0% found this document useful (0 votes)
20 views8 pages

Jurnal

This document summarizes a study on applying the Think-Talk-Write (TTW) learning model to improve mathematics learning outcomes for students. The study was conducted with 21 5th grade students in Rantau Panjang, Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia. Before applying the TTW model, the average student score was 20.95, with most students scoring incomplete. After two cycles of applying the TTW model, student outcomes improved, with an average score of 80.95 and most students scoring complete in the second cycle. The study found that the TTW model increased student mathematics learning outcomes by encouraging more active participation and developing reasoning skills.

Uploaded by

TARI
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
20 views8 pages

Jurnal

This document summarizes a study on applying the Think-Talk-Write (TTW) learning model to improve mathematics learning outcomes for students. The study was conducted with 21 5th grade students in Rantau Panjang, Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia. Before applying the TTW model, the average student score was 20.95, with most students scoring incomplete. After two cycles of applying the TTW model, student outcomes improved, with an average score of 80.95 and most students scoring complete in the second cycle. The study found that the TTW model increased student mathematics learning outcomes by encouraging more active participation and developing reasoning skills.

Uploaded by

TARI
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

29

JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh
Rahmad Hidayat 1), Tri Astari2)
1UPT SPF SDN 105336 Rantau Panjang;

Dusun III Desa Kelambir, Kab. DeliSerdang


2Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara;

Jl. Gaperta Ujung No.2, Tj. Gusta, Kota Medan


Email: 1rahmadhidayatilmi2@gmail.com, 2triastari55@gmail.com

Article History: Abstract: The root of the research problem is that


Received: 05-08-2021 students' perceptions of mathematics tend to be
Revised: 15-00-2021 negative, students' interest in learning is less because
Accepted: 27-09-2021 they can make money, teachers lack knowledge
about learning models, so that the learning process
tends to be monotonous, and student learning
Keywords: outcomes in mathematics are low. The type of
Student Mathematics research is Classroom Action Research (CAR),
Learning Outcomes, Think- carried out in Class V UPT SPF SDN 105336 Rantau
Talk-Write Learning Model. Panjang. Student learning outcomes before using the
Think-Talk-Write (TTW) learning model: there were
21 students who scored in the incomplete category
with an average value of 20.95. Furthermore, after
using the Think-Talk-Write (TTW) learning model in
the first cycle, the average student learning
outcomes increased by 3 students (14.28%) in the
complete category and 18 students (85.71%) in the
incomplete category. In the first cycle it is considered
not optimal because there are still many students
who have not achieved the complete score and
students look less active in learning. After making
improvements, in the second cycle, student learning
outcomes have increased. In the second cycle test
results obtained an average of 80.95 with as many as
19 students (90.48%) in the complete category and 2
students (9.52%) in the incomplete category. The
results of the observation are that the percentage of
the success rate of teacher performance is 95.8%, the
criteria are very good and student learning activities
reach 75.9%, the criteria are sufficient. This shows
that there is an increase in students' mathematics
learning outcomes with the application of the Think-
Talk-Write (TTW) learning model.
PENDAHULUAN
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI
30
JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

