Barbers' HIV Prevention Insights
Barbers' HIV Prevention Insights
ABSTRACT
Knowledge or cognitive domain is very important for the formation of one's actions
barber where knowledge workers against HIV / AIDS is affecting the behavior of a barber in
the use of a sterile razor to prevent HIV / AIDS transmission through razor and if necessary
to change the behavior of the advance should be changed is the attitude barber on HIV /
AIDS. AIDS is an acronym in the English Acquired Immunodeficiency Syndrome which is a
collection of symptoms and infections resulting from the loss of the immune system due to
infection of Human Immunodeficiency Virus (HIV).
The purpose of this study was to determine the behavior of a barber in efforts to
prevent the spread of HIV / AIDS transmission through razor in town Batulicin, Simpang
Empat subdistrict, Tanah Bumbu regency.
The method of this study is observational analytic cross-sectional approach. The
experiment was conducted in the district of Simpang Empat, Tanah Bumbu district in April to
May 2014. Sampling technique with a total sampling. Samples used as many as 20 peoples.
Independent variables, knowledge and attitudes barber on HIV / AIDS, behavioral dependent
variable transmission prevention of HIV / AIDS transmission through razor.
The results of the study were tested with nonparametric tests Fisher's Exact Test with
significance level α = 0.05. Based on the analysis we concluded there was no relationship
between knowledge and attitudes barber on HIV / AIDS prevention behaviors of HIV / AIDS
transmission through razor in town Batulicin, Simpang Empat, subdistrict Tanah Bumbu
regency with P-value 1.000 knowledge variables (P> 0.05) and 0.521 attitudinal variables
(P> 0.05).
Keywords: Knowledge, attitudes, behaviors, HIV / AIDS.
PENDAHULUAN
AIDS(AqcuiredImmunodeficiency
Human Immunodeficiency Virus Syndrome) atau sindroma defisiensi imun
(HIV) adalah virus golongan Rubonucleat akut adalah kumpulan gejala klinis akibat
Acid (RNA) yang spesifik menyerang penurunan sistem imun yang timbul akibat
sistem kekebalan tubuh atau imunitas infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi
manusia dan menyebabkan Aqciured dengan munculnya berbagai penyakit
ImmunodeficiencySymndrome (AIDS). infeksi oportunistik, keganasan, gangguan
HIV positif adalah orang yang telah metabolisme dan lainnya (Soedarto, 2009).
terinfeksi virus HIV dan tubuh telah Penyakit AIDS bagaikan gunung es
membentuk antibodi (zat anti) terhadap (ice berg phenomena) yang tampak hanya
virus. Mereka berpotensi sebagai sumber puncaknya saja. Operasionalnya ibarat
penularan bagi orang lain. salju yang menggelinding menerjang siapa
saja yang tidak waspada. Di Indonesia
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
sendiri pada priode bulan Januari-Maret Tanah Bumbu sebesar 277.924 jiwa (KPA
2013 dilaporkan tambahan kasus HIV dan Tanah Bumbu, 2013).
