0% found this document useful (0 votes)
22 views29 pages

Proposal Penelitian

Proposal penelitian

Uploaded by

indra pratama
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
22 views29 pages

Proposal Penelitian

Proposal penelitian

Uploaded by

indra pratama
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 29

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI LITERASI TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) GURU


DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI TINGKAT SMA NEGERI DI
KABUPATEN SOPPENG

INDRA PRATAMA ALI AMAN


191051301047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan kata lain pendidikan dapat

diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan

hidup bangsa itu sendiri dan akan menimbulkan pengaruh dinamis dalam

perkembangannya baik jasmani maupun rohani.

Menjejak abad ke-21, salah satu aspek yang tidak dapat dihindari adalah

pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Semua aspek manusia tidak

dapat telepas dari pengaruh TIK tesebut, mulai dari bidang ekonomi, komunikasi

sosial, politik hingga pendidikan. Teknologi menjadi sebuah pilihan wajib yang harus

diaplikasikan dalam dunia pendidikan, tidak hanya pada konteks pendidikan secara

umum tetapi juga merambah kependidikan secara khusus, yakni pembelajaran.

(Helaluddin, 2019)

Dalam bidang pendidikan, TIK menyebabkan terjadinya pergerakan informasi

tanpa batas yang dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini menyebabkan perubahan

mendasar dan penyesuaian dalam hal cara mengajar guru, belajar murid, dan

manajemen sekolah dari yang ada sebelumnya. TIK menyebabkan perubahan peran

guru yang tidak sekedar sebagai sumber dan pemberi ilmu pengetahuan, namun

1
2

menjadikannya sebagai seorang fasilitator bahkan partner belajar murid. Disamping

potensi yang memberdayakan, TIK juga perlu persiapan teknis, pelatihan dan

adaptasinya yang menjadi tantangan untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan.

(Sumintono dkk., 2012).

Dewasa ini, Guru harus terampil dalam menggunakan TIK sebagai sumber

belajar. Kemampuan guru dalam mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran juga

akan mempengaruhi kemampuan siswa secara signifikan dalam mencapai tujuan

pendidikan. Oleh karena itu, memanfaatkan TIK dalam kehidupan sehari-hari salah

satunya adalah dalam aspek pendidikan menjadi sangat penting dilakukan saat ini.

(Restiyani dkk., 2014). Pada masa pandemi sekarang ini, guru harus menerapkan

pembelajaran daring dengan memanfaatkan perangkat komputer/laptop dan juga

jaringan internet. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran

sangat dibutuhkan guru saat sekarang ini. Beragam kemampuan TIK yang luar biasa

sudah seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dalam kerangka melahirkan

sistem pendidikan yang lebih baik, baik dalam aspek sarana dan prasarana,

peningkatan profesionalisme pendidik (guru) dalam pembelajaran.

Menurut Safiah (2017), di dalam kompetensi pedagogik disebutkan bahwa

seorang guru menggunakan serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

guna untuk kepentingan pembelajaran. Penggunaan TIK saja dalam pembelajaran

tidak cukup bagi guru untuk mencapai suatu pembelajaran yang baik, namun harus

melek atau menguasai semua yang berhubungan dengan TIK yang artinya guru harus

memiliki kemampuan literasi yang baik.


3

Literasi dalam hal ini tidak sekedar memiliki piranti lalu mampu mengakses

(membaca) informasi dari piranti TIK. Namun literasi diartikan sebagai kemampuan

untuk membaca dengan komprehensif serta menulis (menciptakan, mendesain,

maupun memproduksi). Dengan dapat dikatakan bahwa literasi bergerak dari sekedar

mengenali (recognize) dan membandaingkan (comprehending) informasi ke tingkat

yang lebih tinggi yakni kemampuan berpikir kritis secara implisit dalam

mempertanyakan, menganalisa, mengevaluasi informasi tersebut kemudian

mendesain, menciptakan dan membuat informasi baru dalam bentuk atau format yang

berbeda. (Krismanto, 2018).

Literasi TIK merupakan kompetensi dasar guru dalam memanfaatkan TIK

untuk mempersiapkan siswa agar mampu menguasai teknologi baru sebagai sarana

untuk mengembangkan dirinya sebagai pembelajar seumur hidup. Tahap fokus pada

pengembangan literasi teknologi pada guru untuk mengintegrasikan alat TIK.