Pendidikan matematika selama ini kebanyakan masih berpusat pada guru. Guru
cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepikiran siswa dan siswa menerimanya
dengan pasif. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar
merupakan fondasi bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya, sehingga para pendidik di
sekolah dasar memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi terlaksananya pembelajaran
yang bermakna agar para siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Tujuan akhir dari proses belajar adalah prestasi belajar. Prestasi seorang siswa dapat dilihat
dari hasil belajarnya. Hasil belajar sering dikaitkan dengan nilai yang diraih oleh siswa.
Dengan mengetahui hasil belajar siswa maka dapat ditentukan apakah siswa tersebut sudah
menguasai materi atau tidak.
Kenyataannya pada saat ini, pendidikan dasar justru banyak sekali menghadapi
kendala dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menarik
perhatian siswa, termasuk dalam proses pembelajaran matematika. Matematika adalah salah
satu bidang pengetahuan yang diwajibkan untuk dipelajari guna menunjang pembangunan
Nasional. Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini yang menyebabkan mengapa
matematika harus dipelajari semua orang, mulai dari sekolah dasar bahkan sampai tingkat
Universitas. Matematika memerlukan kemampuan berfikir yang cukup baik, serta menuntut
kecepatan siswa dalam menyerap materi pelajaran.
Namun sayangnya, ilmu yang penting ini bagi banyak siswa merupakan pembelajaran
yang menakutkan, selain itu matematika merupakan pelajaran yang belum seutuhnya
bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah dan tujuan pembelajaran
pun tidak tercapai dengan maksimal. Sulitnya menalar matematika inilah yang menyebabkan
hasil belajar matematika yang diperoleh siswa Kelas V UPT SPF SDN 105336 Rantau Panjang
cenderung rendah, dari 21 siswa terdapat 47,61 % (10 siswa) sudah memenuhi standar
kriteria minimum, sedangkan 52,39 % (11 siswa) belum memenuhi standar minimum.
Berdasarkan hasil observasi peneliti selama melakukan penelitian di UPT SPF SDN
105336 Rantau Panjang, keadaan wilayahnya yang berada di pinggiran pantai, jadi minat
belajar siswa disana sangatlah kurang, dikarenakan mereka sudah merasa mampu dalam
menghasilkan uang, dengan cara mencuci sampan dan menjual ikan dari hasil melaut
mereka. Dengan demikian, hal tersebut memicu datangnya malas dan turunnya minat
mereka untuk datang ke sekolah, dengan semakin jarangnya mereka hadir ke sekolah, maka
pelajaran matematika semakin susah untuk dipelajari dan menjadi hal yang menakutkan bagi
siswa, padahal pelajaran matematika sangat diperlukan dalam kehidupan mereka sehari-
hari.
Selain itu, berdasarkan observasi awal penulis di sekolah tersebut rendahnya hasil
belajar matematika siswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari siswa itu sendiri, dan
juga dari guru yang merupakan tenaga pengajar. Faktor dari siswa itu sendiri ialah
kurangnya minat siswa untuk memperhatikan materi yang diajarkan, minimnya rasa ingin
tahu serta motivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran, siswa masih lemah
dalam perkalian dikarenakan kebanyakan siswa malas untuk menghapal perkalian dan takut
untuk menanyakan materi yang masih belum dipahami. Sedangkan dari guru, guru juga

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI
31
JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

minim pengetahuan tentang model pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar


cenderung monoton.
Berdasarkan uraian masalah di atas, menurut Huinker dan Laughlin metode
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) adalah suatu model pembelajaran yang diharapkan
dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa.
Model pembelajaran ini dibangun dari proses berfikir, berbicara dan menulis. Hunker dan
Laughin mengatakan bahwa aktivitas yang dapat dilakukan untuk menumbuh kembangkan
kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik adalah dengan penerapan
pembelajaran Think-Talk-Write. (Shoimin, 2016)
Untuk itu, perlu diterapkan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) yang
dikembangkan dan dibangun melalui kegiatan berfikir (Think), berbicara (Talk), dan menulis
(Write) yang melibatkan pemecahan masalah dalam kelompok kecil. Melalui model
pembelajaran TTW, siswa dapat meningkatkan efektifitas belajar dengan lebih aktif dan
menumbuh kembangkan kemampuan penalaran siswa sehingga siswa akan lebih mudah
memahami materi pelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran TTW maka semua
siswa akan dituntut untuk ikut serta aktif dalam kegiatan diskusi. Yang aktif akan berbaur
dan membantu siswa yang kurang aktif.
Menurut Aryananda, dkk (2019) dalam penelitiannya di SDN Sumber Sari 1 kota
Malang mengemukakan bahwa persentase aktivitas belajar siswa sebelum pembelajaran
dengan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) sebesar 65,7%, sehingga masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi peningakatan kreatifitas
penulisan kalimat efektif pada tahun ajaran 2018/2019, setelah model pembelajaran Think-
Talk-Write (TTW) diterapkan, maka siswa mengalami kenaikan persentase aktivitas dan
hasil belajar yang sangat signifikan yang luar biasa sebesar 82,14% pada siklus I dan 90,62%
pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis masalah diharapkan terjadi peningkatan dari hasil
belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write
(TTW).