AIDS secara nasional yaitu : HIV 5369 Sementara itu seiring makin
dan AIDS : 460. Angka ini menambah bertambahnya jumlah pengidap HIV/AIDS
jumlah kasus HIV/AIDS dari 1 Januari di Tanah Bumbu, bertambah pula jumlah
1987 sampai dengan 31 Maret 2013 para Pekerja Seks Komersial (PSK). Di
menjadi 147.106 yang terdiri atas HIV Tanah Bumbu terdapat lokasi PSK
103.759 dan AIDS 43.347 dengan 8,288 % berpraktik secara ilegal yang para
kematian(Harahap, 2013). pekerjanya berasal dari beberapa
Ditjen PP & PL, Kemenkes, kabupaten di Jawa Timur. Apalagi dengan
melaporkan kasus kumulatif HIV/AIDS adanya penutupan lokalisasi PSK di
pada priode 1 April 1987 sampai dengan Surabaya, para PSK itu berdatangan ke
31 Maret 2013 tertanggal 17 Mei 2013, wilayah Tanah Bumbu. Di lokasi PSK
Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 yang dikenal dengan nama Kapis, sekitar
penduduk berdasarkan provinsi, di 18 kilometer dari Batulicin Ibukota Tanah
Kalimantan Selatan dengan angka kejadian Bumbu, diperkirakan setidaknya terdapat
sebesar 3,69 % (Harahap, 2013). kini 500-an PSK. Keberadaan dan
Laporan Perkembangan HIV dan bertambahnya para PSK di lokasi tersebut
AIDS Tahun 2002 – Maret 2013 Provinsi tentu semakin menambah kerawanan akan
Kalimantan Selatan tertanggal 22 Juli 2013 para pengidap HIV/AIDS yang baru. Ini
jumlah kejadian kasus HIV/AIDS belum terhitung para PSK yang beroperasi
berdasarkan jenis kelamin tersebar di 13 secara bebas di luaran yang berpraktik di
kabupaten kota se Kalimantan Selatan. hotel-hotel maupun penginapan. Ditambah
Jumlah kasus HIV pada laki-laki sebanyak keberadaan beberapa lokasi PSK di daerah
65 kasus, perempuan sebanyak241 kasus kecamatan (Suryaputera, 2014).
dan 45 kasus adalah tidak diketahui jenis Pada dasarnya, transmisi HIV
kelaminnya. Jumlah kasus AIDS pada dimana – mana sama yaitu melalui
laki-laki sebanyak 176 kasus, perempuan hubungan seksual (homoseksual,
sebanyak 103 kasus dan tidak diketahui 0 heteroseksual), lewat darah (tranfusi darah,
kasus. Total keseluruhan kejadian transplantasi organ dan penggunaan
HIV/AIDS pada laki-laki dan perempuan peralatan untuk lebih dari 2 orang seperti
maupun tidak diketahui adalah sebesar 630 peralatan suntik, sikat gigi, tusuk gigi,
kasus (KPA Tanah Bumbu, 2013). pisau cukur dan peralatan lainnya yang
Dinas kesehatan provinsi digunakan dengan mengindahkan prinsip
Kalimantan Selatan melaporkan tertanggal sterilisasi) dan perinatal (dari ibu kejanin
22 Juli 2013 jumlah kasus HIV/AIDS atau anak melalui ASI). Waktu dari infeksi
berdasarkan faktor resiko, yaitu seksual primer HIV hingga memunculkan
512 kasus, perinatal 10 kasus, penasun 44 manifestasi infeksi sekunder AIDS
kasus, transfusi 2 kasus dan tidak diketahui memerlukan waktu sekitar 3–13 tahun atau
62 kasus (KPA Tanah Bumbu, 2013). rata–rata 10 tahun (Nasronudin, 2007).
Laporan Perkembangan HIV dan Penyakit infeksi HIV/AIDS kini
AIDS Tahun 2002 – Maret 2013 Provinsi telah hadir ditengah – tengah masyarakat
Kalimantan Selatan tertanggal 22 Juli 2013 Tanah Bumbu, tetapi rupanya belum
jumlah kejadian kasus HIV/AIDS sepenuhnya diterima secara wajar seperti
berdasarkan kabupaten atau kota di Tanah penyakit lain pada umumnya. Dampaknya
Bumbu yaitu HIV : 162 kasus dan AIDS : ODHA (orang dengan HIV/AIDS) harus
28 kasus. Berdasarkan laporan tersebut menanggung beban yang semakin berat,
didapatkan terbesar angka prevalensi 0.7 tidak saja akibat intervensi dari HIV
% di Tanah Bumbu dari jumlah penduduk kedalam tubuhnya, tetapi juga oleh stigma
dan diskriminasi masyarakat. Hal tersebut
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
Berdasarkan tabel 5.1. diperoleh informasi Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden
dari 20 responden, hampir seluruhnya Berdasarkan Jenis Praktik Tukang Cukur
(90%) sebanyak 18 responden berusia Rambut
antara 20 – 40 tahun dan sebagian kecil
Jenis Frekuensi Persentase
(10%) sebanyak 2 responden berusia 40 – No.
