0% found this document useful (0 votes)
74 views11 pages

1 SM

This document summarizes a study that examined the impact of Total Quality Management (TQM), Supply Chain Management (SCM), and entrepreneurial orientation on the operational performance of bag craftsmen in the Ciampea Bag Industry Cluster in Bogor Regency, West Java. The study found that TQM had a positive impact on operational performance. SCM also had a positive impact on operational performance. Entrepreneurial orientation also had a positive impact on operational performance. All three independent variables together had an impact of 53% on operational performance. The bag craftsmen were recommended to develop their employees, integrate more with suppliers, and not be too dependent on intermediary traders.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
74 views11 pages

1 SM

This document summarizes a study that examined the impact of Total Quality Management (TQM), Supply Chain Management (SCM), and entrepreneurial orientation on the operational performance of bag craftsmen in the Ciampea Bag Industry Cluster in Bogor Regency, West Java. The study found that TQM had a positive impact on operational performance. SCM also had a positive impact on operational performance. Entrepreneurial orientation also had a positive impact on operational performance. All three independent variables together had an impact of 53% on operational performance. The bag craftsmen were recommended to develop their employees, integrate more with suppliers, and not be too dependent on intermediary traders.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 1-11

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr ISSN (Online): 2337-3792

PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT,


SUPPLY CHAIN MANAGEMENT, DAN ORIENTASI
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA OPERASI
(Studi pada Pengrajin Tas di Sentra Industri Tas Ciampea, Kab. Bogor)
Haifa Labdhagati, Mahfudz1
haifalabdhagati@outlook.com

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
The production processes are closely related to operations management. Operations
management is the key driver of production processes, therefore, operational performance is
fundamental for the sustainability of the company. Various production problems which
encountered most of bags manufacturer in Ciampea, Bogor Regency, indicates the need for further
study. This study purpose is to analyze the impact of Total Quality Management, Supply Chain
Management, and entrepreneurial orientation on operational performance.
Data collection technique used in this study are questionnaire. The sample is selected using
simple random sampling technique and the number of respondents selected is 58 respondents. To
analyze the impact of independent variables on dependent variable, multiple linier regression
analysis is used.
The result of this study showed that Total Quality Management have positive impact on
operational performance (first hypothesis accepted). The second hypothesis which state that Supply
Chain Management have positive impact on operational performance is accepted as well. The third
hypothesis which state that entrepreneurial orientation have positive impact on operational
performance is accepted. The coefficient of determination test result stated that all three
independent variables have an impact of 53% on operational performance. Bag manufacturers in
Ciampea, Bogor Regency are recommended to develop their employee, integrate with suppliers,
and not too depend on intermediary traders.

Keywords: Total Quality Management, Supply Chain Management, entrepreneurial orientation,


operational performance.

PENDAHULUAN
Manajemen operasi memiliki peran utama dalam proses produksi sebuah perusahaan, serta
kinerja yang dihasilkan oleh manajemen operasi sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan.
Menurut Zhu, et al. (2008 dalam Modgil dan Sharma, 2016), kinerja operasi adalah kemampuan
perusahaan manufaktur untuk memproduksi dan mengantarkan produk kepada pelanggan. Untuk
mencapai kinerja operasi yang optimal, perusahaan harus memperhatikan berbagai aspek. Beberapa
di antaranya adalah efisiensi produksi untuk menekan biaya serta variasi produk. Selain itu,
kualitas produk juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh pelanggan dalam menentukan
pilihan. Oleh karena itu, kinerja operasi merupakan kunci bagi keberhasilan perusahaan.
Saat ini, persaingan semakin meluas dengan adanya kemudahan untuk melakukan ekspor
dan impor. Tak dapat dipungkiri, produk impor memiliki harga yang kompetitif dibandingkan
produk lokal. Kurangnya kemampuan pengusaha lokal untuk menekan biaya yang mengakibatkan
tingginya biaya produksi dalam negeri dibandingkan dengan produk impor menjadi salah satu
faktor penyebabnya. Salah satu produsen lokal yang merasakan dampaknya terdapat di sentra
industri tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam yang telah dilakukan terhadap beberapa pengelola industri rumah tangga (home
industry) di sentra Ciampea, diketahui ada berbagai permasalahan yang dialami oleh produsen tas