LANDASAN TEORI
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar
dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.
Menurut Winkell (Purwanto, 2011), Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Sedangkan menurut Abdurrahman,
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar
(Jihad, 2012)
Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan interaksional. Keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat
melalui hasil belajar yang didapat siswa. Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Menurut
Purwanto (2011), Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan. Perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan
proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran disebut hasil belajar (Jihad,

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI
32
JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

2012).
Hasil belajar matematika dapat berupa perubahan kognitif dari sebelumnya yang
diiringi dengan afektif dan psikomotorik. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyanto dan
Mudjiono (2013), menyatakan bahwa: tiga ranah tujuan pendidikan (kognitif, afektif dan
psikomotorik) yang menjadi sasaran evaluasi, harus dijabarkan dulu kedalam tujuan
intruksional. Adapun tujuan instruksional terjabar menjadi Tujuan Intruksional Umum (TIU)
dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Untuk mengevaluasi yang terutama diperhatikan
adalah ranah-ranah yang terkandung dalam rumusan TIK. Ranah-ranah dalam TIK inilah
yang kemudian diukur dan dinilai untuk memperoleh kesimpulan hasil evaluasi, yakni
berupa nilai. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya hasil belajar matematika merupakan perubahan kognitif, efektif, dan
psikomotorik yang diperoleh selama proses belajar mengajar, hasil belajarlah yang menjadi
kunci apakah tujuan pengajaran sampai atau tidak.
2. Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
Model ini diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin yang dibangun dari proses
berfikir, berbicara dan menulis. Huinker dan Laughlin mengatakan, bahwa Aktivitas yang
dilakukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi
peserta didik adalah dengan penerapan pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) (Shoimin,
2016).
Model ini dapat diterapkan secara individual maupun kelompok kecil yang heterogen
dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok kecil siswa diminta membaca, membuat catatan kecil,
menjelaskan mendengarkan dan membagi ide bersama teman, kemudian menyampaikan
hasil diskusi melalui tulisan. Alur model pembelajaran TTW dimulai dari keterlibatan siswa
dalam berfikir melalui bahan bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan persentasi,
diskusi dan membuat laporan hasil diskusi/persentasi.
Langkah-langkah pembelajaran TTW adalah sebagai berikut: a. Guru membagikan
LKS kepada siswa dan petunjuk pelaksanaannya; b. Peserta didik membaca masalah yang ada
dalam LKS dan membuat catatan kecil tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui, ketika
peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berfikir (Think) pada peserta
didik; c. guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa); d. siswa berinteraksi dan
berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (Talk);
e. dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban
atas soal (berisi atas landasan dan keterkaitan konsep, metode dan diskusi) dalam bentuk
tulisan (Write) dengan bahasanya sendiri; f. perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi
kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberi tanggapan; g. kegiatan akhir
pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari (Shoimin,
2016).

METODE PENELITIAN
Jenis dari penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan
model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa Kelas V UPT SPF SDN 105336 Rantau Panjang pada materi
Pecahan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V V UPT SPF SDN 105336 Rantau Panjang
T.A 2020/2021 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI
33
JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

penelitian adalah tes, observasi, wawancara dan dokumentasi.


