunakan model penduga langsung maupun analisis laboratorium. Contoh
erosi USLE (Universal Soil Loss Equation). Model (sample) tanah diambil dengan menggunakan bor
tersebut juga digunakan untuk memprediksi erosi tanah pada 11 titik.
dari suatu wilayah (DAS). Model pendugaan
erosi USLE merupakan model empiris yang
dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan 4. Hasil Dan Pembahasan
dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian, 4.1 Analisis Fisik Tanah
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)
bekerja sama dengan Universitas Purdue pada 1) Kapasitas Air Tersedia
tahun 1954 (Kurnia, 1997). Model tersebut (Ketersediaan Air)
dikembangkan berdasarkan hasil penelitian erosi
pada petak kecil (Wischmeier plot). Berdasarkan Kemampuan tanah untuk menyimpan air
data dan informasi yang diperoleh dibuat model sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan
penduga erosi dengan menggunakan data curah tanaman mempunyai hubungan erat dengan
hujan, tanah, topografi dan pengelolaan lahan. kebutuhan air dan frekwensi pemberian air irigasi.
Secara deskriptif model tersebut diformulasikan Total air yang tersedia untuk tanaman adalah
sebagai berikut, (Arsyad, 2000) : perbedaan antara kandungan air pada kapasitas
lapang (pF 2,54) dengan kandungan air pada titik
layu permanent (pF 4,2).
246 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
Ketersediaan air tanah di wilayah studi lempung berliat (clay loam), seperti pada lokasi
berkisar antara 2,85 – 23,53 persen volume, nilai ini DS2, namun ada beberapa yang tergolong liat
tergolong rendah, kecuali lokasi Porodisa (padang (clay) seperti di CPP area, sungai Sangatta dan
penggembalaan) (Arsad, 2000). Perbedaan nilai Sangatta North Rehabilitasi dan liat berebu
antara lapisan atas dengan lapisan bawah tidak (silty clay) pada lokasi AB 103 area dan lempung
mempengaruhi kelas ketersediaan air dalam tanah berdebu (silty loam) pada lokasi Sungai Sangatta
pada kedua kedalaman tanah tersebut. Jadi daya serta lempung (loam) pada lokasi Sangatta North
menyimpan air tanah di wilayah studi tergolong Agathe Suly dan Bengalon original.
rendah, sehingga perlu pemberian bahan organik
agar BD (bulk density) tanah bisa berkurang dari 4) Struktur Tanah
nilai 1 persen volume, dan kapasitas menyimpan Struktur tanah sangat berpengaruh pada
air dalam tanah dapat ditingkatkan. pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas
tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah
2) Kerapatan Bongkah
berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas
(Bulk Density = BD) yang akhirnya produksi menurun. Struktur tanah
Kerapatan bongkah ( Bulk Density = berpengaruh kuat pada kerapatan isi tanah
BD) tanah mempunyai hubungan erat dengan (bulk density). Perkembangan tipe dan ukuran
kelas tekstur, struktur, dan kandungan bahan struktur tanah pada wilayah studi terutama
organik tanah. Data kerapatan bongkah tanah dipengaruhi oleh konsistensi dan kandungan
dipergunakan untuk pengukuran indeks kepadatan bahan organik tanah. Kondisi struktur tanah
tanah, ruang pori total, sifat gerakan air di dalam merupakan salah satu indikator penting bagi
tanah, sifat pengolahan tanah, dan pengairan. kemudahan pengolahan tanah. Dikaitkan dengan
Bulk density tanah di lakasi tambang PT. KPC laju infiltrasi dan permeabilitas tanah, struktur
pada umumnya lebih besar dari 1 g/cm2, yaitu tanah juga menjadi penentu dalam prediksi tingkat
berkisar antara 1,00 – 1,62 g/cm2 artinya bahwa erodibilitas tanah (Arsad, S. 2000, Hanafiah, KA.,
tanah-tanah daerah penelitian tergolong berat 2004).).