Praktik (f) (%)
65 tahun.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden 1. Salon 4 20
Berdasarkan Jenis Kelamin Tukang
Pangkas
Cukur Rambut. 2. 16 80
Rambut
Jenis Frekuensi Jumlah 20 100
No. Persentase (%)
Kelamin (f) Berdasarkan tabel 5.4. diperoleh informasi
dari 20 responden, bahwa hampir
1. Perempuan 1 5 seluruhnya (80%) sebanyak 16 orang
2.L Laki-Laki 19 95
responden melaksanakan praktik pangkas
rambut dan sebagian kecil (20%) sebanyak
Jumlah 20 100 4 responden yang melaksanakan praktik
cukur rambut salon.
Berdasarkan tabel 5.2. diperoleh informasi Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden
20 responden, bahwa hampir seluruhnya Berdasarkan Kepemilikan Tempat Praktik
(95%) responden sebanyak 19 responden Tukang Cukur Rambut
berjenis kelamin laki – laki dan sebagian
kecil (5%) sebanyak 1 responden berjenis Kepemilikan Frekuensi Persentase
No.
kelamin perempuan. Tempat (f) (%)
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden 1. Pribadi 3 15
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
2. Sewa 17 85
Tukang Cukur Rambut
Jumlah 20 100
Tingkat Frekuensi Persentase
No.
Pendidikan (f) (%) Berdasarkan tabel 5.5. diperoleh informasi
dari 20 responden, bahwa hampir
1. SD 9 45
seluruhnya (85%) sebanyak 17 responden
Menengah atas kepemilikan tempat praktik sewa dan
2. 4 20
Pertama sebagian kecil (15%) sebanyak 3
responden dengan kepemilikan tempat
Menengah
3. 6 30 praktik pribadi.
Atas
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden
Sekolah
4. 1 5 Berdasarkan Ongkos Bercukur Rambut
Tinggi
Jumlah 20 100 Ongkos Frekuensi Persentase
No.
Cukur (f) (%)
Berdasarkan tabel 5.3. diperoleh informasi
1. 10.000,- 6 30
dari 20 responden, bahwa hampir
setengahnya (45%) sebanyak 9 responden 2. 13.000,- 2 10
berpendidikan SD dan sebagian kecil (5%)
3 15.000,- 12 60
sebanyak 1 responden pendidikan
tinggiD2 (ST). Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel 5.6. diperoleh informasi
dari 20 responden, bahwa sebagian besar
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
(P>0,05) dan variabel sikap 0,521 (90%) responden berperilaku negatif atau
(P>0,05). tidak memperhatikan prinsip sterilisasi
dalam penggunaan pisau cukur dan
PEMBAHASAN sebagian kecil responden yaitu 2 orang
Berdasarkan tabel 5.8. diperoleh (10%) memiliki perilaku positif dengan
informasi nilai sikap dari 20 responden, menggunakan pisau cukur baru untuk tiap
sebagian besar (65%) sebanyak 13 pelanggan. Dari hasil wawancara beberapa
responden memiliki sikap positif tentang responden mengatakan bahwa dalam
penyakit menular HIV/AIDS dan hampir penggunaan pisau cukur biasanya baru
setengahnya (35%) sebanyak 7 responden diganti apabila pisau sudah mulai terasa
memiliki sikap negatif tentang penyakit tumpul, karna jika pisau digunakan dalam
menular HIV/AIDS. Dari data tersebut keadaan tumpul maka akan membuat
diketahui sebagian besar responden (65%) pelanggannya merasakan sakit. Responden
memiliki sikap positif tentang HIV/AIDS. lain juga ada yang mengatakan bahwa
Menurut Allport “dalam menentukan sikap setiap hari ia hanya butuh satu pisau untuk
yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, mencukur seluruh pelanggannya dalam
keyakinan dan emosi memegang peranan sehari. Seperti telah disebutkan diatas
penting” (Notoadmodjo, 2007). sikap adalah kecenderungan untuk
Pengetahuan yang benar akan membuat bertindak (praktik). Jadi sikap belum tentu
tukang cukur untuk berpikir dan berusaha terwujud dalam tindakan, sebab untuk
mencegah penyebaran penularan terwujud dalam tindakan diperlukan faktor
HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur. lain seperti fasilitas dan faktor dukungan
Dalam berpikir komponen emosi dan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo,
keyakinan ikut bekerja, sehingga tukang 2007). Teori tersebut sesuai dengan
cukur berniat untuk menggunakan pisau penelitian ini. Dari data diatas diketahui
cukur yang steril untuk tiap pelanggan hampir seluruhnya responden yaitu 18
agar tidak terjadi penyebaran virus HIV orang (90%) memiliki perilaku negatif.
