0% found this document useful (0 votes)
26 views19 pages

Jurnal 9

This document discusses factors that influence corporate debt policy, including tangible assets, company size, growth, age and profitability. It analyzes their effects based on data from manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange from 2010-2014. Tangible assets and company size positively influence debt policy, while growth positively and age negatively influence debt policy. Profitability negatively influences debt policy significantly.

Uploaded by

mr9544509
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
26 views19 pages

Jurnal 9

This document discusses factors that influence corporate debt policy, including tangible assets, company size, growth, age and profitability. It analyzes their effects based on data from manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange from 2010-2014. Tangible assets and company size positively influence debt policy, while growth positively and age negatively influence debt policy. Profitability negatively influences debt policy significantly.

Uploaded by

mr9544509
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 19

Journal Of Accounting, Volume 2 No.

2 Maret 2016

PENGARUH ASET BERWUJUD, UKURAN PERUSAHAAN,


PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, LAMA PERUSAHAAN
DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2014

Arif Irawan
Rina Arifati, SE, M.Si, Akt
Abrar Oemar, SE
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Pandanaran Semarang

ABSTRACT

Debt policy including funding policy the company sourced from eksternal.
The determination of this debt policy with regard to capital structure as the debt
is one of the compositions in the capital structure. This study aims to determine
the effect of intangible assets, company size, growth, and profitability of the
company's old debt policy.
The population in this study are all companies listed on the Indonesian Stock
Exchange (BEI) during the period 2010-2014 in the amount of 150 companies.
Samples taken in this study as many as 150 of observational data from 30
companies that meet the criteria for the research sample. The sampling technique
used purposive sampling. Statistical analysis was conducted on the multiple linear
regression and hypothesis testing.
Based on the results of data analysis can be concluded; There is a positive
effect of tangible assets against debt policy because the larger the assets tangible,
there is a positive influence on the size of the company against debt policy, there
is positive growth of the company against debt policy, There is no influence of the
old company to the policy of debt, there is a negative influence significantly the
profitability of the debt policy.
Suggestions in this study is a manager who has a stake in the company tend
to use funds derived from retained earnings and share capital so that they will
distribute cash dividends to attract investors to buy shares of the company. For
Investor, before buying shares of the company, investors will look at how the
funding source companies are more inclined to use debt or equity. Additionally
Investors need to consider the value of its financing structure by considering the
positive and negative impacts.

Keywords: Intangible Assets, Company Size, Growth Company, Old Company,


Profitability, Debt Policy
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hutang sebagai salah satu alternatif pengurang biaya agensi sekaligus
sumber pendanaan adalah dana yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara. Kebijakan hutang berkaitan dengan masalah pendanaan untuk operasi
perusahaan, pengembangan dan penelitian serta peningkatan kinerja perusahaan.
Teori contracting menyebutkan bahwa pendanaan perusahan bertumbuh lebih
banyak mengunakan sumber-sumber internal yaitu laba ditahan dari pada sumber
eksternal yaitu hutang dan pengeluaran saham. Sedangkan menurut Harwira
(2009) menyatakan perusahaan yang bertumbuh memiliki hutang lebih tinggi
dengan asumsi bahwa perusahaan memiliki kondisi yang lebih baik dalam
menghadapi financial distress .
Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang
bersumber dari eksternal. Kebijakan ini memiliki dampak pada konflik dan biaya
keagenan. Indahningrum dan Handayani (2009) menyatakan bahwa dengan
hutang maka perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga dan
pokok pinjaman. Kebijakan hutang akan memberikan dampak pada pendisiplinan
bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang ada. Karena hutang
yang cukup besar akan menimbulkan kesulitan keuangan dan atau risiko
kebangkrutan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang antara lain
Aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, lama perusahaan
dan profitabilitas.
Latar belakang penelitian ini berdasarkan pada pengujian empiris yang
dilakukan oleh Margaretha dan Argoeby, (2009) yang dilakukan pada perusahaan-
perusahaan non-financial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki
data yang lengkap dalam kurun waktu 8 tahun, yaitu dari tahun 2000-2007. Hasil
analisis diperoleh simpulan bahwa firm size, aset berwujud, dan firm age ternyata
tidak mempengaruhi hutang pada perusahaan publik di Indonesia, hanya
profitability yang berpengaruh terhadap hutang. Perbedaan dari penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian terdahulu menggunakan empat
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

