Invasive Weeds in Bogor Garden
Invasive Weeds in Bogor Garden
GUNAR WIDIYANTO
A24070111
Abstract
RINGKASAN
GUNAR WIDIYANTO
A24070111
NIM : A24070111
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS.
NIP 19700520 199601 1 001 NIP 19570711 198111 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Agronomi dan Hortikultura
Tanggal Lulus :
v
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kekuatan hidayah dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul Identifikasi dan Karakterisasi
Gulma – Gulma Ruderal Invasif di Kebun Raya Bogor disusun oleh penulis
sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. dan Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Dr. Herdhata Agusta, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan yang membangun pada skripsi ini.
3. Kedua orang tua yang tak pernah lelah memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis.
4. Segenap dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang
telah memberikan ilmu dan pelayanan selama penulis menempuh masa studi.
5. Ibu Elly Kristiati yang telah memberikan bimbingan lapang selama penelitian,
serta segenap staf KRB yang telah membantu jalannya penelitian.
6. Teman-teman AGH 44 yang selalu menjadi sumber inspirasi, serta yang telah
memberikan bantuan selama ini baik berupa fisik maupun spiritual.
7. Keluarga besar dan teman-teman angkatan 44 Organisasi Mahasiswa Daerah
Patra Atlas Semarang atas kebersamaannya selama ini. Kita untuk selamanya.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan dan dapat bermanfaat juga untuk kemajuan ilmu pengetahuan
terutama bagi pertanian di Indonesia.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia memiliki dua puluh kebun raya yang tersebar di Jawa Barat
(Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Kuningan), Jawa Timur
(Kebun Raya Purwodadi), Bali (Kebun Raya Eka Karya), Jawa Tengah (Kebun
Raya Baturaden), NTB (Kebun Raya Lombok Timur), Batam (Kebun Raya
Batam), Sumatera Utara (Kebun Raya Samosir), Jambi (Kebun Raya Bukit Sari),
Sumatera Barat (Kebun Raya Solok), Lampung (Kebun Raya Liwa), Kalimantan
Barat (Kebun Raya Sambas, Kebun Raya Danau Lait), Kalimantan Tengah
(Kebun Raya Katingan), Kalimantan Timur (Kebun Raya Sungai Wain), Sulawesi
Selatan (Kebun Raya Enrekang, Kebun Raya Pucak), Sulawesi Tenggara (Kebun
Raya Kendari), Sulawesi Utara (Kebun Raya Minahasa) (LIPI, 2009).
Peranan Kebun Raya Bogor saat ini dapat dilihat dari beberapa sudut.
Pertama dari segi preservasi sumber genetik tanaman. Intensifikasi penebangan
dan konversi hutan yang tinggi mengakibatkan banyak jenis tumbuh-tumbuhan
yang belum sempat dikembangkan atau bahkan sama sekali belum diketahui oleh
kita tentang kegunaannya akan hilang. Sehubungan dengan hal tersebut, Kebun
Raya Bogor (KRB) sebagai lokasi konservasi “ex-situ” melakukan eksplorasi
tumbuhan di kawasan hutan, mendata, mengkoleksi dan melestarikan. Sebagai
tempat pariwisata, KRB selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal dan
mancanegara. Dari dua puluh kebun raya yang ada di Indonesia hanya lima
diantaranya yang telah mengalami pembangunan fisik dan memiliki fasilitas
penunjang yang layak bagi wisatawan. KRB merupakan salah satu dari lima
kebun raya yang mempunyai sarana dan prasarana terlengkap.
Kebun Raya Bogor sebagai instansi pendidikan, melakukan penelitian dan
pengembangan diberbagai bidang antara lain di bidang taksonomi, biosistematik,
botani terapan dan hortikultura. KRB juga berlaku sebagai hutan kota dilihat dari
lokasinya yang berada tepat di tengah Kota Bogor. KRB mampu menyerap emisi
karbon dan memberikan suplai oksigen di tengah kepadatan aktivitas lalu lintas
Kota Bogor.
6
Beberapa koleksi merupakan koleksi yang termasuk dalam kategori unik, langka
dan spesifik. Selain itu sebagian merupakan koleksi yang telah berusia lebih dari
100 tahun. Tanaman di Kebun Raya Bogor dikenal dengan tingkat status
kelangkaan berdasarkan redlist book. Kebun Raya Bogor saat ini telah menjadi
pulau habitat. Salah satu jenis yang mendiami pulau habitat ini adalah burung.
Tercatat setidaknya terdapat 56 spesies burung mendiami wilayah KRB.
Klasifikasi Gulma
a b
hidup lebih dari satu tahun tetapi kurang dari dua tahun. Pada fase pertumbuhan
awal, kecambah biasanya berbentuk roset. Setelah mengalami musim dingin
bunga terbentuk diikuti pembentukan biji dan kemudian mati. Gulma tahunan
adalah gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun. Ciri-ciri gulma jenis ini
adalah setiap tahunnya pertumbuhan dimulai dengan perakaran yang sama.
Golongan gulma berkayu (woody weeds) adalah mencakup semua tumbuh-
tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-cabang sekunder. Gulma berkayu
disebut juga sebagai gulma keras. Sifatnya yang demikian menyebabkan metode
pengendalian berbeda dengan gulma lunak (Sastroutomo, 1999).
Gulma air (aquatic weeds) adalah tumbuhan yang beradaptasi terhadap
keadaan air kontinu atau paling tidak toleran terhadap kondisi tanah berair untuk
periode waktu hidupnya. Dalam prakteknya gulma air diklasifikasikan sebagai
marginal (tepian), emergent (gabungan antara tenggelam dan terapung),
submerged (melayang), anchored with floating leaves (tenggelam), freefloating
(mengapung), dan plankton atau algae (Sastroutomo, 1999).
Selain yang tersebutkan diatas gulma juga ada yang merambat, epifit dan
parasit. Karakter gulma merambat adalah melilit dan memanjat dapat
menyebabkan penutupan areal yang luas dan cepat. Perambat kadang-kadang
juga epifit atau hemiparasit. Akibat dari serangan gulma jenis ini adalah tanaman
inang akan kehilangan daun karena cabang-cabangnya telah dimatikan oleh
parasit tersebut.
Gulma Ruderal
Gulma Invasif
Karakter biologis gulma menurut Baker (1974) antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Viabilitas biji lama dan dikendalikan secara internal, sehingga
perkecambahan bersifat tidak kontinu.
2. “Self-compatible”, tetapi tidak autogamus atau apomistik.
12
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei
2011. Penelitian ini dilakukan di kawasan konservasi Kebun Raya Bogor, Kota
Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Alat yang digunakan antara lain kamera digital, buku lapang,papan jalan,
amplop kertas berukuran 35 cm x 25 cm dan penggaris. Bahan yang digunakan
adalah spesimen gulma invasif baik berupa spesimen utuh atau berupa bagian
tumbuhan yang terdapat di Kebun Raya Bogor.
Metode Penelitian
Pelaksanaan
Pengamatan
kerugian dihitung dari perkiraan nilai rupiah jika gulma tidak dikendalikan atau
jumlah biaya pengendalian serta kerugian material yang mungkin hilang.
Analisis
1. Penyebaran
Penyebaran gulma diamati dari seluruh vak yang ada. Luas Data luas
penutupan tiap spesies dan data titik penyebaran yang telah di plot kedalam peta
dasar KRB diolah menggunakan program ARC view GIS 3.3 untuk menentukan
luas penutupan kanopi total.
2. Invasif
Pengelompokan gulma invasif berdasarkan kriteria dari Hiebert dan
Stubbendieck (1993). Kriteria adalah pada Tabel 1.
3. Nisbah Jumlah Dominasi
Nisbah jumlah dominasi gulma (NJD- Nilai Jumlah Dominasi) dihitung
menurut Moenandir (1993) dengan persamaan:
Namun karena berat kering gulma relatif sulit diperoleh, maka NJD dimodifikasi
menjadi:
; NJD dalam satuan persen (%)
Kriteria Skor
1. Luas areal populasi
a. Kurang dari 0.5 ha 2
b. 0.5 – 1 ha 4
c. Lebih dari 1 ha 5
2. Tingkat kelimpahan populasi
a. Tersebar 1
b. Merata 3
c. Luas dan padat 5
3. Tingkat dampak visual terhadap lanskap
a. Tidak ada dampak visual 0
b. Sedikit berdampak visual 2
c. Dampak visual cukup besar 4
d. Dampak visual sangat besar 5
4. Regenerasi vegetatif
a. Tidak ada pertumbuhan setelah penyiangan 0
b. Mampu tumbuh kembali dari akar atau umbi 3
c. Beberapa bagian tanaman merupakan propagul yang layak 5
5. Kemampuan untuk menyelesaikan siklus reproduksi
a. Tidak mampu melengkapi siklus reproduksi 0
b. Mampu melengkapi siklus reproduksi 5
6. Cara reproduksi
a. Vegetatif 1
b. Biji 3
c. Vegetatif dan biji 5
7. Reproduksi vegetatif
a. Tidak memiliki reproduksi vegetatif 0
b. Reproduksi vegetatif mempertahankan populasi 1
c. Reproduksi vegetatif meningkatkan populasi 3
d. Reproduksi vegetatif meningkatkan populasi dengan cepat 5
8. Frekuensi reproduksi seksual untuk tanaman dewasa
a. Hampir tidak pernah 0
b. Sekali dalam 5 tahun atau lebih 1
c. Setiap tahun 3
d. Sekali atau lebih dalam setahun 5
9. Jumlah biji pertanaman
a. Sedikit (1- 10) 1
b. Sedang (11-1000) 3
c. Banyak (lebih dari 1000) 5
10. Media penyebaran biji
a. Tidak mempunyai media penyebaran biji 0
b. Hanya mempunyai satu media penyebaran biji 3
c. Mampunyai satu atau lebih media penyebaran biji 5
11. Kemampuan peyebaran
a. Berpotensi kecil untuk penyebaran jauh 0
b. Berpotensi besar untuk penyebaran jauh 5
20
Kriteria Skor
12. Kelimpahan dan jarak propagul ke areal
a. Tidak ada sumber propagul dalam areal 0
b. Terdapat beberapa sumber propagul, tetapi tidak mudah menyebar 1
c. Terdapat beberapa sumber propagul, dan mudah menyebar 3
d. Terdapat banyak sumber propagul dalam areal 5
13. Kemampuan kompetitif
a. Kurang kompetitif 0
b. Cukup kompetitif 3
c. Sangat kompetitif 5
14. Persyaratan perkecambahan
a. Membutuhkan tanah terbuka dan pengolahan lahan 0
b. Mampu berkecambah pada daerah ternaungi tetapi dalam kondisi
khusus 3
c. Mampu berkecambah pada daerah ternaungi dalam berbagai
kondisi 5
15. Senyawa allelopati
a. Tidak memiliki senyawa allelopati 0
b. Memiliki senyawa allelopati cukup kuat 3
c. Memiliki senyawa allelopati sangat kuat 5
16. Pengendalian biologis
a. Pengendalian biologis dapat dilakukan 0
b. Terdapat potensi untuk pengendalian biologis 3
c. Pengendalian biologis tidak dapat dilakukan 5
17. Pembentukan naungan
a. Pembentukan naungan berjalan lambat 0
b. Pembentukan naungan cukup cepat 3
c. Pembentukan naungan cepat dan lebat 5
18. Pengaruh pada areal
a. Sedikit atau tidak memberi efek pada tanaman asli 0
b. Menyerang dan mengubah tanaman asli 3
c. Menyerang dan menggantikan tanaman asli 5
19. Dampak yang ditimbulkan di daerah lain
a. Tidak diketahui menimbulkan dampak di daerah lain 0
b. Menimbulkan dampak di daerah lain, tetapi berbeda iklim 1
c. Sedikit berdampak di daerah lain dengan iklim yang sama 2
d. Cukup berdampak di daerah lain dengan iklim yang sama 4
e. Berdampak besar di daerah lain dengan iklim yang sama 5
20. Tingkat usaha yang dibutuhkan
a. Dapat dikendalikan dengan sekali pengendalian manual / kimia 0
b. Dapat dikendalikan dengan satu atau dua kali pengendalian manual 3
/ kimia
c. Diperlukan pengendalian manual / kimia secara berulang kali 5
Data dianalisis dengan Minitab 14, dan dijadikan dalam bentuk dendogram.