atau padat. Berat atau bobot isi tanah diperlukan Perkembangan tipe dan ukuran struktur
untuk penentuan kepadatan tanah. Oleh karena itu tanah pada wilayah studi terutama dipengaruhi
nilai berat isi yang terlalu besar akan menghalangi oleh konsistensi dan kandungan bahan organik
daya tembus akar dan perkembangan akar tanah. Kondisi struktur tanah merupakan salah
tanaman, tetapi hal ini juga akan tergantung satu indikator penting bagi kemudahan pengolahan
pada jenis tanamannya. Perkembangan akar tanah. Dikaitkan dengan laju infiltrasi dan
pada tanah bertekstur liat akan terganggu bila permeabilitas tanah, struktur tanah juga menjadi
berat isi tanah lebih besar dari 1,2 gram/cm2, penentu dalam prediksi tingkat erodibilitas tanah.
sehingga perlu dilakukan penggemburan tanah Dari 11 (sebelas) titik pengamatan diketahui
dengan cara pemberian campuran kapur plus bahwa struktur tanah bagian atas (0 - 20 cm)
pasir atau kompos dan bahan organik (Sugeng bervariasi dari tipe remah/granuler (crumb, cr)
Winarso, 2005). hingga gumpal menyudutsudut. Kongkresi besi
atau plintit adakalanya dijumpai pada lapisan
3) Tekstur Tanah bawah yang bercampur dengan kerikil dan batuan
Tekstur tanah mempengaruhi jumlah air induk. Struktur demikian, dengan tekstur liat halus
dan udara di dalam tanah yang selanjutnya akan dilapisan bawah akan mempengaruhi pergerakan
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Tekstur air dan udara dalam tanah.
tanah daerah survei yaitu dari 11 titik sampel
5) Ruang Pori Total Tanah
adalah pada umumnya halus dengan kadar liat
meningkat pada lapisan bawah (iluviasi). Tekstur Ruang pori total tanah adalah volume
yang berliat halus dengan struktur menggumpal seluruh pori-pori tanah dalam suatu volume tanah
sampai massif akan meningkatkan bobot isi tanah utuh yang dinyatakan dalam (%). Ukuran dan
dan menurunkan nilai total ruang pori tanah. Oleh penyebaran pori tanah sangat erat hubungannya
karena itu perlu adanya penambahan bahan dengan berat isi, makin besar ukuran pori makin
organik yang cukup, agar lahan dapat menyerap rendah porositas tanah. Nilai ruang pori tanah di
air lebih banyak dan dapat digunakan secara baik wilayah studi berkisar antara (35,44 – 55,04)%,
dan berkelanjutan untuk penggunaan tanaman artinya bahwa ruang pori tanah di wilayah studi
pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. sepertiga hingga setengah dari seluruh volum
Karakteristik fisik tanah yang diamati meliputi : tanah utuh. Pori-pori tanah yang berisi udara
247 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
dalam keadaan kapasitas lapang dimasukkan 4.2. Pendugaan Erosi Tanah
sebagai pori non-kapiler, sedangkan pori yang
Pendugaan erosi model USLE telah secara
terisi air dimasukkan sebagai pori kapiler. Suatu
luas di Indonesia, disamping sebagai model
perbandingan setara kadar air pada kapasitas
penduga erosi wilayah (DAS), model tersebut
lapang dengan porositas total akan memberikan
juga digunakan sebagai landasan pengambilan
dugaan tentang keadaan porositas non-kapiler.
kebijakan pemilihan teknik konservasi tanah dan
Pada tanah-tanah yang produktif dengan tekstur
air yang akan diterapkan. Beberapa faktor yang
medium sampai halus biasanya bernilai 10-30
diperlukan untuk menduga atau memperkirakan
persen dari ruang pori total adalah ruang pori
besarnya erosi pada suatu wilayah atau DAS
non-kapiler.