Kompetensi dan pemahaman guru membutuhkan keterampilan, perilaku dan nilai

profesional. Artinya, kompetensi guru dapat berupa pengulangan fakta dan konsep

hingga meningkatkan keterampilan motorik menuju perilaku pembelajaran dan nilai

profesional. (Nurhabibah dkk., 2018)

Guru berperan sebagai medium antara siswa dengan teknologi, sebagai motor

penggerak dalam mewujudkan masyarakat melek TIK. Sebagai pendidik di sekolah,

perlu bagi guru untuk mempersiapkan dan mengkinikan semua fakta yang akan

disajikan dalam mata pelajaran dengan menggunakan fasilitas TIK yang tersedia di

sekolah. Penggunaan TIK pada diri sendiri juga mendapatkan pengalaman dan
4

pengetahuan saat berinteraksi dengan siswa. Literasi TIK artinya mengetahui dan

mampu mengakses berbagai piranti TIK tetapi juga kemampuan guru untuk

mendapatkan manfaat sesuai kebutuhan dari dirinya serta kemampuan untuk

menciptakan produk baru berdasarkan kreativitas lalu disebarluaskan untuk orang

lain, minimal untuk siswanya sendiri. (Wong , 2018).

Guru sebagai agen perubahan dan inovasi pembelajaran diharapkan dapat

menggunakan TIK untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi dirinya.

TIK dapat digunakan sebagai media dan sumber belajar yang memberikan

kemudahan bagi guru dalam menyiapkan perangkat dan keefektifan dalam

pembelajaran. Guru yang memiliki kompetensi di bidang TIK secara tidak langsung

berdampak positif dalam hal pengembangan profesionalisme secara berkelanjutan.

(Rahmatina, 2017)

Literasi TIK guru juga yang berfungsi dalam meningkatkan kualitas layanan

pendidikan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan masih menunjukkan tingkat

yang kurang sehingga perlu dilakukan peningkatan kompetensi guru dibidang TIK.

Pengembangan kompetensi guru dibidang TIK sebenarnya memberikan keuntungan

bagi guru dan bagi siswa. Guru memiliki kompetensi baik dibidang TIK, dapat

memanfaatkannya dalam bidang pendidikan terhadap siswa dalam proses

pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, selain membantu meningkatkan efisiensi dan

efktivitas kegiatan pembelajaran juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk

belajar lebih banyak tentang TIK. (Rahmatina, 2017).


5

Namun pada kenyataannya, banyak guru yang memiliki kendala dalam

memanfaatkan TIK untuk pembelajaran. Hal ini dikarenakan beban kerja guru terlalu

banyak sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan materi

mengajar yang kreatif. Selain itu ketidakpastian guru untuk mengintegrasikan TIK

dalam pembelajaran kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan TIK. Padahal

kompetensi guru dalam menggunakan TIK sangat mempengaruhi potensi

pengimplementasian TIK dalam Pembelajaran. (Restiyani, 2014).

Permasalahan pada sebagian besar guru yaitu pemahaman TIK (literasi TIK)

yang masih rendah meskipun fasilitas dan akses TIK semakin mudah dijangkau.

Misalkan begitu banyak guru yang memiliki laptop, smartphone, jaringan internet

namun cuman sedikit yang memanfaatkannya untuk pembelajaran. Mutlak diperlukan

guru-guru yang melek TIK khususnya media informasi. ( Krismanto, 2018). Masih

banyak guru yang tidak memiliki keterampilan dalam teknologi informasi yang

diperlukan dan mereka juga tidak memiliki pelatihan khusus yang diperlukan untuk

dapat menggunakan sumber belajar dan media pembelajaran yang berbasis teknologi

informasi. Gogot suharwoto (dalam fathurrohman 2020) menyebutkan bahwa saat ini

teknologi masih sulit ditemukan di ruang-ruang kelas disebabkan kurangnya

pengetahuan guru tentang teknologi atau biasa disebut gagap teknologiBerdasarkan

pernyataan tersebut dapat digambarkan bahwa literasi TIK guru masih rendah.

