The 16th University Research Colloqium 2022
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
 EDUCATION   AND   EARLY   DETECTION   OF
 NEUROPATIC DIABETES IN DIABETES MELLITUS
 PATIENTS  AS   AN  EFFORT   TO   PREVENT
 NEUROPATIVE DIABETES
 Nurul Aktifah1, Firman Faradisi            2,   Nuniek Nizmah Fajriyah3 , Sabila Noviawati4,
 Rahayu diah astuti5
 1,2,3,4 Fakultas   Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, Indonesia
    5 Puskesmas      Kedungwuni II Pekalongan, Indonesia
    firmanpake@gmail.com
 Abstract
 Diabetes Mellitus is a chronic disease whose prevalence continues to increase every year.
 Diabetes Mellitus is classified as a degenerative disease that is not contagious, but can
 cause various complications such as chronic microvascular complications or better known
 as Diabetic (DN). DN can cause nerve damage that causes symptoms of numbness which
 in turn can lead to serious consequences including foot ulceration, gangrene and even
 amputation. Actions that are proven to reduce morbidity due to peripheral neuropathy
 are the implementation of early detection and education in DM patients. The purpose of
 this activity is to carry out early detection of DN and increase the knowledge of elderly
 prolanis and posbindu participants about DN and its complications in the hope that DM
 patients can find out preventive measures and appropriate actions so that morbidity and
 mortality can be prevented. The method of implementation is by screening for signs of
 DN symptoms and DN education. The total participants were 27 people, and this activity
 was carried out for 4 months. In this community service activity, the team conducts early
 detection and provides DN education. The results of the DNS examination showed that
 97 (72.4%) DM patients who participated in the elderly prolanis and posbindu
 experienced positive DNS symptoms. The results of the screening showed that the
 majority of patients had a score of 3, namely 41 (42.27%). The most common symptoms
 experienced are tingling, leg or foot pain, stabbing, feeling lost or lacking. The conclusion
 obtained is that most DM patients experience positive symptoms of DNS so it is
 necessary to take preventive measure.
 Keyword: Diabetes Mellitus 2; Diabetic Neuropathy;3 Early detection
 EDUKASI  DAN   DETEKSI   DINI  KEJADIAN
 DIABETES  NEUROPATI    PADA   PENDERITA
 DIABETES   MELLITUS    SEBAGAI    UPAYA
 PENCEGAHAN DIABETES NEUROPATI
 Abstrak
 Penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang prevalensi kejadianya
 terus meningkat setiap tahunya. Diabetes Melitus tergolong penyakit degenerative yang
 tidak menular, namun dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti komplikasi
 kronik mikrovaskular atau lebih dikenal dngan Diabetic (DN). DN dapat menyebabkan
 kerusakan saraf yang menyebabkan timbulnya gejala mati rasa yang pada akhirnya
 dapat menyebabkan konsekuensi serius diantaranya ulserasi kaki, ganggren bahkan
 amputasi. Tindakan yang terbukti dapat mengurangi morbiditas akibat neuropati
 perifer adalah dengan pelaksanaan deteksi dini dan edukasi pada penderita DM. Tujuan
 kegiatan ini untuk melakukan deteksi dini DN dan meningkatkan pengetahuan peserta
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                                           319
 e-ISSN: 2621-0584
 prolanis dan posbindu lansia tentang DN dan komplikasinya dengan harapan penderita
 DM dapat mengetahui upaya pencegahan dan tindakan secara tepat sehingga angka
 morbiditas dan mortalitas dapat dicegah. Metode pelaksanaan dengan melakukan
 screening tanda gejala DN dan edukasi DN. Total partisipan berjumlah 27 orang, dan
 kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini
 tim melakukan deteksi dini dan memberikan edukasi DN. Hasil pemeriksaan DNS
 menunjukkan bahwa 97 (72,4%) penderita DM peserta prolanis dan posbindu lansia
 mengalami gejala positif DNS. Hasil screening didapatkan mayoritas penderita memiliki
 scor 3 yaitu sejumlah 41 (42,27%). Gejala yang paling sering dialami adalah kesemutan,
 tungkai atau kaki merasakan nyeri, ditusuk – tusuk, merasa hilang rasa atau kurang.