adalah:
6) Permeabilitas Tanah
1) Faktor Erosivitas Hujan
Permeabilitas tanah adalah kecepatan Faktor erosivitas hujan dapat dihitung
gerak laju airtanah di dalam media massa tanah berdasarkan ketersediaan data hujan yang ada,
dalam keadaan jenuh. Permeabilitas tanah sangat misalnya data curah hujan hrian, curah hujan
ditentukan oleh sifat fisik tanah seperti tekstur, bulanan atau curah hujan hatian maksimum rata-
struktur, total pori, bahan organik tanah. Selain itu, rata. Nilai erosivitas hujan bulanan dapat dihitung
permea¬bilitas tanah juga sangat erat kaitannya dengan menggunakan rumus Lenvain:
dengan kondisi lereng (derajat dan konfigurasi
Rm = 2.21 (Rain)m1,36
lereng). Sifat permeabilitas tanah sangat penting
untuk keperluan tindakan drainase, tata airtanah, dimana :
dan untuk pendugaan erosi tanah. Rm = erosivitas hujan bulanan
Permeabilitas tanah di wilayah studi bervariasi (Rain)m = curah hujan bulanan (cm)
antara 0,12 cm/jam hingga 1,26 cm/jam, di wilayah
studi umumnya dibawah 1 cm/jam, berarti sangat Nilai erosivitas hujan tahunan dapat
rendah dan hanya ada beberapa saja lokasi yang dihitung dengan menjumlahkan erosivitas hujan
mempunyai nilai diatas nilai 1 cm/jam, yaitu lokasi bulanan selama satu tahun. Selanjutnya nilai
Gajah Hitam bernilai 1,26 cm/jam. Oleh karena itu, erosivitas hujan (R) yang diperoleh dari berbagai
bila curah hujan di daerah studi cukup tinggi, maka stasiun, untuk dipetakan dan dibagi-bagi ke dalam
usaha pertanian pada lahan miring memerlukan erosivitas hujan.
tindakan usaha pengawetan dan konservasi Curah hujan tahunan di areal penambangan
tanah seperti penanaman menurut kontur atau Sangatta tercatat antara 1.549 mm – 2.608 mm
penanaman dalam suatu strip (strip cropping) dan dengan curah hujan tahunan rata-rata 1.960 mm.
atau pembuatan terasering serta diusahakan agar Antara tahun 1988 – 2004 di Bandara Tanjung
lahan sepenuhnya tertutup oleh tanaman sepanjang Bara tercatat curah hujan tahunan sebesar 929
tahun. Data diatas menunjukkan bahwa ada korelasi mm – 2.210 mm, dengan rata-rata tahunan lebih
yang cukup signifikan antara bulk density, tekstur dan rendah dibandingkan dengan Bandara Sangatta,
struktur tanah serta permebilitas tanah di wilayah yaitu 1.555 mm.
studi, dimana kesemuanya ini mencirikan wilayah Curah hujan bulanan menunjukkan
yang rentan terhadap bahaya erosi, bila ditinjau fluktuasi yang tinggi dan perbedaan yang besar
dari tingkat erodibilitas tanahnya. Bila ditambah antara musim kering dengan musim penghujan.
dengan tingkat erosivitas hujan yang tinggi, maka Curah hujan bulanan rata-rata yang terendah
gabungan keduanya akan menyebabkan kerusakan terjadi pada bulan Juni sampai Oktober. Fluktuasi
yang sangat berbahaya bagi kelangsungan usaha bulanan rata-rata di Sangatta terlihat lebih besar
pertanian dan kehutanan serta perkebunan. dibandingkan dengan Tanjung Bara, (Anonim,
2005).
2,713 M 1,14 (10 -4 ) (12 – a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c – 3)
K =
100
248 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
dimana :
K : Faktor erodibilitas tanah
M : Parameter ukuran butir, yang diperoleh sebagai berikut: (% debu +
% pasir halus) – (100 - % liat). Bila data tektur yang tersedia
hanya fraksi pasir, debu dan liat, % pasir sangat halus dapat
diduga sepertiga dari % pasir
a : % bahan organik (% C x 1.724)
b : Struktur tanah
c : Nilai permeabilitas tanah
2) Faktor Erodibilitas Tanah (K) 4) Pengelolaan Tanaman (C)
Erodibilitas tanah dapat dihitung dengan Faktor C menunjukkan keseluruhan
persamaan Wischmeier dan Smith (1978), seperti pengaruh dengan vegetasi seresah, keadaan
berikut: permukaan tanah dan pengelolaan lahan
terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi).
3). Panjang Kelerengan (LS) Oleh karena itu besar angka C tidak selalu sama
dalam kurun waktu satu tahun.