Kompetensi TIK yang dimiliki oleh guru biologi diharapkan dapat

memperjelas konsep agar tidak terlalu verbalitas, mengatasi hambatan ruang, waktu,

dan daya indra, mengatasi keterbatasan variasi bentuk lingkungan dan organisme
6

yang dapat diamati, mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah, melibatkan

seluruh warga belajar dan mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan

pengalaman belajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana literasi TIK guru biologi SMA negeri di kabupaten soppeng, oleh karena

itu maka peneliti akan mengangkat tesis dengan judul studi kemampuan literasi TIK

guru dalam pembelajaran biologi SMA Negeri di kabupaten Soppeng.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah literasi TIK guru dalam

pembelajaran biologi tingkat SMA Negeri di kabupaten soppeng?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kemampuan literasi TIK guru dalam pembelajaran biologi tingkat SMA

Negeri kabupaten soppeng.


7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diperoleh dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Guru

Evaluasi diri dalam meningkatkan kemampuan literasi TIK dalam proses

pembelajaran.

2. Peneliti

Bahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang

berkaitan dengan studi kemampuan literasi TIK pada guru.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Literasi

Literasi dalam Bahasa inggris disebut literacy. Kata ini berasal dari Bahasa

latin litera (huruf) yang memiliki definisi melibatkan penguasaan sistem-sistem

tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Menurut Kern (2000), Literasi

adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, historis serta kultural dalam

menciptakan dan mengimpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan

setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-hubungan antara

konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaannya serta idealnya kemampuan

untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu. Literasi memerlukan

serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang genre dan pengetahuan

kultural.

Menurut (Kern R., 2000), terdapat tujuh prinsip dalam pendidikan literasi,

yaitu, (1) literasi melibatkan interpretasi penulis/pembicara dan pembaca/pendengar

berpartisipasi dalam tindakan interpretasi. (2) literasi melibatkan kolaborasi. (3)

literasi melibatkan konvensi. (4) literasi melibatkan pengetahuan kultural. (5) literasi

melibatkan refleksi dan refleksi diri. (6) literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem

Bahasa (lisan/tertulis) literasi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

7
8

menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan teorganisasi,

menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan.

(Clay, 2001), menjelaskan bahwa literasi terdiri dari literasi dini, literasi

dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.

Komponen literasi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Literasi dini (Early Literacy)

Kemampuan menyimak Bahasa lisan yang dibentuk oleh pengalamannya

berinteaksi dengan lingkungan sekitarnya.

2) Literasi Dasar (Basic Literacy)

Kemampuan untuk mendangarkan, berbicara, membaca, menulis dan

berhitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,

membaca, menulis dan berhitung adalah berkaitan dengan kemampuan analisis untuk

memperhitungkan, mempersepsikan informasi, mengomunikasikan serta

menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan.

3) Literasi Perpustakaan (Library Literacy)

Perpustakaan agar lebih maju, lebih menarik dan memenuhi kebutuhan

masyarakat dengan peningkatan fasilitas, materi pembelajaran, dan kapasitas layanan.

4) Literasi Media (Media Literacy)

Kemempuan untuk mengetahui berbagai media yang berbeda, seperti media

cetak, media elektronik, media digital, dan memahami tujuan dalam memanfaatkan

teknologi.
9

5) Literasi Visual ( Visual Literacy)

Pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi yang

memanfaatkan matei visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabak.

6) Literasi Teknologi (Technology Literacy)

Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti

peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dalam memanfaatkan

teknologi kemudian dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan

dan mengakses internet.

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Kata teknologi berasal dari Bahasa yunani, techne yang berarti ‘keahlian’ dan

logia yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang sempit, teknologi mengacu

pada objek benda yang digunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti mesin,

perkakas, atau perangkat keras. (Rusman, 2011).

Dalam pengertian yang lebih luas, teknologi meliputi: pengertian sistem,

organisasi, juga teknik. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dan kemajuan

zaman, pengertian teknologi menjadi semakin meluas, sehingga saat ini teknologi,

merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan jenis penggunaan dan pengetahuan

tentang alat, keahlian dan bagaimana ia dapat memberi pengaruh pada kemampuan

manusia untuk mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada di sekitarnya.