variabel independen yaitu Firm size, aset berwujud, profitability dan firm age,
sedangkan penelitian ini menambahkan satu variabel independen yaitu
pertumbuhan perusahaan. Perbedaan yang berikutnya adalah pada periode
pengambilan data yang digunakan oleh penelitian terdahulu yaitu tahun 2000
sampai dengan 2007 sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun 2010
sampai dengan 2014. Dalam penelitian ini mengambil sampel pada seluruh
perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perumusan Masalah
1. Apakah aset berwujud berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
3. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
4. Apakah lama perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
5. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang?

II. TINJAUAN PUSTAKA


Teori Keagenan
Menurut Rahayu (2005) teori agensi ini merupakan penjelasan yang sering
digunakan dalam melihat variasi struktur modal pada berbagai perusahaan.
Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan.
Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan
insentif dan pengawasan yang memadai. Kegiatan pengawasan tersebut
membutuhkan biaya yang disebut biaya agen.
Menurut Mustafa (2012) teori agency cost memprediksi pilihan struktur
modal berdasarkan keberadaan lembaga biaya. Teori ini mengasumsikan bahwa
utang menyajikan kewajiban tetap yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
Kewajiban ini diasumsikan mengambil alih arus kas perusahaan jika ada, oleh
karena itu mencegah manajer dari lebih mengkonsumsi sumber daya keuangan
perusahaan.
Pecking Order Theory
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

Yeniatie dan Destriana (2010) menyatakan bahwa hipotesis pecking order


menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan dimana
perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk membayar dividen
dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Yuniningsih (2003)
menjelaskan apabila perusahaaan membutuhkan dana eksternal, maka perusahaan
akan lebih memilih hutang sebelum external equity.
Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan
setiap modal baru yang diperlukan dengan cara–cara lain, termasuk penggunaan
hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan
prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya.
Trade Off Theory
Menurut Sayeed (2011) trade-off' teori menunjukkan bahwa perusahaan
memutuskan tentang struktur modal melalui trade-off antara manfaat dan biaya
dari memiliki hutang dalam struktur modal. Manfaat utama dari utang adalah
bahwa bunga yang dihasilkan dari pajak yang dikurangkan dan dengan demikian
mengurangi beban pajak perusahaan.
Asymetric Information Theory
Asymetric Information atau ketidaksamaan informasi menurut Brigham
dan Houston (2009) adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang
berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki
investor. Asymetric information ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai
informasi yang lebih banyak daripada para pemodal. Dengan demikian pihak
manajemen mungkin berfikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue
(terlalu mahal). Kalau hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu
akan berfikir untuk lebih baik menawarkan saham baru (sehingga dapat dijual
dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya).
Kebijakan Hutang
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

Menurut Chairiri dan Ghozali (2007) kewajiban merupakan hutang


perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi. Menurut Munawir (2004) hutang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana
hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditor.
Menurut Pithaloka (2009) kebijakan hutang merupakan keputusan yang
sangat penting dalam perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan salah satu
bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan
yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber
pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas
operasional perusahaan.
Aktiva Berwujud
Menurut Anggraeni (2011), aktiva berwujud (Tangibility of assets)
merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan jumlah aktiva tetap.
Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan lebih
mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal permanen (modal
sendiri), sehingga modal asing hanya merupakan pelengkap. Apabila aktiva
perusahaan dijadikan agunan kredit maka perusahaan akan menggunakan hutang.
Ukuran Perusahaan
Narita (2011) menjelaskan ukuran perusahaan secara langsung men-
cerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya
semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya.
Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Besar kecilnya perusahaan sangat
berpengaruh terhadap struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan
memperoleh pinjaman. Perusahaan besar yang telah terdiversifikasi, lebih mudah
untuk memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari
bank komersial untuk hutang-hutang yang diterbitkan dan membayar tingkat
bunga yang lebih rendah pada hutangnya. Salah satu alasannya adalah perusahaan
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