Dendogram dibuat dengan metode neighbour joining single linkage.
21
Paraserianthes
I.B , I.I , II.C , II.D , II.F , II.L , II.K 7 3.64%
falcataria
elastica dihuni oleh 269 ekor kalong pada pagi hari dan 284 ekor pada sore hari
(Rukmana, 2003). Berdasarkan penelitian Tirtaningtyas (2004) dan Rukmana
(2003), diduga burung dan kalong merupakan media penyebar propagul biji
F.elastica dan P.falcataria yang kemungkinan termakan kemudian disebarkan
melalui kotoran atau menempel pada tubuh kalong dan burung.
Selain melalui media angin dan hewan, aktivitas pengunjung diduga
memberikan peran dalam penyebaran beberapa jenis gulma yang ada di KRB.
Pengunjung KRB (Tabel 4) dapat secara sengaja ataupun tidak sengaja membawa
dan memindahkan propagul gulma dari satu tempat ketempat yang lain.
Pada mulanya empat diantara tujuh spesies gulma tersebut adalah tanaman
koleksi di Kebun Raya Bogor yaitu Dioscorea bulbifera L., Cissus sicyoides
Blume., Cissus nodosa Blume. dan Paraserianthes falcataria. Keempat spesies
gulma tersebut memiliki kemampuan perbanyakan diri yang cepat, sehingga lama-
kelamaan menyebar dan menyerang tanaman koleksi lain yang ada di KRB. Tiga
jenis gulma lainnya tidak berasal dari KRB, seperti misalnya Mikania micrantha
yang juga merupakan gulma umum di wilayah pertanian. Spesies Ficus elastica
Roxb. dan Cecropia adenopus Mart. ex Miq yang saat ini masih belum diketahui
asal mula penyebarannya di KRB.
Dioscorea bulbifera L.
Dioscorea bulbifera L merupakan spesies gulma dengan tingkat serangan
paling tinggi (Deskripsi spesies disajikan pada Lampiran 1). Jenis Dioscorea ini
26
merupakan jenis tanaman merambat dengan bentuk daun yang lebar. Spesies ini
merupakan tanaman koleksi yang kemudian menyebar di sebagian wilayah KRB.
D.bulbifera L menjadi masalah di Kebun Raya Bogor karena perbanyakan dan
pertumbuhannya sangat cepat, mampu tumbuh baik dalam kondisi ternaungi atau
dalam kondisi terbuka. Selain sifat-sifat tersebut gulma D.bulbifera L juga
merugikan tanaman koleksi yang menjadi inangnya. Mekanisme serangan spesies
ini awalnya melilit pada batang tanaman inangnya. Lama-kelamaan tumbuh
semakin ke atas dan menutup seluruh tajuk (Gambar 6). Berdasarkan
pengamatan, serangan D.bulbifera L pada Vak XX.B sudah terjadi dalam kurun
waktu yang cukup lama. Apabila hal ini dibiarkan akan menyebabkan tanaman
inang tidak mampu berfotosintesis dan pada akhirnya akan mati. Secara agronomi,
Dioscorea merupakan tanaman pangan kelompok umbi-umbian. Hidajat (1993)
menggolongkan D.bulbifera L sebagai sumber pangan. Umbi udara D.bulbifera L
juga berperan sebagai organ perbanyakan.
Serangan paling parah dari jenis Dioscorea ini terdapat pada vak XI.D ,
XII.B , XII.C, XVII.G dan XX.B . Koleksi pada vak XI.D yang diserang antara
lain famili Burseraceae, Meliaceae, Sapotaceae. Vak XII.B dan XII.C koleksi
yang diserang antara lain famili Anacardiaceae, Annonaceae, Apocynaceae,
Caesalpiniaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Lecythidaceae, Magnoliaceae,
Meliaceae, Moraceae, Myrtaceae, Papilionaceae, Rubiaceae, Sapindaceae,
Saptaceae, Sterculiaceae, Ulmaceae, Urticaceae, Verbenaceae. Pada vak XVII.G
famili yang diserang antara lain Celastraceae, Ebenaceae dan Rhamnaceae. Pada
vak XX.B koleksi famili yang diserang adalah Annonaceae, Lauraceae,
Proteaceae, Verbenaceae. Gulma D.bulbifera L lebih dominan pada sisi Tenggara
27
Wilayah KRB. Hal tersebut dikarenakan gulma ini merupakan tanaman koleksi
yang berasal dari wilayah tersebut yaitu tepatnya berasal dari vak XV.B
(Gambar 7).
D.bulbifera L.
gulma ini tumbuh pada sisa batang pohon yang mati, pada tumpukan serasah dan
yang paling dominan tumbuh di sepanjang pagar KRB. Pada vak XXV.A gulma
ini tumbuh mengelompok pada pagar yang berada di tepi aliran sungai.
M.micrantha H.B.K
dampak lebih besar pada aspek visual lingkungan ruderal dibanding kompetisinya
dengan tanaman koleksi yang ada di KRB.Penyebaran gulma ini dapat dilihat
pada Gambar 11. Penyebaran gulma ini merata hampir di semua bagian KRB.
(a) (b)
Gambar 10. Serangan C.adenopus Mart. ex Miq di Kebun Raya Bogor
(a) C. adenopus yang Telah Berumur Kurang Lebih 5 Tahun
(b) C. adenopus Berumur Kurang dari 1 Tahun yang Menempel
pada Pohon Bungur (Lagestroemia loudinii)
Gambar 11. Peta Penyebaran C.adenopus Mart. ex Miq di Kebun Raya Bogor
31
F.elastica Roxb
Paraserianthes falcataria
Paraserianthes falcataria atau yang lebih dikenal dengan Albasia,
merupakan tanaman berhabitus pohon (Deskripsi spesies disajikan pada Lampiran
3). Di KRB pohon besar ini merupakan koleksi di Vak II.C. Pohon ini menjadi
gulma karena penyebaran bijinya yang banyak cukup mengganggu pada koleksi
lain yang berada di sekitarnya. Gangguan yang ditimbulkan tumbuhan Albasia
muncul diantara tanaman koleksi, apabila tajuk pohon semakin lebar dan
mengurangi cahaya matahari bagi tanaman di bawahnya. Namun demikian hingga
saat ini belum ada kerugian yang signifikan terhadap tanaman inang. Kerugian
yang ditimbulkan lebih berdampak kepada penurunan kualitas visual lanskap pada
beberapa vak di Kebun Raya Bogor.
Penyebaran Albasia hanya mencakup wilayah vak yang berada tidak
terlalu jauh dengan sumber inokulum. Penyebaran biji yang dibantu oleh angin
menyebabkan tumbuhan ini menyebar acak. Kondisi di lapang menunjukan
semakin dekat lokasi vak dengan sumber inokulum, maka semakin tinggi jumlah
individu Albasia yang tumbuh. Lokasi vak yang cukup banyak mendapat
gangguan dari spesies ini antara lain vak II.O dan vak II.D. Jenis koleksi yang
terganggu pada umumnya berhabitus semak atau perdu (Gambar 14). Seperti
misalnya pandan (Pandanaceae) dan Cycadanaceae.
ekonomi dan pada waktu-waktu tertentu pohon tersebut ditebang untuk diambil
kayunya. Selain itu daun-daun Albasia yang berguguran diharapkan akan
menyuburkan lahan.
P.falcataria
cissus mampu memperbanyak diri hanya melalui potongan kecil dari bagian
batang atau akar hawanya. Sifat yang merugikan dari tanaman ini antara lain lebih
menyukai tempat di bagian atas tajuk pohon, sehingga dapat menghambat
masuknya sinar matahari dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis
yang menyebabkan kematian pada tanaman inang (Agustin, 2005). Pola serangan
C.sicyoides berbeda dengan serangan C.nodosa. C.sicyoides menyerang tanaman
inang dengan menutup bagian atas tajuk tanaman, sedangkan C.nodosa
menyerang dengan menggantung dari bagian atas tajuk hingga mecapai ke
permukaan tanah (Gambar 16).