1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 2

di sentra tersebut. Salah satu permasalahan yang kerap dialami oleh pengrajin tas di Sentra Industri
Ciampea adalah tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan, salah satunya adalah biaya untuk
sumber daya manusia (SDM). Selain itu, untuk menghasilkan produk yang baik juga memerlukan
bahan baku yang tidaklah murah. Sedangkan produsen tidak dapat mematok harga jual yang tinggi
akibat persaingan di pasar yang semakin kompetitif.
Selain itu, panjangnya rangkaian proses yang harus dilewati oleh produsen, mulai dari
pemesanan hingga ke pengiriman memerlukan banyak waktu dan menyebabkan kurangnya
pengendalian kualitas secara menyeluruh. Kurangnya pengendalian kualitas berakibat pada
terjadinya barang cacat yang tidak sesuai dengan spesifikasi konsumen (reject) dan menyebabkan
terjadinya pengembalian barang atau retur. Salah seorang produsen di Sentra Industri Ciampea,
Bapak Arif, memaparkan tingkat pengembalian barang yang biasa terjadi berkisar antara 4-6%
dalam setiap pengiriman bervolume 50-60 lusin tiap pekannya.
Dapat disimpulkan bahwa berbagai permasalahan yang terjadi di Sentra Industri Ciampea
berada pada proses produksi dan dalam cakupan kinerja operasi. Berbagai penelitian terdahulu
menyebutkan berbagai faktor yang memungkinkan untuk mengatasi permasalahan kinerja operasi,
dianataranya adalah Total Quality Management (Modgil dan Sharma, 2016; Psomas dan Jaca,
2016; Baird, et al., 2011), Supply Chain Management (Koh, et al., 2007; Devaraj, et al., 2007; Li, et
al., 2006), dan orientasi kewirausahaan (Al-Dhaafri dan Al-Swidi, 2016; Brouthers, et al., 2015;
Rauch, et al., 2009).
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Total Quality
Management, Supply Chain Management, dan orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh
terhadap kinerja operasi pengrajin tas di Sentra Industri Ciampea, Kab. Bogor. Data penelitian ini
diperoleh dari 58 pengrajin tas di Sentra Industri Tas Ciampea, Kab. Bogor.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Kinerja Operasi
Kinerja menurut Gibson, et al. (2012) menyatakan tingkat keberhasilan atau pencapaian
dari sebuah perilaku. Kinerja dikatakan baik apabila tujuan atau hasil yang diinginkan tercapai
dengan baik. Sedangkan menurut Wibowo (2007), selain berorientasi pada hasil, kinerja juga
termasuk proses dalam suatu pekerjaan dalam mencapai hasil kerja yang diinginkan. Kinerja
menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2007) memiliki keterikatan erat dengan tujuan
strategis organisasi.
Menurut Zhu, et al. (2008 dalam Modgil dan Sharma, 2016) kinerja operasi adalah
kemampuan perusahaan manufaktur untuk memproduksi dan mengantarkan produk kepada
pelanggan. Secara garis besar, kinerja operasi dapat diartikan sebagai sebuah capaian yang
dihasilkan dari kegiatan transformasi input (masukan) menjadi output (hasil) yang diukur dengan
standar keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Penelitian ini memilih beberapa indikator untuk kinerja operasi, yaitu ketepatan
pengiriman, pengelolaan limbah, frekuensi terjadi barang cacat, pengadaan persediaan, efektivitas
biaya produksi, lead time, dan kualitas barang dan jasa yang dihasilkan (Devaraj, et al., 2007).

Total Quality Management


Gagasan inti dari Total Quality Management (TQM) diperkenalkan pada pertengahan
tahun 1980-an, terutama oleh W. Edwards Deming, Joseph Juran, dan Kaoru Ishikawa (Hackman
dan Wageman, 1995 dalam Joiner, 2007). Menurut Goetsch dan Davis (2014), TQM adalah sebuah
pendekatan bisnis yang memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan
berkesinambungan dari manusia, proses, produk, dan lingkungan dalam organisasi. Semua yang
mempengaruhi kualitas adalah target untuk perbaikan. Ketika TQM diterapkan secara efektif, hasil
akhir dapat mencakup keunggulan organisasi, nilai superior, dan daya saing global.
Sedangkan menurut Heizer, et al. (2017), TQM mengacu pada penekanan kualitas yang
meliputi organisasi secara keseluruhan mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan
pada komitmen oleh manajemen untuk terus-menerus menuju keunggulan dalam segala aspek
barang dan jasa yang penting bagi pelanggan.

