Metode pembesaran klitoris
Metode pembesaran klitoris adalah bentuk modifikasi tubuh yang bertujuan memperbesar ukuran klitoris dan meningkatkan kenikmatan seksual. Pembesaran klitoris dapat dilakukan melalui berbagai cara, masing-masing memiliki efek samping dan risiko tertentu.[1][2][3][4]
Kondisi medis bawaan yang dikenal sebagai klitoromegali atau makroklitoris tidaklah sama dengan pembesaran klitoris yang disengaja, meskipun semua bentuk pembesaran klitoris abnormal kadang-kadang disebut sebagai klitoromegali.[1][5]
Tujuan
[sunting | sunting sumber]Klitoris yang sangat kecil mungkin menyulitkan wanita mendapatkan kenikmatan seksual dari rangsangan klitoris. Wanita yang memiliki klitoris kecil mungkin memilih untuk memperbesar klitoris demi meningkatkan kenikmatan seksual. Wanita dengan klitoris berukuran normal mungkin juga ingin memperbesar ukuran klitorisnya untuk meningkatkan kesenangan atau supaya tampil lebih menarik. Pompa klitoris, seperti halnya pompa penis, dapat digunakan sebelum atau selama masturbasi untuk memperoleh efek sementara pembesaran klitoris. Beberapa binaragawan wanita yang mengalami peningkatan testosteron dan memiliki klitoris membesar mungkin lebih mampu menggunakan teknik seperti itu.
Metode
[sunting | sunting sumber]Metode pembesaran klitoris yang paling umum adalah:
- mengoleskan krim atau salep yang mengandung androgen pada klitoris[5]
- penggunaan testosteron secara sistemik untuk waktu yang lama
- menggunakan pompa klitoris.
Ada ketidaksepakatan tentang pendekatan mana yang terbaik; banyak yang mengklaim bahwa klitoris bisa membesar dengan pompa klitoris, yang lain mengatakan testosteron adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan hasil yang signifikan dan permanen. Kedua metode ini membawa beberapa risiko dan efek samping. Jika pemompaan dilakukan secara tidak benar, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan erektil klitoris dan pembuluh darah. Penggunaan steroid apa pun seperti testosteron menimbulkan risiko karena senyawa ini dapat memiliki efek sistemik.
Sementara efek sistemik testosteron diharapkan dan diinginkan baik pada pria trans maupun binaragawan wanita, mereka umumnya tidak diinginkan bagi kebanyakan wanita. Jadi, salah satu persoalan yang paling mendesak adalah apakah klitoris dapat diperbesar tanpa menimbulkan efek virilisasi yang tidak diinginkan lainnya. Untuk mengurangi efek samping, kebanyakan wanita hanya mengoleskan secara topikal dan lokal. Bukti anekdotal menunjukkan bahwa DHT (dihydrotestosterone), androgen yang sangat kuat, dapat digunakan secara efektif untuk tujuan ini dengan efek samping yang minimal. Tidak ada penelitian ilmiah yang mengkonfirmasi efek ini pada anatomi wanita, tetapi penelitian yang menargetkan pengobatan mikropenis telah menemukan bahwa aplikasi lokal DHT sangat efektif untuk merangsang pertumbuhan penis yang mengalami kelainan mikropenis.[6] Karena kesamaan biologis antara penis dan jaringan klitoris, pertumbuhan klitoris yang signifikan mungkin saja terjadi. Tidak seperti testosteron, DHT tidak dapat diubah menjadi estrogen estradiol dan karenanya ideal untuk menghasilkan efek androgenik murni.
Pemompaan klitoris adalah metode lain yang diterapkan untuk pembesaran klitoris. Bukti yang ada menunjukan bahwa keefektifannya masih kurang tetapi menjadi teknik yang populer. Potensi bahaya pemompaan vakum diketahui oleh mereka yang akrab dengan pemompaan penis. Jika tekanan vakum yang diterapkan terlalu besar dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah, memar, melepuh, kerusakan jaringan erektil, dan jenis trauma lainnya. Tekanan aman umumnya dianggap kurang dari 5 in-Hg vakum atau 0,17 atm (16 kPa).
Teknik pembesaran klitoris lain yang cukup berbahaya biasanya menggunakan injeksi larutan garam.[7]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Horejsí J. (1997). "Acquired clitoral enlargement. Diagnosis and treatment". Ann N Y Acad Sci. 816 (1): 369–372. Bibcode:1997NYASA.816..369H. doi:10.1111/j.1749-6632.1997.tb52163.x. PMID 9238289.
- ^ Atilla Şenaylı; Etlik Ankara (December 2011). "Controversies on clitoroplasty". Therapeutic Advances in Urology. 3 (6): 273–277. doi:10.1177/1756287211428165. PMC 3229251 . PMID 22164197.
- ^ S.V. Perovic; M.L. Djordjevic (December 2003). "Metoidioplasty: a variant of phalloplasty in female transsexuals". BJUI. 92 (9): 981–985. doi:10.1111/j.1464-410X.2003.04524.x. PMID 14632860.
- ^ Meyer, Walter J.; Webb, Alice; Stuart, Charles A.; Finkelstein, Jordan W.; Lawrence, Barbara; Walker, Paul A. (April 1986). "Physical and hormonal evaluation of transsexual patients: A longitudinal study". Archives of Sexual Behavior. 15 (2): 121–138. doi:10.1007/BF01542220. PMID 3013122.
- ^ a b Copcu E, Aktas A, Sivrioglu N, Copcu O, Oztan Y (2004). "Idiopathic isolated clitoromegaly: A report of two cases". Reprod Health. 1 (1): 4. doi:10.1186/1742-4755-1-4. PMC 523860 . PMID 15461813.
- ^ Choi, SK; SW Han; DH Kim; B de Lignieres (Aug 1993). "Transdermal dihydrotestosterone therapy and its effects on patients with microphallus". Journal of Urology. 150 (2 Pt 2): 657–660. doi:10.1016/s0022-5347(17)35576-3. PMID 8326617.
- ^ Shannon Larratt (January 22, 2008). "Saline Clitoral Inflation". BME: Tattoo, Piercing and Body Modification News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2012. Diakses tanggal 24 December 2016.