 Kesimpulan yang didapat yaitu Sebagian besar pasien DM mengalami gejala positif DNS
 sehingga perlu dilakukan Tindakan pencegahan keparahan.
 Keywords: Diabetes Melitus 2; Diabetic Neuropathy;3 Deteksi dini
 1. Pendahuluan
            Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan karakteristik
     hiperglikemi sebagai akibat karena kekurangan insulin atau akibat resistensi fungsi
     insulin disebut sebagai Diabetes Mellitus Tipe 2. Epidemiologi DMT2 di dunia
     semakin meningkat, International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan tahun
     2019 sejumlah 463 juta orang dewasa di dunia menderita DM. Worlds Health
     Organization (WHO) mengindikasikan sekitar 700 juta orang akan menderita DM
     tahun 2045. DM merupakan penyebba utama kematian diseluruh dunia dan
     bertanggungjawab pada hampir 3 juta kematian setiap tahunnya[1]. Peningkatan
     angka kejadian DM meningkatkan resiko terjadinya komplikasi. Diabatic Neuropathy
     (DN) merupakan komplikasi yang paling sering dialami penderita DM. 60 - 70%
     pasien DM diperkirakan akan mengalami DN [2]. DN merupakan penyebab paling
     umum neuropati di seluruh dunia, dan diperkirakan mempengaruhi 50% penderita
     DM[3]. DN merupakan komplikasi kronik mikrovaskular yang menyebabkan
     gangguan pada kedua saraf somatic dan saraf aoutonom sehingga menunjukkan gejala
     mati rasa, kehilangan sensori, penurunan atau kehilangan rasa tertusuk, nyeri
     terbakar pada tangan atau kaki yang pada akhirnya dapat              menyebabkan
     konsekuensi serius diantaranya ulserasi kaki, ganggren, amputasi dan nyeri
     neuropatik yang dapat menyebabkan tingginya angak kesakitan dan kematian [4]. DN
     menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada DM sehingga menyebabkan
     beban ekonomi [5].
           Deteksi dini DN yang tepat secara signifikan dapat mengurangi morbiditas
     akibat neuropati perifer [6]. Deteksi dini dan pengendalian diabetes beserta factor-
     faktor resiko neuropati dapat mencegah, menunda atau memperlambat
     perkembangan neuropati diabatik, sehingga perlu suatu alat untuk mendiagnosis
     neuropati diabetic yang sederhana dan dapat digunakan ditempat yang mempunyai
     penunjang diagnosis terbatas. Diabetic Neuropathy Symptom (DNS) merupakan salah
     satu instrument untuk mengidentifikasi DN pada DM. Hasil penelitian menunjukkan
     nilai DNS dapat membedakan antara subjektif dengan dan tanpa neuropati pada
     pasien DM. DNS digunakan sebagai instrument diagnosis neuropati diabetic yang
     telah tervalidasi, cepat dan mudah dilakukan sengan nilai prediktif yang tinggi [7].
     Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kedungwuni II, Buaran dan Wonopringgo
     kabupaten Pekalongan belum melakukan deteksi dini terhadap kejadian DN. Focus
     pengabdian masyarakat ini adalah melakukan deteksi dini terhadap gejala DN dan
     pemberian edukasi sehingga penderita DM dapat mengetahui upaya pencegahan dan
     tindakan secara tepat sehingga angka morbiditas dan mortalitas dapat dicegah.
 2. Metode
     2.1. Penentuan Permasalahan Prioritas Mitra
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                                  320
 e-ISSN: 2621-0584
                 Permasalahan yang dialami mitra adalah belum adanya program screening
          untuk mengidentifikasi gejala DN.