(a) (b)
Gambar 16. Serangan Cissus spp di Kebun Raya Bogor
(a) Serangan Cissus sicyoides Blume pada Vak II.O
(b) Serangan Cissus nodosa Blume pada Vak II.F
Cissus sicyoides Blume dan Cissus nodosa Blume adalah tanaman koleksi
yang sebelumnya hanya berada di vak XVII.F dan XI.B. Penyebaran spesies ini
cukup cepat, sehingga mendominasi pada beberapa vak di KRB, antara lain II.O
(Taman Mexico), II.P, II.F, XVII.I, XX.B dan sebagian XXIV.B (Gambar 17 dan
18). Koleksi yang diserang pada vak II.O adalah jenis kaktus atau termasuk
dalam famili Cactaceae. Beberapa koleksi yang terserang Cissus pada vak II.P
diantaranya famili Acanthaceae, Caesalpiniaceae, Euphorbiaceae, Myrtaceae, dan
Papilionaceae. Pada vak II.F jenis koleksi yang diserang antara lain famili
Araceae dan Icacinaceae. Pada vak XVII.I menyerang koleksi Annonaceae,
Clusiaceae, Ebenaceae, Icacinaceae, Lauraceae, Lecthdaceae, Rutaceae dan
Meliaceae. Pada vak XX.B menyerang sebagian pohon pinus dan tumbuh
sepanjang pagar KRB. Pada vak XXIV.B menyerang jenis palem dan tumbuh
sepanjang pagar pembatas vak XXIV.B dan XXIV.C.
C. sicyoides Blume
C. nodosa Blume
nilai 78 poin, Cissus sicyoides L total nilai 75 poin, Dioscorea bulbifera L total
nilai 69 poin, Cissus nodosa L total nilai 67 poin, Ficus elastica Roxb total nilai
56 poin. Sedangkan spesies gulma yang dianggap tidak membahayakan
biodiversitas di KRB adalah Paraserianthes falcataria total nilai 48 poin dan
Cecropia adenopus total nilai 45 poin. Nilai masing-masing gulma kemudian
diolah menggunakan program Minitab 14 untuk melihat pengelompokkan
(Gambar 19).
Spesies
Kriteria M. C. D. C. F.
P. C.
micrantha sicyoides bulbifera nodosa elastica
falcataria adenopus
H.B.K L. L. L. Roxb.
1 2 2 4 2 2 2 2
2 1 1 3 1 3 1 3
3 2 4 4 4 0 2 2
4 5 5 3 5 3 0 0
5 5 5 5 5 5 5 5
6 5 5 5 5 3 3 3
7 3 5 3 5 0 0 0
8 5 5 5 5 5 5 5
9 3 3 3 3 5 5 3
10 5 5 0 5 5 5 5
11 3 0 3 0 3 3 3
12 3 3 3 3 3 3 0
13 5 5 5 5 3 3 3
14 5 5 5 5 3 3 3
15 3 0 0 0 0 0 0
16 5 3 3 3 3 3 3
17 3 5 5 3 0 0 0
18 5 5 5 5 5 0 0
19 5 4 0 0 0 0 0
20 5 5 5 5 5 5 5
∑ 78 75 69 67 56 48 45
39
Tingkat Nomor
Langkah Nomor Tingkat Kelompok Kelompok
Kemiripan Kelompok
Kelompok Jarak Tergabung Baru
(%) Baru
1 6 94.2051 0.115897 5 7 5 2
2 5 91.7379 0.165242 2 3 2 2
3 4 86.3497 0.273006 4 5 4 3
4 3 82.2538 0.354925 2 6 2 3
5 2 76.6799 0.466402 1 2 1 4
6 1 73.1352 0.537297 1 4 1 7
Grup 1 dan 2 merupakan kelompok gulma dengan total nilai tinggi yaitu
diatas 50 poin. Artinya kelompok gulma ini mempunyai dampak yang signifikan
terhadap kestabilan habitat di Kebun Raya Bogor. Terkait hal tersebut perlu
adanya suatu metode yang tepat untuk pengendalian kelompok gulma tersebut.
Anggota Grup 1 dan 2 merupakan golongan tumbuhan kayu pemanjat (woody
climber). Menurut Herklots (1976) ada dua karakteristik penting yang dimiliki
oleh tumbuhan pemanjat. Pertama, mempunyai kemampuan yang lebih cepat
untuk tumbuh, dengan melihat bentuknya yang lemah dan tipis tapi sangat kuat.
Kedua, mekanisme yang aman bagi pertumbuhannya untuk mencegah penyelipan
pada tumbuhan lain.
Menurut Putz dan Mooney (1991), tumbuhan kayu pemanjat dapat
dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan ekologi dan morfologinya antara lain,
liana, vines, hemiepifit dan herbaceus epifit. Gulma Grup 1 dan Grup 2 termasuk
jenis vines yaitu tumbuhan merambat yang memiliki batang yang lentur dan tipis.
Umumnya tanaman pemanjat ini mulai tumbuh dari semaian bibit terestrial dan
biasanya berkembang pada suatu tempat di tepi hutan. Melvinda (2005)
menambahkan tumbuhan ini memerlukan banyak sinar matahari, hawa yang tidak
terlalu lembab dan tidak ada gangguan angin yang cukup kencang untuk
pertumbuhannya. Dengan mengikuti aturannya bahwa tumbuhan ini dikenal
41
Dominasi Gulma
Peringkat NJD tujuh spesies gulma di KRB tidak sama dengan peringkat
penilaian gulma berdasarkan dua puluh kriteria Hiebert dan Stubbendieck (1993).
NJD pada Tabel 6 dihitung menggunakan dua komponen data yaitu jumlah relatif
dan frekuensi relatif. Kedua komponen data ini diperoleh dari pengamatan
langsung keberadaan gulma yang terdapat di KRB. Besarnya NJD menunjukan
eksistensi ketujuh spesies gulma yang menyebar di wilayah KRB. Penilaian
gulma berdasarkan metode Hiebert dan Stubbendieck (1993) dihitung berdasarkan
total poin yang diperoleh dari dua puluh karakteristik gulma. Secara umum
karakteristik tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu diamati dari dampak
langsung dan tak langsung terhadap lingkungan. Karakteristik yang diamati dari
dampak langsung pada lingkungan diantaranya kelimpahan populasi, dampak
43
Gambar 20. Kegiatan Pengendalian Gulma F. elastica Roxb. pada Vak II.C
Selain berfungsi sebagai taman kota, KRB merupakan lokasi wisata yang
ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Hal ini
dikarenakan lokasi KRB yang berada di tengah Kota Bogor dan akses yang
47
mudah untuk menuju kesana (Kebun Raya Bogor pada Lampiran 14). Kegiatan
pengunjung yang keluar masuk wilayah KRB serta tingginya aktivitas manusia di
sekitar wilayah KRB diduga menjadi media penyebaran propagul gulma.
Setiap hari, wilayah KRB yang bersebelahan dengan Pasar Bogor
menjadi lokasi berjualan sayuran asal berbagai daerah. Tidak mustahil, propagul
gulma yang berasal dari KRB dapat terangkut secara tidak langsung termasuk
tersebar ke areal pembuangan sampah milik publik. Dengan demikian, peluang
propagul gulma menyebar keluar wilayah KRB cukup besar. Lodge et al. (2006)
menyatakan bahwa luasnya penyebaran dan masalah waktu sejak gulma tersebut
mulai menjadi ancaman membuat eradikasi menjadi sulit atau bahkan tidak
mungkin untuk dilakukan. Hal yang dapat ditekankan adalah mencegah
penyebaran dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh gulma tersebut.
Tindakan eradikasi perlu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
terdegradasinya spesies asli karena eradikasi yang dilakukan mungkin juga
bedampak kepada ekosistem.
Dukungan sosial dari stakeholder merupakan hal yang sangat penting
dalam manajemen gulma invasif berkelanjutan. Stakeholder – stakeholder yang
terlibat dalam kasus ini antara lain pihak manajemen KRB, Dinas Pertamanan,
Lembaga Peneliti dan Individu yang terlibat. Seluruh stakeholder diharapkan
dapat saling berkoordinasi dengan baik dalam satu sistem yang berbasis ilmu
pengetahuan (Moser et al., 2009). Pihak manajemen KRB memberikan informasi
beserta data pendukung tentang jenis gulma yang menjadi ancaman kepada
lembaga penelitian. Lembaga penelitian yang terkait dapat melakukan riset
berdasarkan data dari pihak KRB. Hasil riset tersebut dapat dijadikan pedoman
oleh pihak yang terkait untuk melakukan tindakan pengendalian di wilayah
publik. Dinas terkait juga memberikan informasi yang sama kepada individu
yang terkait untuk pengendalian lahan pribadi. Pada akhirnya, proses tersebut
perlu melibatkan elemen masyarakat sehingga akan menghilangkan beragam
persepsi tentang pengertian dan dampak dari gulma invasif (Callaham et al.,
2006), serta turut membangun pemahaman ekologi dan apresiasi terhadap
biodiversitas (Gobster, 2005).
48
Hingga saat ini belum ada data yang pasti tentang kerugian material di
KRB yang disebabkan oleh gulma invasif. Ada kemungkinan karena proses
degradasi tanaman inang akibat gulma invasif tersebut berlangsung lambat dan
memerlukan proses bertahun-tahun sehingga pengaruh langsung pada kerugian
koleksi tidak segera diketahui. Oleh karena itu, gulma invasif perlu dilihat dalam
kerangka jangka panjang. Langkah pertama yang dapat diambil adalah dengan
menghitung berapa biaya operasional yang dibutuhkan untuk pengendalian gulma
dalam satu periode. Biaya operasional diantaranya upah tenaga kerja, biaya
pengadaan peralatan dan mesin, kebutuhan bahan bakar, kebutuhan Round up
Diasumsikan permasalahan gulma di KRB dapat teratasi dengan baik sehingga
ada penghematan sebesar biaya operasional untuk pengendalian gulma. Satu hal
yang pasti dalam manajemen gulma invasif berkelanjutan adalah harus
mempertimbangan dari segi ekonomi.