2
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 3

Indikator yang digunakan untuk Total Quality Management adalah fokus pada pelanggan,
obsesi pada kualitas, perbaikan berkesinambungan, serta pelibatan dan pemberdayaan karyawan
(Psomas dan Jaca, 2016).

Total Quality Management dan Kinerja Operasi


Total Quality Management (TQM) sebagai salah satu pendekatan yang populer untuk
meningkatkan kualitas barang dan jasa sangat erat kaitannya dengan kinerja operasi yang berfokus
pada proses produksi. Organisasi yang menerapkan TQM dalam usahanya dapat meningkatkan
kinerja operasi. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Modgil dan Sharma
(2016) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara TQM terhadap
kinerja operasi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Psomas dan Jaca (2016) yang menganalisis
hubungan antara TQM dengan berbagai dimensi kinerja juga menunjukkan hasil yang positif dan
signifikan. Selain itu, penelitian lain oleh Baird, et al. (2011) juga menunjukkan hubungan yang
positif dan signifikan antara TQM dengan kinerja operasi.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis:
H1: Total Quality Management berpengaruh positif terhadap kinerja operasi.

Supply Chain Management


Supply Chain Management (SCM) menurut Simchi-Levi, et al. (2008) adalah seperangkat
pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, dan toko
secara efisien, agar barang dagangan dapat diproduksi dan didistribusikan secara tepat untuk
meminimalisir biaya dan memenuhi kepuasan. Sedangkan menurut Heizer, et al. (2017), SCM
mendeskripsikan koordinasi dari seluruh kegiatan dalam rantai pasokan, dimulai dari bahan mentah
dan diakhiri dengan pelanggan yang puas. Tujuan dari SCM adalah untuk menyusun rantai pasokan
untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif dan manfaat bagi konsumen akhir.
Council of Supply Chain Management Professionals (CSMP) (dalam Bayraktar, et al.,
2009) mendefinisikan SCM mencakup perencanaan dan pengelolaan yang terlibat dalam
pengadaan atau pembelian, pengubahan dan semua kegiatan pengelolaan logistik, serta koordinasi
dan koordinasi dengan mitra.
Indikator yang digunakan untuk Supply Chain Management adalah integrasi pemasok,
integrasi pelanggan, dan tingkat pembagian informasi (Li, et al, 2006).

Supply Chain Management dan Kinerja Operasi


Supply Chain Management (SCM) yang merupakan suatu pendekatan untuk
mengintegrasikan seluruh komponen dalam rantai pasokan disebutkan berkaitan dengan kinerja
operasi. Simchi-Levi, Kaminsky, dan Simchi-Levi (2008) menyatakan bahwa penerapan SCM
yang efektif dapat mengurangi biaya secara keseluruhan. Penelitian terdahulu mengenai hubungan
antara SCM dengan kinerja operasi pun menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif. Studi
yang dilakukan Koh, et al. (2007) menunjukkan hasil yang positif dan signifikan antara SCM dan
kinerja operasi. Studi lainnya yang dilakukan Li, et al. (2006) yang menganalisis hubungan antara
penerapan SCM terhadap kinerja organisasi juga menyatakan hasil yang positif. Selain itu, studi
yang dilakukan Devaraj, et al. (2007) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara
integrasi pemasok dan kinerja operasi.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis:
H2: Supply Chain Management berpengaruh positif terhadap kinerja operasi.

Orientasi Kewirausahaan
Menurut Covin dan Slevin (1988 dalam George dan Marino, 2011), orientasi
kewirausahaan dalam perusahaan ditunjukkan oleh sejauh mana manajemen puncak cenderung
untuk mengambil risiko, untuk mendukung perubahan dan inovasi agar mendapatkan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan, dan bersaing secara agresif dengan perusahaan lain.
Sedangkan menurut Zahra dan Neubaum (1998 dalam George dan Marino, 2011) orientasi
kewirausahaan didefinisikan sebagai jumlah total inovasi sebuah perusahaan, tindakan strategis
proaktif, dan aktivitas pengambilan risiko yang ditunjukkan dalam dukungan pada proyek dengan
hasil yang tidak pasti. Merz dan Sauber (1995 dalam George dan Marino, 2011) mendefinisikan

3
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 4

orientasi kewirausahaan sebagai tingkat proaktifitas (agresivitas) perusahaan dalam unit pasar dan
produk yang dipilihnya serta kemauannya untuk berinovasi dan menciptakan penawaran baru.
Indikator yang digunakan untuk orientasi kewirausahaan adalah inovatifitas, proaktifitas,
dan pengambilan risiko (Rauch, et al., 2009).

Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Operasi


Orientasi kewirausahaan mendefinisikan sikap inovatif, proaktif, dan berani mengambil
risiko dalam sebuah organisasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sikap-sikap dalam
orientasi kewirausahaan dapat berpengaruh terhadap kinerja operasi. Penelitian yang dilakukan
oleh Al-Dhaafri dan Al-Swidi (2016) menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan
antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja organisasi. Penelitian lain yang dilakukan Rauch,
et al. (2009) menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap kinerja bisnis. Selain itu, penelitian lain oleh Brouthers, et al. (2015) juga menunjukkan
hubungan yang positif antara orientasi kewirausahaan dan kinerja internasional.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis:
H3: Orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja operasi.

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber : H1 : Modgil dan Sharma (2016); Psomas dan Jaca (2016); Baird, Hu, dan Reeve (2011)
H2 : Koh, et al. (2007); Devaraj, Krajewski, dan Wei (2007); Li, et al. (2006)
H3 : Al-Dhaafri dan Al-Swidi (2016); Brouthers, Nakos, dan Dimitratos (2015); Rauch, et al.
(2009).

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Total Quality Management, Supply
Chain Management, dan orientasi kewirausahaan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kinerja operasi.

4
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 5

Tabel 1
Variabel dan Indikator
Variabel Indikator
Definisi
Penelitian Sumber Item
Total Quality Sebuah pendekatan bisnis yang Psomas dan Fokus pada pelanggan:
Management memaksimalkan daya saing Jaca (2016) a. Tingkat perhatian
(X1) organisasi melalui perbaikan perusahaan terhadap
berkesinambungan dari manusia, kepuasan pelanggan
proses, produk, dan lingkungan b. Seberapa pelanggan
dalam organisasi (Geotsch dan didorong untuk memberi
Davis, 2014) masukan
Obsesi pada kualitas:
c. Pemilihan bahan baku
d. Pengembangan karyawan
Perbaikan berkesinambungan:
e. Pengembangan produk
melalui pembelajaran
f. Pengakuan kualitas dari
pelanggan
Pelibatan dan pemberdayaan
karyawan:
g. Partisipasi karyawan
dalam pemecahan masalah
Supply Chain Seperangkat pendekatan yang Li, et al., Integrasi pemasok:
Management digunakan untuk mengintegrasikan (2006) a. Pelibatan pemasok dalam
(X2) pemasok, manufaktur, gudang, dan pengambilan keputusan
toko secara efisien, agar barang Integrasi pelanggan:
dagangan dapat diproduksi dan b. Frekuensi interaksi
didistribusikan secara tepat perusahaan dengan
(Simchi-Levi, et al., 2008) pelanggan
c. Fasilitas yang mendukung
interaksi
Tingkat pembagian informasi:
d. Pembagian informasi
dengan pemasok
e. Pembagian informasi
dengan pelanggan
Orientasi Orientasi kewirausahaan adalah Rauch, et al., Inovatifitas:
Kewirausahaan jumlah total inovasi, tindakan (2009) a. Keinginan untuk
(X3) strategis proaktif, dan aktivitas bereksperimen
pengambilan risiko yang dilakukan b. Frekuensi penambahan
oleh seseorang (Zahra dan produk baru
Neubaum, 1998 dalam George dan Proaktifitas:
Marino, 2011) c. Inisiatif perusahaan untuk
menjadi pelopor
Pengambilan risiko:
d. Keaktifan perusahaan
mengambil peluang
berisiko tinggi
Kinerja Kemampuan perusahaan Devaraj, et al. a. Ketepatan pengiriman
Operasi (Y) manufaktur untuk memproduksi (2007) b. Pengolahan limbah
dan mengantarkan produk kepada c. Frekuensi terjadi barang
pelanggan (Zhu, et al., 2008 dalam cacat
Modgil dan Sharma, 2016). d. Pengadaan persediaan
e. Efektivitas biaya produksi
f. Lead time
g. Kualitas

5
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 6

Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah pengrajin tas di Sentra Industri Tas Ciampea,
Kabupaten Bogor yang memiliki showroom atau menerima pesanan partai banyak berjumlah
kurang lebih 120 pengrajin. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan teknik simple
random sampling menggunakan tabel angka random dengan fungsi ‘RANDBETWEEN’ pada
Microsoft Excel. Sampel yang digunakan sebagai responden pada penelitian ini berjumlah 58
pengrajin.