melalui transmisi pisau cukur. Hal tersebut diduga disebabkan kurangnya
Dari hasil wawancara dilapangan, motivasi responden dan juga kurangnya
sebagian besar responden menyatakan dukungan dan perhatian khusus dari pihak
tidak setuju untuk penggunaan pisau cukur terkait dalam pelaksanaan praktik pangkas
steril dengan cara satu kali pakai. hal ini rambut yang aman untuk mencegah
dikarenakan penggunaan pisau cukur satu penyebaran HIV.
kali pakai akan memotong pemasukan Hasil uji statistik dengan
mereka ditambah lagi hampir seluruh menggunakan Fisher Exact Test
responden masih menyewa untuk tempat didapatkan nilai p-value (Exact
pelaksanaan praktik cukur rambutnya. Dan Sig./2sided) 1,000 atau lebih dari 0,05
untuk penggunaan pisau cukur steril (1,000 > 0,05). Yaitu H0 diterima yang
dengan cara disenfeksi menggunakan berarti tidak ada hubungan antara
larutan (DTT) kimia Chlorin 0,5% ataupun pengetahuan tukang cukur rambut tentang
Bayclean merupakan suatu cara yang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan
merepotkan. Namun dari perolehan data penularan HIV/AIDS melalui transmisi
dilapangan sebagian besar responden pisau cukur di kota Batulicin kecamatan
setuju untuk menggunakan pisau cukur Simpang Empat kabupaten Tanah Bumbu.
steril dengan cara disenfeksi menggunakan Dengan demikian hasil tersebut sesuai
larutan (DTT). dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sugianto Hadi dengan judul perilaku
Berdasarkan tabel 5.9. diperoleh tukang cukur dalam pencegahan penularan
informasi nilai perilaku dari 20 responden, HIV/AIDS melalui pisau cukur dikota
yaitu hampir seluruhnya yaitu 18 orang Malang pada tahun 2008, dengan hasil p-
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
value 0,57. Yaitu tidak ada hubungan yang pencegahan berhubungan dengan upaya
signifikan antara pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku
perilaku (taraf signifikansi α = 0,05). berisiko tertular pada siswa SLTP (taraf
Penelitian ini sejalan dengan pendapat signifikansi α = 0,05).
Prabandari yang dikutip oleh Sugianto Seperti telah disebutkan diatas sikap
Hadi kedalam jurnalnya (perilaku tukang adalah kecenderungan untuk bertindak
cukur dalam pencegahan penularan (praktik). Jadi sikap belum tentu terwujud
HIV/AIDS melalui pisau cukur dikota dalam tindakan, sebab untuk terwujud
Malang) bahwa, pengetahuan yang bagus dalam tindakan diperlukan faktor lain
tidak selamanya dapat terekspresikan seperti fasilitas dan faktor dukungan
dalam perilaku yang baik pula (Hadi, (support) dari pihak lain (Notoatmodjo,
2008). Karna masih ada elemen motivasi, 2007).
dukungan dan fasilitas yang merupakan
elemen – elemen penting yang dapat IMPLIKASI
menunjang konsistensi pengetahuan dan Hasil penelitian ini menunjukkan
sikap positif seseorang untuk terwujud tidak ada hubungan antara sikap tukang
dalam suatu tindakan positif pula. cukur rambut tentang HIV/AIDS dengan
perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS
Hasil uji statistik dengan melalui transmisi pisau cukur di kota
menggunakan Fisher Exact Test Batulicin kecamatan Simpang Empat
didapatkan nilai p-value (Exact
kabupaten Tanah Bumbu.