Pilihan yang paling efisien adalah dengan mempertimbangkan waktu
dimana suatu spesies mulai menjadi ancaman bagi lingkungan. Tentu saja
prediksi harus dilakukan dengan tepat waktu pada ambang ekonominya. Prediksi
yang terlalu lama maka akan menimbulkan kerugian akibat serangan gulma yang
sudah melewati ambang batas, tetapi apabila terlalu cepat maka merupakan
pemborosan. Pertimbangan yang dapat diambil adalah melihat hubungan antara
kepadatan populasi dan dampak ekonomi, sehingga manajer dapat membuat
prioritas dan mengindari biaya pengendalian yang sia-sia (Yokomizo et al., 2009).
Manajemen gulma invasif berkelanjutan merupakan program jangka panjang.
Termasuk tindakan pemantauan untuk mencegah terjadi re-invasi yang artinya
manajemen harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pengendalian gulma
yang sama.
Tabel 8 menunjukan sensus kematian tanaman koleksi di KRB. Pada
tahun 2011 jumlah tanaman yang mati sekitar 240 tanaman yang terdiri atas 58
famili. Sebagian besar kematian disebabkan oleh busuk, tumbang, cendawan dan
faktor lain. Dari data tersebut terlihat bahwa proses kematian tidak secara spesifik
diketahui. Tidak menutup kemungkinan bahwa kematian tersebut merupakan
akumulasi dari dampak faktor agronomis seperti keberadaan gulma. Koleksi KRB
nilainya sangat tinggi, oleh karena itu, perlu ada metode penghitungan kerugian
49
Penyebab Kematian
Famili Lain-
Busuk Tumbang Cendawan Kering
lain
Acrostichaceae √
Anacardiaceae √
Annonaceae √ √
Apocynaceae √
Araceae √
Araliaceae √ √
Arecaceae √ √ √ √
Aspidiaceae √
Aspleniaceae √
Asteraceae √
Bignoniaceae √
Sumber : Data Arsip Kebun Raya Bogor 2011
50
Penyebab Kematian
Famili Lain-
Busuk Tumbang Cendawan Kering
lain
Blechnaceae √
Burseraceae √
Caesalpiniaceae √ √ √ √
Clusiaceae √
Combretaceae √ √
Connaraceae √
Cyatheaceae √
Davalliaceae √
Dennstaedtiaceae √
Dryopteridaceae √
Ebenaceae √
Euphorbiaceae √ √ √
Gentianaceae √ √
Lauraceae √ √ √
Loganiaceae √
Malpighiaceae √
Marattiaceae √
Menispermaceae √
Mimosaceae √ √ √
Monimiaceae √
Moraceae √
Myrtaceae √ √
Nymphaeaceae √ √ √ √
Ochnaceae √
Oleaceae √ √
Ophioglossaceae √
Papilionaceae √ √ √
Pittosporaceae √
Podocarpaceae √
Polygonaceae √
Polypodiaceae √
Rhamnaceae √
Rhizophoraceae √
Rubiaceae √ √ √
Rutaceae √
Sabiaceae √
Sumber : Data Arsip Kebun Raya Bogor 2011
51
Penyebab Kematian
Famili Lain-
Busuk Tumbang Cendawan Kering
lain
Salvadoraceae √
Sapindaceae √
Schizaeaceae √
Selaginellaceae √
Sterculiaceae √
Taenitidaceae √
Thelypheridaceae √
Thymelaeaceae √
Vitaceae √
Woodsiaceae √
Sumber: Data Arsip Kebun Raya Bogor 2011
52
Kesimpulan
1. Terdapat tujuh spesies gulma invasif dari enam famili yang ditemukan di
Kebun Raya Bogor. Urutan gulma invasif berdasarkan penilaian menurut
kriteria Hiebert dan Stubbendieck (1993) dan dimodifikasi oleh
Tjitrosoedirdjo (2010), adalah sebagai berikut, Mikania micrantha H.B.K.
(Asteraceae), Cissus sicyoides L. (Vitaceae), Dioscorea bulbifera L.
(Dioscoreaceae), Cissus nodosa L. (Vitaceae), Ficus elastica Roxb.
(Moraceae), Paraserianthes falcataria (Fabaceae) dan Cecropia adenopus
(cecropiaceae). Ketujuh spesies gulma tersebut tidak ada yang termasuk
golongan rumput dan teki. Pengendalian gulma terpadu yang memadukan
metode pengendalian manual dan kultur teknis dinilai paling tepat.
2. Pola penyebaran gulma dipengaruhi oleh karakter morfologi dan botani
gulma. Gulma yang perbanyakannya melalui biji cenderung menyebar secara
acak, sedangkan gulma yang perbanyakannya melalui vegetatif cenderung
berkelompok. Penyebaran gulma invasif di KRB melalui media angin, hewan
dan manusia (pengunjung).
3. Manajemen gulma di Kebun Raya Bogor masih dilakukan secara
konvensional. Tindakan tersebut dikarenakan oleh persepsi terhadap gulma
yang belum terintegratif dan estimasi kerugian ekonomi yang belum mantap
menjadi faktor utama yang masih perlu ditingkatkan.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk gulma invasif yang berada di
sekitar wilayah Kebun Raya Bogor untuk melihat sejauh mana korelasi
dengan gulma yang ada di dalam Kebun Raya Bogor.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik pengendalian gulma
secara biologis dan terpadu untuk mengatasi masalah gulma invasif di Kebun
Raya Bogor.
53
DAFTAR PUSTAKA
Baker, H.G. 1974. The evolution of weeds. Annual Review of Ecology and
Systematic 5: 1-24.
Backer,C.A and Bakhuizen R.C. 1965. Flora of Java. NVP Noor Dhoff.
Groningen Netherlands. 641 p.
Bimantoro, R. 1981. Uwi (Dioscorea SPP) bahan pangan non beras yang belum
diolah. Buletin Kebun Raya Bogor vol.5 : 7-18.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Yayasan Sarana Wana Jaga.
Jakarta.
Hiebert, R.D. and J. Stubbendiek. 1993. Handbook for Ranking Exotic Plants for
Management and Control. Natural Resource Report
NPS/NRMWRO/NRR-93/08. U.S Departmen of Inferior National Park
Service. Denver Colorado.
55
LIPI. 2010. Laporan Tahunan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Tahun 2010. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Mashhadi, H. R., and S.R. Radosevich. 2004. Invasive plants, p. 1-28. In Inderjit
(Ed.). Weeds Biology and Management. Kluwer Academic Publisher.
Netherland.
Mehta, S.V., R.G. Haight, F.R. Homans, S. Polasky, and R.C. Venette. 2007.
Optimal detection and ontrol strategies for invasive species management.
Ecological Economic 61: 237-245.
Moser, W.K., E.L. Barnard, R.F. Billings, S.J. Crocker, M.E. Dix, A.N. Gray,
G.G. Ice, M.S. Kim, R. Reid, S.U. Rodman, W.H. McWilliams. 2009.
Impact of nonnative invasive species on US forest and recommendations
for policy and management. Journal of Forestry 107: 320-327.
56
Putz, F.E and H.A. Mooney. 1991. The Biology of Vines. Cambridge University
Press. New York.
Radosevich, S.R., J.S. Holt and C.M. Ghersa. 2007. Ecology of Weeds and
Invasive Plants : Relationship to Agriculture and Natural Resource
management. Third Edition. John Wiley and Sons, Inc. New Jersey. 454
hal.
Reichard, S. 2001. The search for patterns that enable prediction of invasion. In
R.H. Groves, F.D. Panetta, and J.G. Virtue (Eds.). Weeds Risk
Assessment. CSIRO. Australia.
Rejmanek, M. 1995. What makes a species invasive?, p3-13. In Pysek, P., Prach,
K., Rejmanek, M. (Eds.). Plant Invasion General Aspect and Specific
Problems. SPB Academic Publishing. Amsterdam.
Roemantyo dan R.S. Purwantoro. 1990. Potensi Cissus sicyoides sebagai Gulma
Pohon Studi Kasus KRB. Prosiding Konferensi X HIGI. Malang. Hal 16 -
25.
Steenis, C.G.G.J. 1978. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta. 495 hal.
57
Sukman, Hj. Y, and Yakub. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raya
Grafindo Persada. Jakarta. 159 hal.
Tjitrosoedirdjo, S. 2010. Konsep gulma dan tumbuhan invasif. Jurnal Gulma dan
Tumbuhan Invasif Tropika I no.2 : 89-100.
Yokomizo, H., H.P. Possingham, M.B. Thomas, Y.M. Buckley. 2009. Managing
the impact of invasive species: the value of knowing the density-impact
curve. Ecological Application. 19: 376-386.
58
LAMPIRAN
59
Distribusi
Berasal dari Asia kemudian tersebar luas ke daerah Tropika Asia, Afrika
dan Amerika dengan pusat penyebaran adalah Indonesia, Malaysia dan Afrika. Di
Indonesia banyak ditemukan di Pulau Jawa dengan ketinggian hingga 800 mdpl
(Bimantoro, 1981). Habitat liarnya di hutan, di batas-batas hutan atau ditanam di
kebun-kebun penduduk.
Botani
Merupakan tanaman merambat, panjangnya mencapai 3-20 m. Batangnya
melilit pada pohon maupun semak. Berbentuk bulat, halus, tidak bercabang,
diameternya 0.5 – 0.7 cm. Daunnya tunggal, berbulu, bersusun berseling pada
batang, bentuknya bulat, pada bagian pangkal daun terdapat lekukan dan menebal,
sedangkan ujung daunnya meruncing, sehingga helaian daun ini tampak berbentuk
jantung atau hati. Permukaan bagian atas daun berwarna hijau gelap dan
mengkilat, permukaan bagian bawah daun lebih terang, terdiri atas 7 – 13 tulang
daun. Besar daun 8 cm x 6 cm sampai 40 cm x 30 cm.