Metode Analisis Data


Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kemudian
data hasil penyebaran kuesioner diolah dengan menggunakan berbagai teknik analisis, di antaranya
analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda dengan program SPSS versi 23.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data penelitian dikumpulkan dengan membagikan kuesioner pada responden pengrajin tas
di Sentra Industri Tas Ciampea, Kabupaten Bogor yang terpilih sebanyak 58 pengrajin. Seluruh
kuesioner yang dibagikan dapat digunakan untuk diolah pada penelitian ini. Uji validitas dan
reliabilitas digunakan untuk melihat apakah kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini valid
dan reliabel. Kuesioner dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel yaitu 0,218 dan kuesioner
dikatakan reliabel apabila nilai cronbach’s alpha > 0,60. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas
menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan adalah valid dan reliabel.

Tabel 2
Measurement Validation
Standar Cronbach’s Nilai r Nilai r
Kesimpulan
Alpha Alpha tabel hitung
Total Quality
Management (X1) 0,60 0,697 Reliabel
X1.1 0,218 0,345 Valid
X1.2 0,218 0,262 Valid
X1.3 0,218 0,680 Valid
X1.4 0,218 0,534 Valid
X1.5 0,218 0,395 Valid
X1.6 0,218 0,277 Valid
X1.7 0,218 0,372 Valid
Supply Chain
Management (X2) 0,60 0,605 Reliabel
X2.1 0,218 0,431 Valid
X2.2 0,218 0,364 Valid
X2.3 0,218 0,356 Valid
X2.4 0,218 0,319 Valid
X2.5 0,218 0,358 Valid
Orientasi
Kewirausahaan (X3) 0,60 0,625 Reliabel
X3.1 0,218 0,394 Valid
X3.2 0,218 0,574 Valid
X3.3 0,218 0,403 Valid
X3.4 0,218 0,287 Valid
Kinerja Operasi (Y) 0,60 0,633 Reliabel
Y.1 0,218 0,372 Valid
Y.2 0,218 0,403 Valid
Y.3 0,218 0,237 Valid
Y.4 0,218 0,255 Valid
Y.5 0,218 0,227 Valid
Y.6 0,218 0,531 Valid
Y.7 0,218 0,466 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

6
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 7

Dalam penelitian ini juga dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang
dikumpulkan berdistribusi normal dan memenuhi asumsi multikolinieritas serta heteroskedasitas.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, didapatkan hasil bahwa seluruh data berdistribusi normal dan
memenuhi asumsi multikolinieritas serta heteroskedasitas.
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan SPSS versi 23 menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda untuk menguji hubungan antara Total Quality Management,
Supply Chain Management, dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja operasi. Berikut
merupakan hasil analisis data yang didapat:

Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) -11,168 4,382 -2,548 0,014
Total Quality Management 0,411 0,094 0,418 4,390 0,000
Supply Chain Management 0,741 0,134 0,512 5,545 0,000
Orientasi Kewirausahaan 0,796 0,150 0,505 5,300 0,000
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu
Total Quality Management (X1), Supply Chain Management (X2), dan orientasi kewirausahaan
(X3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen, yaitu kinerja operasi
(Y) dengan nilai koefisien beta sebesar 0,418, 0,512, dan 0,505. Uji kelayakan model (uji F) juga
menunjukkan hasil yang signifikan dengan tingkat signifikansi < 0,05. Berdasarkan hal tersebut,
maka seluruh variabel independen dapat dikatakan layak untuk menjelaskan variabel dependen.
Selain itu, dari hasil pengujian juga didapatkan nilai adjusted R square sebesar 0,530 yang berarti
variabel Total Quality Management, Supply Chain Management, dan orientasi kewirausahaan dapat
menjelaskan variansi yang terjadi pada variabel kinerja operasi sebesar 53%. Sedangkan sisanya
sebesar 47% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar penelitian ini.