lebih mudah menerima pinjaman karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih
besar serta tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi Soesetio, (2008).
Pertumbuhan Perusahaan
Surya dan Rahayuningsih, (2012) menjelaskan pertumbuhan perusahaan
menunjukan bahwa perusahaan tersebut sedang melakukan perluasan usaha
sehingga dapat dipastikan perusahaan tersebut membutuhkan dana untuk
mendukung perluasan usahanya tersebut. Pertumbuhan dinyatakan sebagai
pertumbuhan total aset dimana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan
profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang. Growth adalah
perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada
saat tertentu terhadap tahun sebelumnya Saidi, (2004).
Lama Perusahaan
Margaretha dan Argoeby (2009) menjelaskan lama perusahaan yaitu
seberapa lama perusahaan beroperasi sejak perusahaan berdiri, semakin lama
perusahaan tersebut berdiri maka mereka cenderung memiliki kumpulan dana
internal dan jarang mengandalkan pinjaman dana dari luar perusahaan.
Perusahaan yang lebih tua cenderung memiliki kumpulan dana dari internal, dan
jarang mengandalkan pinjaman dana dari luar perusahaan.
Profitabilitas
Surya dan Rahayuningsih (2012) menjelaskan profitabilitas adalah
hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dari penggunaan aset total
badan usaha dalam aktivitas produksi. Profitabilitas ikut mempengaruhi kebijakan
hutang karena dalam kondisi profitabilitas tinggi perusahaan akan cenderung
mengandalkan sumber dana internal dan sebaliknya pada kondisi profitabilitas
rendah perusahaan akan mengandalkan sumber dana external.

Kerangka Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang diantaranya adalah
Aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, lama perusahaan
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

dan profitabilitas. Berdasarkan dari pengembangan teori di atas, maka dapat


digambarkan kerangka penelitian sebagai berikut :

Aset berwujud (X1) H1 (+)

Ukuran perusahaan (X2) H2(+)


Kebijakan Hutang (Y)

Pertumbuhan perusahaan H3 (+)


(X3)

Lama Perusahaan (X4) H4 (-)

Profitabilitas (X5) H5 (-)

Perumusan Hipotesis
Pengaruh Aset berwujud terhadap kebijakan hutang
Menurut Anggraeni (2011) aset berwujud merupakan susunan dari
penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan, yaitu perbandingan
antara fixed asset dengan total asset. Perusahaan dengan struktur aktiva yang
fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang
struktur aktivanya tidak fleksibel. Oleh karena itu, pemilihan jenis aktiva oleh
suatu perusahaan akan mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan
tersebut. Penelitian yang dilakukan Margaretha dan Argoeby (2009) menunjukkan
bahwa aset berwujud tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H1 : Aset berwujud berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
hutang

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang


Susanto (2011) menyatakan ukuran perusahaan menjadi faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tingkat hutang perusahaan. Perusahaan-
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak
ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang
dimiliki berupa aktiva bernilai lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Besar
kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal, terutama
berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Hasil penelitian Susanto
(2011), Milanto (2012) Surya dan Rahayuningsih (2012) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini bertentangan
dengan penelitian Margaretha dan Argoeby (2009), Narita (2012) Hastalona,
(2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
hutang

Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang


Surya dan Rahayuningsih (2012) menyatakan pertumbuhan perusahaan
menunjukan bahwa perusahaan tersebut sedang melakukan perluasan usaha
sehingga dapat dipastikan perusahaan tersebut membutuhkan dana untuk
mendukung perluasan usahanya tersebut. Yeniatie dan Destriana (2010)
menjelaskan pertumbuhan perusahaan yang besar mempunyai pengaruh positif
terhadap hutang perusahaan, karena suatu perusahaan yang sedang berada pada
tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan
ekspansi. Hal ini akan mendorong manajer untuk menggunakan hutang dalam
membiayai kebutuhan dana tersebut. Penelitian Yeniatie dan Destriana (2010),
Hardiningsih, dan Octaviani (2012) dan Milanto (2012) menyatakan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini
bertentangan dengan penelitian Susanto (2011), Surya dan Rahayuningsih (2012)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap kebijakan hutang. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

H3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap


kebijakan hutang
Pengaruh lama perusahaan terhadap kebijakan hutang
Ardiansyah (2004) menyatakan umur perusahaan menunjukan kemampuan
perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang dapat diserap
publik. Umur perusahaan juga menunjukan kemampuan perusahaan tetap dapat
eksis, mampu bersaing dan memanfaatkan setiap peluang bisnis yang ada dalam
persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat. Perusahaan yang telah lama berdiri
akan mempunyai publikasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan yang masih baru. Penelitian Margaretha dan Argoeby (2009) yang
menyatakan bahwa lama perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan
hutang. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut :
H4 : Lama perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
hutang

Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang


Menurut Dnurdin (2004) Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba, yang merupakan penentu yang penting dari
tingkat hutang perusahaan. Perusahaan dengan rate of return yang tinggi
cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil, karena dengan rate of
return yang tinggi, kebutuhan dana untuk pengembangan usaha atau investasi
dapat diperoleh dari laba ditahan. Penelitian Margaretha dan Argoeby (2009),
Yeniatie dan Destriana (2010), Susanto (2011), Hardiningsih, dan Octaviani
(2012), Narita (2012), Surya dan Rahayuningsih (2012) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini bertentangan dengan
penelitian Hastalona, (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki
pengaruh terhadap kebijakan hutang. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut
maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H5 : Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

III. METODE PENELITIAN


Populasi adalah kumpulan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2010–2014 yaitu sebesar 150 perusahaan. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 150 data pengamatan dari 30
perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian. Metode
pengumpulan data yang diperlukan untuk membantu penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Dalam penelitian analisis data kuantitatif digunakan untuk
mengolah data dan dilakukan pengujian hipotesa dengan menggunakan bantuan
SPSS. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda, uji t dan Uji F

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Aktiva Berwujud 150 .0560 2.6340 .455093 .3786228
Ukuran Perusahaan 150 5.0280 7.9880 6.556680 .8467170
Pertbhn Perusahaan 150 -.5700 2.0950 .157760 .3162021
Lama Perusahaan 150 6.0000 33.0000 19.433333 5.3324594
Profitabilitas 150 .2100 34.9300 10.100567 7.9259750
Kebijakan Hutang 150 .0800 4.0400 .950267 .6257591
Valid N (listwise) 150

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap kebijakan hutang, menunjukkan


bahwa rata-rata kebijakan hutang sebesar 0,950267, nilai minimum sebesar 0,08,
nilai maksimum sebesar 4,04 dan standar deviasi sebesar 0,6257591 dengan
jumlah observasi (n) sebesar 150

Analisis Regresi
Tabel 2
Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

B Std. Error Beta


1 (Constant) -.311 .607 -.512 .609
Aktiva Berwujud .473 .179 .286 2.635 .009
Ukuran Perusahaan .168 .081 .227 2.072 .040

.368 .156 .186 2.367 .019


Pertbhn Perusahaan
Lama Perusahaan .002 .009 .019 .243 .809
Profitabilitas -.015 .007 -.196 -2.365 .019
a. Dependent Variable: Kebijakan Hutang

Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :


Y = -0,311 + 0,473X1 + 0,168X2 + 0,368X3 + 0,002X4 - 0,015X5+ e
Persamaan diatas dapat dintreprestasikan
1. Koefisien b1 = 0,473 menunjukkan bahwa aset berwujud berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang artinya semakin tinggi aset berwujud maka akan
semakin tinggi kebijakan hutang.
2. Koefisien b2=0,168 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang artinya semakin tinggi ukuran perusahaan
maka akan semakin tinggi kebijakan hutang.
3. Koefisien b3 = 0,368 menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang artinya
semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka akan semakin rendah
kebijakan hutang.
4. Koefisien b4=0,002 menunjukkan bahwa lama perusahaan berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang artinya semakin tinggi lama perusahaan
maka akan semakin tinggi kebijakan hutang.
5. Koefisien b5 =-0,015 menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang artinya semakin tinggi profitabilitas maka akan
semakin rendah kebijakan hutang.

Uji Hipotesis (Uji t)


1. Pengujian Hipotesis (H1)
aset berwujud berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung (2,635) > t-tabel (1,655) atau sig t 0,009
< 0,05, dengan demikian H1 diterima.
2. Pengujian Hipotesis (H2)
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung (2,072) > t-tabel (1,655) atau sig t
0,040 < 0,05, dengan demikian H2 diterima.
3. Pengujian Hipotesis (H3)
pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
hutang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung (2,367) > t-tabel (1,655)
atau sig t 0,019 < 0,05, dengan demikian H3 diterima
4. Pengujian Hipotesis (H4)
lama perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai t-hitung (0,243) < t-tabel (1,655) atau sig t 0,809 >
0,05, dengan demikian H4 ditolak.
5. Pengujian Hipotesis (H5)
profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung (-2,365) < t-tabel (1,655) atau sig t 0,019
< 0,05, dengan demikian H5 diterima.

Hasil Uji F
Dari hasil perhitungan F-hitung (4,895) > F-tabel (2,277) atau sig F
(0,000) < 0,05, dengan demikian ada pengaruh positif signifikan aset berwujud,
ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, lama perusahaan dan profitabilitas
secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang.
Koefisien Determinasi
Besarnya adjusted R2 adalah 0,116, hal ini berarti 11,6 persen yang artinya
11,6% variasi perubahan dari kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel independent yaitu aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, lama perusahaan dan profitabilitas. Sedangkan sisanya sebesar 88,4
persen dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model.
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

Pembahasan
Pengaruh aset berwujud terhadap kebijakan hutang
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa aset berwujud
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi nilai aktiva tetap suatu perusahaan maka semakin tinggi
jumlah hutang yang dimiliki perusahaan. Hal ini disebabkan karena dari skalanya
perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Supriyanto dan Falikhatun (2008)
menyatakan besarnya aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral
hutang perusahaan. Hal ini juga sebagai proteksi terhadap pemberi pinjaman dari
masalah risiko moral yang disebabkan oleh konflik yang mungkin terjadi diantara
kreditur maupun investor.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besarnya ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan
semakin besar yang salah satunya dapat berasal dari pendanaan eksternal yaitu
hutang. Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh
publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang
perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin
besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam
mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan
semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur.
Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh posiif terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
membutuhkan dana dari pihak eksternal yang lebih besar. Murni dan Andriana
(2007) menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan dana dari luar, perusahaan
dihadapkan pada pertimbangan sumber dana yang lebih murah. Dalam hal ini,
penerbitan surat hutang lebih disukai dibanding dengan mengeluarkan saham baru
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

karena biaya emisi saham baru lebih besar dari biaya hutang. Dengan demikian
tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang
sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki hubungan
yang positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Perusahaan yang
mempunyai investasi berupa aktiva tidak berwujud cenderung menggunakan
sedikit hutang dalam struktur modal.