Bunga beraturan selalu berkelamin satu dan berumah dua. Muncul pada
bulan Mei – Agustus. Perbungaannya dalam bentuk tandan tumbuh pada ketiak
60
daun terdiri atas 2 – 6 bunga atau kadang-kadang bergabung dalam bentuk pseudo
terminal recemes. Panjang perbungaan jantan 2 – 12 cm, memiliki enam benang
sari yang fertile atau berkurang tiga menjadi staminodia. Panjang perbungaan
betina 12 – 35 cm, bakal buah tenggelam, beruang tiga, bakal biji dua buah per
ruang (Steenis,1978). Bunga tidak bertangkai, kecil dan sering gugur. Umumnya
bunga Dioscorea berwarna hijau atau kehijauan.
Berbuah sepanjang tahun. Buah berbentuk bulat panjang, bagian sisinya
sejajar dan di kedua ujungnya membulat atau berbentuk kapsul. Bila telah masak
warnanya coklat, tetapi di bagian tengahnya tebal. Bagian yang tebal ini adalah
biji yang sebenarnya dan yang di bagian sisinya merupakan sayap yang berfungsi
untuk memudahkan penyebaran. Penyebarannya dapat dibantu oleh air.
Tanaman ini membentuk umbi akar yang merupakan dasar batang yang
mengalami modifikasi, menggembung sebagai persediaan makanan dan air. Umbi
ini biasanya berpasangan, yang besar berpasangan dengan yang kecil. Bentuknya
bulat atau berbentuk kepingan seperti kipas angin, berbulu atatu berakar kasar.
Kulitnya berwarna coklat kemerah-merahan, sedangkan daging umbi berwarna
putih kekuning-kuningan. Pada tanaman dewasa hampir di setiap ketiak daunnya
tumbuh umbi (Umbi atas/bulbil) yang bentuknya bulat atau berbentuk seperti
kentang, tidak bertangkal, warna kulitnya abu-abu hingga abu-abu kecoklatan,
halus dan agak pecah-pecah sangat kecil, bagian dalamnya berwarna hijau, hijau
kekuningan. Bulbil memiliki ukuran panjang 4 – 15 cm, lebar 4 – 13 cm dan
tebal 4 – 7.5 cm. Sebenarnya umbi ini adalah tunas cabang yang dorman.
Pertumbuhannya cepat pada kondisi terbuka dan sedikit ternaungi.
Tumbuhan ini mampu memperbanyak diri melalui biji, umbi dan stek batang.
Perbanyakan melalui umbi akar terjadi ketika umbi berada pada kondisi udara
yang kering dan telah mengalami masa dorman. Tunas baru akan muncul pada
bagian atas umbi atau berdekatan dengan bekas batang yang dulu.
Proses perbanyakan melalui biji prosesnya cukup panjang hingga
membentuk umbi yang utuh. Pertumbuhan pertama akan sangat lambat dan hanya
memiliki beberapa daun. Akar pertama muncul tapi tebalnya tidak memadai.
Akar-akar yang baru akan tumbuh dari batang. Batang kemudian akan membesar
dan mulai membentuk umbi. Setelah beberapa lama, batang, daun dan akar akan
61
mati, hingga tersisisa umbi kecil saja. Setelah melewati masa dorman umbi ini
mulai tumbuh, dengan batang yang lebih besar. Proses ini berulang sampai tiga
tahun lamanya hingga membentuk umbi penuh.
Perbanyakan juga dapat terjadi melalui bulbil. Seandainya pangkal batang
tumbuhan ini dipotong, maka pada potongan batang atas akan tetap membentuk
bulbil, terutama dalam kondisi ternaungi. Menurut Hidajat (1993), berdasarkan
pengalaman yang diamati pada tumbuhan liar Dioscorea bulbifera L. yang
merambat pada tiang listrik di dalam Kebun Raya Bogor, ternyata sisa batang
yang masih melilit pada tiang listrik tersebut tampaknya masih tetap segar sampai
lebih dari satu minggu, kemudian mulai muncul bulbil pada ketiak daun sebesar
kelereng berwarna ungu kehitaman. Setelah satu minggu daun berangsur-angsur
layu dan gugur, begitupun batangnya menjadi kering, tetapi batangnya tetap
menempel pada batang tersebut. Bulbil yang dihasilkan cukup banyak dan
umumnya sangat peka terhadap sentuhan sehingga mudah terjatuh ke tanah.
Bulbil yang jatuh ke tanah biasanya tersebar oleh aliran air hujan atau dibawa oleh
pengunjung.
62
Famili : Vitaceae
Nama Lokal
Sisus, Areuy hariang
Distribusi
Berasal dari daearah Afrika
tropika. Pertama kali ditemukan di
Bogor kemudian menyebar ke Bali dan
Sulawesi (Heyne, 1987).
Botani
Merupakan tumbuhan terna memanjat, panjangnya 5 – 15 m, hampir
selalu tumbuh di tempat dengan kelembapan yang cukup tinggi. Batang dilapisi
lilin tipis, hampir selalu bulat silindris, rapuh, jika dibengkokan mudah patah dan
menimbulkan suara. Alat pembelit berhadapan atau dekat daun, panjang.
Kedudukan daun berseling, bertangkai , yang terbawah kerapkali melekuk, bentuk
bulat telur memanjang dengan ujung meruncing panjang, pangkal berbentuk
jantung dan bergerigi. Bunga dalam anak payung cukup kecil, berhadapan dengan
daun, anak payung bertangkai pendek, bercabang 2 – 3 kali, berkelamin 2, dan
kelopaknya berbentuk cawan. Buah buni berbentuk bola buah pir, bila tua
berwarna merah atau hitam (Backer dan Bakhuizen , 1965).
Cissus sicyoides L. memiliki akar hawa yang pada umumnya berwarna
merah kehijauan, menggantung dalam jumlah yang cukup banyak. Akar hawa ini
biasanya tumbuh pada cabang-cabang yang letaknya di bagian atas. Tumbuhan ini
mampu bertahan hidup dengan akar hawanya saja meski batang utamanya
dipotong. Tumbuhan sisus banyak ditemukan pada tempat-tempat yang suhunya
berkisar antara 22.5 0C – 26.5 0C dan kelembapan relatifnya 80 % – 85 %
(Roemantyo dan Purwantoro, 1990).
63
Famili : Fabaceae
Nama Lokal
Indonesia : Sengon, Jeunjing
(Sunda),
Sika (Maluku)
Inggris : Batai
Botani
Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi
batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda
bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih.
Tajuk berbentuk perisai , jarang, selalu hijau. Daun berwarna hijau pupus,
tersusun majemuk menyirip ganda panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 –
15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 – 25 helai daun, dengan anak daun
yang kecil dan mudah rontok. Bunga tersusun dalam bentuk malai berukuran
sekitar 0.5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap
kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Buah sengon
berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 – 12
cm. Setiap polong berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda
berwarna hijau dan berubah menjasi kuning sampai coklat saat tua. Tekstur biji
berlilin dan agak keras. Penyerbukan dibantu oleh angin dan serangga.
64
Famili : Asteraceae
Nama Lokal :
Mikania, Sembung rambat
(Jawa),
Areuy kapituheur (Sunda).
Distribusi
Tanaman ini berasal dari Amerika, kemudian diintroduksi dari Paraguay
pada tahun 1949 ke Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1965 digunakan sebagai
penutup tanah dan hingga saat ini menyebar ke seluruh Indonesia. Di Papua dapat
ditemukan di Merauke, Timika, Nabire dan Sorong. Mikania micrantha telah
menggantikan spesies Mikania cordata yang merupakan tumbuhan asli Indonesia
(Weber, 2003).
Botani
Tumbuh menjalar dengan panjang 3 – 6 m. Batangnya
membelit/memanjat berwarna hijau muda adakalanya bercorak ungu, bentuknya
bersegi atau bertulang membujur berambut halus. Pada buku-bukunya terdapat
dua helai daun berhadapan, tunas baru dan perbungaan. Antara pertautan kedua
tangkai daun terdapat anggota badan (appendage) yang tidak berambut. Buku-
buku yang berada di permukaan tanah mengeluarkan akar. Daun yang berada di
ujung batang ukurannya lebih kecil. Helai daun berbentuk hati atau bulat telur
segi tiga, pangkalnya bersegi tumpul, permukaan tak berambut. Panjang daun 3 –
8 cm dan lebar 1.5 – 6 cm. Tangkai daun berambut halus yang panjangnya 1 – 6
cm. Perbungaan tumbuh dari ketiak daun dan ujung batang/cabang, perbungaan
bercabang-cabang, tiap cabang dengan banyak kepala bunga yang tersusun
berbentuk malai rata yang longgar. Daun tajuk berwarna putih berbentuk tabung
panjangnya 2.5 – 3 mm berlekuk lima, kepala sari hitam keabu-abuan, putik
berwarna putih, bulu tambahan atau papus banyak, panjangnya 2.5 mm, mula-
mula berwarna putih kemudian menjadi kemerahan. Buah berwarna coklat
65
Famili : Moraceae
Nama Lokal
Indonesia : Karet kebo, karet hutan,
kadjai (Sumatera)
Inggris : Assam rubber, Indian
rubbertree
Melayu : Rambong
Filipina : Balete
Distribusi
Tumbuh pada ketinggian 0 – 500 m di daerah tropis dan subtropis.
Botani
Pohon dengan tinggi 8 – 40 m. Dalam keadaan liar mula-mula hidupnya
epiphytis, berkecambah pada pohon lain, banyak akar udara yang menuju ke
tanah, yang nantinya masing-masing menjadi batang, kemudian tumbuh bersatu
menjadi satu batang yang besar. Bagian yang muda merah, gundul, daun
penumpu tunggal, bentuk lanset, dari luar merah atau kuning, mengkerut dari
dalam keputih-putihan dengan panjang 2.5 – 16 cm. Tulang daun samping halus
dan sangat rapat berurutan. Daun tersebar bertangkai cukup panjang, seperti kulit,
memanjang atau elliptis, kerapkali dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing,
tepi rata, dari atas hijau tua dan mengkilat, dari bawah lebih muda dan buram,
berbintik-bintik transparan yang rapat, gundul dengan ukuran panjang 8 – 38 cm
dan lebar 4 – 20 cm. Buah Ficus kerapkali duduk berpasangan, pada
permulaannya tertutup dengan seludang, kuning kehijauan, 1 – 1.5 cm
panjangnya. Bunga gal (bunga serangga), bunga jantan dan betina dalam satu
bunga periuk tersebar pada seluruh permukaan (Steenis, 1978).