Analisis Indeks Jawaban Responden


Total Quality Management
Variabel Total Quality Management pada penelitian ini diukur dengan tujuh butir
pertanyaan yang mewakili indikator-indikator yang digunakan. Nilai indeks untuk variabel Total
Quality Management adalah berikut:

Tabel 4
Analisis Deskriptif Variabel Total Quality Management
Skor
Indikator Jumlah* Indeks** Kategori
1 2 3 4 5
X1.1 0 1 0 45 12 242 83,44 Tinggi
X1.2 0 0 2 52 4 234 80,68 Sedang
X1.3 0 14 19 20 5 190 65,75 Sedang
X1.4 0 2 14 25 17 231 79,65 Sedang
X1.5 0 5 8 38 7 221 76,20 Sedang
X1.6 0 1 13 36 8 225 77,58 Sedang
X1.7 0 5 21 28 4 205 70,68 Sedang
Jumlah 533,98 -
Rata-rata 76,28 Sedang
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata angka indeks dari variabel
Total Quality Management tergolong kategori sedang dengan nilai 76,28. Hal ini menunjukkan
bahwa kebanyakan pengrajin di Sentra Industri Tas Ciampea sudah menerapkan prinsip-prinsip
TQM dalam proses produksinya namun belum begitu aktif.
7
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 8

Supply Chain Management


Variabel Supply Chain Management pada penelitian ini diukur dengan lima butir
pertanyaan yang mewakili indikator-indikator yang digunakan. Nilai angka indeks untuk variabel
Supply Chain Management dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 5
Analisis Deskriptif Variabel Supply Chain Management
Skor
Indikator Jumlah* Indeks** Kategori
1 2 3 4 5
X2.1 0 7 26 24 1 193 66,55 Sedang
X2.2 0 1 7 47 3 226 77,93 Sedang
X2.3 0 3 15 32 8 219 75,51 Sedang
X2.4 0 5 23 30 0 199 68,62 Tinggi
X2.5 0 2 12 42 2 218 75,17 Sedang
Jumlah 363,78 -
Rata-rata 72,75 Sedang
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata angka indeks dari variabel Supply
Chain Management berada pada kategori sedang dengan nilai 72,75. Hal tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata dari pengrajin di Sentra Industri Tas Ciampea masih kurang aktif dalam
menerapkan prinsip-prinsip SCM pada usahanya.

Orientasi Kewirausahaan
Variabel orientasi kewirausahaan pada penelitian ini diukur dengan empat butir pertanyaan
yang mewakili indikator-indikator yang digunakan. Nilai angka indeks untuk variabel orientasi
kewirausahaan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 6
Analisis Deskriptif Variabel Orientasi Kewirausahaan
Skor
Indikator Jumlah* Indeks** Kategori
1 2 3 4 5
X3.1 0 3 17 36 2 211 72,75 Sedang
X3.2 0 2 17 35 4 215 74,13 Sedang
X3.3 0 1 31 24 2 201 69,31 Sedang
X4.4 0 14 30 12 2 176 60,68 Sedang
Jumlah 276,87 -
Rata-rata 69,21 Sedang
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengrajin pada Sentra
Industri Tas Ciampea masih kurang proaktif dan kurang memiliki keberanian untuk mengambil
risiko dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata angka indeks variabel
orientasi kewirausahaan yang tergolong dalam kategori sedang dengan nilai 69,21.

Kinerja Operasi
Variabel kinerja operasi pada penelitian ini diukur dengan tujuh butir pertanyaan yang
mewakili indikator-indikator yang digunakan. Nilai angka indeks untuk variabel kinerja operasi
dijelaskan pada tabel berikut:

8
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 9

Tabel 7
Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Operasi
Skor
Indikator Jumlah* Indeks** Kategori
1 2 3 4 5
Y.1 0 3 16 34 5 215 74,13 Sedang
Y.2 0 6 12 38 2 210 72,41 Sedang
Y.3 0 5 22 27 4 204 70,34 Sedang
Y.4 3 19 22 12 2 165 56,89 Sedang
Y.5 0 9 26 23 0 188 64,82 Sedang
Y.6 0 6 28 24 0 192 66,20 Sedang
Y.7 0 1 8 36 13 235 81,03 Tinggi
Jumlah 485,82 -
Rata-rata 69,40 Sedang
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa nilai indeks variabel kinerja operasi
tergolong dalam kategori sedang dengan nilai 69,40. Hal ini dapat menunjukkan bahwa rata-rata
pengrajin di Sentra Industri Tas Ciampea memiliki kinerja yang bisa dikatakan belum baik namun
juga tidak buruk.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Supply Chain Management (SCM) berpengaruh
positif terhadap kinerja operasi. Variabel SCM merupakan variabel dengan pengaruh
terbesar terhadap kinerja operasi dalam penelitian ini dengan nilai koefisien beta 0,512.
Dengan demikian, apabila pengrajin meningkatkan penerapan SCM pada usahanya, maka
akan didapatkan kinerja operasi yang lebih tinggi pula.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap
kinerja operasi. Variabel orientasi kewirausahaan merupakan variabel dengan pengaruh
terbesar berikutnya terhadap kinerja operasi dalam penelitian ini setelah variabel SCM
dengan nilai koefisien beta 0,505. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin
meningkatnya orientasi kewirausahaan yang dimiliki oleh pengrajin tas, maka akan
semakin tinggi pula kinerja operasi yang dihasilkan.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Total Quality Management (TQM)
berpengaruh positif terhadap kinerja operasi. Variabel TQM merupakan variabel dengan
pengaruh paling kecil terhadap kinerja operasi dalam penelitian ini dengan nilai koefisien
beta 0,418. Hal ini menandakan bahwa semakin meningkatnya penerapan TQM pada
Sentra Industri Tas Ciampea, maka akan meningkatkan kinerja operasi yang dihasilkan.