Sig./2sided) 0,521 atau lebih dari 0,05
(0,521> 0,05). Yaitu H0 diterima yang SARAN
berarti tidak ada hubungan antara sikap
tukang cukur rambut tentang HIV/AIDS 1. Bagi responden penelitian
dengan perilaku pencegahan penularan Hendaknya tiap tukang cukur
HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur berperilaku positif, selain dapat
di kota Batulicin kecamatan Simpang mencegah penyebaran virus HIV
Empat kabupaten Tanah Bumbu. Dengan mereka juga dapat memperoleh
demikian hasil penelitian ini sejalan kepercayaan masyarakat tentang
dengan hasil penelitian oleh Delista praktik cukur rambut yang aman,
Christine Siwy dengan judul penelitian dengan harapan apabila mereka
hubungan antara pengetahuan dan sikap berperilaku positif maka akan semakin
tentang HIV/AIDS dengan tindakan banyak orang yang percaya dengan
pencegahan pada mahasiswa angkatan kualitas pelayanannya, semakin
2010 fakultas kesehatan masyarakat banyak yang percaya maka akan
universitas Sam Ratulangi Manado tahun semakin banyak pula yang berkunjung.
2013. Dalam penelitian tersebut diperoleh Dengan kata lain berperilaku positif
hasil p-value sebesar 0,357 (0,357 > 0,05) dapat meningkatkan penghasilan
yang artinya tidak ada hubungan antara mereka.
sikap tentang HIV/AIDS dengan tindakan
pencegahan. Namun hasil penelitian ini 2. Bagi instansi terkait
berbeda dengan penelitian dari Elly Pemerintah atau instansi terkait dapat
Nurachmah pada tahun 2009 dengan judul mengubah perilaku tukang cukur
faktor – faktor yang berhubungan dengan dengan cara paksaan dalam bentuk
pencegahan HIV/AIDS dengan perilaku undang – undang atau peraturan –
berisiko tertular pada siswa SLTP. Yang peraturan, sanksi – sanksi untuk
hasilnya menunjukan p-value sebesar mencegah penyebaran virus
0,000 yang artinya ada hubungan yang HIV/AIDS. Perlunya sosialisasi
signifikan antara pengetahuan, sikap dan HIV/AIDS dari pemerintah ketukang
Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 52 - 61
Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni (2012). pada Ibu Hamil Nonprimigravidadi
Psikologi Keperawatan. PT Raja RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Grafindo Persada. Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia.
Sari, Dian maya (2013). Pangkas Rambut Jakarta.
Dasar. Universitas Negeri Medan.
http://digilib.unimed.ac.id/public/U
NIMED-Course-28309-
BHN%20AJAR%20PEMANGKA
SAN%20RAMBUT%20DASAR%
20OKE%20terbaru.pdf28 Februari
2014.
Setyoadi dan Endang Triyanto (2012).
Strategi Pelayanan Keperawatan
Bagi Penderita AIDS. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Siwi, Delista Christine (2013). Hubungan
Antara Pengetahuan Dan Sikap
Tentang HIV/AIDS Dengan
Tindakan Pencegahan Pada
Mahasiswa Angkatan 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi
Manado.
http://www.google.com/url?sa=t&r
ct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDgQ
FjAD&url=http%3A%2F%2Ffkm.
unsrat.ac.id. 06 April 2014.
Soedarto (2009). Penyakit Menular di
Indonesia (Cacing, Protozoa,
Bakteri, Virus dan Jamur). Sagung
Seto. Surabaya.
Suryaputera, Imi (2014). Tanah Bumbu
Teratas Jumlah Pengidap
HIV/AIDS di Kalimantan.
http://regional.kompasiana.com/20
14/01/14/tanah-bumbu-teratas-
jumlah-pengidap-hivaids-di-
kalimantan-624435.html. 28
Februari 2014.
Tietjen, Linda, Debora Bossemeyer dan
Noel Mcintosh (2004). Panduan
Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dengan
Sumber Daya Terbatas. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Widodo (2005). Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku tentang Kehamilan,
Persalinan serta Komplikasinya