Ficus memiliki simbiosis mutualisme dengan tawon ficus, suatu kerjasama
yang sangat erat hubungannya, sehingga kelanjutan dari hidup tumbuhan Ficus
tergantung dengan adanya tawon ficus begitu pula sebaliknya (Steenis, 1978).
Tawon ficus menyimpan telur-telurnya pada bunga gal. Bunga gal sebenarnya
67
adalah bunga betina mandul yang tampak seperti gelembung yang berleher
pendek. Pada saat tawon ficus menyimpan telur-telurnya inilah terjadi
penyerbukan dari serbuk sari yang menempel di tubuh tawon ficus menuju kepala
putik. Penyebaran biji Ficus elastica Roxb dibantu oleh angin.
Ficus elastica Roxb tumbuh menumpang dengan pertumbuhan batang
yang membelit batang pohon inangnya. Pada tingkat pertumbuhan berikutnya,
akar F.elastica Roxb akan tumbuh mengitari batang inang ini, yang kemudian
saling bertemu sehingga membentuk rajutan batang F.elastica Roxb.
Pertumbuhan batang akan terus menutupi keseluruhan batang pohon inangnya.
Tajuk pohon inang juga akan tertutup oleh tajuk F.elastica Roxb, tentu saja
lama-kelamaan pohon inang pun mati (Sastrapradja, 1984).
68
Famili : Limnocharitaceae
Nama Lokal : Slada sawah kuning,
genjer, centongan
Distribusi : Berasal dari Amerika tropis
kemudian menyebar ke Asia
Tenggara
Lokasi: Vak II.Qc, II Qe dan II Qd
Botani
Termasuk tumbuhan air yang tegak, tingginya bisa mencapai 1 meter.
Memiliki daun tunggal dengan tangkai berbentuk segitiga tebal, di dalam tangkai
ini berongga dan bergetah putih, panjang tangkai 10-50 cm. Bentuk daun
membulat sampai menjantung seperti anak panah, tulang daun secara paralel dari
pangkal ke ujung daun, warna daun hijau agak kekuningan, kasap dan agak tebal.
Perbungaan memayung, muncul dari tengah, tangkai 10-50 cm, bunga
mengelompok di ujung tangkai 5-15 kuntum, kelopak berwarna hijau, mahkota
putih dan benagsari berwarna kuning. Masa berbunga sepanjang tahun. Buah
majemuk berbentuk elips dengan diameter 1-2 cm. Perbanyakan menggunakan
biji dan anakan. Habitat genjer tumbuh ditempat-tempat basah seperti kolam dan
sawah, pada ketinggian sampai 1300 m dpl.
Famili : Scrophulariaceae
Nama Lokal : Bakopa
Lokasi : Vak II Qe
Distribusi : Kawasan pantai Amerika Utara bagian tengah dan selatan.
Botani
Tumbuhan bergerombol mengapung di permukaan air, seolah-olah
membentuk sebuah pulau. Habitatnya adalah di rawa-rawa atau kolam.
Tumbuhan air kecil ini berbatang bulat coklat dan berdaging dihiasi oleh bulu-
bulu halus, panjang batang 24-60 cm. Daun tak bertangkai, berseling berhadapan
mulai dari permukaan hingga ke ujung batang, berbentuk elips dengan panjang 1-
2 cm dan lebar 0.5-1 cm. Terdapat rambut halus pada permukaan bawah.
Perbungaan muncul di ketiak daun, terutama pada daun, terutama pada daun
bagian atas. Bunga dengan tiga kelopak hijau dan lima mahkota berwarna violet,
tedapat empat tangkai sari dengan kepala sari yang berlurik violet dan kandung
telur berwarna kuning. Perbanyakannya berupa split koloni. Masa berbunga pada
bulan Februari – Maret.
Famili : Araceae
Nama Lokal : Kapu-kapu, Kiambang
Distribusi : Tumbuh di daerah tropik
dan subtropik.
Lokasi : Vak II Qa
Botani
Merupakan tumbuhan air tawar. Biasanya ditemukan mengapung pada
kolam-kolam ikan ataupun pada air yang mengalir secara perlahan. Terkadang
dapat menjadi gulma pada lahan persawahan. Tumbuhan air mengapung yang
secara sepintas mirip seperti lobak ini sebenarnya masih satu keluarga dengan
talas-talasan. Batangnya sangat pendek. Daun tersusun indah berbentuk roset atau
seperti susunan bunga ros, berbulu lembut dan empuk pada kedua permukaan
daunnya, berwarna hijau muda. Panjang daun sekitar 15 cm atau bahkan bisa lebih
apabila mendapat media yang subur. Perbungaannya tunggal dan sangat kecil.
Bunga ini tumbuh ditengah-tengah susunan mahkota daun dengan panjang sekitar
1 cm. Seperti halnya keluarga talas-talasan maka bunga Pistia inipun terdiri dari
dua bagian yaitu seludang dan tongkol. Seludang berwarna hijau muda
kekuningan sampai agak keputihan. Pada bagian luar seludang berbulu halus dan
lembut pada bagian dalamnya tidak berbulu. Pada pertengahan seludang akan
berlekuk dan menyempit. Sementara tongkol lebih pendek dari pada seludang dan
sebagian dari tongkol menyatu dengan seludang. Buahnya berwarna hijau dan
berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini berkembangbiak melalui rimpang.
Famili : Alismataceae
Nama Lokal : Bia-bia, eceng
Lokasi : Vak II Qc
Distribusi : Berasal dari Brazil
kemudian menyebar ke
Eropa dan Asia bagian
utara.
Botani
Batang bawah membengkak dan mengeluarkan perakaran yang merayap
serta menghasilkan umbi yang membulat. Daun keluar dari tangkai yang bersudut
tiga dan bervariasi panjangnya. Daun terdiri tegak di atas air, berbentuk seperti
anak panah dan licin sedangkan daun yang masih terendam air berbentuk memita.
Tangkai bunga muncul langsung dari bagian akar dan membentuk beberapa
lingkar cabang perbungaan, terdapat tiga kuntum tiap cabangnya, mahkota bunga
berwarna putih dengan noktah ungu pada bagian dasar. Perbanyakan dilakukan
dengan rimpang dan anakan dengan masa berbunga sepanjang tahun.
Famili : Poaceae
Distribusi : Banyak dijumpai di
kawasan Afrika
Lokasi : Vak II Qd dan Vak II
Qe
Botani
Tumbuhan ini umumnya berada di areal persawahan. Berumpun, tegak,
tingginya lebih dari 1.8 m karena sebagian tanamannya tertanam di lumpur.
Seludangnya sedikit kasar, ligulanya sedang, helaian daunnya rata,
memita/menggaris, panjangnya 40-65 cm, lebar 2 – 3 cm, ujungnya meruncing.
Tangkai perbungaannya tegak, mendukung spikelet yang akan menjadi bulir.
Spikelet panjangnya 8 - 12 mm, jangutnya sangat panjang, lemma bagian luar
panjangnya 3 mm, lemma fertile bergranula, kasar dengan bristile seperti rambut-
rambut, peleanya serupa. Bulirnya melonjong , berwarna kuning emas dengan
masa berbunga bulan Maret – Juni.
Famili : Cecropiaceae
Nama Lokal : Pohon Daun Payung,
Pumpwood (Inggris)
Distribusi
Berasal dari Amerika Selatan,
ditemukan sepanjang Mexico Selatan
sampai Colombia, kemudian menyebar
hampir di semua wilayah Jawa Barat.
Botani
Tumbuhan berumah dua berhabitus pohon ini mempunyai tinggi 15 – 20m.
Batangnya memiliki rongga pada setiap ruasnya. Daun tersusun berselang dan
mengelompok pada ujung batang. Daun tipe menjari dengan 7 – 10 ruas tiap
daun, memiliki diameter 30 – 50 cm. Bunga jantan memiliki dua stamen, posisi
bunga betina berada diatas bunga jantan. Buahnya berukuran kecil memiliki satu
biji di dalamnya. Biji berukuran 2mm memiliki endosperm dan kotiledon pipih.
Tumbuhan ini memiliki umur 20 tahun, mulai memproduksi bunga dan buah
setelah berusia 3 – 6 tahun. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, dengan
pembungaan dibantu oleh angin. Penyebaran biji dibantu oleh angin dan hewan
terutama oleh kelelawar dan burung. Tumbuhan ini merupakan tipe tumbuhan
pioneer, yang biasa ditemukan di tepi hutan, tepi jalan dan selokan. Di Jawa Barat
tumbuhan ini hidup pada ketinggian 0 – 1600 m dpl (Lemmens and
Bunyapraphastsara, 2003).
74
Famili : Vitaceae
Nama lokal : Ki barera lalakona (sunda), Galing ijo,
Paliran (jawa), Grape Ivy, Javanese
Treebine
Distribusi : Tersebar di seluruh pulau Jawa pada
ketinggian antara 200 – 500 mdpl.
Botani
Perdu memanjat panjangnya 5 sampai 10 m. Daun berbentuk bulat telur
memanjang, semakin meruncing pada ujung dan membulat pada bagian pangkal.
Panjang daun 6 - 18 cm dan lebar 2.5 – 7 cm. Kuncup bunga berbentuk segitiga
elips. Mahkota bunga berwarna merah keunguan dan berwarna hijau pada bagian
ujungnya, tebal dengan panjang 4 mm. Buah menyerupai Cerry dengan diameter
20 – 25 mm, berwarna merah gelap dan rasanya asam. Batangnya berwarna
merah dan memiliki akar hawa. Perbanyakan melalui biji dan organ vegetatif
terutama batang dan akar hawa (Backer and Bakhuizen, 1965).
