Anna Bågenholm
Anna Bågenholm | |
---|---|
Lahir | Anna Elisabeth Johansson Bågenholm 1970 (umur 53–54) Vänersborg, Swedia |
Tempat tinggal | Tromsdalen, Norwegia[1] |
Pekerjaan | Radiolog |
Dikenal atas | Suhu tubuh bertahan terendah yang pernah tercatat pada orang dewasa dengan kecelakaan hipotermia |
Pasangan | Torvind Næsheim[2] |
Anna Elisabeth Johansson Bågenholm[3] (lahir tahun 1970) adalah seorang radiolog Swedia, yang selamat setelah kecelakaan bermain ski pada tahun 1999 yang mengakibatkan dia terperangkap di bawah lapisan es selama 80 menit dalam air yang membeku.[4] Dalam kurun waktu tersebut, dia menjadi korban hipotermia ekstrem dan suhu tubuhnya anjlok menjadi 137 °C (279 °F), salah satu suhu tubuh terendah yang pernah bertahan yang pernah tercatat pada manusia dengan kecelakaan hipotermia.[5] Meskipun mengalami henti jantung selama 40 menit karena terendam dalam air, dan tidak diselamatkan selama 40 menit berikutnya, perawatan dengan pintas jantung paru dan penghangatan darah ekstrakorporeal berarti empat jam setelah kecelakaan, jantungnya berdetak kembali dan dia berhasil pulih hampir sepenuhnya dalam waktu sekitar enam bulan.[4]
Latar belakang dan kecelakaan
[sunting | sunting sumber]Anna Bågenholm lahir di Vänersborg, Swedia pada tahun 1970.[6][7] Dia berusia 29 tahun pada saat terjadinya kecelakaan tersebut dan sedang menempuh pendidikan untuk menjadi seorang ahli bedah ortopedi.[8][9] Bågenholm memilih untuk melaksanakan program koasistensi di Narvik, Norwegia,[2] dan dia menjadi asisten ahli bedah di Rumah Sakit Narvik pada Mei 1998.[10] Selama mengikuti program ini, pembimbing Bågenholm adalah Yngve Jones, seorang dokter di Rumah Sakit Narvik yang akan merayakan pensiunnya pada 20 Mei 1999 dengan sebuah pesta.[11]
Bågenholm bermain ski di pegunungan di luar Narvik bersama dengan dua koleganya pada hari itu,[12][13] yakni Marie Falkenberg dan Torvind Næsheim.[2] Bågenholm yang merupakan seorang pemain ski yang ahli,[2] sering bermain ski setelah bekerja.[8] Ketika dia sedang menuruni sebuah lereng gunung yang curam, rute yang telah dia lalui beberapa kali sebelumnya[11] dia kehilangan kontrol permainan skinya.[14] Dia jatuh dengan kepala terlebih dahulu membentur lapisan es pada sebuah aliran sungai beku di dekat sebuah air terjun, mendarat dengan bagian punggungnya. Kejadian ini menngakibatkan sebuah lubang terbuka di lapisan es dan kepala dan tubuh Bågenholm terseret masuk ketika air lelehan memenuhi pakaiannya.[12] Bågenholm perlahan-lahan mulai mati kedinginan karena terperangkap tanpa harapan di bawah es setebal 8 inci (20 cm).[14] Suhu tubuh inti normal manusia adalah 37 °C tetapi dengan perendaman dalam air sedingin es, suhu ini merosot dengan cepat. Di bawah 35 °C, tubuh memasuki kondisi hipotermia, ditandai dengan kulit menggigil dan pucat. Di bawah 30 °C, sebagian besar korban akan kehilangan kesadaran dan, ketika suhu tubuh turun ke 25 °C, serangan jantung hampir pasti akan terjadi.[14] Hanya kaki dan skinya di atas es yang tampak ketika Bågenholm diketemukan oleh Falkenberg dan Næsheim.[12]
Upaya penyelamatan
[sunting | sunting sumber]Kepala dan tubuh Bågenholm terjepit di bawah es tebal, dan koleganya tidak bisa membebaskannya.[15] Pada pukul 18.27 waktu setempat (CET), tujuh menit setelah dia jatuh ke air, mereka meminta bantuan melalui telepon seluler ke SOS Alarm Sverige AB di Narvik, dan mereka memberikan pertolongan pertama dari mulut ke mulut sambil menunggu bantuan tiba.[10] Letnan polisi Bård Mikalsen menerima panggilan itu dan mengumpulkan dua tim penyelamat di Narvik, satu dari puncak gunung, yang lain dari kaki gunung. Dia juga menghubungi tim penyelamat terdekat di Bodø, hampir 200 mil (320 km) jauhnya, tetapi helikopter Sea King telah berangkat untuk mengangkut seorang anak yang sakit. Saya bersikeras kepada operator untuk mengirim helikopter tersebut, dan hanya punya satu menit untuk memutuskannya karena sudah hampir kehabisan waktu. Operator akhirnya untuk memutar haluan helikopter untuk menyelamatkannya.[2]