Data yang terkumpul perlu dianalisis yakni diolah dan diinterpretasikan sehingga
data itu memberikan informasi yang berarti khususnya untuk guru dalam proses perbaikan
kualitas pembelajaran. Data yang didapatkan melalui tes, dianalisis untuk mendeskripsikan
ketuntasan hasil belajar siswa. Dari hasil jawaban siswa diperoleh tingkat pencapaian hasil
belajar. Untuk observasi guru dan siswa dilaksanakan saat proses pembelajaran
berlangsung. Adapun perhitungan analisis data sebagai berikut.
a. Menentukan Ketuntasan Belajar Secara Klasikal
Untuk menentukan persentase hasil belajar siswa secara klasikal (Aqip, 2011)
digunakan perhitungan sebagai berikut ini.
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
PKK = ∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑥 100 %

Keterangan:
PKK: Persentase Ketuntasan Klasikal

Kriteria tingkat keberhasilan hasil belajar matematika dapat dilihat pada Tabel 1.
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Secara Klasikal sebagai berikut ini.
Tabel 1. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Secara Klasikal
Tingkat Keberhasilan
Keterangan
(%)
>80 % Sangat tinggi
60 – 79 % Tinggi
40 – 59 % Sedang
20 – 39 % Rendah
<20 % Sangat rendah

b. Analisis Data Hasil Observasi


Untuk menganalisis data hasil observasi yang dilakukan (Purwanto, 2011), digunakan
perhitungan berikut ini.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai = 𝑥 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑚𝑎𝑙

Kriteria nilai hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil Observasi sebagai
berikut ini.
Tabel 2. Kriteria Hasil Observasi
Tingkat Keberhasilan
Keterangan
(%)
90 – 100 Baik Sekali
80 – 89 Baik
70 – 79 Cukup
<70 Kurang

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI
34
JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di UPT SPF SDN 105336 Rantau Panjang,
dapat diperoleh hasil belajar siswa sebelum peneliti menggunakan model pembelajaran
Think-Talk-Write (TTW) terdapat 21 siswa mendapat nilai kategori tidak tuntas dengan nilai
rata-rata 20,95. Selanjutnya setelah menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write
(TTW) pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa meningkat 3 siswa (14,28%) kategori tuntas
dan 18 siswa (85,71%) kategori tidak tuntas. Pada siklus I dipandang belum optimal karena
masih banyak siswa yang belum mencapai nilai tuntas dan siswa terlihat kurang aktif dalam
pembelajaran. Setelah dilakukan perbaikan maka pada siklus II, hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Pada hasil tes siklus II diperoleh rata-rata 80,95 dengan sebanyak
19 siswa (90,48%) kategori tuntas dan 2 siswa (9,52%) kategori tidak tuntas. Untuk lebih
jelasnya mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya dapat dilihat pada
Gambar 1. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V berikut ini.
Gambar 1. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V

Untuk hasil observasi presentase tingkat keberhasilan kinerja guru 95,8% dengan
kriteria baik sekali dan aktivitas belajar siswa mencapai 79,52%, kriteria cukup. Ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan penerapan
model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Secara keseluruhan siswa semakin aktif dalam
proses belajar termasuk siswa yang memperoleh nilai rendah pada siklus I. Untuk lebih
jelasnya mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya dapat dilihat pada
Tabel 1. Hasil Observasi Siswa pada siklus II berikut ini.
Tabel 1. Hasil Observasi Siswa

Berdasarkan hasil belajar matematika siswa, hasil observasi guru dan siswa tersebut
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V UPT SPF SDN 105336 Rantau Panjang.