Implikasi Manajerial
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Supply Chain Management (SCM)
merupakan variabel dengan pengaruh yang paling besar terhadap kinerja operasi di antara variabel
lainnya, dengan demikian maka pengrajin tas dapat meningkatkan penerapan SCM dalam
usahanya, terutama pada indikator integrasi pemasok yang saat ini masih kurang diterapkan.
Variabel dengan pengaruh terbesar kedua terhadap kinerja operasi setelah variabel SCM
adalah orientasi kewirausahaan. Dengan demikian, pengrajin juga perlu untuk memberanikan diri
mengambil risiko, salah satunya dengan melakukan penjualan tidak bergantung dengan pedagang
perantara. Karena berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan pada studi pendahuluan,
masih banyak pengrajin tas yang belum berani untuk menjalankan usahanya secara mandiri dan
bergantung pada pedagang perantara, dan menyebabkan keuntungan yang dihasilkan relatif sedikit.
Selain itu, variabel lainnya yang berpengaruh terhadap kinerja operasi adalah variabel
Total Quality Management (TQM). Pengrajin perlu meningkatkan penerapan TQM dalam
usahanya, terutama dari segi obsesi terhadap kualitas melalui pengembangan karyawan yang masih
kurang diterapkan.

9
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 10

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang apabila diperhatikan dapat membantu
penelitian berikutnya. Keterbatasan yang pertama yaitu kurangnya pemahaman responden
mengenai pertanyaan yang diajukan dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan responden yang
diketahui pada saat dilaksanakan wawancara pendahuluan. Selain itu, variabel TQM, SCM, dan
orientasi kewirausahaan hanya dapat menjelaskan variabel kinerja operasi sebesar 53%, sisanya
sebesar 47% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Saran Bagi Penelitian Selanjutnya


Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian yang akan datang adalah melakukan
penelitian serupa dengan objek penelitian yang berbeda dari penelitian ini dengan jumlah sampel
yang lebih luas, agar tidak terpaku pada satu objek penelitian saja. Kemudian, penelitian
mendatang diharapkan dapat menambahkan pertanyaan terbuka dalam kuesioner penelitian, agar
responden dapat memberikan jawaban lebih luas mengenai tiap indikatornya. Selain itu, penelitian
mendatang disarankan juga untuk melakukan penelitian mengenai kinerja operasi dengan variabel
lain di luar penelitian ini, seperti Total Productive Maintenance, teknologi e-bisnis, sistem
informasi, manajemen SDM, budaya organisasi, atau variabel lainnya yang relevan sehingga
mampu memberikan gambaran lebih mengenai variabel kinerja operasi.