Teknologi adalah semacam perpanjangan tangan manusia untuk dapat

memanfaatkan alam dan sesuatu yang ada di sekelilinginnya secara lebih maksimal.
10

Dengan demikian secara sederhana teknologi bertujuan untuk mempermudah

pemenuhan kebutuhan manusia.

Informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa

putusan-putusan yang dibuat. Tidak mudah untuk mendefinisikan konsep informasi

karena istilah satu ini mempunyai bermacam aspek, ciri, dan manfaat yang satu

dengan lainnya terkadang sangat berbeda. Informasi bisa jadi hanya berupa kesan

pikiran seseorang atau mungkin juga berupa data yang tersusun rapid an telah

diolah.(Yusup, 1995)

Menurut (Sutopo, 2012), Ciri-ciri informasi yang berkualitas (1) akurat,

artinya informasi mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian biasanya

dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda dan apabila hasilnya sama, maka data

tersebut dianggap akurat, (2) tepat waktu, artinya informasi harus tersedia/ada pada

saat informasi diperlukan, (3) relevan artinya informasi yang diberikan harus sesuai

dengan yang dibutuhkan, (4) lengkap, artinya informasi harus diberikan secara utuh

tidak setengah-setengah.

Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah

data, temasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data

berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang

relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan

pemerintahan yang merupakan aspek strategis untuk pengambilan keputusan.

Menurut Richard Weiner (Sa’ud, 2008), Teknologi informasi adalah

pemprosesan, pengolahan, dan penyebaran dataleh kombinasi computer dan


11

telekomunikasi. teknologi yang digunakan untuk mengolah, memproses,

mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk

menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan

tepat waktu. (Dimyati, 1999).

Berdasarkan definisi di atas, bisa diambil suatu pengertian bahwa teknologi

informasi merupakan serangkaian tahapan penanganan informasi yang meliputi

penciptaan sumber-sumber informasi, pemeliharaan saluran informasi, seleksi dan

transmisi informasi, penerimaan informasi secara selektif, penyimpanan dan

penelusuran informasi, serta penggunaan informasi.

Menurut (Rosenberg, 2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK, ada

lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan,

(2) dari ruang kelas ke dimana dan kapan saja, (3) dari kertas ke online atau saluran,

(4) fasilitas fisik ke fasilitas kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata

Sedangkan Munir (2009) menyebut paradigma yang mendasari integrasi TIK

dalam pendidikan adalah; (1) ICT is a tools atau TIK merupakan alat-alat teknologi

yang dapat dijadikan sebagai pelaku dalam pendidikan; (2) ICT is a content atau TIK

sebagai bagian dari materi; (3) ICT as program application atau TIK sebagai alat

bantu untuk mengumpulkan, mengelola, menyimpan, menyelidiki, membuktikan, dan

menyebarkan informasi penting secara efektif dan efisien.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi

yaitu:

a. Infrastruktur
12

Teknologi dapat berkembang dengan pesat pertama dibutuhkan infrastruktur

yang memungkingkan akses informasi dimanapun dengan kecepatan yang

mencukupi.

b. Sumber daya manusia

Faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi

yang tinggi.

c. Kebijakan

Faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan yang bersifat makro dan mikro

yang berpihak pada pengembangan teknologi dan informasi jangka panjang.

d. Finansial

Faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga

keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi.

e. Konten dan aplikasi

Konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampaikan pada

orang, tempat, dan waktunyang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan

konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.

Menurut (Budiana dkk., 2015), manfaat penggunaan TIK dalam rangka

pelaksanaan pembelajaran adalah; (1) meningkatkan kualitas pembelajaran; (2)

memperluas akses terhadap pendidikan; (3) membantu memvisualisasikan ide-ide

abstrak; (4) mempermudah pemahaman materi yang sedang dipelajari; (5)

menampilkan materi pembelajaran menjadi lebih menarik; (6) memungkinkan

tejadinya interaksi antara pembelajaran dengan materi yang sedang dipelajari.


13

3. Literasi TIK

Literasi teknologi informasi dan komunikasi adalah kemampuan untuk

menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan jaringan yang tepat untuk

memecahkan masalah informasi yang ada di masyarakat. Melek TIK termasuk

kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat penelitian, mengatur,

mengevaluasi dan mengomunikasikan dan memilki sebuah pemahaman mendasar

dari masalah etika/hukum seputar akses penggunaan informasi. (Saepudin, 2019).