Pengaruh lama perusahaan terhadap kebijakan hutang


Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa lama perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang lama tidak selalu membutuhkan dana dari pihak eksternal yang besar pula
selain itu perusahaan selalu memaksimalkan penggunaan dana internal
perusahaan. Semakin lama umur perusahaan maka semakin banyak informasi
yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Investor secara
khusus akan lebih percaya terhadap perusahaan yang sudah terkenal dan berdiri
lebih lama jika dibandingkan dengan perusahaan yang relatif baru. Namun, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan hutang. Investor atau pun kreditur akan lebih melihat
kredibilitas perusahaan tersebut dalam melunasi utang dibandingkan dengan
hanya melihat berapa umur perusahaan yang bersangkutan.
Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh posiif terhadap kebijakan hutang. Hal ini sejalan dengan penelitian
Margaretha dan Argoeby (2009), Yeniatie dan Destriana (2010), Susanto (2011),
Hardiningsih, dan Octaviani (2012), Narita (2012), Surya dan Rahayuningsih
(2012) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Adanya pengaruh menunjukkan bahwa profitabilitas merefleksikan earnings
untuk pendanaan investasi. Susanto (2011) menjelaskan perusahaan yang mampu
menghasilkan laba maka untuk memenuhi sumber pendanaan lebih cenderung
menggunakan laba ditahan untuk menghindari risiko dibanding menggunakan
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

hutang. Pada saat perusahaan menghasilkan laba yang rendah, cenderung


menggunakan hutang sebagai mekanisme transfer kekayaan dari kreditur ke
perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam seluruh aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Pada
umumnya perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi
menggunakan hutang yang relatif kecil.

V. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh positif aset berwujud terhadap kebijakan hutang karena
semakin besar aset berujud, maka aset berujud tersebut dapat dijadikan
jaminan dalam memperoleh hutang.
2. Terdapat pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang
karena semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk
menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan
perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu
alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal.
3. Terdapat pengaruh positif pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang
hal ini menunjukan semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin
tinggi struktur modalnya karena perusahaan dapat dengan aman melakukan
pinjaman
4. Tidak terdapat pengaruh lama perusahaan terhadap kebijakan hutang, artinya
investor dan kreditur lebih melihat kredibilitas perusahaan tersebut dalam
melunasi hutang-hutangnya dibandingkan dengan melihat lama perusahaan.
5. Terdapat pengaruh negatif signifikan profitabilitas terhadap kebijakan hutang,
hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tingkat profitabilitas yang
diperoleh perusahaan maka kebijakan hutang akan semakin menurun dan
sebaliknya
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

Saran
1. Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para manager keuangan dalam
pengambilan keputusan pendanaan. Manager yang memiliki saham pada
perusahaannya cenderung menggunakan dana berasal dari laba ditahan dan
modal saham sehingga mereka akan membagikan dividen kas untuk menarik
pihak investor membeli saham perusahaan. Sumber dana yang berasal dari
hutang memberikan risiko bagi perusahaan apabila saat jatuh tempo
perusahaan tidak mampu melunasi. Manager lebih senang menggunakan
sumber dana dari laba ditahan dan modal saham, karena memiliki risiko yang
kecil. Perusahaan yang menghasilkan laba yang besar akan menggunakan laba
tersebut sebagai sumber pendanaan dan menarik investor dengan membagikan
dividen kas.
2. Bagi Investor, sebelum membeli saham perusahaan, investor akan melihat
bagaimana sumber pendanaan perusahaan apakah lebih cenderung
menggunakan hutang atau modal saham. Investor lebih cenderung membeli
saham pada perusahaan yang menghasilkan laba, karena perusahaan akan
cenderung menggunakan dana dari laba ditahan dan modal saham serta
memiliki risiko yang kecil akan kebangkrutan. Selain itu Investor perlu
memperhatikan nilai struktur pendanaan perusahaan dengan tetap
mempertimbangkan dampak positif maupun negatifnya.
Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini r square dari variabel dependen kebijakan hutang yang
didapat adalah sebesar 0,265, yang berarti 26,5% yang menunjukkan variabel
independen yang diteliti tidak dapat menjelaskan variabel kebijakan hutang
secara penuh..
2. Sampel yang digunakan perusahaan manufaktur sektor food and beverage
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hasil penelitian tidak bisa
digenaralisasi. Selain itu sampel yang digunakan dalam penelitian ini relatif
sedikit yaitu hanya 5 tahun, dalam hal ini dapat mempengaruhi estimasi
pengukuran
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

3. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu Jumlah sampel


pengamatan relatif terbatas, hanya 30 dari 150 data perusahaan karena
terdapat pengurangan data yang disebabkan oleh adanya informasi yang tidak
disajikan oleh perusahaan baik dalam financial report maupun annual report.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Rimbun, 2011, Pengaruh size, net profit margin, current ratio dan
tangibility of assets terhadap debt ratio perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009, Skripsi, Fakultas
Ekonomi Unversitas Sebelas Maret Surakarta.
Brigham, Eugene.F dan Houston, Joel.F. 2009. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat

Bringham, E., dan Gapenski, I. 2006. Intermediate Financial Management. New


York: The Dryden Press

Hardiningsih, Pancawati dan Octaviani, Rachmawati Meita, 2012, Determinan


Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory),
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei 2012, Hal: 11 - 24
Vol. 1, No. 1

Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara

Hastalona, Dina, 2013, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan


Utang, Jurnal Keuangan dan Bisnis, Vol. 5, No. 1, Maret 2013

Indahningrum, R. Putri dan Handayani, Ratih. 2009. Pengaruh Kepemilikan


Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan,
Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol.11. No.3: 189-207.

Joni dan Lina, 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal, Jurnal
Bisnis Dan Akuntansi Vol. 12, No. 2, Agustus 2010, Hlm. 81 – 96
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

Kesuma, Ali., 2009, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia, Vol. 11, No. 1, Maret: hal 38-49.

Margaretha, Farah dan Argoeby, Yolla, 2009, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kebijakan Utang Perusahaan Publik, Jurnal Informasi Perpajakan,
Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, Januari 2009, Hal. 57 – 64

Mas’ud, Masdar. 2008. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur


Modal dan Hubungannya terhadap Nilai Perusahaan,: Manajemen dan
Bisnis

Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional


Investor, Dividen Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang
Peruahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta), Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 7. No. 1, Hlm. 15-
24.
Narita, Rona Mersi, 2012, Analisis Kebijakan Hutang, Accounting Analysis
Journal 1 (2) (2012)

Nuraina, Nur, 2012, Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan


Terhadap Kebijakan Hutang Dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI), Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),
September 2012, Hal. 110 – 125

Rahayu, Dyah Sih. 2005. Pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial dan


Institusional pada Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Akuntansi &
Auditing. Volume 01/No. 02/Mei 2005: 181-197

Riyanto, Bambang. 2009. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE


Yogyakarta

Saidi. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan


Manufaktur Go Publik di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 11, No. 1, Maret, Hlm. 44-58.

Sartono, Agus, 2007, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta.

Sayeed, Mohammad Abu. 2011. The Determinants of Capital Structure for


Selected Bangladeshi Listed Companies. International Review of Business
Research Papers Vol. 7. No. 2. March 2011. Hal. 21-36

Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan


Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabiltas Terhadap
Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12: 384–398
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

Surya, Dennys dan Rahayuningsih, Deasy Ariyanti, 2012, Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan Yang
Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.
14, No. 3, Desembers 2012, Hlm. 213 - 225

Susanto, Yulius Kurnia, 2011, Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen,


Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan
Kebijakan Hutang, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, Desember
2011, Hlm. 195 - 210

Yeniatie dan Destriana, Niken, 2010, Faktor-Faktor Yang mempengaruhi


kebijakan Hutang Pada Perusahaan Nonkeuangan Yang Terdatar di Bursa
Efek Indonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April 2010,
Hlm. 1 – 16

Yuniningsih. 2003. Analisis Pengaruh Investasi Terhadap Hutang Pada


Perusahaan Manufaktur Yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Penelitian Ilmu Ekonomi, April 2003, Vol. 3, No. 1, Hlm. 33-38

You might also like