          Prioritas penyelesai permasalahan yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
          1) Screening tanda gejala DN
          2) Edukasi DN
     2.2. Metode Pendekatan yang Ditawarkan
                 Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan melakukan screening
          DN dan edukasi. Screening dilakukan dengan melakukan pemeriksaan tanda
          dan gejala DN dilanjutkan dengan pemberian edukasi DN. screening tanda gejala
          DN dilakukan pada pasien DM peserta prolanis dan posbindu lansia Puskesmas
          Buaran, Wonopringgi, Kedungwuni II kabupaten Pekalongan.
                 Pengabdian masyarakat dilakukan selama 4 bulan yaitu bulan September
          – Desember 2021 dengan tahapan kegiatan meliputi tahap persiapan,
          pelaksanaan dan diakhiri dengan evaluasi dengan Metode anamnesa, ceramah
          Tanya jawab dan diskusi. Media yang digunakan adalah instrument pemeriksaan
          DNS serta power point sebagai media edukasi sehingga penderita DM
          mendapatkan penjelasan secara jelas. Kegiatan pengabdian masyarakat
          dilakukan saat pendemic Covid-19 sehingga dilaksanakan dengan tetap
          mematuhi protocol kesehatan yaitu dengan pengecekan suhu tubuh, cuci tangan,
          penggunaan masker serta menjaga jarak.
     2.3. Tahap Persiapan
                Tahapan ini merupakan kegiatan melakukan survey kegiatan, survey
          dilakukan di Puskesmas Buaran, Kedungwuni II dan Puskesmas Wonopringgo
          kabupaten Pekalongan. Kegiatan Survai dilakukan untuk mendapatkan
          gambaran secara objektif dari sasaran        sekaligus sebagai mitra dalam
          pelaksanaan pengabdian masyarakat. Peserta adalah anggota prolanis dan
          posbindu lansia. Kegiatan lain dari persiapan pengabdian masyarakat adalah
          penyusunan rencana kegiatan meliputi jadwal pelaksanaan kegiatan, pembuatan
          media dan materi serta penanggung jawab pelaksanaan setiap kegiatan. Rencana
          kegiatan disusun dalam bentuk proposal kegiatan pengabdian masyarakat.
     2.4. Tahap Pelaksanaan
        Tahap pelaksanaan pengabdian masyarakat terdiri dari tiga tahapan, meliputi:
          1) Identifikasi Permasalahan Mitra
             Identifikasi permasalan mitra dilakukan dengan kunjungan ke Puskesmes
             Buaran, Kedungwuni II dan Puskesmas Wonopringgo kabupaten Pekalongan.
             Kunjungan bertujuan untuk mengetahui permasalahan mitra. Permasalahan
             yang didapat pasien DM peserta prolanis dan Posbindu menyatakan
             mengalami keluhan kaki terasa nyeri dan kesemutan, hilang rasa serta tidak
             stabil saat berjalan. Puskesmas belum melakukan pemeriksaan untuk
             mengidentifikasi kejadian DN.
          2) Pelaksanaan screening DN
             Screening DNP dilakukan pada peserta prolanis dan posbindu lansia di
             Wilayah kerja Puskesmes Buaran, Kedungwuni II dan Puskesmas
             Wonopringgo kabupaten Pekalongan. Secreening DN menggunakan
             instrument Diabetic Neuropathy Symptom (DNS). Kegiatan screening
             disajikan pada Gambar 1. Screening bertujuan untuk mengidentifikasi gejala
             DN yang dialami oleh penderita DM.
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                                321
 e-ISSN: 2621-0584
                              Gambar 1. Pelaksanaan Screening DN
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                  322
 e-ISSN: 2621-0584
         3) Pelaksanaan Edukasi
                   Edukasi dilakukan pada pasien DM peserta prolanis dan posbindu
            lansia. Kegiatan pemberian edukasi dapat terlihat pada gambar 2. Edukasi
            menggunakan metode ceramah diskusi dan Tanya jawab dengan media power
            point. Materi yang disampaikan tentang pengertian, faktor resiko, tanda
            gejala, cara pencegahan terjadinya DN serta tindakan yang dapat dilakukan
            untuk mengurangi gejala DN.