Salah satu konsep baru literasi digital atau literasi Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK). Literasi ini diartikan sebaai kemampuan dalam menggunakan

dan memanfaatkan media baru seperti internet untuk mengakses, menyebarkan, dan

mengomunikasikan informasi secara efektif. Literasi TIK dimaknai juga sebagai

literasi media yang memposisikan manusia yang memiliki kemampuan untuk

memahami, menguasai, dan memanfaatkan konten media massa. (Helaluddin, 2019).

Definisi yang tak jauh berbeda dikemukakan dalan laporan panel intenasional

literasi ICT oleh The Educational Testing Service (ITS) yang menyebut bahwa ICT

literacy is using digital technology, communication tools, and/or network to access,

manage, integrate, evaluateand create information in order to function in a

knowledge society. Artinya, literasi TIK merupakan aktivitas dalam menggunakan

teknologi digital, peralatan komunikasi, dan jaringan untuk mengakses, mengatur,

mengintegrasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi untuk manfaat dalam

suatu kumpulan sosial.


14

Menurut (Telematika, 2014), seseorang individu dalam kemampuan

pemanfaatan TIK dibagi menjadi lima tingkatan yaitu:

Tabel 2.1. Tingkatan Literasi TIK

Tingkat Keterangan
Jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan
0
pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan sehari-hari.
Jika seorang individu pernah memiliki pengalaman satu dua kali,
dimana informasi merupakan suatu komponen penting untuk
1
pencapaian keinginan dan pemecahan masalah dan telah
melibatkan teknologi informasi unutk mencarinya.
Jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi
2 untuk membantu aktivitas sehari-hair dan telah memiliki pola
keberulangan dalam penggunaannya.
Jika seorang individu telah memiliki standar penguasaan dan
pemahaman terhadap informasi maupun informasi yang
3
diperlukannya dan secara konsisten memepergunakan standar
tesebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitas sehari-hari.
Jika seorang individu telah sanggup meningkatkan secara
signifikan (dapat dinyatakan kuantitatif) kinerja aktivitas
4
kehidupan sehari-harinya melalui pemanfaatan informasi dan
teknologi.
Jika seorang individu telah menganggap informasi dan teknologi
sebgai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari,
5
dan secara langsung maupun tidak langsung telah mewarnai
perilaku dan budaya hidupnya.

Implementasi TIK dalam kegiatan belajar mengajar memerlukan beberapa

kondisi yang merupakan pendukung untuk melaksanakan proses pendidikan berbasis

TIK. Menurut (Sudjono, 2010), terutama yang berkaitan dengan internet adalah (1)

guru dan siswa harus mempunyai akses yang mudah ke perangkat teknologi termasuk

koneksi internet. (2) tersedia konten digital (bahan ajar) yang mudah dipahami guru
15

dan siswa, (3) guru harus mempunyai pengetahuan dan keteraampilan menggunakan

teknologi dan (4) sumber daya guna membantu siswa mencapai standar akademik.

Literasi TIK dalam serving educational testing (ETS, 2007), didefinisikan

menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dana tau jaringan untuk mengakses,

mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi. Ada lima

komponen penting dalam liteasi TIK meliputi (1) Akses, mengetahui tentang dan

mengetahui bagaimana mengumpulkan dana tau mengambil informasi; (2) Kelola,

menerapkan organisasi yang ada atau skema klarifikasi; (3) mengintegrasikan,

menafsirkan dan mewakili informasi; (4) Evaluasi, membuat penilaian tentang

kualitas, relevansi, kegunaan atau efisiensi informasi; dan (5) Karya, menghasilkan

informasi dengan beradaptasi, menerapkan, merancang, menciptakan atau authoring

informasi.

Menurut Trisdiono (2015) literasi TIK guru berfungsi dalam meningkatkan

kualitas layanan pendidikan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan masih

menunjukkan tingkat yang kurang sehingga perlu dilakukan peningkatan kompetensi

guru di bidang TIK. Pengembangan kompetensi guru biologi di bidang TIK

sebenarnya memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Guru yang memiliki

kompetensi yang baik di bidang TIK, dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan

layanan pendidikan terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan bagi

siswa, selain membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan

pembelajaranjuga memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar banyak tentang

TIK.
16

4. Pembelajaran Biologi

Istilah pembelajaran sebenarnya merupakan terjemahan dari Bahasa inggris “

instruction” sebagaimana yang dipakai dalam dunia pendidikan di amerika serikat.