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI
35
JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

2. Pembahasan
Dari hasil penelitian membenarkan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
merupakan salah satu strategi yang melibatkan interaksi siswa karena pembelajarannya
didasarkan atas kerja sama kelompok dimana masing-masing individu memiliki tanggung
jawab yang sama demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran, penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) perlu didukung oleh
media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa, selanjutnya siswa akan
melakukan aktivitas belajar. Media belajar yang dirancang secara baik dapat mendukung
proses belajar siswa dalam pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dalam proses pembelajaran
berbantu dengan media papan pecahan dan blok pecahan. Diharapkan dengan menggunakan
permainan yang merupakan salah satu media untuk mewujudkan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa dapat berjalan maksimal. Pembelajaran dengan media permainan
ini lebih memungkinkan siswa untuk aktif didalamnya, sehingga aktivitas siswa akan
meningkat dan diharapkan juga materi pelajaran matematika dapat dipahami siswa.
Sehingga melalui inovasi dalam model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa dalam bertanya, diskusi, serta berkomunikasi pada saat pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aryananda, dkk (2019) dalam penelitiannya di
SDN Sumber Sari 1 kota Malang, bahwa persentase aktivitas belajar siswa sebelum
pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) sebesar 65,7%,
sehingga masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi
peningakatan kreatifitas penulisan kalimat efektif pada tahun ajaran 2018/2019. Namun,
setelah model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) diterapkan, maka siswa mengalami
kenaikan persentase aktivitas dan hasil belajar yang sangat signifikan yang luar biasa sebesar
82,14% pada siklus I dan 90,62% pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis masalah
diharapkan terjadi peningkatan dari hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).
Selanjutnya, dalam penelitian ini dikatakan berhasil sebab pada siklus I, rata-rata
hasil belajar siswa meningkat 3 siswa (14,28%) kategori tuntas dan 18 siswa (85,71%)
kategori tidak tuntas. Pada siklus I dipandang belum optimal karena masih banyak siswa
yang belum mencapai nilai tuntas dan siswa terlihat kurang aktif dalam pembelajaran.
Setelah dilakukan perbaikan maka pada siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Pada hasil tes siklus II diperoleh rata-rata 80,95 dengan sebanyak 19 siswa (90,48%)
kategori tuntas dan 2 siswa (9,52%) kategori tidak tuntas. Ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II dengan model pembelajaran Think-Talk-
Write (TTW).

PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa meningkat 3 siswa (14,28%) kategori tuntas
dan 18 siswa (85,71%) kategori tidak tuntas. Sedangkan pada siklus II, hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Pada hasil tes siklus II diperoleh rata-rata 80,95
dengan sebanyak 19 siswa (90,48%) kategori tuntas dan 2 siswa (9,52%) kategori
tidak tuntas.

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI
36
JCI
Jurnal Cakrawala Indonesia
Vol.1, No.1, September 2021

2. Hasil observasi presentase tingkat keberhasilan kinerja guru 95,8%, kriteria baik
sekali dan aktivitas belajar siswa mencapai 79,52% dengan kriteria cukup.
3. Persiapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
memerlukan waktu yang cukup lama.
Saran
Penelitian sejenis dapat dilakukan jika memvariasikan menggunakan model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) ini dengan model pembelajaran lain. Selanjutnya
sebagai inovasi pembelajaran dapat menggunakan media pembelajaran, seperti papan
pecahan dan blok pecahan atau lainnya selain LKS sebagai penunjang kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Shoimin A., 2016, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta, Ar-
Ruzz Media.
[2] Aryananda, J, dk., 2019, Penerapan model Think Talk Write untuk meningkatkan Keterampilan
menulis kalimat Efrktif pada siswa kelas III SDN Sumber Sari 1 kota Malang. Jurnal Basicedu.
Vo, 3, No 1, hal 118-124.
[3] Purwanto., 2011, Evaluasi Hasil Belajar, Surakarta, Pustaka Pelajar.
[4] Jihad, Asep dan Abdul Haris., 2012, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta, Multi Pressindo.
[5] Aqib, Zainal., 2014, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif),
Bandung, Yrama Widya
[6] Arikunto, S., 2006, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta, Bumi Aksara.

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
http://bajangjournal.com/index.php/JCI

You might also like