75
75
76
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Tectaria vasta (Blume) Copel. Aspidiaceae XIX.C.III. 144 2/8/2011 Hasil Inspeksi 1
Tectaria sp. Aspidiaceae XIX.C.III. 151 2/8/2011 Hasil Inspeksi 1
Eugenia uniflora L. Myrtaceae XV.J.B.XIX. 4a 2/25/2011 Akar Busuk 1
Trigonostemon laevigatus Mull. Arg. Euphorbiaceae XV.J.B.XIX. 10 10/11/2010 Leher Batang Busuk 1
Tecoma stans (L.) Juss. ex H.B. & K. Bignoniaceae XI.H. 51 10/12/2010 Akar Busuk 1
Verschaffeltia splendida H.A. Wendl. Arecaceae X.D. 128 11/10/2010 Batang Busuk 1
Phaleria capitata Jack var. grandis Valeton Thymelaeaceae XI.B.VI. 57 11/11/2010 Batang,Akar Busuk 1
Phaleria capitata Jack var. fruticosa Valeton Thymelaeaceae XI.B.VII. 216 11/11/2010 Batang,Akar Busuk 1
Ligustrum sp. Oleaceae IV.A. 211b 11/11/2010 Cendawan 1
Cyrtostachys sp. Arecaceae XIV.A. 159 11/15/2010 Cendawan 1
Fagraea racemosa Jack ex Wall. Loganiaceae X.G. 126 11/23/2010 Busuk 1
Heritiera sp. Sterculiaceae IX.D. 234 11/15/2010 Kering 1
Cinnamomum sp. Lauraceae XX.B. 164a 11/23/2010 Kering 1
Nymphaea lotus L. Nymphaeaceae II.Q.C. 1 8/14/2010 Busuk 1
Nymphaea lotus L. var. rubra Nymphaeaceae II.Q.C. 44 8/14/2010 Kering 1
Nymphaea lotus L. var. rubra Nymphaeaceae II.Q.C. 41 11/19/2010 Habis Dimakan Ikan 1
Nymphaea lotus L. Nymphaeaceae II.Q.C. 61 8/14/2010 Umbi Busuk 1
Nymphaea lotus L. Nymphaeaceae II.Q.C. 66 8/14/2010 Umbi Kering 1
Nymphaea lotus L. Nymphaeaceae II.Q.C. 68 11/24/2010 Habis Dimakan Ikan 1
135-135a-
Nymphoides indica (L.) Kuntze Gentianaceae II.Q.A. 135b 9/30/2010 Kering dan Hilang 3
Nymphaea lotus L. Nymphaeaceae II.Q.A. 143 11/2/2010 Busuk Umbi 1
Nymphaea lotus L. Nymphaeaceae II.Q.B. 59 11/2/2010 Busuk Umbi 1
Nymphaea sp. Nymphaeaceae II.Q.A. 150 6/2/2010 Kering 1
Nymphaea sp. Nymphaeaceae II.Q.A. 151 6/2/2010 Kering 1
Nymphaea lotus L. var. rubra Nymphaeaceae II.Q.A. 139 7/31/2010 Umbi Busuk 1
76
77
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Polyalthia celebica Miq. Annonaceae X.G. 117a 3/14/2011 Tumbang 1
Nymphoides indica (L.) Kuntze Gentianaceae II.Q.A. 140 1/12/2010 Hilang Hanyut 1
Pittosporum moluccanum (Lam.) Miq. Pittosporaceae XI.B.XV. 229-229a 3/14/2011 Tumbang 2
Terminalia citrina (Gaertn.) Roxb. ex Flem. Combretaceae XI.B.XII. 27 3/14/2011 Tumbang 1
Calamus sp. Arecaceae XIX.C.VIII. 73 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Selliguea sp. Polypodiaceae XIX.C.VIII. 79 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Sphaerostephanos polycarpus (Blume) Copel. Thelypteridaceae XIX.C.VIII. 80 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Dryopteris sp. Aspidiaceae XIX.C.VIII. 83 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Asplenium sp. Aspleniaceae XIX.C.VIII. 89 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Thelypteridaceae Thelypteridaceae XIX.C.VIII. 90 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Pteris pellucida Presl Acrostichaceae XIX.C.VIII. 93 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Cyathea squamulata (Blume) Copel. Cyatheaceae XIX.C.VIII. 99 3/10/2011 Hasil Inspeksi 1
Lygodium circinnatum (Burm. f.) Sw. Schizaeaceae XIX.C.V. 3 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Marattia fraxinus Sm. (cf.) Marattiaceae XIX.C.V. 24d 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm. Marattiaceae XIX.C.V. 30 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm. Marattiaceae XIX.C.V. 31 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm. Marattiaceae XIX.C.V. 32 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Tectaria melanocaula (Blume) Copel. Aspidiaceae XIX.C.V. 37 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm. Marattiaceae XIX.C.IV. 5a 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Blechnum orientale L. Blechnaceae XIX.C.IV. 21-21a 3/28/2011 Hasil Inspeksi 2
Pronephrium nitidum Holttum Thelypteridaceae XIX.C.IV. 18 4/28/2011 Hasil Inspeksi 1
Tectaria sp. Aspidiaceae XIX.C.IV. 23 3/28/2011 Hasil Inspeksi 1
Cyathea sp. Cyatheaceae XIX.C.IV. 25 3/28/2011 Hasil Inspeksi 1
Pteris sp. Acrostichaceae XIX.C.IV. 27 3/28/2011 Hasil Inspeksi 1
Didymochlaena truncatula (Sw.) J. Sm. Aspidiaceae XIX.C.XII. 13 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
77
78
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Nephrolepis sp. Davalliaceae XIX.C.XII. 88a 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Marattia sp. Marattiaceae XIX.C.XII. 17 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Angiopteris sp. Marattiaceae XIX.C.XII. 74 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Coniogramma serrulata Fee Taenitidaceae XIX.C.XII. 106 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium sp. Woodsiaceae XIX.C.XII. 107 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium accedens Blume Woodsiaceae XIX.C.XII. 111 3/23/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium spiniferum Woodsiaceae XIX.C.XII. 113 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium silvaticum (Bory) Sw. Woodsiaceae XIX.C.XII. 119 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium accedens Blume Woodsiaceae XIX.C.XII. 122 3/23/2011 Hasil Inspeksi 1
Blechnum sp. Blechnaceae XIX.C.XII. 124 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium cf. accedens Blume Woodsiaceae XIX.C.XII. 126 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium xiphophyllum (Baker) C. Chr. Woodsiaceae XIX.C.XII. 130 4/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Asplenium nidus L. Aspleniaceae XIX.C.XI. 13 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Lygodium circinnatum (Burm. f.) Sw. Schizaeaceae XIX.C.XI. 65 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Lygodium salicifolium Presl Schizaeaceae XIX.C.XI. 148 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Blechnum orientale L. Blechnaceae XIX.C.XI. 159 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Pronephrium sp. Thelypteridaceae XIX.C.XI. 171a 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. Araceae XIX.C.XI. 173 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. Araceae XIX.C.XI. 174 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Polypodiaceae Polypodiaceae XIX.C.XI. 190 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Coniogramma sp. Taenitidaceae XIX.C.XI. 192 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Microsorium punctatum (L.) Copel. Polypodiaceae XIX.C.XI. 194 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Diplazium accedens Blume Woodsiaceae XIX.C.XI. 195 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd. Blechnaceae XIX.C.XI. 196a 5/2/2011 Hasil Inspeksi 1
Hamelia patens Rubiaceae V.E. 161a-161b 1/20/2011 Kering,Busuk Akar 2
78
79
79
80
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Leuconotis eugenifolius A. DC. Apocynaceae XVII.A. 158-158a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Wrightia glabra (L.) Kuntz Apocynaceae XVII.A. 132a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Alyxia sp. Apocynaceae XVII.A. 154-154a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Apocynaceae Apocynaceae XVII.A. 155a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Willughbeia integer Pohl Apocynaceae XVII.A. 160a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Alyxia reinwardtii Blume Apocynaceae XVII.A. 168 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Leuconotis eugenifolius A. DC. Apocynaceae XVII.A. 167 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Chonemorpha fragrans (Moon) Alston Apocynaceae XVII.A. 26-26a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Parameria laevigata (Juss.) Moldenke Apocynaceae XVII.A. 39-39a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Beaumontia grandiflora (Roxb.) Wall. Apocynaceae XVII.A. 61-61a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Ichnocarpus ovatifolius A. DC. Apocynaceae XVII.A. 79a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Melodinus lancifolius Ridl. Apocynaceae XVII.A. 80-80a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Chilocarpus suaveolens Blume Apocynaceae XVII.A. 98a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Azima sarmentosa (Blume) Benth. & Hook. Salvadoraceae XVII.A. 103 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Prestonia quinquangularis (Jacq.) Spreng. Apocynaceae XVII.A. 115a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Chonemorpha fragrans (Moon) Alston Apocynaceae XVII.A. 122 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Apocynaceae Apocynaceae XVII.A. 136-136a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Ichnocarpus ovatifolius A. DC. Apocynaceae XVII.A. 137 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Parsonsia cumingiana A. DC. Apocynaceae XVII.A. 139-139a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Strophanthus preussii Engl. & Pax ex Pax Apocynaceae XVII.A. 140a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Willughbeia coriacea Wall. Apocynaceae XVII.A. 145 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Strophanthus divaricatus (Lour.) Hook. & Arn. Apocynaceae XVII.A. 147-147a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Bischofia javanica Blume Euphorbiaceae XVII.A. 149 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Streblus sp. Moraceae XVII.A. 152 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Alyxia sp. Apocynaceae XVII.A. 153-153a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