Menurut Sanjaya (2010), istilah pembelajaran banyak dipengaruhi oleh aliran

psikologi kognitif holistik yang menempatkan siswa sebagai sebagai sumber atau

pusat kegiatan. Istilah tersebut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang

diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai

macam media. Istilah pembelajaran lebih dipengaruhi oleh perkembangan teknologi

dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.

Gagne (dalam kurniawan, 2014) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah

serangkaian aktivitas untuk membantu mempermudah seseorang belajar, sehingga

tejadi pembelajaran yang optimal. Saylor (dalam kurniawan,2014) menjelaskan

bahwa pembelajaran adalah ketelibatan siswa dalam tujuan belajar yang telah

dirncanakan. Pengertian tesebut mengandung makna bahwa di dalam pembelajaran

ada aktivitas tertentu yang dilakukan oleh siswa berdasarkan rncana pembelajaran

yang sebelumnya telah dibuat oleh guru.

Can (1997) menyatakan bahwa sains (biologi) pada hakikatnya mengandung 4

unsur yaitu: proses (scientific processes), produk (scientific knowledge), sikap

(scientific attitudes), dan teknologi. sudarisman (2015) mengemukakan bahwa

implikasi dari pemahaman hakikat sains adalah terselenggaranya pembelajaran

biologi yang mengandung 6 unsur yaitu; (1) active learning, yaitu melibatkan siswa

secara aktif dalam serangkaian proses ilmiah melalui keterampilan proses sains; (2)
17

discovery/inquiry yaitu pembelajaran yang mendorong siswa dan mencari

jawabannya melalui penemuan; (3) scientific literacy, yaitu pembelajaran yang dapat

mengakomodasi siswa tentang konten, proses, konteks sains dan sikap ilmiah; (4)

constructivism, yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengkonstruk

pengetahuannya melalui pengalamannya secara mandiri; (5) science, technology, and

society, yaitu menggunakan sains untuk memecahkan masalah sehari-hari uang ada di

masyarakat: (6) kebenaran dalam sains tidak absolut melainkan bersifat tentatif.

B. Kerangka Pikir

Saat sekarang ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi

kebutuhan hidup manusia sehari-hari yang artinya TIK sudah masuk kedalam sendi –

sendi kehidupan manusia terutama di bidang pendidikan. Pemahaman TIK guru

dalam pembelajaran sangat penting untuk menunjang belajar siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran.Pengetahuan serta penggunaan perangkat TIK belum cukup

untuk pembelajaran, akan tetapi guru harus melek artinya memiliki kemampuan

literasi yang baik, buka Cuma menggunakan dan memahami tetapi juga dapat

mengintegtasikan, mengevaluasi serta dapat membuat suatu produk berdasarkan

kemampuan literasi TIK yang ada pada guru.

Literasi TIK merupakan kompetensi dasar guru dalam memanfaatkan TIK

terdiri dari mengakses, mengatur, mengintegrasikan, mengevaluasi serta mencipta

untuk mempersiapkan siswa agar mampu menguasai teknologi baru sebagai sarana

untuk mengembangkan dirinya sebagai pembelajar seumur hidup. Tahap fokus pada
18

pengembangan literasi teknologi pada guru untuk mengintegrasikan alat TIK.

Kompetensi dan pemahaman guru membutuhkan keterampilan, perilaku dan nilai

profesional. Artinya, kompetensi guru dapat berupa pengulangan fakta dan konsep

hingga meningkatkan keterampilan motorik menuju perilaku pembelajaran dan nilai

profesional.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

LITERASI TIK

Access Manage Integrate Evaluate Create

GURU/PENDIDIK

PEMBELAJARAN BIOLOGI
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey

dimana penelitian dengan teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara

menyusun daftar pertanyaan yang diajukan terhadap responden dalam sampel atau

populasi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan maret 2021 dengan melakukan

survei terhadap guru biologi tehadap kemampuan literasi TIK. Lokasi penelitian di

SMA Negeri di kabupaten soppeng.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru biologi SMA.