Faktor indeks topografi L dan S, masing-
Secara umum faktor C dalam persamaan
masing mewakili pengaruh panjang dan kemiringan
USLE untuk menunjukkan keseluruhan pengaruh
lereng terhadap besarnya erosi. Panjang lereng
lahan terhadap terjadinya erosi. Seperti ditunjukkan
mengacu pada aliran air permukaan yaitu
pada Lampiran menunjukkan beberapa angka
lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan
C yang diperoleh dari hasil penelitian Pusat
terjadinya deposit sedimen.
Penelitian Tanah Bogor di beberapa daerah di
Tanah yang mempunyai topografi datar Jawa.
memiliki laju aliran permukaan yang kecil apabila
dibandingkan dengan tanah yang mempunyai
topografi yang berombak. Kecepatan aliran 5) Pengelolaan dan Konservasi Tanah (P)
permukaan tanah yang memiliki kemiringan besar
serta tidak tertutup tanah akan semakin cepat Pengaruh aktivitas pengelolaan dan
dengan daya kikis serta daya penghanyutan konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi
yang besar. dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan
oleh aktivitas pengelolaan tanaman. Faktor P
Atas dasar hasil opservasi lapangan dan
adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata
penghitungan berdasarkan deliniasi peta digital,
dari lahan yang mendapat perlakuan konservasi
besarnya kemiringan di kawasan Sangata dan
tanah tertentu terhadap tanah tererosi rata-rata
Bengalon hampir seragam, besarnya kemiringan
dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi.
bervariasi antara (15 – 25) % , sehingga nilai LS
Pada lahan pertanian, besar harga faktor P
dapat ditentukan berdasarkan Tabel 1 adalah
menunjukkan jenis aktivitas pengolahan lahan.
4,25.
Tabel 1 : Nilai LS berdasarkan persen
kemiringan lereng
Kemiringan Lereng (%) Nilai LS
1.0 – 8 0,25
2.8 – 15 1,20
3.15 – 25 4,25
4.25 – 45 9,50
5.> 45 12,00
Sumber : Arsad, S., 2000
249 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
Perbedaan besarnya erosi yang terjadi
4.3 Tingkat Bahaya Erosi pada sub DAS yang sebagian besar merupakan
hasil reklamasi tidak berbeda jauh dengan sub
Dari hasil perhitungan/analisis terhadap DAS yang sebagian besar lahannya masih berupa
tingkat bahaya erosi pada areal penambangan hutan (sub DAS AB 103 dan Bengalon). Hal ini
batubara Sangata, secara keseluruhan sub DAS menandakan bahwa upaya penutupan kembali
termasuk katagori ringan, klas II (erosi yang terhadap kolam bekas tambang dan revegetasi
terjadi (50 – 60) ton/ha/tahun. Erosi terbesar yang dilakukan oleh pihak PT KPC telah dapat
terjadi di sub DAS Sangatta North (58,5462 ton/ mengembalikan kualitas lingkungan lahan
ha/th), sedang yang terkecil di sub DAS Bengalon sebagai mana yang diwajibkan oleh undang-
(50,5154 ton/ha/th). undang.
250 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
251
Tabel 2 : Sifat Fisik Tanah Permukaan (0-20 cm) pada Kawasan Tambang PT KPC
Lokasi C Si S Tekstur Struktur T o t a l pF 1,8 pF 2,5 pF 4,2 Permeabilitas BD
Pori
(%) (% volume) (cm/jam) ( g /
cm2)
Gajah Hitam 34.71 36.79 28.50 lempung granuler 55.04 40.63 38.46 32.26 1.26 1.00
berliat halus
CPP Area 45.65 39.02 15.33 Liat granuler 41.11 26.48 25.52 19.31 6.19 1.36
sedang
AB 103 48.61 42.39 9.00 liat granuler 40.82 32.51 32.11 25.96 0.13 1.43
berdebu halus
DS2 34.91 43.25 21.84 lempung granuler 38.31 31.80 28.46 23.35 0.12 1.47
berliat sedang
Porodisa 36.74 28.53 34.73 lempung granuler 38.37 35.36 50.84 27.31 0.25 1.55
berliat sedang
Porodisa 31.10 29.05 39.85 lempung gumpal 48.64 41.83 38.07 34.53 0.61 1.25
Penggembalaan berliat menyudut