80
81
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Cryptocarya nitens Koord. & Valeton Lauraceae XX.A. 63b 8/18/2011 Kering Mendadak 1
Willughbeia integer Pohl Apocynaceae XVII.A. 160a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Strophanthus caudatus (Burm. f.) Kurz Apocynaceae XVII.A. 17a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Ochrosia citrodora Lauterb. & K. Schum. Apocynaceae XVII.A. 163-163a 7/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Cryptocarya laevigata Blume Lauraceae XX.A. 106 8/8/2011 Kering 1
Cinnamomum iners Reinw. ex Blume Lauraceae XX.A. 76 8/18/2011 Penggerek Batang 1
Beilschmiedia roxburghiana Nees Lauraceae XX.A. 40 8/18/2011 Tumbang 1
Litsea glutinosa (Lour.) C.B. Rob. Lauraceae XX.C. 50a 8/18/2011 Kering/Rayap 1
Limonia alata Wall. Rutaceae XV.J.B.XVI. 4a 8/18/2011 Penggerek Batang 1
Bauhinia monandra Kurz Caesalpiniaceae XV.J.B.XXI. 22 8/18/2011 Kering 1
Ochna kirkii Oliver Ochnaceae VI.B. 114 8/18/2011 Kering 1
Swintonia sp. Anacardiaceae VII.F. 72 8/18/2011 Kering 1
Koordersiodendron pinnatum Merr. Anacardiaceae VII.F. 73-73a 8/18/2011 Kering 2
Baccaurea motleyana Mull. Arg. Euphorbiaceae VIII.F. 70a 8/18/2011 Kering 1
Altingia excelsa Noronha Hamamelidaceae VIII.B. 189 8/18/2011 Kering 1
Brownea capitella Jacq. Caesalpiniaceae XII.B.IX. 111 4/18/2011 Busuk Akar 1
Rhopaloblaste ceramica (Miq.) Burret Arecaceae XIII.L. 219b 7/20/2011 Busuk Akar 1
Victoria amazonica (Poepp.) Sowerby Nymphaeaceae XX.G.A. 19a 6/27/2011 Batang Lapuk 1
Victoria amazonica (Poepp.) Sowerby Nymphaeaceae XX.G.A. 18 7/8/2011 Cendawan 1
Batang Busuk
Erythrina crista-galli L. var. hasskarlii Papilionaceae I.C. 77 5/2/2011 Tumbang 1
Calamus ciliaris Blume Arecaceae XII.C. 331 6/9/2011 Cendawan 1
Trevesia sundaica Miq. Araliaceae XII.B.VII. 72 6/21/2011 Busuk Akar 1
Kibara serrulata (Blume) Perk. Monimiaceae XII.B.VII. 195 6/21/2011 Busuk Akar 1
Lysiloma latisiliqua (L.) Benth. Mimosaceae XV.J.A.XXII. 11 7/22/2011 Kering 1
Carallia sp. Rhizophoraceae IV.E. 183b 7/19/2011 Busuk Akar 1
81
82
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Myxopyrum nervosum Blume Oleaceae XVII.B. 117-117a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 2
Coccothrinax crinita Becc. Arecaceae V.K. 148 7/7/2011 Dicuri Orang 1
Myxopyrum nervosum Blume Oleaceae XVII.B. 62 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Myxopyrum nervosum Blume Oleaceae XVII.B. 107a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Jasminum elongatum (Bergius) Willd. Oleaceae XVII.B. 111-111a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 2
Jasminum sp. Oleaceae XVII.B. 114 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Jasminum sp. Oleaceae XVII.B. 118a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Randia longiflora Lam. Rubiaceae XVII.C. 77a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Coptosapelta tomentosa (Blume) Valeton ex K.
Heyne Rubiaceae XVII.C. 79 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Schefflera elliptica Harms Araliaceae XVII.C. 138a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Schefflera elliptica Harms Araliaceae XVII.C. 155 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
Ligustrum robustum (Roxb.) Blume Oleaceae XVII.C. 195-195a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 2
Stephania japonica (Thunb. ex Murr) Miers Menispermaceae XVII.C. 204a 9/13/2011 Hasil Inspeksi 1
207-207a-
Paederia sp. Rubiaceae XVII.C. 207b 9/13/2011 Hasil Inspeksi 3
Schefflera longifolia (Blume) Vig. Araliaceae XVII.C. 152 9/27/2011 Hasil Inspeksi 1
Polyalthia sp. Annonaceae XVII.C. 187 9/27/2011 Hasil Inspeksi 1
Caesalpinia sappan L. Caesalpiniaceae XVII.C. 189 9/27/2011 Hasil Inspeksi 1
Canthium dicoccum (Gaertn.) Teijsm. & Binn. Rubiaceae XVII.C. 191 9/27/2011 Hasil Inspeksi 1
Vernonia obtusifolia Less. Asteraceae XVII.C. 192 9/27/2011 Hasil Inspeksi 1
Oleaceae Oleaceae XVII.C. 194-194a 9/27/2011 Hasil Inspeksi 2
Aganope thyrsiflora (Benth.) Polhill Papilionaceae XVII.D. 1 10/11/2011 Hasil Inspeksi 1
Bauhinia fulva Blume ex Korth. Caesalpiniaceae XVII.D. 124-124a 10/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Bauhinia scandens L. Caesalpiniaceae XVII.D. 119 10/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Bauhinia sp. Caesalpiniaceae XVII.D. 160 10/12/2011 Hasil Inspeksi 1
82
83
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Callerya dasyphylla (Miq.) Schot Papilionaceae XVII.E. 13a 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Spatholobus sp. Papilionaceae XVII.D. 168 10/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Combretum sp. Combretaceae XVII.D. 170 10/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Bauhinia sp. Caesalpiniaceae XVII.D. 176 10/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Bauhinia sp. Caesalpiniaceae XVII.D. 177-177a 10/12/2011 Hasil Inspeksi 2
Derris trifoliata Lour. Papilionaceae XVII.D. 179 10/12/2011 Hasil Inspeksi 1
Bauhinia sp. Caesalpiniaceae XVII.E. 3 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Bauhinia scandens L. Caesalpiniaceae XVII.E. 17a 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Entada phaseoloides (L.) Merr. Mimosaceae XVII.E. 18 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Acacia pseudointsia Miq. Mimosaceae XVII.E. 51 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Piptadenia macrocarpa Benth. Mimosaceae XVII.E. 52 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Acacia pennata (L.) Willd. Mimosaceae XVII.E. 60 10/18/2011 Hasil Inspeksi 1
Aganope heptaphylla (L.) Polhill Papilionaceae XVII.E. 70a 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Rhynchosia sp. Papilionaceae XVII.E. 71a 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Aganope heptaphylla (L.) Polhill Papilionaceae XVII.E. 72-72a 10/25/2011 Hasil Inspeksi 2
Camoensia scandens (Welw.) J.B. Gillet Papilionaceae XVII.E. 85 10/18/2011 Hasil Inspeksi 1
Camoensia scandens (Welw.) J.B. Gillet Papilionaceae XVII.E. 86 10/18/2011 Hasil Inspeksi 1
Derris elegans Benth. Papilionaceae XVII.E. 88 10/18/2011 Hasil Inspeksi 1
Camoensia scandens (Welw.) J.B. Gillet Papilionaceae XVII.E. 89a 10/18/2011 Hasil Inspeksi 1
Bauhinia cf. integrifolia Roxb. Caesalpiniaceae XVII.E. 114 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Ormocarpum orientale (Spreng.) Merr. Papilionaceae XVII.E. 122 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Horsfieldia sp. Myristicaceae XVII.E. 136 10/25/2011 Hasil Inspeksi 1
Connarus euphlebius Merr. subsp. euphlebius
var. euphlebius Connaraceae XVII.F. 8-8a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
Connarus lucens Schellenb. Connaraceae XVII.F. 30-30a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
Sabia javanica (Blume) Backer ex Chen Sabiaceae XVII.F. 44-44a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
83
84
Lampiran 13. (Lanjutan) Tanaman Mati Kebun Raya Bogor Tahun 2011
Nama Famili Vak No Tanggal Keterangan Spesimen
Allophylus cobbe (L.) Raeusch Sapindaceae XVII.F. 133 9/22/2011 Hasil Inspeksi 1
Ricinodendron heudelotii Pierre Euphorbiaceae XVII.F. 50 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Vitis voineriana Baltet Vitaceae XVII.F. 56a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Vitaceae Vitaceae XVII.F. 57-57a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
Cissus hastata (Miq.) Planch. Vitaceae XVII.F. 69a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Cissus repens Lam. Vitaceae XVII.F. 94a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Vitis voineriana Baltet Vitaceae XVII.F. 95 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Cissus apoensis Elmer Vitaceae XVII.F. 128-128a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
Ventilago sp. Rhamnaceae XVII.F. 165-165a 9/22/2011 Hasil Inspeksi 2
Ryssopterys timoriensis (DC.) A. Juss. Malpighiaceae XVII.F. 170a 9/22/2011 Hasil Inspeksi 1
Ryssopterys timoriensis (DC.) A. Juss. Apocynaceae XVII.F. 172a 9/22/2011 Hasil Inspeksi 1
Berchemia floribunda Wall. Rhamnaceae XVII.F. 174 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Tetrastigma sp. Vitaceae XVII.F. 203 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Ventilago sp. Rhamnaceae XVII.F. 205 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Vitis sp. Vitaceae XVII.F. 214-214a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
Vitaceae Vitaceae XVII.F. 217a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Caesalpinia sp. Caesalpiniaceae XVII.F. 223 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Rourea minor (Gaertn.) Alston Connaraceae XVII.F. 228 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Agelaea sp. Connaraceae XVII.F. 231 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Ampelocissus thyrsiflora Planch. Vitaceae XVII.F. 235-235a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
Roureopsis sp. Connaraceae XVII.F. 236a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Vitis geniculata Miq. Vitaceae XVII.F. 239 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Tetrastigma sp. Vitaceae XVII.F. 241 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Tetrastigma lanceolarium (Roxb.) Planch. Vitaceae XVII.F. 242 10/4/2011 Hasil Inspeksi 1
Vitis geniculata Miq. Vitaceae XVII.F. 288-288a 10/4/2011 Hasil Inspeksi 2
84
85
85