Dalam kaitan ini peneliti mengambil sampel dengan random sampling.

Penentuan sampel yang merupakan bagian dari populasi dalam penelitian ini

menggunakan rumus. Dari jumlah populasi maka didapat sampel sebanyak 25 orang

responden. Penelitian ini dilakukan secara acak (random) diambil dari SMA negeri di

kabupaten soppeng.

19
20

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap evaluasi yaitu :

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu melakukan observasi di lokasi

penelitian, setelah memperoleh izin dari pihak sekolah untuk melalukan survei

terhadap guru biologi. Berdiskusi dengan guru biologi mengenai pelaksanaan

penelitian di sekolah dengan memberikan kuesioner tentang kemampuan literasi TIK

Menyusun instrumen pembelajaran Instrumen penelitian yang disusun berupa

angket/kuesioner untuk mengetahui kemampuan literasi TIK yang terdiri dari sikap,

pengetahuan, dan keterampilan mengenai TIK.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan membagikan angket/kuesioner kepada

masing-masing guru biologi di sekolah yang berbeda. angket/kuesioner dikerjakan

melalui handphone masing-masing guru.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dilakukan dengan mengolah data kemampuan literasi TIK guru

kan pengola han nilai hasil belajar peserta didik dan retensi belajar. Kemudian data

dianalisis secara deskriptif dan menyimpulkan hasil penelitian.


21

E. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

menggunakan angket (kuesioner). Angket atau kuesioner adalah alat untuk

mengumpulkan dan mencatat data atau informasi yang dilakukan dengan cara

memberi beberapa pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada responden yaitu guru

biologi sesuai dengan permintaan pengguna. Adapun indikator yang diukur mengacu

terhadap literasi TIK yaitu: access (ketersediaan akses guru biologi tehadap TIK),

manage (kemampuan guru dalam menggunakan peralatan TIK), integrate

(kemampuan guru menggunakan TIK dalam pembelajaran), evaluation (bentuk

penilaian guru terhadap TIK), dan create (kemampuan guru dalam dalam membuat

media dari TIK). Angket ini menggunakan dua skala yaitu: 1) skala Guttman untuk

mengukur ketersediaan guru terhadap peralatan TIK dengan altenatif jawaban ya atau

tidak; 2) skala linkert untuk mengukur kemampuan guru dalam menggunakan TIK

seperti menggunakan, mengintegrasi, mengevaluasi dan membuat dengan alternatif

jawaban tidak pernah (TP)=1, pernah (P)=2, sering (S)= 3, sangat sering (SS)= 4

untuk skala kemampuan. Kemudian sangat tidak setuju (STS)= 1, tidak setuju (TS)=

2, setuju (S)= 3 dan sangat setuju (SS)= 4 untuk pengukuran evaluasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh data

selama penelitian. Uji validitas instrumen berupa pertanyaan dinilai oleh validator

Pengumpulan data kuantitatif menggunakan angket/kuesioner berbasis web.


22

kuesioner disebar secara online dilakukan dengan menggunakan google form,

kemudian disebarkan melalui media sosial dengan whatsapp. Sebelum digunakan,

instrumen tersebut harus duji telebih dahulu dengan uji validitas dan reabilitas.

1) Validitas

Angket yang sudah disetujui oleh pembimbing akan diujikan di lapangan

maka tahap selanjutnya adalah uji validitas. Instrumen penelitian memerlukan sebuah

pengujian untuk mengetahui derajat fungsi suatu instrumen atau tingkat kecermatan

dan ketepatan suatu instrumen. Uji validitas dapat mengukur sejauh mana tingkat

ketepatan instrumen dengan melihat dari korelasi antara variabel yang hendak diukur

dengan tujuan yang akan diukur.

Nilai r hitung dicocokkan dengan r tabel pada taraf signifikansi 5 %. Maka butir soal

tesebut valid.