                                        Gambar 2. Pelaksanaan Edukasi
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                              323
 e-ISSN: 2621-0584
     2.5. Khalayakan Sasaran
          Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah peserta prolanis dan posbindu
          lansia Puskesmas Buaran, Kedungwuni II dan Puskesmas Wonopringgo
          kabupaten Pekalongan sejumlah 134.
     2.6. Rancangan Evaluasi
          Rancangan evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi hasil screening
          nilai DNS.
 3. Hasil dan Pembahasan
     Hasil
     3.1. Karakteristik Peserta Berdasarkan Penyakit DM
         Sasaran pengabdian masyarakat adalah penderita DM peserta Prolanis dan
         Posbindu lansia di wilayah kerja Puskesmas Buaran, Kedungwuni II dan
         Puskesmas Wonopringgo kabupaten Pekalongan sejumlah 134. Karakteristik
         peserta penyakit DM berdasarkan nilai negative dan positif DNS secara lengkap
         dapat dilihat pada table 1.
         Table 1. Karakteristik Demografi Peserta (N=134)
                  Karakteristik                     f                 %
          Penderita DM
          Positif DNS                             97                 72,4
          Negatif DNS                             37                 27,6
         Karakteristik berdasarkan hasil positif dan negative DNS didapatkan sejumlah
         97 (72,4%) penderita DM peserta prolanis dan posbindu lansia mengalami gejala
         positif DNS.
     3.2. Distribusi Frekuensi DNS Responden
         Distribusi penderita DM yang mengalami DNP diukur dengan menggunakan
         instrumen DNS. Hasil secara lengkap dapat terlihat pada table 2.
         Table 2. Distribusi Frekuensi Scor DNS Responden
           Distribusi Frekuensi Scor               f                  %
               DNS Responden
                         1                        10                10,31
                         2                        29                29,90
                         3                        41                42,27
                         4                        17                17,52
         Mayoritas nilai scor DNS pada penderita DNP adalah 3, yaitu sejumlah 41
         (42,27%). Hal ini menunjukkan mayoritas penderita DNP mengalami keluhan
         kesemutan, nyeri ditungkai atau kaki, Merasa ditusuk-tusuk pada tungkai atau
         kaki, merasa hilang rasa atau kurang berasa pada kaki atau tungkai.
      Pembahasan
              Hasil pemeriksaan DNS menunjukkan bahwa 97 (72,4%) penderita DM
      peserta prolanis dan posbindu lansia mengalami gejala positif DNS. Hasil screening
      didapatkan mayoritas penderita memiliki scor 3 yaitu sejumlah 41 (42,27%). Gejala
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                                 324
 e-ISSN: 2621-0584
       yang paling sering dialami adalah kesemutan, tungkai atau kaki merasakan nyeri,
       ditusuk – tusuk, merasa hilang rasa atau kurang. Mekanisme terjadinya DN pada
       penderita DM belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor dicurigai sebagai
       penyebab dari DN pada DM diantaranya peningkatan Advanced glycation end
       products (AGEs) dan Protein Kinase-C (PKC) sebagai akibat hiperglikemi kronis
       sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf perifer. AGEs dapat memicu
       terjadinya stress oksidatif sehingga menyebabkan kerusakan vaskuler yang pada
       akhirnya dapat menyebabkan iskemik ke perifer. Hiperglikemia juga dapat
       menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi diantaranya IL-6 dan TNF-α yang
       dapat berkontribusi terhadap rusaknya sel saraf perifer [8]
             Gejala DN dapat juga disebabkan sebagai akibat hiperglikemia yang lama
       sehingga dapat mempengaruhi dinding pembuluh darah sehingga endotelia
       pembuluh darah menebal yang secara konsisten dapat merusak endotel dan serabut
       saraf [9][10][11]. Hiperglikemia kronik memicu terjadinya perubahan homeostasis
       biokimia sehingga dapat mempengaruhi serabut saraf kecil, seiring bertambahnya
       durasi hiperglikemia menyebabkan penurunan hantaran saraf perifer [12].