Porodisa kebun 35.02 37.01 27.97 lempung granuler 40.98 42.02 37.07 31.97 0.15 1.61
sawit berliat sedang
Porodisa Agate 29.16 34.49 36.35 lempung granuler 35.44 27.68 23.42 19.83 0.15 1.54
Suli halus
Bengalon 39.29 33.85 26.86 lempung granuler 50.21 37.16 30.02 27.17 1.26 1.10
berliat sedang
Hutan Bengalon 24.01 35.94 40.05 lempung gumpal 40.22 31.26 25.59 22.14 0.38 1.35
menyudut
Keterangan : C = Clay ( liat )
S = Sand (pasir)
Si = Silt ( debu )
BD = Bulk Density
JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
Tabel 3 : Perhitungan Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Sangattadan Bengalon
No Unit Lahan Luas (Ha) R K LS CP Tingkat Bahaya Solum TBE
Erosi Tanah
Ton/Ha/Th Klas (cm)
1. Sub DAS 250,014 3.168 0.391097 4,25 0.01 52,6627 II 60-90 (S)
Sangatta
2. Sub DAS 142,653 3.168 0.420050 4,25 0.01 56,5614 II 60-90 (S)
DS2
3. Sub DAS 7.780,517 3.168 0.387196 4,25 0.01 52,1375 II 60-90 (S)
AB 103
4. Sub DAS 121,067 3.168 0.434790 4,25 0.01 58,5462 II 60-90 (S)
Sangatta
North
5. Sub DAS 4.537,563 3.168 0,375150 4,25 0.01 50,5154 II 60-90 (S)
Bengalon
Tingkat erosi ditentukan berdasarkan
pengelompokan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
menurut Hammer (1986) dalam Arsyad (2000)
seperti pada Tabel 4 di bawah.
Tabel 4. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Tingkat Bahaya Erosi Harkat (ton/ha/tahun)
Sangat ringan < 16
Ringan 16 - 60
Sedang 60 - 180
Berat 180 – 480
Sangat berat > 480
Sumber : Hammer (1986) dalam Arsyad (2000)
Tabel 5 : Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi
Solum Tanah (cm) Kelas Erosi Erosi (Ton/Ha/Tahun)
(<15) II (15-60) III( 60-180) IV (180-480) V (>480)
Dalam > 90 cm SR(0) R (I) S (II) B (III) SB (IV)
Sedang : 60-90 cm R (I) S (II) B (III) SB (IV) SB (IV)
Dangkal : 30-60 cm S (II) B (III) SB (IV) SB (IV) SB (IV)
Sangat dangkal : 30 cm B (III) SB (IV) SB (IV) SB (IV) SB (IV)
Keterangan :
0 (SR) : Sangat ringan, II (S) : Sedang,
IV (SB) : Sangat berat, I (R) : Ringan, III (B) : Berat
252 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
5. Kesimpulan Konservasi Tanah di Indonesia. Prosiding
Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi
1). Dari analisis tingkat kesuburan tanah, lahan Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat.
di wilayah studi dapat digolongkan rendah Makalah Review. 4-6 Maret. Cisarua,
dan rentan terhadap bahaya erosi, sehingga Bogor.
perlu penambahan bahan organik yang dapat 5. Notohadinegoro, T., 1986. Ultisol, Fakta
berasal dari pupuk kandang, kompos, atau dan Implikasi Pertaniannya. Bulletin Pusat
dengan pola tanam back to natural, agar Penelitian Marihat. No. 6 Tahun 1986
BD (bulk density) tanah bisa berkurang, 6. Notohadiprawiro T., R. Sutanto, A. Maas
kapasitas menyimpan air dalam tanah, dan S. Yasni. 1999. Kebutuhan Riset,
tekstur, struktur tanah dan permebilitas tanah Inventarisasi dan Koordinasi Pengelolaan
dapat ditingkatkan. Sumber Daya Tanah di Indonesia. Kantor
2). Besarnya potensi erosi yang terjadi Menristek dan Dewan Riset Nasional.
mengindikasikan bahwa rehabilitasi pasca Jakarta.
penambangan dengan cara revegetasi 7. Prasetyo, BH. dan Suriadikarta, DA.
terhadap lahan pasca tambang telah berjalan (2006). Karakteristik, Potensi dan
sesuai dengan prosedur. Hal ini dapat dilihat Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk
dari parameter tingkat kesuburan tanah dan Pengembangan Pertanian Lahan Kering
tingkat bahaya erosi antara lahan bekas di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25
tambang hasil rehabilitasi (laju erosi 56,5614 (2).