Tabel 3.1. Kriteria Kevalidan Instrumen


No. Rentang r hitung Keterangan
1 0,80 < r hitung ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
2 0,60 < r hitung ≤ 0,80 Validitas tinggi
3 0,40 < r hitung ≤ 0,60 Validitas sedang
4 0,20 < r hitung ≤ 0,40 Validitas rendah
5 0,00 < r hitung ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
6 r hitung ≤ 0,00 Tidak valid

2) Reabilitas

Tahap dalam pengujian instrumen selanjutnya adalah uji reabilitas instrumen

memerlukan uji keandalan guna menghasilkan hasil yang konsisten sehingga dapat

digunakan dengan layak dapat dipercaya dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
23

Perhitungan uji reabilitas skala diteima, jika hasil perhitungan r hitung > r tabel 5 %.

Tabel 3.2. Kriteria Reabilitas Instrumen


No. Rentang 𝒓𝟏𝟏 Keterangan
1 0,80 < r hitung ≤ 1,00 Reabilitas sangat tinggi
2 0,60 < r hitung ≤ 0,80 Reabilitas tinggi
3 0,40 < r hitung ≤ 0,60 Reabilitas sedang
4 0,20 < r hitung ≤ 0,40 Reabilitas rendah
5 0,00 < r hitung ≤ 0,20 Reabilitas sangat rendah

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

rumus perhitungan persentase sebagai berikut.


𝐹
𝑃= x 100%
𝑁

Keterangan:

P = Angka persentase
F = Frekuensi data
N = Jumlah Individu

Persentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori, adapun

kategori yang digunakan berdasarkan kategori persentase sebagai berikut.


24

Tabel 3.3. Tingkatan Literasi TIK


Persentase (%) Literasi
Keterangan
TIK
86-100 Sangat Baik
76-85 Baik
60-75 Cukup
55-59 Kurang
≤ 54 Sangat Kurang
Sumber: Purwanto (2013)
DAFTAR PUSTAKA

Budiana, B., Sjafirah, H. R., & Bakti, I. (2015). Pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi dalam Pembelajaran Bagi Guru SMPN 2 Kawali Desa
Citeureup Kabupaten Ciamis. Dharmakarya, 4(1), 4.

Clay, M. M. (2001). Change Over Time in Children’s Literacy Development.


Stenhouse.

Dimyati, M. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.

Helaluddin, H. (2019). Peningkatan Kemampuan Literasi Teknologi dalam upaya


Mengembangkan Inovasi Pendidikan di Perguruan Tinggi. UIN
Maulana Hasanuddin, 1(1), 12.

Kern R., K. R. (2000). Literacy and Lenguage Teaching. Oxford University Press.

Krismanto, W. (2018). Workshop Literasi TIK & Pengembangan Media


Pembelajaran Berbasis TIK Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
SD Di Kota Parepare. International Journal of Community Service
Learning, 2(2).

Nurhabibah, Setiawan, A., Yanti, H., Miraj, Y. Z., & Yannuar. (2018). Analysis of
ICT Literacy Competence among Vocational High School Teachers.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 306,
012097.

Rahmatina, N. (2017). Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru Biologi


dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Tingkat Madrasah Aliyah Kota
Bnjarmasin. 9.

26
27

Restiyani, R., Juanengsih, N., & Herlanti, Y. (2014). Profil Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) Sebagai Media dan Sumber Belajar
Oleh Guru Biologi. 6(1), 18.

Rosenberg, marc. (2001). E- learning: Strategies for delivering knowledge in the


digital age. McGraw-hill Companies.

Rusman, R. (2011). Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.


Rajawali Pers.

Safiah, I. (2017). Kompetensi Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran


Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SD Negeri 16
Banda Aceh. 2, 9.

Sa’ud, U. S. (2008). Inovasi Pendidikan. Alfabeta.

Sudjono, A. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Rineka Cipta.

Sumintono, B., Wibowo, S. A., Mislan, N., & Tiawa, D. H. (2012). Penggunaan
Teknologi Informasi dan Kmunikasi dalam Pengajaran: Survei pada
Guru-Guru Sains SMP di Indonesia. Jurnal Pengajaran Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, 17(1), 122.

Sutopo, H. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Graha


Ilmu.

Telematika, I. (2014). Kebijakan dan pengembangan tim koordinasi telematika


indonesia. kementerian Komunikasi dan Informasi RI.
28

Wong, A. Y., & Daud, K. (2018). ICT Competencies among School Teachers: A
Review of Literature. Journal of Education and Learning (EduLearn),
12(3), 376.

Yusup, P. (1995). Pedoman Praktis Mencari Informasi. Remaja Rosdakarya.

You might also like