       Hiperglikemia kronik juga dapat menstimulasi peningkatan aktivitas jalur poliol
       yang dapat meningkatkan akumulasi sorbitol dalam sel saraf sehingga transdksi
       sinyal pada saraf dapat terganggu sehingga menyebabkan gejala DN. Aktivasi AGEs
       dan sorbitol yang terbentuk dapat menurunkan fungsi nitric oxide, menyebabkan
       vasokontriksi sehingga menyebabkan penurunan aliran darah ke sel saraf.
       Menurunnya kadar mioinositol juga berperan pada terjadinya neuropati [13]. Secara
       umum DN mempengaruhi jari kaki dan kaki distal, seiring bertambahnya waktu
       perlahan-lahan berkembang kearah proksimal bagian kaki dan tungkai. Hal ini
       ditandai juga dengan hilangnya secara progresif serabut saraf otonom dan somatic
       sehingga menyebabkan DN. Gejala umum DN adalah nyeri neuropati yang ditandai
       dengan kesemutan, terbakar, tertusuk benda tajam, nyeri seperti tertembak atau
       sensasi tersengat listrik [14][15][16]. Gejala dirasakan dari tingkat sedang sampai
       parah dan lebih buruk dirasakan pada malam hari sehingga menyebabkan gangguan
       pola , kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan dapat mempengaruhi
       suasana hati yang dapat berhubungan dengan depresi [8] [15][16]
 4.   Kesimpulan
             Kesimpulan yang didapatkan dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini
      adalah deteksi dini pada penderita DM peserta prolanis dan posbindu lansia di
      Puskesmas Buaran, Kedungwuni II, dan Wonopringgo kabupaten Pekalongan,
      merupakan implementasi tindakan preventif sebagai upaya deteksi dini kejadian DN
      sehingga diharapkan dapat menurunkan resiko terjadinya morbiditas dan mortalitas
      pasien DM. Kegiatan ini diharapkan dapat digalakkan secera berkesinambungan
      sebagai bentuk upaya preventif komplikasi DM dengan melibatkan semua sektor.
 Ucapan Terima Kasih
            Kami mengucapkan terima kasih Allah SWT atas atas rahmad dan pertolongan-
      Nya sehingga menulis termotivasi untuk melakukan pengabdian masyarakat ini.
      Terimakasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas
      Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan serta Kepala Puskesmas beserta kader PTM
      Puskesmas Buaran, Kedungwuni II dan Puskesmas Wonopringgo Kabupaten
      Pekalongan yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan
      pengabdian masyarakat ini.
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                                   325
 e-ISSN: 2621-0584
 Referensi
 [1]    S. A. Kebede, B. S. Tusa, A. B. Weldesenbet, Z. T. Tessema, and T. A. Ayele, “Time
        to diabetic neuropathy and its predictors among newly diagnosed type 2 diabetes
        mellitus patients in Northwest Ethiopia,” Egypt. J. Neurol. Psychiatry Neurosurg.,
        vol. 57, no. 1, 2021, doi: 10.1186/s41983-021-00402-4.
 [2]    N. C. for C. D. P. and H. P. D. of D. Translation, “National Diabetes Fact Sheet,”
        2011, pp. 1–12.
 [3]    James W. Albers and, “Diabetic Neuropathy: Mechanisms, Emerging Treatments,
        and Subtypes,” HHS Public Access, vol. 14, no. 8, pp. 1–18, 2016, doi:
        10.1007/s11910-014-0473-5.Diabetic.
 [4]    C. F. Chang, C. C. Chang, S. L. Hwang, and M. Y. Chen, “Effects of Buerger Exercise
        Combined Health-Promoting Program on Peripheral Neurovasculopathy Among
        Community Residents at High Risk for Diabetic Foot Ulceration,” Worldviews
        Evidence-Based Nurs., vol. 12, no. 3, pp. 145–153, 2015, doi: 10.1111/wvn.12091.