Pukul 19.40, Bågenholm dijemput setelah 1 jam dan 20 menit terperangkap di bawah es.[10]
Resusitasi dan pemulihan
[sunting | sunting sumber]Ketika Bågenholm ditarik keluar dari air, pupil matanya melebar dan darahnya tidak mengalir.[8] Detak jantungnya tidak ada dan tidak bernafas.[16] Kedua kolega Bågenholm yang merupakan dokter, mulai memberikan resusitasi jantung paru (CPR) dan melanjutkannya sampai helikopter penyelamat tiba.[2] Setelah helikopter penyelamat tiba, Bågenholm dibawa ke Rumah Sakit Universitas Tromsø dalam waktu tempuh satu jam.[17] Selama penerbangan ke rumah sakit, tim darurat helikopter memberikan bantuan ventilasi dengan oksigen,[15][18] dan terus memberikan CPR kepada Bågenholm.[18][19]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Anna Elisabeth Johansson Bågenholm". Gulesider.no. Diakses tanggal 23 Januari 2020.
- ^ a b c d e f Martin, David S. (13 Oktober 2009). "From an icy slope, a medical miracle emerges". CNN. Diakses tanggal 23 Januari 2020.
- ^ David Casarett (2014). "The Ice Woman". Shocked: Adventures in Bringing Back the Recently Dead. New York: The Penguin Group. ISBN 978-1-101-63727-2. Diakses tanggal 23 Januari 2020.
- ^ a b Nicholas Pace (2016). Basic and Advanced Sciences for Anaesthetic Practice: Prepare for the FRCA. Elsevier Health Sciences. ISBN 978-0-7020-6950-5. Diakses tanggal 27 Januari 2020.
- ^ Hipotermia yang lebih dalam digunakan, dan selamat dalam pintas jantung paru. ([1]) Lihat pula: Manajemen suhu yang ditargetkan.
- ^ Miguel Jorge (29 Oktober 2016). "Ochenta minutos enterrada en el interior de un lago helado: la asombrosa historia de Anna Bågenholm" (dalam bahasa Spanyol). Gizmodo. Diakses tanggal 27 Januari 2020.
- ^ Schönstedt, Tommy (9 Mei 2005). "Temperaturen var nere i 20 grader". Expressen (dalam bahasa Swedia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 November 2009. Diakses tanggal 27 Januari 2020.
- ^ a b c "Frozen Woman: A 'Walking Miracle'". CBS News. 3 Februari 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Oktober 2009. Diakses tanggal 27 Januari 2020.
- ^ Cañas, Gabriella (29 Januari 2000). "La mujer que venció a la muerte". El País (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 27 Januari 2020.
- ^ a b c Österholm, Ulla-Lene (7 Oktober 1999). "Hennes temp var nere i 13,8 grader". Aftonbladet (dalam bahasa Swedia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Oktober 2009. Diakses tanggal 27 Januari 2020.
- ^ a b "Hon lurade döden". Norrländska Socialdemokraten (dalam bahasa Swedia). 8 April 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-14. Diakses tanggal 27 Januari 2020.
- ^ a b c Røed, Lars-Ludvig (23 Oktober 2009). "Mirakelet under isen". Aftenposten (dalam bahasa Norwegia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Oktober 2009. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
- ^ "Hun er et mirakel". Verdens Gang (dalam bahasa Norwegia). 25 Februari 2003. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
- ^ a b c "Between life and death – the power of therapeutic hypothermia". The Guardian. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
- ^ a b "Skier revived from clinical death". BBC News. 28 Januari 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 November 2009. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
- ^ Smith, Tom (28 Oktober 2006). "Why do women live longer than men?". The Guardian. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
- ^ "An IV Slushee". Popular Science. Bonnier Corporation. 247 (2): 58. February 2009. ISSN 0161-7370. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
- ^ a b Von Judith, Innerhöfer (23 Mei 2007). "Der Mann, der sterben musste, um zu leben". Die Welt (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 28 Januari 2020.
- ^ Schmidt, Charles (Spring 2008). "Dying to Live" (PDF). Proto Magazine. Massachusetts General Hospital. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 17 Juli 2011. Diakses tanggal 28 Januari 2020.