Ton/ ha/tahun) sedang pada kawasan 8. Soemarwoto, O. (1994). Ekologi,
hutan (laju erosi 52,175 ton/ha.tahun). Hal Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
ini tidak memperlihatkan perubahan yang Penerbit Djambatan, Bandung.
signifikan.
9. Sugeng Winarso, (2005). Kesuburan
Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas
Daftar Pustaka Tanah. Gava Media, Yogyakarta.
10. Wishmeier, W.H. 1976. Use and Misuse of
1. Anonim (2005). Studi Amdal Peningkatan the Universal Soil Loss Equation. Journal
Produksi Batubara Hingga 48 juta Ton of Soil and Water Conservation. Vol. 31(1)
Pertahun. PT. KPC, Kabupaten Kutai : 5 – 9.
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
2. Arsyad, S. (2000). Konservasi Tanah dan
Air. IPB Press. Bogor.
3. Hanafiah, K.A., (2004). Dasar-dasar
Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
4. Kurnia, U., A. Dariah, Suwarto dan K.
Subagyono. 1997. Degradasi Lahan dan
253 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
LAMPIRAN
Tabel 6 : Perkiraan nilai faktor CP berbagai jenis penggunaan lahan
No. Kriteria Jenis Penggunaan Lahan Nilai CP
1. Hutan Tidak terganggu 0.01
Tanpa tumbuhan, dengan seresah 0.05
Tanpa tumbuhan bawah, tanpa seresah 0.05
2. Semak Tak terganggu 0.01
Sebagian berumput 0.10
3. Kebun Kebun talun 0.02
Kebonan Kebun 0.07
pekaranagan 0.20
4. Perkebunan Peliputan tanah sempurna 0.01
Peliputan tanah sebagian 0.07
5. Perumputan Peliputan tanah sempurna 0.01
Peliputan tanah sebagian, ditumbuhi 0.02
alang-alang
Alang-alang: pembakaran sekali setahun 0.06
Rumput seruai 0.65
6. Tanaman pertanian Umbi-umbian 0.51
Biji-bijian 0.51
Kacang-kacangan 0.36
Campuran 0.43
Padi dengan pengairan 0.02
7. Perladangan 1 tahun tanam – 1 tahun bero 0.28
1 tahun tanam – 2 tahun bero 0.19
8. P e r t a n i a n y a n g Mulsa 0.14
disertai pencegahan
tanah
Teras bangku 0.04
Galengan kontur 0.14
Sumber : Ambar dan Sjafrudin, 1979 (dalam Otto Soemarwoto, 1991)
254 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257
Baku mutu KEP-51/MENLH/10/1995
No. Parameter Satuan Mutu
Baku
I II
Fisika
1. Temperatur ºC 38 40
2. Zat padat terlarut (TDS) mg/L 2000 4000
3. Zat padat tersuspensi (TSS) µS/cm 200 400
Kimia
1. pH 6-9
2. Besi mg/L 5 10
3. Mangan (Mn) mg/L 2 5
4. Tembaga (Cu) mg/L 2 3
5. Seng (Zn) mg/L 5 10
6. Kromium (Cr) mg/L 0,5 1
7 Kadmium (Cd) mg/L 0,05 0,1
8 Air raksa ppb 1 2
9 Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
10 Stanum (Sn) mgIL 2 3
11 Arsen mg/L 0,1 0,5
12 Selenium (Se) mg/L 0,05 0,5
13 Nike1 (Ni) mglL 0,2 0,5
14 Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6
15 Sulfida (H2S) mgIL 0,05 0,1
16 F1uorida (F) mg/L 2 3
17 Amoniak bebas (NH3-N) mgIL 1 5
18 Nitrat, sebagai N (N03) mg/L 20 30
19 Nitrit, sebagai N (N02) mg/L 1 3
20 BOD mgJL 50 150
21 COD mgIL 100 300
22 Fenol mg/L 0,5 1
23 MBAS lmgIL 5 10
24 Minyak&Lelllak mg/L 10 50
Biologis
1 Total Coliform
/l00 ml
2 Fecal Col~fonn /100 ml
255 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 247 - 257