 [5]    F. Salawu et al., “Diabetic peripheral neuropathy and its risk factors in a Nigerian
        population with type 2 diabetes mellitus,” Orig. Artic. 16 African J. Diabetes Med.,
        vol. 26, no. 1, pp. 1–5, 2018.
 [6]    S. Gogia and C. Rao, “Prevalence and risk factors for peripheral neuropathy among
        type 2 diabetes mellitus patients at a tertiary care hospital in coastal Karnataka,”
        Indian J. Endocrinol. Metab., vol. 21, no. 5, pp. 665–669, 2017, doi:
        10.4103/ijem.IJEM_43_17.
 [7]    M. I. Sina, “Hubungan Skor Diabetic Neuropathy Symptom Dan Diabetic
        Neuropathy Examination Dengan Berg Balance Scale Pasien Neuropati Diabetik Di
        Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,” pp. 1–86, 2019.
 [8]    N. Akter, “Diabetic Peripheral Neuropathy: Epidemiology, Physiopathology,
        Diagnosis and Treatment,” Delta Med. Coll. J., vol. 7, no. 1, pp. 35–48, 2019, doi:
        10.3329/dmcj.v7i1.40619.
 [9]    Faiqotunnuriyah and Widya Hary Cahyati, “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
        DENGAN KEJADIAN NEUROPATI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES
        MELITUS TIPE 2 FACTORS,” J. Kesmas Indones., vol. 13, no. Januari, pp. 64–76,
        2021.
 [10]   D. Abdissa et al., “Prevalence and Determinants of Peripheral Neuropathy among
        Type 2 Adult Diabetes Patients Attending Jimma University Medical Center,
        Southwest Ethiopia, 2019, an Institutional-Based Cross-Sectional Study,” J.
        Diabetes Res., vol. 2020, 2020, doi: 10.1155/2020/9562920.
 [11]   X. Liu, Y. Xu, M. An, and Q. Zeng, “The risk factors for diabetic peripheral
        neuropathy: A meta-analysis,” PLoS One, vol. 14, no. 2, pp. 1–16, 2019, doi:
        10.1371/journal.pone.0212574.
 [12]   S. K. Rachman, E. Hendryanny, and T. Bhatara, “Hubungan Antara Kontrol
        Glikemik (HBA1C), Durasi Penyakit, dan Profil Lipid Pada Pasien Diabetes Melitus
        Tipe II Dengan Kejadian Neuropati Diabetik: Scoping Review,” J. Integr. Kesehat.
        Sains, vol. 3, no. 2, pp. 207–214, 2021, doi: 10.29313/jiks.v3i2.7340.
 [13]   T. Eltrikanawati, “The Relationship Of The Duration Of Type 2 Diabetes Mellitus
        With Peripheral Neuropathy,” Sci. Midwifery, vol. 10, no. 1, pp. 145–150, 2021.
 [14]   S. Tesfaye, A. J. M. Boulton, and A. H. Dickenson, “Mechanisms and management of
        diabetic painful distal symmetrical polyneuropathy,” Diabetes Care, vol. 36, no. 9,
        pp. 2456–2465, 2013, doi: 10.2337/dc12-1964.
 [15]   I. L. Mugiyanto E, Fajriyah NN, Manajemen ulkus diabetikum sebuah kajian. 2022.
 [16]   N. N. Fajriyah, N. Aktifah, and E. Mugiyanto, “Paket Edukasi dan Deteksi Dini
        Meningkatkan Perilaku Perawatan Kaki Diabetisi di Puskesmas Kabupaten
        Pekalongan,” Gaster, vol. 18, no. 1, p. 12, 2020, doi: 10.30787/gaster.v18i1.402.
Prosiding 16th Urecol: Seri Pengabdian Masyarakat                                        326