Lompat ke isi

Peribahasa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambaran peribahasa "Ada udang di balik batu."

Peribahasa adalah kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung aturan berperilaku, nasihat, prinsip hidup, perbandingan atau perumpamaan.[1] Peribahasa biasanya menggunakan kiasan untuk menggambarkan maksud tertentu.[2] Peribahasa adalah salah satu jenis aforisme, yakni suatu bentuk kebahasaan yang ringkas dan berisikan kebenaran umum.[3]

Peribahasa memiliki sejumlah ciri-ciri, di antaranya:[4]

  • Berbentuk kalimat atau penggalan kalimat
  • Bersifat turun-temurun dan tetap
  • Dapat digunakan sebagai nasihat, penghias ujaran, penguat ujaran dll.
  • Mencakup beberapa jenis, seperti bidal, pepatah, ibarat dll.
  • Merupakan identitas seorang kaum ataupun individu
  • Membuat percakapan serta bahasa lisan menjadi lebih indah.
  • Menjadi bentuk kondisi dunia atau juga pengamatan dalam suatu peristiwa.
  • Dapat dijadikan nasihat.

Bidal atau Pameo

[sunting | sunting sumber]

Bidal merupakan salah satu jenis peribahasa yang memiliki kandungan ungkapan baik itu sindirin, ejekan dan juga peringatan. Adapun contoh peribahasa bidal atau pameo yaitu Hidup segan mati tidak mau, malu bertanya sesat di jalan dan lain sebagainya.

Pepatah merupakan salah satu jenis peribahasa yang memiliki kandungan ajaran atau nasihat dari para orang tua dan biasanya peribahasa tersebut dipakai untuk bisa mematahkan lawan bicara. Adapun contohnya: Bagai bumi dan langit, bagai kejatuhan bulan, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit, biar lambat asal selamat dan lain sebagainya.

Perumpamaan

[sunting | sunting sumber]

Perumpamaan merupakan jenis peribahasa yang berisikan kata-kata yang mengungkapkan kondisi atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dari alam sekitar dan biasanya akan diawali dengan kata bagai, bak, seperti dan lain sebagainya. Adapun contohnya, bagai pinang dibelah dua, bagai harimau menyembunyikan kuku dan lain sebagainya.

Ungkapan merupakan suatu kalimat kiasan mengenai kondisi atau kelakuan seseorang yang dinyatakan dengan pepatah atau beberapa patah kata. Adapun contoh ungkapan yaitu kabar angin, besar kepala dan lain sebagainya.

Tamsil atau ibarat.

[sunting | sunting sumber]

Tamsil merupakan kalimat kiasan yang seringkali memakai kata ibarat yang memiliki tujuan untuk bisa membandingkan suatu hal atau perkara. Adapun contoh tamsil atau ibarat yaitu tua-tua keladi makin tua makin jadi dan lain sebagainya.

Semboyan merupakan kumpulan kata, kalimat atau frasa yang dipakai sebagai prinsip atau pedoman. Adapun contoh semboyan yaitu hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai, bersih pangkal sehat dan lain sebagainya.

  • Belum bertaji hendak berkokok. Artinya: Belum berilmu/kaya/berkuasa sudah hendak menyombongkan diri.
  • Belum beranak sudah ditimang. Artinya: Belum berhasil, tetapi sudah bersenang-senang lebih dulu.
  • Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Artinya: Bersama-sama dalam suka dan duka, baik buruk sama-sama ditanggung.
  • Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Artinya: Biarpun banyak rintangan dalam usaha kita, kita tidak boleh putus asa.
  • Bergantung pada akar lapuk. Artinya: Mengharapkan bantuan dari orang yang tidak mungkin memberikan bantuan.
  • Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. Artinya : Belajar harus sungguh-sungguh, jangan terputus di tengah jalan.
  • Bermain air basah,bermain api hangus. Artinya: Setiap pekerjaan atau usaha ada susahnya.
  • Bertepuk sebelah tangan . Artinya: Kebaikan yang hanya dari satu pihak.
  • Besar pasak daripada tiang. Artinya: Besar pengeluaran daripada pendapatan.
  • Biduk lalu kiambang bertaut. Artinya: Lekas berbaik atau berkumpul kembali.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ ID, Belajar Bahasa. "Jenis-Jenis Peribahasa Beserta Contoh dan Artinya". m.belajarbahasa.id. Diakses tanggal 2020-04-15. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Peribahasa dalam bahasa Jawa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. 
  3. ^ Limbaga (peribahasa) bahasa Simalungun. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. ISBN 978-979-459-786-6. 
  4. ^ S.Pd, Engkay Sobariah (2016-01-08). EYD dan Tata Bahasa Indonesia: EYD. bisakimia. ISBN 978-602-7649-46-0. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]