REFERENSI
Al-Dhaafri, Hassan Saleh, dan Abdullah Al-Swidi. 2016. “The impact of Total Quality
Management and entrepreneurial orientation on organizational performance.” International
Journal of Quality & Reliability Management 33, no. 5 597-614.
American Society for Quality. 2006. The Certified Manager of Quality / Organizational Excellence
Handbook Third Edition. Milwaukee: ASQ.
Arbaugh, J. B., et al. 2009. “Is entrepreneurial orientation a global construct? A multi-country
study of entrepreneurial orientation, growth strategy, and performance.” The Journal of
Business Inquiry 8, no. 1 12-25.
Baird, Kevin, Kristal Jia Hu, dan Robert Reeve. 2011. “The relationships between organizational
culture, total quality management practices and operational performance.” International
Journal of Operations & Production Management, Vol. 31 Issue: 7 789-814.
Bayraktar, Erkan, et al. 2009. “A causal analysis of the impact of information systems and supply
chain management practices on operational performance: evidence from manufacturing
SMEs in Turkey.” International Journal of Production Economics 122, no. 1 133-149.
Brouthers, Keith D., George Nakos, dan Pavlos Dimitratos. 2015. “SME entrepreneurial
orientation, international performance, and the moderating role of strategic alliances.”
Entrepreneurship Theory and Practice 39, no. 5 1161-1187.
Daft, Richard L. 2010. Management Ninth Edition. Mason: South-Western Cengage Learning.
Devaraj, Sarv, et al. 2007. “Impact of eBusiness technologies on operational performance: The role
of production information integration in the supply chain.” Journal of Operations
Management 25, no. 6 1199-1216.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: BP UNDIP.
Flynn, Barbara B., et al. 2010. “The impact of supply chain integration on performance: A
contingency and configuration approach.” Journal of operations management 28, no. 1 58-
71.
Fuentes, M. Mar Fuentes, F. Javier Lloréns Montes, dan Luis M. Molina Fernández. 2006. “Total
quality management, strategic orientation and organizational performance: the case of
Spanish companies.” Total Quality Management & Business Excellence 17, no. 3 303-323.
George, Bradley A., dan Louis Marino. 2011. “The epistemology of entrepreneurial orientation:
Conceptual formation, modeling, and operationalization.” Entrepreneurship Theory and
Practice 35, no. 5 989-1024.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: BP UNDIP.
10
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 11

Gibson, J. L., et al. 2012. Organization: Behaviour, Structure, Processes Fourteenth Edition. New
York: McGraw-Hill.
Goetsch, David L., dan Stanley Davis. 2014. Quality Management for Organizational Excellence:
Introduction to Total Quality Seventh Edition2. Harlow: Pearson Education Limited.
Heizer, Jay, Barry Render, dan Chuck Munson. 2017. Operations Management: Sustainability and
Supply Chain Management Twelfth Edition. Pearson.
Joiner, Therese A. 2007. “Total quality management and performance: The role of organization
support and co-worker support.” International Journal of Quality & Reliability
Management, Vol. 24 Issue: 6 617-627.
Koh, S.C. Lenny, et al. 2007. “The impact of supply chain management practices on performance
of SMEs.” Industrial Management & Data Systems 107, no. 1 103-124.
Li, Suhong, et al. 2006. “The impact of supply chain management practices on competitive
advantage and organizational performance.” Omega 34, no. 2 107-124.
Modgil, Sachin, dan Sanjay Sharma. 2016. “Total productive maintenance, total quality
management and operational performance: An empirical study of Indian pharmaceutical
industry.” Journal of Quality in Maintenance Engineering, Vol. 22 Issue: 4 353-377.
Psomas, Evangelos L., dan Carmen Jaca. 2016. “The impact of total quality management on
service company performance: evidence from Spain.” International Journal of Quality &
Reliability Management, Vol. 33 Issue: 3 380-389.
Rauch, Andreas, et al. 2009. “Entrepreneurial orientation and business performance: an assessment
of past research and suggestions for the future.” Entrepreneurship theory and pracrive 33,
no. 3 761-787.
Schillo, R. Sandra. 2011. “Entrepreneurial Orientation and Company Performance: Can the
Academic Literature Guide Managers?” Technology Innovation Management Review Vol
1, no. 2.
Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2009. Research Methods For Business: A skill Building
Approach. New York: John Wiley & Sons, INC.
Shirokova, Galina, et al. 2016. “Exploring the intention–behavior link in student entrepreneurship:
Moderating effects of individual and environmental characteristics.” European
Management Journal 34, no. 4 386-399.
Simchi-Levi, David, et al. 2008. Designing and Managing the Supply Chain: Concepts, Strategies,
and Case Studies. New York: McGraw-Hill.
Wales, William J., et al. 2013. “Empirical research on entrepreneurial orientation: An assessment
and suggestions for future research.” International Small Business Journal 31, no. 4 357-
383.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.
Yeung, C. L., dan L. Y. Chan. 1998. “Quality management system development: Some
implications from case studies.” Computers & industrial engineering 35, no. 1-2 221-224.

11

You might also like